i
METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BAGI ANAK INKLUSI DI SMP NEGERI 7 SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Astri Laelatul Fadhilah
NIM : 111-14-091
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
iii
METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BAGI ANAK INKLUSI DI SMP NEGERI 7 SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Astri Laelatul Fadhilah
NIM : 111-14-091
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
iv Dr. Fatchurrohman, S.Ag.,M.Pd
Dosen IAIN Salatiga
Persetujuan Pembimbing Lamp : 4 Eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
Kepada:
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah
skripsi mahasiswa:
Nama : Astri Laelatul Fadhilah
NIM : 111-14-091
Jurusan : S1-Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul : Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak
Inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga tahun pelajaran 2017/2018.
Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk
diujikan dalam sidang munaqosyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk
menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.
v
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jalan Lingkar Salatiga KM.2 Telepon (0298) 6031364 Kode Pos 50716 Salatiga
Website:http://tarbiyah.iainsalatiga.ac.ide-mail: tarbiyah@iainsalatiga.ac.id
SKRIPSI
METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK INKLUSI DI SMP NEGERI 7 SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Disusun Oleh: Astri Laelatul Fadhilah
NIM.111-14-091
Telah dipertahankan didepan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, pada tanggal 26 Maret 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN
KESEDIAAN DIPUBLIKASIKAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Astri Laelatul Fadhilah
NIM : 11114091
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Skripsi ini diperbolehkan untuk di Publikasikan oleh Perpustakaan IAIN Salatiga.
vii
MOTTO
َ ل (ٍَمْيِوْق تَِن سح اَْىِفَ ن اسْنِلااَ انْق ا خَْدًق 4
َ)
“ Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik
-baiknya”
viii
PERSEMBAHAN
Atas rasa bersyukurnya kepada Allah SWT, karya skripsi ini penulis persembahkan
untuk:
Orang tuaku tercinta Bapak Muh Sinin dan Ibu Munasarah yang senantiasa
mencurahkan kasih sayang,dukungan, dan doa yang tidak pernah putus.
Kakak-kakakku Aris Subkhi, Indri Musafi, Atik Susanti, Rizka Dewi
Rahmawati yang selama ini selalu mendukungku dalam segala hal
Bulikku Suharsini S.Ag dan paklik Maftuhan S.Ag yang tidak pernah lelah
mengingatkanku, memotivasiku, dan menjadi orang tuaku selama tinggal di
Salatiga.
Bapak Dr. Fatchurrohman, S.Ag.,M.Pd yang telah sabar dalam membimbing,
mengarahkan dan memberi masukan-masukan dalam menyusun skripsi ini
Sahabat-sahabatku Siti Rizqi Utami, Alfi Likhayati, Elfa Rahma A, Aulina
Salsabila, Nurul Fadillah, Ririn Nur Fardani L dan Tyas Astina Suciyati yang
selalu mendukung aku dalam menyelesaikan skripsi ini.
Dwi Afriyanto yang telah mendoakan dalam menyelesaikan skripsi .
Semua teman-teman organisasi DEMA, SEMA dan PMII yang telah
memberikan pengalaman lebih.
Semua pihak yang selalu memberi semangat dan dukungan bagi penulis untuk
ix
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya kejalan kebenaran dan keadilan.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini
adalah “ Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Inklusi di SMP
Negeri 7 Salatiga tahun Pelajaran 2017/2018”. Penulisan skripsi ini dapat selesai
tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun
materil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga
3. Ibu Siti Rukhayati M.Ag selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Bapak Dr. Fatchurrohman, S.Ag.,M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Segenap dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal
x
6. Ibu Dra. Anna Maria Andharini, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP N 7
Salatiga yang telah mengijinkan penulis mengadakan penelitian dalam rangka
menyusun skripsi.
7. Bapak Dimiyathi, Bapak Muhammad Sintoro, dan Ibu Laily Atiqoh selaku
guru Pendidikan Agama Islam, Bapak Sudiyo selaku guru Pembimbing
Khusus, Ibu Vita selaku karyawan TU dan segenap keluarga besar SMP N 7
Salatiga yang telah memberikan banyak informasi kepada penulis.
8. Ibu dan Bapak penulis, yang telah memberikan dukungan dan doa restu atas
penyusunan skripsi
9. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam
penulisan skripsi.
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang
setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga
bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
xi DAFTAR ISI
SAMPUL... i
LOGO... ii
JUDUL... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv
LEMBAR PENGESAHAN... v
DEKLARASI... vi
MOTTO... vii
PERSEMBAHAN... viii
KATA PENGANTAR... ix
DAFTAR ISI... xi
ABSTRAK... xiii
DAFTAR TABEL... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 6
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Manfaat Penelitian... 6
E. Penegasan Istilah... 8
xii
G. Sistematika Penulisan... 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Agama Islam... 21
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam... 21
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam... 23
3. Ruang Lingkup Pembelajaran Pendidikan Agama Islam... 25
4. Komponen Pelaksanaan Pembelajaran PAI... 26
B. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam... 27
1. Pengertian Metode Pembelajaran PAI... 27
2. Macam-macam Metode Pembelajaran PAI... 29
C. Anak Inklusi (Anak Berkebutuhan Khusus)... 32
1. Pengertian Anak Inklusi (Anak Berkebutuhan Khusus)... 32
2. Pengertian Pendidikan Inklusi... 33
3. Jenis-jenis Anak Inklusi (ABK)... 38
4. Karakteristik Anak Inklusi (ABK)... 41
5. Metode Pembelajaran Anak Inklusi (ABK)... 44
D. Kajian Penelitian Terdahulu... 47
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP N 7 Salatiga... 51
xiii
2. Visi dan Misi SMP N 7 Salatiga... 52
3. Profil Sekolah... 53
4. Sarana Prasarana... 56
B. Temuan Penelitian... 58
1. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Inklusi di SMP N 7 Salatiga... 58 2. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Inklusi di SMP N 7 Salatiga... 67 BAB IV PEMBAHASAN A. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Inklusi di SMP N 7 Salatiga... 71 B. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Inklusi di SMP N 7 Salatiga... 89 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 92
B. Saran ... 93
C. Penutup ... 94
DAFTAR PUSTAKA
xiv ABSTRAK
Fadhilah, Astri Laelatul. 2018. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr.Fatchurrohman,S.Ag.,M.Pd.
Kata Kunci: Metode Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, Anak Inklusi (Anak Berkebutuhan Khusus)
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui 1) metode pembelajaran pendidikan agama Islam bagi anak inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga, 2) mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri 7 Salatiga. Oleh karena itu, guru dalam penyampaian materi harus menggunakan metode yang dapat diketahui langsung oleh siswanya dan yang menjadi faktor pendukung atau penghambat dalam pembelajaran bagi anak inklusi.
Metode yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dimulai mulai bulan November 2017 di SMP N 7 Salatiga. Teknik pengumpulan data dengan wawancara kepada Guru Pendidikan Agama Islam, Guru Pembimbing Khusus (GPK), dan anak inklusi. Data di kumpulkan dengan observasi,dan dokumentasi kemudian data ditranskip menjadi data yang lengkap.
xv
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1 Data Guru Pengurus Inklusi...54
2. Tabel 3.2 Jumlah Siswa...54
3. Tabel 3.3 Jumlah Siswa Menurut Agama...55
4. Tabel 3.4 Data Siswa Inklusi...56
5. Tabel 4.1 Data ruang sarana dan prasarana SMP N 7 Salatiga...57
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 : Lembar Pedoman Wawancara
Lampiran 3 : Lembar Verbatin Wawancara
Lampiran 4 : Dokumentasi
Lampiran 5 : RPP
Lampiran 6 : Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 7 : Surat Sudah Melakukan Penelitian
Lampiran 8 : Surat Penunjukan Pembimbing
Lampiran 9 : Lembar Konsultasi Skripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna dan
sebaik-baiknya ciptaan yang mempunyai fitrah sebagai makhluk hidup yang memilliki
kemampuan untuk berfikir, berkreasi, beragama serta kemampuan untuk
berinteraksi dengan lingkungannya. Untuk itu manusia tidak mungkin hidup
sendiri maka manusia pasti membutuhkan bantuan orang lain untuk
mengembangkan beberapa potensi yang dimiliki agar berguna bagi Agama,
Bangsa dan Negara. Salah satu bentuk bantuan yang bisa diperoleh adalah melalui
proses pendidikan karena dengan pendidikan kita dapat membuka pintu yang
telah tertutup.
Hakikat pendidikan disebutkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan merupakan hak dan kewajiban bagi setiap individu untuk
memanfaatkan semua potensi yang dimilikinya. Menurut Jejen Musfah (2015:9),
2
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran.
Pendidikan harus disiapkan dengan matang mulai dari mutu guru, kelas, media,
metode, evaluasi hingga prasarana pendukung keberhasilan pendidikan. Persiapan
yang matang ini akan menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.
Kedua, potensi peserta didik berupa sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.
Pendidikan harus menyentuh aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. Ketiga,
ilmu yang bermanfaat bagi individu, masyarakat, dan bangsa. Maksudnya
pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan akhlak, ketrampilan, dan
pengetahuan anak dan pemuda disekolah atau dirumah, agar mereka hidup
bahagia dan bermanfaat.
Dalam pendidikan ada suatu pembelajaran. Menurut Ahmad Izzan dan
Saehudin (2012: 61), pembelajaran ini merupakan suatu proses perubahan, yaitu
perubahan perilaku yang dilakukan oleh individu secara keseluruhan, sebagai
hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi lingkungannya.
Pembelajaran yang maksimal dapat terwujud dengan beberapa aspek yaitu
dengan cara metode yang tepat bagi peserta didik. Oleh karena itu, metode
harusnya sesuai dengan karakter peserta didik. Dijelaskan dalam firman Allah
SWT dalam Q.S Al- Maidah ayat 67 yang berbunyi:
اَمَف ْلَعْفَت ْمَل ْنِإ َو َكِِّب َر ْنِم َكْيَلِإ َل ِزْنُأ اَم ْغِِّلَب ُلوُس َّرلا اَهُّيَأ اَي
ِر َتْغَّلَب
َم ْوَقْلا يِدْهَي لا َ َّاللَّ َّنِإ ِساَّنلا َنِم َكُم ِصْعَي ُ َّاللَّ َو ُهَتَلاَس
( َني ِرِفاَكْلا
٦٧
3
Artinya : “Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu tuhanmu.
Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir” (QS. Al -Maidah: 67).
Ayat di atas menjelaskan bahwa metode merupakan hal yang sangat penting
dalam proses belajar mengajar di lembaga pendidikan. Apabila proses
pendidikan tidak menggunakan metode yang tepat maka akan sulit untuk
mendapatkan tujuan pembelajaran yang di harapkan. Adapun kendala
penggunaan metode yang tepat dalam mengajar banyak dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu ketrampilan guru belum memadai, kurangnya sarana
prasarana, kondisi lingkungan pendidikan dan kebijakan lembaga pendidikan.
Guru dituntut untuk lebih profesional dalam segala hal mengenai
pendidikan, utamanya dalam mendidik siswa sehingga tidak heran baik buruknya
pendidikan tidak hanya terletak pada kurikulum tetapi juga pada profesionalisme
guru. Demiikian pula dengan pendidikan agama juga sangat penting, karena
merupakan kebutuhan setiap individu terutama dalam hal ibadah dalam
kehidupan sehari-hari. Pendidikan agama merupakan hal paling mendasar yang
harus diberikan kepada semua peserta didik sebagai bekal kehidupan. Metode
pembelajaran pendidikan agama islam yang sering di gunakan oleh guru
biasanya metode ceramah, metode diskusi dan metode praktik.
Perwujudan pendidikan agama pada sekolah terangkum dalam mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan mata pelajaran yang
4
beragama islam. Pentingnya mempelajari ilmu agama bermakna sangat luas,
tidak memandang kondisi seseorang itu normal ataupun memiliki keterbatasan
mental, fisik maupun perilaku. Anak yang memiliki keterbatasan tersebut juga
berhak mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak normal pada umumnya.
E. Kosasih (2012: 1), mengemukakan bahwa anak berkebutuhan khusus
(ABK) ini diartikan sebagai anak yang lambat (slow) atau mengalami gangguan
(retarded) yang tidak akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak
pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus (ABK) juga dapat diartikan sebagai
anak yang mengalami gangguan fisik ,mental, intelegensi dan emosi sehingga
membutuhkan pembelajaran secara khusus. Beberapa yang termasuk dalam ABK
antara lain: autisme, kesulitan belajar, tunadaksa, tunagrahita, tunalaras,
tunanetra, tunarungu, celebral palsy, down syndrome, indigo, sindrom asperger,
thalassemia.
Penulis, dalam hal ini tertarik melakukan penelitian di SMP Negeri 7
Salatiga tahun 2017. Sekolah ini merupakan sekolah umum yang satu-satunya
mau menerima anak inklusi yang ada di Salatiga. Jumlah anak inklusi terdapat 9
anak yaitu 5 anak berada di kelas VII, 2 anak di kelas VIII dan 2 anak di kelas
IX. Awal mulanya sekolah SMP Negeri 7 Salatiga menerima anak inklusi mulai
dari angkatan kelas IX yaitu pada tahun 2014. Anak inklusi ini memperoleh
kesempatan untuk bersekolah dengan anak normal di sekolah ini. Sekolah
merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang telah menerapkan
5
khusus dengan peserta didik normal pada umumnya untuk melakukan proses
pembelajaran bersama dalam satu kelas.
Melalui pendidikan inklusi anak berkebutuhan khusus dididik bersama-sama
anak lainnya (normal untuk mengoptimalkan potensi yang dimilki anak melalui
pendidikan di sekolah) akan tetapi belum ada kelas khusus bagi anak inklusi di
karenakan ada beberapa faktor yaitu belum adanya kelas khusus dan dana yang
belum terpenuhi jadi anak inklusi dalam proses pembelajaran dijadikan satu
dengan anak normal lainnya.
Di sekolah ini mereka memperoleh haknya, sama seperti anak pada normal
lainnya dalam mendapatkan pengajaran dan pendidikan, begitu pula dalam
pembelajaran pendidikan agama islam walaupun anak inklusi tersebut dalam
proses pembelajaran mereka bisa mengikuti akan tetapi dalam penangkapan
penyampaian dari guru mereka sangat tertinggal. Ada beberapa anak inklusi yang
justru menguasai dalam bab keagamaan sedangkan yang lain kurang dan kendala
dalam proses pembelajaran bagi anak inklusi yaitu dari anak inklusi sendiri dan
dari teman. Beberapa anak yang tidak menerima dengan keadaan tersebut
sehingga anak inklusi sering terjadi pembulian .
Latar belakang diatas muncul ketertarikan penulis untuk melakukan
penelitian dengan judul “METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM BAGI ANAK INKLUSI DI SMP NEGERI 7 SALATIGA
6 B. Rumusan Masalah
Berpijak dari latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
1. Apa metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak inklusi di
SMP Negeri 7 Salatiga?
2. Apa faktor pendorong dan penghambat dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam bagi anak inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan penelitian diatas, maka kita dapat mengetahui tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak inklusi
di SMP Negeri 7 Salatiga.
2. Mengetahui faktor pendorong dan penghambat dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam bagi anak inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas tentang
pembelajaran PAI pada anak inklusi, sehingga dapat memberikan manfaat sebagai
7 1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dalam ilmu
pendidikan dan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
khususnya di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
b. Memberikan sumbangan ilmiah bagi kalangan akademis yang
mengadakan penelitian berikutnya maupun mengadakan riset baru tentang
pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak inklusi
yang bersekolah di sekolah umum.
2. Secara praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak inklusi di SMP Negeri
7 Salatiga
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengembangkan proses pembelajaran PAI yang tepat
bagi anak inklusi, serta orang tua, guru maupun masyarakat dapat
mengetahui cara mendidik anak yang baik khususnya pada inklusi untuk
mempermudahkan dalam menghadapi dan memahami tingkah laku
8 E. Penegasan Istilah
1. Metode Pembelajaran
Menurut Ardi Setyanto (2017: 159), metode merupakan bagian utuh,
terpadu, dan integral dari proses pembelajaran. Metode pembelajaran ialah
suatu cara guru menjelaskan suatu pokok bahasan sebagai bagian dari
kurikulum yang mencakup isi atau materi pelajaran dalam upaya mencapai
Sasaran dan tujuan pembelajaran baik tujuan institusional, pembelajaran
secara umum maupun khusus.
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yaitu cara yang
dilakukan oleh seorang pendidik untuk membelajarkan atau menyampaikan
ilmu dan pendidikan kepada peserta didik dalam belajar, bagaimana belajar
memperoleh dan memproses pengetahuan dan pendidik menjadi fasilitator,
motivator, inovator terhadap peserta didik.
2. Pendidikan Agama Islam
Menurut Amien Hedari (2014:2), Pendidikan Agama Islam adalah
pendidikan yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan serta membentuk
sikap, dan kepribadian peserta didik dalam mengamalkan ajaran islam.
Pendidikan Agama islam ditujukan untuk dapat menyerasikan,
menyelaraskan, dan mengimbangkan antara iman, islam dan ihsan yang
diwujudkan dalam hubungan manusia dengan Allah Swt, hubungan manusia
dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan sesama, dan hubungan
9
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu
usaha berupa pengajaran atau bimbingan agar mereka dapat memahami,
menghayati, dan dapat mengamalkan ajaran-ajaran islam sesuai dengan
al-quran dan hadits salah satunya yaitu membentuk akhlakul karimah dan bisa
menghormati antar umat.
3. Anak inklusi
Menurut E. Kokasih (2012:2), anak inklusi sering di sebut juga dengan
Anak Berkebutuhan Khusus yang di artikan sebagai anak yang lambat (slow)
atau mengalami gangguan (retarded) fisik, mental, inteligensi, dan emosi
sehingga membutuhkan pembelajaran secara khusus. Anak berkebutuhan
khusus dianggap berbeda dengan anak-anak normal pada umumnya.
Beberapa yang termasuk dalam ABK antara lain: autisme, kesulitan
belajar, tunadaksa, tunagrahita, tunalaras, tunanetra, tunarungu, celebral palsy,
down syndrome, indigo. SMP Negeri 7 Salatiga, termasuk sekolah yang
satu-satunya menerima anak berkebutuhan khusus dengan kelainan tunagrahita
ringan yaitu kecerdasan dan adaptasi sosial terhambat, tapi mempunyai
kemampuan berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian
sosial dan kemampuan kerja.
Jadi dapat disimpulkan anak inklusi adalah anak yang memiliki
keterbatasan fisik dan mental yang terdapat di suatu sekolah inklusi maupun
umum dan dalam proses pembelajaran dijadikan satu kelas dengan anak
10
khusus untuk mengoptimalkan potensi secara utuh akibat perbedaan kondisi
dengan anak normal lainnya.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
fenomenologi. Menurut M. Djamal (2015: 107) fenomenologi adalah sebuah
aliran pemikiran yang menganggap fenomena (gejala) adalah sumber
pengetahuan dan kebenaran. Pendekatan fenomenologi berusaha menggali
makna yang ada di balik gejala melalui tiga tahap reduksi atau penyaringan.
Penelitian ini menggunakan penelitian diskriptif yaitu penelitian yang
menggambarkan objek sesuai dengan apa adanya. Data yang terkumpul
berbentuk kata-kata atau gambar dan bukan dalam bentuk angka. Oleh karena
itu, dalam penelitian ini mendiskripsikan dan menginterpretasikan metode
pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak inklusi di SMP N 7 Salatiga
dengan menggunakan pendekatan analisis kualitatif yang pada umumnya
menggunakan metode yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi.
Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2002:3), mendefinisikan
penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data diskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang dapat
11
dokumentasi didiskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan terhadap
keadaan atau realitas.
Menurut Sugiyono (2014:9), metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
2. Kehadiran Penelitian
Kehadiran peneliti pada penelitian kualitatif sangatlah penting. Karena
peneliti harus melakukan pengamatan sekaligus mengikuti secara pasif
kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung di SMP Negeri 7
Salatiga untuk mendapatkan hasil yang diperlukan untuk menunjang
penelitiannya.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Sekolah SMP Negeri 7 Salatiga yang
berada di Jl. Setiaki 15 Dukuh, Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Adapun
alasan pemilihan tempat penelitian di SMP Negeri 7 Salatiga adalah karena di
sekolah tersebut merupakan satu-satunya sekolah umum yang menerima anak
12 4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Primer
Sumber data primer penelitian ini adalah sumber data yang dapat
memberikan data secara langsung oleh peneliti seperti: (1) peristiwa atau
kegiatan yang diamati langsung oleh peneliti, (2) keterangan informan
tentang dirinya, sikap, dan pandangannya, yang diperoleh melalui
wawancara, (3) budaya kelompok masyarakat tertentu yang diperoleh
melalui wawancara dan pengamatan. Dalam penelitian ini digunakan
untuk mendapatkan data tentang metode pembelajaran PAI bagi anak
inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga. Adapun untuk memperoleh data dengan
melakukan wawancara yang berkaitan dengan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam bagi an ak inklusi. Adapun yang menjadi sumber data dalam
penelitian ini yaitu: Guru Pendidikan Agama Islam, dan Guru Pendamping
Khusus/ Penanggungjawab Inklusi dan anak inklusi.
b. Sekunder
Menurut M. Djamal (2015: 64), sumber data sekunder merupakan
sumber yang memberikan data secara tidak langsung yaitu melalui orang
atau lewat dokumen seperti: (1) peristiwa atau kegiatan yang diperoleh
melalui media massa, (2) keterangan yang diperoleh dari orang lain
tentang kedisiplinan seorang guru. Data sekunder juga diperoleh dari
13
Dalam penelitian ini yang akan dijadikan data sekunder adalah
dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan judul penelitian
seperti: Visi dan misi SMP Negeri 7 Salatiga, Sejarah SMP Negeri 7
Salatiga, Daftar nama anak inklusi, keadaan guru di SMP Negeri 7
Salatiga, foto kegiatan belajar mengajar dan hal-hal yang berkaitan dengan
judul penelitian.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, digunakan teknik-teknik
berikut:
a. Teknik wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik mendapatkan data dengan
mengadakan percakapan secara langsung antara pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan pihak yang
diwawancarai (interviewer) yang menjawab pertanyaan itu.
Sugiyono (2010:72), menjelaskan bahwa wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan gagasan melalui teknik
tanya jawab yang menghasilkan kontruksi makna tentang suatu topik
tertentu.
Peneliti dengan metode wawancara ini mendapatkan informasi
ataupun data tentang metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi
anak inklusi, faktor pendorong dan penghambat pembelajaran Pendidikan
14
peneliti mewawancarai pihak yang terkait yaitu: Guru Pendidikan Agama
Islam, Guru Pendamping Khusus/ Penanggungjawab Inklusi, Anak
Inklusi.
b. Teknik Observasi
Sugiyono (2014: 145), observasi sebagai teknik pengumpulan data
mempunyai ciri spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu
wawancara dan kuesioner. Observasi pada dasarnya merupakan kegiatan
untuk mendapatkan informasi melalui indera penglihatan. Karena harus
melihat secara langsung, maka peneliti harus terjun langsung ke lapangan.
Peneliti melakukan observasi di lingkungan SMP Negeri 7 Salatiga.
Hal-hal yang di observasi adalah fasilitas yang ada di sekolah,
pelaksanaan pembelajaran PAI juga untuk mengetahui adanya
faktor-faktor yang berpengaruh, baik faktor-faktor pendorong maupun faktor-faktor
penghambat dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri
7 Salatiga.
c. Teknik Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data
dengan menggunakan dokumen yang ada. Dengan metode ini dapat
diperoleh catatan atau arsip yang berhubungan dengan penelitian
(Rumidi, 2004:131). Dokumen dapat berupa catatan, buku teks, jurnal,
makalah, memo, surat dll. Dokumen pada hakikatnya merupakan catatan
15
Peneliti dalam metode dokumentasi bertujuan untuk mengumpulkan
data dan dokumen dokumen antara lain seperti: Rencana Pembelajaran
PAI, data anak inklusi, tenaga pendidik dan kependidikan, data guru
pembibing khusus, dan data-data lain.
6. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh melalui wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga mudah dipahami dan hasil
temuannya dapat disampaikan kepada orang lain (Sugiyono, 2010: 88).
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak peneliti
memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah di lapangan. Analisis data
bertujuan untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah
dibaca dan di interpretasi, dalam memberikan interpretasi data yang diperoleh,
akan digunakan metode diskriptif kualitatif sehingga digunakan untuk
mendiskripsikan pelaksanaan pembelajaran PAI bagi anak inklusi di SMP
Negeri 7 Salatiga.
Ada tiga kegiatan analisis data yaitu:
a. Reduksi Data
Menurut M. Djamal (2015: 147), dalam pengumpulan data kualitatif,
digunakan berbagai macam teknik dan berlangsung secara berulang-ulang
sehingga diperoleh data sangat banyak dan komplek. Reduksi data
16
membuang dan menyusun data ke arah pengambilan kesimpulan. Melalui
proses reduksi data, maka data yang relevan disusun dan
disistematisasikan kedalam pola dan katagori tertentu, sedangkan data
yang tidak terpakai dibuang.
b. Display Data
Display data merupakan proses menyajikan data setelah dilakukan
reduksi data, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data untuk
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
c. Verifikasi atau menarik kesimpulan
Merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan sebuah
kesimpulan yang dapat diuji kebenarannya berdasarkan penyajian data
yang diperoleh dari informan yang menjadi objek penelitian dilapangan.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam hal pengecekan keabsahan data penelitian terhadap kriteria
keabsahan data yang nantinya akan dirumuskan secara tepat. Setiap data yang
diperoleh peneliti tidak selalu benar sesuai dengan realitas yang ada. Oleh
karena itu, peneliti harus melakukan pemeriksaan apakah data yang akan
diperoleh memiliki keabsahan atau tidak. Teknik pemeriksaannya yaitu dalam
penelitian ini harus terdapat adanya kredibilitas yang dibuktikan dengan
perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, trianggulasi, pengecekan
sejawat kecukupan referensi, adanya kriteria kepastian dengan teknik uraian
17
Untuk menjamin validitas data peneliti menggunakan trianggulasi sebagai
teknik untuk mengecek keabsahan data, dimana pengertian dari trianggulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan cara memanfaatkan sesuatu
yang lain di luar data tersebut untuk pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data tersebut. Menurut Sugiyono (2014:274), pada trianggulasi
terdapat tiga strategi yaitu:
a) Trianggulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber.
b) Trianggulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. misalnya data
diperoleh dengan wawancara, kemudian dicek dengan observasi,
dokumentasi dan kuesioner.
c) Trianggulasi waktu yaitu data yang dikumpulkan dengan teknik
wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum
punya masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga
lebih kridebel
Untuk mendapatkan data yang absah dengan trianggulasi , peneliti akan
menggunakan strategi yang pertama dan kedua. Pertama trianggulasi sumber
yaitu dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber.
Dalam hal ini peneliti menguji keabsahan data tentang metode
18
pengumpulan data data diperoleh dari Kepala Sekolah, Waka Kurikulum,
Guru PAI, dan guru pendamping anak inklusi. Kedua, trianggulasi teknik
yaitu dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda. Data diperoleh dengan wawancara yaitu dengan
mewawancarai Guru PAI, guru pendamping anak inklusi. Kemudian dicek
dengan observasi yaitu peneliti melakukan penelitian pada saat proses belajar
mengajar didalam kelas. Sedangkan dokumentasi yaitu peneliti
mengumpulkan dokumen seperti Rencana pembelajaran PAI, data anak
inklusi dan data-data lainnya.
8. Tahap-tahap penelitian
a. Tahap pra lapangan (mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan metode
pembelajaran PAI bagi anak inklusi, menyusun rencana
penelitian,memilih lapangan penelitian, mengurus perijinan, melakukan
survey keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi,
menyiapkan kelengkapan penelitian, memperhatikan etika penelitian)
b. Tahap Pekerjaan Lapangan (memahami latar penelitian, memasuki
lapangan, berperan serta sambil mengumpulkan data)
c. Tahap Analisis Data (meyusun data yang masih tercampur seperti hasil
pengamatan, wawancara, dokumen, gambar, foto, dll). Menemukan tema
dan merumuskan hipotesis, ketika analisis data dilakukan secara intensif
peneliti perlu mendalam dan memperkaya tema dan hipotesis dengan
19
peneliti melakukan analisis dengan mencari dan menemukan apakah
hipotesis itu didukung oleh data. Dari analisis ini bisa terjadi peniliti akan
mengubah atau menggabungkan beberapa hipotesis sesuai data yang
diperoleh.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dan memahami pokok bahasan skripsi maka penulis
membagi menjadi lima bab. Sistematika penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagian awal yang meliputi: sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan
pembimbing, lembar pengesahan, pernyataan keaslian tulisan, motto,
persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar lampiran.
2. Bagian inti yang memuat:
Bab 1 : Pendahuluan
Dalam bab ini penulis mengemukakan: latar belakang masalah, fokus
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode
penelitian, sistematika penulisan.
Bab II: Kajian Pustaka
Dalam penelitian ini dikemukakan kajian pustaka yang meliputi:
a. Pendidikan Agama Islam terdiri dari pengertian pendidikan agama Islam,
tujuan dan fungsi PAI, ruang lingkup pendidikan agama islam, komponen
pelaksanaan pembelajaran PAI
20
c. Anak Berkebutuhan Khusus (anak inklusi) terdiri dari pengertian ABK,
dan pengelompokan/jenis-jenis ABK, pendidikan inklusi, karakteristik
ABK
d. Kajian penelian terdahulu
Bab III : Paparan Data Penelitian
Dalam bab ini akan mengurai tentang gambaran umum SMP Negeri 7
Salatiga:
a. Gambaran umum SMP Negeri 7 Salatiga
Sejarah berdirinya SMP Negeri 7 Salatiga, Visi dan misi dan tujuan
SMP Negeri 7 Salatiga.
b. Paparan Data Penelitian
Metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak inklusi di
SMP Negeri 7 Salatiga yang terdiri dari: metode pembelajaran PAI bagi
anak inklusi, penyusunan rencana pembelajaran PAI bagi anak inklusi,
pelaksanaan pembelajaran PAI bagi anak inklusi.
Bab IV: Analisis Data Penelitian
Meliputi metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak inklusi
di SMP Negeri 7 Salatiga, faktor pendorong dan penghambat pembelajaran
Pendidikan Agama Islam bagi anak inklusi di SMP Negeri 7 Salatiga.
Bab V: Penutup
Bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri dari: kesimpulan, saran, dan
21 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Amien Hedari (2014:2), Pendidikan Agama Islam adalah
pendidikan yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan serta membentuk
sikap, dan kepribadian peserta didik dalam mengamalkan ajaran Islam.
Pendidikan Agama islam ditujukan untuk dapat menyerasikan,
menyelaraskan, dan mengimbangkan antara Iman, Islam dan Ihsan yang
diwujudkan dalam hubungan manusia dengan Allah Swt, hubungan manusia
dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan sesama, dan hubungan
manusia dengan lingkungan alam.
Menurut Muhaimin (2002:75), Pendidikan Agama Islam adalah usaha
sadar untuk menyiapkan siswa, dalam menyakini, memahami, menghayati
dan mengamalkan agama islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan
latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain
dalam hubungan kerukunan agar umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan persatuan nasional.
Pendidikan sangatlah erat hubungannya dengan segala aspek kehidupan
jasmani maupun rohani baik didunia maupun diakhirat yang berlandaskan
22
menjelaskan tentang landasan pendidikan agama adalah Q.S an-nahl ayat 125
yaitu:
ُا
ۖ ِةَنَسَحْلا ِةَظِع ْوَمْلا َو ِةَمْك ِحْلاِب َكِِّب َر ِليِبَس ٰىَلِإ ُعْد
ْنَمِب ُمَلْعَأ َوُه َكَّب َر َّنِإ ۚ ُنَسْحَأ َيِه يِتَّلاِب ْمُهْلِداَج َو
ۖ ِهِليِبَس ْنَع َّلَض
َنيِدَتْهُمْلاِب ُمَلْعَأ َوُه َو
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Depag RI, 1898:42)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa syariat islam dianjurkan untuk
menuntut ilmu dijalan Allah dengan cara yang baik guna memperoleh
landasan kehidupan yang baik di dunia maupun di akhirat. Bentuk menuntut
ilmu yang dianjurkan dalam syariat tersebut diantaranya mempelajari
Pendidikan Agama Islam.
Sedangkan menurut Yusuf (1986:35), mengartikan Pendidikan Agama
Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman,
pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan kepada generasi muda agar
kelak menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha
sadar yang dilakukan oleh pedidik untuk merencanakan, melaksanakan, dan
23
pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam
Suatu tujuan ialah suatu yang diharapkan agar tercapainya usaha atau
kegiatan. Maka pendidikan merupakan suatu usaha dan kegiatan yang
berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya yaitu
bertahap dan bertingkat.
Secara umum, tujuan pendidikan Islam menurut Daradjat (1996: 30),
terbagi menjadi:
a. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan
pendidikan, baik dengan pengajaran atau cara lain. Tujuan ini meliputi
seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, kebiasaan,
dan pandangan. Bentuk insan kamil dengan pola takwa harus dapat
tergambar pada pribadi seseorang yang sudah dididik, walaupun dalam
ukuran kecil dan mutu yang rendah sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut.
b. Tujuan akhir adalah berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya
terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula. Pendidikan
islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk,
mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan
yang telah dicapai. Tujuan akhir pendidikan dipahami dalam firman Allah
24
َّلاِإ َّنُتوُمَت َلا َو ِهِتاَقُت َّقَح َ َّاللَّ اوُقَّتا اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي
َنوُمِلْسُم ْمُتْنَأ َو
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allahsebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.
c. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik
diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu
kurikulum pendidikan formal
.
d. Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengaan
sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Suatu unit kegiatan
pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan
diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu.
Pendidikan agama Islam mempunyai fungsi berbeda dengan subyek
pelajaran yang lain. Secara umum menurut Abdul Majid (2004:136),
mengemukakan bahwa kurikulum pendidikan agama Islam untuk
sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut :
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta
didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan
keluarga.
b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan
25
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan-nya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah
lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan
kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya
atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam
nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat
khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi
orang lain
3. Ruang Lingkup Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan antara lain: hubungan manusia dengan
Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan
manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan makhluk lain
26
Menurut Chabib Toha dan Abdul Mu’thi (1998:60), Pembahasan yang
diberikan dalam ruang lingkup Pendidikan Agama Islam yang dimaksud ialah
bahan pelajaran atau bahan ajar pendidikan agama Islam, yang berisikan
unsur-unsur pokok yang essensial dalam agama Islam sebagai acuan terhadap
tujuan pendidikan yang diharapkan. Unsur-unsur pokok ini merupakan kajian
yang harus ditempuh oleh setiap muslim dalam kehidupannya guna
pencapaian kedekatan kepada Allah SWT.
Kedekatan tersebut memiliki kondisi yang lebih baik dari sebelumnya,
yang terdiri dari hal ihwal yang berkaitan langsung dengan ajaran agama
Islam. Bahan disebut juga dengan materi, yaitu sesuatu yang diberikan kepada
siswa saat berlangsungnya kegitan belajar mengajar guna pencapaian tujuan
pembelajaran. Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama
Islam meliputi tujuh unsur pokok yaitu : Al-Qur'an- Hadis, keimanan, syariat,
ibadah, muamalah, akhlak, dan tarikh.
4. Komponen Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam a. Perencanaan pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah suatu proses pembuatan
rencana, model, pola, bentuk, konstruksi, yang melibatkan guru,
peserta didik, serta fasilitas lain yang dibutuhkan, yang tersusun
secara sistematis agar terjadi proses pembelajaran yang efektif dan
efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan
27 b. Pelaksanaan pembelajaran
Menurut Hamdani (2011: 203), rencana pelaksanaan pembelajaran
merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau
memproyeksikan hal-hal yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Oleh
karena itu rencana pelaksanaan pembelajaran perlu dikembangkan untuk
mengordinasikan komponen-komponen pembelajaran.
c. Evaluasi pembelajaran
Menurut Nizar (2002: 78), evaluasi diterapkan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan seorang pendidik dalam menyampaikan materi
pelajaran menemukan kelemahan-kelemahan baik yang berkaitan dengan
materi, media, ataupun sarana.
B. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengerian Metode Pembelajaran PAI
Metode secara sederhana sering diartikan cara yang cepat dan tepat dalam
bahasa Arab istilah metode dikenal dengan istilah thoriqoh yang berarti
langkah-langkah strategis untuk melakukan suatu pekerjaan (Ramayulis,2002:
155). Jadi metode adalah suatu cara untuk menyampaikan sesuatu secara
efektif dan efesien. Seperti cara seoraang pendidik menyampaikan materi
pembelajaran kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
ditentukan dan peserta didik dapat memahami apa yang disampaikan oleh
28
Menurut Zainal Aqib (2013:66), pembelajaran adalah upaya secara
sistematis yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk mewujudkan proses
pembelajaran secara efektif dan efesien yang dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Kemampuan mengelola pembelajaran merupaka
syarat mutlak bagi seorang pendidik agar terwujud kompetensi
profesionalnya. Konsekuensinya seorang pendidik harus memiliki
pemahaman yang utuh dan tepat terhadap konsepsi belajar dan mengajar.
Belajar menurut teori behavioristik diartikan sebagai proses perubahan
tingkah laku. Perubahan tersebut disebabkan oleh seringnya interaksi antara
stimulus dan respon. Jadi intinya adalah kemampuan seseorang melakukan
respon terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.Belajar menurut teori
kognitif artinya proses untuk membangun persepsi seseorang dari sebuah
obyek yang dilihat. Jadi, teori ini lebih mementingkan proses pada dirinya.
Adapun menurut pandangan teori kontruktivisme belajar adalah upaya
untuk membangun pemahaman atau persepsi atas dasar pengalaman yang
dialami siswa, oleh sebab itu belajar menurut teori ini merupakan proses
untuk memberikan pengalaman nyata bagi siswa.
Sedangkan mengajar menurut Zainal Aqib (2014:67), adalah kemampuan
untuk mengondisikan situasi yang dapat dijadikan proses belajar bagi siswa.
Oleh sebab itu mengajar tidak harus terikat ruang/tempat atau waktu. Berikut
29
a. Gagne & Brig: mengemukakan bahwa pengajaran bukanlah sesuatu yang
terjadi secara kebetulan melainkan adanya kemampuan guru yang dimiliki
tentang dasar-dasar mengajar yang baik. Instruction is the means
employed by teacher, designer of materials, curriculum specialist, and
promote whose purpose is to develop and organized plan top promote
learning (1979:19).
b. Moh. Uzer Usman: mengajar adalah suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Kata belajar memiliki beberapa pengertian sebagaimana yang telah
diungkapkan oleh Nasution yang dikutip oleh Usman (2002:19), yaitu sebagai
berikut:
a. Mengajar ialah menanamkan pengetahuan kepada murid
b. Mengajar ialah kebudayaan kepada anak
c. Mengajar ialah aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan
dengan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi
proses belajar mengajar.
2. Macam-Macam Metode Pembelajaran PAI
Dalam menentukan metode pembalajaran seorang pendidik tidak hanya
menerapkan satu metode. Kualitas pembelajaran dapat meningkat apabila
seorang pendidik mampu mengkombinasi beberapa metode sekaligus
30
Menurut Ardi Setyanto (2017: 161), terdapat banyak metode
pembelajaran antara lain:
a. Metode ceramah yaitu salah satu penyajian atau penyampaian bahan ajar
dengan cara lisan dari seorang pendidik ke peserta didik. Menurut
Hamdani (2011: 156) metode ceramah berbentuk penjelasan konsep,
prinsip, dan fakta yang ditutup dengan tanya jawab antara guru dan siswa.
Metode ceramah dapat dilakukan oleh guru untuk memberikan
pengarahan, petunjuk diawal pembelajaran.
b. Metode diskusi yaitu suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang
bergabung dalam satu kelompok untuk berpendapat tentang suatu masalah
dan memecahkan masalah untuk mendapatkan kebenaran atas persoalan
tertentu. Menurut Hamdani (2011: 159) metode diskusi merupakan
interaksi antar siswa atau interaksi siswa dengan guru, untuk
menganalisis, memecahkan masalah, menggali, atau memperdebatkan
topik atau masalah.Metode diskusi menurut Ardi Setyanto (2017:164)
yaitu cara penyampaian bahan pelajaran dimana guru memberi
kesempatan kepada murid untuk mengumpulkan pendapat, kesimpulan,
atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah.
c. Metode demonstrasi yaitu pembelajaran yang dapat digunakan untuk
meningkakan kinerja peserta didik. Menurut buku Ardi Setyanto metode
demonstrasi yaitu metode mengajar dengan cara memperagakan barang,
31
maupun melalui media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan
atau materi.
d. Metode resitasi yaitu cara menyajikan bahan pelajaran dimana guru
memberikan sejumlah tugas kepada peserta didik untuk mempelajari
sesuatu.
e. Metode inkuiri yaitu dilakukan secara perorangan, kelompok, mencakup
seluruh peserta didik baik dilakukan didalam kelas maupun luar. Metode
ini digunakan untuk mancari jawaban pasti atau menentukan penyelesaian
terhadap masalah tertentu.
f. Metode pembiasaan menurut Heri Gunawan (2014:93), adalah sesuatu
yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat
menjadi kebiasaan. Metode pembiasaan berintikan pengalaman.
Pendidikan dengan pembiasaan menurut Mulyasa (2011:167-168) dapat
dilaksakan secara terprogram dalam pembelajaran
g. Metode drill (latihan) menurut Hamdani (2011: 161) yaitu metode yang
memanfaatkan siswa yang telah lulus atau berhasil. Seorang siswa
memerhatikan siswa yang telah mencapai tingkat lanjut dalam
32 C. Anak Inklusi
1. Pengertian Anak Inklusi (ABK)
Menurut E. Kokasih (2012:2), anak inklusi sering di sebut juga dengan
Anak Berkebutuhan Khusus yang di artikan sebagai anak yang lambat (slow)
atau mengalami gangguan (retarded) fisik, mental, inteligensi, dan emosi
sehingga membutuhkan pembelajaran secara khusus. Anak berkebutuhan
khusus dianggap berbeda dengan anak-anak normal pada umumnya.
Hubungan antara perkembangan dengan belajar juga berbeda pada anak
umumnya. Menurut Muhibbin Syah (2015: 11), sebagian ahli menganggap
perkembangan sebagai proses yang berbeda dengan pertumbuhan. Menurut
mereka, perkembangan ialah proses kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi
organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya sendiri. Artinya
perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang
disandang oleh organ-organ fisik. Anak inklusi ini mengalami masalah
perkembangan atau pertumbuhan. Ada beberapa faktor yang timbul mengapa
anak menjadi seperti ini yaitu :
a. Faktor Internal
Kondisi yang dimiliki anak yang bersangkutan, misalkan buta, tuli,bisu,
33 b. Faktor Eksternal
Adalah sesuatu yang berada di luar diri anak dan mengakibatkan anak
memiliki hambatan belajar. Misalkan traumatis disebabkan kekerasan,
depresi, stres.
c. Kombinasi keduanya
Misalkan kondisi anak yang cacat sejak lahir tatapi kurang mendapatkan
penerimaan dari keluarga dan lingkungan sosial.
Beberapa yang termasuk dalam ABK antara lain: autisme, kesulitan
belajar, tunadaksa, tunagrahita, tunalaras, tunanetra, tunarungu, celebral palsy,
down syndrome, indigo, sindrom asperger, thalassemia. Jadi dapat
disimpulkan anak inklusi adalah anak yang memiliki keterbatasan fisik dan
mental yang terdapat di sekolah umum sehingga sangat membutuhkan
perhatian dan pendidikan yang khusus untuk mengoptimalkan potensi secara
utuh akibat perbedaan kondisi dengan anak normal lainnya.
2. Pengertian Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi merupakan sistem penyelenggaraan pendidikan bagi
anak-anak yang memiliki keterbatasan tertentu dan anak-anak lainnya yang
disatukan dengan tanpa mempertimbangkan keterbatasan masing-masing.
Menurut Direktorat Pembinaan SLB (2017), pendidikan inklusi adalah sistem
layanan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua anak belajar
34
kebutuhan individual, sehingga potensi anak /dapat berkembang secara
optimal. ( Dadang Garnida 2015:48).
Keberadaan anak inklusi yang berada dikelas reguler akan berpandangan
bahwa anak tersebut tidak dibedakan dengan anak lainnya, khususnya dalam
pengembangan kompetensi sosial dan peningkatan kecakapan hidup. Hal
tersebut bisa terlihat saat proses belajar mengajar didalam kelas yaitu saat
anak inklusi mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dengan
anak-anak lainnya.
Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 45 ayat 1 tentang
sistem pendidikan nasional yaitu setiap satuan pendidikan formal dan non
formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan
pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik,
kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.
Inklusi (dari kata bahasa Inggris: inclusion-peny) merupakan istilah baru
yang digunakan untuk mendeskripsikan penyatuan bagi anak-anak
berkelainan (penyandang hambatan/cacat) ke dalam program-program sekolah
adalah inklusi. Bagi sebagian besar pendidik, istilah ini dilihat sebagai
deskripsi yang lebih positif dalam usaha-usaha menyatukan anak-anak yang
memiliki hambatan dengan cara-cara yang realistis dan komprehensif dalam
kehidupan pendidikan yang menyeluruh (Smith, 2006:45).
Dadang Garnida (2015:49), CSIE mengatakan bahwa, “ inclusion means
35
settings, whatever their needs. Dengan kata lain, semua siswa tanpa
memandang jenis kebutuhannya diperbolehkan untuk bersama-sama hidup
dan bekerja dalam lingkungan umum (lumrah). Pendidikan inklusi ini
merupakan sistem pendidikan yang menghargai bahwa manusia:(1) diciptakan
sebagai makhluk yang berbeda-beda (unik); (2) menghargai dan menghormati
bahwa semua orang merupakan bagian dari masyarakat; (3) diciptakan untuk
membangun sebuah masyarakat, sehingga sebagai masyarakat normal ditandai
dengan adanya keberagaman dari setiap anggota masyarakatnya.
Menurut Marilyn Friend dan William D. Bursuck (2015: 5) pendidikan
inklusi (khusus) bertujuan memungkinkan para siswa untuk meraih potensi
yang mereka miliki. Ada tiga macam pelayanan antara lain yaitu:
a. Pengajaran yang dirancang khusus yaitu seluruh siswa yang layak atas
layanan pendidikan khusus harus memperoleh pengajaran yang dirancang
khusus.
b. Layanan terkait yaitu bagi siswa penyandang disabilitas bantuan di luar
pengajaran akademis yang memungkinkan siswa untuk memperoleh
manfaat dari pendidikan khusus.
c. Bantuan dan jasa pelengkap yaitu susunan luas atas berbagai bantuan yang
memungkinkan siswa penyandang disabilitas untuk dapat berpartisipasi
dalam pendidikan umum, kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan sekolah
lainnya supaya mereka dapat dididik bersama dengan teman sebaya yang
36
Adapun model pembelajaran yang dilakukan guru terhadap anak
berkebutuhan khusus yaitu model in-and out adalah model pembelajaran
bagi anak-anak berkebutuhan khusus dimana anak-anak tersebut keluar
masuk kelas reguler pada pembelajaran tertentu. Model two-teacher
adalah model dengan menggunakan dua orang guru yaitu guru reguler dan
guru pembimbing khusus (GPK). Model full inclusion adalah model
pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus dimana siswa siswa
berkebutuhan khusus secara penuh mengikuti proses pembelajaran
bersama-sama dengan siswa-siswa reguler lainnya di kelas yang sama.
Model rejection of inclution adalah model pembelajaran dimana
siswa-siswa berkebutuhan khusus belajar terpisah dengan siswa-siswa reguler lainnya.
Anak berkebutuhan khusus secara fleksibel pindah dari satu bentuk
layanan ke bentuk layanan lain, seperti:
a) Kelas reguler (inklusi penuh)
Anak berkelainan belajar bersama anak lain(normal) sepanjang
hari dikelas reguler dengan menggunakan kurikulum yang sama.
b) Kelas reguler dengan cluster
Anak berkelainan belajar bersama anak lain (normal) di kelas
reguler dalam kelompok khusus.
c) Kelas reguler dengan pull out
Anak berkelainan belajar bersama anak lain (normal) di kelas
37
reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru pembimbing
khusus.
d) Kelas reguler dengan cluster dan pull out
Anak berkelainan belajar bersama dengan anak lain (normal)
dikelas reguler dalam kelompok khusus, dan dalam waktu-waktu
tertentu di tarik dari kelas reguler ke ruang sumber belajar dengan
guru pembimbing khusus.
e) Kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian
Anak berkelainan belajar di dalam kelas khusus pada sekolah
reguler, namun dalam bidang-bidang tertentu dapat belajar
bersama anak lain (normal) di kelas reguler.
f) Kelas khusus penuh
Anak berkelainan belajar didalam kelas khusus pada sekolah
reguler.
Jadi, pendidikan inklusif tidak mengharuskan semua anak
berkelainan berada di kelas reguler setiap saat dengan semua mata
pelajarannya (inklusi penuh), karena sebagian anak berkelainan dapat
berada dikelas khusus atau ruang terapi berhubung gradasi
kelainannya berat, mungkin akan lebih banyak waktunya berada di
kelas khusus pada sekolah reguler ( inklusi lokasi). Kemudian bagi
38
disekolah reguler (sekolah biasa), dapat disalurkan ke sekolah khusus(
SLB) atau tempat khusus (rumah sakit).
3. Jenis-Jenis Anak Inklusi (ABK)
Anak inklusi adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda pada
anak pada umumnya Anak inklusi atau anak berkebutuhan khusus di
kelompokkan sebagai berikut:
a. Tunarungu
Menurut Sutjihati Sumantri (2006:93), suatu keadaan kehilangan
pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap
berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengaran. Sedangkan
menurut Bandi Delphie (2006:102), anak tunarungu anak yang mengalami
kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan
tidak berfungsinya sebagian atau seluruh indera pendengaran.
b. Tunagrahita
Anak yang memilki kemampuan intelektual dibawah rata-rata atau
bisa disebut dengan retardasi mental. Tunagrahita ditandai dengan
keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.
Menurut Aqila Smart (2010: 49), ada beberapa karakteristik tunagrahita
antara lain: keterbatasan intelegensi, keterbatasan sosial, dan keterbatasan
fungsi mental lainnya. Menurut jurnal Siti Fatimah Mutia Sari, Binahayati
dkk, (S1 Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
39
kecenderungan kurang peduli terhadap lingkungannya baik dalam
keluarga atau lingkungan sekitarnya. Masyarakat umumnya mengenal
tunagrahita sebagai retardasi mental atau keterbelakangan mental atau
idiot.
Menurut Dadang Garnida (2015:9) terdapat tiga indikator dalam
tunagrahita yaitu; (1) keterhambatan fungsi secara umum atau dibawah
rata-rata, (2) ketidakmampuan dalam perilaku sosial/adaptif, (3) hambatan
perilaku sosial/adaptif terjadi pada usia perkembangan yaitu sampai
dengan usia 18 tahun. Adapun kebutuhan pembelajaran bagi anak
tunagrahita antara lain:
1) Perbedaan anak tunagrahita dengan anak normal dalam proses belajar
adalah terletak pada hambatan dan masalah atau karakteristik
belajarnya.
2) Perbedaan karakteristik belajar anak tunagrahita dengan anak
sebayanya adalah anak tunagrahita mengalami masalah dalam hal,
hal,; (1) tingkat kemahirannya dalam memecahkan masalah;(2)
melakukan generalisasi dan mentransfer sesuatu yang baru dan; (3)
minat dan perhatian terhadap penyelesaian tugas.
c. Tunalaras
Menurut Santoso (2010:131), yaitu individu yang mengalami
40
tunalaras biasanya menunjukkan perilaku menyimpang yang tidak sesuai
dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya.
d. Tunanetra
Merupakan sebutan untuk individu yang mengalami gangguan pada
indra penglihatan. Pada dasarnya, tunanetra dibagi menjadi dua kelompok
yaitu buta total dan kurang penglihatan.
e. Kesulitan belajar
Suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar
yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan.
Menurut Mulyono Abdurrahman (1999: 6), gangguan tersebut
menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengar, berpikir, berbicara,
membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. Batasan tersebut mencakup
kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan
afasia perkembangan.
f. Lamban belajar
Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Republik Indonesia, 2013 anak yang memiliki potensi intelektual
sedikit dibawah rata-rata tetapi belum termasuk gangguan mental. Mereka
butuh waktu lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan
tugas-tugas akademik maupun non akademik. Menurut Bandi, (2006:24) anak
lamban belajar adalah anak yang berprestasi rendah karena mereka