153
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DARING UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MENYUNTING TEKS
Laily Nurlina Akhmad Fauzan
Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jl. KH. Ahmad Dahlan, Dusun III, Dukuhwaluh, Kec. Kembaran, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah 53182
ABSTRACT
This research aims to know the implementation PBL based on technology on boosting students’ editing competence in University of Muhammadiyah Purwokerto. The advancement of technology made changing in students’ habit rapidly. They rarely reading books or newspaper instead of cellular. Everyone can write if they read a lot of information. When the students can not write, they got difficulty to edit text. That’s why it was important to use technology on editing subject in semester 5 PBSI – UMP. The population was 79 students in two classes by random sampling class A as experiment class. The method used experiment by mixed quantitative and qualitative data. The instruments are questionnaire and test. The calculation showed sig. Levene’s test for Equality of Variances 0.264>0.05 means hypothesis was accepted. So, PBL based technology effectively improved students’ editing competence.
Keywords : implementation, student centered learning, technology, competence, editing
PENDAHULUAN
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi pada 9 April 2019 melalui surat keputusan BAN-PT No. 713/SK/BAN-PT/Akred/S/IV/2019 memutuskan bahwa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia mendapat akreditasi A. Salah satu indikator penilaian yang menguatkan status ini adalah program unggulan prodi yaitu mencetak penulis-penulis kreatif. Salah satu mata kuliah di program studi Bahasa dan Sastra Indonesia adalah mata kuliah penyuntingan teks. Mata kuliah penyuntingan teks melatih mahasiswa dapat menulis dengan baik dan benar sekaligus memperbaiki tulisan dengan cara menyuntingnya. Pengertian menyunting berasal dari kata dasar sunting melahirkan bentuk turunan menyunting, penyunting, dan penyuntingan (Alwi, dkk, 2001:1106). Kegiatan menyunting (editing) berbentuk proses pemeriksaan kembali naskah atau tulisan dilihat dari segi bahasa dan isi. Tujuannya untuk memperbaiki kesalahan tulisan yang menyangkut ejaan, diksi, dan kalimat (Eneste, 2005:15). Menyunting tulisan juga bertujuan agar tulisan yang dibaca mudah dimengerti isi atau maksudnya, enak dicerna, tampil menarik dengan wajah profesional, dan disertai data yang akurat. Kegiatan menyunting mencakup kegiatan membaca dengan cermat, teliti, kritis, berulang-ulang untuk menemukan ketidaktepatan penggunaan bahasa, dan membubuhkan tanda koreksi pada naskah.
Mahasiswa yang mengambil mata kuliah Penyuntingan Teks sejumlah 79 yang terbagi menjadi dua kelas, kelas A mempunyai 39 mahasiswa dan kelas B 40 mahasiswa. Kemampuan mahasiswa dalam menyunting teks masih sangat perlu ditingkatkan. Hal ini dibuktikan dengan nilai pre tes menyunting paragraf sederhana. Mahasiswa ini belum paham bagaimana cara menulis dengan baik dan benar. Banyak mahasiswa yang menulis hanya memikirkan panjang atau banyaknya tulisan yang mereka buat, tetapi mereka tidak memikirkan apakah kalimat-kalimat yang mereka tulis itu koheren atau tidak. Kata-kata dan diksi yang dipilihpun kurang baik karena mereka terlalu lama memikirkan gagasan apa yang akan mereka tulis nantinya, sehingga waktu banyak yang dibuang hanya untuk memikirkan gagasan apa yang akan mereka kembangkan. Ketika mahasiswa jarang membaca buku yang bagus maka mereka pun akan kesulitan menuangkan ide-idenya dan kesulitan menyunting tulisan.
Satu hal yang memerlukan penyuntingan profesional adalah artikel atau berita di surat kabar. Mahasiswa perlu dilatih untuk belajar memecahkan masalah yang ada dalam teks berita terutama kaitannya dengan isi berita fakta atau hoaks dan berbagai kesalahan ejaan bahasa Indonesia. Untuk memecahkan masalah yang ada dalam teks berita, mahasiswa perlu memahami isi teks berita. Dosen berperan melatihkan mahasiswa mengenali berita dengan sumber dan fakta yang jelas dibandingkan dengan berita hoaks yang sangat mudah menyulut emosi pembacanya. Kemampuan menyunting teks berita menunjukkan mahasiswa dapat memilih bacaan yang baik untuk meningkatkan kualitas informasi yang masuk.
154
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa dalam Menyunting Teks Berita.
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana persepsi mahasiswa terhadap model pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan dalam perkuliahan Penyuntingan Teks. Serta bagaimana keefektifan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menyunting teks berita.
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian eksperimen ini di Universitas Muhammadiyah Purwokerto khususnya di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Semester 5. Waktu yang dibutuhkan untuk meneliti dari pembuatan rancangan sampai laporan akhir selama 7 (tujuh) bulan
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif-kualtitatif dengan metode eksperimen. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan angka-angka sebagai temuan hasil penelitian dan data dianalisis menggunakan statistic
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah 70 dengan kelas eksperimen sebanyak 35 dan kelas kontrol sebanyak 35 mahasiswa. Kelas A dijadikan kelas eksperimen dengan sistem random tanpa pertimbangangan-pertimbangan tertentu.
Instrumen Penelitian
Instrumen untuk mendukung penelitian ini meliputi: kuesioner persepsi mahasiswa terhadap pembelajaran berbasis masalah berisi 25 pertanyaan , Pre Tes dan Pos Tes.
Pendekatan Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesis yang diuji dengan t-test dan Analysis of Variance (Anova) menggunakan Test of Between-Subjects Effects dan bantuan SPSS 19.0. Rumus t-test yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi adalah:
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pre test Mata Kuliah Penyuntingan Teks Kelas Kontrol
Dosen melaksanakan pre tes pada mahasiswa sebelum perkuliahan penyuntingan teks dimulai. Hal ini bertujuan untuk mengatahui keadaan awal/kondisi mahasiswa sebelum pembelajaran menulis teks prosedur diterapkan.
Tabel 4.2 Kategori Perolehan Pre testKelas Kontrol
No Kategori Nilai Frekuensi Presentase (%)
1. Sangat baik 86-100 0 0%
2. Baik 70-85 2 5,12%
3 Cukup 60-69 5 12,8%
4. Kurang 0-59 32 82,08%
155
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa tidak ada siswa yang masuk dalam ketegori sangat baik. Kemudian hanya 2 siswa yang masuk dalam kategori baik dengan presentase 5,12%, dan 5 siswa masuk dalam ketegori cukup dengan presentase 12,8%. Sedangkan sebanyak 32 siswa masuk dalam ketegori kurang dengan presentase 82,08%.
Post test Mata Kuliah Penyuntingan Teks Kelas Kontrol
Setelah diterapkan perkuliahan penyuntingan teks sebanyak 14 kali pertemuan, tahap selanjutnya adalah memberi soal post test. Soal post test bertujuan untuk mengetahui keadaan mahasiswa setelah belajar teori dan praktik penyuntingan teks bahasa Indonesia.Pada pembelajaran kelas kontrol tidak menggunakan menggunakan pembelajaran berbasis masalah (PBM). Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan perlakuan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 4.4 Kategori Perolehan Post test Kelas Kontrol
No Kategori Nilai Frekuensi Presentase (%)
1. Sangat baik 86-100 1 3,33%
2. Baik 70-85 14 36,66%
3 Cukup 60-69 5 16,66%
4. Kurang 0-59 15 43,33%
Jumlah 35 100%
Berdasarkan tabel kategori di atas, dapat diketahui bahwa hanya ada 1 mahasiswa yang masuk dalam ketegori sangat baik dengan presentasi 3,33%, 14 mahasiswa masuk dalam ketegori baik dengan presentase 36,66%, 5 mahasiswa masuk dalam kategori cukup dengan presentase 16,66%. Sedangkan sebanyak 15 mahasiswa masuk dalam kategori kurang dengan presentase 43,33%.
Pre test Mata Kuliah Penyuntingan Teks Kelas Eksperimen
Pre test dilakukan pada pertemuan pertama sebelum perkuliahan Penyuntingan Teks berbasis masalah dilaksanakan. Pre test pada kelas eksperimen tidak berbeda dengan kelas kontrol. Pre test bertujuan untuk mengetahui keadaan awal/kondisi awal mahasiswa sebelum diadakan perkuliahan.
Eksperimen
No Kategori Nilai Frekuensi Presentase (%)
1. Sangat baik 86-100 1 3,33%
2. Baik 70-85 5 13,33%
3 Cukup 60-69 2 3,33%
4. Kurang 0-59 27 80%
Jumlah 35 100
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa 27 siswa masuk dalam kategori kurang dengan presentase 80%, 2 siswa masuk dalam kategori cukup dengan presentase 3,33%. Sementara, hanya 5 siswa yang masuk dalam kategori baik dengan presentase 13,3%, dan hanya 1 siswa yang masuk dalam kategori sangat baik dengan presentase 3,33%.
Post test Mata Kuliah Penyuntingan Teks Kelas Eksperimen
Post test dilakukan setelah perkuliahan penyuntingan teks dilakukan. Post test pada kelas eksperimen menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah. Penggunaan metode ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan penggunaan PBSM pada perkuliahan penyuntingan teks.
Tabel 4.8 Kategori Perolehan Skor Post test Kelas Eksperimen
No Kategori Nilai Frekuensi Presentase (%)
1. Sangat baik 86-100 11 36,66%
2. Baik 70-85 14 40%
3 Cukup 60-69 7 13.33%
4. Kurang 0-59 3 10%
Jumlah 35 100%
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa mahasiswa yang masuk dalam ketegori sangat baik ada 11 mahasiswa, dengan presentase 36,66%. 14 mahasiswa masuk dalam kategori baik dengan presentase 40%.
156
Sedangkan ada 7 mahasiswa yang masuk dalam ketegori cukup dengan presentase 13,33%. 3 mahasiswa masuk dalam ketegori kurang dengan presentase 10%. Dengan demikian, kenaikan skor setelah dilakukan PBM signifikan dengan presentase 76,66% atau 23 siswa mencapai hasil yang diinginkan.
Perbandingan Hasil Kemampuan Menyunting Teks Berita pada Mata Kuliah Penyuntingan Teks di Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Diagram 4.3 Perbandingan Nilai Rata-rata Pre test dan Post test Kelas Kontrol dan Eksperimen
Berdasarkan diagram 4.3 di atas diketahui bahwa nilai rata-rata pre test antara kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata 45, sementara kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata 46. Pre test kelas kontrol dan kelas eksperimen dilaksanakan pada jam kuliah jam 7 pagi. Kondisi mahasiswa saat mengerjakan siswa pre test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak berbeda jauh. Bahkan peneliti melihat bahwa kelas kontrol lebih unggul ketika mengerjakan soal pre test. Unggul yang dimaksud peneliti adalah kecepatan mengerjakan soal pre test. Meskipun demikian hasil pre test kelas eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol, perbedaan tersebut tidak signifikan. Nilai rata-rata kelas kontrol pada saat pre test 45, sementara nilai rata-rata kelas eksperimen saat pre test 46.
Hal tersebut berbeda dengan hasil post test antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil post test antara kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan perbedaan yang signifikan. Post test kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata 60, sementara post test kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata 77.
Sumantari mengatakan (2015: 1) bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Perbedaan hasil antara kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan bahwa target pembelajaran menggunakan PBM telah dicapai. Pencapaian pembelajaran penyuntingan teks berita menggunakan PBM dapat dibuktikan dengan perbedaan hasil yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada pembelajaran menyunting teks bahasa Indonesia kelas kontrol hanya menggunakan metode ceramah, sementara pada kelas eksperimen menggunakan PBM dan daring.
Peneliti melihat bahwa penggunaan perkuliahan PBM pada kelas eksperimen dapat memotivasi mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini terlihat dari perkuliahan pada pertemuan kedua di kelas eksperimen, peneliti mengajar di sore hari setelah ashar. Secara umum, mahasiswa sudah merasa capek dan mengantuk di sore hari sehingga kegiatan belajar mengajar kurang aktif dan pembelajaran menjadi tidak efektif. Kejadian ini tidak terjadi saat peneliti melakukan penelitian, bahkan ada beberapa mahasiswa yang tadinya tidak memperhatikan dan tidak antusias mengikuti perkuliahan. Mereka belajar menjadi termotivasi dan menjadi lebih antusias ketika perkuliahan dengan menggunakan metode PBM. Hasil yang diperoleh kelas eksperimen saat post test jauh lebih baik dibandingkan saat pre test, atau dibandingkan dengan post test kelas kontrol. 45 46 60 77 0 20 40 60 80 100
Diagram Perbandingan Nilai Rata-rata
Pre
test
dan
Post test
Kelas Kontrol dan
Eksperimen
Rata-rata Pre test Kelas Kontrol dan Eksperimen Rata-rata Post test Kelas Kontrol dan Eskperimen
Kontrol Eksperimen
Kontrol
157
Perbedaan terlihat pada pertemuan kedua kelas kontrol, jam yang diberikan untuk peneliti merupakan jam terakhir. Pembelajaran pada kelas kontrol kurang bersemangat sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi lesu. Pada pertemuan kedua kelas kontrol, peneliti mengajar dengan penuh kesabaran dan keuletan karena kebanyakan mahasiswa tidak fokus terhadap apa yang disampaikan oleh peneliti. Mahasiswa berkali-kali bertanya tentang penyuntingan teks dan caranya, padahal hal tersebut sudah disampaikan berberkali-kali-berkali-kali oleh peneliti. Hasil yang diperoleh mahasiswa banyak yang konstan atau tidak berubah. Kondisi semacam ini memperlihatkan bahwa metode ceramah kurang efektif digunakan dalam pembelajaran menulis teks prosedur. Terlebih pembelajaran diterapkan pada jam terakhir.
Setelah mencari nilai rata-rata dari masing-masing kelas, tahap selanjutnya adalah membuktikan hipotesis. Pengujian hipotesis dibantu dengan program aplikasi SPSS versi 24. Ha dikatakan diterima dan Ho ditolak jika Thitung ≥ Ttabel. Sementara Ha ditolak jika Ttabel ≥ Thitung. Berdasarkan uji hipotesis diperoleh Thitung 3,784. Untuk data penelitian sejumlah 79 mahasiswa diperoleh Ttabel 2,002 dengan rumus pengujian ɑ/2 ; df = 0,05/2 ; df = 0,025 ; df = 0,025 ; 58. Dari rumus tersebut diketahui Thitung ≥ Ttabel. Maka Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan kata lain ada perbedaan yang signifikan dalam penggunaan perkuliahan berbasis masalah dengan yang tidak menggunakan PBM terhadap kemampuan menyunting teks berita mahasiswa PBSI Semester 5 Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
SIMPULAN DAN SARAN
Pelaksanaan perkuliahan mata kuliah Penyuntingan Teks dengan menggunakan pembelajaran berbasia masalah (PBM) yang digabungkan pelaksanaannya dengan kelas daring dapat disimpulkan sebagai berikut; kompetensi dosen bertambah karena dengan melaksanakan perkuliahan PBM daring dapat membuat dosen belajar membuat materi yang tepat, media yang bagus, dan manajemen waktu yang sesuai target. Mahasiswa merasakan banyak manfaat dengan kuliah PBM dan daring karena mereka dapat mencari referensi lain saat mengakses kelas daring tanpa harus dipaksa. Kelas tatap muka tetap dibutuhkan untuk membimbing dan memberikan contoh pengembangan afektif dan karakter-karakter lain secara langsung yang sulit diterapkan dalam kelas daring.
Berikut ini adalah saran-saran untuk pelaksanaan kelas PBM dan daring di Universitas Muhammadiyah Purwokerto; Pembelajaran berbasis masalah membiasakan mahasiswa untuk mencari solusi yang tepat dalam kehidupan mereka. Setiap dosen hendaknya melaksanakan perkuliahan daring dengan jadwal yang tepat sehingga dapat mengikuti perkembangan informasi dan teknologi. Kelas daring dapat menjadi solusi bagi jurusan-jurusan yang kekurangan kelas fisik. Dosen harus selalu belajar dan membuka cara berpikirnya karena mahasiswa sudah belajar di luar kampus lebih banyak melalui pergaulan, komunikasi dengan masyarakat langsung serta menguasai teknologi (internet). Pelatihan pembuatan materi dan media untuk kelas daring ditambah dan diperluas ke seluruh dosen sehingga tidak ada gap antar dosen.
DAFTAR PUSTAKA
Alim Bahri, Manfaat Elearning / E-Learning - Pembelajaran Online via Internet atau Intranet Services,
http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?, Webpage diakses pada tanggal 15 Oktober 2019. Alwi,H.dkk.2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka
Ardy Prasetyo, Pemanfaatan Internet Sebagai Media Pembelajaran, http://ardyprasetyo.wordpress.com,
Webpage diakses pada tanggal 5 Oktober 2010.
Bangun, Devi Sita UB. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Kemampuan Menganalisis Teks Negosiasi Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Kebonjahe.
Eneste,Pamusuk.2017.Buku Pintar Penyuntingan Naskah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Mustachfidoh, dkk. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Prestasi Belajar Biologi Ditinjau dari Inteligensi Siswa SMA Negeri 1 Srono. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Sains. Vol. 3 No. 1.
Narwianti, Ni Putu Eka.2015. Meningkatkan Kemampuan Menyunting Paragraf Argumentatif dari Segi Bahasa dengan Menggunakan Metode Inkuiri pada Siswa Kelas X.4. SMA Saraswati Seririt.
https://ejournal.undiksha.ac.id./index.php/JJPBS/article.1442.
Nuraini, Ani. 2013. Perbedaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Model Pembelajaran Inkuiri Bebas pada Aspek Kognitif Peserta Didik: Jurnal GEA. Vol 13 No. 2.
158
Nurlina, Laily. 2018. Keefektifan Metode IPJ untuk Meningkatkan Kemampuan Menyunting Teks. Prosiding
URECOL Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/461/449
Prastowo,Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.
Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Press.
Smith, Datus. C (1989). A Guide to Book Publishing.UK: Universtity of Washington Press.
Sumadiria, Haris. 2016. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Sugiono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta