SKRIPSI
Oleh :
IAN MURDANI
NPM : 091510576
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
i
DI KANTIN SEKITAR PASIR PANJANG
KOTA SINGKAWANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Menjadi
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M)
Oleh :
IAN MURDANI
NPM : 091510576
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
ii
Dan Diterima Dan Diterima Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M)
Pada, 16 Februari 2017
Dewan Penguji:
1. Selviana,S.K.M, M.PH :………
2. Tedy Dian Pradana, S.K.M, M.Kes :………
3. Rochmawati,S.K.M, M.kes :………
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK DEKAN,
SKRIPSI
Iliajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarj ana Kesehatan Masyarakat (S.K. M)
Peminatan Kesehatan Lingkungan
Oleh:
IAN MURI}ANI NPM:091510576
Pontianak,
Maret 2017Mengetahui
Pembimbing
I
$elviana. S.ICM, M.PH
NrrlN. 1122028801
nl
iv
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Segala proses dalam
penyusunan skripsi saya jalankan melalui prosedur dan kaidah yang benar serta
didukung dengan data-data yang dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya.
Jika dikemudian hari ditemukan kecurangan, maka saya bersedia untuk
menerima sanksi berupa pencabutan hak terhadap ijasah dan gelar yang saya
terima.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
.
Pontianak, Februari 2016
v
BIODATA PENULIS 1. Identitas
a. Nama : Ian Murdani
b. TempatdanTanggalLahir : Ketapang, 28 Maret 1989
c. JenisKelamin : Laki-Laki
d. Agama : Islam
e. Nama Orang Tua
Ayah : Adman
Ibu : Latifah
f. Alamat : Jalan Rahadi Usman No.84
Kec. Matan Hilir Selatan Kabupaten Ketapang
2. Jenjang Pendidikan
a. Sekolah Dasar Negeri 26 Ketapang (Tahun 1995 - 2001)
b. Madrasah Tsanawiyah At-Taqwa Ketapang (Tahun 2001 - 2004) c. Madrasah Aliyah Ash – Shufiyah Ketapang ( Tahun 2004 - 2007)
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-NYA, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
"HUBUNGAN PRINSIP HIGIENE SANITASI MAKANAN DENGAN ANGKA KUMAN PADA MAKANAN BASAH DI KANTIN SEKITAR PASIR PANJANG KOTA SINGKAWANG." tepat pada waktunya.
Peneliti menyadari bahwa dalam rangkaian kegiatan penulisan skripsi ini,
tidak dapat dilaksanan sesuai dengan rencana apabila tidak didukung oleh
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih
yang setinggi-tingginya kepada Ibu Selviana,S.K.M,.M.P.H selaku Pembimbing
Utama berserta Bapak Tedy Dian Pradana,S.K.M,.M.Kes selaku pembimbing
pendamping yang dengan penuh kesabaran hati bersedia meluangkan banyak
waktu dalam memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
Ucapan terimakasih juga di sampaikan kepada :
1. Bapak H.Helman Fachri, SE, MM selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Pontianak.
2. Ibu Dr. Linda Suwarni, S.K.M, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Masyarakat.
3. Ibu Elly Trisnawati,S.K.M,.M.Sc selaku Ketua Prodi Fakultas Ilmu
vii
4. Seluruh staf dan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan yang telah membantu
kelancaran penyelesaian skripsi di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pontianak.
5. Ayah dan ibunda tercinta yang telah memberikan do’a dengan tulus untuk
keberhasilan Ananda.
6. Rekan-rekan yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu di sini yang
telah banyak membantu baik moril maupun spiritual sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan.
Penulis telah berusaha seoptimal mungkin dalam penulisan skripsi ini,
namun penulis menyadari masih terdapat kekurangan baik dari segi isi maupun
penulisan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari berbagai pihak demi perbaikan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini
dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bermanfaat bagi penulis khususnya
serta pembaca pada umumnya.
Pontianak, Januari 2017 Penulis
viii
HUBUNGAN PRINSIP HIGIENE SANITASI MAKANAN DENGAN ANGKA KUMAN PADA MAKANAN BASAH DI KANTIN SEKITAR PASIR PANJANG KOTA SINGKAWANG
xiii + 76 halaman + 25 tabel + 7 gambar + 9 lampiran
Makanan yang aman merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan derajat kesehatan, sebagai salah satu jenis tempat pelayanan umum yang mengolah dan menyediakan makanan untuk masyarakat banyak, maka tempat pengolahan makanan (TPM) memiliki potensi yang cukup besar untuk menimbulkan gangguan kesehatan.
Hasil studi pendahuluan uji laboratorium 5 sampel makanan basah diantaranya 2 makanan basah jenis bakso dan 3 dengan jenis mie rebus menunjukkan hasil (40%) sampel memiliki angka kuman diatas rata-rata >240 CFU/gram
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, peralatan masak, penyimpanan makanan, penyajian makanan dengan angka kuman pada makanan di kantin sekitar Pantai Pasir Panjang Kota Singkawang.
Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional. Sampel penelitian sebanyak 42 responden diambil menggunakan teknik Accidental Sampling dan uji Chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pemilihan bahan makanan (p = 0,469 PR = 0,731) Terdapat hubungan antara penyimpanan bahan makanan (p = 0,037 PR = 1,744), pengolahan makanan (p = 0,021 PR = 1,833), peralatan masak (p = 0,016 PR = 1,744), penyimpanan makanan (p = 0,000 PR = 4,630) dan penyajian makanan (p = 0,047 PR = 1,583) dengan angka kuman pada makanan basah di pantai Pasir Panjang Kota Singkawang.
Disarankan kepada para pedagang makanan basah untuk lebih meningkatkan 6 (enam) aspek sanitasi berdagang makanan yang baik dan sehat, mengingat bahwa para pedagang berdaganag di tempat umum.
Kata Kunci : Angka Kuman, Makanan, Kantin
ix
HALAMAN JUDUL……… i
HALAMAN PENGESAHAN………. . ii
HALAMAN PERSETUJUAN……….. iii
HALAMAN KEASLIAN PENELITIAN………… ……….. iv
BIODATA……… v
KATA PENGANTAR………... vi
ABSTRAK………...………… viii
DAFTAR ISI……… ix
DAFTAR TABEL……… xi
DAFTAR GAMBAR……….. xii
DAFTAR LAMPIRAN……… xiii
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang……….. 1
I.2 Rumusan Masalah………..……….. 6
I.3 Tujuan Penelitian………... 6
I.4 Manfaat Penelitian……… 8
I.5 Keaslian Penelitian……… 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Sanitasi……….………. 11
II.2 Pengertian Makanan………...……... 15
II.3 Praktik Sanitasi Makanan……….. 21
II.4 Kerangka Teori……….. 27
BAB III KERANGKA KONSEP III.1 Kerangka Konsep……….. 28
III.2 Variabel Penelitian……… 28
III.3 Definisi Operasional………. 29
III.4 Hipotesis……… ………….. 32
BAB IV METODE PENELITIAN IV.1 Desain Penelitian……… 33
x
IV.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ……….. 36 IV.5 Teknik Pengolahan dan Penyajian Data ……….. 37
IV.6 Teknik Analisa Data ……… 39
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
V.1 Hasil………. 41
V.2 Pembahasan…………..……… 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan……….. 74
V.2 Saran………..……… 75
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
I.5 Keaslian Penelitian………... 9
III.1 Defenisi Operasional……… 29
V.1 Plan of Action (POA)……….……….. 43
V.2 Distribusi Frekuensi Usia Responden……….. 44
V.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden……… 45
V.4 Distribusi Frekuensi Jenis Sampel…..……….. 46
V.5 Distribusi Frekuensi Pemilihan Bahan Makanan Responden…………... 46
V.6 Analisis Item Pemilihan Bahan Makanan………. 47
V.7 Distribusi Frekuensi Penyimpanan Bahan Makanan Responden…...….. 47
V.8 Analisis Item Penyimpanan Bahan Makanan…...………. 48
V.9 Distribusi Frekuensi Pengolahan Makanan Responden…... 48
V.10 Analisis Item Pengolahan Makanan………...……….. 49
V.11 Distribusi Frekuensi Peralatan Masak Responden…... 50
V.12 Analisis Item Peralatan Masak………….………...………. 50
V.13 Distribusi Frekuensi Penyimpanan Makanan Jadi Responden………... 51
V.14 Analisis Item Penyimpanan Makanan Jadi…...……….….. 51
V.15 Distribusi Frekuensi Penyajian Makanan Responden………….……... 52
V.16 Analisis Item Penyajian Makanan…………...……….…… 53
V.17 Distribusi Frekuensi Angka Kuman………... 53
V.18 Hubungan Pemilihan Bahan Makanan dengan Angka Kuman……… ... 54
V.19 Hubungan Penyimpanan Bahan Makanan dengan Angka Kuman…... 55
V.20 Hubungan Pengolahan Makanan dengan Angka Kuman……….……... 56
V.21 Hubungan Peralatan Masak dengan Angka Kuman……….……... 57
V.22 Hubungan Penyimpanan Makanan Jadi dengan Angka Kuman…… ... 58
xii
DAFTAR GAMBAR
II.1 Bakteri Campylobacter………. 16
II.2 Bakteri Clostridium perfringens………. 17
II.3 Bakteri Norovirus... 18
II.4 Bakteri Salmonella... 18
II.5 Bakteri Shigella... 19
II.6 Kerangka Teori... 27
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 2 Lembar Kuesioner
Lampiran 3 Surat Penelitian
Lampiran 4 Rekapitulasi Data Responden
Lampiran 5 Hasil Output SPSS
1
1.1Latar Belakang
Makanan yang aman merupakan faktor yang penting untuk
meningkatkan derajat kesehatan. Keamanan pangan didefinisikan sebagai
kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari
kemungkinan cemaran biologis, kimia, benda-benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. (Rahayu,
2013).
Ada lebih dari 28.000 kasus keracunan makanan di 1.610 restoran
Amerika selama tahun 2002-2011. Sedangkan 12.980 kasus keracunan
masakan terjadi di 893 rumah selama periode 10 tahun tersebut, terdapat
juga 313 kasus keracunan makanan di tempat kerja, 224 kasus karena
catering pesta, 144 kasus di klub sosial, 138 kasus di sekolah, 126 kasus di
tempat kemah, 66 kasus di penjara dan 57 kasus di tempat lansia. (Safira,
2014).
Badan POM RI melalui Direktorat Surveilans dan Penyuluhan
Keamanan Pangan, secara rutin memonitor kejadian luar biasa (KLB)
keracunan pangan di Indonesia khususnya keracunan yang telah diketahui
waktu paparannya (roint source) seperti pesta, perayaan, acara keluarga
Kasus keracunan pangan yang dilaporkan berjumlah 7347 kasus
termasuk 45 orang meninggal dunia. KLB keracunan pangan yang terjadi
terjadi di Pulau Kalimantan secara keseluruhan sebesar 12 kejadian
(7,8%). (BPOM dalam Khayan, 2013).
Mikroba patogen yang terdapat pada makanan ikut termakan maka
pada kondisi yang sesuai mikroba patogen akan berkembang biak di dalam
saluran pencernaan sehingga menyebabkan gejala penyakit atau sering
disebut infeksi. Penyakit bawaan makanan pada umumnya menimbulkan
gangguan pada saluran pencernaan seperti nyeri perut, diare/mencret, dan
kadang disertai rasa mual dan muntah dan pusing-pusing bahkan pada
kondisi yang parah dapat menyebabkan kematian. (Rahmah, 2004).
Sebagai salah satu jenis tempat pelayanan umum yang mengolah
dan menyediakan makanan untuk masyarakat banyak, maka tempat
pengolahan makanan (TPM) memiliki potensi yang cukup besar untuk
menimbulkan gangguan kesehatan dalam bentuk penularan penyakit
bahkan keracunan akibat dari makanan yang diolah (Permenkes dalam
Khayan, 2013).
Utami (2011) mengemukakan bahwa kantin merupakan tempat
pengolahan makanan yang dikelompokkan dalam jasaboga golongan A1
yaitu jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat umum, dengan
pengolahan yang menggunakan dapur rumah tangga yang dikelola oleh
Praktik sanitasi pedagang makanan lebih kepada keterampilan
pedagang makanan dalam mengolah makanan dengan baik dan benar,
menjaga kebersihan peralatan masak, dan tata cara penyajian makanan
agar tetap bersih dan higienis serta terhindar dari bakteri yang
membahyakan bagi kesehatan orang banyak terutama untuk menghindari
ganguan kesehatan akibat makanan dapat membahaya manusia, maka dari
itu kita harus mengetahui apa saja gangguan-gangguan tersebut. Menurut
Slamet dalam Mulya (2005) gangguan akibat makanan dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu keracunan makanan dan penyakit bawaan
makanan.
Mekanisme penyakit bawaan makanan diawali dari pertumbuhan
bakteri pada pangan dipengaruhi oleh berbagai faktor dan setiap jenis
bakteri membutuhkan kondisi pertumbuhan yang berbeda. Oleh karena itu
jenis dan jumlah mikroba yang dapat tumbuh kemudian menjadi dominan
pada setiap pangan juga berbeda. Cemaran mikrobiologis pada makanan
berasal dari beberapa sumber, cemaran ini dapat berasal dari bahan
mentah, pekerja, peralatan dan ruang produksi serta sumber air. Cemaran
ini dapat pula terjadi pada produk akhir melalui kontaminasi silang dari
bahan mentah kepada produk akhir atau terjadi saat pendistribusian (IPH,
Pertumbuhan mikroba pada pangan dapat menimbulkan berbagai
perubahan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan. Mikroba
yang merugikan misalnya yang menyebabkan kerusakan atau kebusukan
pangan, dan yang sering menimbulkan penyakit atau keracunan pangan.
Sedangkan mikroba yang menguntungkan adalah yang berperan dalam
proses fermentasi pangan (Nurjanah. 2006).
Makanan basah dipilih sebagai objek penelitian mengingat bahwa
makanan basah adalah makanan mengandung air/ kuah seperti bakso, mie
dan lainnya yang mudah membusuk/ basi serta berpotensi untuk
terkontaminasi kuman atau bakteri.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wati (2013), yang
menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang berhubungan dengan praktik
sanitasi pada pedagang makanan di sekitar wisata pantai Logending
kecamatan ayah Kabupaten Kebumen dengan nilai p<0,05.
Hal ini juga didukung berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
Yahya (2013) yang menyatakan bahwa sebagian rseponden memilik
tingkat pengetahuan dan sikap yang kurang baik dalam hal perilaku
penjamah makanan mie basah dengan keberadaan bakteri di lingkungan
Hasil penelitian yang dilakukan Romanda (2016) menyatakan
bahwa ada hubungan antara personal hygien dalam hal praktik personal
hygien dan sikap penjamah makanan dengan keberadaan bakteri
Escherichia Coli pada makanan di Tempat Pengolahan Makanan Bandara
Adi Soemarno Surakarta dengan nilai (p = 0,000).
. Lokasi wisata pantai ditemui sejumlah pedagang makanan yang
besar kemungkinan makan yang dijual tercemar oleh kuman dan bakteri,
terlebih jika para pedagang makanan tersebut tidak menerapkan praktik
sanitasi makanan yang baik (Suryani, 2014).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba pada
pangan diantaranya karakteristik pangan meliputi aktivitas air, nilai pH,
kandungan zat gizi dan keberadaan senyawa anti mikroba serta kondisi
lingkungan yang terdiri dari suhu, keberadaan oksigen dan kelembaban
(IPH, 2016).
Tempat penyediaan makanan yang memproduksi dan menjual
berbagai jenis makanan seperti restoran/ rumah makan dan ternpat-tempat
umum pengolahan makanan lainnya seperti pedagang kaki lima banyak
sekali di sekitar Pantai Pasir Panjang Kota Singkawang. Berdasarkan
infomasi yang diperoleh dari pedagang makanan/ kantin yang ada di
sekitar pantai pasir panjang menyatakan bahwa tiap tahunnya pedagang di
sekitar pantai mengalami peningkatan, terlebih jika menjelang hari-hari
libur Nasional seperti hari raya keagamaan, jumlah pedagang makanan
Hasil uji laboratorium 5 sampel makanan basah diantaranya 2
makanan basah jenis bakso dan 3 dengan jenis mie rebus menunjukkan
hasil (40%) sampel memiliki angka kuman diatas rata-rata >240 dan
(60%) sampel dengan angka kuman diambang batas normal. Diketahui
bahwa (100%) responden tidak pernah mengikuti pelatihan tentang praktik
sanitasi pedagang makanan yang baik dan benar terutama dalam makanan
basah.
Dari hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan angka kuman pada
makanan di kantin sekitar Pantai Pasir Panjang Kota Singkawang.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka yang menjadi
rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apa saja hubungan prinsip
higiene sanitasi makanan dengan angka kuman pada makanan basah di
kantin sekitar Pasir Panjang Kota Singkawang ?”.
1.3Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan prinsip higiene sanitasi makanan dengan
angka kuman pada makanan basah di kantin sekitar Pasir Panjang
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui hubungan antara pemilihan bahan makanan dengan
angka kuman pada makanan basah di kantin sekitar Pantai
Pasir Panjang Kota Singkawang.
2. Mengetahui hubungan antara penyimpanan bahan makanan
dengan angka kuman pada makanan basah di kantin sekitar
Pantai Pasir Panjang Kota Singkawang.
3. Mengetahui hubungan antara pengolahan makanan dengan
angka kuman pada makanan basah di kantin sekitar Pantai
Pasir Panjang Kota Singkawang.
4. Mengetahui hubungan antara peralatan masak dengan angka
kuman pada makanan basah di kantin sekitar Pantai Pasir
Panjang Kota Singkawang.
5. Mengetahui hubungan antara penyimpanan makanan dengan
angka kuman pada makanan basah di kantin sekitar Pantai
Pasir Panjang Kota Singkawang.
6. Mengetahui hubungan antara penyajian makanan dengan angka
kuman pada makanan basah di kantin sekitar Pantai Pasir
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1 Pemerintah Kota Singkawang
Informasi tentang praktik sanitasi pada pedagang makanan
di tempat wisata khususnya wisata bahari yang ada di Kota
Singkawang, dalam hal ini Pantai Pasir panjang.
1.4.2 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak
Menambah kepustakaan yang digunakan sebagai bahan
bacaan yang bermanfaat bagi mahasiswa dalam menambah
pengetahuan.
Selain itu sebagai evaluasi kemampuan mahasiswa dalam
menuangkan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan dalam
melakukan analisa suatu permasalahan kesehatan khususnya bagi
mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Pontianak.
1.4.2Pedagang
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber informasi
yang berguna, baik sebagai referensi atau penambah wawasan
mengenai praktik sanitasi berdagang makanan yang baik dan benar
dalam menjaga kebersihan makanan dari kuman dan bakteri pada
1.5 Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Peneliti/
Tahun
Judul Persamaan Perbedaan Desain
Penelitian
Hasil
Carina
Agoestin Intan Wati,
2013
Faktor yang berhubungan dengan Praktik
Sanitasi pada Pedagang Makanan Di Sekitar Wisata Pantai Logending Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen -Lokasi penelitian dilakukan di pantai
- Tidak di
lakukan
penelitian pada variable masa kerja, pelatihan
- Tidakdilakukan uji
laboratorium terhadap angka kuman Survey analitik dengan rancangan penelitian cross sectional
1. Ada hubungan antara
pengetahuan, sikap,
ketersediaan sumber-sumber fasilitas sanitasi makanan dengan praktik sanitasi pada pedagang
makanan di
sekitar wisata Pantai Logending Kecamatan Ayah Kabupaten
Kebumen.
2. Tidak ada
hubungan antara
masa kerja,
pelatihan dengan praktik sanitasi pada pedagang
makanan di
sekitar wisata Pantai Logending Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen. Fitka Romanda, 2016 Hubungan Personal Hygiene Dengan Keberadaan Escherichia
- Desain studi yang digunakan yaitu observasional dengan - Lokasi penelitian dilakukan di pengolahan makanan Bandara
Observasio nal dengan rancangan penelitian cross sectional
1. Ada hubungan personal hygiene penjamah
makanan dengan keberadaan
Coli Pada Makanan Di Tempat
Pengolahan Makanan (TPM) Buffer Area Bandara Adi Soemarmo Surakarta rancangan penelitian cross sectional - Variabel
penelitian yaitu penjamah makanan - Jenis bakteri
lebih spesifik pada bakteri E.Coli
pada makanan di tempat
pengolahan makanan (TPM)
buffer area
Bandara Adi
Soemarmo
Surakarta (p = 0,000 ; p<0,05).
Jasriyanti Yahya, 2013 Hubungan Perilaku Penjamah Makanan Dengan Keberadaan Bakteri Pada Mie Basah Di Lingkungan Universitas Negeri Gorontalo
- Sampel
makanan yang diteliti yaitu mie basah - Mengunakan rancangan penelitian cross sectional - Lokasi
penelitian di lingkungan Universitas
- Hasil uji
laboratorium untuk mengetahui keberadaan bakteri. Survei analitik dengan rancangan penelitian cross sectional
1. Analisis statistik menggunakan uji Korelasi Point Biserial. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat keberadaan
11 II.1 Sanitasi
Sanitasi merupakan suatu perilaku sehat yang dibudayakan oleh
manusia terhadap lingkungan agar terhindar dari kotoran ataupun sesuatu
yang bersifat berbahaya yang dapat menimbulkan penyakit. Perilaku
disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah
manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan
berbahaya lainnya dengan harapan meningkatnya kesehatan manusia
(Daryanto, 2015)
Sanitasi menurut WHO adalah suatu usaha untuk mengawasi
beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia
terutama terhadap hal-hal yang mempunyai efek merusak perkembangan
fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup (WHO, 2010).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, disimpulkan bahwa sanitasi
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia sebagai upaya
untuk membudayakan hidup sehat dengan cara mengawasi kebersihan
lingkungan dari kotoran, limbah dan lain-lain yang dapat menimbulkan
kerusakan perkembangan fisik dan kesehatan demi terwujudnya kondisi
II.1.1 Sanitasi Tempat Umum
Tempat umum merupakan lokasi dimana masyarakat sering
melakukan aktivitas di dalamnya. Aktivitas-aktivitas tersebut
berlangsung sesuai dengan apa yang dilakukan oleh
masing-masing individu.
Tempat umum memiliki beberapa jenis, yang terdiri dari
pasar, taman, swalayan, jalan, terminal, pantai atau tempat wisata
lain, serta masih banyak lagi. Kriteria yang harus dimiliki
tempat-tempat umum, yaitu sebagai berikut : (Mukono dalam Djamil,
2013)
a. Diperuntukkan bagi masyarakat umum, artinya masyarakat
umum boleh keluar masuk ruangan tempat umum dengan
membayar atau tanpa membayar;
b. Harus ada gedung/tempat peranan yang dianggap milik umum,
artinya harus ada tempat tertentu dimana masyarakat melakukan
aktivitas tertentu.
c. Harus ada aktivitas, artinya pengelolaan dan aktivitas dari
pengunjung tempat-tempat umum tersebut;
d. Harus ada fasilitas, artinya tempat-tempat umum tersebut harus
sesuai dengan ramainya, harus mempunyai fasilitas tertentu
yang mutlak diperlukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
Tempat umum merupakan tempat yang dikunjungi oleh
banyak orang. Sehingga, akan banyak kemungkinan terjadinya
banyak hal, seperti tindak kejahatan ataupun kriminal bahkan
penyebaran suatu penyakit. Adapun proses terjadinya penyebaran
penyakit tersebut tersebar melalui beberapa unsur, yang terdiri dari
tanah, udara, dan air.
Namun, selain unsur-unsur tersebut, penyakit juga dapat
menular melalui jajanan yang ada di sekitar tempat umum. Menjadi
keharusan bagi pengelola untuk selalu memonitoring segala
aktivitas yang ada..
Djamil (2013) menyatakan bahwa sanitasi tempat-tempat
umum merupakan usaha untuk mengawasi kegiatan yang
berlangsung di tempat-tempat umum, terutama yang erat
hubungannya dengan menularnya suatu penyakit, sehingga
penularannya dapat dicegah.
Sanitasi tempat-tempat umum adalah pengawasan atau
pemeriksaan sanitasi terhadap tempat umum yang dilakukan untuk
mewujudkan lingkungan yang bersih guna melindungi kesehatan
masyarakat dari kemungkinan penularan penyakit dan gangguan
kesehatan lain (Chandra, 2007).
Higiene dan sanitasi tempat-tempat umum merupakan salah
satu upaya kesehatan masyarakat yang secara luas mencakup
anggota masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang baik
(Setiowati, 2011).
II.1.2 Kantin
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kantin adalah
ruang tempat menjual makanan dan minuman (di sekolah, di
kantor, di asrama dan sebagainya).
Kantin (dari bahasa Belanda: kantine) adalah sebuah
ruangan dalam sebuah gedung umum yang dapat digunakan
pengunjungnya untuk makan, baik makanan yang dibawa sendiri
maupun yang dibeli di sana (Edratna, 2011).
Menurut Permenkes Nomor 1096/Menkes/PER/VI/2011
Kantin / jasa boga dalam menjalankan usahanya harus memenuhi
persyaratan hygiene sanitasi. Persyaratan hygiene sanitasi yang
harus dipenuhi sebagaimana dimaksud meliputi :
a. Persyaratan lokasi dan bangunan
b. Persyaratan fasilitas sanitasi
c. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
d. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
e. Persyaratan pengolahan makanan
f. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan maknanan jadi
g. Persyaratan peralatan yang digunakan
Utami (2011) mengemukakan bahwa kantin merupakan
golongan A1 yaitu jasa boga yang melayani kebutuhan masyarakat
umum, dengan pengolahan yang menggunakan dapur rumah
tangga yang dikelola oleh keluarga.
Secara umum pengertian kantin, rumah makan dan restoran
hampir sama yaitu sama-sama tempat yang menyediakan makanan
jadi yang siap dikonsumsi. Namun, perbedaan ketiganya yaitu
terletak pada jumlah karyawan, wastafel, toilet, serta jumlah kursi
pengunjung. Dalam hal ini setiap penambahan kursi pengunjung
diatas 20 maka akan disebut sebagai restoran.
II.2 Pengertian Makanan
Makanan adalah semua substansi yang dibutuhkan oleh tubuh tidak
termasuk air, obat-obatan, dan substansi-substansi lain yang digunakan
untuk pengobatan. (Chandra, 2007).
Makanan merupakan suatu bagian yang penting untuk kesehatan
manusia mengingat setiap saat dapat saja terjadi penyakit yang diakibatkan
oleh makanan. Manusia juga harus memperhatikan makanan yang mereka
konsumsi, agar tujuan dari makanan tetap tepat pada pengertiannya, yaitu
untuk kelangsungan hidup, untuk pertumbuhan serta memenuhi
kebutuhan. Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi
kehidupan manusia (Mulia, 2005).
Berdasarkan pendapat diatas, makanan yang diungkapkan tetap
memiliki fungsi yang sama, yaitu sebagai kebutuhan pokok manusia yang
kelangsungan hidup selanjutnya, makanan harus tetap terjaga, agar
perkembangan dan pertumbuhan manusia tetap berjalan dengan baik.
II.2.1 Penyakit Akibat Makanan
Ganguan kesehatan akibat makanan dapat membahayakan
manusia, maka dari itu kita harus mengetahui apa saja
gangguan-gangguan tersebut.
Menurut Slamet dalam Mulya (2005) gangguan akibat
makanan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu keracunan makanan
dan penyakit bawaan makanan.
II.2.2 Bakteri Penyebab Penyakit Bawaan Makanan
Menurut Soedarto (2011) beberapa bakteri yang menjadi
penyebab utama penyakit bawaan makanan diantaranya :
a. Campylobacter, bakteri pathogen ini menimbulkan gejala klinis
demam, diare dan kejang-kejang perut. Bakteri ini hidup di
dalam usus unggas, sehingga sebagian besar daging ungggas
tercemar bakteri ini
Gambar II.1
b. Clostridium perfringens, bakteri ini sering ditemukan pada
daging mentah dan daging ungags. Bakteri yang dapat hidup
tanpa oksigen menghasilkan racun yang menjadi penyebab
keracunan makanan.
Gambar II.2
Bakteri Clostridium perfringens (Marler. 2014)
c. Norovirus, gejala klinis gastrointestinal yang timbul terutama
adalah muntah yang lebih sering terjadi dibanding diare.
Penularan terjadi dari seorang penderita pada orang lain, melalui
Gambar II.3
Bakteri Norovirus (Safely. 2015)
d. Salmonella, gejala klinis salmonella adalah demam, diare dan
kejang perut. Pada penderita dengan kesehatan yang buruk dapat
mengakibatkan kematian, karena bakteri ini dapat menyebar
melalui aliran darah keseluruh tubuh.
Gambar II.4
e. Shigella, bakteri ini disebarkan dari orang ke orang dan
menyebabkan diare.
Gambar II.5
Bakteri Shigella (Marler. 2014)
Mikroba perusak pangan dan pathogen yang banyak
ditemukan pada produk pangan adalah jenis bakteri pembentuk
spora bacillus cereus, bakteri gram positif staphycloccos aereus,
bakterigram negative yaitu salmonella dan escheria coli, jenis
bakteri seperti ini banyak mencemari pangan karena tindakan yang
tidak higienis dalam penanganan pangan (Adam and Moss dalam
Nurjanah, 2006).
II.2.2 Kriteria dan Syarat Makanan Layak Konsumsi
Sanitasi makanan memiliki beberapa syarat yang menjadi
acuan bahwa makanan yang dihidangkan benar-benar aman untuk
di konsumsi. Menurut Yuliastri dan Yulianto (2013) yang
mengemukakan syarat makanan layak konsumsi terbagi sebagai
a. Bahan makanan bersih dan segar
b. Proses pembuatan yang benar dan baik
c. Bahan dan campuran bahan yang sesuai dan benar
d. Pembuatan hidangan makanan yang sesuai dengan standar
proses
e. Dapur yang bersih dan terawatt
f. Peralatan yang bersih dan sanitatair
g. Tenaga penjamah yang bersih
Mundiatun dan Daryanto (2015) juga mengemukakan
kriteria-kriteria makanan yang layak untuk dimakan. Adapun
kriteria-kriteria tersebut sebagai berikut:
a. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki;
b. Bebas dari pencemaran disetiap tahap produksi dan penanganan;
c. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendakai,
sebagai akibat dari pengaruh enzyme, aktivitas mikroba, hewan
pengerat, serangga, parasite dan kerusakan-kerusakan karena
tekanan, pemasakan dan pengeringan;
d. Bebas dari mikroorganisme dan parasite yang menimbulkan
penyakit yang dihantarkan oleh makanan.
Persyaratan-persayaratan makanan yang sehat dan bebas
dari penyebaran berbagai macam penyakit juga disampaikan oleh
Putri (2013) yang terdiri sebagai berikut :
b. Bahan makanan kaleng harus di cek kemungkinan ada
kebocoran;
c. Bahan pembuat kue (tepung, pewarna dan lain-lain) bebas dari
serangga dan disimpan dengan baik
Makanan memiliki syarat sebagai standar layak konsumsi,
syarat-syarat tersebut terdiri dari tingkat kebersihan makanan
(buah-buahan, sayuran, makanan kaleng dan lain sebagainya) harus
baik dan masih segar, tingkat kematangan dan proses pembuatan
sesuai dengan standar prosedur, aman dari binatang-binatang yang
menyebarkan penyakit, bebas parasite, mikroorganisme berbahaya,
lingkungan yang bersih seperti dapur, peralatan dan penjamah
makanan serta bebas dari perubahan fisik terhadap makanan
tersebut. Semua syarat-syarat tersebut di haruslah diperhatikan dan
diterapkan dalam kehidupan.
II.3 Praktik Sanitasi Makanan
Praktik sanitasi makanan adalah upaya-upaya yang
ditujukan untuk kebersihan dan keamanan makanan agar tidak
menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada manusia
(Chandra, 2007).
Mengacu pada prinsip hygiene praktik sanitasi makanan
menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Barnabas (2015)
tentang sanitasi pedagang makanan di kantin dan diperkuat oleh
makanan sebagai berikut (Permenkes Nomor
1096/Menkes/PER/VI/2011):
a. Pemilihan Bahan Baku Makanan
Perlindungan terhadap bahan baku terhadap
bahaya-bahaya bahan kimia atau pertumbuhan mikroorganisme
pathogen dan pembentukan toksin.
Selama transportasi dan penyimpanan bahan baku
mutlak diperhatikan. Bahan-bahan yang dimakan dalam keadaan
mentah harus diangkut dan disimpan terpisah dari bahan baku
lain dan bahan-bahan yang bukan bahan pangan. Bahan pangan
harus dikirim sedemikian rupa sehingga mencegah pertumbuhan
mikroorganisme patogen pembentukan atau pembentukan toksin
dengan mengatur lamanya waktu pengiriman , suhu dan
aktivitas air (water actifity=Aw) bahan baku (Permenkes, 2011).
Dalam hal ini pemilihan bahan makanan yaitu bahan
makanan basah dalam keadaan baik mutunya, segar dan tidak
busuk; bebas dari bahan kimia dan toksin seperti (formalin,
pestisida dan lainnya); bahan makanan diperoleh dari sumber
yang terpercaya (pasar tradisional yang terjaga kebersihannya,
b. Penyimpanan Bahan Makanan
Kerusakan bahan makan dapat terjadi karena tercemar
bakteri, karena alam dan perlakuan manusia, adanya enzim
dalam makanan yang diperlukan dalam proses pematangan.
Seperti pada buah-buahan dan kerusakan mekanis seperti
gesekan, tekanan, benturan dan lain-lain. Untuk mencegah
terjadinya kerusakan dapat dikendalikan dengan pencegahan
pencemaran bakteri (Permenkes, 2011).
Sifat dan karakteristik seperti sifat hidupnya, daya tahan
panas, faktor lingkungan hidup, kebutuhan oksigen dan
berdasarkan pertumbuhannya. Penyimpanan makanan yang
sesuai dengan suhunya terbagi 4 (empat) cara yaitu
penyimpanan sejuk (cooling), penyimpanan dingin (chilling),
penyimpanan dingin sekali (freezing), penyimpanan beku
(frozen) (Permenkes, 2011).
Dalam hal ini bahan makanan diletakkan terpisah dengan
bahan baku lain bukan pangan; penyimpanan bahan makanan
dalam keadaan tertutup; wadah penyimpanan makanan dalam
keadaan bersih.
c. Pengolahan Makanan
Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk
makanan yang baik adalah mengikuti kaidah dan prinsip-prinsip
higiene dan sanitasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatiakan dalam proses
pengolahan makanan antara iain, tersedianya dapur yang
memenuhi persyaratan, dengan minimal setiap dapur memiliki
fasilitas tempat pencucian peralatan, tempat penyimpanan bahan
makanan, tempat persiapan , dan tempat pengolahan.
(Permenkes, 2011).
Dalam hal ini pengolahan makanan basah terdiri dari ;
air yang digunakan untuk mengolah makanan basah dimasak
sampai mendidih; mencucui bahan makanan dengan air bersih
dan mengalir; pengolahan makanan terhindar dari kontak tubuh.
d. Peralatan Masak.
Semua perlengkapan yang diperlukan dalam proses
pengolahan makanan seperti sendok, pisau dan peralatan
lainnya. Bentuk peralatan masak dipersyaratkan mudah
dibersihkan dan tidak boleh berlekuk dan tidak boleh digunakan
untuk keperluan lain selain memasak, mengolah makanan dan
menyimpan makanan. Wadah penyimpanan makanan harus
dalam keadaan bersih. Selain itu peralatan untuk penyimpanan
makanan harus terpisah untuk makanan matang dan mentah,
bahan kering dan bahan makanan basah terpisah untuk setiap
Dalam hal ini peralatan masak diantaranya ; peralatan
pengolahan makanan tidak digunakan untuk keperluan lain;
peralatan penyimpanan makanan terpisah untuk makanan
matang dan makanan mentah atau bahan kering dan basah;
peralatan masak yang tidak layak pakai/ rusak (patah, berkarat
dan lainnya) segera diganti dan tidak digunakan kembali.
e. Penyimpanan Makanan.
Bahaya terbesar dalam makanan masak adalah adanya
mikroorganisme patogen dalam makanan akibat
terkontaminasinya makanan sewaktu proses pengolahan
makanan maupun kontaminasi silang melalui wadah atau
penjamah makanan kemudian dibiarkan dingin pada suhu
ruangan. Kondisi optimum mikroorganisme patogen dalam
makanan siap saji ini akan mengakibatkan mikroorganisme
berlipat ganda dalam jangka waktu antara 1-2 jam (Permenkes,
2011).
Dalam hal ini penyimpanana makanan basah yang siap
saji disimpan wadah penyimpanan makanan dalam keadaan
bersih; tempat penyimpanan makanan yang sudah jadi bebas
dari vektor serangga, lalat dan lainnya); tempat penyimpanan
makanan siap yang sudah jadi diberi alas kain (seperti taplak
f. Penyajian Makanan
Proses ini merupakan tahap akhir proses pengolahan
makanan. Prinsip penyajian makanan wadah untuk setiap jenis
makanan ditempatkan dalam wadah terpisah, dan diusahakan
tertutup. Tujuan agar makanan tidak terkontaminasi silang, bila
satu makanan tercemar yang lain dapat diselamatkan serta
memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat
kerawanan pangan. (Permenkes, 2011).
Dalam hal ini penyajian makanan meliputi; Makanan
jadi disajikan dengan wadah tertutup atau terbungkus; Makanan
disajikan diwadah terpisah dengan jenis makanan yang lain;
kontak makanan jadi menggunakan sarung tangan plastik,
II.4 Kerangka Teori
Gambar II.6 Kerangka Teori
Permenkes Nomor 1096/Menkes/PER/VI/2011
Segar dan tidak busuk, bebas dari bahan kimia dan toksin, sumber terpercaya Pemilihan Bahan
Makanan
Terpisah, tertutup dan bersih Penyimpanan Bahan
Makanan
Air mendidih, air mengalir, terhindar dari kontak tubuh
Pengolahan Makanan
Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan
Tidak digunakan untuk keperluan lain, dipisahkan, layak pakai Peralatan Masak
Bersih, bebas dari vektor dan memiliki alas kain
Penyimpanan Makanan
Tertutup atau terbungkus, terpisah dan tidak kontak langsung dengan badan Penyajian Makanan
Pertumbuhan Mikroorganisme
28
III.1 Kerangka Konsep
Gambar III.1 Kerangka Konsep
`
III.2 Variabel Penelitian
III.2.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau
memengaruhi, yaitu faktor-faktor yang diukur atau dipilih oleh
peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang
diobservasi atau diamati (Notoatmodjo, 2010).
Variabel Bebas Variabel Terikat
Pemilihan Bahan Makanan
Penyimpanan Bahan Makanan
Pengolahan
Makanan Angka Kuman
Pada Makanan Peralatan Masak
Penyimpanan Makanan
Dalam penelitian ini variabel bebas mengenai praktik sanitasi
makanan yang meliputi meliputi : pemilihan bahan makanan,
penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, peralatan
masak, penyimpanan makanan dan penyajian makanan
III.2.3 Variabel Terikat
Variabel terikat adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur
untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas (Notoatmodjo,
2010). Dalam penelitian ini variabel terikat adalah angka kuman
pada makanan.
III.3 Defenisi Operasional
III. 3.1 Variabel Bebas
Tabel III.1 Defenisi Operasional
Variabel Bebas
No Variabel Defenisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Praktik Sanitasi Makanan
1 Pemilihan Bahan Makanan
Pemilihan bahan makanan yang baik seperti : bahan makanan segar dan tidak busuk, bebas dari bahan kimia, diperoleh dari sumber terpercaya.
Wawancara Kuesioner - 0= Kurang Baik, jika semua syarat tidak dipenuhi
- 1= Baik, jika semua syarat dipenuhi
Nominal
2 Penyimpanan Bahan Makanan
Penyimpanan terpisah dengan bahan baku lain, tertutup dan bersih.
Observasi Lembar Observasi
- 0= Kurang Baik,
jika semua syarat tidak dipenuhi
- 1= Baik, jika semua syarat dipenuhi 3 Pengolahan
Makanan
Air masak, bahan dicuci menggunakan air bersih dan mengalir, terhindar dari kontak tubuh
Observasi Lembar Observasi - 0= Kurang Baik, jika semua syarat tidak dipenuhi
- 1= Baik, jika semua syarat dipenuhi
Nominal
4 Peralatan Masak Peralatan masak terpisah penyimpananny a, tidak digunakan untuk keperluan lain dan layak pakai/ tidak rusak
Observasi Lembar Observasi - 0= Kurang Baik, jika semua syarat tidak dipenuhi
- 1= Baik, jika semua syarat dipenuhi
Nominal
5 Penyimpanan Makanan
Disimpan pada wadah yang bersih, bebas dari vektor dan tempat
penyimpanan diberi alas
- 1= Baik, jika semua syarat dipenuhi 6 Penyajian
Makanan Makanan yang dihidangkan pada wadah tertutup, terpisah dari jenis makanan lain dan tidak kontak langsung dengan tubuh
Observasi Lembar Observasi - 0= Kurang Baik, jika semua syarat tidak dipenuhi
- 1= Baik, jika semua syarat dipenuhi
Nominal
III. 3.3 Variabel Terikat
Variabel Terikat No Variabel Defenisi Cara Ukur Alat
Ukur
Hasil/Ukur Skala
1. Angka
kuman pada makanan Kegiatan uji laboratorium terhadap angka kuman yang terdapat pada makanan basah seperti bakso dan mie Uji Laboratorium
- a) Bakso 0= Tidak memenuhi syarat jika ALT >1x105
koloni/gr
1=Memenuhi syarat jika ALT ≤1x105
koloni/gr
b) Mie 0= Tidak memenuhi syarat jika ALT >1x106
koloni/gr
1=Memenuhi syarat jika ALT ≤1x106
(BPOM, 2009)
III.4 Hipotesis
Digunakan Hipotesis Alternatif (Ha) yaitu :
a. Ada hubungan antara pemilihan bahan makanan dengan angka kuman
pada makanan di kantin sekitar Pantai Pasir Panjang Kota Singkawang.
b. Ada hubungan antara penyimpanan bahan makanan dengan angka kuman
pada makanan di kantin sekitar Pantai Pasir Panjang Kota Singkawang.
c. Ada hubungan antara pengolahan makanan dengan angka kuman pada
makanan di kantin sekitar Pantai Pasir Panjang Kota Singkawang.
d. Ada hubungan antara peralatan masak dengan angka kuman pada
makanan di kantin sekitar Pantai Pasir Panjang Kota Singkawang.
e. Ada hubungan antara penyimpanan makanan dengan angka kuman pada
makanan di kantin sekitar Pantai Pasir Panjang Kota Singkawang.
f. Ada hubungan antara penyajian makanan dengan angka kuman pada
33
Jenis penelitian ini yaitu Observasional Analitik menggunakan
rancangan penelitian Cross Sectional yaitu penelitian yang mempelajari
dinamika hubungan atau korelasi antara faktor dengan dampak atau efeknya.
Faktor risiko dan dampak diobservasi pada saat yang sama setiap subyek
penelitian diobservasi hanya satu kali, faktor risiko diukur menurut keadaan
atau status pada saat observasi (Notoatmodjo, 2010).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan
dengan angka kuman pada makanan di kantin sekitar Pantai Pasir Panjang
Kota Singkawang.
IV.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu dan tempat penelitian akan dilakukan pada bulan September
2016 dengan tempat penelitian di Pantai Pasir Panjang Kota Singkawang.
IV.3 Populasi dan Sampel
IV.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian
(Notoadmodjo, 2010), dalam penelitian ini populasi berjumlah 72
pedagang makanan tetap yang menjual makanan disekitar wisata
pantai pasir panjang yang diperoleh dari hasil survei langsung di
IV.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang
dimiliki populasi (Notoadmodjo, 2010).
Teknik pengambilan sampel pada penelitian yang akan
dilakukan secara Accidental Sampling, yaitu pengambilan sampel
yang dilakukan dengan cara mengambil sampel yang kebetulan ada
di tempat penelitian sesuai konteks penelitian. Penelitian ini
menggunakan Rumus Slovin untuk populasi kecil atau lebih kecil
dari seribu (Notoatmodjo, 2005). Rumus Slovin sebagai berikut:
n = N 1 + N (d2)
n = 72 1 + 72 (0,1)2
n = 72 n = 72 n = 72 1 + 72 (0,1)2 1 + 0,72 1,72
n = 41,86 dibulatkan menjadi 42
Keterangan :
n : besar sampel
N: besar populasi
d²: penyimpangan populasi atau kelipatan derajat yang diinginkan
Kriteria Inklusi dan Ekslusi
1. Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel
(Notoatmodjo, 2010). Kriteria inkulisi pada sampel ini
adalah:
a. Pedagang makanan disekitar pantai pasir panjang
b. Pedagang yang menetap/ permanen di sekitar pantai pasir
panjang
c. Pedagang yang memiliki kios dagang di sekitar pantai
pasir panjang
d. Menjual makanan basah
e. Bersedia menjadi responden.
2. Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sebagai sampel (Notoadmodjo, 2010). Kriteria
eksklusi sebagai berikut:
a. Pedagang makanan yang berpindah-pindah
b. Pedagang makanan keliling
c. Menjual makanan kering
IV.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dengan mengunakan kuesioner, semua
variable diukur dengan cara diberikan skor pada setiap komponen
pertanyaan, sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :
a. Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung pada
responden sebagai sasaran penelitian dengan instrument, pengumpulan
data dengan alat bantu kuesioner untuk mengetahui faktor yang
berhubungan dengan praktik sanitasi pada pedagang makanan dalam hal
mengenai praktik sanitasi makanan yang meliputi meliputi : pemilihan
bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan,
peralatan masak, penyimpanan makanan dan penyajian makanan.
Teknik pengambilan sampel makanan basah diambil dengan wadah
yang sudah distrerilisasi terlebih dahulu, kemudian dibawa pada hari
yang sama untuk dilakukan uji laboratorium.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data profil wisata Pasir Panjang dari Dinas
Pariwisata Kota Singkawang.
c. Pemeriksaan Angka Kuman
Pemeriksaan angka kuman pada makanan basah menggunakan
atau menggunakan aquades, alat tulis, dan tas/ termos berisi es untuk
membawa sampel.
Berikut tahapan pengambilan sampel makanan basah :
a. Persiapkan semua peralatan yang dibutuhkan
b. Buka wadah tempat sampel
c. Mengusap kapas steril disekeliling wadah
d. Masukkan sampel ±25 gr pada wadah mengunakan sendok yang
sudah steril
e. Menutup wadah dengan baik dan rapat
f. Beri label pada sampel, kemudian sampel dimasukkan ke dalam tas/
termos berisi es dan memastikan tas/ termos es tersebut tertutup rapat
g. Sampel dikirim ke laboratorium
IV.5 Teknik Pengolahan Data dan Penyajian Data
1.2.1. Teknik Pengolahan
Teknik pengolahan data dilakukan dengan proses pengolahan
data yang terdiri dari : (Notoatmodjo, 2010)
a. Memeriksa Data (Editing)
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah
menjumlahkan/ menghitung lembar tanya dan checklist yang
telah diisi.
Dilakukan koreksi terhadap jawaban atas pertanyaan
b. Pengkodean (Coding)
Yaitu mengklasifikasikan data-data dari masing-masing
variabel dengan kode-kode tertentu dari ukuran penelitian yang
digunakan
c. Pemberian Skor (Scoring)
Kegiatan merubah kuesioner atau pertanyaan dengan
memberi nilai atau skor.
d. Menyusun Data (Tabulating)
Setelah data diberi kode, data dikoreksi dan
dikelompokan sesuai variabel yang selanjutnya dbuat tabel yang
sesuai.
e. Menganalisa Data (Analiting)
Tahap menganalisa data setelah diproses di program
analisa data.
1.2.2. Teknik Penyajian Data
Setelah data diolah maka akan disajikan dalam bentuk tabel
IV.6 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan penelitian adalah analis univariat
dan analisis bivariat (Notoatmodjo, 2010).
a. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menampilkan gambaran karakteristik
variabel-variabel yang diteliti dengan menghitung frekuensi
masing-masing subjek penelitian dengan table distribusi.
Variabel yang dimaksud adalah pemilihan bahan makanan,
penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, peralatan masak,
penyimpanan makanan dan penyajian makanan.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yaitu untuk mencari hubungan antara dua variabel
yang berhubungan atara variabel bebas dan variabel terikat, dalam
analisis ini dilakukan dengan pengujian statistik dengna Uji Chi-square.
Adapun rumus Chi-square sebagai berikut :
Chi-Square
:
Keterangan :
X² = Chi-Square
O = Nilai Observasi
E = Nilai Expextensi dengan tingkat kepercayaan 95 % = 0,05
E E
Kesimpulan : (Notoatmodjo, 2010)
- Hipotesis nol (Ho) diterima jika > (0,05) artinya tidak ada
hubungan yang signifikan antara variabel bebas dan variabel
pengganggu dengan variabel terikat.
- Hipotesis nol (Ho) ditolak jika ≤ (0,05) artinya ada hubungan
yang bermakna antara variabel bebas dan variabel pengganggu
dengan variabel terikat.
- Jika nilai Prevalensi Rasio (PR) = 1 artinya tidak ada risiko antara
variabel bebas dengan variabel terikat.
- Jika nilai Prevalensi Rasio (PR) < 1 artinya variabel bebas memiliki
risiko kecil terhadap variabel terikat.
- Jika nilai Prevalensi Rasio (PR) > 1 artinya variabel bebas memiliki
41
V.I Hasil
V.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Taman Pasir Panjang I dan II merupakan salah satu objek
wisata yang ada di Kota Singkawang yang menyediakan berbagai
fasilitas untuk memanjakan pengunjung diantarannya hotel, kolam
renang, diskotik, bumi perkemahan, cootage, speed boat, banana
boat, sirkuit, transportasi penyeberangan ke Pulau Randayan dan
lainnya yang terletak di Kelurahan Sedau Kecamatan Singkawang
Selatan yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Sungai Raya
Kepulauan Kabupaten Bengkayang, dengan jarak tempuh 17 km dari
pusat Kota Singkawang.
V.1.2 Gambaran Proses Penelitian
Pedagang makanan basah yang menetap di sekitar pantai
pasir panjang sebanyak 70 pedagang, namun pada penelitian ini
sampel responden dan makanan basah dihitung menggunakan rumus
sampling diperoleh sampel sebanyak 42 sampel. Peneliti melakukan
survey di lokasi penelitian dengan mendata sendiri jumalah
Gambar V.1 Alur Kerja Penelitian
Berdasarkan gambar alur kerja penelitian tersebut diatas diperoleh
informasi bahwa penelitian dimulai dengan proses pengumpulan data
jumlah pedagang makanan basah di sekitar pantai pasir panjang kota
singkawang. Dilakukan penelitian pertama melakukan wawancara
kuesioner dengan para responden, setelah proses wawancara seluruh
respond selesai, maka peneliti melakukan pengambilan sampel
makanan basah yaitu bakso dan mie rebus untuk kemudian sampel
makanan basah tersebut di bawa ke laboratorium untuk mengetahui
angka kuman pada makanan basah. Setelah semua data terkumpul
(hasil wawancara kuesioner dan hasil uji laboratorium terhadap
angka kuman pada makanan basah) peneliti melakukan analisa data
untuk mengetahui hubungan antara variable bebas dan terikat. Pengumpulan Data
Wawancara Kuesioner Pedagang Makanan
Basah Sekitar Pantai Pasir Panjang
Pengambilan Sampel Makanan Basah
Uji Laboratorium
Tabel V.I
Tabel Plan of Action (POA) Penelitian
No Kegiatan Tanggal/ Waktu Lokasi
1 Perkenalan diri dan menyampaikan maksud serta tujuan kepada responden ( pedagang makanan basah)
28 Oktober – 6 November 2016, 09:00 - Selesai
Wisata Pantai Pasir Panjang Kota
Singkawang
2 Wawancara kuisioner dan
observasi variabel
penelitian
28 Oktober – 6 November 2016, 09:00 - Selesai
Wisata Pantai Pasir Panjang Kota
Singkawang 3 Pengambilan seluruh
sampel makanan basah.
6 November 2016 Wisata Pantai Pasir Panjang Kota
Singkawang 4 Sampel makanan basah
yang sudah diambil dilakukan uji laboratorium
6 November 2016 Laboratorium Kesehatan Pontianak
Berdasarkan tabel diatas bahwa penelitian dilakukan dengan
menggunakan instrument kuisioner dan pengamatan meliputi pemilihan
bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan,
peralatan masak, penyimpanan makanan jadi, dan penyajian makanan,
penelitian dilaksanakan di Wisata Pantai Pasir Panjang Kota Singkawang
dengan jumlah sampel sebanyak 42 pedagang makanan basah.
Penelitian dilakukan selama ± 1 minggu dari 28 Oktober – 6
November 2016, waktu penelitian yang dibutuhkan untuk setiap responden
kurang lebih 1 jam/ 1 responden, dalam penelitian peneliti menentukan
sampel menggunakan metode Accidental Sampling.
Pada saat penelitian, pertama peneliti memulai dengan perkenalan
diri serta menyampaikan maksud serta tujuan kepada responden (
responden, setelah proses wawancara seluruh responden selesai, maka
peneliti melakukan pengambilan sampel makanan basah yaitu bakso dan
mie rebus untuk kemudian sampel makanan basah tersebut di bawa ke
laboratorium untuk mengetahui angka kuman pada makanan basah.
V.1.3 Gambaran Karakteristik Responden
V.1.3.1 Usia
Usia seluruh responden dalam penelitian ini rata-rata 31,31
tahun, usia responden termuda 23 tahun dan tertua 42 tahun.
Analisis usia dibagi menjadi 3 kategori menurut Depkes (2009)
diantaranya remaja akhir (17-25 tahun), dewasa awal (26-35
tahun) dan dewasa akhir (36-45 tahun). Distribusi dan frekuensi
responden berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel V.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Responden di Pantai Pasir Panjang
Kota Singkawang Tahun 2016
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa usia responden
sebagian besar pada kategori dewasa awal (59,5%), sedangkan
sebagian kecil usia responden pada kategori remaja akhir
(11,9%).
Usia Jumlah
n %
Remaja Akhir (17-25 Tahun) 5 11,9
Dewasa Awal (26-35 Tahun) 25 59,5
Dewasa Akhir (36-45 Tahun) 12 28,6
Total 42 100
V.1.3.3 Pendidikan
Pendidikan responden dikelompokan menjadi 4 yaitu SD,
SMP, SMA dan Perguruan Tinggi (PT). Distribusi dan frekuensi
responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel V.3
Distribusi dan Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Responden di Pantai Pasir Panjang
Kota Singkawang Tahun 2016
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar
tingkat pendidikan responden yaitu SMA (61,9%), sedangkan
sebagian kecil pendidikan responden tidak sekolah (2,4%).
V.1.3.4 Jenis Sampel Makanan Basah
Berdasarkan distribusi jenis sampel makanan basah yang
diambil dibagi menjadi 2 jenis yaitu Bakso dan Mie Rebus.
Distribusi dan frekuensi berdasarkan jenis makanan basah dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Pendidikan Jumlah
N %
Tamat SD 4 9,5
Tamat SMP 11 26,2
Tamat SMA 26 61,9
Tamat PT 1 2,4
Total 42 100
Tabel V.4
Distribusi dan Frekuensi Berdasarkan Jenis Sampel Makanan Basah di Pantai Pasir Panjang
Kota Singkawang Tahun 2016
Jenis Sampel Jumlah
N %
Bakso 27 64,3
Mie Rebus 15 35,7
Total 42 100
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jenis makanan basah
yang paling banyak aladal bakso (64,3%) dari pada mie rebus
(35,7%).
V.1.4 Analisis Univariat
1. Pemilihan Bahan Makanan
Berdasarkan analisis lanjutan, pemilihan bahan makanan
dibagi menjadi 2 (dua) kategori yaitu memenuhi syarat dan tidak
memenuhi syarat. Distribusi frekuensi kategori pemilihan bahan
makanan dilihat pada tabel berikut :
Tabel V.5
Distribusi dan Frekuensi Responden Berdasarkan Pemilihan Bahan Makanan di Pantai Pasir Panjang
Kota Singkawang Tahun 2016
Pemilihan Bahan Makanan Jumlah
n %
Tidak Memenuhi Syarat 4 9,5
Memenuhi Syarat 38 90,5
Total 42 100
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hampir seluruh
responden dengan pemilihan bahan makanan yang memenuhi syarat
Tabel V.6
Analisis Item Pertanyaan Pemilihan Bahan Makanan
Petanyaan Jawaban n
Ya % Tidak %
Bahan-bahan makanan basah (Bakso dan Mie Rebus) dalam keadaan segar dan dalam kondisi baik.
38 90,5 4 9,5 42
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hampir seluruh
responden (90,5%) dengan jawaban (Ya) pada pertanyaan mengenai
bahan makanan basah (Bakso dan Mie Rebus) dalam keadaan segar
dan dalam kondisi baik.
2. Penyimpanan Bahan Makanan
Berdasarkan analisis lanjutan, penyimpanan bahan makanan
dibagi menjadi 2 kategori yaitu memenuhi syarat (jika semua item
terpenuhi) dan tidak memenuhi syarat (jika semua item tidak
terpenuhi). Distribusi frekuensi kategori penyimpanan bahan makanan
dilihat pada tabel berikut :
Tabel V.7
Distribusi dan Frekuensi Responden Berdasarkan Penyimpanan Bahan Makanan di Pantai Pasir Panjang
Kota Singkawang Tahun 2016
Penyimpanan Bahan Makanan Jumlah
n %
Tidak Memenuhi Syarat 23 54,8
Memenuhi Syarat 19 45,2
Total 42 100
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian responden
dengan penyimpanan bahan makanan yang tidak memenuhi syarat
Tabel V.8
Analisis Item Pertanyaan Penyimpanan Bahan Makanan
Petanyaan Jawaban n
Ya % Tidak %
Bahan makanan diletakkan/
disimpan terpisah dengan bahan baku lain bukan pangan.
28 66,7 14 33,3 42
Bahan makanan basah seperti sayur, daging pentol disimpan pada lemari pendingin dengan suhu ≤4oc
29 69 13 31 42
Wadah penyimpanan bahan
makanan basah dalam keadaan bersih
30 71,4 12 28,6 42
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar
responden cenderung memiliki wadah penyimpanan bahan makanan
basah dalam keadaan bersih (71,4%).
3. Pengolahan Makanan
Berdasarkan analisis lanjutan, pengolahan makanan dibagi
menjadi 2 kategori yaitu memenuhi syarat (jika semua item terpenuhi)
dan tidak memenuhi syarat (jika semua item tidak terpenuhi).
Distribusi frekuensi kategori pengolahan makanan dilihat pada tabel
berikut :
Tabel V.9
Distribusi dan Frekuensi Responden Berdasarkan Pengolahan Makanan di Pantai Pasir Panjang
Kota Singkawang Tahun 2016
Pengolahan Makanan Jumlah
n %
Tidak Memenuhi Syarat 28 66,7
Memenuhi Syarat 14 33,3
Total 42 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar
responden dengan pengolahan makanan yang tidak memenuhi syarat
(66,7%).
Tabel V.10
Analisis Item Pertanyaan Pengolahan Makanan
Petanyaan Jawaban N
Ya % Tidak %
Bahan-bahan makanan basah
sebelum diolah, dicuci
menggunakan air bersih dan
mengalir
40 95,2 2 4,8 42
Air yang digunakan untuk
mengolah makanan basah dimasak sampai mendidih dan berasal dari sumber air yang bersih.
28 66,7 14 33,3 42
Saat melakukan pengolahan
makanan tidak langsung kontak/
bersentuhan langsung dengan
tubuh.
18 42,9 24 57,1 42
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hampir seluruh
responden cenderung memiliki bahan makanan basah sebelum diolah,
dicuci menggunakan air bersih dan mengalir (95,2%).
4. Peralatan Masak
Berdasarkan analisis lanjutan, peralatan masak dibagi menjadi
2 kategori yaitu memenuhi syarat (jika semua item terpenuhi) dan
tidak memenuhi syarat (jika semua item tidak terpenuhi). Distribusi
Tabel V.11
Distribusi dan Frekuensi Responden Berdasarkan Peralatan masak di Pantai Pasir Panjang
Kota Singkawang Tahun 2016
Peralatan Masak Jumlah
n %
Tidak Memenuhi Syarat 23 54,8
Memenuhi Syarat 19 45,2
Total 42 100
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian responden
dengan peralatan masak yang tidak memenuhi syarat (54,8%).
Tabel V.12
Analisis Item Pertanyaan Peralatan Masak
Petanyaan Jawaban N
Ya % Tidak %
Peralatan pengolahan makanan
tidak digunakan untuk keperluan lain
33 78,6 9 21,4 42
Peralatan masak yang digunakan terpisah untuk makanan matang dan makanan mentah atau bahan kering dan basah
35 83,3 7 16,7 42
Peralatan masak yang digunakan tidak rusak serta layak untuk digunakan (tidak berkarat/ patah)
29 69 13 31 42
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hampir seluruh
responden cenderung memiliki peralatan masak yang digunakan
terpisah untuk makanan matang dan makanan mentah atau bahan
5. Penyimpanan Makanan Jadi
Berdasarkan analisis lanjutan, penyimpanan makanan jadi
dibagi menjadi 2 kategori yaitu memenuhi syarat (jika semua item
terpenuhi) dan tidak memenuhi syarat (jika semua item tidak
terpenuhi). Distribusi frekuensi kategori penyimpanan makanan jadi
dilihat pada tabel berikut :
Tabel V.13
Distribusi dan Frekuensi Responden Berdasarkan Pemilihan Bahan Makanan di Pantai Pasir Panjang
Kota Singkawang Tahun 2016
Penyimpanan Makanan Jadi Jumlah
N %
Tidak Memenuhi Syarat 27 64,3
Memenuhi Syarat 15 35,7
Total 42 100
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian responden
dengan penyimpanan makanan jadi yang tidak memenuhi syarat
(64,3%).
Tabel V.14
Analisis Item Pertanyaan Penyimpanan Makanan
Petanyaan Jawaban N
Ya % Tidak %
Tempat penyimpanan makanan
(piring, mangkok) dalam keadaan bersih dan kering
37 88,1 5 11,9 42
Tempat penyimpanan makanan
(meja makan) bebas dari vektor (serangga, lalat dan lainnya)
25 59,5 17 40,5 42
Makanan jadi disimpan dengan wadah tertu