• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 36dcee44e5 BAB VIIIRPIJM SBT.compressed

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 36dcee44e5 BAB VIIIRPIJM SBT.compressed"

Copied!
296
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i i

DAFTAR ISI

Daftar isi ... i

Daftar Tabel... ix

Daftar Gambar ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Landasan Hukum ... 3

1.3. Tujuan dan Pentingnya RPIJM ... 5

1.4. Mekanisme dan Framework Penyusunan RPIJM ... 6

1.4.1. Kerangka Pikir Penyusunan RPIJM ... 6

1.4.2. Mekanisme Penyusunan RPIJM ... 6

1.4.3. Pendekatan Terhadap Kondisi yang diinginkan ... 8

1.4.4. Pendekatan Terhadap Kondisi yang ada ... 10

1.4.5. Pendekaktan Pemrograman Investasi untuk Mendukung Perwujudan Kondisi yang Diinginkan ... 11

1.5. Kerangka Penyusunan RPIJM ... 14

BAB 2. GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH KABUPATEN MALUKU TENGAH 2.1. Kondisi Umum ... 15

2.1.1. Profil Geografi ... 15

2.1.2. Profil Demografi ... 29

2.1.2.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ... 29

2.1.2.2. Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 32

2.1.3. Profil Ekonomi ... 33

2.1.3.1. Laju Pertumbuhan PRDB ... 33

2.1.3.2. Pendapatan Domestik Perkapita ... 37

2.1.4. Profil Sosial dan Budaya ... 38

2.2. Kondisi Prasarana Bidang PU/Cipta Karya ... 42

(3)

ii ii

2.2.2. Sub Bidang Air Bersih ... ... 44

2.2.3. Sub Bidang Sampah ... 47

2.2.4. Sub Bidang Air Limbah ... 48

2.2.5. Sub Bidang Drainase ... 49

2.2.6. Sub Bidang Tata Bangunan Lingkungan ... 50

2.2.7. Sub Bidang Pengembangan Permukiman ... 51

BAB 3. RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN MALUKU TENGAH 3.1. Strategi/Skenario Pengembangan Wilayah Kota Berdasarkan RTRW ... 53

3.1.1. Arahan pengembangan Struktur Kota ... 53

3.1.2. Fungsi Peran Kota ... 58

3.1.3. Identifikasi Wilayah yang Dikendalikan ... 66

3.1.4. Identifikasi Wilayah yang Didorong Pertumbuhannya ... 80

3.1.5. Arahan Pengembangan Penduduk dan Permukiman ... 89

3.1.6. Langkah-langkah Penyusunan Strategi Pembangunan Perkotaan ... 92

3.2. Skenario Pengembangan Bidang PU/Cipta Karya ... 94

3.2.1. Rencana Induk Sistem (RIS)/Masterplan Infrastruktur ... 94

3.2.2. Identifikasi Kebutuhan Investasi Pembangunan Infrastruktur ... 94

3.2.3. Logical Framework: Keterkaitan Rencana Pengembangan Wilayah dan Rencana Pembangunan Infrastruktur (Masterpaln Infrastruktur) ... 95

BAB 4. RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR 4.1. RENCANA PENGEMBANGAN PERMUKIMAN ... 102

4.1.1. Petunjuk Umum ... 102

4.1.2. Profil Pembangunan Permukiman ... 112

4.1.2.1. Kondisi Umum ... 113

4.1.2.1.1. Gambaran Umum ... 113

4.1.2.1.2. Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman ... 116

4.1.2.1.3. Aspek Pendanaan ... 118

4.1.2.1.4. Aspek Kelembagaan ... 118

4.1.2.2. Sasaran ... 118

(4)

iii iii

4.1.3.1. Analisis Permasalahan ... 118

4.1.3.2. Alternatif Pemecahan ... 119

4.1.3.3. Rekomendasi ... 119

4.1.4. Usulan Pembangunan Permukiman ... 120

4.1.4.1. Usulan dan Prioritas Program Pembangunan PS Permukiman ... 120

4.1.4.2. Usulan dan Prioritas Kegiatan Pembangunan PS Permukiman ... 120

4.2. RENCANA INVESTASI PENATAAN BANGUNAN LINGKUNGAN ... 121

4.2.1. Petunjuk Umum ... 121

4.2.2. Stretegi Pendukung ... 126

4.2.3. Kebijakan, Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di Kabupaten Seram Bagian Timur ... 128

4.2.4. Profil Rinci Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan ... 148

4.2.4.1. Gambaran Umum Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan ... 148

4.2.4.2. Kondisi Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan ... 150

4.2.5. Permasalahan yang Dihadapi ... 152

4.2.5.1. Sasaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan ... 153

4.2.5.2. Rumusan Masalah ... 153

4.2.6. Analisis Permasalahan dan Rekomendasi ... 154

4.2.6.1. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan ... 154

4.2.6.2. Alternatif Pemecahan ... . 156

4.2.6.3. Rekomendasi ... . 156

4.2.7. Program yang Diusulkan ... 157

4.2.7.1. Usulan dan Prioritas Program ... 157

4.2.7.2. Usulan dan Prioritas Proyek ... 157

4.3. RENCANA INVESTASI SUB-BIDANG AIR LIMBAH ... 158

4.3.1. Petunjuk Umum Pengelolaan Air Limbah ... 158

4.3.1.1. Umum ... 158

4.3.1.2. Kebijakan, Program Dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Dalam Rencana Kabupaten Kota ... 161

(5)

iv iv

4.3.2.1. Gambaran Umum Pengelolaan Air Limbah Saat Ini ... 164

4.3.2.2. Kondisi Sistem Sarana Dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah ... 168

4.3.3. Permasalahan Yang Dihadapi ... 169

4.3.3.1. Sasaran Pengelolaan Prasarana Dan Sarana (Ps) Air Limbah ... 169

4.3.3.2. Rumusan Masalah ... 169

4.3.4. Analisis Permasalahan dan Rekomendasi ... 169

4.3.4.1. Analisis Permasalahan ... 169

4.3.4.2. Alternatif Pemecahan Permasalahan ... 170

4.3.4.3. Rekomendasi ... 170

4.3.5. Sistem Prasarana yang Diusulkan ... 171

4.3.5.1. Usulan Dan Prioritas Program ... 171

4.3.5.2. Usulan dan Prioritas Proyek ... 171

4.4. RENCANA INVESTASI SUB-BIDANG PERSAMPAHAN ... 171

4.4.1. Petunjuk Umum Pengelolaan Air Limbah ... 171

4.4.1.1. Umum ... 171

4.4.1.2. Kebijakan, Program Dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Rencana Kabupaten ... 174

4.4.2. Profil Persampahan ... 178

4.4.2.1. Gambaran Umum Pengelolaan Persampahan Saat Ini ... 178

4.4.2.2. Kondisi Sistem Sarana Dan Prasarana Pengelolaan Persampahan yang Ada (Aspek Teknis) ... 180

4.4.2.3. Aspek Pendanaan ... 183

4.4.2.4. Aspek Kelembagaan Pelayanan Persampahan ... 183

4.4.2.5. Aspek Peraturan Perundangan ... 183

4.4.2.6. Aspek Peran Serta Masyarakat ... 184

4.4.3. Permasalahan Yang Dihadapi ... 184

4.4.3.1. Sasaran Penyediaan Prasarana Dan Sarana Pengelolaan Sampah ... 184

4.4.3.2. Rumusan Masalah ... 185

4.4.4. Analisis Permasalahan dan Rekomendasi ... 185

4.4.4.1. Analisis Permasalahan ... 185

4.4.4.2. Alternatif Pemecahan Permasalahan ... 185

(6)

v v

4.4.5. Sistem Prasarana yang Diusulkan ... 187

4.4.5.1. Usulan Dan Prioritas Program ... 187

4.4.5.2. Usulan dan Prioritas Proyek ... 187

4.5. RENCANA INVESTASI SUB-BIDANG DRAINASE ... 187

4.5.1. Petunjuk Umum Pengelolaan Drainase ... 187

4.5.1.1. Umum ... 187

4.5.1.2. Maksud dan Tujuan ... 189

4.5.1.3. Arah Kebijakan Penanganan Drainase ... 190

4.5.1.4. Isu-siu Strategis dan Permasalahan ... 191

4.5.1.5. Kebijakan, Program Dan Kegiatan Pengelolaan Drainase Rencana Kabupaten Kota ... 195

4.5.2. Profil Drainase ... 197

4.5.2.1. Gambaran Umum Pengelolaan Drainase Saat Ini ... 197

4.5.2.2. Aspek Teknis ... 198

4.5.2.3. Aspek Pendanaan ... 198

4.5.2.4. Aspek Kelembagaan ... 198

4.5.3. Permasalahan Yang Dihadapi ... 199

4.5.3.1. Permasalahan Sistem Drainase yang Ada ... 199

4.5.3.2. Sasaran Drainase ... 199

4.5.3.3. Rumusan Masalah ... 199

4.5.4. Analisis Permasalahan dan Rekomendasi ... 200

4.5.4.1. Analisis Kebutuhan... 200

4.5.4.2. Rekomendasi ... 200

4.5.5. Sistem Prasarana yang Diusulkan ... 201

4.5.5.1. Usulan dan Prioritas Program... 201

4.5.5.2. Usulan dan Prioritas Proyek Penyediaan Drainase ... 201

4.6. RENCANA INVESTASI PENGEMBANGAN AIR MINUM ... 201

4.6.1. Petunjuk Umum Sub Bidang Air Minum ... 201

4.6.2. Profil Air Minum ... 207

4.6.2.1. Gambaran Umum Sistem Penyediaan Dan Pengelolaan ... 207

4.6.2.2. Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum ... 213

4.6.2.2.1. Sistem Non Perpipaan ... 213

(7)

vi vi

4.6.2.2.3. Rangkuman Kondisi Penyediaan Air Bersih ... 214

4.6.3. Permasalahan Yang Dihadapi ... 216

4.6.3.1. Sasaran Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS) Air Minum ... 216

4.6.3.2. Rumusan Masalah ... 217

4.6.4. Analisis Permasalahan dan Rekomendasi ... 217

4.6.4.1. Analisis Kebutuhan Prasarana Air Minum ... 217

4.6.4.2. Kondisi Pelayanan ... 218

4.6.4.3. Analisis Kebutuhan Program ... 219

4.6.4.4. Rekomendasi ... 220

4.6.5. Sistem Prasarana yang Diusulkan ... 221

4.6.5.1. Usulan dan Prioritas Program... 221

4.6.5.2. Usulan dan Prioritas Proyek ... 221

BAB 5. SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN 5.1. Petunjuk Umum ... 222

5.1.1. Prinsip Dasar Safeguard ... 222

5.1.2. Lingkup Kerangka Safeguard ... 223

5.1.3. Pembiayaan ... 224

5.2. Komponen Safeguard ... 224

5.2.1. Komponen Sosial ... 224

5.2.2. Komponen Lingkungan ... 225

5.3. Metoda Pendugaan Safeguard ... 226

5.3.1. Metoda Pendugaan Sosial ... 226

5.3.2. Metoda Pendugaan Lingkungan ... 228

BAB 6. KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN PENDAPATAN 6.1. Petunjuk Umum ... 230

6.1.1. Komponen Penerimaan Daerah ... 230

6.1.2. Komponen Pengeluaran Biaya ... 238

6.1.3. Komponen Pembiayaan ... 240

6.2. Profil Keuangan Kabupaten Seram Bagian Timur ... 240

6.2.1. Pendapatan Keuangan Daerah ... 241

6.2.2. Realisasi Pengeluaran ... 242

(8)

vii vii 6.3.1. Kondisi Keuangan Pemerintahan Kabupaten Seram Bagian

Timur ... 243

6.4. Analisis Tingkat Ketersediaan Dana ... 244

6.4.1. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah ... 244

6.5. Rencana Pembiayaan Program ... 245

6.6. PetunjukRencana Peningkatan Pendapatan ... 246

BAB 7. KELEMBAGAAN DAERAH DAN RENCANA PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN 7.1. Petunjuk Umum ... 248

7.2. Kondisi Kelembagaan ... 256

7.2.1. Kondisi Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Timur ... 256

7.3. Masalah, Analisis dan Usulan Program ... 268

7.3.1. Permasalahan yang Dihadapi ... 268

7.3.2. Analisis Permasalahan ... 268

7.3.3. Usulan Program ... 269

BAB 8. RENCANA KESEPAKATAN (MEMORANDUM) RENCANA INVESTASI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 8.1. Ringkasan Rencana Pembangunan Kabupaten Seram Bagian Barat ... 272

8.2. Ringkasan Program Prioritas Infrastruktur ... 277

(9)

viii viii LAMPIRAN

1. Usulan dan Prioritas Proyek/Kegiatan Sub Bidang Permukiman

2. Usulan dan Prioritas Proyek/Kegiatan Sub Bidang Penataan Bangunan Lingkungan

(10)

ix ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Luas Wilayah Kecamatan dan Jumlah Desa di Kabupaten Seram

Bagian Barat ... 17

Tabel 2.2 Sebaran Fisiografis (Bentuk Lahan) Pada Setiap Kecamatan ... 19

Tabel 2.3 Sebaran Katinggian (Topografi) Pada Setiap Kecamatan ... 20

Tabel 2.4 Data Klimatologi Bulanan Stasiun Klimatologi Geser Tahun 2008 ... 21

Tabel 2.5 Distribusi Luas Penggunaan Lahan Per Kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Timur ... 26

Tabel 2.6 Prosentase Penggunaan Lahan Per Kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Timur ... 27

Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Timur Tahun 2008 ... 29

Tabel 2.8 Jumlah Penduduk Sampai dengan Tahun 2028 Kabupaten Seram Bagian Timur ... 29

Tabel 2.9 Distribusi Sebaran Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Timur Tahun 2008 ... 30

Tabel 2.10 Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Timur Tahun 2007 ... 31

Tabel 2.11 Perkiraan Kepadatan Penduduk sampai dengan Tahun 2028 di Kabupaten Seram Bagian Timur ... 32

Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Usia Sekolah Menurut Kelompok Umur dan Partisipasi 2007 ... 33

Tabel 2.13 PRDB Kabupaten Seram Bagian Timur Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002-2007 ... 34

Tabel 2.14 Distribusi PRDB Kabupaten Seram Bagian Barat Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002-2006 Atas Dasar Harga Konstan 2000 ... 36

Tabel 2.15 Pendapatan Perkapita Kabupaten Seram Bagian Barat Menurut Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 dan Pertumbuhannya Tahun 2002-2006 ... 38

(11)

x x Tabel 2.17 Jumlah Sekolah Menurut Tingkatan dan Kecamatan di Kabupaten

Seram Bagian Barat Tahun 2008 ... 39

Tabel 2.18 Jumlah Sarana Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Timur Tahun 2006 ... 39

Tabel 2.19 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Status Fungsional di Kabupaten Seram Bagian Timur Tahun 2006 ... 40

Tabel 2.20 Jumlah Sarana Tempat Ibadah Menurut Status/Fungsi di Kabupaten Seram Bagian Timur Tahun 2008 ... 41

Tabel 2.21 Ruas Jalan di Kabupaten Seram Bagian Timur Pada Tahun 2007 ... 42

Tabel 2.22 Ruas Jalan di Kabupaten Seram Bagian Timur Berdasarkan Status Pada Tahun 2007 ... 43

Tabel 2.23 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Kabupaten Seram Bagian Timur ... 44

Tabel 2.24 Banyaknya Air Minum Yang Diproduksi, Didistribusi Pada PDAM Kabupaten Seram Bagian Timur Tahun 2003 ... 45

Tabel 3.1 Rencana Hirarki Pusat Pelayanan di Kabupaten seram Bagian Timur ... 60

Tabel 3.2 Rencana Sebaran Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Seram Bagian Timur ... 67

Tabel 3.3 Potensi Kehutanan di Kabupaten Seram Bagian Timur ... 77

Tabel 3.4 Rekapitulasi Perkiraan Kebutuhan Lahan Pengembangan di Kabupaten Seram Bagian Timur ... 81

Tabel 3.5 Perkiraan Kepadatan Penduduk sampai dengan Tahun 2028 Kabupaten Seram Bagian Barat ... 90

Tabel 3.6 Analisis Fungsi Pusat Permukiman di Kabupaten Seram Bagian Timur ... 92

Tabel 4.1 Penyebaran Lokasi Transmigrasi ... 115

Tabel 4.2 Pencadangan Areal Transmigrasi ... 115

Tabel 4.3 Perencanaan Lokasi Transmigrasi di Kabupaten Seram Bagian Timur ... 116

Tabel 4.4 Potensi Lahan Yang Dapat Dikembangkan/Diusahakan ... 151

Tabel 4.5 Kapsitas Daya Tampung Lahan dan Penduduk di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Timur ... 151

Tabel 4.6 Periode Ulang Desain Untuk Sistem Drainase Mikro ... 197

Tabel 4.7 Periode Ulang Desain Untuk Sistem Drainase Mikro ... 197

Tabel 4.8 Periode Ulang Desain Untuk Sistem Drainase Saluran Jalan Raya ... 198

(12)

xi xi

Tabel 4.10 Standar Kualitas Air diperuntukan Air Minum atau Yang Sejenis ... 210

Tabel 4.11 Kriteria Perencanaan Sektor Air Bersih Untuk Domestik ... 212

Tabel 4.12 Banyaknya Air Minum Yang Diproduksi, Diditribusi Pada PDAM Kabupaten Seram Bagian Timur ... 215

Tabel 4.13 Banyaknya Langanan Air Minum Pada PDAM Kabupaten Seram Bagian Timur Menurut Jenis Pelayanan dan Kecamatan Pada Tahun 2006 ... 219

Tabel 5.1 Kategori Pendugaan Dampak Pembebasan Tanah dan Permukiman Kembali ... 228

Tabel 5.2 Kategori Pendugaan Dampak Lingkungan ... 229

Tabel 6.1 Proyeksi Publik Saving ... 244

(13)

xii xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram Penyusunan RPIJM ... 7

Gambar 1.2 Kerangka Pencapaian Pembangunan Infrastruktur ... 12

Gambar 2.1 Peta Wilayah Aministrasi Kabupaten Seram Bagian Timur ... 18

Gambar 2.2 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Seram Bagian Timur... 28

Gambar 2.3 Presentase Perkiraan Distribusi Penduduk sampai dengn 2028 di Kabupaten Seram Bagian Timur ... 31

Gambar 2.4 Komposisi Sektor-sektor Perekonomian Kabupaten Seram Bagian Timur Tahun 2006... 31

Gamabr 3.1 Konsep Struktur Ruang Kabupaten Seram Bagian Timur ... 54

Gambar 3.2 Peta Rencana Wilayah Pengembangan Kabupaten Seram Bagian Timur ... 57

Gambar 3.3 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Seram Bagian Timur ... 63

Gambar 3.3 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Seram Bagian Timur ... 78

Gambar 3.4 Peta Kawasan Lindung di Kabupaten Seram Bagian Timur ... 79

Gambar 3.5 Peta Kawasan Strategis Kabupaten Seram Bagian Timur ... 88

Gambar 4.1 Arahan Pengolahan Limbah Domestik ... 168

Gambar 4.2 Sistem Pengolahan Air Limbah ... 168

Gambar 4.3 Sistem Pengolahan Persampahan... 183

(14)

1

1.1.

Latar Belakang

Pembangunan nasional harus dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Indonesia, bersama seluruh tingkat Pemerintahan dari pusat sampai dengan pemerintah daerah dengan cara yang lebih terpadu, efisien, efektif serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat. Salah satu perwujudan pembangunan nasional tersebut adalah pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang disiapkan secara lebih cerdas, terencana dan terpadu sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.

Pendayagunaan sumber daya yang sinergis diharapkan mampu mengoptimalkan pelaksanaan dan hasil pembangunan untuk mendukung laju pertumbuhan ekonomi nasional, penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan dengan tetap menjaga daya dukung lingkungan serta pengembangan wilayah baik diperkotaan maupun diperdesaan.

Untuk mewujudkan hal tersebut perlu disiapkan perencanaan program infrastruktur yang dapat mendukung kebutuhan ekonomi, social dan lingkungan secara terpadu. Departemen Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya mengambil inisiatif untuk mendukung Propinsi, Kabupaten/Kota untuk dapat mulai menyiapkan perencanaan program yang dimaksud khususnya Bidang PU/Cipta Karya melalui penyiapan Rencana Program Investasi (RPIJM) sebagai embrio terwujudnya perencanaan program infrastruktur yang lebih luas. Dengan adanya RPIJM tersebut, Kabupaten/Kota dapat menggerakkan semua sumberdaya yang ada untuk memenuhi kebutuhan daerah, mendorong dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan serta mewujudkan lingkungan yang layak huni (livable).

(15)

2 yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang yang ada, serta kelayakan sosial dan lingkungannya. Disamping itu RPIJM yang akan disusun daerah harus mempertimbangkan kemampuan pendanaan dan kapasitas kelembagaan dalam mendukung pelaksanaan program investasi yang telah disusun.

Dengan demikian Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten/Kota diharapkan dapat mengakomodasikan dan merumuskan kebutuhan pembangunan Kabupaten/ Kota, secara spesifik sesuai dengan karakteristik dan potensi masing-masing Kabupaten/Kota agar dapat mendorong pembangunan ekonomi lokal, pengentasan kemiskinan, dan peningkatan kualitas pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan nyata dapat dicapai.

Pendampingan daerah dalam penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota, Direktorat Jenderal Cipta Karya telah membentuk Tim Satgas Pusat yang ditetapkan melalui Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya No. 30/KPTS/DC/2007 tanggal 2 Agustus 2007 tentang Pembentukan Satgas (Satuan Tugas) Pendampingan Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Daerah Kabupaten/Kota Propinsi Bidang PU/Cipta Karya. Tim Satgas ini bertugas untuk mendukung penyusunan RPIJM di daerah dalam bentuk pendampingan dan penilaian RPIJM yang telah disusun, serta sebagai knowledge center bagi Kabupaten/Kota dalam menyusun RPIJM Daerah.

Sejalan dengan persiapan pelaksanaan tugas dekonsentrasi dari Pemerintah kepada Pemerintah Propinsi, berdasarkan Surat Direktur Jenderal Cipta Karya kepada seluruh Gubernur No. PR.02.03-DC/459 tanggal 25 September 2007 perihal Penyusunan Rencana dan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya, perlu dibentuk Satgas Propinsi untuk memfasilitasi Kabupaten/Kota dalam penyusunan RPIJM di Kabupaten/Kota masing-masing antar Satgas Propinsi selanjutnya diharapkan mampu melakukan sinkronisasi RPIJM Kabupaten/Kota di Propinsi masing-masing dan kegiatan dinas/badan ditingkat propinsi termasuk kontribusi APBN, APBD Propinsi, selanjutnya diharapkan mampu melakukan dan APBD Kabupaten/Kota dalam mendukung pembangunan prasarana dan sarana Pekerjaan Umum/ Cipta Karya di Kabupaten/Kota. Satgas Propinsi dibentuk berdasarkan SK Gubernur dan terdiri dari unsur-unsur Bappeda Propinsi dan Dinas-Dinas yang terkait dengan pembangunan PS Bidang PU/Cipta Karya ditingkat Propinsi.

(16)

3 pusat. Sehubungan hal tersebut, Direktorat Jenderal Cipta Karya telah mengalokasikan melalui DIPA Satuan Kerja Pengembangan Infrastuktur Permukiman Provinsi Maluku tahun 2009 dalam memfasilitasi pelaksanaan tugas Tim Satgas Kabupaten/Kota dalam menyusun RPIJM daerah masing-masing.

1.2.

Landasan Hukum

Penyusunan RPIJM pada dasarnya harus bertitik tolak (mengacu) peraturan perundangan maupun kebijakan yang berlaku pada saat RPIJM disusun. Peraturan dan perundangan maupun kebijakan yang perlu tersebut diantaranya adalah sebagaimana berikut:

A. Peraturan Perundangan

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional;

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Dacrah;

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air;

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman;

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun;

Peraturan dan Perundangan Iainnya yang terkait.

B. Kebijakan dan Strategi

(17)

4

Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor 494/PRT/M/2005 tentang

Kebijakan Nasional Strategi Pengembangan (KNSP) Perumahan dan Permukiman;

Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan (KSNP) Sistem Penyediaan Air Minum;

Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan (KSNP-SPP) Sistem Pengelolaan Persampahan;

C. Disamping itu, yang perlu juga dijadikan sebagai acuan atas dasar pendekatan dalam penyusunan RPIJM adalah kebijakan ataupun arahan dan pimpinan

Departemen PU/Cipta Karya serta kebijakan pimpinan instansi terkait.

• Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

• Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan Pernbangunan Nasional.

• Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

• Undang-undang Nomor 40 tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Seram Bagian Barat, dan Kabupaten Aru di Provinsi Maluku

• Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja Perangkat Daerah.

• Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

• Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.

• Peraturan Menteri Dalarn Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

(18)

5

1.3.

Tujuan dan Pentingnya RPIJM

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang PU/Cipta Karya merupakan dokumen rencana kerjasama pembangunan infrastruktur di Kabupaten/Kota yang bersifat lntas sektoral

RPIJM dimaksudkan bukan untuk menggantikan fungsi RPJMD sebagai dokumen politik sebagaimana repelita pada masa yang lalu, akan tetapi merupakan dokumen teknis kelayakan program (Feasibility Study), untuk rencana pembangunan infrastruktur bidan PU/Cipta Karya.

Sebagai dokumen teknis, perlunya dikerjakan secara profesional (oleh ahlinya), namun tetap menekankan proses partisipasi melalui dialog kebijakan dengan pihak-pihak terkait, masyarakat, profesional dan lain-lain pada tahap penyusunan rencana pembangunan Kabupaten/Kota dan melalui dialog investasi dengan masyarakat dan dunia usaha maupun pihak-pihak yang terkait pada tahapan penyusunan rencana pembangunan Kota/Kabupaten dan melalui dialog investasi dengan masyarakat dan dunia usaha maupun pihak-pihak yang terkait pada tahap penyusunan prioritas program/kelayakan program investasi.

Kedudukan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya yaitu berada di bawah kebijakan spasial dan kebijakan sektoral yang ada di setiap daerah sebagai Rencana RPIJM pada hakekatnya merupakan operasionalisasi dari RPJMN dan RPIJMD. Kebijakan spasial dalam RPIJM mengacu pada RTRW Nasional, Propinsi, Kabupaten/Kota sedangkan kebijakan sektoral/program dalam RPIJM mengacu pada RPJMN dan RPJMD 2004-2009 atau lanjutannya serta Masterplan sektor yang ada. Bilamana suatu daerah belum mempunyai Rencana Tata Ruang maupun Masterplan Sektor (RIS) masih dapat dilakukan assessment berdasarkan kebijakan tata ruang maupun kebijakan sektoral yang ada

(19)

6

1.4.

Mekanisme dan Framework Penyusunan RPIJM

1.4.1. Kerangka Pikir Penyusunan RPIJM

Sebagaimana dengan dokumen perencanaan pada umumnya Kerangka pikir dalam penyusunan Dokumen RPIJM ini akan diawali dari formulasi tujuan dan sasaran pembangunan perkotaan yang diinginkan dan mencari upaya bagaimana dapat mencapai tujuan tersebut dengan melihat kondisi ataupun potensi dan peluang yang dapat dimanfaatkan dengan maupun tanpa suatu rekayasa.

Beberapa hal yang perlu ditekankan didalam cara berpikir dalam penyusunan dokumen RPIJM bagaimana dapat mengenali permasalahan dan tantangan pembangunan perkotaan, terutama dalam rangka untuk bisa merencanakan dan memprogramkan kegiatan investasi secara efektif, sehingga diharapkan RPIJM yang disusun adalah dapat menjawab tantangan pembangunan, namun masih dalam batas-batas efisiensi kemampuan penyelenggaraan. Untuk itu perlu dilakukan suatu analisis antara kondisi saat ini dengan kondisi yang ingin dicapai dalam waktu mendatang sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan serta kebijakan dan strategi penanganannya berdasarkan skala prioritas yang ditetapkan.

1.4.2. Mekanisme Penyusunan RPIJM

(20)

7 Gambar 1.1

Diagram Penyusunan RPIJM

Pendekatan berpikir tersebut dilakukan secara holistik, berdimensi spasial maupun sektoral, sebagaimana pula ditekankan dalam Strategi Pembangunan Perkotaan dalam KSNP Pengembangan Perkotaan, bahwa pembangunan infrastruktur bidang PU/Cipta Karya menyangkut fungsi perumahan/permukiman secara kontekstual, tidak hanya mencakup pemenuhan atau penyediaan prasarana dan sarana dasar perkotaan yang diperlukan raja. Akan tetapi, menyangkut pengendalian fungsi kawasan perkotaan agar secara sinergi dapat meningkatkan produktivitas ekonomi perkotaan ataupun wilayah, serta peningkatan efisiensi pelayanan dan penggunaan sumber daya sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunannya. Dalam hal ini, pendekatan tersebut harus dituangkan di dalam Rencana Pembangunan ataupun Skenario Pengembangan dan Pembangunan Perkotaan sebagai payung untuk pengkajian lebih lanjut (mendalam) dalam hal ini : Kajian Teknis/Sektoral, Kajian masalah lingkungan (AMDAL), Kajian Finansial, dan Kajian Kapasitas Kelembagaan.

Diagram Penyusunan RPIJM

RD Survey kebutuhan sarana prasarana

Analisis permasalahan &

investasi (FS/ DED) Susun prioritas proyek / investasi tahunan

Memorandum

RD Survey kebutuhan sarana prasarana

Analisis permasalahan &

investasi (FS/ DED) Susun prioritas proyek / investasi tahunan

(21)

8 1.4.3. Pendekatan terhadap Kondisi yang Diinginkan

Pendekatan terhadap kondisi yang diinginkan pada hakekatnya adalah merupakan pendekatan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran Pembangunan Perkotaan. Hasil tinjauan terhadap hal ini, skenarionya harus dijabarkan dan disepakati oleh pihak-pihak terkait, serta perlu diupayakan untuk ditetapkan bilamana memungkinkan. Skenario tersebut harus dimuat di dalam Rencana Pembangunan Perkotaan (RPP). Dalam penjabarannya, skenario tersebut pada hakekatnya harus disusun berdasarkan Kebijakan dan Strategi Pembangunan yang berlaku, baik yang bersifat Nasional maupun yang bersifat Regional Daerah dan Lokal. Hal ini berarti bahwa di dalam suatu Rencana Pembangunan Perkotaan paling tidak harus mengandung: i) Formulasi Arah dan Kebijakan Pembangunan Perkotaan, ii) Penetapan Arah Pengembangan dan Pembangunan baik yang menyangkut Pembangunan Kawasan (Development Need), maupun yang menyangkut Kebutuhan Prasarana dan Sarana Dasar (Basic Needs).

A. Formulasi Arah dan Kebijakan Pembangunan

Berdasarkan Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Rencana Tata Ruang yang berlaku, baik yang bersifat Nasional ataupun Daerah (Kabupaten/Kota Ybs), maka harus dikenali: Kemanakah Arah Pengembangan Perkotaan Tersebut Akan Menuju? Hal ini tekait dengan Misi dan Tujuan yang dikehendaki oleh Kabupaten/Kota Ybs. Oleh karena hal ini sangat penting, maka pendekatan yang dilakukan harus secara holistik.

Dalam hal ini, Misi dan Strategi Pembangunan Nasional perlu dijamin kesinambungannya di dalam Strategi Pembangunan Perkotaan di Daerah, Namun demikian dalam hal-hal tertentu, dapat dilakukan suatu penanganan secara khusus dalam suatu kebijakan dan strategi yang dikembangkan (Mixed Strategy). Sedangkan terhadap hal-hal yang sifatnya lokal (kurang memberikan dampak secara Nasional), maka dapat mengikuti Kebijakan dan Strategi Pembangunan Daerah yang tidak bertentangan dengan Kebijakan dan Strategi Nasional.

(22)

9 Unggulan, iii) Sistem Perkotaan, iv) Rencana Tata Ruang, v) Kondisi Eksisting serta Dinamika Perkembangan Kota

B. Skenario Pengembangan dan Pembangunan Kabupaten/Kota

Dengan melihat peran dan fungsi perkotaannya, kebutuhan pengembangan ataupun pembangunan perkotaan dapat dibedakan dalam bentuk:

i) kebutuhan untuk kepentingan pertumbuhan dan pengembangan kawasan ataupun wilayah (Development Needs), dan ii) kebutuhan untuk memenuhi pclayanan prasarana dan sarana dasar (Bask), baik pelayanan kepada masyarakat/Community (Basic Need), maupun pelayanan Sistem Kota (Basic Services/City Wide).

Penentuan Development Needs didasarkan pada konsep pengembangan sektor yang menjadi unggulan setempat. Dengan demikian dapat dikenali pelayanan infrastruktur apa yang terutama dibutuhkan dan pelayanan prasarana dan sarana apa yang sebenarnya hanya dibutuhkan sebagai penunjang dalam rangka pengembangan kawasan tersebut agar tumbuh dan berfungsi balk. Sebagai contoh: Suatu Kawasan Pengembangan Permukiman Baru akan lebih membutuhkan infrastruktur jalan Kabupaten/Kota sebagai kebutuhan utama, sedangkan Infrastruktur Drainase ataupun lainnya mungkin hanya diperlukan sebagai infrastruktur penunjang saja. Di lain pihak, suatu kawasan kota yang berkembang cepat dan menjadi kumuh terutama akan lebih membutuhkan peremajaan kota dibandingkan infrastruktur lainnya seperti persampahan yang dalam hal ini, sifatnya hanya dibutuhkan sebagai penunjang saja. Demikian pula, suatu kawasan industri mungkin akan lebih mengutamakan penyediaan infrastruktur Air Bersih, dan Pengelolaan Air Limbah daripada infrastruktur lainnya yang bersifat sebagai penunjang.

(23)

10 penentuan Basic Services (City Wide), yang selalu berkembang. Kebijakan untuk ini harus disesuaikan dengan kebijakan yang ada sehingga selalu berkembang (dinamis) sesuai dengan kondisi yang ada. Sebagai contoh, kebijakan pengelolaan persampahan khususnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sesuai dengan KSNP Persampahan dikelola dengan sistem kontrol ataupun sanitary landfill dan diupayakan untuk dikelola secara regional. Jadi, hal ini sangat dipengaruhi oleh isu dan lingkungan strateginya.

Adapun secara rinci isi yang perlu diperhatikan dalam Skenario Pengembangan dan Pembangunan Kabupaten/Kota akan diulas dalam petunjuk Rencana Pembangunan Kabupaten/Kota.

1.4.4. Pendekatan Terhadap Kondisi yang Ada

Dalam meninjau kondisi yang ada (saat ini), perlu memperhatikan hal-hal seperti: i) Kondisi Alam Kota (Geografis) ataupun karakteristik kawasan perkotaan yang dianalisis, ii) Keadaan sistem pelayanan prasarana yang ada, iii) Situasi dan Kemampuan Pembiayaan, dan iv) Keadaan Kelembagaan Terkait.

A. Kondisi Kabupaten/Kota

Tinjauan terhadap Kondisi Fisik Kabupaten/Kota yang ada tersebut perlu mengenali klasifikasi kota atas dasar letak geografinya seperti adanya: i) Kota Pantai, ii) Kota Dataran Rendah, iii) Kota Dataran Tinggi, iv) Kota Pegunungan, dimana hal tersebut secara cepat akan mencerminkan permasalahan utama pelayanan prasarana dan sarana dasar ke PU/Cipta Karya yang ada. Gambaran permasalahan, tuntutan, dan persoalan infrastruktur yang akan diperoleh antara jenis Kabupaten/Kota yang satu dengan yang lainnya tersebut hampir pasti berbeda.

B. Sistem Pelayanan Infrastruktur

Adapun tinjauan yang perlu dilakukan terhadap sistem pclayanan infrastruktur bidang PU/Cipta Karya yang ada adalah perlu melihat: i) Tingkat Efisiensi Sistem Pelayanan (berapa persen fungsional); ii) Efektivitas Sistem Pelayanan yang ada. Apabila sistem yang ada dipandang kurang efektif.

(24)

11 atau menjadi investasi yang sangat mahal dibandingkan bila diganti sistem yang baru, dalam rangka memenuhi target pelayanan yang ditetapkan sesuai dengan Rencana Pembangunan Perkotaannya.

C. Tinjauan Pengaturan Keuangan

Tinjauan masalah keuangan pada prinsipnya adalah untuk melihat kemampuan pendanaan untuk mengelola sistem yang ada serta meninjau kemungkinan perkembangan pada masa mendatang terutama dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan.

D. Tinjauan Pengaturan Kelembagaan

Tinjauan masalah kelembagaan pada prinsipnya adalah untuk melihat kemampuan kelembagaan yang ada dalam mengelola sistem serta meninjau kemungkinan perkembangan pada masa mendatang terutama dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan.

1.4.5. Pendekatan Pemrograman Investasi Untuk Mendukung Perwujudan Kondisi yang diinginkan

Pendekatan pemrograman investasi untuk mendukung perwujudan kondisi yang diinginkan pada prinsipnya adalah melakukan justifikasi suatu investasi atas dasar prinsip Koordinasi Pengaturan, Integrasi Perencanaan, dan Sinkronsasi Program (KIS), pada Skala Prioritas tertentu. Dengan melakukan: i) Assesment terhadap kebutuahan (Demand), dan ii) Assesment terhadap Kemampuan atau Kapasitas (Supply), serta iii) Penetapan Spesifikasi dan Justifikasi Program/Proyek Investasi berdasarkan skala prioritas.

A. Demand Assesment

Assesment mengenai hal ini pada prinsipnya adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan di dalam melakukan analisis terhadap kondisi yang diinginkan

B. Supply Assesment

(25)

12 dibatasi hanya pada kemampuan Pemerintah saja, namun juga hendaknya melihat potensi pasar, swasta, dan masyarakat serta pihak-pihak lainnya yang terlibat claim pembangunan.

C. Spesifikasi dan Justifikasi Program/Proyek

Dalam hal ini perlu membandingkan antara kondisi yang diinginkan dan kondisi saat ini, sehingga akan terlihat suatu gap atau kesenjangan yang memerlukan dukungan atau dorongan dalam bentuk apapun. Dalam konteks pembangunan kota terpadu maka dukungan atau dorongan yang akan diprogramkan untuk mewujudkan kondisi yang diinginkan tersebut adalah justru menyangkut permasalahan yang sangat mendasar terutama berkaitan dengan penyediaan Infrastruktur bidang PU/Cipta Karya serta menyangkut permasalahan yang berkaitan dengan pengendalian fungsi kawasan.

Mengingat kemampuan pemerintah dalam mewujudkan hal ini sangat terbatas, maka didalam melakukan analisis demand dan supply perlu melihat kemungkinan kemitraan dengan Badan Usaha, Swasta dan Masyarakat ataupun aktor pembangunan lainnya termasuk pendayagunaan sumber daya dalam maupun luar negeri. Oleh karena itu, informasi ataupun rencana pembangunan yang akan dilakukan oleh pihak-pihak terkait sangat diperlukan dan seyogyanya dapat diperoleh.

Gambar 1.2

Kerangka Pencapaian Pembangunan Infratruktur

Untuk mengurangi kesenjangan tersebut, biasanya diperlukan suatu investasi yang terprogram secara efektif dan efisien. Tepat sasaran, tepat cara, tepat lokasi, tepat waktu, dan tepat fungsi. Program investasi yang diusulkan pada prinsipnya harus

(26)

13 justified dan rekomendasinya dapat memuat beberapa altematif (maksimal 3 alternatif) dan mengungkapkan secara jelas:

∗ Lokasi;

∗ Besaran, volume, harga satuan, dan biayanya;

∗ Sumber dana;

∗ Skala prioritas;

∗ Keterpaduan Rencana dan Sinkronisasi Program, secara fungsional, baik dait segi fisik maupun non fisik antar kegiatan, antar komponen dan dari segi pendanaan.

Dalam pemrograman investasi ini, tahun pertama haruss betul-betul akurat sehingga tidak mengalami kesulitan dalam appraisalnya (terutama untuk kegiatan yang akan disusulkan pendanaannya APBN), dapat segera diprogramkan tahun pertamanya dan dianggarkan.

Dan segi pendanaan, program investasi yang diusulkan tersebut dapat melibatkan atau memerlukan sumber dana, balk dari: i) Pemerintah Pusat, ii) Pemerintah Kabupaten/Kota, iii) Badan Usaha, Swasta, atau Masyarakat. Program investasi yang didanai/dengan bantuan pemerintah pusat dibagi dalam tiga (3) jenis bantuan program:

∗ Bantuan Program Strategis/Khusus, dimaksudkan untuk membangkitkan pertumbuhan ekonomi, Kabupaten/Kota yang mempunyai fungsi khusus, baik ditinjau secara nasional maupun regional;

∗ Bantuan Program Biasa, misalnya untuk pemerataan, adanya bencana alam;

∗ Bantuan Program Stimulan, dimaksudkan untuk menstimulan atau memancing Pemerintah Kabupaten/Kota dan Masyarakat bertanggung jawab terhadap pembangunan kotanya.

(27)

14

1.5.

Kerangka Penyusunan RPIJM

Sistematika Kerangka Kerja yang diusulkan dalam penyusunan dokumen RPIJM ini adalah sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan, yang membahas tentang Latar Belakang, Perspektif Global Pembangunan, Landasan Hukum, Tujuan dan Pentingnya RPIJMD, dan Mekanisme dan Framework Penyusunan RPIJM

Bab II Gambaran Umum Dan Kondisi Wilayah Kabupaten/ Kota, yang membahas tentang Kondisi umum di wilayah sasaran, dan Kondisi Prasarana Bidang PU/Cipta Karya

BAB III Rencana Pembangunan Wilayah Kota/Kabupaten, yang meliputi Strategi/Skenario Pengembangan Wilayah Kota Berdasarkan RTRW dan Skenario Pengembangan Bidang PU/Cipta Karya

BAB IV Rencana Program Investasi Infrastruktur, yang membahas tentang Rencana Pengembangan Permukiman, Rencana Investasi Penataan Bangunan Lingkungan, Rencana Investasi Sub-Bidang Air Limbah, Rencana Investasi Sub-Bidang Persampahan, Rencana Investasi Sub-Bidang Drainase, Rencana Investasi Pengembangan Air Minum BAB V Safeguard Sosial Dan Lingkungan, yang membahas tentang Petunjuk Umum, Komponen Safeguard, Metoda Pendugaan Dampak, Metoda Pendugaan Dampak Sosial dan Metoda Pendugaan Dampak Lingkungan

BAB VI Keuangan dan Rencana Peningkatan Pendapatan yang membahas tentang Petunjuk Umum, Profil Keuangan Kota, Keuangan Daerah, Permasalahan dan Analisis Keuangan, Kondisi Keuangan Pemerintahan Kota, Analisis Tingkat Ketersediaan Dana, Analisis Kemampuan Keuangan Daerah, Rencana Pembiayaan Program, Petunjuk Umum Rencana, Peningkatan Pendapatan

BAB VII Kelembagaan Daerah Dan Rencana Peningkatan Kapasitas Kelembagaan, yang membahas tentang : Petunjuk Umum, Kondisi Kelembagaan Pemerintah Kota, Masalah, Analisis dan Usulan Program, Masalah yang Dihadapi, Analisis Permasalahan, dan Usulan Program

(28)

15 15

2.1.

Kondisi Umum

2.1.1. Profil Geografi

Kabupaten Seram Bagian Timur, merupakan kabupaten baru dalam jajaran pemerintahan di Provinsi Maluku, dibentuk sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Maluku Tengah – Provinsi Maluku, berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Seram Bagian Barat dan Kabupaten Kepulauan Aru Di Provinsi Maluku. Pembentukan Kabupaten Seram Bagian Timur, dilihat sebagai peluang bagi masyarakat di wilayah Seram Bagian Timur-, untuk dapat mengembangkan kapasitasnya sejajar dengan masyarakat pada wilayah-wilayah lain di Indonesia. Dalam konteks ini, maka pembentukan Kabupaten Seram Bagian Timur, dijadikan sebagai spirit dan sumber inspirasi yang mampu mendorong proses percepatan pembangunan wilayah Seram Bagian Timur, dalam mengatasi ketertinggalan, mengingat beberapa kawasan di wilayah ini merupakan Kawasan Tertinggal dan Kawasan Kritis.

Kabupaten Seram Bagian Timur merupakan salah satu kabupaten yang terletak dibagian Timur dan selatan Pulau Seram Provinsi Maluku, dimana secara geografis

berada pada 128˚20´-130˚10´ BT dan 02˚50´ – 04˚40´ LS. Luas wilayah Kabupaten Seram Bagian Timur mencapai 15.887,92 km2, yang mencakup luas wilayah daratan 3.952,08

(29)

16 16 Secara geografis Kabupaten Seram Bagian Timur berbatasan dengan:

♠ Sebelah Utara adalah Laut Seram, ♠ Sebelah Selatan adalah Laut Banda,

♠ Sebelah Timur adalah dan Laut Arafura, dan ♠ Sebelah Barat adalah Kabupaten Maluku Tengah

Kabupaten Seram Bagian Timur dapat dikelompokkan kedalam beberapa satuan geografis yaitu;

(1) Satuan geografis Pegunungan yang menempati bagian tengah Kabupaten Seram Bagian Timur dengan kelurusan Timur-Barat, dan puncak tertinggi adalah

Gunung Hatu Balimakiam (896 m) dan Gunung Hatu Abalwan) (875 m).

(2) Satuan Geografis perbukitan merupakan lereng pegunungan dengan tonjolan-tonjolan bukit, yang menempati lereng Utara dan Selatan pada sepanjang Timur Barat Kabupaten Seram Bagian Timur

(3) Satuan Geografis Dataran Tinggi dan Lembah Bantaran Sungai yang membelah bagian tengah agak ke selatan dan memanjang Timur Barat Kabupaten Seram Bagian Timur.

(4) Satuan geografis Dataran Pantai dan Delta, terdapat meluas di sepanjang timur barat Pantai Utara dan relatif menyempit di Pantai Selatan, serta Pantai Timur Kabupaten Seram Bagian Timur

(5) Satuan Geografis Pulau-pulau berupa Kepulauan Geser dan Watubela, yang terdapat di bagian Timur Kabupaten Seram Bagian Timur.

(30)

17 17 Dan sebagai daerah kepulauan dengan deretan pulau-pulau yang tersebar di daerah Seram Bagian Timur sejumlah 31 buah, dan 17 buah pulau berpenghuni sedangkan 14 pulau lainnya tidak berpenghuni.

Wilayah administrasi Kabupaten Seram Bagian Timur dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan pada saat pembentukannya, terdiri dari 4 (empat) kecamatan, 41 Negeri (baca :desa) dan 218 Dusun, yang terinci seperti berikut ;

 Kecamatan Seram Timur terdiri dari ... Negeri dan ... Dusun;

 Kecamatan Pulau-Pulau Gorom terdiri dari ... Negeri dan ... Dusun;

 Kecamatan Werinama terdiri dari ... Negeri dan ... Dusun;

 Kecamatan Bula terdiri dari ...Negeri dan ... Dusun.

 Kecamatan Tutuk Tolu dari ...Negeri dan ... Dusun

 Kecamatan Wakate dari ...Negeri dan ... Dusun

Tabel 2.1. Luas Wilayah Kecamatan dan Jumlah Desa di Kabupaten SBT

No Kecamatan Luas Wilayah

(Km2)

Desa

Swadaya Swakarya Swasembada

1 Seram Timur 2 PP. Gorom 3 Werinama 4 Bula

5 Tutuk Tolu

6 Wakate

(31)

18 18

(32)

19 19 1. Fisiografis dan Topografi Wilayah

Fisiografi yang teridentifikasi di wilayah Kabupaten Seram Bagian Timur

didominasi oleh fisiografi perbukitan (75,62% dari luas kabupaten), diikuti dataran (20,12%) . Sedangkan pegunungan tidak terlalu banyak ditemui di wilayah

Kabupaten Seram Bagian Timur.

Fisiografi atau bentuk lahan yang dimiliki oleh setiap wilayah kecamatan, adalah sebagai berikut:

(1) Sebagian besar wilayah Kecamatan Bula didominasi oleh fisiografi perbukitan, dan wilayah yang berfisiografi dataran yang terdapat di kecamatan ini merupakan yang terluas dibandingkan dengan kecamatan yang lain.

(2) Wilayah berfisiografi perbukitan pun mendominasi bentuk lahan Kecamatan Werinama, bahkan menjadi yang terluas diantara kecamatan lainnya di Kabupaten Seram Bagian Timur. Sedangkan wilayah dengan fisiografi datar, Kecamatan Werinama tidak terlalu luas.

(3) Wilayah dengan fisiografi perbukitan cukup dominan ditemui di Kecamatan Seram Tmur dibandingkan dengan fisiografi lainnya. Tetapi sebaliknya, wilayah ini tidak mempunyai fisigrasi pegunungan, sedangkan dataran juga tidak terlalu luas yang terdapat di Kecamatan Seram Timur.

(4) Kecamatan P.P. Gorom memilki prosentase fisiogasi perbukitan yang paling

sedikit dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Demikian juga fisiografi dataran yang terdapat di kecamatan ini juga merupakan yang paling kecil dibandingkan dengan yang terdapat di wilayah Kecamatan lainnya.

Sebaran fisiografi pada setiap wilayah kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Timur sebagaimana terlihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2

Sebaran Fisiografis (Bentuk Lahan) Pada Setiap Kecamatan

Fisiografi (Bentuk

Lahan)

Nama Kecamatan dan Luas (Ha) Total Luas

(Ha)

Tutuk Tolu Wakate

Dataran

Pantai 6.634,19 769,64 1.322,19 2.414,06 922,80 1.865,89 13.928,77

23,61

Dataran 26.212,39 12.899,75 14.213,65 36,28 17.640,49 182,21 71.184,77 12,01

Perbukitan 76.892,91 48.189,91 24.124,19 11.150,91 20.610,84 2.893,95 183.862,71 31,03

Pegunungan 126.965,00 115.952,96 72.413,70 - 7.031,96

1.219,77

(33)

20 20 Topografi yang teridentifikasi di wilayah Kabupaten Seram Bagian Timur

didominasi oleh bentang lahan berketinggian diatas 500 mdpl (56% dari luas

kabupaten), diikuti ketinggian 2–10 mdpl (18,14%) . Sedangkan ketinggian tempat kurang dari 2 mdpl tidak terlalu banyak ditemui di wilayah Kabupaten Seram Bagian Timur. Perbedaan ketinggian tempat yang dimiliki oleh setiap wilayah kecamatan, adalah sebagai berikut:

(1) Sebagian besar wilayah Kecamatan Bula didominasi oleh bentang lahan berketinggian diatas 300 mdpl, dan hanya sedikit wilayah yang berketinggian kurang dari 2 mdpl.

(2) Wilayah berketinggian tempat diatas 300 mdpl pun mendominasi bentang lahan Kecamatan Werinama, bahkan menjadi yang terluas diantara kecamatan lainnya di Kabupaten Seram Bagian Timur. Begitu pula dengan wilayah berketinggian tempat kurang dari 2 mdpl, Kecamatan Werinama pun cukup mendominasi dibandingkan dengan kecamatan lainnya.

(3) Wilayah dengan ketinggian diatas 300 mdpl cukup dominan ditemui di Kecamatan Seram Tmur dibandingkan dengan ketinggian lainnya. Tetapi sebaliknya, wilayah berketinggian kurang dari 2 mdpl yang ditemui di Kecamatan Seram Timur tidak terlalu banyak.

(4) Kecamatan P.P. Gorom memilki prosentase wilayah berketinggian diatas 300

mdpl paling sedikit dibandingkan dengan kecamatan lainnya, yakni mencapai

0,0036% dari total luas wilayah berketinggian lebih besar 300 mdpl di

kecamatan tersebut. Dan sebaliknya prosentase wilayah berketinggian dibawah 2 mdpl yang terkecil terdapat di wilayah Kecamatan P.P. Gorom.

Sebaran ketinggian tempat pada setiap wilayah kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Timur sebagaimana terlihat pada Tabel 2.3

Tabel 2.3

Sebaran Ketinggian (Topografi) pada Setiap Kecamatan

Ketinggian (Topografi)

(m)

Nama Kecamatan dan Luas (Ha) Total Luas

(Ha)

Persentase luas (%)

Bula Werinama Seram Timur P.P. Gorom Tutuk Tolu Wakate

< 2 8.244,90 8.571,39 3.675,85 2.414,06 741,65 1.865,89 25.513,74 4,31

2 - 10 70.615,71 19.703,87 13.705,80 36,28 14.623,11 182,21 118.866,98 20,06

11 - 50 17.440,12 4.860,66 13.782,76 11.150,91 11.381,06 - 58.615,51 9,89

51 - 300 13.438,75 28.723,38 8.495,62 - 12.428,29 2.893,95 65.979,99 11,13

(34)

21 21 2. Klimatologi

Kabupaten Seram Bagian Timur memiliki iklim laut tropis dan iklim musim. Hal ini dapat terjadi karena Kabupaten Seram Bagian Timur dikelilingi oleh laut yang luas, maka iklim didaerah ini sangat dipengaruhi oleh laut yang berlangsung seirama dengan musim yang ada.

Keadaan klimatologi diKabupaten Seram Bagian Timur berdasarkan Stasiun Meteorologi Geser, dalam tahun 2008 Kecamatan Seram Timur temperatur rata-rata 28,0ºC, dimana temperatur maksimum rata-rata 31,5 ºC dan minimum rata-rata 23,6 ºC. Jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada bulan agustus yaitu 41,69 mm,

kemudian bulan oktober 356,2 mm. Sedangkan jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan juli dan agustus sebesar 25 hari, kemudian bulan april 20 hari.

Rata-rata hari hujan selama tahun 2008 sebanyak 17,7 hari. Penyinaran matahari rata-rata 50,3% dengan tekanan udara setahun 1011,0 Milibar dan kelembapan nisbi rata-rata 81,8%. Kecepatan angin rata-rata 4,8 knot dengan arah angin terbanyak dari arah selatan, kecepatan angin terbesar terjadi pada bulan januari sebesar 33 knot. Arah angin terbanyak pada saat kecepatan angin terbesar adalah dari arah tenggara.

Tabel 2.4

Data Klimatologi Bulanan Stasiun Klimatologi Geser Tahun 2008

(35)

22 22 3. Hidrologi

(1) Genetika Aliran Sungai

Berdasarkan genetika alirannya dapat dibagi kedalam:

(a) Sungai konsekuen dimana sungai mengalir searah dengan kemirngan lapisan batuan, pada kondisi ini air akan cenderung mengaliir dipermukaan dan persesapannya menjadi lebih kecil;

(b) Sungai Obsekuen, dimana sungai mengalir berlawanan dengan arah kemiringan sehingga tingkat peresapannya kedalam tanah cenderung lebih besar dari pada aliran dipermukaannya;

(c) Sungai Resekuen yaitu sungai yang mengalir searah dengan arah Jurus (“strik”) perlapisan batuan sedimen seperti sungai Wae Bobot dan Wae Masinang yang masing-masing mengalir kearah Barat dan ke arah Timur.

Pola aliran dan genetika aliran sungai tersebut diatas dapat mempengaruhi pola erosi sungai di daerah ini, dimana keduanya mempunyai tingkat erosi yang sangat tinggi bila curah hujan jatuh dan mengalir pada kawasan permukaan yang tidak ada tutupan vegetasinya.

(2) Daerah Aliran Sungai

Berdasarkan pola aliran sungai tersebut diatas, maka tampak bahwa Kabupaten Seram Bagian Timur dapat dibagi kedalam 3 (tiga) wilayah wilayah tangkapan hujan (“Cathment Area”) (lihat Gambar 3.1 berikut).

Adapun ketiga tangkapan hujan hujan tersebut adalah seperti berikut :

(a) Wilayah tangakapan hujan bagian utara, dimana sungai-sungainya mengalir dari arah utara dan bermuara di Laut Seram;

(b) Wilayah tangkapan bagian tengah, dimana sungai-sungainya mengalir dari arah utara dan arah selatan yang bertemu menyatu di sungai Wae

Bobot yang mengalir ke arah barat dan bermuara di Laut Banda, serta

(36)

23 23 (c) Wilayah tangkapan hujan bagian selatan, dimana sungai-sungainya

mengalir ke arah selatan dan bermuara di Laut Banda.

Ketiga wilayah tangkapan hujan tersebut menjadi pemisah air morfologi (“morphologichal water devided”) yang berarah hampir Timur– Barat yang memisahkan ketiga wilayah tangkapan hujan tersebut. Berdasarkan kondisi tersebut,maka perwilayahan air tanah di Kabupaten Seram Bagian Timur dapat dibagi kedalam 3 (tiga akuiter yaitu; akuiter air tanah langka akuiter air tanah sedang, adan akuiter air tanah tinggi ditinjau dari sisi cadangan airnya.

4. Pola Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Seram Bagian Timur dengan luas wilayah

daratan 592.559,62 Ha sebagian besar masih merupakan Hutan Primer dengan luas

381.272,32 Ha atau 64,34%, dan Lahan Sekunder seluas 113.924,61 Ha atau 19,23

%, sedangkan sisanya berupa penggunaan lahan yang lain yang relatif lebih luas

yaitu Belukar/Semak dengan luas 48.945,57 Ha (8,26%), Perkebunan dengan luas

23.871,88 Ha (4,03%) serta Hutan Mangrove seluas 11.186,81 Ha atau sekitar

1,89%. Kawasan permukiman yang terdiri dari perkampungan seluas 575,88 Ha dan perkotaan juga dengan luas 263,90 Ha atau sebesar 0,14% dari total luas wilayah daratan Kabupaten Seram Bagian Timur,

Hutan Primer merupakan kawasan penggunaan lahan yang paling luas yaitu mempunyai luas kira-kira 381.272,32 Ha atau sekitar 64,34% dari luas total wilayah daratan Kabupaten Seram Bagian Timur yang tersebar di semua kecamatan. Penyebaran hutan ini rata-rata mempunyai prosentase diatas 10% untuk semua kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Timur, yang terbesar berada di Kecamatan

Werinama seluas 168.989,49 atau 44,30% kemudian diikuti Kecamatan Seram

Timur dan Bula masing-masing seluas 88.720,46 Ha (23,27%) dan 70.807,09 Ha

atau 18,57%. Sedangkan yang paling sedikit berada di Kecamatan Wakate dengan

(37)

24 24 Hutan Sekunder merupakan kawasan penggunaan lahan hutan setelah hutan primer yang mempunyai luas kira-kira 113.924,61 Ha atau sekitar 19,23 % dari luas total wilayah daratan Kabupaten Seram Bagian Timur yang tersebar di 2 kecamatan.

Penyebaran hutan ini hanya berada di Kecamatan Bula seluas 111.896,97 atau 98,22% kemudian diikuti Kecamatan Werinama seluas 2.027,82 Ha (1,78%).

Sedangkan di kecamatan yang lainnya tidak terdapat hutan sekunder.

Hutan Mangrove yang terdapat di Kabupaten Seram Bagian Timur relatif kecil

hanya berkisar 11.186,81 Ha atau 1,89%. Hutan Mangrove ini tersebar di 5 wilayah

kecamatan. Penyebaran mangrove yang paling besar terdapat di Kecamatan Bula

seluas 6.497,20 Ha atau 58,08% dan selanjutnya disusul oleh Kecamatan Seram Timur dengan luas 2.969,18 Ha atau 26,54% sedangkan luas hutan mangrove terkecil di Kecamatan Wakate seluas 5,31 Ha (0,05%). Hutan Mangrove ini pada

umumnya tersebar pada daerah rawa-rawa yang masih terjaga ekosistemnya.

Hutan Gambut yang terdapat di Kabupaten Seram Bagian Timur hanya terdapat di

Kecamatan Bula seluas 1.426,92 Ha atau 0,22%. Di wilayah kecamatan yang lain

yang berada di Kabupaten Seram Bagian Timur tidak terdapat hutan gambut.

Belukar/Semak merupakan salah satu penggunaan lahan yang kurang produktif,

dimana penggunaan lahan ini mempunyai luasan kurang lebih 48.945,57 Ha atau 8,26% dari wilayah daratan kabupaten. Belukar/semak ini tersebar di semua kecamatan. Sebaran yang terluas berada di Kecamatan Seram Timur seluas

19.361,07 Ha atau 39,56%, kemudian diikuti oleh Kecamatan Bula dan Kecamatan

Tutuk Tolu masing-masing 16.749,92 Ha (34,22%) dan 5.785,84 Ha (11,82 %) serta yang terkecil berada di Kecamatan Wakate seluas 735,50 Ha atau 1,50%.

Perkebunan merupakan salah satu penggunaan lahan yang produktif, dimana

penggunaan lahan ini mempunyai luasan kurang lebih 23.871,88 Ha atau sekitar 4,03 % dari luas total wilayah daratan Kabupaten Seram Bagian Timur yang tersebar di 2 kecamatan. Kawasan perkebunan ini hanya berada di Kecamatan Bula seluas

23.558,64 atau 98,69% kemudian diikuti Kecamatan Werinama seluas 313,24 Ha.

Sedangkan di kecamatan yang lainnya tidak terdapat kawasan perkebunan.

Ladang/Tegalan yang telah dikembangkan di wilayah ini sangat kecil karena

(38)

25 25 yang dilakukan untuk ladang/tegalan hanya terdapat di tiga kecamatan saja yaitu Kecamatan Seram Timur merupakan kawasan yang paling luas yaitu 879,06 Ha atau

0,14%, selanjutnya Kecamatan Bula seluas 18.58 Ha, serta 9.65 Ha berada di

Kecamatan P. P. Gorom merupakan kawasan yang paling kecil.

Lahan terbuka merupakan penggunaan lahan yang terlantarkan dimana lahan

dibuka kemudian tidak ada usaha untuk pemanfaatan penggunaannya. Lahan

terbuka ini biasanya ditelantarkan dan ditumbuhi tanaman semacam rumput-rumputan. Penggunaan lahan ini tersebar di semua kecamatan. Total dari lahan

terbuka ini adalah 8.929,86 Ha atau 1,51% dengan area yang terluas terdapat di Kecamatan Bula 4.965,27 Ha atau 55,60%, Tutuk Tolu 4.965,27 Ha (55,60%), dan Kecamatan Werinama 984,95 Ha (11,03%). Sedangkan yang paling kecil di

Kecamatan Wakate yaitu hanya 26,26 Ha atau 0,29%.

Permukiman yang ada di Kabupaten Seram Bagian Timur tersebar merata di semua kecamatan. Pemukiman ini tersebar secara berkelompok dan sebagian lagi tersebar secara berpencar. Kelompok-kelompok pemukiman yang ada pada

umumnya terkonsentrasi di kawasan pantai. Luas dari pemukiman ini 839,78 Ha atau 0,14% dan kecamatan yang terluas untuk areal permukiman ada di Kecamatan P. P. Gorom yaitu 246,57 Ha (29,36%). Sedangkan yang paling kecil di Kecamatan

Tutuk Tolu hanya seluas 56,16 Ha (6,69%).

Tambak merupakan salah satu penggunaan lahan yang produktif, dimana

penggunaan lahan ini masih sangat kecil yaitu 40,29 Ha atau 0,01% dari wilayah

(39)

26 26

Tabel 2.5 Distribusi Luas Penggunaan Lahan Per Kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Timur (Ha)

Lanjutan Tabel 2.5

4.965,27 179,31 4,24 40,29 346,9

7 202,85 0,23 236.704,48

Werinama 984,95 26,69 91,77 482,66 177.812,26

Seram Timur 703,30 80,53 29,69 28,46 68,06 112.073,73

P. P. Gorom 776,90 132,94 113,63 15,67 13.601,25

Tutuk Tolu 1.473,16 31,60 24,56 47,58 46.206,08

Wakate 26,26 124,81 - 6.161,82 Bula 1.426,92 6.497,20 70.807,09 111.896,97 16.749,92 23.558,64 28,58

Werinama - 168.898,49 2.027,64 4.986,82 313,24 -

Seram Timur 2.969,18 88.720,46 19.361,07 113,00

P. P. Gorom 49,88 11.172,82 1.326,43 12,97

Tutuk Tolu 1.665,24 36.413,84 5.785,84 764,26

Wakate 5,31 5.259,62 735,50 10,32

(40)

27 27

Tabel 2.6 Prosentase Penggunaan Lahan Per Kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Timur (%)

Kecamatan Luas (ha)

Hutan

Sekunder Belukar/ Semak Perkebunan

(41)

28 28

(42)

29 29 2.1.2. Profil Demografi

2.1.2.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Aspek kependudukan merupakan faktor penting dalam perkembangan wilayah karena faktor tersebut membawa pengaruh yang sangat besar atas berbagai aktivitas di suatu wilayah. Penduduk Kabupaten Seram Bagian Timur sampai akhir tahun 2008 teregistrasi sebanyak 126.601 jiwa. Hampir di setiap Kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Timur mengalami peningkatan kecuali Kecamatan Bula yang mengalami penurunan laju pertumbuhan penduduk.

Tabel 2.7

Jumlah Penduduk Per Kecamatan

di Kabupaten Seram Bagian Timur Tahun 2008

Kecamatan Tahun

2006 2007 2008

Bula 17.766 16.762 25.234

Werinama 12.362 14.680 15.410

Seram Timur 40.141 39.870 33.608

Perkiraan Jumlah Penduduk sampai dengan Tahun 2028 Kabupaten Seram Bagian Timur

Kecamatan Tahun (Jiwa)

2013 2018 2023 2028

Bula 46.137 126.989 349.531 962.067

Werinama 25.712 45.035 78.878 138.156

Seram Timur 32.214 30.509 28.895 27.365

PP. Gorom 29.927 26.291 23.097 20.290

Tutuk Tolu 7.125 8.670 10.549 12.835

Wakate 15.871 19.345 23.579 28.740

Jumlah 156.986 256.839 514.529 1.189.453

(43)

30 30

Berdasarkan data yang ada yaitu tahun 2007–2008, laju pertumbuhan

penduduk berdasarkan periode tersebut adalah 1,1%, maka jumlah penduduk

pada tahun 2028 adalah sebesar 1.189.453 jiwa. Apabila dilihat perkecamatan, Kecamatan Bula akan memiliki jumlah penduduk terbanyak

yaitu sebesar 962.067 jiwa sedangkan kecamatan dengan penduduk terkecil adalah Kecamatan Tutk Tolu yaitu 12.835 jiwa.

Apabila dibandingkan dengan luas wilayah Kabupaten Seram Bagian Timur, maka kepadatan penduduk adalah 22 jiwa/Km². Sebagian besar penduduk kabupaten ini terkonsentrasi di Kecamatan Seram Timur, yaitu

26,55% dari total jumlah penduduk Kabupaten Seram Bagian Timur. Selebihnya Kecamatan PP Gorom (26,12%), Bula (19,93%), Werinama (12,17%), Wakate (10,29%) dan Tutuk Tolu (4,95%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.9 berikut ini.

Tabel 2.9

Distribusi Sebaran Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Timur Tahun 2008

Kecamatan Luas

Werinama 175,58 15.410 12,17

Seram Timur 603,65 33.608 26,55

PP. Gorom 171,53 33.066 26,12

Tutuk Tolu*) 6.262 4,95

Wakate*) 13.021 10,29

Total 3.952,08 126.601 100

S u m b e r : K a b . S e r a m B a g i a n Ti m u r d a la m A n g k a , 2 0 0 9

Berdasarkan proyeksi penduduk Kabupaten Seram Bagian Timur,

Penyebaran penduduk terkonsentrasi di Kecamatan Bula yaitu 80,88%.

(44)

31 31 sehingga mengurangi minat penduduk untuk bermukim di di kecamatan tersebut.

Gambar 2.3 Persentase Perkiraan Distribusi Penduduk sampai dengan Tahun 2028 di Kabupaten Seram Bagian Timur

Apabila dilihat kepadatan penduduk perkecamatan, maka secara berturut-turut adalah Kecamatan PP Gorom (243 jiwa/Km²), Kecamatan Wakate (214 jiwa/Km²), Kecamatan Seram Timur (30 jiwa/Km²), Kecamatan Tutuk Tolu (14 jiwa/Km²), Kecamatan Bula (11 jiwa/Km²) dan Kecamatan

Werinama (9 jiwa/Km²). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.10 berikut ini.

Tabel 2.10 Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Timur Tahun 2007

(45)

32 32 Pada akhir tahun 2028, diperkirakan kepadatan penduduk di Kabupaten Seram Bagian Timur adalah sebesar 202 jiwa/km², sementara itu bila di lihat dari kecamatan, wilayah yang mempunyai kepadatan penduduk

tertinggi adalah Kecamatan Wakate sebesar 473 jiwa/km², sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Seram

Timur sebesar 29 jiwa/km². Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel

2.11

Tabel 2.11

Perkiraan Kepadatan Penduduk sampai dengan Tahun 2028 di Kabupaten Seram Bagian Timur

Kecamatan Tahun (Jiwa/ km²)

2013 2018 2023 2028

Bula 20 54 149 411

Werinama 14 25 44 78

Seram Timur 29 27 26 24

PP. Gorom 220 193 170 149

Tutuk Tolu 16 19 24 29

Wakate 261 318 388 473

Jumlah 27 44 88 202

S u m b e r : H a s i l A n a lis is 2 0 0 8

Berdasarkan tabel 2.11, adanya ketim pangan kepadatan penduduk,

pem erintah Kabupaten Seram Bagian Tim ur harus segera m enin daklanjuti.

Penduduk yang terkonsentrasi hanya pada wilayah-wilayah tertentu

disebabkan oleh potensi wilayah, ketersediaan sarana dan prasarana dan

aksesibilitas wilayah. untuk itu perlu dikem bangkan aksesibilitas antar

wilayah yang m em adai sehingga perkem ban gan dan pertum buhan daerah

dapat tercapai secara keseluruhan.

2.1.2.2. Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

(46)

33 33 di bidang pendidikan, semakin rendah persentase penduduk yang buta huruf menunjukkan suatu keberhasilan terutama bidang pendidikan, begitu juga sebaliknya semakin tinggi persentase penduduk yang buta huruf maka mengindikasikan kurangnya keberhasilan pembangunan terutama di bidang pendidikan.

Melihat pada jenjang pendidikan maka penduduk usia sekolah di

kelompokkan ke dalam empat kelompok umur yaitu 7–12 tahun (Sekolah Dasar), 13–15 tahun (SMP), 16–18 tahun (SMA) dan 19–24 tahun (Perguruan

Tinggi). Penduduk usia sekolah (7–24 tahun) hasil susenas 2006 adalah

30.852 jiwa atau 26,06% dari total penduduk Kabupaten Seram Bagian Timur. Diantara penduduk usia sekolah ini terdapat 7.488 jiwa atau 24,27%

yang saat ini tidak bersekolah lagi atau belum pernah bersekolah. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 2.12.

Tabel 2.12

Penduduk Usia Sekolah Menurut Kelompok Umur dan Partisipasi Tahun 2007

Masih Sekolah Tidak Bersekolah Lagi

7 – 12 231 14.211 198 14.640

2.1.3.1.Laju Pertumbuhan PDRB

Pembentukan PDRB di Kabupaten Seram Bagian Timur terdapat 3 (sektor) yang memiliki nilai tertinggi yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan,

hotel & restoran dan sektor pertambangan dan penggalian. Pada tahun 2006

(47)

34 34

48.917,15 pada tahun 2002, kemudian naik pada tahun 2003 sebesar Rp. 49.839,80, pada tahun 2004 naik yaitu Rp. 51.196,47, naik sebesar Rp. 53.758,70 pada tahun 2005, kemudian pada tahun 2006 naik juga sebesar Rp. 56.499,30

dan sebesar Rp. 59.439,82 pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena sektor

pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB.

Untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2002 sebesar Rp. 21.312,02, kemudian naik pada tahun 2003 sebesar Rp. 22.436,08, disusul

sebesar Rp. 23.573,09 pada tahun 2004, kemudian tahun 2005 naik lagi sebesar Rp. 25.214,91 dan pada tahun 2006 naik lagi sebesar Rp. 26.877,57, serta sebesar Rp. 28.832,48 pada tahun 2007.

Untuk yang ketiga yaitu sektor pertambangan dan penggalian pada tahun

2002 sebesar Rp. 14.869,99, lalu naik pada tahun 2003 sebesar Rp. 15.312,74, kemudian tahun 2004 naik sebesar Rp. 15.568,35, disusul pada tahun 2005 yaitu Rp. 15.943,44 dan pada tahun 2006 naik sebesar Rp. 16.351,83 serta sebesar Rp. 13.050,61 pada tahun 2007.

Tabel 2.13

PDRB Kabupaten Seram Bagian Timur Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapanga Usaha Tahun 2002-2007 (Rupiah)

Lapangan Usaha 2002 2003 2004 2005 2006 2007

1 Pertanian 48.917,15 49.839,80 51.196,47 53.758,70 56.499,30 59.439,82

2 Pertambangan & Penggalian 14.869,99 15.312,74 15.568,35 15.943,44 16.351,83 13.050,61

3 Industri Pengolahan 6.802,13 6.917,81 7.148,18 7.459,84 7.800,01 8.229,95

4 Listrik, Gas & Air Bersih 146,11 153,84 164,24 172,66 181,79 203,52

5 Bangunan 1.278,68 1.353,24 1.420,67 1.503,92 1.593,85 1.688,56

6 Perdag, Hotel & Restoran 21.312,02 22.436,08 23.573,09 25.214,91 26.877,57 28.832,48

7 Pengangkutan & Komunikasi 4.463,72 4.579,67 4.708,56 4.959,64 5.157,74 5.453,29

8 Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan/ Financial 1.905,32 1.985,70 2.059,98 2.173,63 2.284,81 2.425,77

9 Jasa – Jasa 6.598,03 6.919,34 7.188,11 7.542,51 7.918,68 8.342,67

Jumlah 106.293,15 109.498,22 113.027,65 118.729,25 124.665,58 127.666,6

S u m b e r : PD R B K a b u p a t e n SB T Ta h u n 2 0 0 8

Berdasarkan Tabel 2.13 dapat diketahui distribusi PDRB selama periode

(48)

35 35 utama ketiga sektor tersebut adalah sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor pertambangan dan penggalian. Peranan sektor-sektor

tersebut pada tahun 2007 masing-masing, sektor pertanian sebesar 46,56 %,

sektor perdagangan dan restoran sebesar 22,58%, dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 10,22%. Secara keseluruhan sumbangan ketiga sektor

tersebut mencapai 80% serta 20% disumbangkan dari 6 sektor lainnya.

Pada tahun 2002 sektor pertanian memberikan kontribusi pada PDRB

sebesar 46,02% kemudian turun pada tahun 2003, tahun 2004 dan tahun 2005 yaitu sebesar 45,52%, 45,30% dan 45,28% dan ditahun 2006 naik menjadi

45,32% serta pada tahun 2007 naik sebesar 46,56%.

Sementara sektor lain yang menduduki peringkat kedua adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini berperan sebagai penunjang kegiatan ekonomi yang menghasilkan produk barang dan jasa. Pada tahun 2002 peranan

sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 20,05% kemudian pada tahun 2003 naik menjadi 20,49%, tahun 2004 naik menjadi 20,86%, lalu naik pada tahun 2005 dan tahun 2006 menjadi sebesar 21,24% dan 21,56% serta pada tahun 2007 naik sebesar 22,58%. Sektor yang menduduki peringkat ketiga adalah sektor pertambangan dan penggalian dimana pada tahun 2002 sampai

dengan tahun 2006 memperlihatkan kecendrungan penurunan andil dimana pada tahun 2002 sebesar 13,99%, tahun 2003 menjadi 13,98%, tahun 2004

menjadi 13,77%, tahun 2005 menjadi 13,43% dan tahun 2006 menjadi 13,12% serta tahun 2007 turun menjadi 10,22%.

Selain 3 (tiga) sektor pemberi andil terbesar diatas, sektor-sektor lain

yang cukup besar peranannya ditahun 2007 adalah sektor jasa, sektor industri

Gambar

Gambar 1.1 Diagram Penyusunan RPIJM
Gambar 2.1 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Seram Bagian Timur
Tabel 2.5
Gambar 2.2 Peta Penggunaan Lahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ditemukan data bahwa Penilik yang sebelumnya berlatar belakang bekerja pada jalur pendidikan non- formal sangat sedikit dibanding yang berlatar bela- kang bekerja pada jalur

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan muatan materi pendidikan ideologi negara dalam buku ajar Pendidikan Kewarganegaraan karangan Dadang Sundaw, dkk

• Dapat melihat cairan tuba, abses dan cairan bebas yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan yang bisa dilihat dengan USG. • MRI bukan pilihan utama untuk mengevaluasi massa

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui (1) apakah terdapat perbedaan alokasi anggaran belanja hibah, bantuan sosial dan bantuan keuangan dalam APBD daerah incumbent sebelum

Hasil dari uji regresi yang telah dilakukan dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa variabel PAD memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

2 a) Ada kesalahan yang menurut saya kurang tepat atau tidak benar dalam kesimpulanya, yaitu Investor dipaksa agar harga saham Metcash meningkat. Berdasarkan teori

Penambahan unsur Wolfram juga dapat mempengaruhi ketahanan terhadap oksidasi temperatur tinggi paduan Ni-Al-Ti karena nilai kehilangan berat terhadap jumlah siklik

3. Setiap pihak harus memastikan bahwa untuk periode 12 bulan mulai tanggal 1 Januari 1996 dan setiap periode 12 bulan sesudahnya, tingkat konsumsi yang dihitung dari zat