• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR REMOTE KONTROL DTMF UNTUK MOBIL MAINAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TUGAS AKHIR REMOTE KONTROL DTMF UNTUK MOBIL MAINAN"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

UNTUK MOBIL MAINAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik pada

Program Studi Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Sanata Dharma

disusun oleh

M. DIAS ANGGITA P.

NIM : 005114040

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

(2)

Presented as Partial Fulfilment of the Requirements

To Obtain the Sarjana Teknik Degree

In Electrical Engineering

M. DIAS ANGGITA P.

005114040

ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

ELECTRICAL ENGINEERING DEPARTMENT

ENGINEERING FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2007

(3)
(4)
(5)
(6)

yang dikehendaki Allah di

dalam Kristus Yesus bagi

kami”

Ku persembahkan karya

ilmiah ini untuk :

My lord Yesus chirst

Sebab segala sesuatu adalah dari

Dia, oleh Dia dan kepada Dia:

Bagi Dialah kemuliaan sampai

selama lama-lamanya.

My Family:

Bapak, Ibu, mas Wawan, mbak Erna

dan Dina, orang-orang yang selalu

mendukung dan menyayangi saya.

Special for Ina Novita yang

selalu memberi semangat.

Dan Almamaterku

(7)

sebagai pengendali, digabungkan dengan teknologi pemancar dan penerima radio maka, pengendalian bisa lebih fleksibel.

Alat ini terdiri dari PC(Komputer), DTMF Generator, Handy Talky pada bagian pemancarnya dan Handy Talky, DTMF Decoder, Digital Combinational Circuits, Motor Driver pada bagian penerimanya. PC mengeluarkan data biner yang merepresentasikan kode pengendalian dan kode pemilihan frekuensi bagi DTMF Generator. Sinyal DTMF ini kemudian dipancarkan dengan Handy Talky. Kemudian sinyal akan ditangkap oleh Handy Talky penerima yang akan diubah kembali oleh DTMF Decoder, yang kemudian akan dimanipulasi oleh Digital Combinational Circuits agar supaya bisa menggerakan motor DC melalui rangkaian Motor Driver.

Sebagai uji coba dilakukan pengontrolan gerakan pada 2 buah motor DC yang terintegrasi dalam bentuk mobil mainan. Hasil akhir alat dapat berjalan berupa pengontrolan gerakan pada mobil mainan yaitu maju, maju belok kanan, maju belok kiri dan mundur, disamping itu juga, ada pengaturan kecepatan full dan middle untuk arah gerak maju, maju belok kanan dan maju belok kiri. Pengontrolan oleh PC dengan mouse yang mengklik tombol, bahasa pemrograman adalah Visual Basic 6.0.

Kata kunci : DTMF, Remote Kontrol, Visual Basic 6.0, antarmuka PC, Motor DC

(8)

transmitter and receiver technology, hence operation is more flexible.

This device consist of PC(Computer), DTMF Generator, Handy Talky at part of the transmitter and Handy Talky, DTMF Decoder, Digital Combinational Circuits, Motor Driver at part of the receiver. PC spend binary data which code and operation code representation election of frequency for DTMF Generator. This DTMF signal then transmitted with Handy Talky. Then signal will receive by Handy Talky receiver which will be reconverted by DTMF Decoder, which manipulation will by Digital Combinational Circuits in order trun on motor DC through circuit Motor Driver.

As testing done by controller movement 2 motor DC integrated in the toy’s car. Appliance end result can run in the form of movement controller at toy’s car forward motion, forward-and-turn right, forward-and-turn left and retreated, the side also, there is arrangement of speed full and middle for advance direction of forward motion, forward-and-turn right and forward-and-turn left. Controller by PC with mouse clicking knob, programming language is Visual Basic 6.0.

Key words : DTMF, Remote Control, Visual Basic 6.0, PC interfacing, Motor DC

(9)

karena pimpinan dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan Tugas

Akhir yang berjudul “Remote Kontrol DTMF Untuk Mobil Mainan”. Tugas Akhir

ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.

Dalam penyusunannya, banyak pihak yang telah membantu dan memberikan

dukungan pada penulis, oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Ir. Greg. Heliarko, S.J., S.S., B.S.T., M.A., M.Sc., selaku Dekan

Fakultas Teknik Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Bapak Agustinus Bayu Primawan, S.T., M.Eng

.,

selaku Ketua Jurusan Teknik

Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Ibu Wiwien Widyastuti, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Akademik.

4. Bapak Martanto, S.T., M.T., selaku Pembimbing I yang bersedia membagikan

ilmu yang dimilikinya dalam membantu proses penyusunan tugas akhir ini.

5. Bapak A. Bayu Primawan, S.T., M.Eng., selaku Pembimbing II yang bersedia

membagikan ilmu yang dimilikinya dalam membantu proses penyusunan

tugas akhir ini.

6. Seluruh staf Dosen Jurusan Teknik Elektro USD yang telah memberikan

banyak pelajaran berharga selama masa kuliah.

7. Pak Djito, Mas Sur, Mas Broto, dan segenap staf serta karyawan Fakultas

Teknik USD, terimakasih atas keramahannya dan pelayanannya.

8. Bapak AL. Sumartono dan Ibu Ag. Sunarni yang selalu mendoakan dan

memberi kasih sayangnya serta dukungan finansial

9. Mas Wawan, Mbak Erna, Dina yang selalu memberi semangat dan doa.

10. Elisabeth Ina Novita terima kasih atas kasih sayangnya dan doanya.

11. Teman-teman seperjuangan di Prodi Teknik Elektro 2000: Puguh-kumis,

Fredi, Joko, Bowo, Danang, Si Bos, Andre, David, Roy, Suryo, Greg. Agung,

Hari poeter, Widi, dll You are the best!

ix

(10)

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih memiliki banyak

kekurangan. Oleh sebab itu, segala bentuk saran dan kritik yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan .

Penulis

(11)

xi

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING …...……… iii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTO... vi

INTISARI ………....………….. vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI ………...……... xi

DAFTAR GAMBAR ……….. xiv

DAFTAR TABEL …………...……… xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah ... ... 2

1.3. Pembatasan Masalah ... 2

1.4. Tujuan Penelitian ... ... 2

1.5. Manfaat Penelitian ... 3

(12)

xii

2.1.1. Superposisi gelombang... 5

2.1.2. Sistem DTMF... 6

2.1.3. IC (Integrated Circuits) DTMF Generator... 7

2.1.4. IC (Integrated Circuits) DTMF Decoder... 9

2.2. Peta Karnaugh... 11

2.3. Motor Driver... 12

2.4. Transistor... 13

2.5. Mengakses Parallel Port... 14

2.6. VB Sebagai Perangkat Lunak Penghasil Data Biner Di PC... 17

2.6.1. Mengenal Visual Basic... 17 2.6.2. Integrated Development Environment (IDE) VB 6...

2.6.3. Object, Property dan event...

2.6.4. Data dan Variabel...

2.6.5. Operator...

BAB III PERANCANGAN

3.1. Diagram Blok rangkaian Remote Cotrol Mobil Mainan...

3.2. Personal Computer (PC)...

3.3. Binary To DTMF Generator...

3.4. Decoder DTMF...

3.5. Digital Combination Circuits...

3.5.1. Pengelompokan Kombinasi Gerakan...

3.5.2. Perancangan Rangkaian Digital...

3.6. Motor DC sebagai penggerak Mobil Mainan (Motor Driver). 17

19

20

22

24

25

25

25

27

28

34

(13)

BAB IV PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengamatan Hasil Akhir Alat yang Telah Dibuat...

4.2. Pengamatan Pada Perangkat Lunak...

4.2.1. Even Pada Program Remote Kontrol...

4.2.2. Deklarasi Port Dan Tunda...

4.3. Pengamatan Pada Rangkaian DTMF...

4.4. Pengamatan Pada Rangkaian Switching Transistor...

4.5. Pengamatan Tegangan Middle...

4.6. Pengamatan Pada Motor Driver...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan...

5.2. Saran... 45

46

46

57

58

61

62

63

67

67

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN ... 68

69

(14)

xiv

Gambar 2.2. IC TP5088N...…...…... 8

Gambar 2.3. IC MT8870D tampak dari atas... 9

Gambar 2.4. Peta-K 2 Masukan...………... 11

Gambar 2.5. Peta-K dengan 4 masukan... 12

Gambar 2.6. Rangkaian CE (Common-Emitter)... 13

Gambar 2.7. Slot DB-25... 14

Gambar 2.8. Tampilan IDE Visual Basic 6………...……… 17

Gambar 2.9. Toolbox pada Visual Basic ... 18

Gambar 2.10. Jendela Form... 18

Gambar 2.11. Jendela Code... 19

Gambar 2.12. Jendela Propertis……..…... 19

Gambar 2.13. Ilustrasi objek yang memiliki even, method dan properties... 20

Gambar 3.1. Diagram Blok Remote Kontrol Mobil Mainan... 24

Gambar 3.2. Rangkaian Binary To DTMF Generator... 25

Gambar 3.3. DecoderDTMF menggunakan IC MT8870D... 27

Gambar 3.4. Peta-K gerakan Maju... 29

Gambar 3.5. Rangkaian digital gerakan Maju... 29

Gambar 3.6. Peta-K gerakan Kanan... 30

Gambar 3.7. Rangkaian digital gerakan Kanan... 30

Gambar 3.8. Peta-K gerakan Kiri... 31

Gambar 3.9. Rangkaian digital gerakan Kiri...

Gambar 3.10. Peta-K gerakan Full/Middle...

Gambar 3.11. Rangkaian digital gerakan Full/Middle...

Gambar 3.12. Pet-K gerakan Mundur...

Gambar 3.13. Rangkaian digital gerakan Mundur...

Gambar 3.14. Rangkaian digital kombinasi gerakan...

Gambar 3.15. Rangkaian Motor Driver...

Gambar 3.16. Skema Switching Transistor...

Gambar 3.17. Pembagi Tegangan... 31

32

32

33

33

34

35

37

(15)

Gambar 3.22. Flowchart Set Arah...

Gambar 4.1. Foto alat keseluruhan...

Gambar 4.2. Rangkaian-rangkaian di dalam mobil mainan...

Gambar 4.3. Tampilan Awal Program Motor Driver...

Gambar 4.4. Tampilan Saat Mengakhiri Program...

Gambar 4.5. Tampilan Program Saat Maju Middle...

Gambar 4.6. Tampilan Program Saat Maju Full...

Gambar 4.7. Tampilan Program Saat Kanan Middle...

Gambar 4.8. Tampilan Program Saat Kanan Full...

Gambar 4.9. Tampilan Program Saat Kiri Middle...

Gambar 4.10. Tampilan Program Saat Kiri Full...

Gambar 4.11. Tampilan Program Saat Mundur...

Gambar 4.12. Tampilan Program Saat Stop...

Gambar 4.13. Spektrum Frekuensi DTMF Angka 7………

Gambar 4.14 Bentuk sinyal DTMF angka 7……….. 44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

58

59

(16)

Tabel 2.3. Alamat masing-masing port... 16

Tabel 2.4. Tipe data pada Visual Basic... 21

Tabel 2.5. Operator Aritmatika... 22

Tabel 2.6. Operator perbandingan... 23

Tabel 2.7. Operator logika... 23

Tabel 3.1. Kombinasi gerakan mobil mainan... 28

Tabel 3.2. Tabel kebenaran gerakan Maju... 29

Tabel 3.3. Tabel kebenaran gerakan Kanan... Tabel 3.4. Tabel kebenaran gerakan Kiri... Tabel 3.5. Tabel kebenaran gerakan Full/middle... Tabel 3.6. Tabel kebenaran gerakan Mundur... Tabel 3.7. Properti User Interface... Tabel 4.1. Keadaan awal pada saat program dijalankan... Tabel 4.2. Keadaan saat program maju dijalankan... Tabel 4.3. Keadaan saat program kanan dijalankan... Tabel 4.4. Keadaan saat program kiri dijalanakan... Tabel 4.5. Keadaan saat program mundur dijalankan... Tabel 4.6. Keadaan saat program stop dijalankan... Tabel 4.7. Rata-rata frekuensi hasil pengamatan... Tabel 4.8. Deviasi (%) frekuensi DTMF kode angka 7... Tabel 4.9. Hasil perhitungan dan pengukuran tegangan input saklar transistor. Tabel 4.10. Hasil perhitungan dan pengukuran pada pembagi tegangan... Tabel 4.11. Pengamatan arus pada Motor 1 (M1)... 30 31 32 33 41 47 50 52 54 55 57 59 61 62 62 63 Tabel 4.12. Pengamatan arus pada Motor 2 (M2)... 64

Tabel 4.13. Pengamatan tegangan pada Motor 2 (M2)... 64

Tabel 4.14. Pengamatan arus pada Motor 2 (M2)... 65

Tabel 4.15. Pengamatan tegangan pada Motor 2 (M2)... 65

(17)

Lampiran 1. Skematik Rangkaian……….……...L1

Lampiran 2. Gambar Spektrum Frekuensi dan Bentuk Sinyal DTMF …...L2

Lampiran 3.Tabel Rata-rata pengamatan dan tabel deviasi frekuensi DTMF….L3

Lampiran 4. Listing Program Visual Basic………..L4

Lampiran 5. Data sheet Komponen...………L5

Data sheet :

Data sheet IC TP5088N

Data sheet IC MT8870D

Data sheet IC 74LS04

Data sheet IC 74LS11

Data sheet IC 74LS21

Data sheet IC 74LS32

Data sheet IC L293D

Data sheet transistor BC547

Data sheet Relay

Data sheet Motor DC

(18)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Teknologi elektronika menimbulkan kecenderungan untuk membuat

kegiatan manusia menjadi lebih mudah dan praktis, salah satunya adalah

pengendalian tanpa kabel. Pengendalian tanpa kabel ada beberapa macam antara

lain dengan menggunakan gelombang radio dan cahaya infra merah.

Selama ini masyarakat mengenal alat pengontrol sesuatu dari jarak jauh

dengan menggunakan remote control. Akan tetapi pengontrolan tersebut masih

terhambat oleh jenis remote control, apabila alat yang akan dikontrol dengan

pengontrol itu memiliki sifat bergerak bebas, maka peralatan tersebut tidak dapat

berfungsi sesuai yang diinginkan.

Masyarakat pada umumnya mengenal adanya infra merah yang merupakan

pengendalian dengan pengalihan cahaya. Cahaya infra merah memiliki sifat tidak

dapat menembus materi yang tidak tembus pandang dan juga cahaya dari sumber

(cahaya yang dipancarkan) benar-benar mengenai penerima cahaya tersebut. Oleh

karena itu ruang gerak pengendalian menggunakan cahaya infra merah terbatas.

Berbeda dengan pengendalian dengan pengalih gelombang radio. Pengendalian

bisa dilakukan dari segala sudut ruangan.

Sejalan dengan perkembangan teknologi elektronika tersebut, peranan

motor-motor listrik sebagai penunjang dalam peningkatan produksi dalam suatu

industri semakin besar. Proses pengontrolan motor-motor listrik telah

menghasilkan beberapa metode yang juga berkembang seiring dengan

perkembangan teknologi. Perkembangan dalam bidang pengontrolan motor-motor

listrik tersebut telah menjadi perhatian dan juga menjadi salah satu faktor penentu

bagi efisiensi penggerak secara keseluruhan.

Berbagai macam teknologi tidak kalahnya adalah komputer perkembangan

komputer dengan berbagai macam software dan hardware mampu dan tidak bisa

(19)

meningkat sejalan dengan era globalisasi dimana perpindahan dan pergerakan

manusia semakin luas dan cepat. Dari hal tersebut diatas penulis mencoba

memanfaatkan gelombang radio, dan komputer untuk mengontrol motor listrik

dan disamping itu juga penulis mencoba menutupi kekurangan pengendalian yang

dilakukan oleh pengalih cahaya yaitu cahaya infra merah.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan tersebut dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana membuat sistem pengontrolan dari jarak jauh dengan

menggunakan teknologi DTMF (Dual-Tone Mutiple Frequency).

2. Bagaimana membuat program pengontrolan arah putaran motor DC dari

jarak jauh dengan menggunakan bahasa pemrograman.

1.3. Pembatasan Masalah

Pada tugas akhir ini terdapat pembatasan masalah dengan maksud untuk

mempermudah penulisan. Pembatasan masalah itu antara lain :

1. Motor listrik yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah motor DC 9V.

2. Membuat aplikasi dari bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 untuk

memberikan perintah kepada rangkaian pengendali arah putaran motor DC

melalui parallel port.

3. Nada DTMF ( Dual-Tone Mutiple Frequency) sebagai kode pengendalian

motor DC.

4. Menggunakan modul pemancar dan penerima untuk pengontrolan motor

DC dari jarak jauh.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Membuat program pengontrolan arah putaran motor DC melalui parallel

(20)

DTMF (Dual-Tone Mutiple Frequency) dan dengan modul pemancar

penerima.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diantaranya yaitu:

1. Alat bantu yang kemudian bisa meningkatkan produktifitas dan efisiensi

kerja.

2. Menambah pengetahuan dan wawasan dalam perancangan dan pembuatan

alat kendali jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi masa sekarang.

1.6. Metode Penelitian

Dalam penulisan tugas akhir ini, metode penelitian yang digunakan

meliputi :

1. Studi literatur pustaka yang berkaitan dengan masalah DTMF (Dual-Tone

Mutiple Frequency), bahasa pemrograman, dan akses parallel port

2. Membuat rangkaian antar muka pengontrol arah putaran motor.

3. Membuat program untuk mengendalikan motor DC.

4. Ide perancangan yang direalisasikan kedalam rangkaian nyata, diuji, dan

diamati melalui percobaan-percobaan di laboratorium.

1.7. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan memahami permasalahan yang akan dibahas maka

tugas akhir ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang membahas tentang latar belakang

masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan sistematika penulisan. Melalui bab ini diharapkan dapat diketahui

latar belakang hingga manfaat yang dapat diambil dengan melaksanakan

perancangan yang dibuat.

(21)

sehingga dapat mengaplikasikan pengendalian mobil mainan tanpa kabel.

BAB III PERANCANGAN

Berisi tentang perancangan perangkat keras elektronik dan perangkat

lunak sebagai pengendali melalui komputer.

BAB IV PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Memuat analisis dan pembahasan mengenai hasil penelitian yang telah

dilaksanakan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang kesimpulan dan saran mulai dari pembahasan pada

perancangan, maupun pada pembuatan alat.

(22)

BAB II DASAR TEORI

2.1. DTMF (Dual -Tone Multi Frequency) 2.1.1. Superposisi gelombang

Superposisi adalah terjadinya pencampuran 2 gelombang atau lebih yang

menghasilkan gelombang baru yang memiliki karakteristik yang berbeda dari

gelombang – gelombang penyusunnya. Superposisi gelombang terjadi di dalam IC

DTMF generator untuk menghasilkan sinyal DTMF (8). Superposisi yang terjadi

adalah superposisi 2 gelombang yang memiliki amplitudo sama tetapi berbeda

frekuensi, yang mana secara matematis superposisi ini dapat dinyatakan sebagai

berikut;

Apabila gelombang pertama memiliki fungsi sebagai berikut;

t

a 1

1 = sinω

Χ

Dan gelombang ke dua memiliki funsi sebagai berikut;

t

a 2

2 = sinω

Χ

Dimana nilai;

1

2 ω

ω >

Maka akan menghasilkan gelombang baru dengan fungsi sebagai berikut;

(

t t

)

a 1 2

2

1+Χ = sinω +sinω

Χ = Χ

(

)

(

)

2 sin 2

cos

2 2 1 t 2 1 t

a ω −ω ω +ω

=

(23)

2.1.2. Sistem DTMF

Sistem DTMF (Dual-tone multi Frequency ) adalah sistem nada pada

telepon yang menggunakan prinsip gabungan antara 2 nada dengan frekuensi

berbeda dalam suatu sinyal. Gabungan 2 nada yang berbeda ini mewakili satu

buah digit dari nomor telepon yang terdapat pada keypad pesawat telepon.

Nada-nada ini dikategorikan dalam kelompok baris dan kolom pada keypad tersebut,

sesuai kelompok frekuensi yang rendah dan tinggi, seperti terlihat dalam gambar

2.1. Penggunaan sinyal DTMF dalam saluran telepon harus memenuhi syarat

validasi yang ditetapkan. Sinyal DTMF dinyatakan valid dalam saluran telepon

apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Hanya ada satu nada perkelompok (nada kolom dan nada baris) frekuensi.

2. Perbedaan waktu mulai tiap nada tidak boleh lebih dari 5 ms.

3. Kedua nada minimal berbunyi selama 40 ms.

Gambar 2.1. Susunan Key dan Frekuensi pada Keypad

DTMF memiliki delapan frekuensi, delapan frekuensi tersebut adalah 697

Hz, 770 Hz, 852 Hz, 941 Hz, 1209 Hz, 1336 Hz, 1477 Hz dan 1633 Hz, Angka 1

dikodekan dengan 697 Hz dan 1209 Hz, angka 5 dikodekan dengan 770 Hz dan

1336 Hz, sedangkan angka 9 dikodekan dengan 852 Hz dan 1447 Hz. Kombinasi

dari delapan frekuensi tersebut dapat dipakai untuk mengkodekan 16 tanda.

(24)

Tabel 2.1 Pengelompokan frekuensi dan hasil pengkodean

Digit Low Freq High Freq D3 D2 D2 D1

1 697 1209 0 0 0 1

2 697 1336 0 0 1 0

3 697 1477 0 0 1 1

4 770 1209 0 1 0 0

5 770 1336 0 1 0 1

6 770 1447 0 1 1 0

7 852 1209 0 1 1 1

8 852 1336 1 0 0 0

9 852 1477 1 0 0 1

0 941 1336 1 0 1 0

* 941 1209 1 0 1 1

# 941 1477 1 1 0 0

A 697 1633 1 1 0 1

B 770 1633 1 1 1 0

C 852 1633 1 1 1 1

D 941 1633 0 0 0 0

Sinyal DTMF selain digunakan untuk mengadakan hubungan telepon,

dapat juga digunakan sebagai kode pengontrolan. Ini dapat dilakukan karena

sinyal DTMF dapat dikonversi menjadi data digital maupun sebaliknya. Banyak

IC yang telah diproduksi khusus menangani masalah konversi ini. Konversi sinyal

DTMF menjadi data digital dilakukan melalui IC DTMF decoder atau DTMF

receiver. Konversi data digital menjadi sinyal DTMF dilakukan melalui IC DTMF

generator atau DTMF transmitter.

2.1.3. IC (Integrated Circuits) DTMF Generator

Pembangkit sinyal DTMF menggunakan IC TP5088N (DTMF Generator

(25)

tone-dialing pada telephone, dengan 4-bit data biner sebagai masukannya. Gambar

2.2 adalah IC TP5088N tampak dari atas :

Gambar 2.2 IC TP5088N

Fungsi dari masing-masing kaki IC TP5088N adalah:

1. Kaki 1 (VDD ) : Masukan sumber tegangan positif. 2. Kaki 5 (VSS) : Masukan sumber tegangan negatif.

3. Kaki 6 dan 7 (OSC IN, OSC OUT) : Pewaktuan pembangkitan tone

diperoleh dari rangkaian osilator ini. Sebuah kristal 3,579545 MHz

dipasang antara kaki 6 dan 7. Osilator tidak aktif ketika TONE ENABLE

(kaki 2) diberi masukan logika rendah.

4. Kaki 2 (TONE ENABLE) : Ketika TONE ENABLE mendapat masukan

berlogika rendah osilator, Tone Generator dan output transistor tidak aktif.

Transisi rendah ketinggi masukan TONE ENABLE membuat data D0 –

D3 terkunci.

5. Kaki 8 (MUTE) : Tidak aktif ketika masukan TONE ENABLE berlogika

tinggi.

6. Kaki 9, 10, 11, 12 (D0, D1, D2, D3) : masukan untuk data biner, dimana data bergantung pada masukan TONE ENABLE.

7. Kaki 14 (TONE OUT) : Keluaran dari tone yang dihasilkan. Merupakan

open emitter dari sebuah transistor NPN, kaki kolektor transistor

terhubung dengan sumber tegangan positif.

8. Kaki 3 (SINGLE TONE ENABLE) : Ketika terhubung dengan VSS atau

sumber tegangan negatif, alat ini berubah menjadi mode dan

(26)

kerja, biarkan kaki ini open-circuit atau dihubungkan ke VDD atau sumber tegangan positif.

9. Kaki 4 (GROUP SELECT) : Kaki ini digunakan untuk memilih

tone-group yaitu low tone-group atau high tone-group saat single-mode diaktifkan.

2.1.4. IC (Integrated Circuits) DTMF Decoder

Gambar 2.3 IC MT8870 nampak dari atas

IC MT8870 pada gambar 2.3 merupakan dekoder DTMF, mengartikan

sepasang nada pesinyalan dan memberikan data keluaran sesuai dengan sinyal

DTMF yang diterima. Dekoder DTMF merupakan penerima DTMF yang

mengintegrasikan filter dan fungsi-fungsi dekoder digital. Bagian filter digunakan

untuk memisahkan nada-nada dari kelompok frekuensi tinggi dan rendah.

Dekoder digital mendeteksi dan mengkodekan 16 pasangan nada DTMF ke dalam

bentuk kode biner 4-bit menggunakan teknik penghitung digital. Rangkaian clock

internalnya dilengkapi dengan tambahan osilator kristal. Pemisahan nada

kelompok rendah dan tinggi dilakukan dengan memberikan sinyal DTMF ke input

bandpass filter yang terhubung dengan frekuensi-frekuensi kelompok rendah dan

tinggi. Setiap keluaran filter diikuti oleh sebuah bagian filter untuk memperhalus

sinyal.

Setelah bagian filter, terdapat suatu dekoder yang menjalankan teknik

perhitungan digital untuk menentukan frekuensi dari nada-nada yang masuk dan

(27)

mengenali kehadiran dua nada yang sesuai, keluaran Early Steering (ESt) menjadi

keluaran yang aktif. Setiap hilangnya kondisi nada yang terjadi akan

menyebabkan Early Steering (ESt) berada dalam kondisi yang tidak aktif. Apabila

kehadiran dua nada dikenali dan sesuai, maka akan dikonversikan dalam kode

4-bit biner dan dimasukkan dalam latch keluaran. Pada keadaan ini keluaran dari

Guard Time (GT) akan diaktifkan dan tetap tinggi selama ESt juga tinggi. Setelah

penundaan singkat untuk membuat keluaran latch tenang, keluaran Delayed

Steering menjadi tinggi pada penerimaan nada terakhir dan kembali ke logika

rendah saat tegangan St/GT berada dibawah tegangan , memberi isyarat

bahwa nada yang diterima telah diregistrasi.

TSt V

Fungsi dari masing-masing kaki MT8870, adalah:

1. Pin 1 (IN+) : kaki masukan Non-Inverting bagi Op-Amp internal. 2. Pin 2 (IN-) : kaki masukan Inverting bagi Op-Amp internal.

3. Pin 3 (GS) : kaki keluaran Op-Amp internal untuk resistansi umpan balik. 4. Pin 4 (Vref) : Referensi tegangan

5. Pin 5 (INH) : Inhibit logika tinggi sebagai pendeteksi nada untuk karakter A,B,C,D.

6. Pin 6 (PWDN) : Power Down dengan kondisi aktif tinggi.

7. Pin 7 (OSC1) dan Pin (OSC2) : merupakan masukan osilator dan keluaran osilator.

8. Pin 9 (Vss) : masukan sumber tegangan negatif.

9. Pin 10 (TOE) : Three State Enable. Logika tinggi, enable untuk keluaran Q1 sampai Q4.

10. Pin 11 sampai Pin 14 (Q1 sampai Q4) : keluaran hasil pendekodean

isyarat DTMF yang berupa Biner 4-bit.

11. Pin 15 (StD) : Delayed Steering. Keluaran pengendali tundaan yang akan berlogika tinggi pada penerimaan nada terakhir.

12. Pin 16 (ESt) : Early Steering. Akan mengeluarkan logika tinggi jika hanya jika ada nada DTMF yang diterima.

13. Pin 17 (St/GT) : Steering Input Guard Time. Merupakan masukan

(28)

14. Pin 18 (VDD) : Merupakan masukan sumber tegangan positif.

2.2. Peta Karnaugh

Sistem logika biasanya melibatkan lebih dari satu gerbang yang

membentuk suatu kombinasi untuk melakukan suatu fungsi tertentu. Salah satu

cara untuk menyederhanakan sistem logika digunakan peta Karnaugh (3).

Peta Karnaugh berisi semua kemungkinan kombinasi dari sistem logika.

Kombinasi ini dirangkai ke dalam bentuk tabel. Peta paling sederhana terdiri dari

dua buah masukan A dan B, seperti terlihat pada gambar 2.3. Kolom menyajikan

masukan A, dengan kolom di sebelah kiri menyajikan A = 0 dan kolom sebelah

kanan menyajikan A = 1. Masukan B akan dituliskan pada baris, dengan baris

pertama menunjukkan B = 0, dan baris kedua menunjukkan B = 1. Dari empat

kotak sel yang tersusun akan menyajikan semua kemungkinan nilai masukan,

yaitu 22 = 4 buah masukan. Sebagai contoh ungkapan

(

F =AB+AB

)

terlihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Peta-K 2 masukan

Untuk empat buah masukan, A, B, C dan D, akan terdapat buah

kombinasi yang harus dituliskan ke dalam peta-K. Sebagai contoh suatu ungkapan

dengan 4 buah peubah sebagai berikut :

16 24 =

D ABC ABCD

D C B A D C B A D C B A D C B A

F = + + + + +

Peta-Knya terlihat pada gambar 2.5. Dari gambar tersebut adanya dua

pengelompokan logika 1. Kelompok pertama terdiri dari kelompok kiri atas dan

kelompok kanan atas dengan B dan C tetap pada logika 0, sehingga menghasilkan

(29)

sehingga menghasilkan ungkapan ABC. Dengan demikian, ungkapan di atas dapat

disederhanakan menjadi F =BC+ABC.

CD

AB

00

01

10

11

01

10

11

00

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

1

1

1

1

1

Gambar 2.5 Peta-K dengan 4 masukan

2.3. Motor Driver

Sebagai penggerak digunakan motor dc. Motor dc dipakai secara luas

dalam dunia industri dan aplikasi sehari-hari. Hal ini didukung oleh sifat motor dc

itu sendiri diantaranya murah, kecepatannya konstan dan dapat diatur.

Kekurangannya motor dc tidak dapat dipakai untuk mendapatkan pergerakan yang

presisi, misalnya motor berputar dan berhenti pada titik tertentu (9).

Untuk dapat mengendalikan motor dc dibutuhkan motor driver. Motor

driver menghubungkan antara pengendali dengan motor dc. Kendali posisi ini

menggunakan IC L239D sebagai motor driver. IC L239D memiliki 4 buffer yang

telah dilengkapi dengan dioda. IC L239D dapat mengendalikan empat buah

motor. Buffer 1 dan 2 dikendalikan oleh satu pin enable begitu juga buffer 3 dan

4. Pin enable ini yang menentukan motor berputar atau tidak. Apabila pin enable

diberi logika tinggi dan input diberi logika tinggi maka buffer aktif untuk memutar

motor. Bila pin enable diberi masukan logika rendah maka buffer tidak aktif dan

(30)

2.4. Transistor

Transistor berfungsi sebagai saklar bila berada dalam keadaan cut-off atau

saturasi. Rangkaian CE (Common-Emitter) adalah rangkain yang paling sering

digunakan untuk berbagai aplikasi yang mengunakan transistor (gambar 2.6).

Dinamakan rangkaian CE, sebab titik ground dihubungkan pada kaki emitter.

Gambar 2.6 Rangkaian CE (Common-Emitter)

V adalah tegangan jepit antara kaki base dan emitter yang besarnya 0,7 V untuk

bahan silikon. Jika V V maka dapat dianggap kaki base-emitter diberi bias

balik dan arus I = 0, sehingga V = VCC, keadaan transistor yang demikian

disebut cut-off. BE

BBBE

B CE

Tetapi jika VBB〉VBE, akan mengalir arus base (I ) yang besarnya : B

I = B B

BE BB

R V

V

Keadaan ini membuat transistor dalam keadaan saturasi dan menyebabkan

arus collector (IC) mengalir ke emitter yang besarnya :

IC= C

CE CC

R V

V

Dalam keadaan saturasi, tegangan VCE ≈0 V. Arus emitter (I ) yang

mengalir adalah :

E

I = I + I E C B

Pada transistor bipolar terjadi penguatan arus dengan faktor penguatan (β atau hFE) sebesar :

B c I

I

=

(31)

2.5.Mengakses Parallel Port

Di dalam komputer terdapat beberapa alat komunikasi data yang telah

disediakan, salah satunya adalah parallel port atau lebih dikenal dengan port

printer. Di dalam port printer terbagi atas tiga bagian yang diberi nama sesuai

dengan nama tugas-tugasnya dalam melaksanakan pencetakan pada printer. Tiga

bagian itu adalah Data Port (DP), Printer Control (PC), dan Printer Status (PS).

Data port digunakan untuk mengirimkan data yang harus dicetak oleh printer

(data port tidak bisa dibuat sebagai penerima data, Data Port hanya bisa

mengeluarkan data), Printer Control digunakan untuk mengirimkan kode-kode

kontrol dari komputer ke printer, misalnya kode kontrol untuk menarik kertas,

sedangkan yang terakhir yaitu Printer Status digunakan untuk mengirimkan status

printer ke komputer, misalnya untuk menginformasikan bahwa kertas telah habis.

Konfigurasi slot DB-25 dapat dilihat pada gambar 2.7 :

(32)

Keterangan gambar 2.7 dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini:

Tabel 2.2 Konfigurasi pin dan nama sinyal konektor parallel standard DB-25.

Nomor pin Nama sinyal Tugas Register Komplemen

1 Strobe In/Out Control bit 0 Ya

2 Data Bit 0 Out Data bit 0

3 Data Bit 1 Out Data bit 1

4 Data Bit 2 Out Data bit 2

5 Data Bit 3 Out Data bit 3

6 Data Bit 4 Out Data bit 4

7 Data Bit 5 Out Data bit 5

8 Data Bit 6 Out Data bit 6

9 Data Bit 7 Out Data bit 7 Ya

10 Acknowledge In Status bit 6

11 Busy In Status bit 7

12 Paper End In Status bit 5

13 Select In In Status bit 4

14 Auto Feed In/Out Control bit 1 Ya

15 Error In/ Status bit 5

16 Initialize In/Out Control bit 2

17 Select In/Out Control bit 3 Ya

18-25 Ground Ground

Untuk dapat menggunakan port parallel, harus mengetahui alamatnya. Pada

tabel 2.3 alamat LPT1 adalah 888 (378h) dan LPT2 632 (278h). Setelah

mengetahui alamat dari port parallel, maka dapat mengetahui alamat Data Port,

Control Port, dan Status Port. Alamat Data Port adalah alamat dari port parallel

tersebut, alamat Status Port adalah hasil penaikan 1 angka dari Data Port, dan

(33)

Tabel 2.3 Alamat masing-masing port

Nama port Alamat

LPT1 Data 378h / 888

LPT1 Status 379h / 889

LPT1 Control 37Ah / 890

Visual basic tidak mempunyai kemampuan untuk mengakses hardware,

untuk itu dibutuhkan file inpout32.dll, selain itu digunakan file berektensi dll

yaitu kernel32.dll yang berfungsi sebagai pendukung program delay.

Fungsi-fungsi yang ada dalam file DLL ini, terlebih dahulu harus

dideklarasikan ke dalam visual basic (2). Pendeklarasian sebagai berikut :

Public Declare Function Inp Lib "inpout32.dll" _

Alias "Inp32" (ByVal PortAddress As Integer) As Integer

Public Declare Sub Out Lib "inpout32.dll" Alias "Out32"

(ByVal PortAddress As Integer, ByVal Value As Integer)

Private Declare Sub Sleep Lib “kernel32.dll”

(ByVal dwMilisecond as integer)

Pada inpout32.dll ada dua fungsi yang dideklarasikan yaitu Inp dan Out,

fungsi Inp berguna untuk membaca nilai yang terdapat pada alamat port yang

diinginkan, sedangkan fungsi Out digunakan untuk mengeluarkan nilai sebesar

yang diinginkan pada port yang diinginkan. Fungsi Inp dan Out dapat digunakan

secara bersamaan. Berikut format memanggil fungsi di atas :

Out (alamat port, nilai)

Variabel = Inp (alamat port)

Contoh penggalan program untuk menuliskan dan membaca nilai parallel port:

Private Sub Command1_Click()

Dim Nilai as Long

Out &H378, 1

Nilai = Inp(&H378)

MessegeBox Nilai

End Sub

Jika penggalan program di atas dijalankan, maka akan menampilkan kotak

pesan “1”, karena telah diset high pada port 378h, sebaliknya juga dapat diset low

(34)

2.6. Visual Basic Sebagai Perangkat Lunak Penghasil Data Biner Di PC 2.6.1. Mengenal Visual Basic

Visual Basic (atau sering disingkat VB) adalah perangkat lunak untuk

menyusun program aplikasi yang bekerja dalam lingkungan sistem operasi

windows (1).

Visual Basic adalah salah satu bahasa pemrograman komputer. Bahasa

pemrograman adalah perintah-perintah yang dimengerti oleh komputer untuk

melakukan tugas-tugas tertentu. Bahasa pemrograman Visual Basic, yang

dikembangkan oleh Microsoft sejak tahun 1991, merupakan pengembangan dari

pendahulunya yaitu bahasa pemrograman BASIC (Beginner’s All-purpose

Symbolic Instruction Code) yang dikembangkan pada era 1950-an. Visual Basic

merupakan salah satu Development Tool yaitu alat bantu untuk membuat berbagai

macam program komputer, khususnya yang menggunakan sistem operasi

Windows.

2.6.2. Integrated Development Environment (IDE) VB 6

Tampilan area kerja atau IDE VB 6 terlihat pada gambar 2.8.

Bagian-bagian di dalam IDE VB 6 berikut ini :

(35)

Keterangan Gambar :

1. Menubar

Menu ini akan mengontrol semua operasi yang berlangsung (bila menu

dipilih akan muncul menu lagi sebagai bagian dari menu utamanya).

2. Toolbar

Mempunyai tombol yang menghubungkan perintah untuk menjalankan

beberapa pilihan menu pada menu bar.

3. Toolbox

Menu yang terdiri atas control object yang akan digunakan untuk

menyusun aplikasi pada bidang kerja From yang telah disediakan. Jika

ditekan maka di layar akan tampil seperti gambar 2.9.

Gambar 2.9 Toolbox pada Visual Basic

4. Jendela From

Pusat untuk merancang dan membangun sebuah aplikasi yang diinginkan

dan from ini merupakan sebuah bidang perancangan aplikasi. Tampilan

pada layar akan terlihat seperti gambar 2.10.

Gambar 2.10 Jendela From

5. Jendela Code

(36)

Gambar 2.11 Jendela Code

6. Project Explorer

Menampilkan semua informasi yang berhubungan dengan project yang

sedang aktif. Bagian ini memuat daftar form dan modul yang akan dibuat.

7. Jendela Properties

Digunakan untuk menentukan keadaan awal nilai properties dari object

yang dipilih. Gambar 2.12 adalah jendela properties pada Visual Basic.

Gambar 2.12 Jendela Properties

2.6.3. Object, Property, Method dan Event

Dalam pemrograman ini, ada istilah object, property, method dan event

sebagai berikut :

Object : komponen di dalam sebuah program

Property : karakteristik yang dimiliki object

Method : aksi yang dapat dilakukan oleh object

Event : kejadian yang dapat dialami oleh object

Sebagai ilustrasi dapat menganggap sebuah mobil sebagai obyek yang

(37)

Gambar 2.13 Ilustrasi objek yang memiliki event, method dan properties

2.6.4. Data dan Variabel

Ketika seorang user (pengguna) menggunakan sebuah program komputer,

seringkali komputer memintanya untuk memberikan informasi. Informasi ini

kemudian disimpan atau diolah oleh komputer. Informasi inilah yang disebut

dengan data.

Dalam melakukan pemrograman akan selalu memerlukan tempat

penyimpanan data, misalnya untuk menampung data hasil perhitungan atau data

hasil pembacaan register. Tempat penyimpanan itu dinamakan Variabel.

Penggunaan variabel seperti pada bahasa pemrograman lain harus

mempunyai nama dan tipe data tertentu. Variabel menunjuk alamat memori

tertentu di komputer, sedangkan tipe data menunjukkan besarnya memori yang

disediakan variabel tersebut. Tabel 2.4 adalah tipe data, beserta ukuran dan

jangkauan.

Visual Basic mengenal beberapa tipe data, antara lain :

(38)

3. Single adalah tipe data untuk angka pecahan. 4. Currency adalah tipe data untuk angka mata uang. 5. Date adalah tipe data untuk tanggal dan jam.

6. Boolean adalah tipe data yang bernilai TRUE atau FALSE. Tabel 2.4 Tipe data pada Visual Basic

Tipe data Ukuran byte Range

Integer 2 byte -32.768 sampai 32.767

Long Integer 4 byte -2.147.483.648 sampai

2.147.483.647

Single-precision floating

Point

4 byte -3,402823 E38 sampai

3,402823 E38

Double-precision floating point

8 byte -1,79769313486232 E+308 sampai

dengan

-4,94065645841246544 E-324 untuk nilai negatif

4,94065645841246544 E-324 sampai dengan 1,79769313486232 E+308 untuk nilai positif

Date 8 byte Tgl. 1 Januari 0001 sampai dengan

Tgl. 31 Desember 9999

Jam 0:00:00 sampai dengan Jam 23:59:59

Boolean 2 byte True dan False

String 1 byte/charakter

0 sampai 65.532

Byte 1 byte 0 sampai 255

Variabel dibuat melalui penulisan deklarasi variabel di dalam kode

program :

Dim <nama_variabel> As <type_data> Contoh : Dim nama_user As String

Aturan di dalam penamaan variabel :

a. Harus diawali dengan huruf.

b. Tidak boleh menggunakan spasi. Spasi bisa diganti dengan karakter

(39)

c. Tidak boleh menggunakan karakter-karakter khusus (seperti : +, -, *, /, <,

>, dll).

d. Tidak boleh menggunakan kata-kata kunci yang sudah dikenal oleh Visual

Basic 6 (seperti : dim, as, string, integer, dll).

Untuk tipe data string dan date nilai_data harus diapit tanda pembatas. Type

data string dibatasi tanda petik ganda: "nilai_data". Tipe data date dibatasi tanda

pagar : #nilai_data#. Tipe data lainnya tidak perlu tanda pembatas.

Contoh : Dim Namaku As String = "Anton" Dim TglLahir As Date = #12/10/1981#

Variabel yang nilai datanya bersifat tetap dan tidak bisa diubah disebut

konstanta. Penulisan deklarasi konstanta di dalam kode program :

Const <nama_kontanta> As <type_data> = <nilai_data> Contoh : Const tgl_ujian As Date = #25/09/2003#

2.6.5. Operator

Operator di dalam bahasa pemrograman bisa diartikan sebagai simbol

yang digunakan untuk melakukan suatu operasi terhadap nilai data. Simbol

operator bisa berupa karakter ataupun kata khusus. Visual Basic 6 mengenal tiga

jenis operator, yaitu :

1. Operator Aritmatika

Digunakan untuk operasi matematis terhadap nilai data. Simbol-simbol

yang digunakan terlihat pada tabel 2.5.

Tabel 2.5 Operator Aritmatika

Simbol Operasi Matematis Contoh

^ Pemangkatan 5 ^ 2 hasilnya 25

* Perkalian 5 * 2 hasilnya 10

/ pembagian (hasil pecahan) 5 / 2 hasilnya 2,5

\ pembagian (hasil bulat) 5 \ 2 hasilnya 2

Mod sisa pembagian 5 Mod 2 hasilnya 1

+ Penjumlahan 5 + 2 hasilnya 7

- Pengurangan 5 – 2 hasilnya 3

(40)

2. Operator Perbandingan

Digunakan untuk operasi yang membandingkan nilai data. Simbol-simbol

yang digunakan terlihat pada tabel 2.6.

Tabel 2.6 Operator Perbandingan

Simbol Operasi Perbandingan Contoh

< lebih kecil 5 < 2 hasilnya FALSE

> lebih besar 5 > 2 hasilnya TRUE

<= lebih kecil atau sama dengan 5 <= 2 hasilnya FALSE

>= lebih besar atau sama dengan 5 >= 2 hasilnya TRUE

= sama dengan 5 = 2 hasilnya FALSE

<> tidak sama dengan 5 <> 2 hasilnya TRUE

3. Operator Logika

Digunakan untuk operasi yang membandingkan suatu perbandingan.

Simbol-simbol yang digunakan terlihat pada tabel 2.7.

Tabel 2.7 Operator Logika

Simbol Operasi Logika Contoh

Or Atau (5 < 2) Or (5 > 2) hasilnya TRUE

And Dan (5 < 2) And (5 > 2) hasilnya FALSE

(41)

BAB III PERANCANGAN

Dalam penyusunan tugas akhir ini diharapkan dapat dibuat suatu perangkat

keras yang dapat menunjang rancangan yang telah ada. Oleh karena itu dalam bab

ini akan diuraikan perancangan yang nantinya akan menunjang perangkat keras

yang akan dibuat.

3.1. Diagram Blok Rangkaian Remote Control Mobil Mainan

Remote control menggunakan sinyal DTMF yang digunakan sebagai kode

pengontrolan. PC melalui port parallel mengeluarkan data berbentuk biner untuk

memilih nada dari DTMF yang kemudian diaplikasikan untuk mengatur jalannya

mobil mainan, dengan perantaraan gelombang radio. Sinyal yang diterima oleh

penerima radio kemudian diubah ke bentuk biner oleh Dekoder DTMF,

selanjutnya data biner diolah di rangkaian digital combination agar dapat

menggerakkan motor sesuai dengan tujuan. Sistem kendali tersebut terbagi atas

dua bagian yang saling berkaitan satu dengan lainnya, yaitu perancangan

perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. Gambar 3.1. adalah diagram

blok dari Rangkaian Remote Kontrol Mobil Mainan.

Gambar 3.1 Diagram Blok Remote Kontrol Mobil Mainan.

PC

BINARY TO DTMF GENERATOR

FM RADIO TRANSMITTER

MOBIL MAINAN

FM RADIO RECEIVER

DECODER DTMF

DIGITAL COMBINATION

CIRCUITS

DC MOTOR DRIVER

M1

(42)

3.2. Personal Computer (PC)

Perancangan PC menggunakan PC standard bersistem operasi Windows

98/2000/XP.

3.3. Binary to DTMF Generator

Perancangan Rangkaian Binary to DTMF Generator menggunakan IC

TP5088N yang bekerja pada tegangan DC sebesar 5 V dan sebuah kristal

frekuensi 3,579545 MHz. Tones Out terjadi saat transisi rendah ke tinggi dari

TONE ENABLE. Pengendalian TONE ENABLE dilakukan oleh PC dengan

menghubungkan pin dua (TEN) ke pin satu dari port paralel DB-25

. Nada yang dihasilkan melalui TOUT akan dipancarkan oleh Pemancar. Untuk

skema rangkaian selengkapnya pada Gambar 3.2.

VCC 5 V

TP5088 14 9 10 11 12 6 7 4 3 2 8 1 5 TOUT D0 D1 D2 D3 OSC1 OSC2 GSEL STEN TEN MUTE VDD VSS CONNECTOR DB25 13 25 12 24 11 23 10 22 9 21 8 20 7 19 6 18 5 17 4 16 3 15 2 14 1 OUPUT DTMF 1 2 1 2 FROM PC 3,579545 MHz X'tal

Gambar 3.2 Rangkaian Binary To DTMF Generator.

3.4. DECODER DTMF

IC MT8870D bekerja pada tegangan DC sebesar 5 V, dan sebuah kristal

3,579545 MHz. Sebelum pasangan nada dikenali sebagai nada DTMF (Valid

Tone), penerima akan mengecek terlebih dahulu durasi sinyalnya. Pengecekkan

(43)

Early Steering. Pengaturan-pengaturan steering yang berbeda dapat digunakan

untuk memilih Guard Time bagi Tone Present ( ) dan Tone Absent ( ). Bila

nilai dari waktu deteksi nada present ( ) sebesar 14 ms dan durasi sinyal yang

dapat diterima oleh penerima ( ) sebesar 40ms, maka dapat dicari nilai dari

Tone Present ( ) :

GTP

t tGTA

DP t REC t GTP t GTP DP

REC t t

t = +

GTP t ms

ms=14 +

40

ms ms

tGTP =40 −14 ms tGTP =26

Dari perhitungan di atas didapat nilai guard time bagi Tone Present ( )

sebesar 26ms. Bila nilai C2 sebesar 100nF, maka dapat dicari nilai dari R3 dengan

persamaan berikut :

GTP t

(

) (

)

⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − ⋅ = TSt DD DD GTP V V V C R

t 3 2 ln

(

) (

)

⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − ⋅ = 5 , 2 5 5 ln 100 3

26ms R nF

(

3 100

)

ln2

26ms= RnF

⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = nF ms R 100 2 ln 26 3

R3 = 375100 Ω

Dalam perancangan digunakan resistor sebesar 375 kΩ. Sebuah logika

tinggi pada early steering menyebabkan (tegangan kapasistor) meningkat

bersamaan dengan pelepasan yang dilakukan oleh kapasitor. Apabila kondisi

sinyal dipertahankan ( tetap tinggi) untuk mencapai periode validasi ( ),

mencapai nilai ambang ( ) pada pengendali logika (steering logic) untuk

meregistrasi pasangan nada, memasukkan kode 4-bit yang terkait dengannya

kedalam latch keluaran. Pada keadaan ini keluaran (Guard Time) akan

diaktifkan dan dikendalikan ke . akan tetap tinggi selama Early

C V

ESt tGTP

C

V VTSt

GT

C

(44)

Steering juga tinggi. Setelah penundaan sementara pada latch keluaran, keluaran

Delayed Steering (StD) akan menjadi tinggi dan sebagai tanda bahwa pasangan

nada telah diterima. Isi dari keluaran latch ditempatkan pada saluran keluaran

4-bit (Q1,Q2,Q3 dan Q4) dengan cara meninggikan masukan kontrol tiga keadaan

(TOE) menjadi logika tinggi. Skema rangkaian untuk dekoder DTMF

menggunakan IC MT8870D pada Gambar 3.3.

GS 3 Vref 4 D3 14 PWDN 6 OSC1 7 INH 5 D0 11 D1 12 IN+ 1 IN-2 D2 13 VSS 9 TOE 10 StD 15 OSC2 8 ESt 16 St/GT 17 VDD 18 MT8870D R1 100k R2 100k R3 375k C1 100nF INPUT DTMF C2 100nF X1 3,579545 MHz 1 2 1 2 3 4 5 OUTPUT BINER VCC 5V

Gambar 3.3 Decoder DTMF menggunakan IC MT8870D.

3.5. DIGITAL COMBINATION CIRCUITS

Data biner 4-bit dari IC MT8870D sebagai data untuk menggerakkan

motor DC sehingga mobil mainan bisa bergerak sesuai keinginan. Perancangan

rangkaian ini akan menggerakkan 2 buah motor DC. Satu motor DC berhubungan

dengan arah yaitu kanan, kiri dan lurus, sedang motor DC kedua berhubungan

dengan kecepatan (middle atau full), mundur dan stop. Digital Combination

Circuits menggunakan gerbang logika IC TTL. Untuk dapat merancang rangkaian

ini digunakan peta Karnaugh (peta-K). Langkah awal adalah dengan menyusun

Truth Table (Tabel Kebenaran) dari kombinasi-kombinasi gerakan. Tabel

kebenarannya terlihat pada Tabel 3.1. Masukan bagi rangkaian digital dari IC

(45)

Tabel 3.1 Kombinasi gerakan mobil mainan.

D C B A Maju Kanan Kiri Full = 1

Middle = 0 Mundur

Kombinasi gerakan

0 0 0 0 0 0 0 0 0 -

0 0 0 1 1 0 0 0 0 Maju middle

0 0 1 0 0 0 0 0 0 -

0 0 1 1 0 0 0 0 0 -

0 1 0 0 1 0 0 1 0 Maju full

0 1 0 1 1 1 0 1 0 Maju kanan full

0 1 1 0 0 0 0 0 0 -

0 1 1 1 0 0 0 0 1 Mundur

1 0 0 0 0 0 0 0 0 Stop

1 0 0 1 0 0 0 0 0 -

1 0 1 0 1 1 0 0 0 Maju kanan middle

1 0 1 1 1 0 1 0 0 Maju kiri middle

1 1 0 0 1 0 1 1 0 Maju kiri full

1 1 0 1 0 0 0 0 0 -

1 1 1 0 0 0 0 0 0 -

1 1 1 1 0 0 0 0 0 -

3.5.1. Pengelompokan Kombinasi Gerakan

Berikut pengelompokan masing-masing kombinasi gerakan,

(46)

a. Gerakan Maju

Berikut tabel kebenaran pada tabel 3.2, penyerdehanaan dengan peta-K pada

gambar 3.4 dan rangkaian digital dari gerakan Maju pada gambar 3.5 :

Tabel 3.2 Tabel kebenaran gerakan Maju.

D C B A Maju

0 0 0 0 0

0 0 0 1 1

0 0 1 0 0

DC

BA

0 0 1 1 0

0 1 0 0 1

0 1 0 1 1

0 1 1 0 0

0 1 1 1 0

1 0 0 0 0

1 0 0 1 0

1 0 1 0 1

1 0 1 1 1

1 1 0 0 1

1 1 0 1 0

1 1 1 0 0

1 1 1 1 0

00

01

10

11

01

10

11

00

0

0

1

1

0

0

0

0

1

0

1

1

0

0

0

1

Gambar 3.4 Peta-K gerakan Maju

Hasil penyerdehanaan didapat : D• /C • B + /D• /B • A + C • /B• /A

D /C B /D /B A C /B /A MAJU

(47)

b. Gerakan Kanan

Berikut tabel kebenaran pada tabel 3.3, penyerdehanaan dengan peta-K pada

gambar 3.6 dan rangkaian digital dari gerakan Kanan pada gambar 3.7 :

Tabel 3.3 Tabel kebenaran gerakan Kanan.

D C B A Kanan

0 0 0 0 0

0 0 0 1 0

0 0 1 0 0

0 0 1 1 0

0 1 0 0 0

0 1 0 1 1

0 1 1 0 0

0 1 1 1 0

1 0 0 0 0

1 0 0 1 0

1 0 1 0 1

1 0 1 1 0

1 1 0 0 0

1 1 0 1 0

1 1 1 0 0

1 1 1 1 0

DC

BA

00

01

10

11

01

10

11

00

0

0

1

0

0

0

0

0

0

0

1

0

0

0

0

0

Gambar 3.6 Peta-K gerakan Kanan

Hasil penyerdehanaan didapat : /D•C• /BA + D• /C • B • /A

KANAN /D C /B A /C D B /A

(48)

c. Gerakan Kiri

Berikut tabel kebenaran pada tabel 3.4, penyerdehanaan dengan peta-K pada

gambar 3.8 dan rangkaian digital dari gerakan Kiri pada gambar 3.9 :

Tabel 3.4 Tabel kebenaran gerakan Kiri.

D C B A Kiri

0 0 0 0 0

0 0 0 1 0

0 0 1 0 0

DC

BA

0 0 1 1 0

0 1 0 0 0

0 1 0 1 0

0 1 1 0 0

0 1 1 1 0

1 0 0 0 0

1 0 0 1 0

1 0 1 0 0

1 0 1 1 1

1 1 0 0 1

1 1 0 1 0

1 1 1 0 0

1 1 1 1 0

00

01

10

11

01

10

11

00

0

0

0

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

1

Gambar 3.8 Peta-K gerakan Kiri

Hasil penyerdehanaan didapat : D•C • /B• /A + D• /C B • • A

KIRI D C /B /A D /C B A

(49)

d. Gerakan Full / Middle

Berikut tabel kebenaran pada tabel 3.5, penyerdehanaan dengan peta-K pada

gambar 3.10 dan rangkaian digital dari gerakan Full/Middle pada gambar 3.11 :

Tabel 3.5 Tabel kebenaran gerakan Full / Middle.

D C B A Full = 1 Middle = 0

0 0 0 0 0

DC

BA

0 0 0 1 0

0 0 1 0 0

0 0 1 1 0

0 1 0 0 1

0 1 0 1 1

0 1 1 0 0

0 1 1 1 0

1 0 0 0 0

1 0 0 1 0

1 0 1 0 0

1 0 1 1 0

1 1 0 0 1

1 1 0 1 0

1 1 1 0 0

1 1 1 1 0

00

01

10

11

01

10

11

00

0

0

0

1

0

0

0

0

0

0

1

1

0

0

0

0

Gambar 3.10 Peta-K gerakan Full/Middle

Hasil penyerdehanaan didapat : C • /B • /A + /D• C • /B

FULL/MIDDLE C

/B /A

/D C /B

(50)

e. Gerakan Mundur

Berikut tabel kebenaran pada tabel 3.6, penyerdehanaan dengan peta-K pada

gambar 3.12 dan rangkaian digital dari gerakan Maju pada gambar 3.13 :

Tabel 3.6 Tabel kebenaran gerakan Mundur.

D C B A Mundur

0 0 0 0 0

0 0 0 1 0

0 0 1 0 0

0 0 1 1 0

0 1 0 0 0

0 1 0 1 0

0 1 1 0 0

0 1 1 1 1

1 0 0 0 0

1 0 0 1 0

1 0 1 0 0

1 0 1 1 0

1 1 0 0 0

1 1 0 1 0

1 1 1 0 0

1 1 1 1 0

DC

BA

00

01

10

11

01

10

11

00

0

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

Gambar 3.12 Peta-K gerakan Mundur

Hasil penyerdehanaan didapat : /D• C • B • A

A C /D B

MUNDUR

(51)

3.5.2. Perancangan Rangkaian Digital

Proses penyerdehanaan didapat rangkaian digital untuk masing-masing

kombinasi gerakan. Input dari rangkaian digital adalah data biner 4-bit dari output

IC MT8870D sedang masing-masing output dari rangkaian digital dihubungkan

dengan motor driver yaitu IC L293D dan rangkaian switching transistor. Gambar

3.14 adalah rangkaian digital hasil penyerderhanaan.

C /B /A D /C B A D C /B /A D /C B /A /D C /B A C /B /A D /C B /D C B A /D /B A /D C /B D C B A GND 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 KANAN KIRI FULL/MID MAJU MUNDUR

Gambar 3.14 Rangkaian digital kombinasi gerakan.

Perancangan menggunakan IC TTL. Dari skema rangkaian terdapat

gerbang NOT 11 buah, gerbang AND 3 masukan ada 6 buah, gerbang AND 4

masukan ada 4 buah, gerbang OR 2 masukan ada 3 buah, dan sebuah gerbang OR

3 masukan. IC TTL yang digunakan adalah IC 74LS04 untuk gerbang NOT

(52)

IC 74LS21 untuk gerbang AND 4 masukan sebanyak 3 buah dan 2 buah IC

74LS32 untuk gerbang OR.

3.6. Motor DC sebagai penggerak Mobil Mainan (Motor Driver)

Dua buah Motor DC sebagai penggerak dan menentukan arah. Pada

Gambar 3.15 Motor DC pertama (M1) dipasang di depan sedang motor DC kedua

(M2) dipasang di belakang. Perancangan elektronik menggunakan IC L293D dan

rangkaian Switching Transistor.

VCC 9V

MUNDUR KIRI

RODA DEPAN (KANAN-KIRI)

RODA BELAKANG (MAJU-MUNDUR) VCC 5V

FULL/MIDD

Q1 BC547

RELAY SPDT 9V

R1 1,8k M1 -+ U1 L293D 2 7 10 15 1 9 3 6 11 14 16 8

4 5 12 13

IN1 IN2 IN3 IN4 EN1 EN2 OUT1 OUT2 OUT3 OUT4 VSS VC GN D GN D GN D GN D MAJU KANAN D1 1N4002 R2 5,1 M2 -+

Gambar 3.15 Rangkaian Motor Driver.

a. Motor DC pertama (M1) berhubungan Arah (Kanan, Kiri dan Lurus)

Perancangan Motor DC pertama (M1) pada body mobil mainan diletakan di

depan. Untuk mengatur arah putaran motor dc pertama (M1) menggunakan IC

L293D dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Input 1 berlogika tinggi, input 2 berlogika rendah maka output 1

berlogika tinggi dan output 2 berlogika rendah. Dengan demikian motor

dc akan berputar searah dengan jarum jam atau belok kanan.

2. Input 2 berlogika tinggi, input 1 berlogika rendah maka output 2

berlogika tinggi dan output 1 berlogika rendah. Dengan demikian motor

(53)

b. Motor DC kedua (M2) berhubungan Kecepatan (Full, Middle, Mundur dan Stop)

Perancangan motor dc kedua (M2) pada body mobil mainan diletakan di

belakang. Untuk mengatur jalannya mobil menggunakan IC L293D dan relay

dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

b.1. Mengatur Maju atau Mundur

1. Input 4 berlogika tinggi, input 3 berlogika rendah maka output 4 berlogika

tinggi dan output 3 berlogika rendah, relay NC. Dengan demikian motor

dc akan berputar berlawanan dengan arah jarum jam atau mobil mainan

mundur.

2. Input 3 berlogika tinggi, input 4 berlogika rendah maka output 3 berlogika

tinggi dan output 4 berlogika rendah, relay NC.Dengan demikian motor dc

akan berputar searah dengan jarum jam atau mobil mainan maju middle.

3. Input 3 berlogika tinggi, input 4 berlogika rendah maka output 3 berlogika

tinggi dan output 4 berlogika rendah, NO relay terhubung. Dengan

demikian motor dc akan berputar searah dengan jarum jam atau maju full.

b.2. Mengatur Full atau Middle

Untuk mengatur pada bagian ini pertama digunakan Switching Transistor

yang dihubungkan dengan sebuah relay 9V, berfungsi sebagai saklar

elektronik. Rangkaian ini, sinyal masukannya berlogika 1 (5 volt) atau 0 (0 volt)

dari IC TTL. Nilai ini dipakai untuk bias pada kaki base transistor dengan emitter

dan collector sebagai penghubung (short circuit) atau sebagai pembuka rangkaian

(open circuit). Begitu rangkaian short circuits arus akan mengalir dari kaki

collector ke emitter. Gambar 3.16 adalah skema Switching Transistor bagian dari

gambar 3.15. Jika menggunakan relay 9V dengan = 400 Ω (hasil

pengukuran), Transistor NPN Silicon BC547 ( maks = 100mA,

relay R

C

I β = 110) maka

dapat diketahui.

(54)

D1 1N4002

RELAY SPDT 9V

PIN 11 IC L293D

VCC 9V R1 1,8k

M2

-+ Q1 BC547 R2 5,1

PIN 14 IC L293D

FULL/MIDDLE

Gambar 3.16 Skema Switching Transistor.

Hambatan pada = 400Ω dengan = 9 V, pada saat transistor

saturasi maka ;

relay

R VCC

0 = CE V

( )

⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ = Ι relay CE CC C R V V sat

( )

Ω = 400 9V sat IC

( )

=0,0225

ΙC sat

( )

sat mA

C =22,5

Ι

Supaya transistor berada pada keadaan saturasi maka paling sedikit

dengan B I 110 = β ;

( )

β ) (sat I sat I C B =

( )

110 5 , 22 mA sat

IB =

( )

sat A

IB =2,045.10−4

(55)

( )

sat I V V R B BE BB B − = A V V

RB 4

10 . 045 , 2 7 , 0 5 , 4 − − = Ω =18581 B R

maksimal yang bisa digunakan sebesar 18,581 KΩ.

B R

adalah harga arus yang tepat akan menyebabkan

transistor menjadi saturasi. Agar lebih pasti, yang digunakan harus dipilih

supaya > , misalnya

( )

sat A

IB 4 10 . 045 , 2 −

= IB

B R

B

I IB

(

sat

)

IB =10×IB

( )

sat =2,045mA ini dapat dicapai bila,

B BE BB B I V V

R = −

mA V V RB 045 , 2 7 , 0 5 , 4 − = Ω =1858 B R

Atau resistor yang digunakan RB =1,8KΩ.

Langkah selanjutnya membagi tegangan antara R2 dan Motor. R2

berfungsi sebagai pengurang tegangan sebesar 1,5 Volt dari tegangan yang keluar

dari IC L293D untuk mendapatkan kecepatan Middle. Perancangannya

menggunakan pembagi tegangan. Ilustrasinya terlihat pada gambar 3.17.

R2

V

R motor RELAY NC

V MOTOR Vs

Gambar 3.17 Pembagi Tegangan.

Jika dari pengukuran didapat R motor sebesar 19Ω, tegangan yang

dirancang (Vmotor) sebesar sebesar 7 V dari tegangan keluaran IC L293D sebesar

(56)

Vs R Rmotor

Rmotor

Vmotor

+ =

2

V R

V 9

2 19

19

7 ⋅

+ Ω

Ω =

19 43 , 24 2= −

R

Ω = ≅ Ω

=5,43 2 5,1

2 R

R

Nilai resistor R2 dan ada dipasaran, maka tidak digunakan nilai yang

mendekati.

B R

3.7. Pemancar (TX) dan Penerima (RX)

Ketepatan frekuensi antara pemancar dan penerima sangat berpengaruh

pada informasi yang disampaikan. Informasi diharapkan bisa sampai pada

penerima sesuai dengan aslinya. Kemampuan perangkat (pemancar atau

penerima) memang benar-benar harus mendukung, untuk itu sebagai perangkat

menggunakan 2 buah Tranceiver Handy Talky (HT). HT pertama sebagai

pemancar dan HT kedua sebagai penerima. Cara menghubungkan pada gambar

3.18. Untuk masukan nada DTMF ke pemancar lewat external mic sedang pada

penerima nada DTMF dihubungkan ke externalspeaker.

(57)

3.8. Pemrograman Dengan VB (Visual Basic) 3.8.1. User Interface

Gambar 3.19 adalah rancangan tampilan User Interface (UI) :

Kecepatan

Full

Middle

Arah

Maju lurus

Maju kanan Maju kiri

Mundur

Stop

Text Box

Gambar 3.19 Rancangan tampilan User Interface (UI).

Layar ini akan muncul setelah program dijalankan (Run). Perancangan tata

letak objek terdiri dari Frame, Text Box, Option dan command Button. Pada layar

ini user diminta memilih kecepatan terlebih dahulu, setelah itu tekan tombol pada

Frame arah untuk menjalankan mobil mainan. Text Box menginformasikan arah

gerak sesuai tombol yang ditekan.

Keterangan Gambar 3.19 :

• Frame Kecepatan : Pengelompokan pemilihan kecepatan

• Frame Arah : Pengelompokan fungsi arah

• Text Box : Menampilkan informasi arah dan kecepatan

• Option1 (Full) : Memilih kecepatan penuh

• Option2 (Middle) : Memilih kecepatan sedang

(58)

(Maju Lurus)

• CommandButton2 : Bergerak kearah maju kanan

(Maju Kanan)

• CommandButton3 : Bergerak kearah maju kiri

(Maju Kiri)

• CommandButton4 : Bergerak mundur

(Mundur)

• CommandButton5 : Berhenti

(Stop)

Untuk pengaturan properti setiap objek dari User Interface (UI)

ditunjukkan pada tabel 3.7.

Tabel 3.7 Properti User Interface.

No. Object Properties Value

1. Form1 Caption

Start Up Position

Remote Control

2-Center Screen

2. Frame1 Caption Kecepatan

3. Frame2 Caption Arah

4. Option1 Caption

Alignment

Middle

0-Left Justify

5. Option2 Caption

Alignment

Full

0-Left Justify

6. Text1 Alignment 2-Center

7. Command1 Caption Maju Lurus

8. Command2 Caption Maju Kanan

9. Command3 Caption Maju Kiri

10. Command4 Caption Mundur

(59)

3.8.2. Flowchart

Untuk mempermudah menulis kode program setiap objek terlebih dahulu

membuat diagram alir program atau flowchart.

a. Flowchart Utama

Urutan langkah program :

1. Tentukan event pada Form1.

2. Inisialisasi.

3. Set Kecepatan (Full dan middle).

4. Set Arah (Maju, Kanan, Kiri).

Flowchart Utama ditunjukkan pada Gambar 3.20.

(60)

b. Flowchart Set Kecepatan

Urutan langkah program :

1. Jika kecepatan Middle dipilih (mobil bergerak dengan kecepatan middle),

jika tidak ke kecepatan Full.

2. jika kecepatan Full dipilih (mobil bergerak dengan kecepatan full), jika

tidak program akan kembali pilih kecepatan.

Flowchart Set Kecepatan ditunjukkan pada Gambar 3.21.

Gambar 3.21 Flowchart Set Kecepatan.

c. Flowchart Set Arah

Urutan langkah program :

1. Jika kecepatan Middle dipilih, mobil akan bergerak dengan kecepatan

Middle, arahnya yaitu Maju lurus, Maju Kanan, Maju Kiri.

2. Jika kecepatan Full dipilih, mobil akan bergerak dengan kecepatan Full,

arahnya yaitu Maju Lurus, Maju Kanan dan Maju Kiri.

3. Arah tidak ada yang dipilih maka kembali ke set kecepatan.

(61)
(62)

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang hasil akhir dari alat yang dibuat. Untuk

mengetahui apakah alat yang sudah jadi sesuai dengan rancangan awal. Pengamatan

meliputi pengamatan hasil akhir alat yang telah dibuat, pengamatan pada perangkat

lunak, pengamatan rangkaian DTMF, pengamatan rangkaian switching transistor,

pengamatan tegangan untuk kecepatan Middle, pengamatan pada rangkaian motor

driver sedangkan, alat yang digunakan adalah multitester digital dan osiloskop

digital.

4.1. Pengamatan Hasil Akhir Alat Yang Telah Dibuat

Keseluruhan rangkaian dalam sistem ini berintikan sebuah enkoder DTMF,

PC (Personal Computer), Handy Talky (HT) pada bagian pemancar serta dekoder

Gambar

Gambar 2.1. Susunan Key dan Frekuensi pada Keypad
Gambar 2.2 IC TP5088N
Gambar 2.3 IC MT8870 nampak dari atas
Gambar 2.4 Peta-K 2 masukan
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Beri waktu kepada siswa untuk mengatasi bahwa mereka tidak memiliki jumlah potongan yang sama dan mereka mungkin harus mengubah cara kerja untuk memenuhi tujuan mereka

jagung keju. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dengan uji organoleptik oleh 30 orang panelis. Analisis data

Persoalan cabai merah sebagai komoditas sayuran yang mudah rusak, dicirikan oleh produksinya yang fluktuatif, sementara konsumsinya relatif stabil. Kondisi ini menyebabkan

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pengaruh faktor personal, faktor interpersonal, faktor situasional dan message characteristic dari WOM secara simultan berpengaruh

If Harga1 Cukup And Harga2 Cukup And Harga3 Baik And Kualitas1 Baik And Kualitas2 Buruk And Kualitas3 Buruk And Harga7 Cukup And Jumlah1 Cukup And Jumlah2

Menurut Manuaba (2008; h.389) disebutkan perdarahan terjadi karena gangguan hormon, gangguan kehamilan, gangguan KB, penyakit kandungan dan keganasan genetalia. 55)

Memberikan informasi mengenai spectrum suatu graf sehingga dapat digunakan oleh peneliti lain untuk mengkaji lebih mendalam tentang karakteristik suatu graf atau untuk aplikasi

 Melalui media cetak BLHD Provinsi Sulsel bekerjasama dengan Koran Fajar untuk membuat kolom/laman Sulsel Go Green yang memuat tulisan yang dibuat oleh setiap bidang