• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK INKLUSI DI SMP NEGERI 7 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK INKLUSI DI SMP NEGERI 7 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

i

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAGI ANAK INKLUSI DI SMP NEGERI 7 SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Astri Laelatul Fadhilah

NIM : 111-14-091

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)

iii

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAGI ANAK INKLUSI DI SMP NEGERI 7 SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Astri Laelatul Fadhilah

NIM : 111-14-091

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(4)

iv Dr. Fatchurrohman, S.Ag.,M.Pd

Dosen IAIN Salatiga

Persetujuan Pembimbing Lamp : 4 Eksemplar

Hal : Naskah Skripsi

Kepada:

Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah

skripsi mahasiswa:

Nama : Astri Laelatul Fadhilah

NIM : 111-14-091

Jurusan : S1-Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Judul : Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak

Inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga tahun pelajaran 2017/2018.

Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk

diujikan dalam sidang munaqosyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk

menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

(5)

v

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jalan Lingkar Salatiga KM.2 Telepon (0298) 6031364 Kode Pos 50716 Salatiga

Website:http://tarbiyah.iainsalatiga.ac.ide-mail: tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

SKRIPSI

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK INKLUSI DI SMP NEGERI 7 SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Disusun Oleh: Astri Laelatul Fadhilah

NIM.111-14-091

Telah dipertahankan didepan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan

Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga, pada tanggal 26 Maret 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN

KESEDIAAN DIPUBLIKASIKAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Astri Laelatul Fadhilah

NIM : 11114091

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Skripsi ini diperbolehkan untuk di Publikasikan oleh Perpustakaan IAIN Salatiga.

(7)

vii

MOTTO

َ ل (ٍَمْيِوْق تَِن سح اَْىِفَ ن اسْنِلااَ انْق ا خَْدًق 4

َ)

“ Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik

-baiknya”

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Atas rasa bersyukurnya kepada Allah SWT, karya skripsi ini penulis persembahkan

untuk:

 Orang tuaku tercinta Bapak Muh Sinin dan Ibu Munasarah yang senantiasa

mencurahkan kasih sayang,dukungan, dan doa yang tidak pernah putus.

 Kakak-kakakku Aris Subkhi, Indri Musafi, Atik Susanti, Rizka Dewi

Rahmawati yang selama ini selalu mendukungku dalam segala hal

 Bulikku Suharsini S.Ag dan paklik Maftuhan S.Ag yang tidak pernah lelah

mengingatkanku, memotivasiku, dan menjadi orang tuaku selama tinggal di

Salatiga.

 Bapak Dr. Fatchurrohman, S.Ag.,M.Pd yang telah sabar dalam membimbing,

mengarahkan dan memberi masukan-masukan dalam menyusun skripsi ini

 Sahabat-sahabatku Siti Rizqi Utami, Alfi Likhayati, Elfa Rahma A, Aulina

Salsabila, Nurul Fadillah, Ririn Nur Fardani L dan Tyas Astina Suciyati yang

selalu mendukung aku dalam menyelesaikan skripsi ini.

 Dwi Afriyanto yang telah mendoakan dalam menyelesaikan skripsi .

 Semua teman-teman organisasi DEMA, SEMA dan PMII yang telah

memberikan pengalaman lebih.

 Semua pihak yang selalu memberi semangat dan dukungan bagi penulis untuk

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung

Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya kejalan kebenaran dan keadilan.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini

adalah “ Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Inklusi di SMP

Negeri 7 Salatiga tahun Pelajaran 2017/2018”. Penulisan skripsi ini dapat selesai

tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun

materil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga

3. Ibu Siti Rukhayati M.Ag selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

4. Bapak Dr. Fatchurrohman, S.Ag.,M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah

membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan dalam penyusunan

skripsi ini.

5. Segenap dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal

(10)

x

6. Ibu Dra. Anna Maria Andharini, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP N 7

Salatiga yang telah mengijinkan penulis mengadakan penelitian dalam rangka

menyusun skripsi.

7. Bapak Dimiyathi, Bapak Muhammad Sintoro, dan Ibu Laily Atiqoh selaku

guru Pendidikan Agama Islam, Bapak Sudiyo selaku guru Pembimbing

Khusus, Ibu Vita selaku karyawan TU dan segenap keluarga besar SMP N 7

Salatiga yang telah memberikan banyak informasi kepada penulis.

8. Ibu dan Bapak penulis, yang telah memberikan dukungan dan doa restu atas

penyusunan skripsi

9. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam

penulisan skripsi.

Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang

setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga

bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

(11)

xi DAFTAR ISI

SAMPUL... i

LOGO... ii

JUDUL... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv

LEMBAR PENGESAHAN... v

DEKLARASI... vi

MOTTO... vii

PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

ABSTRAK... xiii

DAFTAR TABEL... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Penegasan Istilah... 8

(12)

xii

G. Sistematika Penulisan... 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Agama Islam... 21

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam... 21

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam... 23

3. Ruang Lingkup Pembelajaran Pendidikan Agama Islam... 25

4. Komponen Pelaksanaan Pembelajaran PAI... 26

B. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam... 27

1. Pengertian Metode Pembelajaran PAI... 27

2. Macam-macam Metode Pembelajaran PAI... 29

C. Anak Inklusi (Anak Berkebutuhan Khusus)... 32

1. Pengertian Anak Inklusi (Anak Berkebutuhan Khusus)... 32

2. Pengertian Pendidikan Inklusi... 33

3. Jenis-jenis Anak Inklusi (ABK)... 38

4. Karakteristik Anak Inklusi (ABK)... 41

5. Metode Pembelajaran Anak Inklusi (ABK)... 44

D. Kajian Penelitian Terdahulu... 47

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP N 7 Salatiga... 51

(13)

xiii

2. Visi dan Misi SMP N 7 Salatiga... 52

3. Profil Sekolah... 53

4. Sarana Prasarana... 56

B. Temuan Penelitian... 58

1. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Inklusi di SMP N 7 Salatiga... 58 2. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Inklusi di SMP N 7 Salatiga... 67 BAB IV PEMBAHASAN A. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Inklusi di SMP N 7 Salatiga... 71 B. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Inklusi di SMP N 7 Salatiga... 89 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 92

B. Saran ... 93

C. Penutup ... 94

DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiv ABSTRAK

Fadhilah, Astri Laelatul. 2018. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr.Fatchurrohman,S.Ag.,M.Pd.

Kata Kunci: Metode Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, Anak Inklusi (Anak Berkebutuhan Khusus)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui 1) metode pembelajaran pendidikan agama Islam bagi anak inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga, 2) mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri 7 Salatiga. Oleh karena itu, guru dalam penyampaian materi harus menggunakan metode yang dapat diketahui langsung oleh siswanya dan yang menjadi faktor pendukung atau penghambat dalam pembelajaran bagi anak inklusi.

Metode yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dimulai mulai bulan November 2017 di SMP N 7 Salatiga. Teknik pengumpulan data dengan wawancara kepada Guru Pendidikan Agama Islam, Guru Pembimbing Khusus (GPK), dan anak inklusi. Data di kumpulkan dengan observasi,dan dokumentasi kemudian data ditranskip menjadi data yang lengkap.

(15)

xv

DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1 Data Guru Pengurus Inklusi...54

2. Tabel 3.2 Jumlah Siswa...54

3. Tabel 3.3 Jumlah Siswa Menurut Agama...55

4. Tabel 3.4 Data Siswa Inklusi...56

5. Tabel 4.1 Data ruang sarana dan prasarana SMP N 7 Salatiga...57

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 : Lembar Pedoman Wawancara

Lampiran 3 : Lembar Verbatin Wawancara

Lampiran 4 : Dokumentasi

Lampiran 5 : RPP

Lampiran 6 : Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 7 : Surat Sudah Melakukan Penelitian

Lampiran 8 : Surat Penunjukan Pembimbing

Lampiran 9 : Lembar Konsultasi Skripsi

(17)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna dan

sebaik-baiknya ciptaan yang mempunyai fitrah sebagai makhluk hidup yang memilliki

kemampuan untuk berfikir, berkreasi, beragama serta kemampuan untuk

berinteraksi dengan lingkungannya. Untuk itu manusia tidak mungkin hidup

sendiri maka manusia pasti membutuhkan bantuan orang lain untuk

mengembangkan beberapa potensi yang dimiliki agar berguna bagi Agama,

Bangsa dan Negara. Salah satu bentuk bantuan yang bisa diperoleh adalah melalui

proses pendidikan karena dengan pendidikan kita dapat membuka pintu yang

telah tertutup.

Hakikat pendidikan disebutkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang

Sisdiknas dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan merupakan hak dan kewajiban bagi setiap individu untuk

memanfaatkan semua potensi yang dimilikinya. Menurut Jejen Musfah (2015:9),

(18)

2

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran.

Pendidikan harus disiapkan dengan matang mulai dari mutu guru, kelas, media,

metode, evaluasi hingga prasarana pendukung keberhasilan pendidikan. Persiapan

yang matang ini akan menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.

Kedua, potensi peserta didik berupa sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.

Pendidikan harus menyentuh aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. Ketiga,

ilmu yang bermanfaat bagi individu, masyarakat, dan bangsa. Maksudnya

pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan akhlak, ketrampilan, dan

pengetahuan anak dan pemuda disekolah atau dirumah, agar mereka hidup

bahagia dan bermanfaat.

Dalam pendidikan ada suatu pembelajaran. Menurut Ahmad Izzan dan

Saehudin (2012: 61), pembelajaran ini merupakan suatu proses perubahan, yaitu

perubahan perilaku yang dilakukan oleh individu secara keseluruhan, sebagai

hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi lingkungannya.

Pembelajaran yang maksimal dapat terwujud dengan beberapa aspek yaitu

dengan cara metode yang tepat bagi peserta didik. Oleh karena itu, metode

harusnya sesuai dengan karakter peserta didik. Dijelaskan dalam firman Allah

SWT dalam Q.S Al- Maidah ayat 67 yang berbunyi:

اَمَف ْلَعْفَت ْمَل ْنِإ َو َكِِّب َر ْنِم َكْيَلِإ َل ِزْنُأ اَم ْغِِّلَب ُلوُس َّرلا اَهُّيَأ اَي

ِر َتْغَّلَب

َم ْوَقْلا يِدْهَي لا َ َّاللَّ َّنِإ ِساَّنلا َنِم َكُم ِصْعَي ُ َّاللَّ َو ُهَتَلاَس

( َني ِرِفاَكْلا

٦٧

(19)

3

Artinya : “Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu tuhanmu.

Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir” (QS. Al -Maidah: 67).

Ayat di atas menjelaskan bahwa metode merupakan hal yang sangat penting

dalam proses belajar mengajar di lembaga pendidikan. Apabila proses

pendidikan tidak menggunakan metode yang tepat maka akan sulit untuk

mendapatkan tujuan pembelajaran yang di harapkan. Adapun kendala

penggunaan metode yang tepat dalam mengajar banyak dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu ketrampilan guru belum memadai, kurangnya sarana

prasarana, kondisi lingkungan pendidikan dan kebijakan lembaga pendidikan.

Guru dituntut untuk lebih profesional dalam segala hal mengenai

pendidikan, utamanya dalam mendidik siswa sehingga tidak heran baik buruknya

pendidikan tidak hanya terletak pada kurikulum tetapi juga pada profesionalisme

guru. Demiikian pula dengan pendidikan agama juga sangat penting, karena

merupakan kebutuhan setiap individu terutama dalam hal ibadah dalam

kehidupan sehari-hari. Pendidikan agama merupakan hal paling mendasar yang

harus diberikan kepada semua peserta didik sebagai bekal kehidupan. Metode

pembelajaran pendidikan agama islam yang sering di gunakan oleh guru

biasanya metode ceramah, metode diskusi dan metode praktik.

Perwujudan pendidikan agama pada sekolah terangkum dalam mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan mata pelajaran yang

(20)

4

beragama islam. Pentingnya mempelajari ilmu agama bermakna sangat luas,

tidak memandang kondisi seseorang itu normal ataupun memiliki keterbatasan

mental, fisik maupun perilaku. Anak yang memiliki keterbatasan tersebut juga

berhak mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak normal pada umumnya.

E. Kosasih (2012: 1), mengemukakan bahwa anak berkebutuhan khusus

(ABK) ini diartikan sebagai anak yang lambat (slow) atau mengalami gangguan

(retarded) yang tidak akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak

pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus (ABK) juga dapat diartikan sebagai

anak yang mengalami gangguan fisik ,mental, intelegensi dan emosi sehingga

membutuhkan pembelajaran secara khusus. Beberapa yang termasuk dalam ABK

antara lain: autisme, kesulitan belajar, tunadaksa, tunagrahita, tunalaras,

tunanetra, tunarungu, celebral palsy, down syndrome, indigo, sindrom asperger,

thalassemia.

Penulis, dalam hal ini tertarik melakukan penelitian di SMP Negeri 7

Salatiga tahun 2017. Sekolah ini merupakan sekolah umum yang satu-satunya

mau menerima anak inklusi yang ada di Salatiga. Jumlah anak inklusi terdapat 9

anak yaitu 5 anak berada di kelas VII, 2 anak di kelas VIII dan 2 anak di kelas

IX. Awal mulanya sekolah SMP Negeri 7 Salatiga menerima anak inklusi mulai

dari angkatan kelas IX yaitu pada tahun 2014. Anak inklusi ini memperoleh

kesempatan untuk bersekolah dengan anak normal di sekolah ini. Sekolah

merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang telah menerapkan

(21)

5

khusus dengan peserta didik normal pada umumnya untuk melakukan proses

pembelajaran bersama dalam satu kelas.

Melalui pendidikan inklusi anak berkebutuhan khusus dididik bersama-sama

anak lainnya (normal untuk mengoptimalkan potensi yang dimilki anak melalui

pendidikan di sekolah) akan tetapi belum ada kelas khusus bagi anak inklusi di

karenakan ada beberapa faktor yaitu belum adanya kelas khusus dan dana yang

belum terpenuhi jadi anak inklusi dalam proses pembelajaran dijadikan satu

dengan anak normal lainnya.

Di sekolah ini mereka memperoleh haknya, sama seperti anak pada normal

lainnya dalam mendapatkan pengajaran dan pendidikan, begitu pula dalam

pembelajaran pendidikan agama islam walaupun anak inklusi tersebut dalam

proses pembelajaran mereka bisa mengikuti akan tetapi dalam penangkapan

penyampaian dari guru mereka sangat tertinggal. Ada beberapa anak inklusi yang

justru menguasai dalam bab keagamaan sedangkan yang lain kurang dan kendala

dalam proses pembelajaran bagi anak inklusi yaitu dari anak inklusi sendiri dan

dari teman. Beberapa anak yang tidak menerima dengan keadaan tersebut

sehingga anak inklusi sering terjadi pembulian .

Latar belakang diatas muncul ketertarikan penulis untuk melakukan

penelitian dengan judul “METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM BAGI ANAK INKLUSI DI SMP NEGERI 7 SALATIGA

(22)

6 B. Rumusan Masalah

Berpijak dari latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan

permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

1. Apa metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak inklusi di

SMP Negeri 7 Salatiga?

2. Apa faktor pendorong dan penghambat dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam bagi anak inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan penelitian diatas, maka kita dapat mengetahui tujuan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak inklusi

di SMP Negeri 7 Salatiga.

2. Mengetahui faktor pendorong dan penghambat dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam bagi anak inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas tentang

pembelajaran PAI pada anak inklusi, sehingga dapat memberikan manfaat sebagai

(23)

7 1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dalam ilmu

pendidikan dan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam

khususnya di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

b. Memberikan sumbangan ilmiah bagi kalangan akademis yang

mengadakan penelitian berikutnya maupun mengadakan riset baru tentang

pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak inklusi

yang bersekolah di sekolah umum.

2. Secara praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang

pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak inklusi di SMP Negeri

7 Salatiga

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sebagai bahan

pertimbangan dalam mengembangkan proses pembelajaran PAI yang tepat

bagi anak inklusi, serta orang tua, guru maupun masyarakat dapat

mengetahui cara mendidik anak yang baik khususnya pada inklusi untuk

mempermudahkan dalam menghadapi dan memahami tingkah laku

(24)

8 E. Penegasan Istilah

1. Metode Pembelajaran

Menurut Ardi Setyanto (2017: 159), metode merupakan bagian utuh,

terpadu, dan integral dari proses pembelajaran. Metode pembelajaran ialah

suatu cara guru menjelaskan suatu pokok bahasan sebagai bagian dari

kurikulum yang mencakup isi atau materi pelajaran dalam upaya mencapai

Sasaran dan tujuan pembelajaran baik tujuan institusional, pembelajaran

secara umum maupun khusus.

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yaitu cara yang

dilakukan oleh seorang pendidik untuk membelajarkan atau menyampaikan

ilmu dan pendidikan kepada peserta didik dalam belajar, bagaimana belajar

memperoleh dan memproses pengetahuan dan pendidik menjadi fasilitator,

motivator, inovator terhadap peserta didik.

2. Pendidikan Agama Islam

Menurut Amien Hedari (2014:2), Pendidikan Agama Islam adalah

pendidikan yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan serta membentuk

sikap, dan kepribadian peserta didik dalam mengamalkan ajaran islam.

Pendidikan Agama islam ditujukan untuk dapat menyerasikan,

menyelaraskan, dan mengimbangkan antara iman, islam dan ihsan yang

diwujudkan dalam hubungan manusia dengan Allah Swt, hubungan manusia

dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan sesama, dan hubungan

(25)

9

Jadi dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu

usaha berupa pengajaran atau bimbingan agar mereka dapat memahami,

menghayati, dan dapat mengamalkan ajaran-ajaran islam sesuai dengan

al-quran dan hadits salah satunya yaitu membentuk akhlakul karimah dan bisa

menghormati antar umat.

3. Anak inklusi

Menurut E. Kokasih (2012:2), anak inklusi sering di sebut juga dengan

Anak Berkebutuhan Khusus yang di artikan sebagai anak yang lambat (slow)

atau mengalami gangguan (retarded) fisik, mental, inteligensi, dan emosi

sehingga membutuhkan pembelajaran secara khusus. Anak berkebutuhan

khusus dianggap berbeda dengan anak-anak normal pada umumnya.

Beberapa yang termasuk dalam ABK antara lain: autisme, kesulitan

belajar, tunadaksa, tunagrahita, tunalaras, tunanetra, tunarungu, celebral palsy,

down syndrome, indigo. SMP Negeri 7 Salatiga, termasuk sekolah yang

satu-satunya menerima anak berkebutuhan khusus dengan kelainan tunagrahita

ringan yaitu kecerdasan dan adaptasi sosial terhambat, tapi mempunyai

kemampuan berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian

sosial dan kemampuan kerja.

Jadi dapat disimpulkan anak inklusi adalah anak yang memiliki

keterbatasan fisik dan mental yang terdapat di suatu sekolah inklusi maupun

umum dan dalam proses pembelajaran dijadikan satu kelas dengan anak

(26)

10

khusus untuk mengoptimalkan potensi secara utuh akibat perbedaan kondisi

dengan anak normal lainnya.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

fenomenologi. Menurut M. Djamal (2015: 107) fenomenologi adalah sebuah

aliran pemikiran yang menganggap fenomena (gejala) adalah sumber

pengetahuan dan kebenaran. Pendekatan fenomenologi berusaha menggali

makna yang ada di balik gejala melalui tiga tahap reduksi atau penyaringan.

Penelitian ini menggunakan penelitian diskriptif yaitu penelitian yang

menggambarkan objek sesuai dengan apa adanya. Data yang terkumpul

berbentuk kata-kata atau gambar dan bukan dalam bentuk angka. Oleh karena

itu, dalam penelitian ini mendiskripsikan dan menginterpretasikan metode

pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak inklusi di SMP N 7 Salatiga

dengan menggunakan pendekatan analisis kualitatif yang pada umumnya

menggunakan metode yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi.

Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2002:3), mendefinisikan

penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data diskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang dapat

(27)

11

dokumentasi didiskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan terhadap

keadaan atau realitas.

Menurut Sugiyono (2014:9), metode penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

2. Kehadiran Penelitian

Kehadiran peneliti pada penelitian kualitatif sangatlah penting. Karena

peneliti harus melakukan pengamatan sekaligus mengikuti secara pasif

kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung di SMP Negeri 7

Salatiga untuk mendapatkan hasil yang diperlukan untuk menunjang

penelitiannya.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Sekolah SMP Negeri 7 Salatiga yang

berada di Jl. Setiaki 15 Dukuh, Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Adapun

alasan pemilihan tempat penelitian di SMP Negeri 7 Salatiga adalah karena di

sekolah tersebut merupakan satu-satunya sekolah umum yang menerima anak

(28)

12 4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Primer

Sumber data primer penelitian ini adalah sumber data yang dapat

memberikan data secara langsung oleh peneliti seperti: (1) peristiwa atau

kegiatan yang diamati langsung oleh peneliti, (2) keterangan informan

tentang dirinya, sikap, dan pandangannya, yang diperoleh melalui

wawancara, (3) budaya kelompok masyarakat tertentu yang diperoleh

melalui wawancara dan pengamatan. Dalam penelitian ini digunakan

untuk mendapatkan data tentang metode pembelajaran PAI bagi anak

inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga. Adapun untuk memperoleh data dengan

melakukan wawancara yang berkaitan dengan pembelajaran Pendidikan

Agama Islam bagi an ak inklusi. Adapun yang menjadi sumber data dalam

penelitian ini yaitu: Guru Pendidikan Agama Islam, dan Guru Pendamping

Khusus/ Penanggungjawab Inklusi dan anak inklusi.

b. Sekunder

Menurut M. Djamal (2015: 64), sumber data sekunder merupakan

sumber yang memberikan data secara tidak langsung yaitu melalui orang

atau lewat dokumen seperti: (1) peristiwa atau kegiatan yang diperoleh

melalui media massa, (2) keterangan yang diperoleh dari orang lain

tentang kedisiplinan seorang guru. Data sekunder juga diperoleh dari

(29)

13

Dalam penelitian ini yang akan dijadikan data sekunder adalah

dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan judul penelitian

seperti: Visi dan misi SMP Negeri 7 Salatiga, Sejarah SMP Negeri 7

Salatiga, Daftar nama anak inklusi, keadaan guru di SMP Negeri 7

Salatiga, foto kegiatan belajar mengajar dan hal-hal yang berkaitan dengan

judul penelitian.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, digunakan teknik-teknik

berikut:

a. Teknik wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik mendapatkan data dengan

mengadakan percakapan secara langsung antara pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan pihak yang

diwawancarai (interviewer) yang menjawab pertanyaan itu.

Sugiyono (2010:72), menjelaskan bahwa wawancara merupakan

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan gagasan melalui teknik

tanya jawab yang menghasilkan kontruksi makna tentang suatu topik

tertentu.

Peneliti dengan metode wawancara ini mendapatkan informasi

ataupun data tentang metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi

anak inklusi, faktor pendorong dan penghambat pembelajaran Pendidikan

(30)

14

peneliti mewawancarai pihak yang terkait yaitu: Guru Pendidikan Agama

Islam, Guru Pendamping Khusus/ Penanggungjawab Inklusi, Anak

Inklusi.

b. Teknik Observasi

Sugiyono (2014: 145), observasi sebagai teknik pengumpulan data

mempunyai ciri spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu

wawancara dan kuesioner. Observasi pada dasarnya merupakan kegiatan

untuk mendapatkan informasi melalui indera penglihatan. Karena harus

melihat secara langsung, maka peneliti harus terjun langsung ke lapangan.

Peneliti melakukan observasi di lingkungan SMP Negeri 7 Salatiga.

Hal-hal yang di observasi adalah fasilitas yang ada di sekolah,

pelaksanaan pembelajaran PAI juga untuk mengetahui adanya

faktor-faktor yang berpengaruh, baik faktor-faktor pendorong maupun faktor-faktor

penghambat dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri

7 Salatiga.

c. Teknik Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data

dengan menggunakan dokumen yang ada. Dengan metode ini dapat

diperoleh catatan atau arsip yang berhubungan dengan penelitian

(Rumidi, 2004:131). Dokumen dapat berupa catatan, buku teks, jurnal,

makalah, memo, surat dll. Dokumen pada hakikatnya merupakan catatan

(31)

15

Peneliti dalam metode dokumentasi bertujuan untuk mengumpulkan

data dan dokumen dokumen antara lain seperti: Rencana Pembelajaran

PAI, data anak inklusi, tenaga pendidik dan kependidikan, data guru

pembibing khusus, dan data-data lain.

6. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh melalui wawancara, catatan

lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga mudah dipahami dan hasil

temuannya dapat disampaikan kepada orang lain (Sugiyono, 2010: 88).

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak peneliti

memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah di lapangan. Analisis data

bertujuan untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah

dibaca dan di interpretasi, dalam memberikan interpretasi data yang diperoleh,

akan digunakan metode diskriptif kualitatif sehingga digunakan untuk

mendiskripsikan pelaksanaan pembelajaran PAI bagi anak inklusi di SMP

Negeri 7 Salatiga.

Ada tiga kegiatan analisis data yaitu:

a. Reduksi Data

Menurut M. Djamal (2015: 147), dalam pengumpulan data kualitatif,

digunakan berbagai macam teknik dan berlangsung secara berulang-ulang

sehingga diperoleh data sangat banyak dan komplek. Reduksi data

(32)

16

membuang dan menyusun data ke arah pengambilan kesimpulan. Melalui

proses reduksi data, maka data yang relevan disusun dan

disistematisasikan kedalam pola dan katagori tertentu, sedangkan data

yang tidak terpakai dibuang.

b. Display Data

Display data merupakan proses menyajikan data setelah dilakukan

reduksi data, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data untuk

penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

c. Verifikasi atau menarik kesimpulan

Merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan sebuah

kesimpulan yang dapat diuji kebenarannya berdasarkan penyajian data

yang diperoleh dari informan yang menjadi objek penelitian dilapangan.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam hal pengecekan keabsahan data penelitian terhadap kriteria

keabsahan data yang nantinya akan dirumuskan secara tepat. Setiap data yang

diperoleh peneliti tidak selalu benar sesuai dengan realitas yang ada. Oleh

karena itu, peneliti harus melakukan pemeriksaan apakah data yang akan

diperoleh memiliki keabsahan atau tidak. Teknik pemeriksaannya yaitu dalam

penelitian ini harus terdapat adanya kredibilitas yang dibuktikan dengan

perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, trianggulasi, pengecekan

sejawat kecukupan referensi, adanya kriteria kepastian dengan teknik uraian

(33)

17

Untuk menjamin validitas data peneliti menggunakan trianggulasi sebagai

teknik untuk mengecek keabsahan data, dimana pengertian dari trianggulasi

adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan cara memanfaatkan sesuatu

yang lain di luar data tersebut untuk pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data tersebut. Menurut Sugiyono (2014:274), pada trianggulasi

terdapat tiga strategi yaitu:

a) Trianggulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah

diperoleh melalui beberapa sumber.

b) Trianggulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada

sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. misalnya data

diperoleh dengan wawancara, kemudian dicek dengan observasi,

dokumentasi dan kuesioner.

c) Trianggulasi waktu yaitu data yang dikumpulkan dengan teknik

wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum

punya masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga

lebih kridebel

Untuk mendapatkan data yang absah dengan trianggulasi , peneliti akan

menggunakan strategi yang pertama dan kedua. Pertama trianggulasi sumber

yaitu dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui

beberapa sumber.

Dalam hal ini peneliti menguji keabsahan data tentang metode

(34)

18

pengumpulan data data diperoleh dari Kepala Sekolah, Waka Kurikulum,

Guru PAI, dan guru pendamping anak inklusi. Kedua, trianggulasi teknik

yaitu dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan

teknik yang berbeda. Data diperoleh dengan wawancara yaitu dengan

mewawancarai Guru PAI, guru pendamping anak inklusi. Kemudian dicek

dengan observasi yaitu peneliti melakukan penelitian pada saat proses belajar

mengajar didalam kelas. Sedangkan dokumentasi yaitu peneliti

mengumpulkan dokumen seperti Rencana pembelajaran PAI, data anak

inklusi dan data-data lainnya.

8. Tahap-tahap penelitian

a. Tahap pra lapangan (mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan metode

pembelajaran PAI bagi anak inklusi, menyusun rencana

penelitian,memilih lapangan penelitian, mengurus perijinan, melakukan

survey keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi,

menyiapkan kelengkapan penelitian, memperhatikan etika penelitian)

b. Tahap Pekerjaan Lapangan (memahami latar penelitian, memasuki

lapangan, berperan serta sambil mengumpulkan data)

c. Tahap Analisis Data (meyusun data yang masih tercampur seperti hasil

pengamatan, wawancara, dokumen, gambar, foto, dll). Menemukan tema

dan merumuskan hipotesis, ketika analisis data dilakukan secara intensif

peneliti perlu mendalam dan memperkaya tema dan hipotesis dengan

(35)

19

peneliti melakukan analisis dengan mencari dan menemukan apakah

hipotesis itu didukung oleh data. Dari analisis ini bisa terjadi peniliti akan

mengubah atau menggabungkan beberapa hipotesis sesuai data yang

diperoleh.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dan memahami pokok bahasan skripsi maka penulis

membagi menjadi lima bab. Sistematika penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagian awal yang meliputi: sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan

pembimbing, lembar pengesahan, pernyataan keaslian tulisan, motto,

persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar lampiran.

2. Bagian inti yang memuat:

Bab 1 : Pendahuluan

Dalam bab ini penulis mengemukakan: latar belakang masalah, fokus

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode

penelitian, sistematika penulisan.

Bab II: Kajian Pustaka

Dalam penelitian ini dikemukakan kajian pustaka yang meliputi:

a. Pendidikan Agama Islam terdiri dari pengertian pendidikan agama Islam,

tujuan dan fungsi PAI, ruang lingkup pendidikan agama islam, komponen

pelaksanaan pembelajaran PAI

(36)

20

c. Anak Berkebutuhan Khusus (anak inklusi) terdiri dari pengertian ABK,

dan pengelompokan/jenis-jenis ABK, pendidikan inklusi, karakteristik

ABK

d. Kajian penelian terdahulu

Bab III : Paparan Data Penelitian

Dalam bab ini akan mengurai tentang gambaran umum SMP Negeri 7

Salatiga:

a. Gambaran umum SMP Negeri 7 Salatiga

Sejarah berdirinya SMP Negeri 7 Salatiga, Visi dan misi dan tujuan

SMP Negeri 7 Salatiga.

b. Paparan Data Penelitian

Metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak inklusi di

SMP Negeri 7 Salatiga yang terdiri dari: metode pembelajaran PAI bagi

anak inklusi, penyusunan rencana pembelajaran PAI bagi anak inklusi,

pelaksanaan pembelajaran PAI bagi anak inklusi.

Bab IV: Analisis Data Penelitian

Meliputi metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak inklusi

di SMP Negeri 7 Salatiga, faktor pendorong dan penghambat pembelajaran

Pendidikan Agama Islam bagi anak inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga.

Bab V: Penutup

Bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri dari: kesimpulan, saran, dan

(37)

21 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut Amien Hedari (2014:2), Pendidikan Agama Islam adalah

pendidikan yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan serta membentuk

sikap, dan kepribadian peserta didik dalam mengamalkan ajaran Islam.

Pendidikan Agama islam ditujukan untuk dapat menyerasikan,

menyelaraskan, dan mengimbangkan antara Iman, Islam dan Ihsan yang

diwujudkan dalam hubungan manusia dengan Allah Swt, hubungan manusia

dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan sesama, dan hubungan

manusia dengan lingkungan alam.

Menurut Muhaimin (2002:75), Pendidikan Agama Islam adalah usaha

sadar untuk menyiapkan siswa, dalam menyakini, memahami, menghayati

dan mengamalkan agama islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan

latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain

dalam hubungan kerukunan agar umat beragama dalam masyarakat untuk

mewujudkan persatuan nasional.

Pendidikan sangatlah erat hubungannya dengan segala aspek kehidupan

jasmani maupun rohani baik didunia maupun diakhirat yang berlandaskan

(38)

22

menjelaskan tentang landasan pendidikan agama adalah Q.S an-nahl ayat 125

yaitu:

ُا

ۖ ِةَنَسَحْلا ِةَظِع ْوَمْلا َو ِةَمْك ِحْلاِب َكِِّب َر ِليِبَس ٰىَلِإ ُعْد

ْنَمِب ُمَلْعَأ َوُه َكَّب َر َّنِإ ۚ ُنَسْحَأ َيِه يِتَّلاِب ْمُهْلِداَج َو

ۖ ِهِليِبَس ْنَع َّلَض

َنيِدَتْهُمْلاِب ُمَلْعَأ َوُه َو

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Depag RI, 1898:42)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa syariat islam dianjurkan untuk

menuntut ilmu dijalan Allah dengan cara yang baik guna memperoleh

landasan kehidupan yang baik di dunia maupun di akhirat. Bentuk menuntut

ilmu yang dianjurkan dalam syariat tersebut diantaranya mempelajari

Pendidikan Agama Islam.

Sedangkan menurut Yusuf (1986:35), mengartikan Pendidikan Agama

Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman,

pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan kepada generasi muda agar

kelak menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha

sadar yang dilakukan oleh pedidik untuk merencanakan, melaksanakan, dan

(39)

23

pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam

Suatu tujuan ialah suatu yang diharapkan agar tercapainya usaha atau

kegiatan. Maka pendidikan merupakan suatu usaha dan kegiatan yang

berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya yaitu

bertahap dan bertingkat.

Secara umum, tujuan pendidikan Islam menurut Daradjat (1996: 30),

terbagi menjadi:

a. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan

pendidikan, baik dengan pengajaran atau cara lain. Tujuan ini meliputi

seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, kebiasaan,

dan pandangan. Bentuk insan kamil dengan pola takwa harus dapat

tergambar pada pribadi seseorang yang sudah dididik, walaupun dalam

ukuran kecil dan mutu yang rendah sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut.

b. Tujuan akhir adalah berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya

terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula. Pendidikan

islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk,

mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan

yang telah dicapai. Tujuan akhir pendidikan dipahami dalam firman Allah

(40)

24

َّلاِإ َّنُتوُمَت َلا َو ِهِتاَقُت َّقَح َ َّاللَّ اوُقَّتا اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي

َنوُمِلْسُم ْمُتْنَأ َو

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah

sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.

c. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik

diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu

kurikulum pendidikan formal

.

d. Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengaan

sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Suatu unit kegiatan

pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan

diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu.

Pendidikan agama Islam mempunyai fungsi berbeda dengan subyek

pelajaran yang lain. Secara umum menurut Abdul Majid (2004:136),

mengemukakan bahwa kurikulum pendidikan agama Islam untuk

sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut :

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta

didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan

keluarga.

b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan

(41)

25

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungan-nya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah

lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan

kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,

pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya

atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat

perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam

nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.

g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat

khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang

secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi

orang lain

3. Ruang Lingkup Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian,

keselarasan, dan keseimbangan antara lain: hubungan manusia dengan

Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan

manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan makhluk lain

(42)

26

Menurut Chabib Toha dan Abdul Mu’thi (1998:60), Pembahasan yang

diberikan dalam ruang lingkup Pendidikan Agama Islam yang dimaksud ialah

bahan pelajaran atau bahan ajar pendidikan agama Islam, yang berisikan

unsur-unsur pokok yang essensial dalam agama Islam sebagai acuan terhadap

tujuan pendidikan yang diharapkan. Unsur-unsur pokok ini merupakan kajian

yang harus ditempuh oleh setiap muslim dalam kehidupannya guna

pencapaian kedekatan kepada Allah SWT.

Kedekatan tersebut memiliki kondisi yang lebih baik dari sebelumnya,

yang terdiri dari hal ihwal yang berkaitan langsung dengan ajaran agama

Islam. Bahan disebut juga dengan materi, yaitu sesuatu yang diberikan kepada

siswa saat berlangsungnya kegitan belajar mengajar guna pencapaian tujuan

pembelajaran. Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama

Islam meliputi tujuh unsur pokok yaitu : Al-Qur'an- Hadis, keimanan, syariat,

ibadah, muamalah, akhlak, dan tarikh.

4. Komponen Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam a. Perencanaan pembelajaran

Perencanaan pembelajaran adalah suatu proses pembuatan

rencana, model, pola, bentuk, konstruksi, yang melibatkan guru,

peserta didik, serta fasilitas lain yang dibutuhkan, yang tersusun

secara sistematis agar terjadi proses pembelajaran yang efektif dan

efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan

(43)

27 b. Pelaksanaan pembelajaran

Menurut Hamdani (2011: 203), rencana pelaksanaan pembelajaran

merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau

memproyeksikan hal-hal yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Oleh

karena itu rencana pelaksanaan pembelajaran perlu dikembangkan untuk

mengordinasikan komponen-komponen pembelajaran.

c. Evaluasi pembelajaran

Menurut Nizar (2002: 78), evaluasi diterapkan untuk mengetahui

tingkat keberhasilan seorang pendidik dalam menyampaikan materi

pelajaran menemukan kelemahan-kelemahan baik yang berkaitan dengan

materi, media, ataupun sarana.

B. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengerian Metode Pembelajaran PAI

Metode secara sederhana sering diartikan cara yang cepat dan tepat dalam

bahasa Arab istilah metode dikenal dengan istilah thoriqoh yang berarti

langkah-langkah strategis untuk melakukan suatu pekerjaan (Ramayulis,2002:

155). Jadi metode adalah suatu cara untuk menyampaikan sesuatu secara

efektif dan efesien. Seperti cara seoraang pendidik menyampaikan materi

pembelajaran kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

ditentukan dan peserta didik dapat memahami apa yang disampaikan oleh

(44)

28

Menurut Zainal Aqib (2013:66), pembelajaran adalah upaya secara

sistematis yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk mewujudkan proses

pembelajaran secara efektif dan efesien yang dimulai dari perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi. Kemampuan mengelola pembelajaran merupaka

syarat mutlak bagi seorang pendidik agar terwujud kompetensi

profesionalnya. Konsekuensinya seorang pendidik harus memiliki

pemahaman yang utuh dan tepat terhadap konsepsi belajar dan mengajar.

Belajar menurut teori behavioristik diartikan sebagai proses perubahan

tingkah laku. Perubahan tersebut disebabkan oleh seringnya interaksi antara

stimulus dan respon. Jadi intinya adalah kemampuan seseorang melakukan

respon terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.Belajar menurut teori

kognitif artinya proses untuk membangun persepsi seseorang dari sebuah

obyek yang dilihat. Jadi, teori ini lebih mementingkan proses pada dirinya.

Adapun menurut pandangan teori kontruktivisme belajar adalah upaya

untuk membangun pemahaman atau persepsi atas dasar pengalaman yang

dialami siswa, oleh sebab itu belajar menurut teori ini merupakan proses

untuk memberikan pengalaman nyata bagi siswa.

Sedangkan mengajar menurut Zainal Aqib (2014:67), adalah kemampuan

untuk mengondisikan situasi yang dapat dijadikan proses belajar bagi siswa.

Oleh sebab itu mengajar tidak harus terikat ruang/tempat atau waktu. Berikut

(45)

29

a. Gagne & Brig: mengemukakan bahwa pengajaran bukanlah sesuatu yang

terjadi secara kebetulan melainkan adanya kemampuan guru yang dimiliki

tentang dasar-dasar mengajar yang baik. Instruction is the means

employed by teacher, designer of materials, curriculum specialist, and

promote whose purpose is to develop and organized plan top promote

learning (1979:19).

b. Moh. Uzer Usman: mengajar adalah suatu proses yang mengandung

serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik

yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

Kata belajar memiliki beberapa pengertian sebagaimana yang telah

diungkapkan oleh Nasution yang dikutip oleh Usman (2002:19), yaitu sebagai

berikut:

a. Mengajar ialah menanamkan pengetahuan kepada murid

b. Mengajar ialah kebudayaan kepada anak

c. Mengajar ialah aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan

dengan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi

proses belajar mengajar.

2. Macam-Macam Metode Pembelajaran PAI

Dalam menentukan metode pembalajaran seorang pendidik tidak hanya

menerapkan satu metode. Kualitas pembelajaran dapat meningkat apabila

seorang pendidik mampu mengkombinasi beberapa metode sekaligus

(46)

30

Menurut Ardi Setyanto (2017: 161), terdapat banyak metode

pembelajaran antara lain:

a. Metode ceramah yaitu salah satu penyajian atau penyampaian bahan ajar

dengan cara lisan dari seorang pendidik ke peserta didik. Menurut

Hamdani (2011: 156) metode ceramah berbentuk penjelasan konsep,

prinsip, dan fakta yang ditutup dengan tanya jawab antara guru dan siswa.

Metode ceramah dapat dilakukan oleh guru untuk memberikan

pengarahan, petunjuk diawal pembelajaran.

b. Metode diskusi yaitu suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang

bergabung dalam satu kelompok untuk berpendapat tentang suatu masalah

dan memecahkan masalah untuk mendapatkan kebenaran atas persoalan

tertentu. Menurut Hamdani (2011: 159) metode diskusi merupakan

interaksi antar siswa atau interaksi siswa dengan guru, untuk

menganalisis, memecahkan masalah, menggali, atau memperdebatkan

topik atau masalah.Metode diskusi menurut Ardi Setyanto (2017:164)

yaitu cara penyampaian bahan pelajaran dimana guru memberi

kesempatan kepada murid untuk mengumpulkan pendapat, kesimpulan,

atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah.

c. Metode demonstrasi yaitu pembelajaran yang dapat digunakan untuk

meningkakan kinerja peserta didik. Menurut buku Ardi Setyanto metode

demonstrasi yaitu metode mengajar dengan cara memperagakan barang,

(47)

31

maupun melalui media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan

atau materi.

d. Metode resitasi yaitu cara menyajikan bahan pelajaran dimana guru

memberikan sejumlah tugas kepada peserta didik untuk mempelajari

sesuatu.

e. Metode inkuiri yaitu dilakukan secara perorangan, kelompok, mencakup

seluruh peserta didik baik dilakukan didalam kelas maupun luar. Metode

ini digunakan untuk mancari jawaban pasti atau menentukan penyelesaian

terhadap masalah tertentu.

f. Metode pembiasaan menurut Heri Gunawan (2014:93), adalah sesuatu

yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat

menjadi kebiasaan. Metode pembiasaan berintikan pengalaman.

Pendidikan dengan pembiasaan menurut Mulyasa (2011:167-168) dapat

dilaksakan secara terprogram dalam pembelajaran

g. Metode drill (latihan) menurut Hamdani (2011: 161) yaitu metode yang

memanfaatkan siswa yang telah lulus atau berhasil. Seorang siswa

memerhatikan siswa yang telah mencapai tingkat lanjut dalam

(48)

32 C. Anak Inklusi

1. Pengertian Anak Inklusi (ABK)

Menurut E. Kokasih (2012:2), anak inklusi sering di sebut juga dengan

Anak Berkebutuhan Khusus yang di artikan sebagai anak yang lambat (slow)

atau mengalami gangguan (retarded) fisik, mental, inteligensi, dan emosi

sehingga membutuhkan pembelajaran secara khusus. Anak berkebutuhan

khusus dianggap berbeda dengan anak-anak normal pada umumnya.

Hubungan antara perkembangan dengan belajar juga berbeda pada anak

umumnya. Menurut Muhibbin Syah (2015: 11), sebagian ahli menganggap

perkembangan sebagai proses yang berbeda dengan pertumbuhan. Menurut

mereka, perkembangan ialah proses kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi

organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya sendiri. Artinya

perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang

disandang oleh organ-organ fisik. Anak inklusi ini mengalami masalah

perkembangan atau pertumbuhan. Ada beberapa faktor yang timbul mengapa

anak menjadi seperti ini yaitu :

a. Faktor Internal

Kondisi yang dimiliki anak yang bersangkutan, misalkan buta, tuli,bisu,

(49)

33 b. Faktor Eksternal

Adalah sesuatu yang berada di luar diri anak dan mengakibatkan anak

memiliki hambatan belajar. Misalkan traumatis disebabkan kekerasan,

depresi, stres.

c. Kombinasi keduanya

Misalkan kondisi anak yang cacat sejak lahir tatapi kurang mendapatkan

penerimaan dari keluarga dan lingkungan sosial.

Beberapa yang termasuk dalam ABK antara lain: autisme, kesulitan

belajar, tunadaksa, tunagrahita, tunalaras, tunanetra, tunarungu, celebral palsy,

down syndrome, indigo, sindrom asperger, thalassemia. Jadi dapat

disimpulkan anak inklusi adalah anak yang memiliki keterbatasan fisik dan

mental yang terdapat di sekolah umum sehingga sangat membutuhkan

perhatian dan pendidikan yang khusus untuk mengoptimalkan potensi secara

utuh akibat perbedaan kondisi dengan anak normal lainnya.

2. Pengertian Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusi merupakan sistem penyelenggaraan pendidikan bagi

anak-anak yang memiliki keterbatasan tertentu dan anak-anak lainnya yang

disatukan dengan tanpa mempertimbangkan keterbatasan masing-masing.

Menurut Direktorat Pembinaan SLB (2017), pendidikan inklusi adalah sistem

layanan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua anak belajar

(50)

34

kebutuhan individual, sehingga potensi anak /dapat berkembang secara

optimal. ( Dadang Garnida 2015:48).

Keberadaan anak inklusi yang berada dikelas reguler akan berpandangan

bahwa anak tersebut tidak dibedakan dengan anak lainnya, khususnya dalam

pengembangan kompetensi sosial dan peningkatan kecakapan hidup. Hal

tersebut bisa terlihat saat proses belajar mengajar didalam kelas yaitu saat

anak inklusi mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dengan

anak-anak lainnya.

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 45 ayat 1 tentang

sistem pendidikan nasional yaitu setiap satuan pendidikan formal dan non

formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan

pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik,

kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.

Inklusi (dari kata bahasa Inggris: inclusion-peny) merupakan istilah baru

yang digunakan untuk mendeskripsikan penyatuan bagi anak-anak

berkelainan (penyandang hambatan/cacat) ke dalam program-program sekolah

adalah inklusi. Bagi sebagian besar pendidik, istilah ini dilihat sebagai

deskripsi yang lebih positif dalam usaha-usaha menyatukan anak-anak yang

memiliki hambatan dengan cara-cara yang realistis dan komprehensif dalam

kehidupan pendidikan yang menyeluruh (Smith, 2006:45).

Dadang Garnida (2015:49), CSIE mengatakan bahwa, “ inclusion means

(51)

35

settings, whatever their needs. Dengan kata lain, semua siswa tanpa

memandang jenis kebutuhannya diperbolehkan untuk bersama-sama hidup

dan bekerja dalam lingkungan umum (lumrah). Pendidikan inklusi ini

merupakan sistem pendidikan yang menghargai bahwa manusia:(1) diciptakan

sebagai makhluk yang berbeda-beda (unik); (2) menghargai dan menghormati

bahwa semua orang merupakan bagian dari masyarakat; (3) diciptakan untuk

membangun sebuah masyarakat, sehingga sebagai masyarakat normal ditandai

dengan adanya keberagaman dari setiap anggota masyarakatnya.

Menurut Marilyn Friend dan William D. Bursuck (2015: 5) pendidikan

inklusi (khusus) bertujuan memungkinkan para siswa untuk meraih potensi

yang mereka miliki. Ada tiga macam pelayanan antara lain yaitu:

a. Pengajaran yang dirancang khusus yaitu seluruh siswa yang layak atas

layanan pendidikan khusus harus memperoleh pengajaran yang dirancang

khusus.

b. Layanan terkait yaitu bagi siswa penyandang disabilitas bantuan di luar

pengajaran akademis yang memungkinkan siswa untuk memperoleh

manfaat dari pendidikan khusus.

c. Bantuan dan jasa pelengkap yaitu susunan luas atas berbagai bantuan yang

memungkinkan siswa penyandang disabilitas untuk dapat berpartisipasi

dalam pendidikan umum, kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan sekolah

lainnya supaya mereka dapat dididik bersama dengan teman sebaya yang

(52)

36

Adapun model pembelajaran yang dilakukan guru terhadap anak

berkebutuhan khusus yaitu model in-and out adalah model pembelajaran

bagi anak-anak berkebutuhan khusus dimana anak-anak tersebut keluar

masuk kelas reguler pada pembelajaran tertentu. Model two-teacher

adalah model dengan menggunakan dua orang guru yaitu guru reguler dan

guru pembimbing khusus (GPK). Model full inclusion adalah model

pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus dimana siswa siswa

berkebutuhan khusus secara penuh mengikuti proses pembelajaran

bersama-sama dengan siswa-siswa reguler lainnya di kelas yang sama.

Model rejection of inclution adalah model pembelajaran dimana

siswa-siswa berkebutuhan khusus belajar terpisah dengan siswa-siswa reguler lainnya.

Anak berkebutuhan khusus secara fleksibel pindah dari satu bentuk

layanan ke bentuk layanan lain, seperti:

a) Kelas reguler (inklusi penuh)

Anak berkelainan belajar bersama anak lain(normal) sepanjang

hari dikelas reguler dengan menggunakan kurikulum yang sama.

b) Kelas reguler dengan cluster

Anak berkelainan belajar bersama anak lain (normal) di kelas

reguler dalam kelompok khusus.

c) Kelas reguler dengan pull out

Anak berkelainan belajar bersama anak lain (normal) di kelas

(53)

37

reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru pembimbing

khusus.

d) Kelas reguler dengan cluster dan pull out

Anak berkelainan belajar bersama dengan anak lain (normal)

dikelas reguler dalam kelompok khusus, dan dalam waktu-waktu

tertentu di tarik dari kelas reguler ke ruang sumber belajar dengan

guru pembimbing khusus.

e) Kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian

Anak berkelainan belajar di dalam kelas khusus pada sekolah

reguler, namun dalam bidang-bidang tertentu dapat belajar

bersama anak lain (normal) di kelas reguler.

f) Kelas khusus penuh

Anak berkelainan belajar didalam kelas khusus pada sekolah

reguler.

Jadi, pendidikan inklusif tidak mengharuskan semua anak

berkelainan berada di kelas reguler setiap saat dengan semua mata

pelajarannya (inklusi penuh), karena sebagian anak berkelainan dapat

berada dikelas khusus atau ruang terapi berhubung gradasi

kelainannya berat, mungkin akan lebih banyak waktunya berada di

kelas khusus pada sekolah reguler ( inklusi lokasi). Kemudian bagi

(54)

38

disekolah reguler (sekolah biasa), dapat disalurkan ke sekolah khusus(

SLB) atau tempat khusus (rumah sakit).

3. Jenis-Jenis Anak Inklusi (ABK)

Anak inklusi adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda pada

anak pada umumnya Anak inklusi atau anak berkebutuhan khusus di

kelompokkan sebagai berikut:

a. Tunarungu

Menurut Sutjihati Sumantri (2006:93), suatu keadaan kehilangan

pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap

berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengaran. Sedangkan

menurut Bandi Delphie (2006:102), anak tunarungu anak yang mengalami

kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan

tidak berfungsinya sebagian atau seluruh indera pendengaran.

b. Tunagrahita

Anak yang memilki kemampuan intelektual dibawah rata-rata atau

bisa disebut dengan retardasi mental. Tunagrahita ditandai dengan

keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.

Menurut Aqila Smart (2010: 49), ada beberapa karakteristik tunagrahita

antara lain: keterbatasan intelegensi, keterbatasan sosial, dan keterbatasan

fungsi mental lainnya. Menurut jurnal Siti Fatimah Mutia Sari, Binahayati

dkk, (S1 Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(55)

39

kecenderungan kurang peduli terhadap lingkungannya baik dalam

keluarga atau lingkungan sekitarnya. Masyarakat umumnya mengenal

tunagrahita sebagai retardasi mental atau keterbelakangan mental atau

idiot.

Menurut Dadang Garnida (2015:9) terdapat tiga indikator dalam

tunagrahita yaitu; (1) keterhambatan fungsi secara umum atau dibawah

rata-rata, (2) ketidakmampuan dalam perilaku sosial/adaptif, (3) hambatan

perilaku sosial/adaptif terjadi pada usia perkembangan yaitu sampai

dengan usia 18 tahun. Adapun kebutuhan pembelajaran bagi anak

tunagrahita antara lain:

1) Perbedaan anak tunagrahita dengan anak normal dalam proses belajar

adalah terletak pada hambatan dan masalah atau karakteristik

belajarnya.

2) Perbedaan karakteristik belajar anak tunagrahita dengan anak

sebayanya adalah anak tunagrahita mengalami masalah dalam hal,

hal,; (1) tingkat kemahirannya dalam memecahkan masalah;(2)

melakukan generalisasi dan mentransfer sesuatu yang baru dan; (3)

minat dan perhatian terhadap penyelesaian tugas.

c. Tunalaras

Menurut Santoso (2010:131), yaitu individu yang mengalami

(56)

40

tunalaras biasanya menunjukkan perilaku menyimpang yang tidak sesuai

dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya.

d. Tunanetra

Merupakan sebutan untuk individu yang mengalami gangguan pada

indra penglihatan. Pada dasarnya, tunanetra dibagi menjadi dua kelompok

yaitu buta total dan kurang penglihatan.

e. Kesulitan belajar

Suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar

yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan.

Menurut Mulyono Abdurrahman (1999: 6), gangguan tersebut

menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengar, berpikir, berbicara,

membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. Batasan tersebut mencakup

kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan

afasia perkembangan.

f. Lamban belajar

Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak Republik Indonesia, 2013 anak yang memiliki potensi intelektual

sedikit dibawah rata-rata tetapi belum termasuk gangguan mental. Mereka

butuh waktu lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan

tugas-tugas akademik maupun non akademik. Menurut Bandi, (2006:24) anak

lamban belajar adalah anak yang berprestasi rendah karena mereka

Gambar

Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 4.1

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasi pengujian menunjukkan bahwa alat yang dibuat dapat menampilkan nilai suhu dan arus beban maka disimpulkan alat ini dapat di implementasikan untuk

Jika harga transaksi memberikan bukti terbaik atas nilai wajar pada saat pengakuan awal, maka instrumen keuangan pada awalnya diukur pada harga transaksi dan selisih antara

Dari beberapa pengertian mengenai komunikasi yang dipaparkan diatas penulis memahami bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran pesan atau informasi antara dua orang

Penelitian ini mengukur jumlah gas rumah kaca dari perkebunan kakao dan menguraikan stok (cadangan) karbon dari perkebunan, yaitu jumlah karbon yang tersimpan dalam tanah,

• Hal inilah yang menyebabkan kebutuhan arus proteksi ICCP spesimen dengan kondisi cacat coating yang sama pada penelitian meningkat seiring dengan naiknya temperatur

Sehubungan dengan telah ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.06/2005 tanggal 9 November 2005 dan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor

Variabel keberadaan TPI dibagi lagi menjadi 9 variabel yaitu : Keberadaan fasilittas TPI, fungsi fasilitas TPI, standar pelayanan yang diberikan petugas TPI dalam menjaga

Untuk mendapatkan rendemen arang dan cuka kayu yang tinggi maka sebaiknya menggunakan bahan baku dengan ukuran 5 cm dan lama pembakaran kurang dari 10 jam, untuk penghematan