• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN IKLAN PRODUK PASTA GIGI PEPSODENT DI TELEVISI DENGAN LOYALITAS MEREK PRODUK PASTA GIGI PEPSODENT PADA KONSUMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN IKLAN PRODUK PASTA GIGI PEPSODENT DI TELEVISI DENGAN LOYALITAS MEREK PRODUK PASTA GIGI PEPSODENT PADA KONSUMEN"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

HUBUNGAN IKLAN PRODUK PASTA GIGI PEPSODENT DI TELEVISI DENGAN LOYALITAS MEREK PRODUK PASTA GIGI PEPSODENT PADA KONSUMEN 

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh : Ronald P. Sihombing

NIM : 029114144

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2008

HUBUNGAN IKLAN PRODUK PASTA GIGI PEPSODENT DI TELEVISI DENGAN LOYALITAS MEREK PRODUK PASTA GIGI PEPSODENT PADA KONSUMEN 

Oleh :

Ronald P. Sihombing

NIM : 029114144

Telah disetujui oleh :

Pembimbing,

P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. tanggal 28 Juni 2008

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Keluargaku yang sangat aku cintai, papa, mama, kak Raul juga adik ku Ruben. I Love you all so much

Satu hal yang membuat ku terharu,

Ketika ku hampir putus asa, Kalian ulurkan kasih yang menguatkan,

Ketika ku merasa kecewa,

Kalian berikan kehangatan, membangkitkan, Ketika ku berbuat kesalahan,

Dengan tulus ikhlas kalian memaafkan.

Ketika ku meraih kesuksesan,

Kepada kalian, pertama kali kupersembahkan penghargaan.

Terima kasih atas segala kasih sayang dan semangat yang kalian berikan.

ERNYATAAN KEASLIAN KARYA 

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 24 Mei 2008

Penulis,

( Ronald P. Sihombing) iv

ABSTRAK 

Ronald P.Sihombing (2008). Hubungan Iklan Produk Pasta Gigi Pepsodent di Televisi dengan Loyalitas Merek Produk Pasta gigi Pepsodent pada Konsumen: Fakultas Psikologi. Universitas Sanata Dharma.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan iklan produk pasta gigi Pepsodent di televisi dengan loyalitas merek produk pasta gigi Pepsodent pada konsumen. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa ada hubungan yang positif antara iklan produk pasta gigi Pepsodent di televisi dengan loyalitas merek produk pasta gigi Pepsodent pada konsumen.

Loyalitas merek produk pasta gigi Pepsodent berfungsi sebagai variabel tergantung dan iklan produk pasta gigi Pepsodent di televisi sebagai variabel bebas. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 50 orang terdiri dari pria dan wanita berusia antara 20 sampai 26 tahun. Subjek diperoleh dengan menggunakan teknik

purposive random sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala loyalitas merek produk pasta gigi Pepsodent dan skala iklan produk pasta gigi Pepsodent di Televisi. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah teknik korelasi Product Moment dari Pearson.

Hasil uji asumsi menyatakan bahwa sebaran data yang ada normal dan mempunyai korelasi linear. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan positif signifikan antara iklan produk pasta gigi Pepsodent di televisi dengan loyalitas merek produk pasta gigi Pepsodent pada konsumen. Hal itu ditunjukkan dari nilai korelasi sebesar 0.620 dan probabilitas sebesar 0.000 (p < 0,05).

ABSTRACT 

Ronald P. Sihombing. (2008). Correlation between Pepsodent Tootpaste Product Commercial on Television and Brand Loyality of Pepsodent Tootpaste Product at Consumer. Yogyakarta: Faculty of Psychology. Sanata Dharma University.

The research’s aim is to know about the correlation between Pepsodent tootpaste product commercial on television and brand loyality of Pepsodent tootpaste product at consumer. Hypothesis porposed of this research was that there is a positif corellation between between Pepsodent tootpaste product commercial on television and brand loyality of Pepsodent tootpaste product at consumer.

Brand loyality of Pepsodent tootpaste as independent variable and Pepsodent tootpaste product commercial on television as dependent variable. Subjects of this research are 55 people, male and female, age 20-26 years old. The subjects were determined by using purposive random sampling technique. Data gained in this research applies between Pepsodent tootpaste product commercial on television scale and brand loyality of Pepsodent tootpaste scale. Data analysis technique used to assess hypothesis in this research is the correlation technique Product Moment from Pearson.

The result of assumtion was a normal curve with linear corelation. The result of data analysis showed that there is a significant positive correlation toward between Pepsodent tootpaste product commercial on television and brand loyality of Pepsodent tootpaste consumer. It is indicated by the value of correlation which is 0,620 with probability which is 0,000 (p < 0,01).

KATA PENGANTAR 

Segala puji, hormat juga syukur penulis berikan pada Tuhan Yesus Kristus karena cinta-Nya yang tiada terukur yang selalu memberikan kekuatan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa telah banyak pihak yang memberikan bantuan berupa dorongan, arahan, dan data yang diperlukan mulai dari persiapan, pelaksanaan penelitian hingga tersusunnya skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta serta dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Drs. H Wahyudi, M.Si dan Minta Istono, S.Psi., M.Si selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan banyak masukan untuk menyempurnakan skripsi ini.

3. MM. Nimas Eki S., S.Psi., Psi., M.Si selaku dosen pembimbing akademik. 4. Dosen-dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmu dan

pengetahuannya selama penulis menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

5. Segenap staff Fakultas Psikologi, Mas Gandung, Pak Gie, Mbak Nanik, Mas Muji dan Mas Doni, atas segala bantuan yang diberikan untuk kelancaran studi penulis di Fakultas Psikologi.

6. Kepada seluruh keluarga ku yang sangat aku sayangi, papa dan mama, kak Raul dan adik ku Ruben atas segala do’a, pengorbanan, dukungan, bimbingan, ketulusan dan kesabarannya yang takkan pernah terbalas oleh apapun dan sampai kapanpun.

7. Buat nenek yang sangat aku sayangi (tambi) terima atas kasih sayangnya dan perhatiannya kepada penulis selama ini, walaupun tambi sudah meninggal aku tidak akan pernah melupakan tambi.

8. Sahabat terbaik ku dari masa kecil hingga sekarang, yang selalu memberikan dorongan dan semangat : Edianto (datu) dan Indri Damaiyanto (Kingkong).

Sampai kapan pun, kalian berdua adalah sahabat terbaik yang pernah aku punya.

9. Sahabat-sahabat ku dari Kalimantan yang terus mendukung dan mendoakan suksesnya skripsi ku, Terima kasih untuk bantuannya (Hawili, Hana, kak Merry, Ririn dan Anit).

10. Teman-teman Psikologi 2002 yang telah banyak membantu penulis atas masukan dan doanya, serta semangat yang kalian berikan takkan pernah terlupakan (Pertek, Eca, Dedy dll; terima kasih atas semangatnya yah..). 11. Sahabat-sahabat dekat ku di Yogya: Hetty, Galih dan Nana, frengky, Aji,

Lita, Niko dan Yoan yang telah memberikan bantuan mulai dari awal skripsi hingga selesainya. Terima kasih untuk semua masukan dan sarannya, terima kasih kalian telah membuat kehidupan selama kuliah ku menjadi indah dan menyenangkan.

12. Teman-teman KKN: Richard, Taim, Lani, Ulin, Tere, Dian Aning, Cisil, dan Wulan Terima kasih atas segala kenangan indah yang telah kalian berikan di Di desa Tegal.

13. Saudara-saudara komsel ku di Gbi Keluarga Allah: bapak dan ibu Abulam (ketua Komsel), Pak Daniel beserta istri, Ocha, mbak Tutik, mas Bismak, mbak Eka, Mas heru, Ko Soni beserta Istri dll. Terima kasih untuk doa dan dukungan moralnya sehingga penulis bisa selalu merasa dikuatkan senantiasa menjalani kehidupan ini.

14. Teman-teman kuliah di Fakultas Psikologi Sanata Dharma, semoga waktu yang kita habiskan bersama dapat menjadi kenangan indah sampai hari tua kita.

15. Pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang telah ikut membantu baik langsung maupun tidak langsung, tanpa bantuan kalian skripsi ini tidak akan terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena memiliki berbagai keterbatasan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Akhir kata, semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.

Yogyakarta, 24 Mei 2008

Penulis

DAFTAR ISI 

Halaman

HALAMAN JUDUL ……….... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………... ii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….... vi

ABSTRAK ………. vii

ABSTRACK ……….. viii

KATA PENGANTAR ……… ix

DAFTAR ISI ……….. xii

DAFTAR TABEL ……….. xv

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xvi

BAB I. PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang Masalah ………..….. 1

B. Rumusan Masalah ………. 8

C. Tujuan Penelitian ……….…….. 8

D. Manfaat Penelitian ………..……….…….. 8

BAB II. DASAR TEORI ………... 9

A. Loyalitas Merek ………..……… 9

1. Pengertian Loyalitas Merek ……… 9

2. Pengukuran Loyalitas Merek……….…... 13

3. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Merek 18

B. Iklan Produk Pasta Gigi Pepsodent Di Televisi……… 23

1. Pengertian Iklan …….……… 23

2. Media Periklanan ………... 25

3. Televisi sebagai Media Iklan………... 25

4. Kelebihan dan Kelemahan Televisi sebagai Media Iklan………. … 26

5. Elemen-Elemen Iklan………... 28

6. Produk Pasta Gigi Pepsodent……… 30

C. Konsumen ……….….. ………….. 32

1. Pengertian Konsumen……… 32

2. Perilaku Konsumen………... 33

D. Hubungan Iklan Produk Pasta Gigi Pepsodent di Televisi dengan Loyalitas Merek Produk Pasta Gigi Pepsodent pada Konsumen...………. 34

E. Hipotesis……….. 38

BAB III. METODE PENELITIAN ………... 39

A. Jenis Penelitian ………... 39

B. Identifikasi Variabel Penelitian ………... 39

C. Definisi Operasional... ………. 39

D. Subjek Penelitian ………..………. 41

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ………... 42

F. Pelaksanaan Uji Coba Alat Pengumpulan Data ………... 47

G. Hasil Uji Coba Alat Pengumpulan Data ……….. 47

1. Validitas Alat Ukur ……… 48

2. Analisis Butir ………... 49

3. Uji Reliabilitas ……….... 52

H. Metode Analisis Data ………... 53

BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN ……….... 54

A. Pelaksanaan Penelitian ………. 54

B. Deskripsi Subjek dan data penlitian ………..… 54

C. Analisis Hasil Penelitian ……….. 56

1. Uji Asumsi Penelitian ………. 56

a. Uji Normalitas ……….... 57

b. Uji Linieritas ……….. 57

2. Uji Hipotesis ………... 58

D. Pembahasan ………... 59

BAB V. PENUTUP ………... 63

A. Kesimpulan ……….. 63

B. Saran ……….... 63

DAFTAR PUSTAKA ……….... 64

LAMPIRAN ……… 67

DAFTAR TABEL 

Halaman Tabel 1. Prosentase Distribusi butir-butir pernyataan Skala

Loyalitas Merek Produk Pasta Gigi Pepsodent

Sebelum Uji Coba……… 44

Tabel 2. Prosentase Distribusi butir-butir pernyataan Skala Iklan Pasta Gigi Pepsodent Sebelum Uji Coba…... 46

Tabel 3. Butir yang Sahih dan Gugur pada Skala Loyalitas Merek Produk Pasta gigi Pepsodent... 50

Tabel 4. Prosentase Distribusi Butir-butir Pernyataan Skala Loyalitas Merek Produk Pasta Gigi Pepsodent setelah Uji Coba………. 50

Tabel 5. Butir yang Sahih dan Gugur pada Skala Iklan Pasta Gigi Pepsodent di Televisi... 51

Tabel 6. Prosentase Distribusi butir-butir pernyataan Skala Iklan Pasta Gigi Pepsodent di Televisi Setelah Uji Coba.… 52 Tabel 7. Deskripsi statsitik data penelitian………. 55

Tabel 8. Perbandingan Data Teoritik dan Data Empirik ……… 56

Tabel 9. Hasil Uji Normalitas ……….…….……. . 57

Tabel 10 . Hasil Uji Linearitas ……… . 58

Tabel 11. Hasil Uji Hipotesis……….. 58

DAFTAR LAMPIRAN 

Halaman Lampiran 1. Skala Iklan Produk Pasta Gigi Pepsodent di Televisi

Sebelum Uji Coba ……….…...……… 72 Lampiran 2. Skala Iklan Produk Pasta Gigi Pepsodent di Televisi

Sesudah Uji Coba………... 77 .Lampiran 3. Skala Loyalitas Merek Produk Pasta Gigi

Pepsodent Sebelum Uji Coba.………..……… 82

Lampiran 4. Skala Loyalitas Merek Produk Pasta Gigi

Pepsodent Sesudah Uji Coba.………... 87

Lampiran 5. Data Skala Iklan produk pasta gigi Pepsodent di Televisi

Sebelum Uji Coba………..… 91 Lampiran 6. Data Skala Iklan produk Pasta gigi Pepsodent di Televisi

Sesudah Uji Coba. ……...……… 97 Lampiran 7. Data Skala Loyalitas merek Produk Pasta Gigi

Pepsodent sesudah uji coba …... 103 Lampiran 8. Analisis Butir Skala Iklan Produk Pasta Gigi Pepsodent

di Televisi... ..……… 109

Lampiran 9. Realibilitas skala Iklan Produk Pasta Gigi Pepsodent

di Televisi Sebelum Uji Coba…..………...…..… 111

Lampiran 10.Realibilitas skala Iklan Produk Pasta Gigi Pepsodent

di Televisi Sesudah Uji Coba……….. 112

Lampiran 11. Analisis Butir Skala Loyalitas Merek Produk

Pasta Gigi Pepsodent …….……… 113

Lampiran 12. Reliabilitas Skala Loyalitas Merek Produk Pasta Gigi Pepsodent Sebelum Uji coba……… 115

Lampiran 13. Reliabilitas Skala Loyalitas Merek Produk Pasta Gigi Pepsodent Sesudah Uji Coba……… 116

Lampiran 14. Uji Normalitas………... 117

Lampiran 15. Uji Linearitas……… 118

Lampiran 16. Deskripsi statistik………. 119

Lampiran 17. Uji Hipotesis………. 120

BAB I PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, perkembangan perindustrian semakin pesat dan kompetitif. Persaingan bisnis yang bernuansa kompetitif tersebut mendorong para eksekutif

perusahaan untuk berpikir kreatif dan inovatif agar perusahaannya bisa berdiri kokoh diantara pesaingnya yang lain. Salah satu upaya yang dilakukan perusahaan selaku lembaga yang berusaha memenuhi kebutuhan konsumen adalah

menerapkan strategi pemasaran yang tepat serta menciptakan dan mengembangkan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Dari sudut pandang strategi pemasaran, loyalitas merek adalah suatu konsep yang sangat penting dalam mempengaruhi kesuksesan perusahaan. Khususnya pada kondisi pasar dengan tingkat pertumbuhan yang sangat rendah

namun tingkat persaingannya sangat ketat seperti sekarang ini. Keberadaan konsumen yang loyal pada merek sangat dibutuhkan perusahaan agar dapat

bertahan hidup. Loyalitas bahkan dianggap sebagai prestasi tertinggi yang harus dicapai oleh produsen sehingga setiap perusahaan kemudian mendambakan loyalitas konsumen yang tinggi dan dengan sekuat tenaga berusaha untuk

mempertahankannya (Peter dan Olson, 1996).

Loyalitas merek secara sederhana dapat diartikan sebagai ukuran

keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan

gambaran tentang mungkin tidaknya seseorang pelanggan beralih ke merek produk yang lain, terutama jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan,

baik menyangkut harga ataupun atribut lainnya. Loyalitas merek mencerminkan tingkat ketertarikan konsumen dengan suatu merek produk sehingga dapat disebut sebagai konsumen yang setia yaitu konsumen yang terus menerus menggunakan

produk dengan merek sama dalam berbagai kondisi (Durinto dkk, 2001).

Banyak ahli sepakat bahwa loyalitas merupakan pembelian berulang,

meskipun tidak semua perilaku pembelian berulang merupakan perilaku loyal (Peter dan Olson 1996). Menurut Hadipranata (1997), loyalitas konsumen merupakan kebiasaan membeli berulang secara konsisten yang muncul sebagai

suatu kebiasaan yang disadari dengan pertimbangan-pertimbangan pribadi, baik secara emosional maupun rasional sehingga sulit untuk berubah. Loyalitas ini berasasaskan minat yang kuat, sikap yang baik, fanatisme dan adanya konsistensi.

Sebaliknya, apabila pengambilan keputusan membeli bukan atas dasar pertimbangan pribadi seperti pertimbangan rasional maupun emosional maka

disebut loyalitas semu (Engel dan kawan-kawan, 1994). Loyalitas semu ini mudah dipengaruhi untuk berpindah kemerek lain terlebih jika merek tersebut menawarkan diskon atau hadiah.

Loyalitas pada merek dapat dipengaruhi beberapa faktor, baik faktor dari dalam maupun dari luar konsumen. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

keterlibatan konsumen pada produk, keinginan mencari keragaman dan sensitivitas harga (Sheet, Mital dan Newman, 1999).

Salah satu faktor yang sangat penting dalam membangun loyalitas konsumen adalah faktor promosi melalui teknik periklanan. Periklanan menjadi sangat penting karena merupakan salah satu teknik promosi yang langsung dapat

menyentuh persepsi publik dalam mengkampanyekan pesan komersial kepada masyarakat, serta merupakan salah satu instrumen kegiatan promosi yang

mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi respon konsumen. Dalam periklanan, fitur, manfaat dan nilai suatu produk yang diwakili oleh merek dapat dikampanyekan sehingga memberikan berdampak positif dan dalam jangka

waktu tertentu menarik calon konsumen yang loyal (Kasali, 1995).

Ketika konsumen menjatuhkan pilihannya pada satu merek untuk menjadikannya bagian dari konsumsi, ada serangkaian proses pemenuhan

informasi yang terjadi secara terus menerus tetap berlangsung dipikiran konsumen. Proses ini dimulai dari kondisi ketidaksadaran (unawere) yaitu saat

konsumen sama sekali tidak mengetahui merek tersebut. Lalu berlanjut kekondisi sadar (aware) yaitu bila ada informasi yang menarik baginya, berlanjut ke minat pada taraf tertentu ditindaklanjuti dengan proses pencarian dan upaya. Bila

informasi yang diterima dari proses mencoba ini sesuai dengan yang dibutuhkannya akan terjadi pengulangan pembelian, dan akhirnya konsumen

mengadopsi (Handoyo, 2004)

jasa, selain juga membangun citra positif perusahaan dan merek produk yang bersangkutan. Lewat proses promosi, konsumen yang awalnya mungkin tidak

tahu akan keberadaan suatu produk menjadi tahu dan terdorong untuk mencoba (Kotler, 1994). Konsumen yang telah mencoba produk kemudian mendapat kepuasan atas kualitas produk yang dibelinya akan cenderung melakukan

pembelian berulang. Adanya kualitas produk yang memuaskan dan diperkuat dengan periklanan yang intensif dapat menyebabkan loyalitas konsumen terhadap

merek yang ditawarkan pun akan lebih mudah diperoleh (Handoyo, 2004).

Berdasarkan hal ini, periklanan akan memiliki manfaat dalam menyoroti berbagai kebutuhan yang berhubungan erat dengan konsumen yang ditargetkan

sehingga menarik konsumen sebagai calon pelanggan yang loyal (Schifman dan Kanuk, 2004), disatu sisi juga akan menguatkan preferensi terhadap merek pada konsumen yang memang sudah loyal terhadap merek tersebut (Handoyo, 2004).

Periklanan menurut Kotler dan A.B Susanto (dalam Handoyo, 2004) adalah semua bentuk presentasi non personal dan promosi ide, barang atau jasa

oleh sponsor yang ditujukan dengan mendapat bayaran. Iklan merupakan cara yang efektif untuk menyebarkan pesan dari segi biaya dan memotivasi konsumen untuk menggunakan suatu produk. Adanya kegiatan periklanan sering kali

mengakibatkan terjadinya penjualan dengan segera meskipun banyak juga penjualan yang baru terjadi dimasa yang akan datang (Kasali, 1995). Oleh

Implikasinya untuk produsen adalah, produsen harus bisa menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen serta berusaha

membangun citra yang positif tentang mereknya tersebut. Apabila informasi yang diterima tentang produk dan citra merek tersebut dimaknai secara positif tentunya akan mendukung proses pembelian bahkan dapat memunculkan kesan

jangka panjang pada konsumen.

Makna yang diberikan oleh konsumen terhadap iklan yang ada bisa saja

berbeda antara konsumen yang satu dengan yang lain. Seseorang bisa memberikan tanggapan yang positif apabila iklan tersebut dianggap menarik perhatian, memikat hati dan dapat menimbulkan keinginan untuk menggunakan

produk yang diiklankan. Lain halnya jika iklan yang dilihat tidak menarik dan membosankan, bisa saja menimbulkan penolakan.

Menyadari hal tersebut, sudah selayaknyalah jika perusahaan

merancangkan iklan dengan perencanaan yang baik pula. Untuk menghasilkan iklan yang efektif, suatu perusahaan dituntut menjalankankan elemen-elemen

yang meliputi AIDCA antara lain: perhatian (Attention), minat (Interest), rasa percaya (Conviction), dan tindakan (Action) (Kasali, 1995). Dengan kata lain, iklan harus dapat menarik perhatian sasarannya agar menimbulkan minat dan rasa

ingin tahu lebih lanjut tentang produk yang ditawarkan, sehingga akan menggerakan keinginan untuk memiliki atau menikmati produk tersebut. Iklan

percaya sehingga akan sesegera mungkin melakukan tindakan pembelian (Handoyo, 2004).

Dalam pembuatan dan penyebaran iklan juga terdapat salah satu bagian terpenting yaitu menentukan saluran atau media yang tepat sehingga pesan iklan dapat sampai kepada konsumen (Radiosunu, 1986). Pada awalnya, periklanan

hanya dapat dilakukan di media radio, koran atau majalah, pamflet-pamflet maupun selebaran yang diedarkan kepada konsumen. Namun sejak munculnya

stasiun televisi swasta, para pemasar mulai mengalihkan medium periklanan mereka ke talevisi, karena televisi dianggap mampu menampilkan pesan yang ingin disampaikan pemasar kekonsumen secara lebih efektif.

Faktor terpenting kenapa televisi menjadi begitu menarik bagi iklan adalah karakteristik yang dimiliki oleh media ini. Periklanan di televisi merupakan cara yang efektif untuk meraih konsumen dalam jumlah besar dan tersebar secara

geografis (Handoyo, 2004). Stantoton (1986) menambahkan bahwa televisi merupakan media yang perkembangannya paling menonjol diantara media lain

dan paling serba guna karena himbauaan yang ada di televisi datang lewat penglihatan dan pendengaran sehingga produk-produk dapat diiklankan dan diterangkan televisi dengan sangat luwes.

berbagai macam produk kesehatan gigi dan mulut seperti pasta gigi, sikat gigi, dan mouthwash.

Pasta gigi Pepsodent merupakan pasta gigi yang paling terkenal dan tertua di Indonesia, sejak awal keberadaannya selalu memberikan lebih dari sekedar kemanjuran dasar. Pepsodent adalah pasta gigi pertama di Indonesia yang kembali meluncurkan pasta gigi berflorida pada tahun 1980-an dan satu-satunya pasta gigi di Indonesia yang secara aktif mendidik dan mempromosikan kebiasaan menyikat gigi secara benar melalui program sekolah dan layanan pemeriksaan gigi gratis. Sejak itu, Pepsodent telah melengkapi jajaran produknya mulai dari pembersihan dasar hingga pasta gigi dengan manfaat lengkap.

Penayangan iklan di televisi dapat dinikmati diseluruh wilayah yang luas. Disatu pihak iklan dapat digunakan untuk membangun kesan jangka panjang suatu produk, dan dipihak lain memicu penjualan dengan cepat (Handyo, 2004). Ketika konsumen melihat iklan pasta gigi Pepsodent di televisi, diharapkan iklan tersebut memiliki kesan tersendiri dan direspon secara positif oleh konsumen.

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang permasalahan tersebut di atas, penelitian ini dimaksudkan untuk melihat : “ Apakah ada hubungan antara iklan produk pasta gigi Pepsodent di televisi dengan loyalitas merek produk pasta gigi Pepsodent pada konsumen?.”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara iklan produk pasta gigi pepsodent di televisi terhadap loyalitas merek pada konsumen.

 

D. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

• Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan sumbangan toritis bagi ilmu psikologi industri, khususnya yang berhubungan dengan periklanan dan loyalitas konsumen.

• Manfaat Praktis

BAB II DASAR TEORI 

A. Loyalitas Merek

1. Pengertian Loyalitas Merek

Perilaku konsumen yang loyal terhadap suatu produk barang maupun jasa bukanlah perkara yang kecil karena perilaku tersebut sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan selaku lembaga yang berusaha memenuhi

kebutuhan konsumen. Tiap perusahaan dituntut untuk menciptakan strategi pemasaran yang berkualitas dan memberikan kepuasan sehingga memotivasi

konsumen menyukai merek suatu produk yang dipasarkan pemasar dan memunculkan loyalitas terhadap merek tersebut (Handoyo, 2004).

Loyalitas konsumen terhadap merek sering diistilahkan sebagai loyalitas

merek karena konsumen akan selalu mengaitkan dirinya pada merek tertentu supaya mempermudah mencari produk yang pernah dibelinya. Loyalitas merek

dapat diartikan sebagai ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seseorang pelanggan beralih ke merek produk yang lain, terutama jika pada merek tersebut

didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun atribut lainnya (Durinto dkk, 2001)

Dalam kehidupan sehari-hari, loyalitas mempunyai banyak arti. Secara

khusus, individu yang loyal adalah:

a. Orang memiliki sikap positif kepada suatu merek (sikap terhadap merek). b. Membeli merek lebih sering dibandingkan dengan dengan merek lain dalam

kategori yang sama. Ini adalah pengukuran proporsi pembelian.

c. Terus membeli merek itu dalam jangka waktu yang lama atau disebut juga

kesetian (East, 1997).

Untuk mempelajari definisi loyalitas merek secara lebih mendalam terdapat terdapat dua pendekatan yang harus di perhatikan yaitu:

1. Pendekatan Behavioral

Pendekatan behavioral menekankan bahwa bahwa loyalitas merek dibentuk oleh perilaku, dan oleh karena itu perilaku pembelian berulang didefinisikan

sebagai loyalitas. 2. Pendekatan Kognitif

Pendekatan ini menekankan bahwa loyalitas merupakan fungsi dari proses

psikologis (decision making).

Para ilmuwan behavioral meyakini bahwa loyalitas merek timbul karena

percobaan mula-mula yang diperkuat oleh rasa puas dan kemudian menimbulkan pembelian yang berulang kali. Sebaliknya, para peneliti kognitif menekankan peran proses mental dalam membangun kesetiaan merek. Mereka yakin bahwa

para konsumen terlibat dalam perilaku pemecahan masalah yang mendalam mencakup perbandingan merek dan sifat, yang terakhir pada pilihan merek yang

kuat dan perilaku pembelian berulang (Schifman dan Kanuk, 2004).

keinginan melakukan dan perilaku pembelian berulang. Selain memfokuskan pada perilaku, maka proses kognitif juga harus diperhatikan sebagai suatu hal yang

sangat berpengaruh terhadap pembentukan perilaku tersebut. Dalam beberapa hal, loyalitas merek mungkin merupakan hasil dari aktivitas kognitif dan pengambilan keputusan yang ekstensif.

Sejalan dengan definisi di atas, Jacoby (dalam Engel dan Blackwell, 1982) mengatakan bahwa loyalitas merek pada dasarnya terdiri dari dua hal yaitu

perilaku loyal dan sikap loyal. Loyalitas merupakan tindakan membeli berulang yang selektif, didasarkan pada proses pengambilan keputusan psikologik yang evaluatif. Hal ini senada dengan pandangan Dharmmesta (1996) yang mengatakan

bahwa loyalitas merek merupakan Attitudinal yang berkolerasi dengan perilaku, atau merupakan fungsi dari psikologis.

Jacoby dan Chestnut (dalam Hawkins, Best dan Coney, 1998)

mengklarifikasikan istilah loyalitas merek secara konseptual yaitu mencakup enam kondisi sebagai berikut: Loyalitas merek adalah (1) prasangka (2) respon

perilaku (3) terlihat setiap waktu (4) oleh unit pembuatan keputusan, dalam hal ini konsumen (5) tetapi tetap menghormati merek lain (6) yang merupakan fungsi dari proses psikologis.

Proses psikologis menjadi proses yang penting dalam pembentukan loyalitas merek karena pembelian ulang terhadap merek terjadi jika konsumen membentuk loyalitas konsumen. Selain itu proses belajar dan pengalaman juga berpengaruh terhadap pembentukan loyalitas tersebut (Handoyo, 2004).

Mowen (dalam Dharmmesta, 1996) menggunakan definisi loyalitas merek dalam arti kondisi dimana konsumen mempunyai sikap positif terhadap merek, mempunyai komitmen pada merek tersebut, dan bermaksud meneruskan

pembelian dimasa mendatang. Terjadinya loyalitas merek pada konsumen tersebut disebabkan oleh adanya pengaruh kepuasan atau ketidakpuasan dengan merek

tersebut yang terakumulasi secara terus menerus di samping adanya persepsi tentang kualitas produk.

Peter dan Olson (1996) mendefinisikan loyalitas merek sebagai minat

membeli berulang dan perilaku membeli berulang. Upaya untuk menumbuhkan serta mempertahankan perilaku loyal tersebut sangat dipengaruhi proses kognitif. Dalam proses tersebut, beberapa pengatahuan mengenai produk harus dimiliki dan

upaya untuk mendapatkan produk ini harus mengaktifkan ingatan, ada keinginan untuk membeli serta ada kepuasan yang mempengaruhi perilaku membeli.

Loyalitas identik dengan perilaku membeli berulang meskipun tidak semua perilaku membeli berulang adalah loyalitas (Peter dan Olson, 1996). Didalam perilaku membeli berulang harus terdapat terdapat komitmen. Engel dkk

(1982) menyebutkan bahwa definisi kognitif dari Loyalitas merek berarti bahwa loyalitas harus mewakili komitmen. Kebiasaan pembelian berulang tanpa

komitmen yang kuat akan rentan terhadap perubahan.

pribadi, baik secara emosional maupun rasional sehingga sulit untuk berubah. Loyalitas ini harus berasasaskan minat yang kuat, sikap yang baik, fanatisme dan

adanya konsistensi (Hadipranata, 1997). Sebaliknya, apabila pengambilan keputusan membeli bukan atas dasar pertimbangan pribadi seperti pertimbangan rasional maupun emosional maka disebut loyalitas semu (Engel dan

kawan-kawan, 1994). Loyalitas semu ini mudah dipengaruhi untuk berpindah kemerek lain terlebih jika merek tersebut menawarkan diskon atau hadiah.

Dari berbagai definisi oleh berbagai ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa loyalitas merek harus dilihat dari dua hal yaitu perilaku dan sikap konsumen terhadap merek. Loyalitas merek merupakan perilaku pembelian berulang secara

konsisten, sikap positif dan komitmen terhadap merek yang direncanakan dengan pertimbangan rasional maupun emosional serta sulit berubah. Loyalitas ini harus berasasaskan minat yang kuat, sikap yang baik, fanatisme dan adanya konsistensi.

2. Pengukuran Loyalitas Merek

Pengukuran loyalitas merek merupakan hal yang tidak mudah. Hal ini karena loyalitas merek menyangkut masalah psikologis (Handoyo, 2004). Pengukuran loyalitas merek untuk keperluan penelitian pada awalnya

menggunakan definisi operasional yang disebut definisi tradisional (Engel dan Blackwell, 1982) meliputi:

a. Brand choice atau tahapan pilihan merek 

loyalitas merek. Misalnya : A,B,C,D,E,F adalah aneka merek produk yang dibeli oleh konsumen, maka konsumen yang membeli produk itu akan

ditempatkan pada empat kategori loyalitas merek yang sudah ditetapkan yaitu: (1) Undiveded loyalty atau loyalitas mutlak dengan pola A,A,A,A,A

Konsumen hanya membeli merek tunggal dan tidak jadi membeli jika

merek tersebut tidak tersedia, merupakan tahap yang tidak putus-putus. (2) Devided loyalty atau loyalitas terpencar dengan pola A,B,A,B,A,B

Pembelian yang konsisten dari dua merek atau lebih.

(3) Unstable loyalty atau loyalitas tidak menetap dengan pola A,A,A,B,B,B Konsumen berpindah dari satu merek, tetapi masih dalam satu

perusahaan.

(4) No loyalty atau tidak ada loyalitas dengan pola A,B,C,D,E,F Konsumen tidak mempunyai kejelasan pembelian berulang b. Proportion of purchases atau proporsi pembelian.

Loyalitas merek diukur berdasarkan cara melihat proporsi pembelian total dari

kelompok produk tertentu yang terkait dengan merek atau kombinasi aneka merek.

c. Preference over time atau kesukaan terhadap merek-merek tertentu. Loyalitas merek diukur berdasarkan seberapa besar kesukaan seseorang terhadap suatu merek, sehingga konsumen benar-benar mempunyai kesukaan

d. Other measurement loyalty atau pengukuran lain

Misalnya menggunakan frekuensi pembelian dan pola pembelian ataupun

menggunakan frekuensi dan pola pembelian ataupun kombinasi pengukuran diatas.

Pengukuran menggunakan definisi-definisi operasional di atas ternyata

menimbulkan pertentangan diantara peneliti karena memiliki kelemahan seperti sulit membedakan antara loyalitas asli dengan loyalitas semu. Day (dalam Engel

dan Blackwell, 1982) mengatakan alat ukur Brand Choice loyalty atau tahap pemilihan merek terbukti sulit membedakan apakah konsumen menggunakan suatu produk karena keinginan membeli, ataukah karena dipengaruhi pasar yang

memang hanya menyediakan produk tersebut. Alat ukur Proportion Purchases

atau proporsi pembelian juga terbukti menyulitkan peneliti mengadakan pengukuran tingkat loyalitas karena ketidakjelasan dalam menentukan batas

proporsi loyalitas merek (Engel dan Blackwell, 1982).

Persoalan dasar diantara peneliti adalah apakah untuk mengukur loyalitas

merek dilakukan dari sudut perilaku konsumen ataukah dari sudut sikap konsumen (Schifman dan Kanuk, 2004). Para pakar behavioristik menekankan bahwa pengukuran loyalitas merek adalah dengan mengukur perilaku yang

tampak melalui pembelian aktual. Sebaliknya para pakar kognitif lebih menekankan pada teori kognitif dan pentingnya fungsi dari proses psikologis

sehingga mengabaikan permintaan pembelian aktual.

sebagai lima kali pembelian berturut-turut pada merek yang sama. Sedangkan menurut Tucker, konsumen dianggap loyal jika konsumen tersebut melakukan

tiga kali pembelian secara berturut-turut pada merek yang sama (Assael, 1992) Bagi para pakar teori kognitif, berbagai definisi perilaku (seperti keseringan membeli atau bagian dari pembelian total) kurang tepat, karena tidak

membedakan antara pembeli yang “benar-benar” loyal terhadap merek yang dengan sengaja untuk loyal, dan pembeli yang tidak sungguh-sungguh loyal

terhadap merek yaitu mengulang pembelian suatu merek karena itulah satu-satunya merek yang tersedia di toko. Para pakar teori tersebut mengatakan bahwa loyalitas terhadap merek harus diukur berdasarkan sikap terhadap merek, dan

bukan berdasarkan konsistensi pembelian (Schifman dan Kanuk, 2004).

Jacoby (dalam Engel dan Blackwell, 1982) menggabungkan pendekatan behavioral dan kognitif dalam melihat perilaku loyalitas merek mengatakan

bahwa pada dasarnya loyalitas terdiri dari dua hal penting yaitu perilaku loyal dan sikap loyal. Loyalitas tidak hanya befokus pada perilaku saja, tetapi juga pada

proses kognitif yang mengikutinya.

Sejalalan dengan pandangan tersebut, Schifman dan Kanuk (dalam Handoyo, 2004) mengatakan bahwa pengukuran loyalitas merek harus mencakup

perilaku dan sikap konsumen. Loyalitas merek dapat diukur melalui berbagai cara antara lain:

a. Konsumen dianggap loyal jika konsumen tersebut melakukan tiga kali

 

b. Loyalitas merek diukur dengan proporsi dari total pembelian produk dimana

suatu keluarga setia pada merek yang paling sering dibeli. c. Loyalitas diukur berdasarkan sikap positif terhadap merek. d. Loyalitas diukur dari tingkat keterlibatan konsumen.

Salah satu studi mengukur loyalitas terhadap merek dengan tiga cara yang

berbeda yaitu: pangsa pasar merek, jumlah pembelian merek tersebut selama enam bulan, dan jumlah rata-rata merek yang dibeli per pembeli. Berbagai temuan

mengemukakan bahwa para konsumen membeli berbagai macam merek campuran dalam suatu rentang merek yang dapat mereka terima (yaitu rangkaian merek merek yang menggairahkan mereka). Hasilnya menunjukan produk-produk yang

mempunyai pesaing sedikit, maupun produk-produk yang sering sekali dibeli, berkemungkinan memperoleh loyalitas merek yang lebih besar. Jadi sikap yang menyenangi suatu merek, barang dan jasa atau toko dibandingkan dengan

berbagai alternatif yang potensial, yang disertai oleh perilaku berlangganan yang berulang dipandang sebagai aspek-aspek loyalitas yang harus ada. (Schifman dan

Kanuk, 2004).

Dalam penelitian ini, pengukuran loyalitas akan menggunakan pendekatan behavioristik dan kognitif, yaitu diukur melalui perilaku dan sikap konsumen

terhadap merek. Subjek penelitian yang akan digunakan adalah konsumen yang loyal terhadap produk pasta gigi Pepsodent yaitu telah mengunakan produk pasta

 

pada merek yang sama. Peneliti juga menganggap bahwa produk pasta gigi Pepsodent sangat mudah dibeli dan harganya sangat terjangkau sehingga

memungkinkan untuk lebih sering digunakan bahkan lebih dari tiga kali pemakaian berturut-turut.

Dari berbagai definisi dan pengukuran loyalitas merek diatas, peneliti

menarik kesimpulan mengenai aspek-aspek yang mencakup pengukuran sikap

dan perilaku loyal pada konsumen. Adapun aspek-aspek dalam penelitian ini

antara lain meliputi:

1. Pembelian berulang

Merupakan kebiasaan untuk berlangganan berulang terhadap merek.

2. Komitmen terhadap merek

Merupakan kecenderungan bagi konsumen untuk tidak bepindah merek yang lain.

3. Minat

Merupakan sikap positif untuk memberikan perhatian, dan menyenangi

produk suatu merek.

3. Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Merek

Menurut Sheet, Mital dan Newman (1999) Loyalitas merek dapat di pengaruhi oleh tiga faktor penting yaitu meliputi:

a. Kinerja merek yang sesuai dan hasil yang dirasakan konsumen

Faktor penting yang menentukan kinerja merek tersebut adalah kualitas produknya. Jika pemasar memperhatikan kualitas dan diperkuat dengan

periklanan yang intensif, loyalitas konsumen pada merek yang ditawarkan akan lebih mudah diperoleh (Handoyo, 2004).

b. Identifikasi sosial dan emosional pada merek tersebut

Merek-merek akan merefleksikan konsep diri seseorang secara sosial sehingga dapat memperoleh gambaran sosial tertentu. Misalnya membeli mobil atau

pakaiaan yang bermerek terkenal dapat merefleksikan kepribadian bahkan status seseorang. Jenis orang yang ingin tampil dan menjadi perhatian dapat jadi konsumen yang loyal terhadap suatu merek.

Selain itu, ada hubungan antara emosi dengan merek. Konsumen yang terus menerus menikmati produk secara psikologis akan mengidentifikasi merek sebagai bagian dari diri mereka. Hal ini cenderung membuat konsumen tidak

mau berpindah kemerek lain jika merek tersebut tidak ada.

c. Sejarah dan kebiasaan

Loyalitas dapat terbangun dari kebiasaan dan sejarah yang panjang terhadap penggunaan suatu produk. Konsumen belajar beberapa preferensi sederhana dari penggunan yang berulang. Hal ini dapat terjadi karena tiga alasan:

a. Konsumen merasa kenal dekat dengan merek tersebut sehingga merasa

nyaman dan menghindari sesuatu yang tidak ia kenal. Misalnya menyukai

 

b. Konsumen dapat mengembangkan nilai rasa terhadap merek lewat proses

pengkondisian. Misalnya seseorang yang pada awalnya tidak menyukai

suatu merek seperti parfum, anggur, makanan bahkan jenis musik tertentu tetapi tetap mengkonsumsinya secara terus menerus akan belajar untuk menyukainya bahkan bisa saja menjadi kecanduan.

c. Pengaruh inter-generasi dari keluarga, yaitu konsumen memperhatikan

sejarah panjang produk yang dipakai dalam keluargnya.

Selain ketiga faktor tersebut, Sheet, Mital dan Newman (1999) juga menyatakan bahwa Loyalitas merek dapat di pengaruhi oleh dua faktor penting,

meliputi:

1. Faktor dari pasar

a. Kesamaan/keseimbangan Merek

Menunjukan apakah semakin sama kategori produknya dengan fakta-fakta tentang merek ketika dicocokan oleh konsumen. Apabila persepsi konsumen

kurang baik tentang kesamaan merek tersebut, konsumen mungkin akan mengevaluasi dalam lingkup kinerja atau kegunaan produk tersebut atau mengaitkannya dengan identitas sosial dan emosional.

b. Aktivitas Promosi yang Kompetitif.

Aktivitas promosi yang kompetitif di pasar dapat mempengaruhi perilaku

 

khusus merek-merek pesaing bisa saja memotivasi konsumen untuk beralih merek.

Penelitian ini akan melihat bagaiman promosi yang diadakan oleh pasar mempengaruhi persepsi konsumen. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa proses promosi misalnya periklanan, akan bermanfaat dalam

menginformasikan produk dan menciptakan struktur mental yang positif tentang perusahaan dan produk yang bersangkutan disamping juga menarik

calon konsumen yang loyal dalam jangka waktu tertentu (Kasali, 1995) 2. Faktor dari konsumen

a. Mencari keragaman

Beberapa konsumen mungkin suka mencari variasi dalam pengalaman mereka. Kelompok konsumen yang menyukai keragaman ini mungkin mulai bosan dengan produk yang sama atau pengalaman hidup yang sama.

kelompok ini dapat beralih dari satu mereka ke merek lain, bukan karena mereka tidak puas dengan kinerja dan nilai-nilai lainnya, tetapi dilakukan

demi perubahan dan variasi. Semakin sering konsumen mencari variasi, maka semakin kurang kesetiaan konsumen terhadap merek.

b. Persepsi atau Keterlibatan

Keterlibatan didefinisikan sebagai persepsi seseorang yang berhubungan dengan objek, didasarkan pada sesuatu yang melekat pada diri seseorang

 

Dengan kata lain, konsumen dapat terlibat dan mementingkan suatu merek dari pada merek yang lain sehingga mengembangkan merek favorit didalam

dirinya. Sebaliknya konsumen bisa juga menganggap suatu merek kurang penting atau keterlibatan rendah, sehingga loyalitas merek menjadi rendah. Krugmen, (dalam Utama dan Purwanto, 2006) menambahkan bahwa selain

dengan produk, seseorang bisa terlibat dengan iklan. Keterlibatan melalui iklan dapat muncul karena informasi iklan dapat memunculkan proses

perbandingan merek dan persepsi terhadap resiko. Informasi periklanan juga dapat memunculkan keterlibatan personal yaitu mengacu pada ketertarikan seseorang yang dimotivasi oleh adanya nilai dan kebutuhan (Marshal dalam

Utama dan Purwanto 2006). Pada penelitian ini, juga akan melihat bagaimana proses persepsi konsumen dapat terpengaruh oleh pesan-pesan iklan sehingga memunculkan perilku loyal.

c. Sensitivitas Harga

Para konsumen memiliki perbedaan sensitivitas harga dalam diri mereka.

Beberapa konsumen mungkin saja selalu mengecek harga bahkan meributkan perbedaan harga yang sedikit. Sejumlah penelitian tentang pemasaran telah menemukan sensitivitas harga konsumen terkait secara negatif dengan

loyalitas merek dan secara positif dengan penggunaan kupon. Tentu saja, tidak semua konsumen sensitif terhadap harga. Dengan demikian, konsumen akan

B. Iklan Produk Pasta Gigi Pepsodent di Televisi

1. Pengertian Iklan

Periklanan dapat dipandang sebagai suatu bentuk komunikasi dan promosi. Bentuk komunikasi karena dalam proses periklanan terdapat arus informasi yaitu pesan iklan dari suatu sumber (perusahaan) yang disajikan

kedalam suatu berita dan juga tedapat tujun pesan tersebut yaitu pasar dan target audiens. Sedangkan bentuk promosi, karena didalam iklan yang disajikan terdapat

upaya-upaya mempengaruhi pasar supaya membeli produk yang ditawarkan oleh perusahaan sponsor (Kotler dalam Purnama, 2003).

Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan

suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media dan lebih diarahkan untuk membujuk orang supaya membeli (Kasali dalam Purnama, 2003). Iklan diharapkan dapat mengenalkan, membujuk dan mengingatkan pembeli

mengenai keberadaan suatu produk atau jasa yang pada akhirnya dimaksudkan untuk meningkatkan penjualan (Schultz dalam Purnama, 2003).

Pengertian iklan menurut AMA (The American Marketing Association), iklan merupakan setiap bentuk pembayaran terhadap sesuatu proses penyampaiaan dan memperkenalkan ide-ide, gagasan, dan layanan yang bersifat

non personal atas tanggungan sponsor tertentu (Widyatama, 2005).

Widyatama (2005) merangkum berbagai macam kesamaan perspektif

1. Adanya pesan tertentu

Iklan merupakan informasi. Sebuah iklan tidak akan ada tanpa adanya

informasi berupa pesan. Pesan yang disampaikan oleh sebuah iklan dapat berupa pesan verbal, non verbal bahkan perpaduan antara pesan verbal dan non verbal.

2. Dilakukan oleh komunikator (sponsor)

Pesan iklan dibuat dan disampaikan oleh komunikator atau sponsor yang jelas.

Komunikator dalam iklan dapat datang dari perseorang, kelompok masyarakat, lembaga, atau organisasi, bahkan negara.

3. Dilakukan secara non personal

Non personal artinya tidak dalam bentuk tatap muka. Penyampaian pesan dapat disebut iklan jika dilakukan oleh media yang kemudian dikenal dengan media periklanan.

4. Disampaikan untuk khalayak tertentu

Pesan yang disampaikan tidak dimaksudkan untuk diberikan kepada semua

orang, melainkan kelompok target audiece tertentu. Sasaran khalayak yang dipilih tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa setiap kelompok khusus

audience memiliki kebutuhan, kesukaan dan karakteristik yang berbeda

sehingga pesan yang diberikan harus dirancang khusus yang sesuai dengan target khlayak tersebut.

5. Dalam penyampaiaan pesan tersebut dilakukan dengan cara membayar.

 

tetapi dapat juga dengan barter ruang, waktu dan tempat. Misalnya membayar dengan memberikan kesempatan bagi pengelola media iklan untuk

memperkenalkan medianya dengan memasang nama lewat acara yang diadakan pengguna jasa media tersebut.

6. Penyampaiaan pesan tersebut, mengharapkan dampak tetentu

Semua iklan yang dibuat oleh produsen iklan dapat dipastikan memiliki tujuan tertentu yaitu untuk menggerakan khalayak mengikuti pesan iklan tersebut.

Berdasarkan berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa iklan merupakan segala bentuk pesan secara non personal mengenai promosi barang dan jasa oleh sponsor, yang ditunjukan untuk mendapat bayaran dan memiliki

tujuan untuk menggerakan khalayak mengikuti pesan tersebut.

2. Media Periklanan

Dalam pembuatan dan penyebaran iklan, juga terdapat salah satu bagian terpenting yaitu menentukan saluran atau media yang tepat sehingga pesan iklan

dapat sampai kepada konsumen (Radiosunu, 1986). Menurut Kotler (1999), media adalah saluran komunikasi melalui mana pesan beralih dari pengirim kepenerima. Dengan kata lain, media periklanan adalah saluran komunikasi yang digunakan

untuk menyampaikan iklan dari pengiklan kepada konsumen.

3. Televisi sebagai Media Iklan

televisi (Handoyo, 2004). Pada awalnya, periklanan hanya dapat dilakukan di media radio, koran atau majalah, pamflet-pamflet maupun selebaran yang

diedarkan kepada konsumen. Namun sejak munculnya stasiun televisi swasta, para pemasar mulai mengalihkan medium periklanan mereka ke talevisi, karena televisi dianggap mampu menampilkan pesan yang ingin disampaikan pemasar

kekonsumen secara lebih efektif .

Media televisi yang dimaksud disini adalah periklanan melalui siaran di

televisi. Dalam hal ini, siaran televisi tersebut merupakan media dari jaringan komunikasi yang didalamnya terdapat komunikasi massa, berlangsung satu arah, komunikator melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan

keserempakan dan komunikannya heterogen dan anonim. Satu hal yang paling menarik dari televisi adalah bahwa informasi atau berita-berita yang disampaikan lebih singkat, jelas dan sistematis, sehingga pemirsa tidak perlu lagi mempelajari

isi pesan dalam menangkap siaran televisi (Jafkins, 1997).

4. Kekuatan dan Kelemahan Televisi Sebagai Media Iklan

Di Indonesia media iklan yang utama masih mengunakan media elektrtronika yaitu televisi yang memberikan dampak yang lebih besar daripada

media cetak. Faktor terpenting kenapa televisi menjadi begitu menarik bagi iklan adalah karakteristik yang dimiliki oleh media ini. Menurut Jafkins (1997) terdapat

 

1. Kekuatan media televisi

• Kesan realistis, karena sifatnya visual, dan merupakan kombinasi berbagai

warna, suara, gerakan, sehingga iklan-iklan televisi nampak begitu hidup dan nyata.

• Masyarakat lebih tanggap, karena iklan di televisi disiarkan di rumah dalam

suasana serba santai atau rekreatif, maka masyarakat lebih siap untuk

memberikan perhatian.

• Repetisi/pengulangan iklan di televisi bisa ditayangkan beberapa kali dalam

sehari sehingga dipandang cukup bermanfaat dan memungkinkan sejumlah masyarakat untuk menyaksikannya dalam frekuensi yang cukup hingga

pengaruh iklan itu menjadi efektif.

• Adanya pemilahan area siaran (zoning) dan jaringan kerja (networking) yang

mengefektifkan penjangkauan masyarakat. Dalam memuat iklan, pengiklan dapat menggunakan satu atau banyak kombinasi pada berbagai stasiun televisi secara sekaligus. Dalam hal ini, pengiklan bahkan bisa membuat jaringan

kerja dengan semua stasiun televisi sehingga iklannya akan ditayangkan oleh semua stasiun televisi secara serentak.

• Terkait dengan media lain, tayangan iklan televisi mungkin saja terlupakan

dengan cepat. Untuk mengatasi hal ini, dapat memadukan iklan televisi

2. Kelemahan media televisi

• Televisi cenderung menjangkau pemirsa secara massal, sehingga pemilahan

untuk kepentingan pembidikan pangsa pasar tertentu sulit dilakukan.

• Jika yang diperlukan calon pembeli adalah data–data yang lengkap mengenai

suatu produk atau perusahaan pembuatnya, maka televisi tidak akan bisa menandingi media pers.

• Biaya untuk mengiklankan di televisi terbilang mahal.

• Kesalahan penyampaian pesan yang akan diberikan kepada konsumen,

sehingga terjadi ketidaktahuan konsumen atas informasi yang diberikan oleh pengiklan.

• Adanya kecenderungan pemirsa televisi yang mengganti salurannya pada saat

iklan ditampilkan dan kebosanan akibat terlalu tinggi frekuensi pemunculan

iklan di televisi.

5. Elemen-Elemen Iklan

Agar suatu iklan memiliki daya tarik dan menjadi iklan yang baik, iklan perlu dirancang secara menyeluruh mengunakan elemen-elemen yang dikenal

dalam sebuah rumus AIDCA (Kasali, 1995 dan Jafkins, 1997). Elemen-elemen itu antara lain meliputi:

1. Attention (perhatian)

Iklan harus menarik perhatian khalayak sasarannya, baik pembaca, pendengar, ataupun pemirsa. Perhatian mungkin dapat diraih dengan memanfaatkan

 

itu sendiri. Beberapa penulis naskah iklan mempergunakan trik-trik khusus untuk menimbulkan perhatian calon pembeli seperti:

a. Menggunkan headline yang mengarahkan b. Menggunakan slogan yang mudah diingat

c. Menonjolkan atau menebalkan huruf-huruf tentang harga (apabila harga

merupakan unsur penting dalam mempengaruhi orang untuk membeli). d. Menonjolkan selling point suatu produk,

e. Menggunakan sub-sub judul untuk membagi naskah dalam beberapa

paragraf pendek.

f. Menggunakan huruf tebal (bold) untuk memenunjukan kata-kata yang

menjual. 2. Interest (minat)

Setelah perhatian calon pembeli berhasil direbut, persoalan yang dihadapi

adalah bagaimana agar konsumen berminat dan ingin tahu lebih lanjut. Untuk itu mereka dirangsang agar membaca dan mengikuti pesan-pesan yang

disampaikan. Dengan demikian penggunaan kata-kata atau kalimat pembuka sebaiknya dapat merangsang orang. Rasa tertarik mungkin dapat muncul dengan adegan-adegan dalam iklan yang menarik, dan hal ini pada

gilirangnnya akan semakin diperkuat oleh penampilan iklan yang orisinil. 3. Desire (kebutuhan/keinginan)

 

dengan keuntungan apakah yang ditawarkan oleh produk melalui iklan tersebut.

4. Conviction (Rasa percaya)

Iklan perlu memunculkan keyakinan bahwa produk tersebut memang layak untuk dibeli dan akan memberikan kepuasan bagi konsumen yang

menggunakannya. Untuk menimbulkan rasa percaya pada calon pembeli, sebuah iklan dapat ditunjang dengan berbagai kegiatan peragaan seperti

pembuktian, membagi-bagikan percontohan gratis, dan menyondongkan pandangan-pandangan positif dari tokoh-tokoh masyarakat terkemuka serta hasil pengujian oleh pihak ketiga, misalnya, hasil pengujian dari Depatemen

Perindustrian, Lembaga Swadaya Masyarakat dan laboratorium swasta terkemuka atau perguruan tinggi.

5. Action (tindakan)

Upaya terakhir untuk membujuk calon pembeli adalah agar sesegera mungkin melakukan tindakan pembelian. Memilih kata yang tepat agar calon pembeli

melakukan respon yang sesuai dengan yang diharapkan adalah pekerjaan yang sangat sulit, serta harus diperkirakan dampak psikologis dari kata-kata perintah tersebut, seberapa jauh kata-kata tersebut berkenan dan tidak

menyinggung perasaan calon pembeli atau menimbulkan anti pati.

6. Produk Pasta Gigi Pepsodent

 

diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan definisi

produk menurut Kotler dan Amstrong (1999) yaitu sebagai segala sesuatu yang ditawarkan dan dipasarkan pemasar untuk diperhatikan, dikonsumsi, atau dimiliki sehingga dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Produk yang

ditawarkan tersebut meliputi barang fisik, jasa kegiatan, orang, tempat, organisasi, ide-ide, atau gabungan dari beberapa keinginan atau kebutuhan.

Konsumen mengkonsumsi alternatif produk sesuai dengan jenis kebutuhan dan keinginan masing-masing. Dengan kata lain, konsumen membeli produk guna memuaskan kebutuhannya (Bearden dkk, 2001). Menurut Hawkins dkk (1998),

produk juga di definisikan sebagai segala seuatu yang diperoleh oleh konsumen dalam upaya memenuhi kebutuhannya.

Salah satu produk yang sangat dibutuhkan oleh konsumen adalah produk

pasta gigi. Pasta gigi menjadi salah satu produk kesehatan yang sangat penting karena berfungsi untuk menjaga dan memelihara kebersihan gigi dan mulut.

Kebisaan menggosok gigi dengan pasta gigi bahkan harus menjadi kegiatan rutin yang harus dilakukan setiap hari.

Dipasaran saat ini tersedia berbagai macam produk pasta gigi yang

menawarkan keunggulan dan kualitas produk yang baik. Salah satunya adalah produk pasta gigi merek Pepsodent. Pepsodent merupakan salah satu produsen

Sejak awal keberadaannya, produsen Pepsodent selalu memberikan lebih dari sekedar kemanjuran dasar. Pepsodent terus menjaga produk-produknya agar

tetap relevan dengan trend yang berkembang di masyarakat. Pepsodent juga terus melengkapi jajaran produknya mulai dari pembersihan dasar hingga pasta gigi dengan manfaat lengkap. Selama ini Pepsodent telah mengeluarkan produk pasta

gigi, kemudian diikuti berbagai macam produk kesehatan gigi dan mulut lainnya seperti yang sikat gigi, dan mouthwash.

Berdasarkan berbagai uraian para tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa produk merupakan segala sesuatu yang ditawarkan oleh pihak pemasar untuk dikonsumsi oleh konsumen guna memuaskan kebutuhan dan keinginannya.

Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti perilaku penggunaan salah satu produk yang ditawarkan oleh produsen Pepsodent yaitu produk pasta gigi.

C. Konsumen

1. Pengertian Konsumen

Menurut Swasta (dalam Mangkunegara, 1998), konsumen merupakan seluruh individu yang membeli atau membutuhkan barang dan jasa untuk keperluan pribadi individu tersebut. Hal ini sejalan dengan pandangan Kotler

(dalam Mowen dan Minor, 1995) yang mendefinisikan konsumen sebagai semua orang dan rumah tangga yang membeli atau menerima barang dan jasa bagi

konsumsi pribadi.

a. Konsumen Perorangan

Konsumen perorangan adalah individu yang membeli barang dan jasa untuk

keperluan sendiri. Dalam konteks ini, berbagai produk dibeli untuk untuk pemakaiaan akhir oleh perorangan.

b. Konsumen organisasi

Konsumen organisasi yaitu semua yang membeli produk, peralatan dan jasa untuk menjalankan organisasinya baik mencari keuntungan maupun tidak.

Konsumen organisasi meliputi perusahaan yang mencari laba maupun nirlaba, badan pemerintah (lokal, negara bagian maupun nasional), lembaga (misalnya sekolah, rumah sakit, dan penjara) yang semuanya menggunakan produk

barang dan jasa untuk keperluan organisasi mereka.

Berdasarkan berbagai uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa konsumen merupakan semua orang, baik perorangan maupun organisasi yang

membeli dan menggunakan produk barang maupun jasa untuk kepentingaan sendiri maupun kelompok.

2. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen merupakan perilaku yang ditujukan dalam mencari,

membeli, menilai dan menentukan produk barang, jasa, dan gagasan (Schifman dan kanuk, 2004). Engel dkk (1994) menambahkan, perilaku konsumen sebagai

Dari berbagai uraiaan diatas, perilaku konsumen dapat diartikan sebagai tindakan atau perilaku yang dilakukan untuk secara langsung terlibat dalam

penggunaan barang dan jasa. Pada penelitian ini akan memfokuskan pada perilaku konsumen perorangan yaitu perilaku individu yang membeli produk pasta gigi Pepsodent untuk kepentingan pribadi dan telah melakukan minimal lima kali

pembelian secara berturut-turut pada merek produk yang sama. Dengan kata lain, konsumen sudah terlebih dahulu menggunakan produk pasta gigi Pepsodent dan

masih terus menerus menggunakan produk tersebut secara konsisten minimal lima kali pembelian pada merek yang sama.

D. Hubungan Iklan Produk Pasta Gigi Pepsodent di Televisi dengan Loyalitas Merek Produk Pasta Gigi Pepsodent pada Konsumen

Salah satu faktor yang sangat penting dalam membangun loyalitas

konsumen adalah faktor promosi melalui teknik periklanan. Periklanan menjadi sangat penting karena merupakan salah satu teknik promosi yang langsung dapat

menyentuh persepsi publik dan mengkampanyekan pesan komersial kepada masyarakat, serta merupakan salah satu instrumen kegiatan promosi yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi respon konsumen (Kasali, 1995)

Ketika konsumen menjatuhkan pilihannya pada satu merek untuk menjadikannya bagian dari konsumsi, ada serangkaiaan proses pemenuhan

sadar (aware) yaitu bila ada informasi yang menarik baginya, berlanjut ke minat pada taraf tertentu ditindaklanjuti dengan proses pencarian dan upaya. Bila

informasi yang diterima dari proses mencoba ini sesuai dengan yang dibutuhkannya akan terjadi pengulangan pembelian, dan akhirnya konsumen mengadopsi (Handoyo, 2004).

Berdasarkan proses tersebut, periklanan menjadi sangat penting karena bertujuan memberikan informasi kepada konsumen akan keberadaan produk dan

jasa. Lewat proses promosi, konsumen yang awalnya mungkin tidak tahu akan keberadaan suatu produk menjadi tahu dan terdorong untuk mencoba (Kotler, 1994). Konsumen yang telah mencoba produk kemudian mendapat kepuasan atas

kualitas produk yang dibelinya akan cenderung melakukan pembelian berulang. Adanya kualitas produk yang memuaskan dan diperkuat dengan periklanan yang intensif dapat menyebabkan loyalitas konsumen terhadap merek yang ditawarkan

pun akan lebih mudah diperoleh (Handoyo, 2004).

Dengan sebuah iklan, konsumen dapat mempunya kesan/image terkait

dengan informasi manfaat dan nilai suatu produk yang diwakili oleh merek. Periklanan juga akan bermanfaat dalam menciptakan struktur mental yang positif tentang perusahaan yang bersangkutan. Hal ini dapat mengembangkan sikap

positif para calon konsumen, menarik calon konsumen yang loyal dalam jangka waktu tertentu (Kasali, 1995), serta menguatkan preferensi terhadap merek pada

konsumen yang loyal terhadap merek tersebut (Handoyo, 2004).

meliputi AIDCA antara lain: perhatian (Attention), minat (Interest), rasa percaya (Conviction), dan tindakan (Action). Dengan kata lain, iklan harus dapat menarik

perhatian sasarannya agar menimbulkan minat dan rasa ingin tahu lebih lanjut tentang produk yang ditawarkan, sehingga akan menggerakan keinginan untuk memiliki atau menikmati produk tersebut. Iklan juga harus dapat meyakinkan

bahwa produk yang diiklankan merupakan produk yang bermutu dan bermanfaat agar konsumen tidak goyah lagi dan akan tetap percaya sehingga akan sesegera

mungkin melakukan tindakan pembelian (Handoyo, 2004).

Citra-citra visual dari televisi terbukti mampu menciptakan dampak emosi yang kuat. Jika iklan pasta gigi Pepsodent di televisi tersebut ditanggapi secara

positif karena mampu menarik perhatian, memunculkan minat, rasa percaya bahkan memunculkan emosi untuk segera melakukan pembelian, diharapkan produk dan iklan tersebut akan melekat dihati konsumen dan makin diingat. Bila

iklannya makin diingat semestinya merek yang dikampanyekan pun lebih melekat dibenak konsumen. Sikap positif pada iklan inilah yang akan menarik calon

konsumen yang loyal (Kasali, 1995) serta menguatkan preferensi terhadap merek pada konsumen yang loyal terhadap merek tersebut (Handoyo, 2004). Dengan kata lain iklan produk pasta gigi Pepsodent dapat saja berpengaruh pada loyalitas

Skema Hubungan Iklan Produk Pasta Gigi Pepsodent di Televisi dengan

Loyalitas Merek Produk Pasta Gigi Pepsodent pada Konsumen

Iklan

Attention (perhatian) • Interest (minat) • Desire

(kebutuhan/keinginan) • Conviction

(rasa percaya) • Action

(tindakan)

Loyalitas merek

• Pembelian berulang secara konsisten • Komitmen terhdap

merek • Minat

Konsumen yang loyal

Positif terhadap iklan

Negatif terhadap iklan

Loyalitas merek tinggi

E. Hipotesis

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada kaitan erat antara iklan

produk pasta gigi Pepsodent di televisi dengan loyalitas merek produk tersebut pada konsumen. Maka diajukan hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada

hubungan positif antara iklan produk pasta gigi pepsodent di televisi dengan

loyalitas merek produk pasta gigi Pepsodent pada konsumen. Semakin positif iklan produk pasta gigi pepsodent di televisi ditanggapi oleh konsumen yang telah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitan kuantitatif dengan menggunakan

teknik kolerasional (correlational resarch) yaitu tipe penelitian dengan karakteristik berupa hubungan korelasional anatara dua variabel atau lebih.

Tujuan penelitian ini adalah menyelidiki ada tidaknya hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Pada penelitian ini akan dicari apakah ada hubungan positif antara iklan produk pasta gigi Pepsodent dengan loyalitas merek

produk pasta gigi Pepsodent pada konsumen.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Terdapat 2 variabel dalam penelitian ini yaitu meliputi :

1. Variabel bebas : Iklan produk pasta gigi Pepsodent di televisi. 2. Variabel tergantung : Loyalitas merek produk pasta gigi Pepsodent.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan pada sifat-sifat hal yang didefinisikan dan dapat diamati. Penyusunan definisi ini digunakan untuk

merujuk data yang akan digunakan dalam penelitian (Suryabrata, 1998)

1. Iklan Produk pasta gigi Pepsodent di Televisi

Iklan adalah segala bentuk pesan secara non personal mengenai promosi

barang dan jasa oleh sponsor, yang ditunjukan untuk mendapat bayaran dan memiliki tujuan untuk menggerakan khalayak mengikuti pesan tersebut. Iklan pasta gigi pepsodent di televisi merupakan iklan pasta gigi pepsodent yang

muncul lewat media televisi, diungkap melalui elemen-elemen iklan AIDCA yaitu meliputi: Attention (perhatian), Interest (minat), Desire (kebutuhan/keinginan),

Conviction (rasa percaya), Action (tindakan).

Semakin tinggi skor total yang diperoleh, semakin positif iklan pasta gigi Pepsodent di televisi pada konsumen, sebaliknya semakin rendah skor totalnya,

semakin negatif pula iklan pasta gigi Pepsodent di televisi pada konsumen.

2. Loyalitas Merek Produk Pasta gigi Pepsodent

Loyalitas merek produk pasta gigi Pepsodent adalah perilaku dan sikap konsumen terhadap produk pasta gigi Pepsodent yang dilihat melalui pembelian

berulang secara konsisten, sikap positif dan komitmen terhadap merek, yang direncanakan dengan pertimbangan rasional maupun emosional serta sulit berubah. Loyalitas ini harus berasasaskan minat yang kuat, sikap yang baik,

fanatisme dan adanya konsistensi.

Pada penelitian ini, loyalitas merek akan diukur dengan menggunakan

Semakin tinggi skor total yang diperoleh dalam skala loyalitas merek pada konsumen, maka semakin tinggi pula loyalitas merek pada konsumen tersebut.

Demikian juga sebaliknya, semakin rendah skor total dalam skala loyalitas merek pada konsumen, maka semakin rendah pula loyalitas merek pada konsumen tersebut.

D. Subjek Penelitian

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive random sampling, yaitu memilih sekelompok subjek yang didasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang dipandang memilik sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri

sifat papulasi yang sudah diketahui sebelumnya.

Subyek dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Subjek berjenis kelamin pria dan wanita.

2. Berusia antara 20-26 tahun. Menurut Santrock (2002), rentang usia 20-26

merupakan batasan usia dewasa dini. Pada usia ini perkembangan kognitif

berjalan dengan baik dan dan dirasa cukup mampu dalam mengambil keputusan termasuk untuk loyal terhadap suatu produk yang sering dipakainya.

3. Subjek dalam penelitian ini adalah konsumen yang dianggap loyal terhadap

produk pasta gigi Pepsodent yaitu telah melakukan minimal 5 kali pembelian

berulang dimana konsumen akan dianggap loyal jika melakukan lima kali pembelian secara berturut-turut pada merek yang sama.

4. Pernah melihat iklan pasta gigi Pepsodent di televisi. Subjek sebelum

melakukan pengisian skala akan ditanya terlebih dahulu apakah pernah menonton iklan pasta gigi pepsodent di televisi. Subjek yang menyatakan

pernah melihat iklan tersebut akan dianggap sesuai menjadi subjek penelitian ini.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

melalui penyebaran skala yang terdiri atas dua macam skala yaitu:

1. Skala Loyalitas Merek Produk Pasta gigi Pepsodent

Skala loyalitas merek produk pasta gigi Pepsodent diukur melalui

beberapa aspek yang disusun berdasarkan kesimpulan terhadap pengertian dan pengukuran loyalitas merek oleh para tokoh. Aspek-aspek loyalitas merek pada

penelitian ini yaitu meliputi:

4. Komitmen terhadap merek

Komitmen terhadap merek merupakan kecenderungan bagi konsumen untuk

tidak bepindah merek yang lain.

5. Pembelian berulang 

6. Minat terhadap merek

Minat terhadap merek merupakan sikap positif untuk memberikan perhatian,

dan menyenangi produk suatu merek.

Loyalitas merek akan diungkap dengan menggunakan metode rating yang dijumlahkan (summated rating) merupakan metode penskalaan pernyataan yang

menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Suryabrata, 1998). Skala ini terdiri dari 60 item pertanyaan dengan memiliki

empat kategori pilihan jawaban yang terentang meliputi: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Pengukuran alat ini dikelompokan menjadi 2 kategori, yaitu:

a. Item-item favorable, dengan pilihan jawaban dan skor yaitu: 1. Sangat setuju (SS) : skor 4

2. Setuju (S) : skor 3 3. Tidak Setuju (TS) : skor 2

4. Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1

b. Item-item unfavorable, terdiri dari pilihan jawaban dan skor sebagai berikut: 1. Sangat setuju (SS) : skor 1

2. Setuju (S) : skor 2 3. Tidak setuju (ST) : skor 3

Tabel 1. Prosentase Distribusi butir-butir pernyataan Skala Loyalitas Merek

Produk Pasta gigi Ppsodent Sebelum Uji Coba

Item Item No Aspek

Favorable Unfavorable Jumlah Presentase

1 Pembelian berulang 3, 5, 12, 16,

26, 30, 32, 40, 45,

7,19,22, 33,35, 39, 43, 51

17 36,36%

2 Komitmen terhadap merek

1, 6, 11, 15, 20, 25, 36,38, 41, 48

4, 9,17, 23, 28, 31, 44, 49, 55, 53

20 30,91%

3 Minat terhadap merek 2,10,14, 21,

27, 34, 42, 46, 50, 54

8,13,18, 24, 29,37, 47, 52,

18 32,73%

Jumlah total 29 26 55 100%

2. Skala Iklan Produk Pasta Gigi Pepsodent di Televisi

Skala iklan produk pasta gigi Pepsodent di televisi dapat diukur melalui

aspek-aspek yang dikenal dalam sebuah rumus AIDCA (Kasali, 1995 dan Jafkins, 1997). Aspek-aspek ini terdiri atas :

a. Attention (perhatian),

Konsumen memberikan perhatian terhadap iklan tersebut. b. Interest (minat)

Iklan tersebut menimbulkan minat dan rasa ingin tahu lebih lanjut pada konsumen tentang iklan produk yang ditawarkan.

c. Desire (kebutuhan/keinginan)

d. Conviction (rasa percaya),

Iklan juga harus dapat meyakinkan bahwa produk yang diiklankan merupakan

produk yang bermutu dan bermanfaat agar konsumen tidak goyah lagi dan akan tetap percaya

e. Action (tindakan)

Iklan dapat m

Gambar

Tabel 1. Prosentase Distribusi butir-butir pernyataan Skala Loyalitas Merek
Tabel 2. Prosentase Distribusi butir-butir pernyataan Skala Iklan
Tabel 4. Prosentase Distribusi Butir-butir Pernyataan Skala
Tabel 5. Butir yang  Sahih dan Gugur pada Skala Iklan Produk Pasta
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) diperoleh dua jenis tanaman yang berpotensi sebagai bahan penginduksi resistensi tanaman cabai merah terhadap penyakit virus kuning

Pada fase ini tidak ada pembentukan energi (ATP) yang dapat digunakan untuk kontraksi dan pensilnya akhir dan miosin, sehingga daging menjadi empuk kembali. Perubahan

Kepercayaan suatu bank memiliki hubungan yang sangat erat dengan faktor –faktor intern yang ada di dalam pelayanan bank, hal ini seperti dikemukanan oleh Neeru Sharama

Eksperimen yang dilakukan fokus pada 2 hal, yaitu implementasi jalur komunikasi serial dengan format RS232 pada CDHS untuk berkomunikasi dua arah full duplex dengan

Selain itu, juga karena adanya faktor dari dukun itu sendiri, yaitu keyakinan dukun bahwa menolong persalinan adalah perbuatan baik; yang merupakan panggilan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan jaringan saraf untuk memprediksi harga komoditas pangan menggunakan metode backpropagation.. Penelitian ini

(E) Mereka menganggap pekerjaan sebagai sesuatu yang harus dilakukan untuk dapat bertahan hidup, akan tetapi pekerjaan dipandang sebagai cara untuk mencapai tujuan dan

Prioritas masalah pada tahun 2014 yang berkaitan dengan infrastruktur adalah ketersediaan dan keterjangkauan air bersih yang ditemukan di kabupaten Garut, Sukabumi, Bangkalan,