• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepentingan Tiongkok Dalam Pembangunan Bendungan Di Sungai Mekong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Kepentingan Tiongkok Dalam Pembangunan Bendungan Di Sungai Mekong"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Ke p e n tin ga n Tio n gko k D a la m Pe m b a n gu n a n

Be n d u n ga n D i S u n ga i Me ko n g

Albe rta N ila s a ri D . N a s titi Departem en Hubungan Internasion al,

Fakultas Ilm u Sosial dan Ilm u Politik, Universitas Airlan gga Em ail: alberthanila@gm ail.com

Abstract

M ekong riv er play s an im portan t role to sustain the econ om y of the countries in the M ekong sub-region al area, such as China, Thailan d, Laos, Cam bodia an d Vietnam . In con trast to other coun tries that prioritize the flow of the riv er for irrigation and fisheries, China saw the high potensial in the developm en t of hy dropow er en ergy resources. This fin ally prom pted the govern m en t to launch dev elopm en t program s, Cascade of eight dam s in Yunn an Prov ince. But in its developm en t, this project gained a lot of criticism , especially from other subregion al coun tries, regard to the v arious env iron m en tal im pacts caused by the con struction of the hy dropow er. China’s position in upstream of the riv er cause the coun tries that are below also feel the n egative im pact of the hy dropow er dev elopm ent. N ev erthless, the Chinese gov ern m en t did n ot flinch an d con tin ued the project un til the last dam con struction . The theory pattern of developm en t of H ollis B. Chen ery used to iden tify the reason s behin d the con struction of the dam . Through this theory has know n that the im plem en tation of chin a’s dam s con struction in M ekon g R iv er related to govern m en t efforts to fulfill the n eeds of dom estic energy .

K e y w o r d s : M ekong, hy dropow er, econ om ic developm en t, energy con sum ption

Abstrak

Sungai Mekong m em ainkan peran yang sangat penting dalam m enopang perekonom ian negara-negara di daerah subregional Mekong, seperti Tiongkok, Myanm ar, Thailand, Laos, Kam boja dan Vietnam . Berbeda dengan negara-negara lainnya yang lebih m engutam akan aliran sungai untuk irigasi dan perikanan, Tiongkok m elihat adanya potensi yang tinggi dalam pengem bangan sum ber daya energi hydropower. Hal ini akhirnya m endorong pem erintah untuk m em ulai program pem bangunan cascade of eight dam s di Provinsi Yunan. Akan tetapi dalam perkem bangannya proyek ini m em peroleh banyak kritikan terutam a dari negara-negara subregional lainnya, berkaitan dengan berbagai dam pak lingkungan yang diakibatkan oleh pem bangunan hydropower tersebut. Posisi Tiongkok yang berada didaerah hulu sungai m engakibatkan negara-negara yang berada dibawahnya juga m erasakan dam pak negatif dari pem bangunan hdropower tersebut. Walaupun dem ikian, pem erintah Tiongkok terlihat tidak gentar dan tetap m elanjutkan proyek pem bangunan tersebut hingga pem bangunan bendungan terakhir. Teori pattern of developm ent dari Hollis B. Chenery digunakan untuk m engidentifikasi alasan-alasan dibalik pem bangunan bendungan tersebut. Melalui teori tersebut diketahui bahwa pelaksanaan pem bangunan bendungan Tiongkok di sungai Mekong berkaitan dengan upaya pem bangunan di wilayah barat Tiongkok dan sebagai upaya pem erintah untuk m em enuhi kebutuhan energi dalam negeri.

(2)

Sungai Mekong dapat dikatakan sebagai salah satu sum ber kehidupan bagi m asyarakat dikawasan Asia dengan kelim pahan kekayaan alam yan g dim ilikinya. Sungai yan g juga tergolong sebagai salah satu sungai terpan jan g didunia ini m em iliki hulu di daerah Tibet m en galir m elalui provinsi Yun nan, Tiongkok dan terus bergerak m elewati Myanm ar, Laos, Thailan d, Kam boja, dan berm uara di Vietnam (Osborne, 20 0 9: iii). Sungai yang m elalui enam wilayah negara ini m em berikan kontribusi tidak hanya dalam bidang pertanian, tetapi juga perekonom ian, industri, sosial dan en ergi. Walaupun dikenal sebagai sungai terpan jang di Asia Ten ggara, 44% dari sungai tersebut justru berada diwilayah negara Tion gkok.

Wilayah negara-negara disepan jan g sungai Mekong ini diken al sebagai The Greater Mekong Subregion (GMS). Lebih dari 8 0 juta oran g atau 90 % dari populasi negara riparian bergan tun g pada sungai Mekon g sebagai sum berdaya, m ulai dari kebutuhan akan air m inum , ikan, transportasi, irigasi ke lahan dan daerah hutan yang subur (Goh, 20 0 4: 1). Walaupun dem ikian potensi terbesar sungai tersebut adalah pada pengem ban gan hydropower dan proyek pengairan skala besar. Dari sini terlihat bahwa selain sebagai sum ber kehidupan bagi m asyarakatnya, sun gai Mekong juga berkontribusi sebagai salah satu aspek pendorong perekonom ian negara-n egara riparian. H al ini sangat penting terutam a untuk m engurangi kem iskin an dan sebagai pendorong pem ban gun an ekonom i negara-n egara riparian.

Untuk m en capai berbagai kepen tingan ekonom i, tidak jaran g negara-n egara tersebut m em buat sebuah kebijakan yang m en guntun gkan negaran ya, tetapi disisi lain justru m erugikan negara riparian lainnya. Thailan d m isalnya, m elakukan upaya alokasi atau pengalihan air untuk m en gem ban gkan wilayah Isaan dibagian Utara Thailand dan m enjam in pasokan air ke Bangkok. Tin dakan Thailand tersebut dapat m engan cam dan m enim bulkan kerugian terutam a bagi

Laos dan Kam boja. Maka dari itu untuk m em inim alisir potensi-potensi konflik tersebut, pada tahun 1995 dibentuk sebuah basis kerjasam a yan g dikenal sebagai Mekong River Com m ission (MRC). Kom isi ini ditandatan gani oleh perwakilan dari pem erintah Kam boja, Laos, Thailand dan Vietnam , sem en tara Myanm ar dan Tiongkok m em iliki peran sebagai m itra dialog.

Seperti yang telah dijelaskan sebelum nya pengem ban gan hydropower m erupakan salah satu potensi besar yang dim iliki oleh sun gai tersebut. Hydropower sendiri m em iliki pengertian sebagai sum ber tenaga yan g dapat diperbaharui, dengan m em anfaatkan kekuatan dari air yan g bergerak untuk m en ghasilkan energi (Australian Renewable Energy Agency, 20 14). Adanya kelangkaan terhadap sum ber-sum ber en ergi, seperti m inyak bum i, batubara dan sebagainya, m erupakan alasan utam a dari adanya pengem ban gan energi alternatif atau en ergi terbarukan. Perm intaan energi yang terus m enin gkat, m enjadikan en ergi terbarukan sebagai pilihan utam a bagi negara dalam m en capai tujuan kebijakan m ereka untuk m em peroleh en ergi yang lebih am an, handal serta terjan gkau untuk sem akin m em perluas akses listrik negara dan m em prom osikan pem ban gun an (International Ren ewable Energy Agency, 20 12). Hydropower atau yang lebih dikenal sebagai Pem bangkit Listrik Ten aga Air m erupakan yang paling un ggul dan paling ban yak digunakan oleh n egara-n egara didunia, bila dibandingkan den gan en ergi altern atif lainnya.

(3)

dom estik, (2) sum ber energi palin g m urah bila diban dingan dengan energi terbarukan lainnya, (3) sifatnya yang bersih dan ram ah lingkungan (clean en ergy), (4) m em iliki sifat m ulti-fungsional, m isalnya selain untuk m en ghasilkan en ergy bendungan yan g diban gun dapat m em bantu m en cegah terjadinya banjir dan kekeringan, m em berikan pasokan air untuk dom estik, kota dan industri, m em un gkin kan adan ya pengairan sawah, dan sebagain ya, serta (5) efek pengganda ekonom i yang secara n yata m elebihi ham pir sem ua energi yan g ada (Stenberg, 20 0 8 : 1591).

Salah satu n egara yang m en aruh perhatian tinggi terhadap pem ban gunan bendungan untuk hydropower di Sungai Mekong adalah n egara Tiongkok. Posisinya yang berada didaerah Upper Mekong Basin (UMB) atau hulu sungai tern yata m em berikan sejum lah keuntungan tersendiri bagi negara tersebut. Pem ban gun an bendungan Tiongkok telah dim ulai sejak tahun 198 0 an dan diketahui sebagai proyek bendungan pertam a yang dikerjakan didalam kawasan tersebut. Pem erintah Tiongkok berencana untuk m em ban gun cascade of eight dam s, dengan total volum e lebih dari 40 km 3 sepan jan g 750 km dari Upper Mekong River di provinsi Yunan (Chiyuan, et al., 20 15). Em pat bendun gan pertam a, yaitu Manwan, Dachaoshan , J inghong dan Xiaowan telah selesai dikerjakan m asing-m asing pada tahun 1993, 20 0 3, 20 0 8 , dan 20 10 . Dua berikutnya selesai pada tahun 20 12 (gongguaqiao) dan 20 14 (nuozadhu). Sedangkan dua bendungan terakhir m asih berada dalam proses konstruksi.

Akan tetapi pada kenyataannya, proyek pem bangunan bendun gan ini m enim bulkan adanya kritik, tidak hanya oleh organ isasi-organisasi lingkungan tetapi juga dari negara-negara riparian. Pasalnya, sejak awal pelaksan aan proyek tersebut telah terjadi perubahan karakter

sungai secara terus-m en erus. Ben dungan Manwan bahkan diindikasikan sebagai penyebab adan ya perubahan karakteristik aliran dan debit sedim en di hilir, sehingga m en yebabkan peningkatan fluktuasi interm iten selam a m usim kering dan penurun an fluks sedim en . Pem ban gun an bendungan -bendungan selan jutn ya tentu saja m em berikan berbagai dam pak n egatif lainnya. Dam pak utam a yan g akan terlihat dari pem ban gunan bendungan ini dapat dilihat dari sektor pertanian, stok ikan, penem uan m inyak, ban jir alam i dan buatan m an usia, hingga adan ya relokasi terhadap penduduk lokal. Dam pak negatif in i tentu saja akan sangat m erugikan n egara-n egara di daerah Low Mekon g River atau daerah hilir sungai, seperti Thailan d, Laos, Kam boja, dan Vietnam . Proyek pem ban gun an bendun gan tersebut dapat m em pen garuhi perekonom ian dari negara-n egara tersebut, yan g sistem irigasinya sangat bergantung pada sungai Mekong.

Walaupun dem ikian, sem ua bentuk protes serta adanya dam pak negatif terhadap lingkungan dan perekonom ian yang dialam i oleh n egara riparian tidak m em buat pem erintah negara tirai bam bu tersebut m en ghen tikan kebijakan m ereka. Tiongkok tetap m elanjutkan pem ban gun an delapan bendungan di sungai Mekong, bahkan hingga tahun 20 16. Kekukuhan pem erintah Tiongkok ini ten tu saja berkaitan dengan upaya pencapaian kepentingan nasional negaran ya. Selain itu, berdasarkan teori pattern of developm ent dijelaskah bahwa kebijakan Tiongkok untuk m em ban gun hydropower di sungai Mekong berhubungan dengan adanya upaya pem erintah untuk m elakukan pem ban gun an wilayah barat Tiongkok. Hal ini diperkuat den gan posisi Yun nan, wilayah yang dilalui sungai Mekong, berada di wilayah barat Tiongkok (lihat tabel 1)

(4)

Sum ber: Hongy i H ari Lay (20 0 2: 434)

Teori pattern of developm ent m em iliki fokus terhadap adanya perubahan struktural secara bertahap dalam perekonom ian negara berkem bang untuk m em peroleh in dustri baru dan m engganti pertanian tradisional sebagai pen ggerak pertum buhan ekonom i (Todaro & Sm ith, 20 0 6: 113). Teori yang dikem ukakan oleh ekonom om Hollis B. Chenery dan rekannya ini (t.t., dalam Todaro & Sm ith, 20 0 6: 113) m en ekankan bahwa peningkatan kontribusi sektor industri dalam perekonom ian sejalan dengan peningkatan pendapatan per kapita yang berhubungan san gat erat dengan akum ulasi kapital dan penin gkatan sum ber daya m an usia atau hum an capital. Investasi dan tabungan tentu saja dibutuhkan , walaupun bukan satu-satunya aspek pendorong pertum buhan ekonom i.

Secara n yata teori ini m en jelaskan perubahan terhadap sem ua fungsi ekon om i, term asuk tran sform asi produksi dan perubahan dalam kom posisi perm in taan konsum en, perdagan gan intern asional, dan penggun aan sum ber daya yan g sejalan den gan perubahan dalam faktor sosial-ekonom i, seperti urbanisasi serta pertum buhan dan distribusi dari populasi n egara. Chen ery (t.t., dalam Todaro & Sm ith, 20 0 6: 114) m en ekankan bahwa berdasarkan an alisis yan g dilakukan , terlihat adanya hubungan kuan titatif antara pendapatan per kapita

den gan kon tribusi sektor ekonom i dan industri m anufaktor terhadap pendapatan nasional. Melalui pola perubahan yang terjadi, n egara berkem bang diharapkan dapat m encapai kondisi perekonom ian yang m odern , yang ditan dai dengan pertum buhan dalam sektor industri dan sektor jasa yang lebih tangguh.

Perubahan struktural yan g dijelaskan oleh Chenery sejalan den gan yang dialam i oleh Tiongkok m elalui reform asi ekonom i. Perubahan ini ditandai dengan kebijakan open-door policy tahun 1978 yang m em bawa n egara tersebut keluar dari kem iskin an dan keterpurukan ekonom i. Kebijakan tersebut ten tu saja diikuti dengan adanya perubahan terhadap pola kebijakan dan kehidupan m asyarakat. Tiongkok yang selam a bertahun-tahun lam anya dikenal sebagai n egara yan g tertutup m elalui kebijakan isolasionism e (Gurley, 1976), bertran sform asi m en jadi negara yan g terbuka terutam a terhadap m asuknya investasi dan pasar bebas. Berbagai kebijakan pem bangunan yang diterapkan pem erintah pada akhirnya m en gakibatkan tin ggin ya pertum buhan ekonom i, dan sem akin m em perkuat posisi Tiongkok dalam konstelasi dunia intern asional.

(5)

berkurang. Kom itm en pelaksanaan reform asi dicapai pada Sidan g Pleno Ketiga Kom ite Sentral KPN ke-11 pada Desem ber 1978 (Vogel, 20 11). Sidang Pleno Ketiga ini dilihat sebagai perm ulaan baru dalam sejarah politik Tiongkok m odern. Dalam sidan g yang sam a Mao m en cetuskan pelaksanaan reform asi Tiongkok m elalui kebijakan m odernisasi yang difokuskan pada em pat sektor, yaitu agrikultur, industri, m iliter, dan sektor ilm u pen getahuan . Kebijakan m odernisasi Deng Xiaoping ini telah banyak m em bawa perubahan dalam bidang sosial ekonom i Tiongkok, sehingga hal tersebut turut m en jadi basis bagi keterbukaan ekonom i yang m en dorong kem ajuan ekonom i Tiongkok pada era kontem porer (Vogel, 20 11).

Em pat program m odernisasi tersebut m en garah pada adan ya perubahan atau reform asi ekonom i Tiongkok. Ekonom i yang sem akin terbuka terhadap investasi asing ini dikenal sebagai Open-Door Policy. Kebijakan tersebut m en garah pada liberalisasi ekonom i yang m eliputi dorongan untuk m em bentuk perusahaan dan bisn is swasta, liberalisasi perdagan gan, investasi asing, kelon ggaran kontrol negara terkait penetapan harga, serta investasi dalam produksi in dustri dan pendikan tenaga kerja (Hu & Khan, 1997). Keadaan ini ten tu saja berbeda dengan m asa sebelum reform asi ekonom i, dim an a Tion gkok terken al dengan kebijakan closed econom y tanpa adanya partisipasi dalam pasar global. Berbagai dam pak positif nyatanya diperoleh dari pen erapan kebijakan tersebut. Keberhasilan ini m em perlihatkan bahwa reform asi yang dilakukan m erupakan titik awal kem ajuan dan perkem bangan perekonom ian Tiongkok hingga saat ini. Meskipun keberhasilan diperoleh dalam waktu yan g relatif singkat, tercatat bahwa hin gga tahun 20 0 6 Tiongkok m en galam i peningkatan GDP hingga 9% setiap tahunnya (Zhen g & Chen , 20 0 8 : 18 ).

Sejak awal pem bentukan nya pada tahun 1949 wilayah Tiongkok telah

m en galam i tiga tahap pem bangunan , yaitu Balanced Developm ent atau Pem ban gun an Seim bang (1949-1979), Un balance Developm ent atau Pem ban gun an Tidak Seim ban g (1979-1991), dan tahap terakhir Coordinated Developm en t (Lu & Den g, 20 11: 1).

Strategi pem ban gun an seim ban g

didasarkan pada ide-ide keseim bangan dan kekayaan um um un tuk m em peroleh keseim ban gan dalam aktivitas ekonom i. Pada tahun 1978 tahap ini, digan tikan oleh Pem bangun an Tidak Seim ban g yang m en jalan kan kebijakan prefensial, seperti investasi, reform asi struktural dan kebijakan pasar bebas yang dilaksanakan secara eksklusif di wilayah tim ur. Dalam m asa in i pertum buhan hanya terjadi pada daerah yang diberikan kebijakan prefensial, sehingga terjadi ketim pangan an tara wilayah di Tiongkok. Pada tahun 1991 dan 1992 Coordinated Developm ent Strategy dan pem ban gun an pasar dilakukan secara berturut-turut. Tahap pem ban gunan ini bertujuan untuk m enin gkatkan pem ban gun an diwilayah tertinggal yang berada jauh dari pesisir dan untuk m em persem pit kesen jan gan yang terjadi (Lu & Deng, 20 11: 2).

(6)

Selain itu, proses m igrasi yang dilakukan oleh m asyarakat juga dapat dilihat sebagai faktor pentin g yang m em pen garuhi pem ban gun an ekon om i Tiongkok (van Dijk, 211). Selain m odal, ten aga ahli juga san gat diperlukan dalam pelaksan aan aktivitas ekonom i. Akan tetapi pada kenyataann ya jum lah tenaga kerja yang berpindah ke tim ur ini m em buat keadaan m enjadi sem akin buruk. Pasaln ya, pertum buhan di wilayah Barat yang lebih lam bat pada akhirnya m engakibatkan banyak pekerja yang berm igrasi un tuk m em peroleh pekerjaan di wilayah Tim ur. Setidakya diketahui bahwa sekitar 130 juta jiwa berm igrasi selam a beberapa dekade terakhir dan 20 0 juta jiwa lainnya diprediksi akan m eninggalkan daerah pedesaan pada dekade berikutnya (van Dijk, 20 11). Perpindahan ini m en gakibatkan sem akin berkuran gnya ten aga teram pil yang dibutuhkan untuk m en dorong pem bangunan di wilayah barat.

Wilayah barat Tiongkok diketahui terdiri dari tiga perem pat jum lah etn is m inoritas di Tiongkok, seperti etnis Uyghur, Tibet dan sebagainya (Yeh, 20 0 5: 10 ). Adan ya isu kesen jan gan ekonom i m enim bulkan potensi konflik yang sem akin besar, terutam a bila tim buln ya ketidakpuasan terhadap pem erin tah yang terlihat lebih m en gutam akan m asyarakat di wilayah tim ur. Hal ini juga dapat m em berikan ruan g bagi kelom pok-kelom pok separatis un tuk m enyerang pem erintah. Oleh karena itu upaya untuk m engontrol dan m engurangi kesen jan gan wilayah m en jadi salah satu agenda utam a pem erintah selan jutnya.

Wilayah barat Tiongkok m em iliki iklim , topografi dan populasi yang beragam serta wilayah yang luas. Melihat adan ya potensi yan g besar dari wilayah barat tersebut, fokus pem ban gunan nasional juga harus bergeser dari pesisir tim ur m en jadi wilayah pedalam an barat. Untuk m ewujudkan hal tersebut, J ian g Zem in m en gusulkan pelaksanaan kebijakan Western Developm en t Strategy (WDS) yang disam paikan dalam

Kongres Rakyat Nasion al ke Sem bilan pada Maret 1999 (Lai, 20 0 2). Secara um um kebijakan ini bertujuan untuk m enin gkatkan pem bangunan ekonom i di wilayah Barat dan Ten gah, m en ghilan gkan kesenjangan antar daerah secara bertahap, m em perkuat kesatuan antar kelom pok etnis, m en jam in keam an an perbatasan dan stabilitas sosial, serta m em prom osikan kem ajuan sosial (Lahtinen, 20 0 5). Program pem ban gunan ini disertai den gan in vestasi besar-besaran dari pem erintah, terutam a dalam bidang infrastruktur, energi, lingkun gan dan proyek sum ber daya dalam area-area tersebut. Kebijakan pem bangunan ini dilaksanakan secara berkelanjutan di enam provinsi dan lim a daerah oton om i.

Untuk m encapai keberhasilan

dari program WDS pem erintah

(7)

perusahaan keuangan dan koperasi dana di daerah pedesaan wilayah barat (Lu & Den g, 20 11: 6).

Peran aktif dan keberhasilan dari investasi asing dalam m endorong pertum buhan ekonom i di wilayah tim ur m en jadi pem icu peningkatan investasi di wilayah barat. Pengalam an inilah yang m en jadi alasan utam a m en gapa pem erintah pusat lebih m enekankan m asuknya investasi asing di wilayah barat un tuk m em proleh keuntungan yang sam a (Wu, 20 0 9). Investasi un tuk proyek pem bangunan infrastruktur utam a yang direncanakan oleh negara terutam a diperoleh dari dan a pem ban gun an pem erintah, dana pem ban gun an khusus lainnya, pinjam an ban k dan m odal asing. Pem erintah pusat juga m em iliki rencan a untuk m en gum pulkan dan a khusus untuk pem ban gun an diwilayah barat m elalui berbagai cara untuk m endukung proyek-proyek utam a. West-east n atural n atural

gas tran sm ission project dan west-east electricity transm ission project m erupakan bagian dari proyek utam a pem erintah, yang akan m em ainkan peran an yang signifikan dalam pem ban gun an wilayah barat (Yeun g & J ianfa, 20 0 9: 96). Dengan m em prioritaskan pem bangunan persediaan listrik, gas alam , pariwisata

dan bio-resources, pem erintah berusaha untuk m em percepat proses restrukturisasi ekonom i dan in dustri di wilayah barat.

Berdasarkan data statistik selam a beberapa tahun terakhir diketahui bahwa investasi terhadap aset tetap di wilayah barat m en galam i peningkatan yang pesat, hal ini sejalan dengan pem ban gun an infrastuktur yan g juga m en galam i penin gkatan . Hal ini m em buktikan bahwa peningkatan investasi sebagai bagian dari WDS m en ciptakan hasil yan g signifikan (lihat tabel 2).

Ta be l 2 : In ve s tm e n t in Fix e d As s e t in th e Ea s te r, Ce n tra l a n d W e s te rn Re gio n s ,19 9 9 -2 0 0 0

Sum ber: An n ual R eport on the Dev elopm en t of the Region al Econom y in Chin a 20 0 1

Sem entara itu, pem erintah pusat juga telah m em perpan jan g kekuasaan otonom dari perusahaan dan m en gurangi kebutuhan perolehan hak untuk terlibat dalam perdagangan intern asional dan dalam ekonom i, serta kerjasam a teknologi di wilayah barat. Melalui keterbukaan terhadap pasar dom estik, negara telah m en dorong berbagai kerjasam a antara perusahaan-perusahaan yang berada diwilayah barat, ten gah dan tim ur. Pada tahun 20 0 1,

jum lah saham diwilayah tersebut telah m enin gkat hingga 40 % atau sebesar 60 m illiar RMB.

(8)

kebijakan-kebijakan yang m enguntun gkan untuk m en arik dan m em pertahankan tenaga terlatih yang ada serta m endorong m ereka untuk m endirikan perusahaan sendiri agar dapat m em enuhi kebutuhan pengetahuan ekonom i. Selain itu pem erintah juga m elakukan upaya reform asi terhadap sistem ilm u pengetahuan dan teknologi, penin gkatan dana pengem bangan ilm u pengetahuan dan teknologi secara bertahap, serta m em berikan dukun gan kepada lem baga penelitian dan universitas yan g m elakukan penelitian dasar.

Pem ban gun an hydropower m erupakan salah satu bagian dari kebijakan pem ban gunan wilayah barat, terutam a didukung oleh West-East Transm ission Project yang dikeluarkan pem erintah. Proyek tersebut m en ggam barkan bahwa pem erintah Tiongkok saat ini sedan g m en gem ban gkan sum ber daya en ergi di wilayah barat dan m en girim hasil energi listrik untuk m em enuhi kebutuhan listrik di Guangdong, J iangsu, Zhejiang, Shanghai, Beijing dan daerah lainnya diwilayah barat yan g m em erlukan energi pendek. Pem bangunan hydropower juga bertujuan untuk m em enuhi kebutuhan en ergi Tion gkok dalam proses industri, terutam a industri m anufaktur yang m en jadi salah satu pilar utam a dalam pertum buhan ekonom i Tiongkok dan m en jadikan Tiongkok sebagai salah satu negara den gan tingkat pertum buhan industri tertinggi (Yang & Yu, 20 11: 1). Berdasarkan data yan g diperoleh dari United Nations Industrial Developm en t Organization (UNIDO) diketahui bahwa value added in dustri m an ufaktur Tiongkok telah m en capai US$ 2,8 4 triliun pada tahun 20 15. Pabrik-pabrik di Tiongkok m em produksi 23,8 4% dari total nilai tam bah industri m an ufaktur dunia yang sebesar US$ 11,91 triliun . Nilai tam bah industri m an ufaktur Tiongkok n aik 4,5 kali lipat dalam 15 tahun terakhir (Gosta, 20 16).

Akan tetapi pesatnya pertum buhan industri tidak hanya m en datangkan keuntun gan, tetapi juga m en gakibatkan dam pak negatif bagi Tiongkok. Salah satu im plikasi utam a dari perkem ban gan industri dan ekonom i adalah adan ya penin gkatan terhadap perm in taan en ergi Tion gkok. Pem erintah ten tu saja m em erlukan pasokan en ergi yang tinggi untuk tetap m en jalan kan industri dan m enjaga laju pertum buhan ekonom i negaranya. Peningkatan konsum si energi, terutam a oleh n egara-negara industri, m enjadikan isu ketahan an en ergi sebagai perhatian dalam dun ia internasional. Direktur Eksekutif IEA, Nobuo Tanaka, m en yatakan bahwa peningkatan terhadap perm intaan en ergi dunia terutam a didorong oleh laju pertum buhan penduduk dan GDP (Kem enterian Energi dan Sum ber Daya Mineral, 20 0 8 ). Dengan jum lah populasi sebesar 1.3 m iliar jiwa dan tergolong sebagai negara den gan jum lah pen duduk paling ban yak didunia (Yang & Yu, 20 11: 1), m en jadikan Tiongkok sebagai negara den gan tingkat kon sum si en ergi paling besar didunia.

(9)

Gra fik 1: In te n s ita s Pe n ggu n a a n En e rgi Tio n gko k, 19 5 3 -2 0 0 3

Sum ber: Uk uran fon t 10 , ditulis m irin g

Kedua, kom posisi dari konsum si en ergi di Tiongkok terlihat tidak seim ban g bila diban dingkan dengan negara lain (lihat Tabel 4). Terdapat penekan an terhadap pangsa pasar dom estik batubara yang besar di Tiongkok, m eskipun dom inasinya telah

m en urun dalam beberapa tahun terakhir. Oleh karena itu, industri energi dan para pem buat kebijakan dibawah tekanan yan g luar biasa berupaya untuk m en gubah struktur konsum si energi dari batubara ke en ergi bersih, seperti gas alam dan hydropower (Crom ton & Wu,20 0 4).

Ta be l 3 : Co m p o s itio n o f En e rgy Co n s u m p tio n in S e le cte d Co u n trie s

( % s h a re s )

Sum ber: Uk uran fon t 10 , ditulis m irin g

Ketiga, m eskipun konsum si en ergi Tion gkok besar secara absolut tetapi konsum si en ergi per kapita hanya sekitar 0 .5 setara m in yak per ton (TOE)

(10)

antara wilayah pedesaan dan perkotaan di seluruh Provinsi Tion gkok. Misalnya, konsum si listrik di Shan ghai terlihat tiga kali lebih tinggi diban dingkan provinsi Tiongkok yang sedang berkem ban g, seperti Yun nan. Sedan gkan yan g terakhir m em perlihatkan bahwa perm intaan en ergi Tion gkok dipen garuhi pula oleh pertum buhan perm in taan untuk produk en ergi-in ten sif, seperti alat kendaraan berm otor dan AC. J um lah ken daraan berm otor di Tiongkok telah m engalam i peningkatan dari 6,2 juta pada tahun 1990 m enjadi 36,0 juta pada tahun 20 0 3.

Berbagai ciri ini secara tidak lan gsun g m enunjukkan m engen ai perm intaan en ergi Tiongkok yang akan terus m en ingkat selam a stabilitas pertum buhan ekon om i dapat dipertahan kan oleh pem erintah. Adanya peningkatan incom e atau pendapatan sebagai akibat dari pertum buhan ekonom i juga m engakibatkan peningkatan konsum si en ergi oleh m asyarakat Tiongkok. Perpindahan penduduk desa ke kota m en dorong peningkatan pen dapatan yan g akan secara langsung m em pengaruhi kebutuhan akan energi. Pertum buhan penduduk perkotaan m enuntut adanya kendaraan dan jalan baru, sehin gga dapat m enaikan perm intaan en ergi di

sektor tran sportasi. Selain itu adanya perubahan gaya hidup antara m asyarakat desa dan perkotaan juga m em pen garuhi tingkat kebutuhan en ergi, terutam a berkaitan dengan peralatan teknologi.

Disisi lain penin gkatan output dalam sektor industri juga dapat

m en gakibatkan m enin gkatn ya perm intaan en ergi, produk olahan

m inyak bum i, dan bahan-bahan en ergi intensif untuk m enghasilkan , diantaranya bahan kim ia, baja dan alum inium (Stocking & Dinnan , 20 15: 3). Beberapa peningkatan dari output industri tersebut dim anfaatkan sebagai konsum si dom estik yan g m encerm inkan pertum buhan pen dapatan di Tiongkok. Sebagai hasil dari peningkatan pendapatan dan pertum buhan output industri, total konsum si en ergi Tion gkok m en galam i peningkatan ham pir dua kali lipat antara tahun 20 0 2 dan 20 0 6 (lihat grafik 5). Total kon sum si en ergi untuk sektor industri bahkan m en capai 70 % dari total konsum si energi n egara. Produksi energi Tion gkok yang tidak sejalan dengan pertum buhan peningkatan konsum sin ya, m enjadikan negara tersebut sebagai im porter en ergi terbesar didunia.

Gra fik 2 : P e rtu m bu h a n Ko n s u m s i En e rgi Tio n gko k

Sum ber: Chin a Statisctical Yearbook

1990 1994 1998 2002 2006 2010 2014

Tiongkok 98703 122737 136184 169577 284467 360648 426000

(11)

Peningkatan konsum si en ergi yang terus terjadi tidak berbanding lurus den gan jum lah sum ber en ergi yang dim iliki Tiongkok. Oleh karena itu diversifikasi en ergi m erupakan salah satu cara yan g dilakukan oleh pem erintah untuk m engatasi keterbatasan energi dalam negeri. Diversifikasi ini dilakukan m elalui upaya pem anfaatan sum ber-sum ber energi terbarukan yang dim iliki oleh n egara, seperti air, angin, m atahari dan sebagainya. Perhatian pem erintah terhadap pengem bangan en ergi terbarukan juga dilakukan untuk m en gurangi em isi gas rum ah kaca yang dihasilkan dari aktivitas industri negara tersebut.

Untuk m em peroleh energi yan g lebih ram ah lingkun gan , pen gem ban gan en ergi terbarukan m enjadi prioritas pem erintah. Eksplorasi dan pem anfaatan sum ber energi terbarukan , m em perbaiki energy m ix, m endukun g upaya perlindungan terhadap lingkungan, m erupakan upaya pem erintah untuk m em ecahkan kontradiksi an tara ketersediaan dan perm intaan en ergi, serta m en dukung

pem ban gun an berkelan jutan (China.Org.Cn., 20 0 7). Sejak disusunnya

China’s Agenda 21 pada tahun 20 0 4, perhatian terhadap energi terbarukan ini m en jadi sem akin m en ingkat, dim an a Pedom an Pengem bangan Energi Terbarukan dim asukan dalam peren can aan jangka panjang hingga 20 10 (D’Sa & Murthy, 20 0 6). Pem erintah Tiongkok juga m engeluarkan UU ten tang en ergi terbarukan yan g secara um um berisi tentang kebijakan-kebijakan serta kondisi sum ber en ergi terbarukan yan g ada din egara tersebut (International Energy Agency, 20 0 9) dan bertujuan untuk m eningkatkan konsum si en ergi terbarukan m en jadi 10 % dari total konsum si energi pada tahun 20 10 dan 15% pada tahun 20 20 .

Salah satu sum ber energi terbarukan yang m enjadi perhatian pem erintah adalah hydropower, dim an a

dalam beberapa tahun terakhir, pem erintah Tiongkok m em iliki rencana am bisius untuk m em bangun large hydropower dalam jum lah besar. Hydropower m erupakan clean en ergy source yang tidak m enghasilkan satupun gas berbahaya, debu atau abu dan m em iliki peran yang signifikan, baik dalam sektor en ergi m aupun air (Internation al Hydropower Association, 20 14).

Pada tahun 1990 an hydropower m em an g belum m en jadi prioritas utam a dalam pen yediaan en ergi dom estik, karena batubara m asih dianggap sebagai solusi palin g cepat un tuk kebutuhan en ergi. Meskipun dem ikian pem ban gun an bendungan untuk hydropower ini m em iliki sejum lah m anfaat lain yan g dapat m em bantu pem erintah, seperti untuk m en gendalikan banjir, irigasi, penyediaan air, budidaya dan sebagainya. Selain itu pem bangunan hydropower juga dapat dilihat sebagai proyek sistem atik den gan m elibatkan berbagai aspek, seperti em igrasi, environtm ental protection , serta konservasi air dan tan ah (Gong, t.t).

(12)

Akan tetapi dewasa ini pem ban gun an hydropower secara m asif terjadi, terutam a didaerah daratan atau barat daya Tiongkok. Proyek pem ban gun an ini dilatarbelakan gi oleh beberapa faktor, pertam a adanya kebijakan tingkat n asional seperti West Developm en t Cam paign dan The West Electricity Transfer Project, sebagai dorongan bagi provinsi diwilayah barat untuk m en ggun akan sum ber daya alam yang m elim pah, seperti sungai, un tuk m em percepat pem ban gun an ekonom i (Han, 20 13: 314). Kedua, perusahaan-perusahaan negara (BUMN) m ulai m elaksanakan kebijakan ekspansionif agresif akibat dari seran gkaian reform asi korporatisasi dan restrukturisasi yang berlangsung sejak pertengahan 1990 an . Dalam lin gkungan pasar yang sem akin kom petitif, perusahaan listrik telah bergegas untuk bergerak kearah barat Tiongkok sehingga dapat m elaksan akan pem anfaatan sungai diwilayah tersebut yang relatif lebih terbelakang bila diban dingkan dengan pem ban gunan sungai didaerah lainnya. Ketiga, pem erintah m elihat hydropower sebagai pilihan yan g m enarik untuk m em ban tu m em enuhi peningkatan kebutuhan en ergi dan sebagai jalan keluar dari tekanan internasional un tuk m engurangi em isi gas rum ah kaca yang dihasilkan dari pem bakaran bahan bakar fosil.

Berdasarkan berbagai penjelasan diatas dapat diketahui bahwa kekukuhan pem erintah Tiongkok dalam pem ban gun an hydropower ditengah berbagai kritik terkait dam pak negatif yang dihasilkan dari pem ban gunan tersebut berkaitan dengan beberapa faktor utam a, seperti terjadin ya revolusi ekonom i, terciptan ya ketim pangan ekonom i antara provinsi di wilayah barat dan tim ur Tiongkok, keterbatasan sum ber energi dan dam pak lin gkungan yang disebabkan oleh pen ggunaan batubara, adan ya peningkatan akan kebutuhan en ergi Tion gkok yang terus terjadi setiap tahunnya, serta keterbatasan jum lah sum ber en ergi yan g dim iliki oleh Tiongkok. Untuk m en yediakan kebutuhan energi tersebut, pem erintah berupaya untuk m em anfaatkan sem ua sum ber energi yang dim iliki oleh n egara, term asuk en ergi terbarukan. Salah satu en ergi terbarukan yang m enjadi perhatian pem erintah adalah hydropower m en gingat potensi air tinggi yang dim iliki oleh n egara tersebut. Pem ban gun an hydropower ini selain untuk m em en uhi kebutuhan energi untuk industri dom estik, juga sebagai salah satu proyek dalam pem bangunan wilayah barat.

D a fta r Pu s ta ka

[1]Australian Renewable Energy Agency. 2014.

Hydropower [online] dalam

http://arena.gov.au/about-renewable-energy/hydropower/ [diakses pada 2 Mei 2016].

[2]Cai, Jie. 2009. “Hydropower in China”

[online] dalam

http://www.diva-portal.org/smash/get/diva2:276817/fulltext0 1 [diakses 27 Oktober 2016]. Master Thesis, Sweden: University of Gävle.

[3]China.Org.Cn. 2007. White Paper on Energy:

China’s Energy Condition and Policies [online] dalam

http://www.china.org.cn/english/environmen t/236955.htm [diakses pada 12 Juni 2016] [4]Chiyuan, Miao et al. 2015. “China’s Policy

on Dams at the Crossroad: Removal or Further Construction?”, dalam Water 2015.

[5]Cromton, Paul & Yanrui Wu. 2004. Energy Consumption in China: Past Tense and Future Direction [online] dalam

http://www.web.uwa.edu.au/__data/assets/p df_file/0003/102567/04_22_Crompton_ Wu.pdf [Diakses pada 26 Juni 2016].

[6]D’Sa, Antonette and K.V. Narasimha

Murthy. 2006. “Environmental Reform in The Electricity Sector: China and India”, dalam The Journal of Environment and Development, Vol. 15, hlm. 158-183. Sage Publication.

[7]Goh, Evelyn. 2004. “China in the Mekong

River Basin: The Regional Security Implications of Resources Development on the Lancang Jiang”, dalam The Working Paper No.69. Singapore: Singapore Institute of Defence and Strategic Study.

[8]Gong, He. T. T. Future of China

(13)

gy/op/hydro_he_english.pdf [diakses 20 Juni 2016].

[9]Gosta, Demis Rizky. 2016. “China Produsen

Produk Manufaktur Nomor Satu Dunia” [online] dalam

http://industri.bisnis.com/read/20160421/257

/540425/china-produsen-produk-manufaktur-nomor-satu-dunia [diakses 15 Oktober 2016].

[10]Gurley, John G. 1976. China’s Economy and

the Maoist Strategy. New York and London: Monthly Review Press.

[11]Han, Heejin. 2013. “China Policy Making in

Transition: A Hydropower Development Case”, dalam Journal of Environment and Development, The Author(s).

[12]Hu, Zuliu & Mohsin S. Khan. 1997. “Why is China Economy Growing Fast?”, dalam International Monetary Fund, Economic Issues No.8.

[13]International Energy Agency. 2009. Renewable Energy Law: China [online] dalam

https://www.iea.org/policiesandmeasures/ren ewableenergy/?country=China [diakses 27 Oktober 2016].

[14]International Hydropower Association. 2014. Water and Energy [online] dalam https://www.hydropower.org/water-and-energy [diakses 2 Mei 2016].

[15]International Renewable Energy Agency.

2012. Renewable Energy Technologies: Cost Analysis Series [online] dalam http://www.irena.org/documentdownloads/p ublications/re_technologies_cost_ analysis-hydropower.pdf [diakses pada 24 Juni 2016].

[16]Kementerian Energi dan Sumber Daya

Mineral. 2008. Hingga 2030 Permintaan Energi Dunia Meningkat 45% [online] dalam http://www.esdm.go.id/berita/37- umum/2133-hingga2030-permintaan-energi-dunia-meningkat-45.html [diakses 21 Oktober 2016].

[17]Lahtinen, Anja. 2005. China’s Western Dvelopment Strategy and Its Impact on Qinghai Province [online] dalam

http://ktm.elinar.fi/ktm_jur/ktmjur.nsf/All/E 12F973DFB939C26C225707700279C01/$fi le/ratu7mos_eng_2005.pdf [diakses pada 20 Oktober 2016]

[18]Lai, Hongyi Harry. 2002. China’s Western

Development Program: Its Rationale, Implementation, and Prospects, Modern China [online] dalam

[https://www.case.edu/affil/tibet/tibetanNom ads/documents/ChinasWesternDevelopment Program_000.pdf] Diakses pada 16 Oktober 2016

[19]Lu, Zheng dan Xiang Deng. 2011. China’s

Western Development Strategy: Policies, Effects and Prospects, Munich Personal RePec Archive [online] dalam

https://mpra.ub.uni-muenchen.de/35201/1/Chinas_Western_Dev elopment_Strategy_Policies_Effects_and_Pr ospects.pdf [diakses pada 20 Oktober 2016]

[20]Osborne, Milton. 2009. “The Mekong: River

Under Threat”, dalam Lowy Institute Paper 27.

[21]Stenberg, R. 2007. “Hydropower:

Dimensions of Social and Environmental Coexistence”, dalam Renewable and Sustainable Energy Reviews 12 (2008), Elsevier Ltd.

[22]Stocking, Andrew and Terry Dinnan. 2015.

“China’s Growing Energy Demand: Implications for United States”,

Washington: Congressional Budget Office [online] dalam

https://www.cbo.gov/sites/default/files/114th -congress-2015-2016/workingpaper/50216-China_1.pdf [Diakses pada 20 Oktober 2016]

[23]Todaro, Michael P. & Stephen C. Smith. 2006. Economic Development: Ninth Edition. England: Pearson Education Limited.

[24]Van Dijk, Meine Pieter. 2011. “A Different Development Model in China’s Western and Eastern Province”, dalam Modern Economy, Vol.2, No. 5, pp. 757-768.

[25]Vogel, E. F. 2011. “China Under Deng

Xiaoping’s Leadership” [online] dalam http://www.eastasiaforum.org/2011/09/27/ch ina-under-deng-xiaopings-leadership/ [diakses 25 Juni 2016].

[26]World Energy Council. 2015. World Energy

Resources, Charting the Upsurge in Hydropower Development 2015, dalam https://www.worldenergy.org/wp- content/uploads/2015/05/World-Energy- Resources_Charting-the-Upsurge-in-

Hydropower-Development_2015_Report2.pdf [diakses pada 20 Oktober 2016]

[27]Wu, Yuqing. 2009. “Ten Years After Go

West,” Business and Public Administration Studies, 2009, [online] dalam

https://www.bpastudies.org/bpastudies/articl e/view/100/200 [diakses 27 Oktober 2016].

[28]Yang, Mu and Hong Yu. 2011. China’s

Industrial Development in the 21th Century Singapore: World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd.

[29]Yeh, E. T. 2005. “Green Governmentality

and Pastoralism in Western China:

Converting Pastures to Grassland,” Nomadic People, Vol. 9, no. 1 & 2. Rotterdam: Netherland.

[30]Yeung, Y. M. and Shen Jianfa. 2004. Developing China’s West: A critical Path to Balanced National Development. Hongkong: Chinese University Press.

Gambar

Tabel 3: Com position of Energy Consum ption in Selected Countries
Grafik 2: Pertum buhan Konsum si Energi Tiongkok

Referensi

Dokumen terkait

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN KIT IPA UNTUK MENINGKATKAN KOGNITIF SISWA SMP PADA BAHASAN GERAK LURUS.. Universitas Pendidikan Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh skema dasar visibilitas hilal di wilayah tropis menggunakan parameter fisis beda tinggi Bulan – Matahari (ARCV – Arc of Vision ),

Kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan sinergi dari pihak universitas, sekolah dan mahasiswa.Tentunya peran mahasiswa dalam kegiatan ini adalah mampu

Gambar 6 Kontribusi tapak air hijau, biru, dan abu-abu dari total tapak air dari pulau Jawa yang terkait dengan konsumsi produk tanaman.. untuk

Sehubungan dengan proses pelaksanaan Pemilihan Langsung Pekerjaan Pembangunan 3 Unit RKB Madrasah Aliyah Negeri Nimbokrang, kami bermaksud melaksanakan Pembuktian

siswa diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak. berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu

Apabila saudara tidak membawa dokumen tersebut diatas dan tidak hadir pada waktu yang. telah ditentukan, maka perusahaan saudara dinyatakan mengundurkan

Jalan Batu Sisir - Bukit Arai Gedung F Tokong