• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gaya hidup hedonis mahasiswa yang bekerja sebagai penyiar radio swasta di Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Gaya hidup hedonis mahasiswa yang bekerja sebagai penyiar radio swasta di Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
225
0
0

Teks penuh

(1)

PR

Diajuk Me

ROGRAM S

UN

kan untuk M emperoleh G

Program

Di Vicky A NIM

STUDI PSIK FAKULT NIVERSITA

YO

Skripsi

Memenuhi S Gelar Sarja m Studi Psi

isusun oleh Alfian Panga M : 0391141

KOLOGI J TAS PSIKO AS SANATA GYAKART

2011

Salah Satu S ana Psikolog

ikologi

: aribuan 111

URUSAN P OLOGI

A DHARMA TA

Syarat gi

PSIKOLOG

A

(2)

PR

Diajuk Me

ROGRAM S

UN

kan untuk M emperoleh G

Program

Di Vicky A NIM

STUDI PSIK FAKUL NIVERSITA

YO

Skripsi

Memenuhi S Gelar Sarja m Studi Psi

isusun oleh Alfian Panga M : 0391141

KOLOGI J TAS PSIKO AS SANATA GYAKART

2011

i

Salah Satu S ana Psikolog ikologi

: aribuan 111

URUSAN P OLOGI

A DHARMA TA

Syarat gi

PSIKOLOG

A

(3)
(4)
(5)

iv

Bapak dan Mamak tersayang,

Adik-adikku yang sangat kusayangi (Olien, Derma, Embol),

B.Sibarani (Bapa tua Lily),

(6)

v

“Moving on is a simple thing…

(7)

s s

susun ini tid sebutkan dal

dak memuat lam kutipan

karya atau b dan daftar p

bagian karya pustaka, seba

Yo

vi

a orang lain k agaimana lay

ogyakarta, 28

Vicky A

kecuali yang yaknya kary

8 Januari 20 Penulis

Alfian Panga

g telah saya a ilmiah.

011

(8)

vii

Vicky Alfian Pangaribuan

ABSTRAK

Arus globalisasi telah mengakibatkan perubahan yang begitu pesat di berbagai aspek kehidupan, termasuk gaya hidup yang cenderung lebih mengarah kepada gaya hidup hedonis. Gaya hidup hedonis adalah suatu pola perilaku sehari-hari yang dapat diketahui melalui aktivitas, minat, maupun opini yang menekankan pada kesenangan hidup yang meliputi berpesta, berperilaku konsumtif, melakukan seks bebas, serta mengkonsumsi narkoba. Penelitian ini mencoba untuk menjelaskan bagaimana gaya hidup hedonis mahasiswa yang bekerja sebagai penyiar radio swasta di Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang bekerja sebagai penyiar radio sejumlah 5 orang. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah wawancara dan observasi. Analisis data yang digunakan adalah metode analisis induktif. Hasil penelitian ini menunjukkan mahasiswa yang bekerja sebagai penyiar radio mengisi kegiatan sehari-hari dengan berpesta dan belanja. Tujuan mereka untuk bersenang-senang dan membeli barang yang diinginkan. Menurut mereka bukanlah suatu masalah bila menghabiskan waktu dan uang dengan berpesta dan belanja. Tidak ada di antara mereka yang mengkonsumsi narkoba dan menjalani kehidupan seks bebas (free sex), namun beberapa dari mereka menjalani perilaku seks pra nikah sebagai ungkapan sayang terhadap pasangannya. Bagi mereka perilaku tersebut tidak masalah dilakukan dan mereka sadar konsekuensi atas tindakannya. Mereka tidak tertarik mengkonsumsi narkoba, karena mereka merasa tidak ada manfaat yang diperoleh dengan memakai narkoba. Menurut mereka mengkonsumsi narkoba merusak tubuh dan masa depan.

(9)

viii ABSTRACT

Globalization flow had led to such rapid changes in various aspects of life, including lifestyle that tends to lead to a hedonistic lifestyle. Hedonistic lifestyle is a pattern of daily behaviors that can be known through the activities, interests, and opinions that emphasized the pleasures of life including partying, consumptive behavior, free sex and taking drugs. This study attempted to explain how did the hedonistic lifestyle of students who working as private radio broadcasters in Yogyakarta. This research was a qualitative descriptive study. Subjects on this research were five college students who worked as radio broadcaster. This research used interviews and observations to collect datas. Data analysis used for this research was induktif analysis method. The results of this study showed that students working as radio broadcasters filled their daily activities with the partying and shopping. Their goal was to have fun and purchase the desired goods. According to them, it was not a problem if they spent time and money by attend a party and went shopping. They were neither took drugs nor free sex, but some of them were undergoing premarital sex behavior as an expression of affection for their partner. For them, those behaviors did not matter and they were aware of the consequences for their actions. They were not interested in used drugs, because they did not feel any benefit obtained by using drugs. According to them, used could drugs damages their body and their future.

(10)
(11)

x

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini diselesaikan melalui proses yang panjang dan menegangkan. Proses tersebut diwarnai dengan suka dan duka, kejenuhan dan kegembiraan. Namun semuanya itu pada akhirnya membawa penulis menjadi lebih tekun dan bersemangat untuk membuktikan kepada semua orang yang telah menaruh harapan dan kepercayaan kepada penulis, bahwa penulis dapat membuat mereka bangga meskipun hasil yang penulis persembahkan pun tidaklah sempurna. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah berperan secara langsung ataupun tidak langsung dalam proses penyelesaian skripsi ini. Dengan dukungan mereka, penulis dapat menjalani dan menyelesaikan proses yang panjang tersebut dengan baik.

1. Terima kasih kepada Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Bapak Minta Istono, S.Psi., M.Si. selaku Wakil Dekan, Ibu Titik Kristiyani, M.Psi. selaku Kaprodi, dan Ibu Agnes Indar Etikawati, S.Psi., Psi., M.Psi. selaku Wakil Kaprodi yang telah memberikan dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.

(12)

xi Terima kasih atas segalanya.

5. Olien, Derma, dan Vitra “Embol” yang selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis.

6. B. Sibarani. Terima kasih atas pengajaran selama ini kepada penulis. 7. Keluarga besar H. Pangaribuan dan keluarga besar E. Simanjuntak yang

penulis sangat hormati.

8. Ria “Cin..” Mariana, yang selalu menyayangi, mendukung, dan memberikan semangat untuk penulis.

9. Aprinta Bangun, Martinus Sinulingga, Ronald dan Junius Manalu. My best friends in Psychology’03.

10.Raja Purba, Bang Jhon, Laurencius Sihombing, Hendri Sialagan, Herman Simarmata, Gandie.. Thanks for everything.

11.Chandra Simarmata. Thanks so much for the “email”. Salute..! 12.Teman-teman penyiar radio atas kesediaannya berbagi dengan penulis. 13.Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan banyak

pengetahuan dan pengalaman selama penulis kuliah.

(13)

xii

17.Teman-teman PB.Skripsi. Ingat skripsi, jangan backhand terus.

Skripsi ini juga tidak terlepas dari kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu, penulis terbuka atas kritik dan saran yang membangun.

Penulis

(14)

xiii

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. iv

HALAMAN MOTTO ………. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. vi

ABSTRAK ……….. vii

ABSTRACT ……… viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………ix

KATA PENGANTAR ………... x

DAFTAR ISI ………... xiii

DAFTAR TABEL………. xvi

BAB I PENDAHULUAN ………1

A. Latar Belakang Masalah ……….…. 1

B. Rumusan Masalah ……… 9

C. Tujuan Penelitian.………. 10

D. Manfaat Penelitian………… ………... 10

BAB II LANDASAN TEORI………..11

A. Gaya Hidup Hedonis ……….11

(15)

xiv

5. Gaya Hidup Hedonis………...……... 24

6. Aspek-aspek Gaya Hidup Hedonis……….. 30

B. Gaya Hidup Hedonis Mahasiswa yang Bekerja sebagai Penyiar Radio Swasta di Yogyakarta……… 34

BAB III METODE PENELITIAN ………..40

A. Jenis Penelitian… ……….…. 40

B. Fokus Penelitian…..……….……….. 40

C. Subjek Penelitian dan Metode Penentuan Subjek……….41

1. Subjek Penelitian………...……….. 41

2. Metode Penentuan Subjek……..……….…. 42

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data……….………42

1. Metode Pengumpulan Data……….. 42

2. Alat Pengumpulan Data……….……….. 45

E. Prosedur Penelitian ……….48

1. Tahap Persiapan……….……….. 48

2. Tahap Pelaksanaan………... 49

F. Analisis Data ………...50

1. Organisasi Data……… 50

2. Koding dan Analisis………. 50

(16)

xv

1. Credibility (Kepercayaan)……… 53

2. Dependability (Kebergantungan)……….……. 54

3. Confirmability (Kepastian)………55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...56

A. Pelaksanaan Penelitian ………56

1. Deskripsi Subjek Penelitian………..………….. 56

2. Waktu dan Tempat Penelitian………..………... 57

B. Hasil Penelitian………..59

1. Aspek Activities (Aktivitas)……….………59

2. Aspek Interest (Minat)………68

3. Aspek Opinion (Opini)……….79

C. Pembahasan ………...90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………99

A. Kesimpulan ………..99

B. Saran ……….….100

(17)

xvi

Tabel 1 Pedoman Wawancara……… 46

Tabel 2 Pedoman Observasi………..……….……… 47

Tabel 3 Kode Analisis Hasil Wawancara………...51

Tabel 4 Data Subjek………..……….………..57

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Arus globalisasi telah melanda di seluruh dunia hingga mengakibatkan perubahan yang begitu pesat di berbagai aspek kehidupan. Negara-negara maju tentu saja lebih mudah menularkan pengaruhnya terhadap negara-negara berkembang. Gaya hidup orang dari negara-negara maju, seperti Amerika, yang lebih materialistik banyak ditiru oleh negara-negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia.

Melalui arus globalisasi tersebut, negara-negara Barat telah melakukan ekspansi pasar, yaitu menguasai pasar dan mendistribusikan produk-produknya secara besar-besaran ke banyak negara, salah satunya Indonesia, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan negara-negara berkembang yang ingin dianggap modern. Produk yang ditawarkan berjumlah sangat besar dan beragam. Produk-produk tersebut bukan hanya dapat memuaskan kebutuhan konsumen, tetapi juga dapat memuaskan kesenangan konsumen. Para produsen berusaha menciptakan budaya konsumtif melalui media massa dalam rangka memasarkan produknya. Hal tersebut bertujuan untuk merangsang masyarakat agar terus mengkonsumsi lebih banyak barang dan jasa yang ditawarkan. Akibatnya, gaya hidup masyarakat juga berubah dalam jangka waktu yang relatif singkat menuju ke arah kehidupan yang mewah dan cenderung berlebihan

(19)

yang pada akhirnya menimbulkan perilaku konsumtif (Lina & Rosyid, 1997).

Assael (1996) menjelaskan bahwa gaya hidup merupakan pola hidup sehari-hari individu yang dinyatakan dalam bentuk aktivitas, minat dan opini. Aktivitas yang dimaksud di sini adalah cara individu mempergunakan waktunya. Minat adalah sebagai apa yang menarik dari suatu lingkungan sehingga individu tersebut memperhatikan. Opini dimaksudkan sebagai apa yang individu pikirkan tentang diri tersebut dan dunianya.

Gaya hidup adalah pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uangnya (Engel, Blackwell, & Miniard, 1994). Pada tahun 1995 PT Surindo Utama Indonesia melakukan penelitian tentang gaya hidup (psikografi) masyarakat perkotaan di Indonesia. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku gaya hidup dari masyarakat perkotaan di Indonesia cenderung berorientasi pada pencarian kesenangan (37%). Dapat dikatakan bahwa sebagian besar dari masyarakat Indonesia cenderung memiliki perilaku gaya hidup yang menekankan pada kesenangan. Susianto menyebutkan bahwa gaya hidup yang cenderung mencari kesenangan disebut gaya hidup hedonis (Kasali, 1998).

(20)

menjadi pendukung kecenderungan gaya hidup hedonis. Gaya hidup hedonis merupakan wujud ekspresi dari perilaku eksperimental yang dimiliki anak muda untuk mencoba sesuatu hal yang baru.

Kenyataan yang tampak sekarang ini, nilai-nilai baru telah mulai merasuki kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya anak muda di perkotaan, dimana anak muda sekarang lebih berorientasi pada nilai-nilai kebendaan. Artinya terjadi pergeseran orientasi gaya hidup yang lebih mementingkan penampilan fisik yang serba mewah dan mahal (glamor), serta bergengsi, sehingga dapat dipastikan bahwa keberadaan gaya hidup yang demikian menimbulkan kesan modern dan prestisius (Budiman, 2002).

Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Baudrillard (dalam Ibrahim, 1997) yang mengatakan bahwa “alasan status” sebagai logika konsumen, ternyata lebih merupakan alasan yang masuk akal daripada “alasan fungsional”. Maksudnya peningkatan status lebih diutamakan daripada usaha memenuhi kebutuhan yang lebih mendasar dalam mengkonsumsi suatu produk. Dengan kata lain, usaha untuk memiliki suatu barang bukan berdasar pada alasan bahwa orang membutuhkannya (fungsional), melainkan lebih kepada alasan karena senang memiliki barang tersebut (hedonis).

(21)

Now, “Surga Ada di Sini dan Hari Ini”, merupakan semangat yang selalu digenggam oleh kaum hedon (Rofiq, 1999). Prinsip hedonisme pada dasarnya ialah manusia mengusahakan kenikmatan. Dampak negatif dari usaha ini adalah sikap menghindari rasa sakit dan dampak positifnya terungkap dalam sikap mengejar apa saja yang dapat menimbulkan kenikmatan. Hedonisme berpendapat bahwa kenikmatan benar-benar merupakan kebaikan yang paling berharga atau yang tertinggi bagi manusia. Seseorang dikatakan baik bila perilakunya dibiarkan ditentukan oleh pertanyaan bagaimana caranya agar dirinya memperoleh kenikmatan yang sebesar-besarnya. Orang yang berusaha memperoleh kenikmatan sebesar-besarnya merupakan orang yang bukan hanya hidup sesuai dengan kodratnya, melainkan juga memenuhi tujuan hidupnya (Vos & Soemargono, 1987).

(22)

Arus globalisasi telah membawa nilai-nilai dari Barat yang dapat mempengaruhi gaya hidup. Globalisasi inilah yang menyebabkan hilangnya kebudayaan lokal dan digantikan dengan kebudayaan Barat yang dianggap lebih maju dan modern. Misalnya di kalangan anak muda, mereka lebih suka menonton pertunjukkan musik pop, hip hop, ataupun rock, dibandingkan musik gamelan; lebih menyukai pakaian berbahan jeans daripada surjan dan batik; memilih makan di KFC, Wendy’s atau McDonald karena lebih bergengsi daripada makan gudeg. Musik seperti pop, hip hop, rock; pakaian jeans; tempat makan KFC, Wendy’s, dan Mc.Donald merupakan produk dari Barat yang dianggap modern dan bergengsi. Padahal untuk mengkonsumsi produk-produk tersebut, mereka harus mengeluarkan biaya yang lebih besar dibandingkan mengkonsumsi makanan seperti gudeg yang tradisional. Perilaku yang demikian menunjukkan perilaku konsumtif. Menonton pertunjukan musik seperti pop, hip-hop, dan rock di kafe atau diskotik mungkin lebih disukai anak muda zaman sekarang, karena lebih bergengsi dan menghibur bagi mereka.

(23)

untuk mengisi waktu luang anak muda adalah mall (30,8 %). Untuk membelanjakan uangnya, prioritas pertama pengeluaran anak muda adalah jajan (49,4%), membeli alat sekolah (19,5%), jalan-jalan/ hura-hura (9,8%), membeli pakaian (9,4%), menabung (8,8%), membeli kaset (2,3%), membeli aksesoris mobil (0,6%) dan tidak menjawab (0,2%) (Harjanti, 2001). Hasil penelitian lain juga menyebutkan, sebanyak 50% uang mahasiswa dihabiskan untuk biaya komunikasi, seperti membeli ponsel dan voucher (Prasetyo, 2006). Kecenderungan gaya hidup akibat adanya pengaruh budaya Barat, seperti yang disebutkan di atas merupakan bentuk gaya hidup hedonis.

Yang menjadi penekanan di sini, yang merupakan ciri-ciri dari gaya hidup hedonis adalah selalu memiliki pola perilaku yang menekankan pada kesenangan hidup. Gaya hidup seseorang dapat dilihat dari jenis aktivitas, minat, maupun pendapat yang cenderung tertuju pada objek-objek tertentu sehingga hal ini menjadi kecenderungan gaya hidup seseorang.

(24)

Dari pengamatan penulis, banyak di antara mahasiswa yang mengisi waktu luang mereka dengan bekerja (baik yang bekerja part time ataupun full time). Penulis melihat bahwa tidak sedikit dari mahasiswa yang bekerja tersebut menjalani gaya hidup yang tergolong ke dalam gaya hidup hedonis. Misalnya saja dengan tingginya frekuensi mencari hiburan atau “bergaul” ke kafe, dugem, sering mengkonsumsi minuman beralkohol, penggunaan obat-obatan terlarang, serta melakukan perilaku seks bebas. Selain itu mereka juga tidak berpikir panjang membelanjakan uang mereka untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan, dimana perilaku ini menunjukkan perilaku konsumtif.

(25)

yang komersial, saat ini banyak stasiun-stasiun radio yang berlomba-lomba untuk mendapatkan pendengar sebanyak mungkin agar bisa memperoleh keuntungan. Untuk mendapatkan pendengar, stasiun radio harus menyajikan program-program yang banyak disukai oleh banyak orang atau yang sedang trendy, terutama di kalangan anak muda. Untuk itu, stasiun radio saat ini banyak menyebarkan informasi yang sifatnya hiburan, yang tanpa disadari informasi tersebut mengandung nilai-nilai budaya Barat, salah satunya hedonisme.

(26)

Besarnya penghasilan ini sangat memungkinkan mereka untuk melakukan segala aktivitas gaya hidup yang cenderung hedonis seperti yang disebutkan di atas, yang jelas-jelas membutuhkan uang yang tidak sedikit. Tidak hanya dari segi penghasilan, berkaitan dengan “fasilitas” yang didapatkan oleh para penyiar radio tersebut dari pihak sponsor ataupun para pengiklan, misalnya dari pihak produsen pakaian anak muda yang memasang iklan di radio, para penyiar biasanya mendapatkan voucher belanja; atau sebuah tempat hiburan, seperti café dan klub malam yang mengiklankan acaranya di radio, penyiar dari radio tersebut mendapat fasilitas dibebaskan dari biaya masuk (guest list). Dilihat dari kondisi ini, bukan tidak mungkin mahasiswa yang bekerja sebagai penyiar radio bisa mengarahkan gaya hidupnya ke arah gaya hidup hedonis. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui gambaran secara jelas mengenai gaya hidup hedonis yang dijalani mahasiswa yang bekerja sebagai penyiar radio swasta.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah: Bagaimana gaya hidup hedonis pada mahasiswa yang bekerja sebagai penyiar radio swasta yang melakukan atau menjalani satu dari empat gaya hidup hedonis?

(27)

2. Hal-hal apa yang menjadi perhatian atau menarik perhatian, dimana perhatian tersebut didasarkan pada kesenangan?

3. Bagaimana pandangan, pendapat, opini tentang perilaku/ aktivitas yang menekankan pada kesenangan hidup?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan gaya hidup hedonis yang dijalani mahasiswa yang bekerja sebagai penyiar radio swasta yang melakukan atau menjalani satu dari empat gaya hidup hedonis.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoretis maupun praktis. Adapun manfaat teoretis dan praktisnya adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoretis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan sumbangan berupa suatu wacana fenomenologis dalam bidang psikologi sosial, terutama yang berhubungan dengan gaya hidup.

(28)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Gaya Hidup Hedonis 1. Pengertian Gaya Hidup

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988), gaya hidup diartikan sebagai pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia di dalam masyarakat. Pengertian ini dijelaskan lebih lanjut oleh Rusli (dalam Indrastuti, 2006) bahwa gaya hidup adalah tingkah laku atau tata cara yang tampak khas di kalangan warga suatu masyarakat, suatu kelompok, atau lapisan sosial. Gaya hidup lahir dari suatu kebudayaan yang merupakan pencerminan sosial. Dengan kata lain apa yang sedang berlaku di tengah-tengah mayarakat akan mempengaruhi gaya hidup masyarakat itu sendiri. Gaya hidup masyarakat dapat diubah melalui kontak dengan warga lain atau melalui pengaruh dari media komunikasi seperti televisi, radio, internet, surat kabar atau majalah.

Susanto (2001) menyebutkan bahwa gaya hidup adalah cara mengekspresikan diri agar sesuai dengan “seperti apa seseorang ingin dipersepsikan” sehingga dapat diterima oleh kelompok sosial tertentu. Jika seseorang mempunyai keinginan untuk dapat digolongkan sebagai bagian dari suatu kelompok sosial, maka ia harus mematuhi “aturan main” (norms) yang berlaku di dalam kelompok tersebut. Untuk itu ia harus memiliki frame of reference (kerangka acuan), yang dipakainya untuk

(29)

bertingkah laku dan yang mengungkapkan aktivitas, minat dan opininya. Dengan mematuhi norma-norma tersebut secara tidak langsung ia akan membentuk citra dirinya sesuai dengan status sosial yang diinginkannya dengan pola-pola perilaku tertentu. Jadi gaya hidup adalah suatu perpaduan antara cara ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak yang tertuang dalam aktivitas, minat dan opininya.

Assael (1996) menjelaskan bahwa gaya hidup merupakan pola hidup sehari-hari individu yang dinyatakan dalam bentuk aktivitas, minat dan opini. Aktivitas yang dimaksud di sini adalah cara individu mempergunakan waktunya. Maksudnya aktivitas adalah segala tindakan yang dilakukan individu dalam kehidupannya sehari-hari. Minat adalah sebagai apa yang menarik dari suatu lingkungan sehingga individu tersebut memperhatikan. Minat merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu hal yang berada di sekitarnya. Opini dimaksudkan sebagai apa yang individu pikirkan tentang diri tersebut dan dunianya. Di sini opini yang dimaksud adalah apa yang individu pikirkan mengenai dirinya dan lingkungannya.

(30)

minat. Sedangkan aspek opini dapat dijelaskan melalui isu sosial, politik, produk, masa yang akan datang dan kebudayaan. Gaya hidup melukiskan “keseluruhan orang itu” dalam interaksinya dengan lingkungannya. Gaya hidup mencakup sesuatu yang lebih dari sekedar kelas sosial seseorang, gaya hidup menampilkan pola beraksi dan berinteraksi seseorang dalam kehidupan sehari-hari.

Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) mendefinisikan gaya hidup sebagai pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup merupakan fungsi motivasi dan hasil belajar yang ada dalam diri individu, kelas sosial, demografi, dan variabel lainnya. Gaya hidup adalah konsepsi ringkasan yang mencerminkan nilai konsumen. Individu sebagai seorang konsumen mengembangkan seperangkat konsepsi yang mencoba untuk mengurangi ketidakcocokan di dalam nilai dan gaya hidup mereka. Secara ringkas, George Kelly (dalam Engel, Blackwell, dan Miniard, 1994) menyatakan bahwa konsepsi tersebut merupakan respon terhadap kebutuhan orang untuk memperoleh pertunjuk dari lingkungan yang berubah-ubah agar konsisten dengan nilai dan kepribadiannya sendiri.

(31)

diinginkan, ada juga orang yang lebih suka menghabiskan waktunya di rumah sambil menonton acara favorit di televisi, dan ada juga orang yang memanfaatkan uang dan waktunya untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial. Joseph Plummer (dalam Kasali, 1998) menyatakan gaya hidup adalah mengukur aktivitas-aktivitas manusia dalam empat hal yaitu, bagaimana mereka menghabiskan waktunya (aktivitas); minat mereka, yaitu apa yang dianggap penting di sekitarnya; dan pandangan-pandangannya baik terhadap diri sendiri maupun orang lain (opini); serta karakter-karakter dasar seperti tahap yang mereka telah lalui dalam kehidupan (life cycle), penghasilan, pendidikan, dan dimana mereka tinggal.

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup sehari-hari individu dalam menghabiskan waktu dan uangnya yang dinyatakan dalam aktivitas, minat dan opini.

2. Aspek-aspek Gaya Hidup

(32)

a) Activities (aktivitas/ kegiatan) adalah tindakan nyata yang dapat diamati seperti bercakap-cakap, belanja, berpergian, kegiatan sosial, mencari hiburan dan olah raga.

b) Interest (minat) adalah tingkat ketertarikan yang menyertai perhatian khusus maupun terus-menerus terhadap suatu objek, peristiwa atau topik.

c) Opinion (opini) adalah “jawaban” lisan atau tertulis yang diberikan seseorang sebagai respon terhadap stimulus yang muncul. Stimulus tersebut dapat berupa isu sosial, produk, masa yang akan datang, komunitas olah raga, hiburan. Opini digunakan untuk mendeskripsikan penafsiran, harapan, dan evaluasi – seperti kepercayaan mengenai maksud orang lain, antisipasi sehubungan dengan peristiwa yang akan datang, dan perimbangan konsekuensi yang memberi ganjaran atau hukuman dari jalannya tindakan alternatif. Opini dapat berupa penilaian yang positif atau negatif terhadap suatu stimulus.

(33)

tanggapan yang diberikan oleh seseorang baik positif maupun negatif tentang suatu hal.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup

Hawkins, Best, dan Coney (2004) berpendapat, pada dasarnya gaya hidup adalah bagaimana seseorang itu menjalani hidupnya. Gaya hidup berkaitan dengan bagaimana seseorang membentuk konsep dirinya yang ditentukan oleh pengalaman masa lalu, kepribadian, dan situasi yang sedang dihadapi. Swastha dan Irawan (2005) menyebutkan bahwa perilaku seseorang, seperti kegiatan-kegiatan dalam mendapatkan barang dan jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut merupakan gaya hidup seseorang. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang dapat dibedakan menjadi faktor dari dalam individu (internal) dan faktor dari luar individu (eksternal), yaitu :

1) Faktor Internal (a)Pengalaman

(34)

kepuasan maka perilaku tersebut cenderung akan diulang dan pengulangan yang terus menerus itulah yang nantinya akan menjadi suatu gaya hidup.

(b)Kepribadian

Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi yang unik yang menyebabkan respon yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan dan dirinya sendiri (Sami’an, 2004). Karakter yang unik dari individu akan membentuk perilaku yang khas dalam bereaksi terhadap masalah-masalah yang dihadapi serta menentukan pilihan-pilihan dalam hidup, termasuk menentukan gaya hidupnya. (c) Konsep Diri

Dasar pemikiran konsep diri adalah bahwa apa yang dimiliki seseorang memberi kontribusi pada pencerminan identitas diri mereka. Kotler (1988) berpendapat bahwa konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki individu mengenai dirinya sendiri. Konsep diri akan menentukan perilaku individu, karena konsep diri merupakan internal frame of reference yang akan menjadi acuan perilaku. Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi minatnya terhadap suatu objek. Dalam mengkonsumsi suatu barang individu akan memilih barang yang sesuai dengan identitas diri mereka.

(d)Kepercayaan dan Sikap

(35)

Pemasar tertarik pada kepercayaan yang dianut orang tentang produk atau jasa mereka. Kepercayaan ini membentuk gambaran terhadap barang tersebut, sehingga orang akan berbuat sesuai dengan kepercayaannya.

Sikap adalah penilaian kognitif yang baik maupun tidak baik, perasaan-perasaan emosional, dan kecenderungan berbuat yang bertahan selama waktu tertentu terhadap objek atau gagasan. Sikap menempatkan orang dalam suatu kerangka pemikiran mengenai menyukai atau tidak menyukai sesuatu, bertindak menjauh atau mendekati sesuatu. Sikap sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan dari kebudayaan dan lingkungan sosialnya.

(e) Motif

(36)

motivasi dapat didefinisikan sebagai kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan seseorang mencari kepuasan.

(f) Persepsi

Persepsi adalah proses yang dilalui orang dalam memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasikan informasi untuk menciptakan sebuah gambar yang bermakna tentang dunia (Kotler, 1988). Seseorang yang termotivasi siap untuk bertindak. Bagaimana orang tersebut bertindak dipengaruhi oleh persepsinya mengenai situasi. Dua orang dengan motivasi yang sama dan dalam situasi yang sama mungkin mengambil keputusan yang jauh berbeda karena mereka memandang situasi secara berbeda. Orang memandang situasi yang sama dengan cara yang berbeda karena masing-masing menerima, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan informasi yang diterima dengan cara yang berbeda.

2) Faktor Eksternal (a)Kelompok Referensi

(37)

Orang juga dapat menjadi bagian dari kelompok sekunder yang cenderung bersifat formal dan kurang terjadi interaksi yang berkesinambungan, misalnya organisasi keagamaan, himpunan profesi. Seseorang dipengaruhi oleh kelompok referensinya dengan cara menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu. Kemudian kelompok akan mempengaruhi sikap dan gambaran diri seseorang. Di dalam kelompok akan tercipta suasana yang memungkinkan individu untuk menyesuaikan diri yang dapat mempengaruhi pilihan orang tersebut pada suatu objek (Kotler, 1988). (b)Keluarga

Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku individu (Swastha & Handoko, 1987). Hal ini disebabkan karena pola asuh orangtua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung akan menjadi pola hidupnya (Kotler, 1988).

(c) Kelas Sosial

(38)

Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu pertama status, dan kedua adalah peranan. Status sosial adalah tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise, hak-haknya, serta kewajiban-kewajibannya. Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja (achieved status), maupun karena kelahiran. Apabila individu melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannnya, maka ia menjalankan suatu peranan (Swastha & Handoko, 1987). Setiap peranan membawa satu status yang mencerminkan penghargaan umum yang diberikan sesuai dengan statusnya oleh masyarakat. Seseorang sering memilih produk untuk menyatakan peranan dan statusnya dalam masyarkat (Kotler, 1988). (d)Kebudayaan

Sebagian besar tingkah laku manusia merupakan hasil belajar. Sebagai mahluk sosial yang tumbuh dalam masyarakat, individu akan mempelajari nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan tingkah laku dari keluarga serta lembaga-lembaga sosial yang penting. Setiap kelompok atau masyarakat mempunyai suatu budaya, dan pengaruh budaya tersebut mempengaruhi proses berpikir dan bertingkah laku seseorang, termasuk dalam hal gaya hidup (Kotler, 1988).

(39)

internal atau faktor yang ada dalam diri seseorang tersebut yaitu pengalaman, kepribadian, konsep diri, kepercayaan dan sikap, motivasi, dan persepsi. Kemudian faktor eksternal yaitu lingkungan sekitar, yang meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan.

4. Pengertian Hedonis

(40)

Dalam APA Dictionary of Psychology (VandenBos, 2006) hedonisme adalah teori yang menekankan pada kesenangan dan menghindari penderitaan, dimana hal tersebut merupakan motif utama yang mempengaruhi perilaku manusia. Dalam kamus Inggris-Indonesia susunan John M. Echols dan Hasan Shadily (1998), hedonisme diartikan sebagai paham yang dianut orang-orang yang mencari kesenangan semata-mata. Mangunhardjana (1997), mengemukakan hedonisme berpendirian bahwa kenikmatan, khususnya kenikmatan pribadi, merupakan nilai hidup tertinggi dan tujuan utama serta terakhir hidup manusia. Secara teoretis kenikmatan terdiri dari berbagai tingkat dari inderawi sampai religius, tetapi seringkali hedonisme berhenti pada pencarian kenikmatan sensual, inderawi, yang dapat dirasakan secara lebih cepat dan lebih dekat. Hedonisme ini bisa meliputi aspek pola pikir, perasaan, penampilan lahiriah dan perilaku. Aspek-aspek ini dapat dikaitkan dengan gaya hidup seseorang yang meliputi aktivitas, minat, dan opini. Hedonisme yang meliputi pola pikir berkaitan dengan bagaimana individu memandang kenikmatan dan kesenangan sebagai suatu tujuan utama dalam hidup (opini). Ketertarikan (minat) pada hal-hal yang mendatangkan perasaan senang mencerminkan hedonisme yang meliputi perasaan. Sedangkan aspek penampilan dan perilaku berkaitan dengan tindakan nyata yang dilakukan untuk mencapai perasaan nikmat dan senang.

(41)

yang dilakukan hanya demi mencapai kenikmatan, bagaimana pun caranya, apa pun sarananya, dan apa pun akibatnya. Orientasi hidup selalu diarahkan pada pencapaian kenikmatan dan sebisa mungkin menghindari perasaan-perasaan yang tidak enak atau menyakitkan.

Chaplin (1995) menyebutkan hedonisme sebagai teori psikologis yang menyatakan bahwa individu itu bertingkah laku sedemikian rupa untuk selalu mencari kesenangan dan menghindari kesakitan atau penderitaan. Menurut teori hedonisme psikologis, hedonisme mendasarkan diri pada suatu teori yang mengatakan bahwa manusia bagaimanapun juga selalu hanya mencari nikmat dan mau menghindari perasaan-perasaan yang yang tidak enak saja. Menurut teori ini, di belakang tujuan-tujuan yang luhur (seperti menegakkan kebenaran dan keadilan) dan motivasi suci, motivasi manusia yang sebenarnya adalah mencari nikmat saja (Magnis-Suseno, 2003).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hedonis adalah mencari kesenangan dan kenikmatan adalah tujuan utama dalam hidup. Perasaan-perasaan ataupun hal-hal yang tidak menyenangkan sebisa mungkin dihindari atau dihilangkan.

5. Gaya Hidup Hedonis a. Pengertian

(42)

mencari kesenangan hidup. Aktivitas yang biasa dilakukan adalah lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah untuk kegiatan hura-hura, maksudnya dalam arti tidak terlalu serius dalam terlibat pada sesuatu hal; senang membeli barang-barang mahal hanya untuk memenuhi keinginan bukan karena membutuhkannya, dengan alasan ingin menjadi pusat perhatian.

Hasil dari penelitian Survey Riset Indonesia pada tahun 1995 mengenai klasifikasi gaya hidup (dalam Kasali, 1998) menyebutkan bahwa bagian terbesar masyarakat di Indonesia cenderung mencari kesenangan (hedonis). Karakteristik dari individu yang memiliki gaya hidup hedonis adalah senang membeli barang-barang baru untuk menarik perhatian orang lain; cenderung impulsif, yaitu tidak memiliki prinsip yang kuat sehingga mudah digoyahkan; lebih irasional, tidak memiliki alasan yang cukup jelas dalam melakukan sesuatu; cenderung follower, yaitu karakter yang cenderung mengikuti arus dan kurang memiliki keberanian dalam mengambil keputusan; dan mudah dibujuk secara emosional.

(43)

ini terbentuk karena kafe selalu identik sebagai tempat yang prestisius dan mahal.

Gaya hidup hedonis dalam masyarakat yang mengarah pada pencapaian kenikmatan dan kesenangan (Rofiq, 1999), yaitu :

1)Seks bebas (Free sex)

Masalah seks menjadi sebuah komoditas bagi masyarakat. Bagi kaum hedon, seks bukan sesuatu yang tabu lagi, namun menjadi sebuah kebutuhan yang harus terpenuhi tanpa memandang waktunya. Seks bebas (free sex) yang dimaksud di sini adalah melakukan hubungan seksual atau penetrasi (memasukkan penis ke liang vagina) sebelum menikah, baik yang dilakukan dengan pasangan tetapnya maupun berganti-ganti pasangan (Shelton, 1988).

2)Penyalahgunaan Narkoba (Drugs)

Menurut UU No. 2 Tahun 1997 tentang Narkoba, singkatan dari narkotika dan obat-obatan berbahaya. Definisi narkotika adalah bahan atau obat dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

(44)

dari penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian narkoba secara tetap dan bukan untuk tujuan pengobatan, atau yang dipergunakan tanpa mengikuti aturan yang sebenarnya. Penyalahgunaan ini dapat berakibat psikologis, ketergantungan atau bertujuan untuk pengrusakan diri.

Jenis-jenis obat terlarang yang biasa dikonsumsi kaum muda (Santrock, 2003), yaitu :

(a) Alkohol dan depresant

Alkohol merupakan obat-obatan yang sangat keras. Di dalam tubuh, alkohol bereaksi terutama sebagai penenang (depresant). Depresant merupakan zat yang dapat memperlambat aktivitas otak. Apabila digunakan dalam dosis rendah alkohol dapat bekerja sebagai stimulan, zat yang dapat meningkatkan kerja sistem saraf. Bila digunakan dalam jumlah memadai, dalam arti melebihi dosis yang dianjurkan, alkohol dapat merusak atau bahkan dapat mematikan jaringan biologis, termasuk otot dan sel-sel otak.

(b) Halusinogen

(45)

(c) Stimulan

Stimulan adalah obat-obatan yang meningkatkan aktivitas sistem syaraf. Stimulan yang paling luas pemakaiannya adalah kafein, nikotin, amphetamine, dan kokain. Selain itu, dapat juga meningkatkan energi, menurunkan perasaan lelah, serta meningkatkan suasana hati dan kepercayaan diri.

3) Perilaku konsumtif

Menurut Harsono (dalam Kunto, 1999) perilaku konsumtif yaitu perilaku yang tidak bisa menahan diri untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan dan bukan merupakan kebutuhan utamanya. Ciri-ciri perilaku konsumtif (Gilarso, 1992) adalah :

(a) Perilaku membeli, memiliki, dan memanfaatkan sesuatu tidak dengan pemikiran, pertimbangan rasional, maupun rencana. Orang membeli hanya karena ingin membeli sesuatu itu karena sedang mode, karena teman-temannya juga memiliki, karena tertarik oleh warna atau bingkisannya, karena ada hadiah, atau karena kebetulan membawa uang.

(46)

memiliki sesuatu yang mewah maupun yang dapat meningkatkan statusnya. Orang membeli, memiliki dan memanfaatkan sesuatu demi kesenangan, kepuasan, dan gengsi.

(c) Perilaku konsumtif hanya berorientasi pada diri seseorang secara pribadi.

4)Pesta

Basoeki (dalam Kunto, 1999) juga menambahkan bahwa gaya hidup hedonis juga identik dengan berpesta. Pesta adalah suatu kegiatan yang dapat dilakukan bersama seperti menyanyi, makan-makan, atau berdansa. Pesta memberikan kesempatan kepada kaum muda untuk bersantai dan terlepas dari pekerjaan rutin. Pesta dapat dilakukan di rumah maupun di tempat-tempat hiburan seperti kafe atau diskotik (Soekanto, 1989).

Hirschman dan Holbrook (dalam Kasali, 1998) menyatakan bahwa konsumsi hedonik yaitu kecenderungan konsumen menggunakan produk untuk berfantasi dan menerima getaran-getaran emosi, memperoleh kesenangan duniawi. Hal ini dapat diketahui dari produk-produk yang lebih menekankan pada manfaat hedonik atau pengalaman. Manfaat hedonik mengandung pertimbangan berdasarkan pengalaman seperti status dan prestise yang diperoleh dengan memiliki suatu produk tertentu.

(47)

memperlihatkan presentasi remaja yang sangat mengikuti trend sebesar 60.9% dan bahkan menjadi pencipta trend bagi sekelilingnya. Penelitian Gaya Hidup Remaja ini melihat aspek-aspek di sekeliling kehidupan remaja khususnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya hidup hedonis adalah suatu pola perilaku sehari-hari seseorang yang dapat diketahui melalui aktivitas, minat, maupun opini yang selalu menekankan pada kesenangan hidup dan manfaat hedonik, seperti pencapaian status atau prestise yang diperoleh. Ciri-ciri perilaku yang menekankan pada pada kesenangan (hedonis) adalah mengisi waktu luang dengan berpesta, berperilaku konsumtif, melakukan free sex, serta mengkonsumsi narkoba.

b. Aspek-aspek Gaya Hidup Hedonis

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa gaya hidup dinyatakan dalam bentuk aktivitas, minat, dan opini. Sistem AIO merupakan teknik pengukuran gaya hidup melalui aktivitas, minat, dan opini (Activities, Interest, Opinion), Reynolds dan Darden (dalam Engel et al., 1994) menjelaskan ketiga aspek tersebut sebagai berikut : a) Activities (aktivitas), yaitu tindakan nyata yang dapat diamati

(48)

langsung. Aktivitas merupakan bagaimana individu menghabiskan waktu dan uang yang dimiliki (Engel et al., 1994). Aktivitas yang mencerminkan gaya hidup hedonis adalah segala tindakan nyata yang dilakukan individu untuk memperoleh kesenangan dan kenikmatan. Individu yang menjalani gaya hidup hedonis akan mengarahkan aktivitasnya ke arah pencapaian kesenangan, yaitu melakukan seks bebas, mengkonsumsi narkoba, berperilaku konsumtif, berpesta. Berperilaku konsumtif biasanya dilakukan dengan berbelanja, lebih umum istilahnya disebut shopping. Belanja biasanya dilakukan di mall, plaza atau butik, dan kebanyakan barang yang dibeli adalah pakaian dan aksesoris seperti sepatu, jam tangan, dll. Istilah berpesta sekarang ini lebih dikenal dengan dugem. Dugem dilakukan pada malam hari di kafe yang memang mulai buka malam sampai dini hari. Kafe biasanya mengadakan acara setiap malam dengan tema yang berbeda-beda. Dan yang pasti menu yang tersedia tidak jauh dari minuman yang beralkohol.

(49)

yang berorientasi pada kesenangan hidup. Seorang individu tertarik pada hal-hal yang berbau seks, dan bukan tidak mungkin individu tersebut juga menjalani kehidupan seks bebas (free sex), karena ketertarikan tersebut mendatangkan kesenangan dan kepuasan. Demikian juga halnya dengan narkoba, individu yang pernah menggunakan narkoba akan selalu tertarik untuk terus mengkonsumsinya karena mendapatkan efek yang diinginkan sehingga menimbulkan kepuasan. Perilaku konsumtif menjadi sebuah perilaku yang mendasari tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku ini merupakan suatu hal yang biasa dan menjadi kebiasaan bagi individu, sehingga banyak orang berbelanja walaupun yang dibelanjakan bukan merupakan kebutuhan pokok. Sebagai kaum muda, pesta merupakan kegiatan yang wajib untuk melepaskan diri sejenak dari rutinitas kampus dan pekerjaan. Pesta memberikan kesempatan bagi individu untuk bersenang-senang dan melakukan apa yang diinginkan. Ketika pesta berlangsung sangat memungkinkan bagi individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mencerminkan hedonisme, seperti mengkonsumsi narkoba, minuman beralkohol dan seks bebas. Oleh karena itu gaya hidup hedonis identik dengan pesta. c) Opinion (opini), yaitu adalah respon seseorang baik yang positif

(50)
(51)

Berdasarkan penjelasan mengenai aspek-aspek dari gaya hidup, maka dapat disimpulkan bahwa aspek dari gaya hidup hedonis terdiri dari tiga aspek, yang pertama adalah aktivitas yaitu kegiatan yang seseorang yang dapat diamati secara langsung untuk memperoleh kesenangan hidup. Kedua, minat yaitu ketertarikan pada suatu hal yang menekankan pada kesenangan hidup. Ketiga, opini yaitu pendapat atau penilaian baik positif maupun negatif terhadap suatu tindakan yang berorientasi pada kesenangan hidup.

B. Gaya Hidup Hedonis Mahasiswa yang Bekerja sebagai Penyiar Radio Swasta di Yogyakarta

(52)

mempertimbangkan hubungan yang ada. Setelah itu individu akan membuat keputusan tentang hal-hal tersebut khususnya dalam bidang karir dan gaya hidup.

Pada dewasa ini status sebagai seorang mahasiswa adalah bukan hanya sebagai orang yang kegiatannya belajar dan kuliah saja, tetapi juga bekerja. Banyak mahasiswa yang selain kuliah juga bekerja. Sudah banyak bidang pekerjaan yang memperkerjakan mahasiswa sebagai tenaga kerjanya, baik itu sebagai part timer ataupun full timer. Stasiun radio misalnya, sebagian besar penyiarnya masih berstatus sebagai mahasiswa. Mahasiswa dianggap kelompok yang dapat mewakili “aspirasi” dari para pendengar yang sebagian besar adalah kaum muda. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Susianto (dalam Kasali, 1998) mengenai segmentasi gaya hidup, Radio Prambors memfokuskan perhatian kepada air personality para penyiarnya. Sebagai stasiun radio anak muda, para penyiar Radio Prambors diharapkan bersikap riang, hangat dan mengesankan akrab dengan dunia anak muda.

(53)

acara, mengantarkan pendengar pada sebuah acara tertentu, memberikan informasi, serta menutup acara. Keberhasilan sebuah program acara ditentukan oleh kepiawaian seorang penyiar dalam ‘menghidupkan’ acara tersebut.

Memang wajar saja bila sekarang ini banyak mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. Ada berbagai macam alasan dan manfaat yang dikemukakan, seperti untuk mengisi waktu luang, mencari pengalaman, atau menambah “penghasilan” untuk uang saku. Pekerjaan sebagai seorang penyiar radio, bagi kebanyakan mahasiswa juga mendatangkan manfaat lain, yaitu meningkatkan status. Penyiar radio merupakan pekerjaan yang cukup dekat dengan industri hiburan dan musik. Berkaitan dengan hal tersebut, maka status yang akan melekat pada penyiar radio tidak akan jauh dari kesan gaul, trendy, dan prestise. Berangkat dari latar belakang dan manfaat yang diperoleh dari pekerjaan sebagai penyiar radio, maka tanpa disadari akan berpengaruh terhadap gaya hidup yang dijalani. Sebagai pekerjaan yang dekat dengan industri hiburan, maka tidak tertutup kemungkinan gaya hidup yang dijalani juga penuh dengan kesenangan dan glamor. Gaya hidup yang demikian disebut gaya hidup hedonis.

(54)

diarahkan untuk memperoleh kesenangan dan kenikmatan hidup yang dapat dilihat dari 3 aspek, yaitu jenis aktivitas, minat, serta opini. Aktivitas adalah bagaimana cara mahasiswa yang bekerja sebagai penyiar radio menghabiskan waktu dan uangnya yang terwujud dari tindakan nyata seperti melakukan pesta, seks bebas, berperilaku konsumtif, atau penggunaan narkoba. Aktivitas yang mencerminkan gaya hidup hedonis adalah segala tindakan nyata yang dilakukan individu untuk memperoleh kesenangan dan kenikmatan. Individu yang menjalani gaya hidup hedonis akan mengarahkan aktivitasnya ke arah pencapaian kesenangan, yaitu melakukan seks bebas, mengkonsumsi narkoba, berperilaku konsumtif, berpesta.

(55)

memenuhi kebutuhannya. Dorongan ini menjadi kebiasaan bagi individu, sehingga banyak orang berbelanja walaupun yang dibelanjakan bukan merupakan kebutuhan utama. Sebagai kaum muda, pesta merupakan kegiatan yang wajib untuk melepaskan diri sejenak dari rutinitas kampus dan pekerjaan. Pesta memberikan kesempatan bagi individu untuk bersenang-senang dan melakukan apa yang diinginkan. Ketika pesta berlangsung sangat memungkinkan bagi individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mencerminkan hedonisme, seperti mengkonsumsi narkoba, minuman beralkohol dan seks bebas. Oleh karena itu gaya hidup hedonis identik dengan pesta.

(56)

individu terhadap perilaku mengkonsumsi narkoba. Aktivitas mengkonsumsi narkoba dilakukan individu untuk mendapatkan kesenangan dan kepuasan, meskipun mengetahui bahwa hal tersebut salah. Secara umum individu paham bahwa mengkonsumsi narkoba adalah tindakan yang melanggar hukum, akan tetapi individu yang melakukannya merasa bahwa kegiatan tersebut dapat mendatangkan kesenangan dan kepuasan baginya.

Pertanyaan yang menjadi fokus penelitian ini adalah :

1) Bagaimana pandangan, pendapat, opini tentang perilaku/ aktivitas yang menekankan pada kesenangan hidup?

2) Kegiatan apa saja yang dilakukan, dimana kegiatan tersebut dilakukan untuk memperoleh kesenangan?

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif-kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif mengenai suatu topik tertentu. Pertimbangan digunakannya pendekatan kualitatif karena pendekatan ini memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang subjektif dan diinterpretasikan, bukan sesuatu yang berada di luar individu. Manusia tidak secara sederhana mengikuti hukum-hukum alam di luar diri, melainkan menciptakan rangkaian makna dalam menjalani kehidupannya. Ilmu didasarkan pada pengetahuan sehari-hari, bersifat induktif, ideografis, dan tidak bebas nilai. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami kehidupan sosial yang dijalani individu (Poerwandari, 2005).

B. Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah gaya hidup hedonis. Gaya hidup hedonis adalah pola perilaku sehari-hari seseorang yang dapat diketahui melalui aktivitas, yaitu tindakan nyata yang mengarahkan aktivitasnya ke arah pencapaian kesenangan, yaitu melakukan seks bebas, mengkonsumsi narkoba, berperilaku konsumtif, berpesta; minat, yaitu tingkat ketertarikan yang menyertai perhatian khusus dan terus menerus terhadap

(58)

suatu objek yang berorientasi pada kesenangan, yakni melakukan seks bebas, mengkonsumsi narkoba, berperilaku konsumtif, berpesta; dan opini, yaitu pendapat atau penilaian baik positif maupun negatif yang diberikan seseorang sebagai respon terhadap suatu stimulus, yang selalu menekankan pada kesenangan hidup. Perilaku yang menekankan pada pada kesenangan (hedonis) adalah berperilaku konsumtif, senang berpesta, melakukan seks bebas, serta mengkonsumsi narkoba.

C. Subjek Penelitian dan Metode Penentuan Subjek 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan orang/ sumber/ informan yang dapat memberikan data/ informasi kepada peneliti dalam lokasi penelitian. Penentuan subjek penelitian dalam penelitian kualitatif dilakukan secara purposive yang dilakukan secara terus-menerus dan sifatnya tergantung tujuan penelitian setiap saat. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang bekerja sebagai penyiar radio swasta di Yogyakarta. Stasiun radio tempat mereka bekerja ialah stasiun radio yang arah segmentasinya adalah remaja dan anak muda. Adapun kriteria subjek dalam penelitian ini adalah :

a) Berstatus sebagai mahasiswa, yaitu resmi terdaftar pada salah satu perguruan tinggi atau lembaga pendidikan setara dan aktif di lembaga yang bersangkutan.

(59)

c) Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

d) Bekerja sebagai penyiar radio di stasiun radio swasta di Yogyakarta.

e) Minimal melakukan atau menjalani satu dari empat bentuk gaya hidup hedonis, yaitu seks bebas, penyalahgunaan narkoba, perilaku konsumtif, atau pesta.

2. Metode Penentuan Subjek

Berdasarkan karakteristik subjek yang telah disebutkan di atas, maka metode pengambilan subjek yang digunakan adalah theory-based/ operational construct sampling, yaitu subjek diambil dengan kriteria yang sudah ditentukan, berdasarkan teori atau konstruk operasional atau sesuai tujuan penelitian agar subjek sungguh-sungguh mewakili fenomena yang diteliti; dan snowball sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara berantai dengan meminta informasi pada orang yang telah dihubungi sebelumnya, demikian seterusnya (Poerwandari, 2005).

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data

a. Wawancara

(60)

dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain (Poerwandari, 2005).

Menurut Moleong (2007), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan.

(61)

b. Observasi

Obeservasi merupakan suatu teknik untuk memperoleh informasi tentang perilaku manusia seperti terjadi dalam kenyataan, melukiskannya dengan kata-kata cermat dan tepat tentang apa yang diamati, mencatatnya dan kemudian mengolahnya dalam rangka masalah yang diteliti secara ilmiah. Oleh karena itu, dengan observasi peneliti dapat mengetahui kebenaran pandangan teoretis tentang masalah yang diselidiki dalam hubungannya dengan dunia kenyataan (Nasution, 1988).

Observasi merupakan metode yang diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut (Poerwandari, 2005).

(62)

hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek secara terbuka dalam wawancara. Observasi juga memungkinkan peneliti bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasaan pengamat akan menjadi bagian dari data yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti (Poerwandari, 2005).

c. Metode Pencatatan Data

Metode pencatatan data pada penelitian ini adalah narrative recording untuk memperoleh data yang luas dan komprehensif dari perilaku natural subjek. Instrumen yang digunakan antara lain adalah tape recorder untuk merekam pada saat wawancara dilakukan, dan juga alat-alat pencatat yang lain sesuai dengan kebutuhan.

2. Alat Pengumpulan Data

(63)

Untuk membantu peneliti dalam memperoleh data yang diperlukan, maka dibuat pedoman wawancara dan pedoman observasi. Pedoman ini menggunakan acuan kerangka penelitian yang telah dicantumkan pada bab sebelumnya. Kerangka penelitian diperluas dengan mencantumkan indikator yang kemudian dijadikan pedoman dalam wawancara dan observasi.

Tabel 1

Pedoman Wawancara

Aspek Pertanyaan Aktivitas

(Activities)

1) Cerita tentang pengalaman sebelum dan setelah bekerja sebagai penyiar radio. (Berapa lama sudah bekerja dan seberapa besar penghasilan yang diperoleh)

2) Apa aktivitas yang saat ini dikerjakan ? 3) Bagaimana tentang kegiatan kuliah ?

4) Apa yang dilakukan dalam memanfaatkan waktu luang dan uang ?

5) Cerita tentang pengalaman ketika mengunjungi tempat-tempat hiburan.

6) Apa saja yang dilakukan di tempat-tempat hiburan (kafe, diskotik) ?

7) Apakah pernah mengkonsumsi narkoba ? 8) Bagaimana proses awalnya

9) Apakah pernah melakukan seks bebas ?

10)Bagaimana proses awalnya ketika memutuskan melakukan perilaku seks bebas ?

11)Apakah suka berbelanja ? 12)Barang apa saja yang dibeli ? Minat

(Interest)

1) Apakah suka mengunjungi tempat-tempat hiburan seperti kafe atau diskotik ?

2) Apa yang dirasakan ketika pergi ke tempat-tempat hiburan (dugem) atau berpesta ?

3) Mengapa tertarik pergi ke tempat-tempat hiburan ? 4) Apa yang dirasakan ketika berbelanja ?

5) Mengapa suka berbelanja ?

(64)

berbelanja ?

7) Apa yang dirasakan ketika melakukan seks bebas ? 8) Mengapa tertarik melakukan seks bebas ?

9) Apa yang dirasakan ketika mengkonsumsi narkoba atau minuman beralkohol ?

10)Mengapa mengkonsumsi narkoba dan suka mengkonsumsi minuman beralkohol ?

Opini (Opinion)

1) Bagaimana tanggapan mengenai mahasiswa yang bekerja?

2) Apa alasan untuk bekerja ?

3) Bagaimana pendapat mengenai orang yang melakukan seks bebas ?

4) Bagaimana pendapat mengenai orang yang suka berpesta dan pergi ke tempat-tempat hiburan, seperti kafe ?

5) Bagaimana pendapat mengenai orang yang suka berbelanja ?

6) Bagaimana pendapat mengenai orang yang mengkonsumsi narkoba ?

Tabel 2

Pedoman Observasi

Aspek Deskripsi Aktivitas

(Activities)

• Rutinitas sehari-hari

• Kegiatan yang dilakukan pada saat waktu luang.

• Tingkah laku ketika nongkrong (dugem, pergi ke tempat hiburan)

• Kegiatan berbelanja

• Tempat-tempat yang sering dikunjungi (kafe, mall)

Minat

(Interest)

• Ekspresi ketika melakukan perilaku hedonis. Apakah ketika melakukan aktivitas tampak senang, sedih, tertawa, kecewa, atau sedih.

Opini

(Opinion)

(65)

E. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini peneliti mulai melakukan persiapan sebagai langkah awal menuju tahapan berikutnya. Dalam tahap ini dilakukan pula pengurusan surat ijin penelitian kepada instansi berwenang (jika diperlukan). Selain itu, dilakukan pula obesrvasi ke lokasi penelitian untuk memperoleh data awal dan menentukan subjek penelitian yang sesuai dengan permasalahan penelitian serta menentukan jumlah subjek yang diperlukan. Secara garis besar, tahap ini meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Menentukan dan menghubungi calon subjek. b. Melakukan observasi awal.

c. Memeriksa kesesuaian karakteristik subjek dengan cara menanyakan kesediaan subjek terlibat dalam penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

(66)

a. Mengatur jadwal pertemuan dengan subjek b. Melakukan wawancara dan observasi c. Mendengarkan hasil wawancara d. Membuat catatan hasil observasi e. Membuat transkrip wawancara f. Melakukan prosedur analisis data g. Melakukan pembahasan

h. Membuat kesimpulan dan saran

F. Analisis Data

Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2007) mengatakan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisiasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat diolah, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

(67)

upaya-upaya menolak atau menerima dugaan-dugaan melainkan mencoba untuk memahami situasi sesuai dengan bagaimana situasi tersebut menampakkan diri. Analisis induktif diberlakukan pada data kualitatif hasil wawancara yang akan memunculkan tema-tema dan kategori-kategori tertentu.

Prosedur analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Organisasi Data

Highlen dan Finley (dalam Poerwandari, 2005) mengatakan bahwa organisasi data yang sistematis memungkinkan peneliti untuk memperoleh kualitas data yang baik, dapat mendokumentasikan analisis yang telah dilakukan, serta dapat menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam penyelesaian penelitian.

Dalam tahap ini, data yang penting untuk diorganisasi adalah data mentah, data yang sudah diproses sebagian (transkrip wawancara), data yang sudah diberi kode, bagan, dan catatan analisis.

2. Koding dan Analisis

(68)

transkrip. Ini akan memudahkan peneliti membubuhkan kode-kode atau catatan-catatan tertentu di atas transkrip tersebut.

Substansi dalam proses koding diperhatikan dengan cara sebagai berikut:

a) Membaca transkrip begitu transkrip selesai dibuat, untuk mengidentifikasi tema-tema yang muncul.

b) Membaca transkrip berulang-ulang sebelum melakukan koding untuk memperoleh ide umum tentang tema.

c) Membaca kembali data dan analisis secara teratur, membuat kategori serta menampilkan pola hubungan antar kategori.

Dalam penelitian ini, kode-kode yang diberikan pada masing-masing tema yang muncul berkaitan dengan aspek-aspek yang ingin diungkap adalah sebagai berikut:

Tabel 3

Kode Analisis Hasil Wawancara

Kode Keterangan Act.P

Act.Pst Act.Dr Act.FS Act.Cons Int.Pst Int.FS Int.Cons Int.Dr Op.P Op.FS Op.Pst Op.Cons Op.Dr

Aktivitas dan latar belakang subjek, berkaitan dengan pekerjaan Aktivitas dan perilaku ketika berpesta

Aktivitas berkaitan dengan konsumsi narkoba atau minuman beralkohol Perilaku seks bebas (free sex)

Perilaku konsumtif (misalnya berbelanja) Minat dan ketertarikan berpesta (kafe, diskotik) Ketertarikan menjalani kehidupan seks bebas Minat untuk berperilaku konsumtif (berbelanja)

Minat untuk mengkonsumsi narkoba atau minuman beralkohol Opini terhadap pekerjaan

Pandangan terhadap perilaku seks bebas (free sex) Pandangan terhadap perilaku berpesta

Pendapat tentang perilaku konsumstif (berbelanja)

(69)

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa dalam pengkodean ini, pernyataan-pernyataan subjek yang signifikan diformulasikan ke dalam arti-arti tertentu, kemudian arti-arti tersebut dikelompokkan ke dalam suatu tema tertentu.

3. Kategorisasi

Setelah melakukan koding, peneliti kemudian melakukan kategori-kategori, yaitu pengelompokan berdasarkan aspek-aspek gaya hidup hedonis yang dimiliki masing-masing subjek. Kategorisasi tersebut dilakukan dengan pengambilan kesimpulan secara induktif, yaitu kesimpulan yang ditarik dari hal-hal yang khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang umum. Kategori yang diperoleh dideskripsikan untuk menggambarkan bagaimana gaya hidup hedonis pada mahasiswa yang bekerja sebagai penyiar radio.

4. Interpretasi

(70)

memahami data hasil penelitian digunakan konteks interpretasi pemahaman teoretis, yaitu kerangka teoretis tertentu digunakan untuk memahami pernyataan-pernyataan yang ada sebagai hasil penelitian. Pemahaman hasil penelitian dilakukan dengan mengkaitkan antara deskripsi kategori yang diperoleh dengan teori tentang gaya hidup.

G. Keabsahan Data

1. Credibility (Kepercayaan)

Kredibilitas merupakan istilah yang dipilih untuk mengganti konsep validitas, dimaksudkan untuk merangkum bahasan menyangkut kualitas penelitian kualitatif. Kredibilitas penelitian kualitatif terletak pada keberhasilannya mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. Kredibilitas penelitian ini dapat dicapai melalui :

(71)

2) Data juga diproleh dengan metode observasi yang dilakukan dalam setting yang natural dalam kehidupan sehari-hari subjek, sehingga yang tampak adalah sifat dan kualitas yang sesungguhnya dari pribadi subjek (validitas ekologis).

3) Metode analisis data yang digunakan adalah analisis isi yang bersifat induktif sehingga akan didapatkan deskrispi sesuai dengan bagaimana suatu hal menampakkan diri, dalam hal ini adalah gaya hidup hedonis mahasiswa yang bekerja sebagai penyiar radio.

2. Dependability (Kebergantungan)

Konsep ini menggantikan konsep reliabilitas untuk penelitian kualitatif. Dalam konsep dependability ini, peneliti diharuskan memfokuskan perhatian pada koherensi, yakni metode yang dipilih memang mencapai tujuan yang diinginkan; keterbukaan, yakni sejauh mana peneliti membuka diri dengan memanfaatkan metode-metode yang berbeda untuk mencapai tujuan; diskursus, sejauh mana dan seintensif apa peneliti mendiskusikan temuan dan analisisnya dengan orang lain (Sarantakos, dalam Poerwandari, 2005).

(72)

3. Confirmability (Kepastian)

(73)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

1. Deskripsi Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti melibatkan lima orang subjek yang semuanya merupakan penyiar radio di stasiun radio swasta di Yogyakarta. Pemilihan subjek didasarkan pada karakteristik yang telah ditentukan sebelumnya.

Subjek 1 sudah menjadi penyiar radio selama kurang lebih satu setengah tahun. Subjek 2 merupakan subjek yang sudah menjadi penyiar radio selama lima tahun dan sekarang sedang menyelesaikan tugas akhir perkuliahan. Subjek 3 merupakan penyiar radio yang sebelum memasuki bangku perkuliahan sudah menjadi penyiar. Sekarang subjek aktif sebagai mahasiswa dan juga sebagai penyiar radio. Subjek sudah menjadi penyiar radio kurang lebih lima tahun. Subjek 4 sama halnya dengan subjek 3, sebelumnya juga sudah dekat dengan dunia radio. Subjek menjadi penyiar radio kurang lebih tiga tahun. Dan subjek 5 sudah menjadi penyiar radio selama kurang lebih satu setengah tahun.

(74)

Tabel 4 Data Subjek

No. Subjek Usia Jenis kelamin

Pendidikan Tempat tinggal 1 Dy 23

tahun

Laki-laki Perguruan tinggi

Kost 2 Ms 24

tahun

Laki-laki Perguruan tinggi

Kost 3 Ck 22

tahun

Perempuan Perguruan tinggi

Kost 4 Tt 22

tahun

Perempuan Perguruan tinggi

Kost 5 Gb 22

tahun

Perempuan Perguruan tinggi

kost

2. Waktu dan Tempat Penelitian

(75)

Tabel 5

Pelaksanaan Wawancara dan Observasi

No. Subj ek

Wawancara Observasi

(76)

B. Hasil Penelitian

1. Aspek Activities (Aktivitas)

Subjek 1 adalah mahasiswa aktif pada salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta. Selama menjadi seorang penyiar ia memperoleh pendapatan berkisar antara lima ratus ribu sampai satu juta per bulan. Selain menjadi seorang penyiar, subjek juga menerima tawaran pekerjaan sebagai seorang MC (Master of Ceremony). Di samping itu kegiatan sehari-harinya adalah istirahat/ tidur, jalan-jalan, dan main ke tempat temannya. Dalam memanfaatkan waktu luangnya, subjek biasanya pergi jalan-jalan, berkumpul dengan teman-teman, atau beristirahat di kost. Aktivitas untuk memanfaatkan waktu luang, subjek pergi dugem (club). Tetapi itu pun jarang karena tergantung pada ajakan teman. Hal ini diungkapkan subjek dalam kutipan wawancara sebagai berikut:

Subjek 1: “…Sering banget, ga. Tergantung sih frekuensi seringnya segimana. Cuman ada saat dimana emang bisa dibilang satu bulan itu sering, kadang yang ga pernah pergi, tergantung.. kalo aku sendiri lebih tergantung ajakan temen,…”

Apabila sedang dugem, subjek biasanya mengkonsumsi minuman alkohol. Meskipun demikian, untuk narkoba subjek tidak mengkonsumsi.

Tanya: “Terus itu pake minum ga itu? Minuman beralkohol?” Subjek 1: “Iya lah.”

(77)

Berkaitan dengan perilaku seks bebas (free sex), subjek tidak menjalani kehidupan seks bebas, tetapi menjalani kehidupan seks pra nikah. Dalam hal ini, subjek mengartikan perilaku seks yang dijalaninya adalah dengan pasangan tetap, bukan gonta-ganti pasangan. Subjek sudah menjalaninya selama setahun.

Subjek 1: “Free sex.. hahahaa… jujur ya.. ee.. pernah. Tapi jangan katain siapa-siapa ya, ok…”

Subjek 1: “.. udah sekitar.. ee.. satu tahun lah.” Subjek 1: “..Bukan gonta-ganti ya, jadi tetap..”

Aktivitas lain yang dilakukan subjek adalah belanja. Kalau belanja biasanya subjek tidak memiliki anggaran untuk belanja. Subjek pasti akan belanja jika ia pegang uang. Barang yang biasa dibeli ketika belanja adalah baju, sepatu, dan makanan. Selain itu, subjek juga menggunakan uangnya untuk pergi hang-out ke kafe/ coffeshop atau ke bioskop. Menurut subjek kebanyakan barang yang ia beli adalah barang yang sekedar diinginkan, bukan karena ia membutuhkannya.

Subjek 1: “..Belanja, suka.”

Subjek 1: “..Kalo anggaran, ga. Saya biasanya kalo ada duit lebih pasti belanja..”

Subjek 1: “..Pokoknya kalo belanja, lebih ke belanja-belanja kayak beli baju.. yang kayak-kayakgitu lah. Baju, sepatu, apa lagi ya aku belanjanya? Kalo ga, belanja makanan, belanja untuk.. spend money-nya untuk hangout-nya itu. Untuk ke kafe-nya atau ke.. ya ke kafe, ke coffeshop-lah apa, atau ke bioskop…”

Gambar

Tabel 2
Tabel 3

Referensi

Dokumen terkait

Kami Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun Anggaran 2012, telah mengadakan evaluasi penawaran yang masuk sehubungan

Berdasarkan Riskesdas 2013, dilaporkan bahwa angka kejadian anemia secara nasional adalah sebesar 21,7 %, dimana 23,9 % terjadi pada perempuan, wanita memiliki

pencucian mobil modern dengan menggunakan teknologi robot otomatis. 50.000 saja mobil yang di cuci lebih cepat dan tidak memerlukan waktu yang lama secara efisien

Sehingga hasil penelitian untuk profitabilitas tidak berpengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial, ini berarti bahwa besar kecilnya profitabilitas

(2) Setiap orang dilarang melakukan penggunaan secara komersial, Penggandaan, Pengumuman, Pendistribuan, dan/atau komunikasi atas potret sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Eddy current dapat menyebabkan kerugian daya pada sebuah trafo karena pada saat terjadi induksi arus listrik pada inti besi, maka sejumlah energi listrik akan

PERSATUAN AKTUARIS INDONESIA (THE SOCIETY OF ACTUARIES OF INDONESIA). Sekretariat

l. Penerapan pdnsip independensi' penyelenggaraan pemilukada kabupaten Gowa tahun 2010 belum dilaksanakan dengan baik. Adanya campur tangan kekuasaan pemerintah/elit