22 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni d an berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan
pembangunan permukiman, Pemerintah Pusat, Pro vinsi, dan
Kabupaten/Kota perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya.
Gambar 3.1 memaparkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, yang membagi amanat pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam 4 (empat) bagian, yaitu amanat penataan
ruang/spasial, amanat pembangunan nasional dan direktif presiden, amanat pembangunan Bidang Pekerjaan Umum, serta amanat internasional.
23
Sumber : Direktorat Bina Program 2014
Gambar 3.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Amanat Pembangunan Nasional Terkait Bidang Cipta Karya a.
Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam
pembangunan nasional karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka kemiskinan , maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting dalam implementasi amanat kebijakan pembangunan nasional.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 b.
24
kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong
pertumbuhan ekonomi. Pemenuh an kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive
approach) dan pendekatan terpadu dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.
Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata d an berkeadilan 2)
maka Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas
pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.
Salah satu sasaran dalam mew ujudkan pembangunan yang lebih 3)
merata dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.
Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pa da 4)
25
RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian
ditingkatkan melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan
permukiman.
RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi
seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan
berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.
RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.
3.1.2 Arahan Penataan Ruang
Arahan Penataan Ruang Nasional (RTRWN) A.
Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong
pengembangan kawasan perbatasan negara. Penetapan PKSN dilakukan berdasarkan bebe rapa kriteria yang terdapat pada pasal 15, yaitu sebagai berikut:
pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas a.
batas dengan negara tetangga
pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional b.
yang menghubungkan dengan negara tetangga
pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang c.
menghubungkan wilayah sekitarnya
pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang d.
26
3 Kota Batam I/A/1
Pengembangan/Peningkatan
Fungsi/Tahap I
Kepulauan Riau
4 Ranai (Ibukota Kab.
Natuna)
I/A/2 Pengembangan Baru
Tahap I
Kepulauan Riau
5 Atambua (Ibukota
Kab. Belu)
I/A/1
Pengembangan/Peningkatan
Fungsi/Tahap I
Nusa Tenggara Timur
6 Kalabahi (Ibukota
Kab.Alor)
II/A/2 Pengembangan Baru
Tahap II
Nusa Tenggara Timur
7 Kefemananu (Ibukota Kab.Timor Tengah
Utara)
I/A/2 Pengembangan Baru
Tahap I
Nusa Tenggara Timur
8 Paloh – Aruk (Kab.
Sambas)
I/A/2 Pengembangan Baru
Tahap I
Kalimantan Barat
9 Jagoybabang (Kab.
Bengkayang)
I/A/2 Pengembangan Baru
Tahap I
Kalimantan Barat
10 Nagabadau (Kab.
Kapuas Hulu)
I/A/2 Pengembangan Baru
Tahap I
Kalimantan Barat
11 Entikong (Kab.
Sanggau)
I/A/1
Pengembangan/Peningkatan
Fungsi/Tahap I
Kalimantan Barat
12 Jasa (Kab.Sintang) I/A/2 Pengembangan Baru
Tahap I
Kalimantan Barat
13 Nunukan (Kab.
Nunukan)
I/A/1
Pengembangan/Peningkatan
Fungsi/Tahap I
Kalimantan Timur
14 Simanggaris (Kab.
Nunukan)
I/A/2 Pengembangan Baru
Tahap I
Kalimantan Timur
15 Long Bidang (Kab.
Nunukan)
I/A/2 Pengembangan Baru
Tahap I
Kalimantan Timur
16 Long Pahangai (Kab.
Kutai barat)
II/A/2 Pengembangan Baru
Tahap II
Kalimantan Timur
17 Long Nawan (Kab.
Malinau)
II/A/2 Pengembangan Baru
Tahap II
Kalimantan Timur
18 Melanguane (Kab.
Talaud
I/A/2 Pengembangan Baru
Tahap I
Sulawesi Utara
19 Tahuna (Ibukota Kep.
Sangihe
I/A/2 Pengembangan Baru Tahap I
27
20 Saumlaki (Kab. Maluku Tenggara
Barat)
I/A/2 Pengembangan Baru
Tahap I
Maluku
21 Ilwaki (Kab. Maluku
Barat Daya)
II/A/2 Pengembangan Baru
Tahap II
Maluku
22 Dobo (Kab.
Kepulauan Aru)
II/A/2 Pengembangan Baru
Tahap II
Maluku
23 Daruba (Kab.
Morotai)
I/A/2 Pengembangan Baru
Tahap I
Maluku Utara
24 Kota Jayapura I/A/1
Pengembangan/Peningkatan
Fungsi/Tahap I
Papua
25 Tanah Merah (Ibukota
Tanah Merah
I/A/1
Pengembangan/Peningkatan
Fungsi/Tahap I
Papua
26 Marauke (Ibukota
Marauke)
I/A/1
Pengembangan/Peningkatan
Fungsi/Tahap I
Papua
Arahan RTRW Kota Prabumulih B.
Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang 1.
Tujuan penataan ruang kota Prabumulih ditetapkan sebagai berikut :
“Mewujudkan wilayah Kota Prabumulih yang produktif dan berwawasan lingkungan”.
Kebijakan penataan ruang Kota Prabumulih ditetapkan sebagai berikut : Penetapan sistem pusat-pusat pelayanan kota yang merata dan 1)
berhirarki;
Pengembangan dan peningkatan kualitas pelayanan dari sistem pusat 2)
pelayanan;
Pengembangan dan peningkatan jangkauan pelayanan serta kualitas 3)
jaringan prasarana kota;
Pembagian pola ruang yang seimbang dan proporsional. 4)
28
pelayanan kota di pusat Kota Prabumulih karena selain Pusat Kota Prabumulih telah terbentuk sebagai pusat pelayanan jasa, pusat
perdagangan dan juga sebagai pusat distribusi, pusat Kota Prabumulih juga memiliki aspek lingkungan dan aksesibilatas serta daya saing lokasi. Menetapkan wilayah Sub pusat pelayanan kota (Sub PPK) di Kota
(2)
Prabumulih sebanyak 4 wilayah :
Sub PPK A berpusat di Kelurahan Cambai yang meliputi Kelurahan
Cambai, Kelurahan Karang Jaya, Kelurahan Sindur, Desa Pangkul, dan Desa Muara Sungai.
Sub PPK B berpusat di Kelurahan Tanjung Rambang yang meliputi
Kelurahan Tanjung Rambang, Desa Karangan, Desa Talang Batu, Desa Karang Bindu, Desa Rambang Senuling, Desa Jungai, Tanjung Menang; dan Desa Sinar Rambang.
Sub PPK C berpusat di Desa Kemang T anduk yang meliputi Desa
Kemang Tanduk, Desa Karya Mulia; dan Kelurahan Patih Galung; Sub PPK D berpusat di Kelurahan Gunung Kemala yang meliputi
Kelurahan Gunung Kemala, Kelurahan Anak Petai, Desa Tanjung Telang, Kelurahan Payu Putat; dan Desa Sungai Medang;
Strategi pengembangan dan peningkatan kualitas pelayanan dari sistem (3)
pusat pelayanan kota meliputi program :
Membangun pusat pelayanan kota dan meningkatkan kualitas skala
29
Membangun sub pusat pelayanan kota dan meningkatkan kualitas
skala layanan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan skala lokal dan kota.
Mengelola sistem pusat pelayanan kota dan sub pusat kota secara
efektif dan efisien sesuai dengan daya dukung dan daya t ampung lingkungan.
Strategi pengembangan dan peningkatan jangkauan pelayanan serta (4)
kualitas jaringan prasarana kota dengan kegiatan meliputi : Mengembangkan jangkauan pelayanan prasarana kota untuk
meningkatkan produktifitas pemanfaatan ruang wilayah kota.
Meningkatkan kualitas, dayaguna dan hasilguna jaringan prasarana
kota untuk memberikan layanan sesuai hirarki dan skala pelayanan untuk menunjang pertumbuhan wilayah belakang;
Menata pusat pelayanan kota dan sub pusat kota terutama pada
wilayah strategis kota mempertimbangkan aspek lingkungan hidup. Strategi pembagian pola ruang yang seimbang dan proporsional dengan (5)
melakukan pemantapan kawasan lindung kota; penetapan kawasan budidaya kota; dan Penetapan kawasan strategis kota. Pemantapan kawasan lindun g di Kota Prabumulih untuk dapat mengakomodasi
kebutuhan Ruang Terbuka Hijau dan kawasan rawan bencana alam banjir di kota Prabumulih. Penetapan kawasan budidaya di Kota Prabumulih dalam rangka penataan ruang untuk lebih meningkatkan produktivitas dan daya guna ruang wilayah di Kota Prabumulih. Penetapan kawasan
strategis bertujuan untuk mempercepat penataan ruang di kawasan strategis kota sehingga pemanfaatan ruang akan sesuai dengan tujuan penataan ruang Kota Prabumulih.
Rencana Struktur Ruang 2.
Rencana Sistem Perkotaan a.
30
5 Sub PPK D Kel. Gunung Kemala
Dari rencana penetapan Pusat Pelayanan Kota (PPK) dan Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub PPK), maka rencana peruntukan lahan untuk setiap PPK dan Sub PPK dengan fungsi pengembangannya adalah sebagai berikut:
Pusat Pelayanan Kota (PPK) a)
Wilayah Pusat Pelayanan Kota (PPK) terletak di Pusat Kota
Prabumulih yang mencakup 16 ( enam belas) kelurahan, yaitu: Kelurahan Sukajadi, Kelurahan Gunung Ibul Barat, Kelurahan Gunung Ibul, Kelurahan Prabu Jaya, Kelurahan Mangga Besar, Kelurah an Pasar I, Kelurahan Pasar II, Kelurahan Wonosari, Kelurahan Tugu Kecil, Kelurahan Karang Raja, Kelurahan Muara Dua, Kelurahan Tanjung Raman, Kelurahan Majasari, Kelurahan Sukaraja dan Kelurahan Prabumulih.
Sub Pusat Pelayanan Kota A (Sub PPK A) b)
Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub PPK) A berpusat di Kelurahan Cambai dengan wilayah meliputi 3 (tiga) kelurahan dan 2 (dua) desa, yaitu: Kelurahan Cambai, Kelurahan Karang Jaya, Kelurahan Sindur, Desa Pangkul dan Desa Muara Sungai. Letak Sub PPK ini berada di tim ur laut wilayah administrasi Kota Prabumulih. Kantor Pemerintah Kota Prabumulih dan Mapolres Kota Prabumulih berada di Sub PPK A.
31
Sub PPK B berpusat di Kelurahan Tanjung Rambang dengan wilayah meliputi 1 (satu) ke lurahan dan 6 (enam) desa, yaitu: Kelurahan Tanjung Rambang, Desa Tanjung Menang, Desa Karangan, Desa Talang Batu, Desa Jungai, Desa Karang Bindu dan Desa Rambang Senuling. Sub PPK ini terletak di tenggara dari wilayah administrasi Kota Prabumulih.
Sub Pusat Pelayanan Kota C (Sub PPK C) d)
Sub PPK C berpusat di Desa Kemang Tanduk yang wilayahnya meliputi 2 (dua) kelurahan dan 3 (tiga) desa, diantaranya adalah : Kelurahan Patih Galung, Kelurahan Muntang Tapus, Desa Kemang Tanduk, Desa Sinar Rambang dan Desa Karya Mulia.
Sub Pusat Pelayanan Kota D (Sub PPK D) e)
Sub PPK D berpusat di Kelurahan Gunung Kemala yang wilayahnya meliputi 3 (tiga) kelurahan dan 2 (dua) desa, diantaranya adalah : Kelurahan Anak Petai, Kelurahan Gunung Kemala, Kelurahan Payu Putat, Desa Sungai Medang, dan Desa Tanjung Telang.
Rencana Sistem Prasarana di Wilayah Kota Prabumulih b.
Rencana Sistem jaringan jalan terdiri dari sebagai berikut.
Tabel 3.3. Rencana Pengembangan Jalan dan status kewenangan Jalan di Kota Prabumulih tahun 2019
No Kecamatan Panjang Jalan (Km) Jumlah (Km)
Negara Propinsi Kota
1. Prabumulih Barat 32.60 10.50 117.29 160.39
2. Prabumulih Timur 7.40 15.00 167.16 189.56
3. Prabumulih Utara 5.20 - 44.50 49.70
4. Prabumulih Selatan - 16.90 66.32 72.22
5. Cambai 13.20 - 126.22 139.42
6. RKT - 25.50 95.03 120.53
7. Jumlah (Km) 58.40 67.90 616.52 742.82
32
7. Jumlah (Km) 58.40 122.90 765.52 946.82
Sumber : RTRW Kota Parbumulih
Rencana prasarana air minum
Penyediaan air bersih di Kota Prabumulih sudah sangat perlu
diperhatikan pengembangannya. Saat ini pelayanan air bersih dilak ukan oleh pihak PDAM Tirta Prabu, akan tetapi kebutuhan penduduk Kota
Prabumulih akan air bersih belum terlayani semuanya, mengingat bahwa pemasangan jaringan pipa-pipa air ke rumah penduduk memerlukan biaya yang cukup besar, oleh sebab itu diperlukan pere ncanaan yang bertahap sesuai dengan karakteristik Kota Prabumulih.
Tabel 3.5 Rencana Kebutuhan Air Bersih di Kota Prabumulih Tahun 2010 – 2029
No Tahun
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Kebutuhan Penduduk
(Ltr/Hari)
Kebutuhan Untuk Fasilitas
(Ltr/Hari)
1 2010 142.965 21.444.675 6.433.403
2
2029 226.506 33.975.840 10.192.753
Sumber : RTRW Kota Parbumulih
Rencana pengembangan prasarana air bersih adalah sebagai berikut :
Mengendalikan debit air limpasan pada musim hujan dan penggunaan air 1)
33
domestik maupun industri, menyebabkan penggunaan air tanah secara tidak terkendali. Bila hal ini tidak dikendalikan, maka akan terjadi kerusakan lingkungan dan penurunan muka air tanah. Oleh karena itu penggunaan air tanah perlu dikendalikan.
Meningkatkan cakupan wilayah pelayanan distribusi air bersih oleh 2)
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk seluruh wilayah Kota Prabumulih. Upaya peningkatan cakupan pelayanan ini akan
dilaksanakan secara bertahap, hingg a akhirnya tahun perencanaan (2029) seluruh wilayah Kota Prabumulih sudah dapat dilayani oleh sistem publik, dengan tetap memperhatikan kecukupan kuantitas dan
persyaratan kualitas. Upaya pengembangan sistem publik ini dapat pula dilakukan dengan bekerjasa ma dengan pihak swasta dan masyarakat. Peningkatan cakupan pelayana ini harus diiringi pula dengan
peningkatan kapasitas produksi air bersih. Salah satunya adalah dengan membangun unit instalasi intake air bersih dan dengan memperluas jaringan air bersih terutama ke wilayah-wilayah pengembangan kota. Menurunkan tingkat kebocoran air sampai dengan 20% pada tahun 2019 3)
dan 10 % pada tahun 2029. Pada saat ini tingkat kebocoran air di Kota Prabumulih masih cukup tinggi. Tingkat kebocoran yang cukup tinggi mengurangi kuantitas air yang diterima oleh pelanggan dalam jumlah yang cukup signifikan. Untuk itulah penurunan tingkat kebocoran air ini merupakan langkah yang cukup penting dalam rangka mengefisienkan pelayanan sistem publik.
Penyediaan hidran umum atau tang ki penampungan bagi penduduk 4)
yang kurang mampu, namun membutuhkan ketersediaan air bersih. Penduduk yang sama sekali belum terlayani kebutuhan air bersih melalui 5)
PDAM tetap menggunakan sumur gali atau sumur pompa disamping memanfaatkan sumber air lainnya, namun dalam penggunaannya perlu pengawasan dan pengendalian. Jika kondisi ini kurang memenuhi
34
sanitasi sebagai sarana penyaluran air buangan konvensional.
Pengadaan proyek perintis instalasi pengolahan limbah rumah tangga
secara komunal khususnya pada wilayah padat penduduk, misalnya kolam oksidasi, agar kualitas air tanah dapat terjaga.
Meningkatkan kesehatan masyarakat dengan adanya sistem
pengolahan dan penyaluran air limbah yang relatif aman serta tertutup. Meningkatkan taraf pendidikan dan gaya hidup masyarakat terhadap
sanitasi lingkungan agar pencemaran sungai dapat dihindari sejak dini.
Adapun sistem pengolahan air limbah dilaksanakan melalui cara :
Pengolahan limbah setempat ( on site sanitation disposal system), yaitu
terdiri dari sistem individual yang diterapkan pada kawasan dengan pertumbuhan penduduk relatif sedang.
Pengolahan limbah terpusat ( off site sanitation disposal system ), yang
bersifat cost-covery. Diperuntukan bagi wilayah permukiman padat dan industri. Sistem ini harus mulai dirintis khususnya untuk kawasan industri. Toilet umum yang juga merupakan sub sistem pengolahan limbah, perlu
juga mendapatkan perhatian yang serius. Toilet umum ini ditempatkan pada kawasan umum yang padat, misalnya terminal, stasiun dan pasar.
Rencana sistem persampahan
35
Meningkatkan pelayanan sampah melalui program perbaikan lingkungan
dan megupayakan koordinasi antara insatansi yang berwenang dan peran serta masyarakat.
Rehabilitasi dan penanganan sarana angkutan sampah dalam upaya
peningkatan pelayanan.
Penerapan secara tepat dan benar teknik pemusnahan sampah pada
TPA agar dicapai efisiensi dan efektifitas.
Pembangunan TPA baru denga n teknologi yang lebih baik daripada TPA
eksisting yang masih menggunakan sistem open dumping dan berada dekat dengan permukiman. Namun patut dipertimbangkan agar biayanya tetap terjangkau dengan kemampuan keuangan daerah.
Rencana sistem persampahan terdiri dari : a) Rencana Sistem Pengangkutan Sampah
Dalam pengelohan sampah secara menyeluruh diperlukan sistem pengangkutan yang baik dari rumah tangga atau fasilitas pelayanan umum sampah hingga menuju lokasi pembuangan akhir yaitu sebagai berikut :
Masyarakat mengumpulkan sampah di depan rumah dengan tong
atau kantong plastik sampah tertutup
Dari tempat tersebut kemudian diangkut menuju tempat
pembuangan sementara (TPS)
Dari TPS kemudian diangkut ke tempat pembuangan terakhir
(TPA) di utara kota, tepatnya Kelurahan Prabu Jaya.
Sarana-sarana yang menunjang dalam pengolahan sampah ini meliputi : Sarana angkutan sampah (gerobak) dengan volume kurang lebih 1
m3 dapat dijalankan dua hari sekali.
Truk-truk sampah (volume atau kapasitas kurang lebih 10 m 3))
dapat dioperasikan secara terus menerus untuk menghindari penumpukan sampah pada tempat buangan.
36
kosong yang bisa dimanfaatkan. Mengenai sistem yang direncanakan, tidak tertutup juga bila nantinya ditemukan sebuah sistem yang lebih baik dan efisien.
Rencana sistem drainase kota
Rencana Sistem Drainase Makro Kota Prabumulih a)
Penataan pola sub – catchment area merupakan dasar penetapan yang penting dalam mengarahkan rencana saluran drainase yang baik. Ukuran sub catchment sebaiknya dibuat sekecil mungkin, lebih-lebih bilamana disekitar saluran induk telah banyak perumahan yang padat.
Sub Catchment Area bagian Pusat Kota 1.
Terletak di pusat kota dimana kawasan ini sudah
merupakan kawasan padat, karena banyak kegiatan atau aktivitas yang berkembang di kawasan ini, tata drainase eksisting terpusat pada saluran tepi jalan yang dibuat oleh pemerintah, dan
membuang langsung ke Sungai Kelekar. Sub Catchmen Area Prabumulih bagian utara 2.
Bagian utara Sub Catchment ini melayani kawasan sekitar dan wilayah utara Kota Prabumulih yang kemudian meli mpaskan alirannya ke Sungai Lematang.
Sub Catchment Area Rambang Kapak Tengah 3.
Bagian Selatan Sub Catchment ini melayani sebaian besar wilayah Rambang Kapak Tengah (selatan Prabumulih) yang
kemudian melimpaskan alirannya ke Sungai Rambang. Rencana Sistem Drainase Mikro Kota Prabumulih
37
42
pasal 14, yaitu sebagai berikut:
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul a.
utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat b.
kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul c.
utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi PKN suatu wilayah dapat berupa kawasan megapoli tan, kawasan metropolitan, kawasan perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang, atau kawasan perkotaan kecil.
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi a.
Indonesia (MP3EI)
Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan arahan strategis dalam percepatan dan
perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan melengkapi
43
Pengembangan MP3EI difokuskan pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI) yang d iidentifikasikan sebagai satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk
mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.
KPI dapat menjadi KPI prioritas dengan kriteria sebagai berikut: Total nilai investasi pada setiap KPI yang bernilai signifikan a.
Keterwakilan Kegiatan Ekonomi Utama yang berlokasi pada setiap b.
KPI
Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap sentrasentra c.
produksi di masing-masing KPI
Kesesuaian terhadap beberapa kepentingan strategis (dampak sosial, d.
dampak ekonomi, dan politik) dan arahan Pemerintah (Presiden RI) Adapun KPI berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 dipaparkan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Penetapan Lokasi Kawasan Perhatian Investasi (KPI) Berdasarkan Arahan Perpres Nomor 32 Tahun 2011
No Koridor KPI
1 Koridor Ekonomi (KE) Sumatera Sei Mengekei
Tapanuli Selatan Dairi Dumai
Tanjung Api-api -Tanjung Carat Muara Enim - Pendopo
Palembang Prabumulih Bangka Barat, Babel
Batam Bandar Lampung
Lampung Timur Besi Baja, Cilegon
2 Koridor Ekonomi (KE) Jawa Banten
DKI Jakarta Karawang
44
Kupang Sumbawa Barat
Aegel Nusa Penida
Sumbawa
4 Koridor Ekonomi (KE) Kalimantan Kutai Kertanegara
Kutai Timur Rapak dan Ganal
Kota Baru Ketapang Kotawaringin Barat
Kapuas Pontianak
Bontang Tanah Bumbu
Sanggau Penajam Paser Utara
5 Koridor Ekonomi (KE) Sulawaesi Makassar
Polopo Memuja-Mamasa
Parepare Kolaka
Kenari Kolaka Utara
Morowali Parigi Moutang
Bangai Bitung 6 Koridor Ekonomi (KE) Papua –
Kep. Maluku
Marauke Timika Halmahera Teluk Bintuni
Morotai Ambon Manokwari
45
Sesuai dengan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK terdiri atas satu atau beberapa zona, antara lain pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, energi, dan ekonomi lainnya. Pembentukan KEK tersebut dapat melalui usulan dari Badan Usaha yang didirikan di Indonesia, pemerintah kabupaten/kota, dan pemerintah provinsi, yang ditujukan kepa da Dewan Nasional. Selain itu, Pemerintah Pusat juga dapat menetapkan suatu wilayah sebagai KEK yang dilakukan berdasarkan usulan kementerian/lembaga pemerintah non kementerian. Sedangkan lokasi KEK yang diusulkan dapat merupakan area baru maupun perluasan dari KEK yang sudah ada.
Usulan lokasi KEK harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :
sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi a.
mengganggu kawasan lindung;
adanya dukungan dari pemerintah provinsi dan/atau pemerintah b.
kabupaten/kota yang bersangkutan;
terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan c.
internasional atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan; mempunyai batas yang jelas.
d.
Adapun KEK berdasar kan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus dipaparkan pada Tabel 3.7.
46 PRIMA DAN BERKUALITAS”
Misi
Mewujudkan Peningkatan Kualitas dan Profesionalisme Aparatur dalam 1)
Tata Pemerintahan yang baik,Demokratis, Inovatif, Enterpreneurship, Berprestasi, Transparan dan Akuntabel.
Mewujudkan Peningkatan kualitas Masyarakat Kota Prabumulih yang 2)
Madani (Produktif, Sehat, Cerdas, Mandiri, Religius, Bermoral, Beretika, Berbudaya dan Berwawasan Lingkungan).
Mewujudkan Peningkatan Perekonomian Masyarakat Kota Prabumulih 3)
yang Handal dan Merata melalui Perdagangan dan Jasa.
Mewujudkan Peningkatan Kualit as Insfrastruktur Wilayah guna 4)
Memperlancar Aktivitas Perekonomian masyarakat
47 3.2.1. Visi
Guna mewujudkan visi pembangunan nasional pada periode 2015-2019 yaitu menjadi Indonesia yang berdaulat, mandiri dan bekepribadian berlandaskan gotong royong melalui pembangunan nasional yang lebih cepat, kuat, inklusif serta berkelanjutan, maka Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menjabarkan visi, misi, tujuan serta sasaran strategis untuk mendukung perwujudan visi pembangunana nasional. Adapun visi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada periode tahun 2015-2019 adalah “Terwujudnya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang Handal dalam Mendukung Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.
Pencapaian visi Kementerian PUPR dijabarkan ke dalam 5 (lima) misi dimana terdapat 2 (dua) misi yang diamanatkan kepada Direktorat Jenderal Cipta Karya. Adapun kedua misi tersebut adalah sebagai berikut:
Mempercepat pembangunan infastruktur permukiman dan perumahan 1)
rakyat untuk mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak dalam rangka mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan dengan prinsip ‘infrastruktur untuk semua’; dan
Mempercepat pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan 2)
perumahan rakyat secara terpadu dari peinggiran didukung industri konstruksi yang berkualitas untuk keseimbangan pembangunan antardaerah, terutama di kawasan tertinggal, kawasan perbatasan, dan kawasan perdesaan, dalam kerangka NKRI.
Gambar 3.3. Peta Strategi Kementerian PUPR 2015-2019
C
o
st
u
m
er
s/
St
a
ke
h
o
ld
er
48 Berdasarkan Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019, sasaran strategis yang fokus perhatian Ditjen Cipta Karya adalah meningkatnya kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan. Adapun indikator kinerja outcome Direktorat Jenderal Cipta Karya meliputi:
Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi 1)
masyarakat.
Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian 2)
dan permukiman yang layak.
Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi 3)
masyarakat.
Berdasarkan visi, misi dan indi kator kinerja outcome yang telah dijabarkan, visi Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2015-2019 adalah:
“Terwujudnya permukiman perkotaan dan perdesaan yang layak huni dan berkelanjutan melalui penyediaan infrastruktur bidang keciptakaryaan yang terpadu dan inklusif melalui pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan,
49 Misi
3.2.2.
Berdasarkan arahan kebijakan serta memperhatikan peluang dan tantangan ya ng ada dalam pembangunan infrastruktur permukiman, maka misi yang akan dicapai oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam periode lima tahun ke depan adalah:
Melaksanakan fungsi pengaturan, pembinaan, dan pengawasan dalam 1)
bidang Cipta Karya dengan mengedepankan prinsip keterpaduan, inklusifitas, dan berkelanjutan.
Melaksanakan keterpaduan pembangunan infrastruktur permukiman 2)
serta penataan bangunan dan lingkungan berdasarkan penataan ruang dan Wilayah Pengembangan Strategis (WPS).
Menyediakan infrastruktur air minum dan sanitasi di perkotaan dan 3)
perdesaan dalam rangka pemenuhan target RPJMN 2015-2019. Meningkatkan kemandirian pemerintah daerah serta mendorong 4)
kemitraan dengan masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman.
Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM 5)
yang profesional dengan menerapkan prinsip good governance.
Tujuan 3.2.3.
Tujuan dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan penjabaran visi dan sasaran strategis yang hendak dicapai dalam rangka mencapai sasaran nasional yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019. Selain itu, tujuan Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan penjabaran dari tujuan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yaitu
menyelenggarakan infras truktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan tingkat kondisi ketersediaan, keterpaduan, serta kualitas dan cakupan pelayanan yang produktif dan cerdas, berkeselamatan, mendukung kesehatan masyarakat, menyeimbangkan pembangunan, memenuhi
50 Berdasarkan arahan tersebut, tujuan Direktorat Jenderal Cipta Karya 2015-2019 adalah: Penyelenggaraan dukungan layanan infrastruktur dasar permukiman yang berkualitas dengan prinsip“infrastruktur untuk semua” melalui pembangunan yang terpadu, inklusif dan berkelanjutan.
Sasaran Strategis 3.2.4.
Setelah mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, target SDGs adalah memastikan ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi berkelanjutan bagi semua orang, juga membangun kota dan permukiman warga yang inklusif, aman, dan kukuh. Target tersebut merupakan tantangan berat Indonesia di bidang infrastruktur permukiman adalah memberikan akses air minum 100%, mengurangi kawasan kumuh hingga 0%, dan menyediakan akses sanitasi layak 100% untuk masyarakat Indonesia. Target tersebut lebih dikenal sebagai Gerakan Nasional 100-0-100 sebagai aktualisasi visi Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan. Ditjen Cipta Karya bertekad bekerja tidak sekedar business as usual, tidak bisa hanya bekerja berbasis output tanpa penyempurnaan perangkat dan melakukan terobosan. Perlu dilakukan perbaikan baik dari segi fungsi, teknis, kualitas/mutu, administrasi, dan
51 Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka sasaran strategis Ditjen Cipta Karya adalah sebagai berikut:
Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi 1)
masyarakat, dengan indikator persentase peningkatan cakupan pelayanan akses air minum;
Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan 2)
permukiman yang layak, dengan indikator persentase penurunan luasan permukiman kumuh perkotaan;
Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi 3)
masyarakat, dengan indikator persentase peningkatan cakupan pelayanan akses sanitasi.
Tabel 3.8. Sasaran Program Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya
INDIKATOR KINERJA SATUAN
TARGET
2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL
1 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat
Persentase peningkatan cakupan
pelayanan akses air minum % 73,7 78,8 84,8 92,1 100 100
2 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang layak
Persentase penurunan luasan
permukiman kumuh perkotaan
% 8 6 4 2 0 0
3 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat
Persentase peningkatan cakupan
pelayanan akses sanitasi % 64 72 85 92 100 100
Sesuai RPJMN 2015-2019, Ditjen Cipta Karya memberikan fasilitasi pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman seperti air minum, sanitasi, jalan lingkungan dan peningkatan kualitas permukiman. Pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman tersebut juga dilaksanakan dengan model pemberdayaan yang melibatkan masyarakat sejak perencanaan hingga operasional dan pemeliharaan infrastruktur.
52 Sesuai arahan RPJMN, Ditjen Cipta Karya juga dituntut untuk
mengembangkan infr astruktur perdesaan. Pencapaian sasaran tersebut terjabarkan ke dalam pengembangan jaringan infrastruktur penunjang
kegiatan produksi di kawasan perdesaan dan kota-kota kecil terdekat dalam upaya menciptakan keterkaitan fisik, sosial dan ekonomi yang saling komplementer dan saling menguntungkan.
Arah Kebijakan Dan Strategi 3.2.5.
Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab Direktorat Jenderal Cipta Karya yang mel iputi kegiatan utama berupa Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan (Turbinwas), dan kegiatan pembangunan (Bang).
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta Karya adalah meny elenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum,
pengembangansistempengelolaanairlimbahdandrainaselingkungansertaper sampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Ditjen Cipta Karya melaksanakan fungsi:
perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, 1)
53 pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, 2)
pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limb ah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang 3)
pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan; pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan 4)
kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;
pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan kawasan 5)
permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelola an air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;
pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan 6)
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. 7)
Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur
keciptakaryaan, Ditjen Cipta Ka rya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada
54 melalui penyusunan kebijakan dan strategi, penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK), penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta tugas-tugas lain yang bersifat penyusunan perangkat peraturan. Sedangkan tugas pembinaan dilakukan dalam bentuk dukungan perencanaan, pemberian bantuan administrasi dan teknis, supervisi serta konsultasi. Untuk tugas pengawasan, peran pemerintah pusat dilakukan dalam bentuk monitoring dan evaluasi kine rja. Keseluruhan tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan ini didanai oleh Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN), disertai dukungan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
Meskipun fokus melakukan tugas Turbinwas, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Berdasarkan Undang-Undang Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya diamanatkan
melakukan pembangunan infrastruktur skala nasional (lintas provinsi), serta infrastruktur untuk kepentingan nasional. Di samping itu, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan dalam rangka pemenuhan SPM sebagai stimulan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan komitmennya dalam melakukan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Pemda juga bertanggung jawab atas operas ional dan pemeliharaan infrastruktur yang terbangun.
Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan dengan pendekatan pola pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan lingkungannya. Untuk tugas
pembangunan juga ada melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk
55 oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain itu terdapat pola hibah, yaitu bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan strategis nasional yang mendesak.
Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, proses perencanaan perlu diselenggarakan dengan mengacu kepada amanat perundangan (Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden), baik spasial maupun sektoral. Selain itu, perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya juga memperhatikan kondisi eksisting, isu strategis, serta potensi daerah.
Tabel 3.9. Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pendekatan Strategi
Pelaksanaan
Membangun Sistem Pembangunan Infrastruktur Permukiman Skala Regional (TPA Regional atau SPAM Regional)
Pembangunan Infrastruktur Permukiman pada kawasan
strategis (kawasan perbatasan, KSN, PKN, WPS) atau kawasan khusus (kawasan kumuh perkotaan, kawasan nelayan, kawasan rawan air/perbatasan/pulau terluar)
Mendorong penyusunan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan sebagai alat sinergisasi seluruh sektor dalam
Fasilitasi Pemda Pendampingan penyusunan NSPK daerah antara lain Perda Bangunan Gedung, SK Kumuh, dsb.
Penyusunan Rencana Penanganan Kawasan/Induk Sektoral
seperti Strategi Sanitasi Kota (SSK), Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum (RIS PAM), dan Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
Pembangunan Indrastruktur Permukiman Skala kawsan seperti
fasilitasi PDAM, fasilitasi kota hijau dan kota pusaka, penanganan kumuh perkotaan, serta penataan bangunan dan
Pemberdayaan
Masyarakat
Pembangunan Infrastruktur Permukiman Berbasis
Masyarakt melalui kegiatan Pamsimas, Sanimas, dan P2KP.
Bantuan Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat
56 dan penanganan kawasan rawan genangan;
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, terkait keterpaduan
perencanaan dalam
upaya
pencapaiansasaranpembangunannasionalbidangperumahandanpermuki man serta bidang perkotaan dan perdesaan;
Kementerian Kesehatan, terkait perubahan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS);
Kementerian Dalam Negeri, terkait pengembangan kapasitas
Pemerintah Daerah;
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terkait pengelolaan
persampahan;
Kementerian Kelautan dan Perikanan, terkait pengembangan kawasan
permukiman nelayan/pesisir dan pulau terluar;
Kementeran Agraria dan Tata Ruang, terkait keterpaduan
pembangunan berdasarkan
RTRW dan RDTR;
Badan Nasional Pengembangan Kawasan Perbatasan, terkait
pengembangan kawasan perbatasan
3.2.5.1. Rencana Kawasan Permukiman
Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Pengembangan A.
57 Kebijakan dan strategi pembangunan dan pen gembangan kawasan permukiman ditetapkan dengan mempertimbangkan kebutuhan pencapaian target berdasarkan prinsip pembangunan permukiman serta peran
pemerintah dalam pembangunan permukiman. Kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan permukiman melip uti kebijakan umum terkait pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Tur-Bin- Was) yang berlaku untuk semua tipologi permukiman serta kebijakan khusus meliputi pelaksanaan pembanguanan pada tipologi permukiman perkotaan,
perdesaan dan kawasan permukiman khusus. Kebijakan dan strategi tersebut dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu:
Kebijakan dan Strategi Umum Pembangunan dan Pengembangan
Permukiman
Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Pengembangan
Permukiman Perkotaan
Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Pen gembangan
Permukiman Perdesaan
Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Pengembangan
Permukiman Khusus
Kebijakan dan Strategi Umum Pembangunan dan Pengembangan a.
Permukiman
Kebijakan 1: Penyusunan dan penyiapan landasan penyelenggaraan kawasan permukiman.
Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Menyiapkan peraturan perundang-undangan (PP, Peraturan Menteri, dan lain sebagainya) dan Pedoman
Pembangunan dan Pengembangan Permukiman (NSPK) sebagai landasan penyelenggaraan kawasan permukiman.
Landasan penyel enggaraan kawasan permukiman ini antara lain juga meliputi:
Regulasi dan aturan main yang harus tersedia sebagai acuan bagi a.
58 Kebijakan 2: Peningkatan kapasitas kelembagaan untuk penanganan
permukiman.
Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Melakukan peningkatan dan penguatan kelembagaan dan SDM penyelenggara dan pengelola
permukiman (pemerintah, lembaga masyarakat, dan masyarakat/individu) melalui pelatihan, pendampingan, bimbingan/bantuan teknis.
Pembangunan dan pengembangankawasan permukiman membutuhkan dukungan seluruh pelaku yang berjalan dalam sistem yang disepakati bersama. Terkait aspek kelembagaan ini, maka akan dibutuhkan:
Kesepahaman bersama antarpelaku;
Komitmen dari seluruh pelaku;
Kemitraan antar pelaku: antar bidang pembangunan, kemitraan antara
pemerintah pusat dengan daerah, kemitraan antara pemerintah – dunia usaha – masyarakat, kemitraan dengan lembaga donor , kemitraan dengan praktisi, dan kemitraan dengan pelaku lainnya.
Dalam hal ini, upaya membangun dan memperkuat kapasitas pemerintah daerah dilakukan agar pemerintah daerah mampu menjalankan perannya sebagai nakhoda yang menentukan keberhasilan pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman. Peningkatan kapasitas Pemda dilakukan kepada:
Kepala daerah yang memiliki visi dan kemampuan menjalankan visinya;
Seluruh SKPD terkait dalam penyelenggaraan kawasan permukiman
59 Kebijakan 3: Pengelolaan sistem informasi nasional yang terintegrasi dengan sistem informasi daerah.
Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: M embangun dan mengelola sistem informasi nasional yang terintegrasi dengan sistem informasi daerah dan dimutakhirkan secara berkala.
Sistem informasi ini akan dimanfaatkan untuk:
Mengukur perkembangan pencapaian target setiap tahun;
Pertukaran informasi yang dapat digunakan oleh seluruh pelaku, baik
di tingkat pusat maupun daerah;
Menjadi sistem informasi komunikasi sebagai alat pengembangan
pengetahuan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan pemerintah daerah, serta sebagai sarana berbagi informasi ketersediaan sumberdaya di antara pelaku.
Kebijakan 4: Pengawasan secara berkala penyelenggaraan kawasan permukiman di pusat dan daerah.
Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:
Melakukan pengendalian perencanaan melalui monitoring pere ncanaan 1)
dan pemrograman;
Melakukan pengawasan (pemantauan, evaluasi, pelaporan) 2)
pembangunan untuk menjamin tercapainya target RPJMN;
Memfasilitasi daerah dalam melaksanakan pengendalian pemanfaatan 3)
hasil pembangunan.
Kebijakan dan Strategi Implementasi Pe mbangunan dan b.
Pengembangan Permukiman Perkotaan
Kebijakan 1: Penanganan permukiman kumuh perkotaan terkait dengan upaya penurunan kumuh perkotaan menjadi 0% melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan dan pelayanan prasarana dan sarana dasar permukiman dengan pendekatan kegiatan fisik maupun non-fisik.
60
Kebijakan 2: Pengembangan permukiman baru dan perkotaan layak huni terkait dengan upaya pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) dan Inkubasi Kota Baru.
Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah:
Pemenuhan SPP bagi kawasan permukiman perkota an yang mengacu 1)
pada rencana kawasan permukiman;
Perintisan/inkubasi Kota Baru sebagai best practice kota publik 2)
berkelanjutan, meliputi kegiatan pemenuhan SPP, penerapan pendekatan Kota Hijau, dan penerapan Kota Cerdas Berdaya Saing.
Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan c.
Pengembangan Permukiman Perdesaan
Kebijakan 1: Percepatan peningkatan pelayanan sarana dan prasarana dasar permukiman perdesaan.
Adapun strategi dalam mengimplementasikan kebijakan ini adalah: Menyediakan sarana dan prasar ana permukiman sesuai dengan SPM Perdesaan. Sarana dan prasarana dasar permukiman ini meliputi
61
Kebijakan 2: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang berkualitas yang mendukung peningkatan produktivitas kawasan perdesaan.
Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:
Menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas umum permukiman yang 1)
memenuhi SPM, baik melalui pengembangan dan pembangunan kawasan transmigrasi maupun kawasan non-transmigrasi.
Menyediakan sarana dan prasarana pendukung kegiatan produksi di 2)
kawasan perdesaan sesuai dengan komoditas unggulannya. Sarana dan prasarana pendukung kegiatan produksi ini antara lain berupa terminal agro, pasar agro untuk kawasan agropolitan, atau dermaga, tambatan perahu dan tempat pelelangan ikan (TPI) pada kawasan permukiman pesisir/minapolitan.
Menyediakan sarana dan prasarana pendukung peningkatan 3)
konektivitas kegiatan antar desa maupun antar desa-kota. Sarana dan prasarana ini antara lain berupa jalan usaha tani dan jalan poros desa.
Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan d.
Pengembangan Permukiman Khusus
Kebijakan 1: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang berkualitas untuk me ndukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tinggal di kawasan perbatasan.
Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut: Menyediakan sarana dan prasarana pendukung meningkatnya 1)
produktivitas kawasan perbatasan berbasis komoditi unggulan, terutama di 10 PKSN.
Saranadanprasaranapendukungkegiatanproduksiiniuntuk PKSNnon-perkotaan antara lain berupa terminal agro, pasar agro untuk kawasan agropolitan, atau dermaga, tambatan perahu dan tempat pelelangan ikan (TPI) pada kawasan permukiman pesisir/minapolitan. Selain itu
62 Ketentuan mengenai sarana prasarana pendukung kegiatan perbatasan mengacu pada Permendagri No. 18 Tahun 2007 tentang Standardisasi Sarana, Prasarana, dan Pelayanan Lintas Batas Antar Negara.
Kebijakan 2: Percepatan pe nyediaan sarana dan prasarana permukiman perbatasan memenuhi SPM.
Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah menyediakan sarana dan prasarana permukiman sesuai dengan SPM dan karakteristik permukiman (daratan dan pesisir). Sarana dan prasarana dasar permukiman ini meliputi penyediaan air minum, pembangunan jalan lingkungan dan drainase
lingkungan, penyediaan pelayanan pengelolaan persampahan serta peningkatan akses sanitasi yang layak bagi masyarakat.
Kebijakan 3: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang memiliki ketahanan terhadap bencana.
Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut: Mengurangi ancaman bencana melalui pembangunan dan 1)
pengembangan permukiman pada lokasi yang aman sesuai RTRW dan mitigasi. Dalam hal ini pembangunan dan pengembangan permukiman dilakukan dengan didasarkan pada analisis risiko bencana dan melakukan mitigasi yang diperlukan.
Mengurangikerentananfisik (bangunandan PSU). 2)
63 meningkatkan ketahanan; atau melakukan pemindahan lokasi
permukiman yang berisiko tinggi ke kawasan yang aman dari bencana. Meningkatkan kapasitas (peraturan, masyarakat, lembaga). Langkah 3)
yang dilakukan adalah menyediakan NSPK untuk berbagai tipe bencana sesuai karakteristik ancaman bencana; meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemerintah daerah mengenai
pembangunan tanggap bencana serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar menjadi masyarakat tangguh bencana. Meningkatkan kualitas/rehabilitasi permukiman di kawasan pasca 4)
bencana. Pelaksanaan penanganan pasca bencana dimulai dari masa tanggap darurat melalui pemulihan kondisi serta rehabilitasi dan rekonstruksi.
Rencana Strategis Pengembangan Kawasan Permukiman B.
Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan kegiatan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Penyelenggaraan dalam Pengembangan Kawasan Permukiman yang dilaksanakan oleh Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman. Adapun indikator kinerja program Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman adalah meningkatnya kontribusi penanganan kawasan permukiman di kawasan kumuh perkotaan, kawasan permukiman perdesaan, dan kawasan permukiman khusus, dengan sasaran kegiatan dan indikator yaitu:
Layanan Perkatoran dengan indikator terselenggaranya pelayanan 1)
pendukung kegiatan pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan pelaksanaan pengembangan kawasan permukiman selama 60 bulan;
Peraturan Pengembangan Kawasan Permukiman dengan indikator 2)
tersusunnya 10 NSPK bidang pengembangan kawasan permukiman;
Pembinaan dan pengawasan pengembangan kawasan permukiman dengan 3)
indikator terselenggaranya pembinaan dan pengawasan pengembangan permukiman di 507 kab/kota;
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Perkotaan dengan indikator 4)
64 pengembangan Kota Layak Huni dengan indikator terselenggaranya fasilitasi di 18 kota, 12 kawasan perkotaan metropolitan dan 744 kota/kawasan perkotaan; Perintisan inkubasi kota baru dengan indikator terselenggaranya perintisan 9)
inkubasi di 10 kota baru.
Adapun pengelompokan kegiatan Pengembangan Kawasan Permukiman berdasarkan strategi pendekatan pembangunan bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.10. Sasaran Kegiatan Pengembangan Kawasan Permukiman
Strategi Sasaran Kegiatan
Membangun Sistem Permukiman
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman di Perkotaan
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman di Perdesaan
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman di Kawasan Khusus
Fasilitasi Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota
Layanan pendukung kegiatan Pengaturan, Pembinaan Pengawasan, dan Pelaksanaan Pengambangan Kawasan Permukiman
Pengaturan Pengembangan Kawasan Permukiman Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Kawasan Permukiman
Perintisan Inkubasi Kota Baru Memberdayakan
Masyarakat
Pendampingan Pemberdayaan Masyaraakat
S
SAASSAARRAANN IINNDDIIKKAATTOORR KKIINNEERRJJAA SSAATTUUAANN
T
TAARRGGEETT RREENNSSTTRRAA
22001155 22001166 22001177 22001188
P
65
Layanan Perkantoran
Jumlah bulan layanan pendukung kegiatan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Pelaksanaan
pengembangan kawasan
Bulan
Layanan 12 12 12 12
Peraturan Pengembangan Kawasan Permukiman
Jumlah NSPK bidang pengembangan kawasan permukiman yang tersusun
NSPK 2 2 2 2
Pembinaan dan pengawasan pengembangan kawasan permukiman
Terselenggaranya pembinaan, dan
pengawasan pengembangan permukiman di 507
kab/kota
Kab/Kota 507 507 507 507
Pembangunan dan
Pengembangan Kawasan Perkotaan
Meningkatnya kualitas permukiman di 38.341 Ha di daerah perkotaan
Ha 2.680 9.300 9.500 8.900
Fasilitasi Kota dan Kawasan Perkotaan dalam Pemenuhan SPP dan
Pengembangan Kota Layak Huni
Terselenggaranya fasilitasi kota dan kawasan perkotaan dalam pemenuhan SPP dan pengembangan Kota Layak Huni di 18 kota, 12 kawasan perkotaan metropolitan dan 744 kota/kawasan perkotaan
Kab/Kota/
Perintisan inkubasi kota
Terselenggaranya perintisan inkubasi di 10 kota baru
Kab/Kota 0 2 3 3
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Perdesaan
Meningkatnya kualitas permukiman di 78.384 Ha daerah perdesaan
Ha 47.530 7.683 7.501 7.835
Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Khusus
Meningkatnya kualitas permukiman di 3.099 kawasan khusus
Ha 266 500 667 833
Penataan Kawasan Permukiman Berbasis Masyarakat
Terselenggaranya penataan kawasan permukiman berbasis masyarakat di 11.067 kelurahan
Kelurahan 11.067 11.067 11.067 11.067
3.2.5.2. Rencana Induk Penyediaan Air Minum (RISPAM)
66 perpipaan terlindungi.
Mengembangkan SPAM dalam rangka pemenuhan kebutuhan 1)
pelayanan minimal untuk memperluas jangkauan pelayanan air minum terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
Mengembangkan SPAM dalam rangka mendukung pertumbuhan 2)
ekonomi.
Meningkatkan dan memperluas akses air minum yang a man melalui 3)
SPAM bukan jaringan perpipaan terlindungi dan berkelanjutan.
Meningkatkan kualitas air minum yang memenuhi persyaratan baku 4)
mutu yang berlaku.
Menurunkan tingkat kehilangan air. 5)
Mengembangkan sistem informasi dan pendataan dalam rangka 6)
pemantauan dan evaluasi kinerja pelayanan air minum.
Kebijakan 2. Peningkatan kemampuan pendanaan operator dan pengembangan alternatif sumber pembiayaan.
Meningkatkan kemampuan finansial internal Penyelenggara SPAM. 1)
Meningkatkan komitmen Pemerintah dan Pemerint ah 2)
Daerah dalam pendanaan pengembangan SPAM.
Mengembangkan pola pembiayaan melalui Corporate Social 3)
Responsibility (CSR).
Meningkatkan pendanaan melalui perolehan dana non-pemerintah, 4)
seperti pinjaman dan hibah dalam dan luar negeri, pinjaman perbankan, pinjaman non- perbankan, dan obligasi perusahaan.
67 percepatan pengembangan SPAM.
Kebijakan 3. Peningkatan kapasitas kelembagaan penyelenggaraan pengembangan SPAM.
Memperkuat kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) di tingkat pusat 1)
dan daerah dalam pengembangan SPAM.
Memperkuat peran dan fungsi dinas/instansi di tingkat Provinsi dan 2)
Kabupaten/Kota dalam pengembangan SPAM.
Mendorong komitmen Pemda untuk lebih memprioritaskan 3)
Pengembangan SPAM.
Menerapkan prinsip Good Corporate Governance untuk 4)
Penyelenggara/operator SPAM.
Mengembangkan kapasitas SDM dengan pola Center of Excellent. 5)
Mengembangkan manajemen aset SPAM dalam rangka meningkatkan 6)
efisiensi dan efektivitas pengelolaan.
Mengembangkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan 7)
SPAM Regional.
Kebijakan 4. Pengembangan dan penerapan NSPK di pusat dan di daerah.
Melengkapiprodukperaturanperundangandalampenyelenggaraanpenge 1)
mbangan SPAM.
Menerapkan NSPK yang telah tersedia. 2)
Menyelenggarakan pengembangan SPAM sesuai dengan kaidah teknis. 3)
Kebijakan 5. Peningkatan penyediaan air baku untuk air minum secara berkelanjutan.
Meningkatkan konservasi wilayah sungai dan perlindungan sumber air 1)
baku.
Meningkatkan upaya penyediaan air baku untuk air minum. 2)
Meningkatkan ef isiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya 3)
air melalui pendekatan berbasis wilayah sungai.
68 koperasi.
Kebijakan 7. Pengembangan inovasi teknologi SPAM
Mendorong penelitian untuk menciptakan teknologi bidang air minum. 1)
Memasarkan hasil inovasi teknologi. 2)
Menerapkan teknologi tepat guna dalam pengembangan SPAM 3)
pada daerah dengan keterbatasan kualitas air baku. Menyusun rencana implementasi prinsip pembangunan 4)
berkelanjutan dalam pengelolaan SPAM.
Rencana Strategis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum B.
Dalam mendukung pencapaian target dalam RPJMN 2015-2019 maka Ditjen Cipta Karya menyelenggarakan kegiatan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum yang dilaksanakan oleh Direktorat Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Adapun indikator kinerja programnya adalah meningkatnya kontribusi pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat yang terdiri dari
peningkatan sambungan rumah SPAM jaringan perpipaan dan peningkatan cakupan SPAM bukan jaringan perpipaan. Sedangkan sasaran kinerja diukur melalui indikator:
Pembangunan Infrastruktur SPAM Regional dan SPAM di Kawasan 1)
Perkotaan dengan indikator terbangunnya SPAM Regional dan pembangunan SPAM Kawasan Perkotaan berkapasitas
27.479 L/d dan 2.729.750 SR;
2)
69 terbangunnya SPAM Berbasis Masyarakat dan SPAM Kawasan Rawan Air berkapasitas 8.489 L/d dan 2.716.673 SR;
Pembangunan Infrastruktur SPAM di Kawasan Khusus dengan indikator 4)
terbangunnya SPAM di kawasan kumuh, SPAM di kawasan nelayan, SPAM di kawasan perbatasan dan pulau terluar, serta SPAM di kawasan strategis berkapasitas 4.249 L/d dan 621.107 SR;
Fasilitasi SPAM di kawasan perkotaan melalui bantuan program dan 5)
pengembangan jaringan perpipaan dengan indikator 4.527 kawasan; Fasilitasi SPAM di kawasan perdesaan melalui bantuan program dan 6)
pengembangan jaringan perpipaan dengan indikator 1.421 kawasan; Fasilitasi SPAM di kawasan khusus melalui pengembangan jaringan
perpipaan dengan indikator 473 kawasan.
Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan Pengembangan Air Minum 7)
dengan indikator terselenggaranya pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pengembangan air minum di 507 Kabupaten/Kota.
Adapun pengelompokan kegiatan Pengembangan SPAM berdasarkan strategi pendekatan pembangunan bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.11. Sasaran Kegiatan Penyediaan Air Minum
Strategi Pendekatan Sasaran
Kegiatan
Membangun Sistem
Permukiman
Pembangunan Infrastruktur SPAM Regional Pembangunan Infrastruktur SPAM IKK
Pembangunan SPAM Ibu Kota Pemekaran/Perluasan
Pembangunan Infrastruktur SPAM di Kawasan Kumuh Perkotaan
Pembangunan Infrastruktur SPAM di Kawasan Nelayan
Pembangunan Infrastruktur SPAM di Kawasan Rawan Air/ Perbatasan/Pulau Terluar
Pengembangan jaringan perpipaan air minum
Fasilitasi Pemda
Provinsi/Kabupaten Kota
Fasilitasi PDAM
Fasilitasi UPTD/Non-PDAM
Penyelenggaraan, pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pengembangan air minum di Kab/Kota
70
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Pengaturan,
Pembinaan, Pengawasan Pengembangan Air
Minum
Jumlah penyelenggaraan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pengembangan air
minum di Kab/kota
Kab/Kota 507 50
7
507 50
7
Pembangunan Infrastruktur SPAM
Regional
Debit dan jumlah sambungan
rumah SPAM Regional
L/d - - 950 2,350
SR - - 95,000 215,000
Pembangunan Infrastruktur SPAM
Kawasan Perkotaan
Debit dan jumlah sambungan
rumah SPAM IKK
L/d 4,843 2,207 2,207 2,206
SR 484,250 220,675 220,675 220,675
Debit dan jumlah sambungan rumah SPAM Ibu Kota
Pemekaran
L/d 155 19
8
198 19
8
SR 15,500 19,775 19,775 19,775
Debit dan jumlah sambungan rumah Perluasan SPAM
Perkotaan
L/d - 17
0
740 1,000
SR - 17,000 74,000 100,000
Debit dan jumlah sambungan rumah Pemanfaatan Idle SPAM
Perkotaan
L/d - 112 112 111
SR - 11,150 11,150 11,150
Debit dan jumlah sambungan Penurunan Kebocoran SPAM
Perkotaan
L/d - 62 62 61
SR - 5,300 6,433 6,433
Bantuan Program SPAM
kawasan perkotaan terfasilitasi
Kawasan 149 80 80 80
Pengembangan jaringan perpipaan di kawasan perkotaan SPAM kawasan perkotaan terfasilitasi
Kawasan 468 898 898 898
Pembangunan Infrastruktur SPAM
Kawasan Perdesaan
Debit dan jumlah sambungan rumah SPAM Berbasis
Masyarakat
L/d 1,449 1,551 1,551 1,550
SR 463,680 496,160 496,160 496,160
Debit dan jumlah sambungan rumah Pembangunan SPAM
di Kawasan Rawan Air
L/d 300 122 122 122
SR 96,000 39,014 39,013 39,013
Debit dan sambungan rumah Pemanfaatan Idle SPAM di
Kawasan Rawan Air
L/d - 12 12 13
71
Bantuan Program SPAM Kawasan Rawan Air
Terfasilitasi
Kawasan 84 28 27 27
Pemngembangan Jaringan Perpipaan di SPAM Kawasan Rawan Air Terfasilitasi
Kawasan 162 267 267 266
Pembangunan Infrastruktur SPAM Kawasan Khusus
Debit dan jumlah sambungan rumah pembangunan SPAM
di Kawasan Kumuh
L/d 398 481 481 480
SR 127,200 26,200 26,200 26,200
Debit dan jumlah sambungan rumah pembangunan SPAM di Kawasan Nelayan
L/d 116 31 31 31
SR 37,120 9,920 9,920 9,920
Debit dan jumlah sambungan rumah pembangunan SPAM di Kawasan Perbatasan
L/d 189 13 13 13
SR 60,480 9,094 9,093 9,093
Debit dan jumlah sambungan rumah pembangunan SPAM
di Kawasan Pulau Terluar
L/d 179 13 13 13
SR 57,280 9,094 9,093 9,093
Debit dan jumlah sambungan rumah pembangunan SPAM
Strategis
L/d - 305 305 304
SR - 30,450 30,450 30,450
Pengembangan jaringan perpipaan di Kawasan
Kumuh
Kawasan 82 38 38 37
Pengembangan jaringan perpipaan di Kawasan
Nelayan
Kawasan 17 8 8 8
Pengembangan jaringan perpipaan di Kawasan
Perbatasan
Kawasan 18 5 5 5
3.2.5.3. Rencana Sanitasi Kota (SSK)
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Penyehatan Lingkungan A.
Permukiman
72 berikut:
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah;
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Persampahan; dan
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Drainase Lingkungan.
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah a.
Kebijakan 1. Pengembangan sistem pengelolaan air limbah sistem setempat dan terpusat
Kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan akses prasarana dan sarana air limbah melalui sistem setempat dan terpusat. Strategi dalam pengembangan sistem pengelolaan air limbah sistem setempat dan terpusat adalah sebagai berikut:
Pembangunan infrastruktur air limbah sistem setempat melalui hibah dan 1)
DAK sanitasi;
Penerapan kriteria infrastruktur air limbah layak dalam pengajuan Izin 2)
Mendirikan Bangunan (IMB);
Pembangunan dan rehabilitasi Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) 3)
terintegrasi dengan program Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT);
Pembangunan infrastruktur air limbah sistem terpusat skala komunal, 4)
kawasan dan kota melalui dana APBN.
Peningkatan kapasitas dan skala penanganan sistem pengelolaan air 5)
limbah skala komunal dan kawasan;
73 Kebijakan 2. Peningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam pembangunan air limbah permukiman.
Arah kebijakan ini adalah untuk meningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha/ swasta dalam pembangunan air limbah permukiman yang diterapkan melalui strategi sebagai berikut:
Peningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan 1)
air limbah permukiman melalui pemicuan;
Pelaksanaan pembangunan infrastruktur air limbah berbasis masyarakat; 2)
Peningkatan kerjasama dengan dunia usaha/swasta dalam pengelolaan air 3)
limbah permukiman.
Kebijakan 3. Pengembangan peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman.
Arah kebijakan ini adalah untuk melengkapi perangkat peraturan perundangan terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman. Strategi dalam pengembangan perangkat peraturan perundangan, antara lain:
Penyusunan peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan air 1)
limbah permukiman;
Penyebarluasan informasi peraturan perundangan terkait penyelenggaraan 2)
pengelolaan air limbah permukiman; Penerapan peraturan perundangan. 3)
Kebijakan 4. Penguatan kelembagaan pengelolaan air limbah permukiman.
Kebijakan ini diarahkan untuk memperkuat fungsi regulator dan
operator dalam penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman. Strategi dalam penguatan kelembagaan adalah sebagai berikut:
Fasilitasi pembentukan dan perkuatan kelembagaan pengelola air 1)
limbah permukiman ditingkat masyarakat;
Mendorong pembentukan dan perkuatan institusi pengelola air 2)
limbah permukiman di daerah;
74 Arah kebijakan ini adalah untuk meningkatkan alokasi dana pembangunan prasarana dan sarana air limbah permukiman dalam rangka mempercepat pencapaian akses universal air limbah. Strategi dalam peningkatan kapasitas pembiayaan, antara lain:
Mendorong berbagai alternatif sumber pembiayaan untuk penyelenggaraan 1)
air limbah permukiman;
Pembiayaan bersama pemerintah pusat dan daerah dalam 2)
mengembangkan sistem air limbah perkotaan dengan proporsi pembagian yang disepakati bersama.
Peningkatan kemitraan dalam penyelenggaraan pembangunan air limbah 3)
permukiman.
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Persampahan b.
Kebijakan 1. Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya. Arah kebijakan ini dimaksudkan untu k mengurangi volume sampah yang harus diangkut dan dibuang ke TPA dan memanfaatkan semaksimal mungkin material yang dapat di daur ulang. Adapun strategi yang diterapkan dalam rangka pengurangan sampah dari sumber adalah sebagai berikut:
Meningkatkan pemahaman masyarakat akan 3R (Reduce-ReuseRecycle); 1)
Mengembangkan dan menerapkan sistem insentif dan 2)
disinsentif dalam pelaksanaan 3R;
75 Kebijakan 2. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas pengelolaan. Arah kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan cakupan pelayanan air limbah dan kualitas pengelolaan sehingga dapat mecapai target akses universal bidang persampahan. Adapun strategi yang diterapkan untuk meningkatkan cakupan pelayan serta kualitas pengelolaan persampahan yaitu:
Meningkatkan pemanfaatan prasarana dan sarana persampahan; 1)
Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan; 2)
Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan; 3)
Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah sanitary landfill; 4)
Mengembangkan Pengelolaan TPA Regional; 5)
Menerapkan teknologi penanganan persampahan tepat guna 6)
dan berwawasan lingkungan.
Kebijakan 3. Peningkatan peran aktif masyarakat sebagai mitra pengelolaan. Arah kebijakan peningkatan peran aktif masyarakat dimaksudkan untuk menggalang potensi dari masyarakat agar dapat berpartisipasi secara langsung dalam pembangunan sektor persampahan.
Adapun strategi yang diterapkan dalam rangka meningkatkan peran aktif masyarakat yaitu :
Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak dini 1)
melalui pendidikan bagi anak usia sekolah;
Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan kepada 2)
masyarakat umum;
Meningkatkan pembinaan masyarakat khususnya kaum perempuan 3)
dalam pengelolaan sampah;
Mendorong pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat. 4)
Kebijakan 4. Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan. Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka strategi yang ditetapkan adalah sebagai berikut:
Meningkatkan status dan kapasitas institusi pengelola; 1)