• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIVASI PEMAKAIAN JILBAB (STUDI PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 SALATIGA TAHUN 2015) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MOTIVASI PEMAKAIAN JILBAB (STUDI PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 SALATIGA TAHUN 2015) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

OLEH

ASTRI RAHMAWATI

NIM: 11111030

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)

(2)
(3)
(4)
(5)

DEKLARASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Astri Rahmawati

NIM : 11111030

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Motivasi pemakaian jilbab (studi pada siswi kelas XI SMK Negeri 1 Salatiga

Menyatakan bahwa di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya tulis saya bukan jiplakan karya tulis orang lain, baik sebagian atupun keseluruhan. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skirpsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 07 Desember 2015

(6)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

َّيِهِبُِْب َلََج ْيِه َّيِهَُْلَع َيًُِْْدَُ َيٌُِِْهْؤُوْلا ِءاَسًَِو َكِتاٌََبَو َكِجاَوْسَ ِّلِّ ْلُق ٍُِّبٌَّلا اَهََُّأ اََ َىاَََو َيَََْْؤَُ َلََْ َيَْْزَُْْ ْىَأ ًًََْْأ َكِلََ

ًاوُِْحَّر ًارْىُفَغ ُ َّاللَّ

“Hai Nabi, katakanlah kepada isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh

mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu

mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.”(Al-Qur’an surat Al-Ahzab [33] ayat 59)

PERSEMBAHAN Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah Swt, karya ini saya persembahkan

kepada:

Orang tuaku tercinta, “Bapak Achmad Muhasim dan Ibu Musriroh” yang

senantiasa memberikan kasih sayang, dan dukungannya baik secara mental, spiritual

maupun moral.

Kakakku tersayang “Faid Fauzan dan Irfan Fikria” yang selalu memberikan arahan dan motivasi, serta adikku “Najma Ahista” sebagai sumber inspirasi dalam hidupku

dan semoga kebahagiaan selalu menyertai kalian.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. 3. Ibu Siti Rukhayati M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). 4. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag., sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah

dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.

5. Bapak M. Farid Abdullah, S.PdI., M.Hum., selaku pembimbing akademik.

(8)

7. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan mendukung penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

8. Keluarga besar SMK Negeri 1 Salatiga yang telah memberikan penulis tempat dalam mengadakan penelitian, sehingga terselesainya skripsi ini.

9. Keluarga besar RACANA KUSUMA DILAGA-WORO SRIKANDHI yang telah

memberikan tempat untukku menambah teman dan pengalaman.

10.Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini

Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Salatiga, 07 Desember 2015 Penulis,

(9)

ABSTRAK

Rahmawati, Astri. 2015. Motivasi Pemakaian Jilbab (studi pada siswa kelas XI SMK Negeri 1 Salatiga Tahun 2015). Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Imam Sutomo, M.Ag.

Kata kunci: motivasi, jilbab

Sorotan dan pembicaraan terhadap wanita belakang ini muncul lagi di permukaan. Mulai dari aspek kehidupan seks, pergaulan sesama maupun lawan jenis sampai dengan cara berpakaian. Berkaitan dengan pakaian, bagi wanita muslimah tidak lepas dari masalah jilbab. Saat ini semakin banyak orang yang menggunakan jilbab. Al-Qur‟an menganjurkan kepada kaum wanita untuk mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh. Akan tetapi belum tentu setiap wanita berjilbab menggunakan jilbab itu karena perintah dari Al-Qur‟an. Terkadang motif mereka berjilbab berbeda. Ada berbagai faktor yang memotivasi seseorang dalam menggunakan jilbab. Ada yang pada awalnya karena disuruh orang tua, dan guru. Ada yang memakai jilbab agar dipandang orang terlihat anggun, cantik. Ada juga yang memakai jilbab karena ikut-ikutan teman yang memakai jilbab. Dan ada pula yang memakai jilbab karena terpaksa dengan aturan-aturan yang berlaku di sekitar, seperti di sekolah misalnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan siswi tentang jilbab dan motivasi memakai jilbab di SMK Negeri 1 Salatiga.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian dilaksanakan dengan tahap persiapan, pelaksanaan, penyelesaian. Subjek penelitian adalah 15 siswi yang memakai jilbab. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan tiga komponen utama yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pandangan siswi mengenai jilbab dapat dilihat dari beberapa aspek. Mulai dari desain busana muslimah, kontroversi jilbab, hingga problematika lingkungan. Mereka memandang jilbab sebagai pakaian untuk menutup aurat dan kewajiban seorang muslimah serta sebagai identitas seorang muslimah. Motivasi siswi memakai jilbab juga dapat dilihat dalam beberapa aspek diantaranya alasan mereka memakai jilbab, dan dukungan eksternal seperti orang tua, guru, dan saudara. Motivasi siswi SMK Negeri 1 Salatiga memakai jilbab didorong oleh faktor internal seperti mereka memakai jilbab karena keinginan sendiri, dan faktor dari luar seperti otoritas orang tua, guru, dan saudara. Dari kedua faktor di atas, yang paling mendominasi motivasi siswi SMK Negeri 1 Salatiga memakai jilbab awalnya adalah karena otoritas orang tua. Namun seiring berjalannya waktu, mereka menyadari kalau memakai jilbab merupakan kewajiban bagi seorang muslimah.

(10)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR BERLOGO... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR FOTO ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 2

D. Manfaat Penelitian ... 2

E. Penegasan Istilah ... 6

F. Metode Penelitian ... 8

(11)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Jilbab ... 21

B. Pandangan tentang jilbab ... 38

C. Motivasi ... 42

D. Motivasi memakai jilbab... 46

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum SMK Negeri 1 Salatiga ... 51

B. Hasil Penelitian ... 57

BAB IV PEMBAHASAN A. Pandangan Siswa SMK Negeri 1Salatiga Tentang Jilbab ... 87

B. Motivasi Siswi SMK Negeri 1 Salatiga Memakai Jilbab ... 94

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 105

B. Saran-Saran ... 107 DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar SKK

2. Riwayat Hidup Penulis

3. Surat Tugas Pembimbing Skripsi

4. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian 5. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 6. Lembar Konsultasi

(13)

DAFTAR FOTO

(14)

Sorotan dan pembicaraan terhadap wanita belakang ini muncul lagi di permukaan. Mulai dari aspek kehidupan seks, pergaulan sesama maupun lawan jenis sampai dengan cara berpakaian dan lain sebagainya. Islam sebagai agama Rahmatan lil’alamin tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, akan tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya bahkan dengan makhluk lain. Islam juga mengatur seluruh aspek kehidupan diantaranya makan, kesehatan, dan berpakaian. Berkaitan dengan pakaian, bagi wanita muslimah tidak lepas dari pembahasan masalah jilbab.

Dalam Islam di antara kontrol yang paling ideal dalam menanggulangi dan menekan tindakan-tindakan yang menyudutkan kaum wanita adalah jilbab. Karena jilbab akan menjauhkan wanita dari fitnah serta mengontrol setiap tindak tanduknya. Menurut para ahli tafsir sepakat bahwa jilbab mempunyai arti pakaian yang longgar serta menutupi kepala dan dada (Husein, 2008: 86).

(15)

اَهََُّأ اََ

َيًُِْْدَُ َيٌُِِْهْؤُوْلا ِءاَسًَِو َكِتاٌََبَو َكِجاَوْسَ ِّلِّ ْلُق ٍُِّبٌَّلا

ُ َّاللَّ َىاَََو َيَََْْؤَُ َلََْ َيَْْزَُْْ ْىَأ ًًََْْأ َكِلََ َّيِهِبُِْب َلََج ْيِه َّيِهَُْلَع

ًاوُِْحَّر ًارْىُفَغ

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

(16)

terhormat atau sebagai wanita muslimah dan sebagai wanita yang merdeka sehingga tidak diganggu oleh lelaki usil.

Dalam Al-Qur‟an menjelaskan bahkan menganjurkan kepada kaum wanita untuk mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh. Akan tetapi belum tentu setiap wanita berjilbab menggunakan jilbab itu karena perintah dari

Al-Qur‟an. Terkadang motif mereka berjilbab berbeda. Ada yang pada awalnya karena disuruh orang tua, guru, dan lain-lain.

Motif adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada manusia bertingkah laku untuk mencapai tujuan. Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman, 1994: 73).

Pengertian motivasi tersebut apabila dikaitkan dengan pemakaian jilbab berarti hal-hal yang mendorong seorang wanita untuk memakai jilbab. Sehubungan dengan hal tersebut maka hal-hal yang mendorong memakai jilbab dapat dibagi menjadi dua, yaitu intern dan ekstern, yakni faktor yang berasal dari dalam diri manusia dan faktor yang berasal dari luar diri manusia.

(17)

cantik, dan baik. Ada juga yang memakai jilbab karena ikut-ikutan teman yang memakai jilbab. Dan ada pula yang memakai jilbab karena terpaksa dengan aturan-aturan yang berlaku di sekitar, seperti di sekolah misalnya. Jadi pada dasarnya seseorang memakai jilbab tergantung pada niatnya.

Banyaknya siswa yang memakai jilbab juga saya temukan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga (SMK Negeri 1 Salatiga). SMK Negeri 1 Salatiga adalah sekolah umum yang siswanya mayoritas muslim, namun ada juga yang non muslim. Karena hal tersebut, tidak ada peraturan yang mewajibkan seluruh siswa yang menggunakan jilbab. Para guru PAI di SMK Negeri 1 Salatiga membuat peraturan untuk siswanya memakai jilbab pada saat pelajaran PAI. Dengan kebiasaan setiap pelajaran PAI memakai jilbab, ada sebagian siswi yang sadar untuk menyesuaikan diri dengan setiap hari memakai jilbab. Pada saat ini, siswi SMK Negeri 1 Salatiga sudah banyak yang memakai jilbab bukan hanya pada saat pelajaran PAI berlangsung, tetapi juga dalam keseharian mereka di sekolah.

(18)

B. Rumusan Masalah

Untuk membatasi pembahasan skripsi ini, maka akan dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan siswi SMK Negeri 1 Salatiga tentang jilbab? 2. Apa motivasi siswi SMK Negeri 1 Salatiga memakai jilbab?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan alasan pemilihan judul di atas, maka skripsi ini memiliki tujuan penelitian antara lain:

1. Untuk mengetahui pandangan siswi SMK Negeri 1 Salatiga tentang jilbab. 2. Untuk mengetahui motivasi siswi SMK Negeri 1 Salatiga memakai jilbab.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang bisa diambil dari penelitian di atas adalah sebagai berikut:

1. Aspek teoretis

(19)

2. Aspek praktis

a. Manfaat bagi dinas pendidikan: bisa dijadikan bahan evaluasi atau pengembangan kurikulum (pendidikan karakter).

b. Manfaat bagi sekolah: memberikan kontribusi dalam meningkatkan motivasi siswa SMK Negeri 1 Salatiga memakai jilbab.

c. Manfaat bagi orang tua: sebagai bahan referensi orang tua untuk menanamkan kesadaran kewajiban berjilbab bagi anaknya.

d. Manfaat bagi peneliti: mengembangkan kemampuan berpikir penulis melalui karya ilmiah dan sebagai penerapan dari berbagai teori khususnya mengenai motivasi berjilbab.

e. Manfaat bagi peserta didik: sebagai sarana melatih ketaatan, kedisiplinan, dan tanggungjawab sebagai umat muslim.

E. Penegasan Istilah 1. Pengertian Jilbab

(20)

Dari pernyataan di atas sudah jelas bahwa jilbab adalah pakaian yang menutupi aurat seorang wanita. Jadi wanita wajib memakai jilbab, karena kepala juga termasuk aurat wanita.

2. Pengertian Motivasi

Motif adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada manusia bertingkah laku untuk mencapai tujuan. Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman, 1994: 73).

Seseorang dalam melakukan sesuatu senantiasa didasari oleh adanya motif. Dengan motif, akan menjadi penggerak seseorang untuk aktif mencapai tujuan yang ingin dicapainya. Mustahil seseorang akan melakukan sesuatu tanpa adanya motif, sekecil apapun motif tersebut.

3. Motivasi Berjilbab

(21)

akan membangun tingkah laku dan menjadikan moral yang baik. Dapat pula menjaga kehormatan dan harga diri seorang wanita.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan (field research) yaitu dengan melakukan penelitian terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan data yang benar dan terpercaya tentang motivasi pemakaian jilbab (studi pada siswa kelas XI SMK Negeri 1 Salatiga).

Penelitian ini bersifat kualitatif, maksudnya adalah prosedur data penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang perilakunya diamati. Penelitian ini dapat dikatakan penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif maksudnya penulis menganalisis dan menggambarkan penelitian secara objektif dan detail untuk mendapatkan hasil yang akurat (Margono, 1997:36).

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpulan data, análisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya (Moleong, 2009: 168).

(22)

prinsipnya pendekatan kualitatif sangat diperlukan kehadiran peneliti untuk melihat dan mengamati SMK Negeri 1 Salatiga.

3. Lokasi Penelitian

Salatiga mempunyai delapanbelas SMK negeri dan swasta. SMK negeri dan swasta di salatiga meliputi: SMK Al Falah, SMK Diponegoro, SMK Issuda Tingkir, SMK Kristen, SMK Kristen TI, SMK Muhammadiyah, SMK N I Salatiga, SMK N 2 Salatiga, SMK N 3 Salatiga, SMK Pancasila, SMK Pelita, SMK PGRI 1, SMK PGRI 2, SMK PGRI 3, SMK Plus Al-Madinah, SMK Saraswati, SMK Sultan Fatah, dan SMK Dharma Lestari (www.umm.ac.id).

Peneliti mengambil lokasi penelitian di SMK Negeri 1 Salatiga yang beralamat di Jl. Nakula Sadewa. No.3, Dukuh, Sidomukti, Salatiga. Penulis tertarik sekali untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut untuk mengetahui tentang motivasi siswa memakai jilbab di sekolah. Meskipun sekolah ini merupakan sekolah umum akan tetapi banyak sekali para siswinya yang memakai jilbab.

4. Sumber Data

(23)

masalah yang diteliti. Adapun sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini ada dua yaitu:

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari lapangan (Nazir, 2005: 50). Data primer merupakan sumber-sumber dasar yang merupakan buku atau saksi utama dari kejadian yang lain. Jadi data primer ini diperoleh secara langsung melalui pengamatan di lapangan. Dalam hal ini yang menjadi sumber data primer adalah: 15 siswi SMK Negeri 1 Salatiga yang berjilbab. b. Sumber data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber dari bahan bacaan. Maksudnya data yang digunakan untuk melengkapi data primer yang tidak diperoleh secara langsung dari kegiatan lapangan. Data ini berupa gambaran umum tentang obyek penelitian yakni tentang latar belakang obyek penelitian.

5. Prosedur Pengumpulan Data a. Metode Observasi

(24)

Metode observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan panca indera disertai dengan pencatatan secara terperinci terhadap obyek penelitian. Metode ini penulis gunakan untuk mengamati lingkungan sekolah dan siswi-siswi yang berjilbab.

b. Metode Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih secara face to face

(Sutrisno,1987 206). Teknik ini digunakan untuk pengumpulan data tentang motivasi siswa memakai jilbab di sekolah SMK Negeri 1 Salatiga).

Teknik pengumpulan data melalui wawancara dilakukan terstruktur, terbuka, dan langsung kepada siswi SMK Negeri 1 Salatiga. Terstruktur artinya peneliti menggunakan pedoman wawancara yang sudah disusun sesuai dengan rancangan teori yang ada. Terbuka artinya informan dapat memberikan penjelasan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dimiliki. Langsung artinya peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan informan.

c. Metode Dokumentasi

(25)

Metode dokumentasi ini digunakan untuk pengumpulan data seperti foto-foto, video wawancara yang sedang berlangsung di SMK Negeri 1 Salatiga. Serta berkenaan dengan catatan-catatan seperti daftar siswi, profil sekolah, sejarah berdirinya sekolah.

6. Analisis Data

Menurut Bodgan dalam Moleong (2009: 248) analisis data kualitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensinya, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa saja yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Analisis data dilakukan dengan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2011: 335).

(26)

sejak dan setelah proses pengumpulan data. Proses analisis data dalam penelitian ini mengandung tiga komponen utama yaitu: reduksi data, penyajian data, verifikasi (menarik kesimpulan).

a. Reduksi data

Menurut Matthew (1992: 16) reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Maka dalam penelitian ini data yang diperoleh dari informan kunci yakni, beberapa siswa yang berjilbab, disusun secara sistematis agar memperoleh gambaran yang sesuai dengan tujuan penelitian. b. Penyajian data

Dalam hal ini Matthew (1992: 17) membatasi suatu penyajian sebagai sekumpulan informan tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan mengambil tindakan.

(27)

kesimpulan terhadap motivasi siswa memakai jilbab di sekolah (studi kasus di SMK Negeri 1 Salatiga).

c. Verifikasi

Menurut Matthew (1992: 19), verivikasi adalah suatu tinjauan ulang pada catatan-caatan lapangan atau peninjauan kembali atau juga upaya-upaya luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain.

Jadi, makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya yakni yang merupakan validitasnya. Peneliti pada tahap ini mencoba menraik kesimpulan berdasarkan tema untuk menemukan makna dari data yang dikumpulkan. Kesimpulan terus diverifikasi selama penelitian berlangsung hingga mencapai kesimpulan yang lebih mendalam.

Ketiga komponen analisa tersebut terlibat dalam proses saling berkaitan sehingga menentukan hasil akhir dari penelitian data yang disajikan secara sistematis berdasarkan tema-tema yang dirumuskan. Kesimpulan yang ditarik melalui wawancara, dan observasi.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility, transferability, dependability dan confirmability (Sugiyono, 2011: 366).

(28)

Dalam uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, tringulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check (Sugiyono, 2011: 368).

1) Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan nara sumber yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek kembali apakah data yang diberikan selama ini merupakan data yang sudah benar atau tidak. 2) Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan data berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan data adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti.

3) Triangulasi

(29)

melalui beberapa sumber. Untuk menguji kredibiltas data tentang motivasi siswi memakai jilbab, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dapat dilakukan ke peserta didik. Triangulasi Teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, atau dokumentasi. Triangulasi Waktu dipilih waktu yang tepat dalam pengumpulan data, sehingga memberikan data yang lebih valid. 4) Analisis Kasus Negatif

Melakukan kasus negatif berarti peneliti mencari data yang beda bahkan bertentangan dengan data yang ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya.

5) Member Check

(30)

b. Uji Transferability

Supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan urian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.

c. Uji Dependability

Dalam penellitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.

d. Uji Konfimability

Uji Konfimability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability.

8. Tahap-tahap Penelitian

Penelitian kualitatif dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan pra-lapangan, dan tahap penyelesaian (Moleong, 2009: 127).

(31)

a. Tahap Pra-Lapangan

Peneliti melakukan observasi pendahuluan untuk memperoleh gambaran umum tentang motivasi siswa memakai jilbab di sekolah untuk dijadikan rumusan permasalahan yang akan diteliti. Observasi tersebut berguna sebagai bahan acuan dalam pembuatan proposal skripsi. Sebelum melakukan penelitian maka terlebih dahulu peneliti membuat rancangan penelitian agar penelitian yang dilakukan lebih terarah, selain itu peneliti juga membuat pertanyaan-pertanyaan sebagai pedoman wawancara yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti dan dicari jawabannya atau pemecahannya sehingga data yang diperoleh lebih sistematis. Dalam tahap ini ada satu pertimbangan yang perlu diperhatikan yaitu etika penelitian.

Untuk memperlancar pada waktu penelitian maka peneliti harus mengurus surat ijin penelitian dari Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. b. Tahap Pekerjaan Lapangan

(32)

1) Peneliti melakukan observasi kembali sebagai tindak lanjut dari observasi terdahulu, dan mencari data-data yang diperlukan dari data dokumen yang terdapat di SMK Negeri 1 Salatiga.

2) Peneliti melakukan wawancara kepada beberapa siswi yang memakai jilbab untuk mendapatkan data informasi tentang motivasi siswi memakai jilbab di sekolah.

3) Peneliti melakukan pengecekan kembali terhadap data yang sudah diperoleh agar dapat diketahui hal-hal yang masih belum terungkap.

4) Peneliti melakukan perpanjangan penelitian guna melengkapi data yang kurang hingga memenuhi target, sehingga data yang diperoleh lebih valid.

c. Tahap Penyelesaian

(33)

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika untuk memperjelas gambaran umum tentang skripsi ini yang terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Bagian awal berisikan halaman sampul, lembar berlogo, halaman judul, lembar persetujuan, dan lain-lain. Sedangkan bagian inti berisi tentang:

BAB I: PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, dan dasar-dasar pokok masalah penelitian.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

Pembahasan tentang landasan teori tentang jilbab dan motivasi memakai jilbab.

BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Berisikan tentang gambaran umum lokasi dan subjek penelitian yaitu sejarah berdirinya SMK Negeri 1 Salatiga, visi misi SMK Negeri 1 Salatiga, serta data hasil penelitian.

BAB IV: PEMBAHASAN

Berisikan tentang analisis deskriptif, pengujian hipotesis, pembahasan hasil penelitian.

BAB V: PENUTUP

(34)

1. Pengertian jilbab

Yang dimaksud dengan jilbab adalah (sesuatu kain) yang menutupi kepala dan badan, di atas pakaian luar, yang menutup seluruh kepala, badan, dan wajah wanita. Sementara yang hanya menutupi kepala disebut khimar. Maka hendaknya wanita memakai jilbab yang menutupi kepala, wajah dan seluruh badannya, di atas pakaian luarnya (Muhammad dkk. 2001: 4).

(35)

2014: 9). Kitab Al-Qamus menyatakan jilbab sebagai pakaian luar yang lebar, sekaligus kerudung yang biasa dipakai kaum wanita untuk menutupi pakaian (dalam). Al-Hafiz dan Ibnu Hazm mengartikan jilbab sebagai pakaian yang menutupi seluruh tubuh (kecuali yang diperbolehkan tampak). Jadi mereka sepakat bahwa jilbab mempunyai arti pakaian yang luas serta lnggar yang menutupi kepala dan dada (Shahab, 2013: 70-71). Dan dijelaskan pula dalam Al-Qur‟an surat Al-Ahzab [33] ayat 59:

َيًُِْْدَُ َيٌُِِْهْؤُوْلا ِءاَسًَِو َكِتاٌََبَو َكِجاَوْسَ ِّلِّ ْلُق ٍُِّبٌَّلا اَهََُّأ اََ

َيَََْْؤَُ َلََْ َيَْْزَُْْ ْىَأ ًًََْْأ َكِلََ َّيِهِبُِْب َلََج ْيِه َّيِهَُْلَع

َُّاللَّ َىاَََو

ًاوُِْحَّر ًارْىُفَغ

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha

(36)

Para ulama sepakat bahwa ayat tersebut merespon tradisi perempuan Arab ketika itu yang terbiasa bersenang ria. Mereka membiarkan muka mereka terbuka seperti layaknya budak perempuan, mereka juga membuang hajat di padang pasir terbuka karena belum ada toilet. Para perempuan beriman juga ikut-ikutan seperti umumnya perempuan Arab tersebut. Kemudian, mereka diganggu oleh kelompok laki-laki yang mengira mereka adalah perempuan dari kalangan bawah. Mereka lalu mengadukan kepada Nabi tentang hal tersebut. Lalu turunlah ayat tersebut untuk menyuruh pada istri Nabi, anak perempuannya, dan perempuan beriman agar memanjangkan gaun mereka untuk menutupi sekujur tubuh.

Dengan demikian dari berbagai pendapat di atas, setidaknya dapat dsimpulkan makna jilbab tersebut. Jilbab berarti kain panjang, longgar, tidak tipis yang digunakan untuk menutup seluruh tubuh perempuan, kecuali muka dan telapak tangan. Pemakaian jilbab merupakan pelaksanaan perintah Allah SWT dan ketaatan pada Rasulullah. Kemudian akan bermanfaat bagi pemakainya, sebab dengan melaksanakan perintah berjilbab berarti seorang muslim telah beribadah kepada Allah SWT.

(37)

terjadinya pemerkosaan, pelecehan seksual dan hal-hal yang begitu menyudutkan kaum wanita. Fenomena semacam ini sangatlah merisaukan mengingat negara kita adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

Di kalangan bangsa Arab sebelum Islam, maksud pemakaian jilbab berbeda-beda. Tetapi pada umumnya perempuan yang berjilbab dipandang sebagai perempuan yang merdeka, sehingga mereka tidak akan diganggu atau diikuti oleh laki-laki yang mempunyai keinginan jahat. Pada masa itu, bangsa Arab menganggap bahwa perempuan yang tidak mengenakan jilbab adalah perempuan budak atau perempuan bermartabat rendah, sehingga mudah dihina atau dipermalukan tidak senonoh oleh kaum laki-laki. Dengan berjilbab, orang menjadi tahu bahwa perempuan itu adalah perempuan suci dan sopan, yang tidak dapat diperlakukan semena-mena. Selain itu, pemakaian jilbab juga dimaksudkan untuk melindungi badan dari teriknya matahari maupun debu padang pasir.

(38)

Dewasa ini persepsi dan apresiasi mode busana di kalangan perempuan Islam terbagi dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok perempuan yang selalu mengikuti derap mode busana tanpa menghiraukan norma Islam dalam hal menutup aurat. Kelompok kedua adalah kelompok yang kurang begitu peduli dengan perkembangan mode busana, karena ingin tetap menutup aurat dan berpendapat bahwa mode memiliki konotasi jahili sehingga bertentangan dengan norma agama.

Yang pertama, karena yang dijadikan standar mode busana muslimah itu adalah baju kurung, kain sarung, dan kerudung seperti pakaian pelajar-pelajar pesantren tradisional, lantas mereka beranggapan bahwa busana muslimah itu out of date, kampungan, ketinggalan zaman, serta tidak praktis. Sebaliknya, karena mode busana yang berkembang selama ini senantiasa tidak mengindahkan norma-norma agama, maka kelompok ketiga yang menghapus garis pemisah ini. Agar kedua kelompok tersebut bergabung menjadi kelompok yang dinamis dalam mengembangkan mode, namun senantiasa memperhatikan kaidah-kaidah Islamiyah dalam hal menutup aurat.

(39)

busana seseorang wanita yang biasa dikenakan untuk menutupi bagian kepala dengan bentuk dan pola tertentu.

2. Ayat-ayat tentang Jilbab a. Perintah menutup aurat

Kalau manusia tahu arti “aurat” pasti ia akan menjaganya

dengan seluruh tenaga dan akan melindunginya dari mata-mata musuh dan lawan. Maka yang penting ialah mengetahui arti dari sesuatu sehingga bisa menilainya. Islam menghargai “kewanitaan” yang sudah diinjak-injak oleh manusia semenjak masa jahiliyah dan sebelumnya. Qur‟an memberi kedudukan spesial bagi wanita, maka didapatkan lebih dari sepuluh surat didalam Qur‟an yang menyinggung soal wanita (Fachruddin, 1984: 29).

Dalam Al-Qur‟an surat Al-A‟raf [7] ayat 26 dijelaskan:

اًشَِْرَو ْنُكِتاَءْىَس ٌِْراَىَُ اًساَبِل ْنُكَُْلَع اٌَْلَشًَأ ْدَق َمَْآ ٌٍَِب اََ

َىْوُزَََّّذََ ْنُهَّلََْل ِ ّاللَّ ِثاََآ ْيِه َكِلََ ٌزَُْخ َكِلََ َيَىْقَّتلا ُصاَبِلَو

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan

(40)

tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka

selalu ingat.”

Ayat di atas menjelaskan beberapa fungsi pakaian diantaranya untuk menutup aurat dan berfungsi sebagai perhiasan.

b. Perintah untuk mengulurkan jilbab

Ubaidillah Al-Halabi menafsirkan ayat di atas bahwa mengulurkan jilbab adalah menutup seluruh tubuh kecuali yang diperbolehkan tampak dengan jilbab. Supaya mereka lebih mudah dikenal sehingga mereka tidak diganggu. Ayat tersebut juga mewajibkan wanita agar menjaga wibawa dan kesuciannya dalam pergaulan dan perjalanan di tengah kaum lelaki (Shahab, 2013:72-73).

Dalam surat Al-Ahzab [33] ayat 59 lebih menekankan kepada wanita muslim untuk mengulurkan jilbabnya ke dada. Selain itu ayat tersebut dapat dipahami bahwa fungsi jilbab selain untuk menutup aurat juga berfungsi sebagai identitas, maksudnya agar wanita muslim mudah dikenal. Hal ini untuk membedakan antara wanita yang muslim dan non muslim. Dan agar mereka terhindar dari godaan para lelaki.

3. Kriteria jilbab menurut Al-Qur’an dan As-Sunah

(41)

muslim atau muslimah terlarang membantahnya. Firman Allah SWT dalam surat Al-Ahzab [33] ayat 36:

اَهَو

ًازْهَأ ُهُلْىُسَرَو ُ َّاللَّ ًَضَق اََِإ ٍتٌَِهْؤُه َلََو ٍيِهْؤُوِل َىاََ

ُهَلْىُسَرَو َ َّاللَّ ِصََْْ ْيَهَو ْنِهِزْهَأ ْيِه ُةَزَُِخْلا ُنُهَل َىْىُكََ ْىَأ

ًاٌُِْبُّه ًلَ َلََض َّلَض ْدَقَْ

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah

sesat, sesat yang nyata”

Kriteria berjilbab menurut Syaikh Muhammad Nashiruddin ibn

al-Albani dalam bukunya “Jilbab Al-Mar‟ah Al-Muslimah fil Kitabi was

Sunati” (Jilbab Wanita Muslimah) ada delapan ketentuan (Ghifari, 2004: 51).

a. Menutup seluruh bagian selain yang dikecualikan

Firman Allah dalam surat Al-Ahzab [33] ayat 59 dan

(42)

sampai usia ketanda kedewasaan (haid), tidak boleh terlihat bagian tubuhnya kecuali ini dan ini (Rasulullah mengisyaratkan muka dan telapak tangan). (HR. Abu Dawud) (Hadi, 2006: 95).

Dari kedua sumber di atas dapat dipahami bahwa jilbab itu harus menutup seluruh anggota badan kecuali yang biasa tampak yaitu muka dan telapak tangan.

b. Bukan berfungsi sebagai perhiasan

Yang dimaksud dengan perhiasan (dalam bahasa arab disebut

“ziinah”) yaitu sesuatu yang diperlihatkan dari seseorang wanita, baik

itu pakaian, perhiasan seperti cincin, dan sebagainya yang dikenal sebagai alat kecantikan (Ghifari dalam Subhan, 2004: 54).

Syarat itu berdasarkan firman Allah SWT:

اَهٌِْه َزَهَظ اَه َّلَِإ َّيُهَتٌََِْس َيَِْدْبَُ َلََو

...Dan janganlah kaum wanita itu menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat

(Al-Qur‟an surat An-Nur [24] 31).

(43)

sebagainya. Kedua, Ziinah muktasabah, yaitu perhiasan yang dipakai wanita untuk memperindah atau menutupi jasmaninya.

Maksud dari perhiasan yang biasa tampak dan boleh diperlihatkan itu, karena tidak mungkin menyembunyikannya atau menutupinya. Seperti wajah, pakaian luar, dan telapak tangan.

Allah berfirman dalam (Al-Qur‟an surat Al-Ahzab [33] 33):

ًَلْوُ ْلِّا ِتَُِّلِهاَجْلا َجُّزَبَت َيْجَّزَبَت َلََو

….dan janganlah kamu berhias (bersolek) dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.

Tabarruj disini yang dimaksud adalah bersolek. Dari ayat di atas menjelskan tentang dilaranganya tabarruj bagi perempuan. Kata tabarruj bagi perempuan mengandung tiga pengertian:

1) Menampilkan keelokan wajah dan titik-titik pesona tubuhnya di hadapan laki-laki non mahram.

(44)

3) Menampakkan gaya berjalannya, lenggangannya, dan lenggok-lenggoknya di hadapan laki-laki non mahram (Muqtadir, 2007:12).

Menurut „Uwaidah (1998: 662) tabarruj adalah berhias dengan

memperlihatkan kecantikan wajah dan menampakkan keindahan tubuh. Menurut Muhammad (2014: 27) tabarruj adalah berjalan di hadapan laki-laki yang bukan mahramnya dengan bergaya dan genit, termasuk tabarruj mengenakan jilbab dengan tidak sempurna sehingga kalung, anting, atau lehernya terlihat.

Apa yang dilakukan oleh banyak perempun masa kini sudah termasuk praktik tabarruj. Mereka tampakkan perhiasan dan emas yang mereka pakai di hadapan orang lain. Mereka keluar rumah dengan dandanan yang memikat dan mengundang fitnah. Mereka membuka kepala mereka (tidak berjilbab), juga bagian atas dada, betis, dan lengan mereka. Semua ini merupakan praktik kemungkaran

terbesar yang melanggar syari‟at da menyebabkan murka, siksa, dan

datangnya amarah Allah.

Berdasar tafsir As-Sa‟ady, jika direkonstruksi maka ayat di

atas dapat diartikan “janganlah kalian sering keluar rumah dengan

(45)

c. Berkain tebal

Tidak tembus pandang, tidak nerawang, dan transparan.

Berkain tebal sehingga tidak menimbulkan “penampakan” yang bisa

mengandung perhatian laki-laki memandang (Hadi, 2006: 98).

Adapun fenomena pada saat ini, banyak sekali orang yang memakai pakaian dari bahan yang tipis dan ketat. Itulah mengapa Al-Ghifari menyebut perempuan yang berpakaian tapi pada hakikatnya telanjang. Sama saja dengan memamerkan aurat. Oleh karena itu, jilbab harus tebal.

d. Harus longgar, tidak ketat, sehingga tidak menggambarkan sesuatu dari tubuhnya

Diantara maksud diwajibkannya berjilbab adalah agar tidak timbul fitnah (godaan) dari pihak laki-laki. Dan itu tidak mungkin terwujud jika pakaian yang dikenakan tidak ketat dan tidak membentuk lekuk-lekuknya. Untuk itu jilbab harus longgar dan tidak ketat (Ghifari, 2004: 60).

(46)

busana tersebut justru seolah dibiarkan menjadi tontonan. Untuk itu jilbab harus longgar.

e. Tidak diberi wewangian atau parfum

Syari‟at ini berdasarkan larangan terhadap kaum wanita untuk memakai wewangian bila mereka keluar rumah. Rasulullah bersabda:

Artinya: “siapapun perempuan yang memakai wewangian. Lalu ia

melewati kaum laki-laki agar menghirup wanginya, maka ia sudah berzina. (HR.An-Nasa‟i).

Alasan pelarangan ini jelas, yaitu bahwa hal itu akan membangkitkan nafsu brahi. Para ulama bahkan mengikutkan sesuatu yang semakna dengannya seperti pakaian indah, perhiasan yang tampak dan hiasan (asesoris) yang megah, serta bercampur bawur dengan laki-laki (Ghifari, 2004: 61-62).

(47)

f. Tidak menyerupai pakaian laki-laki

Ini didasarkan pada hadis Abu Hurairah ra: Rasulullah melaknat laki-laki memakai pakaian ala busana wanita dan wanita yang memakai pakaian ala pakaian laki-laki.

Maksudnya, wanita-wanita yang meniru laki-laki dalam berbusana dan bermode, persis seperti pakaian wanita zaman sekarang. Sedangkan laki-laki yang bergaya wanita adalah mereka yang cara berpakaian, gaya bicara, dan lainnya meniru-niru kaum wanita (Muqtadir, 2001: xxxi).

g. Tidak boleh sama dengan pakaian perempuan kafir

Syarat ini didasarkan pada haramnya kaum muslimin termasuk kaum wanita menyerupai orang-orang (wanita) kafir baik dalam berpakaian, adat istiadat, maupun dalam berkata dan memuji seseorang yang berlebihan (Ghifari, 2004: 63).

h. Bukan untuk mencari popularitas

(48)

Fungsi dasar pakaian yang seharusnya untuk menutupi aurat, kini disalah gunakan. Kini banyak perempuan yang menjadikan pakaiannya untuk memamerkan kecantikannya dan ingin mendapatkan kata-kata pujian dari orang lain. Jadi, ubahlah niat kita untuk mengenakan jilbab.

4. Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Jilbab

Seperti yang kita ketahui bahwa pamer aurat adalah perkara yang timbul diawal-awal penciptaan manusia sekaligus menjadi ciri orang primitif. Diantara hal-hal yang membedakan manusia zaman primitif dengan manusia zaman sekarang adalah pakaian. Untuk menutupi auratnya wanita harus memakai jilbab. Pemakaian jilbab dikhususkan untuk wanita bukan untuk laki-laki, karena wanita pada umumnya menjadi pusat perhatian laki-laki. Karena itu untuk menjadi kehormatan dan kemuliannya, wanita tidak boleh keluar rumah dengan memakai pakaian terbuka atau berjalan dengan langkah yang centil.

Tujuan berbusana dalam Islam ada dua yaitu; pertama, untuk menutup aurat. Kedua, untuk berhias. Karena itulah Allah memberi anugerah kepada manusia pakaian dan perhiasan yang telah disediakan dengan pengelolaannya (Juwariyah, 2010: 89-91).

(49)

a. Untuk menutup aurat

Fungsi utama pakaian adalah untuk menutup aurat. Cara berpakaian yang sopan sesuai dengan norma-norma agama akan menggambarkan kondisi psikologis pemakainya.

b. Untuk memperjelas identitas

Pakaian juga berfungsi sebagai identitas agar orang mudah dikenal sebagai orang muslim bukan non muslim.

c. Melindungi manusia dari terik sinar matahari

Allah tahu persis kebutuhan hambaNya, termasuk kebutuhan untuk berpakaian. Karena itu disamping untuk menutup aurat dan memperjelas identitas jilbab juga dapat melindungi orang dari panasnya sinar matahari.

d. Melindungi dan menjaga kesucian, kehormatan, dan kemuliaan sebagai seorang perempuan muslimah.

Dengan demikian, jilbab yang merupakan bagian dari busana muslimah secara garis besar juga berfungsi sebagai:

a. Pembeda

(50)

tempatnya, hal itu sangat diharapkan menjadi tindakan sebagai dakwah untuk mengajak wanita lain agar berjilbab (Yasmin, 2007: 12).

b. Pembentuk perilaku

Fungsi jilbab sebagai pembentuk perilaku, jilbab bisa mengarahkan tingkah laku orang yang memakainya. Wanita muslimah menggunakan jilbab berdasarkan keyakinannya bahwa ini perintah Allah, yang menunjukan perlindungan bagi wanita muslimah untuk menjadikannya memiliki ciri yang berbeda dan menjauhkannya dari imoralitas dan dosa. Karena itu ia akan menerimanya secara sukarela dan dengan keputusan yang kuat (Muhammad, 2000: 63).

c. Pembentuk emosi

Dalam aspek emosional, jilbab bisa menumbuhkan rasa cinta dan benci, marah atu sayang, suka ataupun tidak suka. Dia akan lebih mudah menumbuhkan perasaan yang positif terhadap sesamanya bila dibandingkan dengan yang tidak memakai jilbab. Dengan demikian, seorang muslimah yang menggunakan jilbab akan merasakan

ketenangan didalam hatinya. Karena sudah menjalankan syari‟at Islam

dan dia akan bisa menjaga emosinya apabila akan melakukan perbuatan keji seperti mencuri, berbohong, berkata kotor, dan sebagainya.

(51)

pakaian lengkap selalu mengesankan wanita yang mulia dan terhormat. Sebaliknya wanita yang berpakaian terbuka, mengesankan panggilan kepada lawan jenisnya. Namun dengan memakai jilbab tidak berarti wanita dilarang dan dibatasi aktifitas-aktifitas sosialnya.

Bahkan islam mewajibkan setiap muslim baik pria maupun wanita untuk menuntut ilmu, dan tidak berpangku tangan. Sudah jelas bahwa jilbab sama sekali bukan penyebab kebobrokan masyarakat. Tetapi sebaliknya, kebobrokan masyarakat berakar dan tumbuh didalam linkungan pergaulan tanpa jilbab (Husein, 2008: 29).

Dengan demikian, manfaat memakai jilbab adalah:

a. Aurat akan tertutupi, terlindungi, dan terjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti pelecehan seksual.

b. Perempuan muslimah akan terjaga dan terpelihara kesucian, kehormatan, dan kemuliannya sebagai manusia.

c. Perempuan muslimah akan lebih bisa berucap, bersikap, dan bertindak secara terhormat, berwibawa, tenang, dan anggun.

d. Identitas perempuan muslimah terbedakan.

B. Pandangan Tentang Jilbab

(52)

justru harus merangsang laki-laki hingga mereka bisa menikmati keindahan tubuhnya lewat mode pakaian yang dikenakannya. Jika kedua pandangan ini digabungkan jelas sangat kontras dan tidak akan ada kesesuaian. Maka jika ditelusuri lebih jauh, munculnya kudung gaul sekarang ini sebagai akibat infiltrasi budaya pakaian Barat terhadap generasi muda Islam.

Pertama, maraknya tayangan televisi atau bacaan yang terlalu berkiblat ke mode Barat. Faktor ini adalah yang paling dominan. Betapa tidak, semenjak menjamurnya televisi dengan persaingan merebut pemirsa dan dibukanya kebebasan pers sehingga menjamurnya berbagai tabloid yang mengumbar mode buka-bukaan ala Barat menyebabkan munculnya peniruan dikalangan generasi muda Islam. Akibat lebih jauh, muncullah gaya berjilbab yang sesungguhnya telanjang yaitu kudung gaul. Hal ini diperparah lagi dengan menjamurnya rental-rental VCD yang semakin membawa generasi muda memasuki dunia mode ala Barat.

Kedua, minimnya pengetahuan anak terhadap nilai-nilai Islam sebagai akibat dikuranginya jam pendidikan agama di sekolah-sekolah umum. Faktor ini merupakan realitas yang menyakitkan. Betapa di negara mayoritas Islam

yang seharusnya syari‟at islam dijunjung tinggi, tapi kenyataannya justru

(53)

Namun pada kenyataannya justru lebih hancur karena mental anak didiknya kosong dari nilai-nilai agama. Di sisi lain, pendidikan agama di madrasah-madrasah sepulang sekolah formal saat ini tidak efektif karena perhatian anak lebih berfokus pada tayangan televisi.

Ketiga, kegagalan fungsi keluarga. Munculnya fenomena kudung gaul ini secara tidak langsung menggambarkan kegagalan fungsi keluarga sebagai kontrol terhadap gerak langkah anak-anak muda. Para orang tua telah gagal memberikan pendidikan agama yang benar. Parahnya, orang tua sendiri cenderung terbawa arus modern, terbukti kudung gaul ini telah merambah juga para orang tua dengan dalih yang sama dengan para remaja mengikuti mode.

Saat ini, rumah kaum muslimin telah bergeser fungsi dari lembaga pendidikan informal, tempat mendidik putra-putrinya menjadi anak shaleh, menjadi bioskop, sekedar tempat nonton, orang tua dan anak-anak sama-sama keranjingn siaran televisi. Rumah tak juga ubahnya sebagai hotel, hanya sekedar tempat makan dan tidur. Sementara itu ruh dari rumah itu sendiri yaitu pendidikan akhlak dan aqidah sudah sangat jarang diberikan di rumah. Akibatnya, ketika anak keluar rumah, tak ubahnya sosok kuda yang kehilangan kendali.

(54)

kecenderungan ini, banyak para perancang yang sesungguhnya tidak mengerti aturan pakaian Islam, mencoba merancang pakaian Islam dengan polesan mode yang lagi trend. Kemudian diadakan fashion show, ditayangkan di televisi dan dimuat di tabloid-tabloid dan berbagai surat kabar.

Kelima, munculnya para muallaf di kalangan artis yang baru mengenakan kerudung. Artis di era modern tak ubahnya seorang Nabi yang segala tingkah dan ucapannya menjadi “teladan” bagi fansnya. Ketika sang artis itu masuk Islm (muallaf) dengan mengenakan kerudung apa adanya, banyak fans atau penggemarnya yang ikut-ikutan meniru gaya artis tersebut. Atau di era reformasi ini banyak artis ternama yang mengenakan jilbab, namun tetap berpakaian ketat. Banyak para penggemarnya yang ikut-ikutan meniru gaya berjilbabnya. Mereka yang berpakaian ala artis itu dianggapnya remaja gaul.

Dari lima sebab diatas dapat disimpulkan bahwa dunia Islam, khususnya di Indonesia tengah dilanda degradasi moral yang terjadi secara berkesinambungan. Generasi mudah dicekoki tontonan instan (seks, kekerasan, horor). Akibatnya berbagai kekerasan dan seks bebas pun melanda Indonesia (Ghifari, 2002: 17-20).

(55)

diperintahkan menutupi seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan kedua telapak tangannya.

Wanita adalah simbol keindahan. Kaum wanita cenderung untuk mempertunjukkan kecantikannya dan lebih tak acuh dalam memandang tubuh lawan jenisnya. Kaum wanita suka berhias dan mematut diri untuk menunjukkan kecantikannya. Jilbab akan membuat kaum wanita lebih terhormat dan terpandang. Mereka akan terjaga dari gangguan orang-orang usil dan amoral. Jilbab tidak melarang dan membatasi aktifitas-aktifitas sosial wanita. Bahkan Islam mewajibkan setiap muslim baik pria maupun wanita untuk menuntut ilmu dan tidak berpangku tangan serta berdiam diri di rumah.

C. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Motif adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada manusia bertingkah laku untuk mencapai tujuan. Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman, 2009: 73).

Mc. Donald merumuskan bahwa “motivasion is an energy change within the person characterized by effective arousal and antisipactory

goal reaction” yang diartikan Hamalik bahwa motivasi adalah suatu

(56)

Menurut Akbar (2001; 43) Motivasi dapat diartikan sebagai suatu disposisi untuk mencapai suatu tujuan yang dapat memberikan kepuasan apabila berhasil dicapai. Menurut Dalyono (2012: 57) motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan suatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan dari luar.

2. Elemen-elemen Motivasi

Dalam rumusan tersebut ada tiga yang saling berkaitan, yaitu sebagai berikut:

a. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi.

Perubahan tersebut terjadi disebabkan oleh perubahan tertentu pada sistem neurofisiologis dalam organisme manusia, misalnya karena terjadinya perubahan dalam sistem pencernaan maka akan timbul motif lapar. Disamping itu, ada juga perubahan energi yang tidak diketahui.

b. Motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan

Mula-mula berupa ketegangan psikologis, lalu berupa suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan tingkah laku yang bermotif. Perubahan ini dapat diamati pada perbuatannya. Contoh: seorang terlibat dalam situasi diskusi, dia tertarik dengan masalah yang dibicarakan, karenanya dia berusaha mengemukakan pendapatnya dengan kata-kata yang lancar dan tepat.

(57)

Pribadi yang bermotivasi memberikan respon-respon kearah suatu tujuan tertentu. Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Tiap respon merupakan suatu langkah kearah mencapai tujuannya. Contoh: si A ingin mendapat hadiah, maka ia belajar misalnya mengikuti ceramah, bertanya, membaca buku, menempuh tes, dan sebagainya (Oemar, 1995: 106).

3. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik

a. Motivasi intrinsik

Yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena didalam diri seseorang sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Rochmah, 2012: 254).

b. Motivasi ekstrinsik

Yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena ada dorngan dari luar, seperti contohnya seseorang memakai jilbab supaya disanjung oleh orang lain (Rochmah, 2012: 256).

4. Analisis Motivasi

(58)

kepuasan terhadap suatu kebutuhan cenderung untuk diulang kembali, sehinga menjadi lebih kuat dan mantap (Sadirman, 1994: 107).

5. Fungsi Motivasi

Motivasi dianggap penting dalam upaya belajar dan pembelajaran dari segi fungsi dan nilainya atau manfaatnya. Motivasi mendorong timbulnya tingkah laku dan mempengaruhi serta mengubah tingkah laku. Fungsi motivasi adalah:

a. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan misalnya belajar.

b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi seseorang akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan (Sadirman, 1994: 108).

6. Ciri-ciri Motivasi

Menurut Oemar Hamalik (1995: 83) seseorang yang telah memiliki motivasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

(59)

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. d. Lebih senang bekerja sendiri.

e. Cepat bosan dengan tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif).

f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. h. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.

Apabila seseorang telah memiliki ciri-ciri tersebut, berarti seseorang itu selalu memiliki motivasi yang cukup kuat.

D. Motivasi memakai jilbab

Pengertian motivasi tersebut apabila dikaitkan dengan pemakaian jilbab berarti hal-hal yang mendorong seorang wanita untuk memakai jilbab. Sehubungan dengan hal tersebut maka hal-hal yang mendorong memakai jilbab dapat dibagi menjadi dua, yaitu intern dan ekstern, yakni faktor yang berasal dari dalam diri manusia dan faktor yang berasal dari luar diri manusia.

(60)

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemakaian jilbab:

1. Faktor intern

Yaitu faktor yang tumbuh dari individu itu sendiri. Karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melaksanakan sesuatu. Oleh karena itu memakai jilbab pun tergantung kepada pendirian masing-masing orang.

2. Faktor ekstern

Yang dimaksud dengan faktor ekstern adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang yang berasal dari luar diri seseorang itu sendiri (Sardiman, 2009: 85-90).

Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi diri seseorang memakai jilbab. a) Keluarga.

(61)

Keluarga merupakan tempat anak didik pertama-tama menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarga lainnya. Didalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian pada usia yang masih muda, karena pada usia ini anak lebih banyak hidup dan berinterksi dengan keluarganya. Sehingga keluargalah yang menjadi pendidik dalam membentuk tingkah laku sehari-hari.

b) Sekolah

Lingkungan sekolah meliputi lingkungan sosial yang jauh lebih luas dari pada ligkungan sosial di rumah atau daerah tempat tinggal. Lingkungan sekolah yang meliputi guru dengan kepribadian masing-masing yang turut mempengaruhi perkembangan setiap individu. Tanpa disadari seorang guru dengan cara-cara mengajar, sikap dan pandangannya tidak saja mempengaruhi perkembangan intelek tetapi seluruh perkembangan muridnya (Guarsa, 2007: 32-33).

(62)

ada pelajaran agama Islam. Dari sekolah itulah ia akan dididik, dibimbing oleh guru-gurunya. Dengan demikin, anak diharapkan akan memiliki kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam. c) Masyarakat

Apabila lingkungan masyarakat turut membantu kelancaran proses dengan perbuatan yang patut dicontoh dan ditiru, maka lingkungan masyarakat tersebut tidak akan menimbulkan permasalahan. Sebaliknya seringkali terlihat adanya lingkungan masyarakat yang berpengaruh negatif terhadap setiap individu bersifat menghambat dan merugikan proes-proses perkembangan sehingga menimbulkan kesulitan bagi para orang tua dan pendidik. Pengaruh lingkungan masyarakat yang luas terlihat dari cara penggunaan bahasa, cara berpikir, perbuatan, dan cara berpakaian terutama dalam hal berjilbab (Gunarsa, 2007: 30).

Masyarakat merupakan pembimbing dan pendidik kepribadin seseorang. Karena didalam masyarakatlah kita belajar secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung artinya sesuai dengan apa yang kita lihat pada saat itu. Secara tidak langsung artinya dengan tidak sengaja kita mendengar ceramah atau pengajian tentang memakai jilbab.

(63)

berkurang sebab mereka tidak kuat dengan tantangan zaman yang ada contohnya betapa banyaknya wanita muslim yang rela melepas jilbabnya karena tuntutan pekerjaan malu dengan teman dan sebagainya. Dengan melihat fenomena tersebut maka wanita muslim yang berjilbab ditengah-tengah masyarakat yang modern ini adalah wanita yang berusaha

(64)

A.Gambaran Umum SMK Negeri 1 Salatiga

1. Letak Geografis SMK Negeri 1 Salatiga

Alamat sekolah: Jl. Nakula Sadewa 1/3 Salatiga

a. Desa/ Kelurahan : Dukuh

b. Kecamatan : Sidomukti

c. Kabupaten/Kota : Salatiga

d. Provinsi : Jawa Tengah

e. Kode Pos : 50722

f. Telepon : (0298) 323566

g. E-Mail : smk1salatiga@yahoo.com

2. Sejarah Berdirinya SMK Negeri 1 Salatiga

(65)

peningkatan status persiapan menjadi negeri melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 191/UUK-3/1968. Hal inilah yang membawa kebahagiaan tersendiri bagi keluarga SMEA Negeri Salatiga.

Dibalik kegembiraan masih terselip keprihatinan sebab SMEA Negeri belum mempunyai gedung sekolah sendiri. Sehingga pada akhirnya SMEA Negeri masih menumpang pada SMEP Negeri sebanyak 44 lokal. Padahal SMEP sendiri masih menumpang di SPG Negeri. Oleh karena itu untuk melaksanakan proses belajar mengajar SMEA Negeri harus masuk siang. Pada tahun 1970 karena perkembangan, maka sebagian kelas numpang lagi ke sekolah lain yaitu SMA N 1 Salatiga di Jl Kartini Salatiga. Tahun 1973 Walikotamadya Bapak Letkol S Soegimin berkenan mengijinkan SMEA Negeri menempati gedung di Jl. A. Yani no. 14 Salatiga. Meskipun masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki berkenaan dengan gedung dan fasilitas yang ditempati.

Pemerintah menaruh perhatian bahwa SMEA Negeri Salatiga,

(66)

Soewardi pada 23 Mei 1992. Seiring perkembangan pendidikan, pada tahun 1977 kurikulum SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Tingkat Atas) berubah menjadi SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) dan perkembangan terakhir SMK Negeri pada tahun 2004 menyatakan diri sebagai SMK besar dengan membuka 3 program keahlian baru kelompok pariwisata hingga kini. Pada Tahun Pelajaran 2010/2011 kita berusaha mencapai suatu Standard Manajemen Mutu yaitu ISO 9001-2008 agar dapat lebih memuaskan para pelanggan SMK Negeri 1 Salatiga. Dalam hal ini siswa-siswi beserta orang tuanya.

Sejarah Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Salatiga:

a. Sri Sadono, BA (1968-1982)

b. R. Soeyono, MH (1982-1993)

c. Soeparno (1993-1994)

d. Dra. F.X. Soewito (1994-1960)

e. Drs. Joko Legowo (1996- 1998)

f. Soetopo, B.Sc (1998-1999)

g. Moch. Boedhowie (1999- 2000)

h. Moeljono, M.Pd (2000- 2007)

i. Bambang Dwi Hersedianto (2007-sekarang) 3. Visi, Misi dan Tujuan SMK Negeri 1 Salatiga

a. Visi

(67)

b. Misi

1) Meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan peserta didik

2) Mendidik peserta didik menjadi warga Negara yanga bertanggungjawab dan berkarakter.

3) Mendidik peserta didik, mampu menerapkan hidup sehat, memiliki wawasan pengetahuan, lingkungan dan seni

4) Mendidik dan melatih peserta didik memiliki keterampilan sesuai kompetensi keahliannya

5) Menumbuhkan jiwa dan semangat wirausaha

6) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal bagi yang berminat untuk melanjutkan pendidikan.

c. Tujuan

1) Menghasilkan lulusan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2) Menghasilkan lulusan yang sehat, cerdas, kreatif, mandiri, bertanggung jawab serta peduli terhadap lingkungan.

3) Menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan, sebagai bekal untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

(68)

5) Menghasilkan lulusan yang mampu memilih karier, ulet, dan gigih dalam kompetisi, mudah beradaptasi dengan lingkungan kerja dan siap mengembangkan sikap professional pada kompetensi keahliannya. 6) Menghasilkan lulusan yang memiliki jiwa dan semangat wirausaha. 4. Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMK Neeri 1 Salatiga antara lain: a. PMR/UKS : 1. Slamet Sudiyanti, S. Pd.

2. Tri Rahayu, S.Pd. (Busana)

b. PKS : Drs. Prasetya Adi

c. Bola Volley : Outsourching

d. Basket : Sutanto, S. Pd.

e. Pramuka : Drs. Untoro, M.Pd, Tedjo Sukmono, S,

Pd.Qoriah Martini, S.Pd. dan Widhi Nurasih, S.

Pd.

f. Vocal : Apriliandini, S. Pd.

g. Tari : Uchik Anggarani, S. Pd.

h. Bahasa Jepang : Outsourching ( SMK 2 )

i. Kewirausahaan : 1. Puji Nur Zakiah, S. Pd.,M.M.Par 2. Kartika Dyah K, S. Pd.

j. KIR : Praheni, S.S. k. Panahan : Drs. Prasetyo Adi

(69)

m.Wushu : Outsourching 5. Progam Keahlian

SMK N 1 Salatiga berdiri sejak tanggal 25 Mei 1968, sampai dengan saat memiliki 6 Program Keahlian/Kompetensi Keahlian yaitu:

a. Akuntansi

b. Administrasi Perkantoran c. Penjualan atau Pemasaran d. Tata Kecantikan

e. Tata Busana f. Tata Boga

Seluruh kegiatan belajar mengajar ditiap-tiap program keahlian didukung dengan fasilitas praktik yang memadai sehingga memungkinkan dikembangkan kegiatan belajar dengan komposisi 30% teori dan 70% praktik. 6. Sarana dan Prasarana

a. 28 Ruang Teori Yang Representatif b. Laboratorium Bahasa

c. Laboratorium Komputer

d. Laboratorium Mengetik Manual e. Laboratorium Multimedia f. Laboratorium Akuntasi

(70)

i. Laboratorium Tata Kecantikan j. Laboratorium Tata Boga k. Laboratorium Tata Busana l. Perpustakaan

m.Lapangan Olahraga n. Aula

o. Mushola

B.Hasil Penelitian

1. Pandangan siswi SMK Negeri 1 Salatiga tentang jilbab

Pandangan siswi mengenai jilbab itu dapat dilihat dari beberapa aspek. Mulai dari desain busana muslimah, kontroversi jilbab, hingga problematika lingkungan pergaulan. Pandangan yang mereka sampaikan berdasarkan pada pengetahuan, pengalaman, dan lingkungan disekitarnya. Sebagaimana yang diperoleh dari hasil wawancara pada 15 orang siswi SMK Negeri 1 Salatiga.

a. Pandangan Siswi Tentang Menutup Aurat

Persepsi mereka tentang aurat adalah sesuatu yang harus ditutupi kecuali muka dan telapak tangan. Setiap muslim juga wajib menutup aurat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh AR:

Aurat adalah seluruh anggota tubuh kecuali muka dan telapak tangan yang tidak boleh dilihat kecuali oleh muhrimnya. Semua

(71)

dijaga dan di Al-ur’an juga sudah dijelaskan” (W/AR/29 -09-2015/13.00 WIB).

Pernyataan senada diungkapkan oleh CI, DN, NK, NM, DK, LN, RF, AA, DF, S, AS, IZ, VE. Pernyataan lain diungkapkan oleh DA:

“Aurat itu berbeda-beda, tergantung dengan madzhab yang dianutnya. Ada yang seluruh anggota tubuh kecuali muka dan

telapak tangan ada juga yang seluruh anggota tubuh kecuali mata

seperti bercadar”(W/DA/02-10/11.00 WIB).

Melalui hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa aurat adalah sesuatu yang harus ditutupi kecuali telapak tangan dan muka. Namun ada pendapat lain yang mengatakan seluruh tubuh kecuali mata. Menutup aurat merupakan kewajban bagi seorang muslim.

b. Pandangan Siswi Tentang Jilbab yang Benar

Salah satu cara untuk menutup aurat adalah dengan memakai pakaian yang panjang dan khusus untuk perempuan harus memakai jilbab. Jilbab

yang seharusnya dipakai menurut syari‟at adalah harus menutup dada,

(72)

Jilbab yang benar itu harus menutup dada, kainnya harus tebal, tidak menerawang, tidak harus yang mewah, tidak kebanyakan

perhiasan” (W/NK/29-09-2015/13.00 WIB).

Hal senada diungkapkan oleh AR, CI, DN, NM, DK, LN, RF, AA, S, DF, AS, DA, VE. Hal agak berbeda disampaikan oleh IZ, bahwa

jilbab yang benar adalah menurut kemantapan hati

masing-masing orang” (W/IZ/02-10-2015/11.00 WIB).

c. Desain Busana Muslimah

Sudah jelas di atas jilbab yang menurut syari‟at Islam. Namun gaya busana muslim yang mereka pakai sebagian besar masih ada yang menggunakan celana jin, kaos, dan jilbab tipis. Seperti yang diungkapkan oleh LN:

“Biasanya kalau saya menggunakan celana jin, kaos, dan jilbab tipis.Memakai rok kalau di sekolah saja” (W/LN/30-09-2015/14.00 WIB).

Referensi

Dokumen terkait

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahnya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data Miles dan Hubermen, yang terbagi dalam beberapa tahap yaitu redukasi data (data reducation), penyajian data

Ditinjau dari sudut pemakainya, akuntansi dapat didefinisikan sebagai suatu disiplin yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara

Adapun hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru mapel dan kepala sekolah dan hasil observasi di lapangan menunjukan bahwa proses pembelajaran mapel PAI

Tahap ini sebagaimana ditemukan di lapangan bahwa hasil pemberdayaan masyarakat melalui usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) batik mangrove Kelompok Srikandi

Pada tahap ini peneliti dan guru kelas melakukan pengamatan pelaksanaan tindakan kelas untuk mengetahui kegiatan guru dan siswa ketika mengikuti pembelajaran

2) Guru bersama-sama peserta didik melakukan identifikasi kelebihan dan kekurangan kegiatan pembelajaran (yaitu kegiatan mengamati, merumuskan pertanyaan, mengumpulkan

Subjek penelitian ini adalah seluruh guru pembimbing di SMKN 4 Pekanbaru, sedangkan objek dari penelitian ini adalah kecemasan siswa menghadapi praktik kerja lapangan studi