• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh lingkungan fisik, kualitas produk dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen dan loyalitas konsumen : studi kasus pada konsumen Waroeng Steak and Shake cabang Sleman, Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh lingkungan fisik, kualitas produk dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen dan loyalitas konsumen : studi kasus pada konsumen Waroeng Steak and Shake cabang Sleman, Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LINGKUNGAN FISIK, KUALITAS PRODUK DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DAN

LOYALITAS KONSUMEN

Studi Kasus pada Konsumen Waroeng Steak & Shake Cabang Sleman, Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma

.

Oleh:

Maria Antonia Siwi Novianti NIM: 072214027

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PENGARUH LINGKUNGAN FISIK, KUALITAS PRODUK DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DAN

LOYALITAS KONSUMEN

Studi Kasus pada Konsumen Waroeng Steak & Shake Cabang Sleman, Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma

.

Oleh:

Maria Antonia Siwi Novianti NIM: 072214027

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)

v MOTTO

If you think you can, you can. And if you think you can’t, you’re right.

–Mary Kay Ash-

When one door of happiness closes, another opens; but often we look so long at the closed door that we do not see the one which has been opened for us.

–Hellen Keller-

Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang. Jika memulai sekarang, tahun depan Anda akan tahu banyak hal yang sekarang tidak diketahui, dan Anda

tak akan mengetahui masa depan jika Anda menunggu-nunggu. - William Feather-

(7)
(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih saya ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Lingkungan Fisik, Kualitas Produk dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen dan Loyalitas Konsumen: Studi Kasus pada Konsumen Waroeng Steak & Shake Cabang Sleman, Yogyakarta”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengungkapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. H. Herry Maridjo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. Dr. Lukas Purwoto, M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma.

4. Dr. H. Herry Maridjo, M.Si., selaku dosen pembimbing I, yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran serta memberikan dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. MT. Ernawati, SE., MA., selaku dosen pembimbing II, yang juga telah mengarahkan dan membimbing penulis, serta memberikan kritik dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih sempurna.

6. Albertus Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A., selaku anggota tim penguji yang telah memberi masukan yang sangat berguna.

(9)

viii

8. Konsumen Waroeng Steak & Shake Cabang Sleman, Yogyakarta yang telah berkenan meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner, serta para pegawai dan staff karyawan Waroeng Steak & Shake yang telah membantu penulis dalam mencari data.

9. Mama dan Papa yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dukungan, nasehat, kebahagiaan, kepercayaan dan memberikan bantuan moral maupun materiil demi kelancaran skripsi ini.

10.Keponakanku (Fla) yang selalu memberikan keceriaan disaat penulis merasakan kejenuhan dalam menyusun skripsi ini.

11.Om Teus, Bulik Tari, Ilga dan Ian yang selalu memberikan doa, nasehat dan juga dukungan penuh kepada penulis agar selalu semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Keluarga besar Thomas Jemirin Harjomartoyo dan A.R. Atmo winoto yang selalu memberikan bantuan, perhatian, semangat dan doa.

13.Seseorang yang kusayangi, Amadeus Bonfilio Clay Dengah yang tidak pernah lelah untuk selalu memberikan semangat, dukungan, doa, cinta dan kasih sayang untuk penulis.

14.Mas Yu yang telah membantu dalam pembuatan abstrak sehingga bisa selesai dengan sempurna.

15.Teman-teman ku: Tina, Pakde, Thomas, Ryan, Ojah, Vian, Mega, Trek, Bryan, Nicou, Deddy, Unet, Bornock, Erieka, Disty, Ani dan teman-teman Manajemen 2007 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

16.Teman-teman Mudika Candi yang selalu memberikan keceriaan, dukungan dan doa.

17.Rekan kerja di Johanna Bag: Mas Agung, Mbak Yohana, Mbak Liez, Jeng Ratna, Pak Diran, Pak Riam, Pak Nadi dan Mas Mumun.

(10)

ix

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengalaman dari penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi masukan bagi rekan–rekan dalam menyusun skripsi.

Yogyakarta, 12 September 2012

(11)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

b. Karakteristik Jasa atau Pelayanan ... 22

c. Pengertian Kualitas Pelayanan ... 23

(12)

xi

b. Mengukur Kepuasan Pelanggan ... 32

9. Loyalitas ... 33

a. Pengukuran Loyalitas ... 34

b. Jenis Loyalitas ... 34

c. Meningkatkan Loyalitas Pelanggan ... 35

10.Restoran ... 37

11.Structural Equation Modeling ... 38

B. Penelitian – penelitian sebelumnya ... 49

C. Kerangka Konseptual ... 52

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 57

3. Definisi Operasional... 59

a. Lingkungan Fisik ... 59

3. Konversi Diagram Alur ke dalam Persamaan ... 69

a. Persamaan Struktural ... 70

b. Persamaan Model Pengukuran ... 70

(13)

xii

a. Teknik Confirmatory Factor Analysis ... 72

b. Teknik Full Structural Equation Model ... 72

5. Kemungkinan Munculnya Masalah Identifikasi ... 72

K. Uji Kesesuaian dan Uji Statistik ... 73

1. Asumsi-asumsi SEM ... 73

a. Ukuran Sampel ... 73

b. Normalitas ... 73

c. Outliers ... 73

d. Multikolinearitas dan Singularitas ... 74

2. Uji Kesesuaian Model ... 74

3. Interpretasi dan Modifikasi Model ... 78

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Waroeng Steak & Shake ... 80

B. Menu yang Ditawarkan ... 81

C. Cabang Waroeng Steak & Shake ... 85

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Variabel Penelitian ... 87

B. Profil Responden ... 88

1. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 88

2. Profil Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan .... 89

3. Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 89

4. Profil Responden Berdasarkan Frekuensi Kunjungan ... 90

C. Pengujian Instrumen Penelitian ... 91

1. Pengujian Validitas ... 91

d. Evaluasi atas Multicollinearity dan Singularity ... 101

2. Uji Kesesuaian Model ... 101

a. Uji Goodness of Fit Indices ... 101

b. Regression Weight ... 105

(14)

xiii

d. Measurement Variable ... 111

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan ... 116

B. Saran ... 118

C. Keterbatasan ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 121

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

II.1 Meningkatkan Pangsa Pasar Versus Membangun

Loyalitas ... 36

II.2 Memilih Teknik Estimasi ... 42

II.3 Goodness-of-Fit Indices ... 48

III.1 Variabel dan Indikator Lingkungan Fisik, Kualitas Produk Kualitas Pelayanan, Kepuasan Konsumen dan Loyallitas Konsumen ... 67

III.2 Goodness of Fit indices ... 78

V.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 88

V.2 Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 89

V.3 Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 90

V.4 Responden Berdasarkan Frekuensi Kunjungan ... 90

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

II.1 Komponen Penawaran Pasar ... 10

II.2 Tingkat Produk ... 17

II.3 Syarat atau Keperluan untuk Kualitas Produk ... 20

II.4 Model Kualitas Pelayanan ... 25

II.5 Model Sederhana Pengambilan Keputusan Konsumen ... 28

II.6 Konsep Kepuasan Pelanggan ... 31

II.7 Piramida Loyalitas ... 35

II.8 Kerangka Konseptual ... 52

III.1 Diagram Alur dari Model Teoretis ... 68

III.2 Konversi Diagram Alur ke Dalam Persamaan ... 69

V.1 Hasil Output Non Fit ... 102

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 124

Lampiran 2 Print Out Hasil Olah Data Kuesioner Penelitian ... 117

2.1 Hasil Olah Data Profil Responden ... 117

2.2 Hasil Olah Data Responden ... 125

Lampiran 3 Output Non-Fit 3.1 Hasil Output Non-Fit ... 129

3.2 Assessment of Normality Non- Fit ... 130

3.3 Mahalanobis Distance Non-Fit ... 131

3.4 Regression Weight Non-Fit ... 134

3.5 Standardized Regression Weight Non- Fit ... 135

3.6 Model Fit Summary Non-Fit ... 136

Lampiran 4 Output Fit 4.1 Hasil Output Fit . ... 137

4.2 Assessment of Normality Fit ... 138

4.3 Mahalanobis Distance Fit ... 139

4.4 Regression Weight Fit ... 142

4.5 Standardized Regression Weight Fit ... 143

(18)

xvii ABSTRAK

PENGARUH LINGKUNGAN FISIK, KUALITAS PRODUK DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DAN

LOYALITAS KONSUMEN

Studi Kasus pada Konsumen Waroeng Steak & Shake Cabang Sleman, Yogyakarta

Maria Antonia Siwi Novianti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Lingkungan Fisik, Kualitas Produk dan Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Konsumen dan Loyalitas Konsumen. Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan angket di Waroeng Steak and Shake Cabang Sleman, Yogyakarta pada bulan Juni 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen Waroeng Steak and Shake Yogyakarta. Sampel yang diambil sebanyak 150 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling dan teknik penyebaran kuesioner menggunakan convenience sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan software AMOS 18.0. Hasil analisis data menunjukkan bahwa lingkungan fisik dan kualitas produk memiliki pengaruh terhadap kepuasan konsumen. Kualitas pelayanan tidak memiliki pengaruh terhadap kepuasan konsumen dan kepuasan konsumen memiliki pengaruh terhadap loyalitas konsumen.

(19)

xviii ABSTRACT

THE INFLUENCE OF PHYSICAL SURROUNDINGS, PRODUCT QUALITY AND SERVICE QUALITY ON CUSTOMER SATISFACTION AND

CUSTOMER LOYALTY

Case Study on Consumer Waroeng Steak & Shake Sleman, Yogyakarta Branch Outlet

Maria Antonia Siwi Novianti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2012

The objectives of this research was to determine the influence of Physical Surroundings, Product Quality and Service Quality on Customer Satisfaction and Customer Loyalty. Data was collected through Questionnaire at Waroeng Steak & Shake Sleman, Yogyakarta Branch Outlet on June 2011. The population in this research was consumers of Waroeng Steak & Shake Yogyakarta. Samples were taken as many as 150 respondents. Non-probability sampling and convenience sampling were used respectively for sampling techniques and questionnaire dissemination techniques. Structural Equation Modeling (SEM) using AMOS 18.0 software was used for data analysis. The results of data analysis indicate that Physical Surroundings and Product Quality have influence on Customer Satisfaction. Service Quality has not influence on Customer Satisfaction and Customer Satisfaction has influence on Customer Loyalty.

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini banyak perusahaan dagang, jasa maupun manufaktur yang

bersaing untuk merebut pasar sasarannya. Jumlah penduduk Indonesia yang

sangat besar menjadi pasar potensial bagi perusahaan untuk memasarkan

produk-produk mereka. Perusahaan dalam negeri maupun perusahaan asing

bersaing untuk mendirikan usaha bisnis dan menciptakan jenis-jenis produk

yang nantinya akan digemari oleh calon pelanggan. Apabila mereka mampu

memenangkan persaingan tersebut, maka perusahaan mampu menjaring

pelanggan sebanyak-banyaknya dan tentu bisa memperoleh keuntungan yang

besar pula.

Pemasaran merupakan hal yang sangat mendasar dan penting untuk

dipahami oleh setiap pebisnis, karena berhasil tidaknya perusahaan dalam

mempertahankan dan mengembangkan usahanya sangat tergantung pada

bagaimana cara perusahaan memasarkan produknya sehingga dapat diterima

oleh pelanggan. Dalam kondisi persaingan yang ketat tersebut, perusahaan

harus memprioritaskan kepuasan pelanggan. Hal tersebut bertujuan agar

perusahaan dapat bertahan, bersaing dan menguasai pasar. Pimpinan harus

mengetahui hal-hal apa saja yang dianggap penting oleh pelanggan dan

perusahaan berusaha untuk menghasilkan kinerja sebaik mungkin, sehingga

(21)

Salah satu perusahaan yang sangat rentan dalam permasalahan tersebut

adalah restoran atau rumah makan. Saat ini, khususnya di Yogyakarta banyak

didirikan rumah makan yang menawarkan berbagai menu pilihan. Mulai dari

menu asli Jogja, luar pulau hingga menu dari mancanegara. Para pebisnis

bersaing untuk meningkatkan omset penjualan dengan berbagai cara,

diantaranya memberikan tempat yang nyaman, menciptakan inovasi produk

hingga meningkatkan kualitas pelayanannya.

Lingkungan fisik dapat menjadi tolok ukur keunggulan daya saing suatu

rumah makan. Konsumen biasanya akan mencari rumah makan yang tidak

hanya sekedar dapat mengisi perut, tetapi juga sebagai tempat berkumpul

bersama teman-teman. Aspek lingkungan fisik suatu rumah makan dapat

diukur melalui tiga dimensi, yaitu ambient conditions, spatial layout and

functionality dan sign, symbols, and artifacts. Ambient conditions meliputi

karakteristik-karakteristik latar belakang rumah makan. Spatial layout and

functionality meliputi penataan ruangan, interior hingga fasilitas yang

disediakan agar dapat berfungsi dengan baik. Sign, symbols and artifacts

meliputi nama perusahaan, penunjuk arah dan pemasangan pajangan dinding

suatu perusahaan. Maka dari itu, banyak rumah makan yang berusaha untuk

menciptakan lingkungan fisik yang nyaman bagi para pelanggannya. Beberapa

cara yang dapat dilakukan, antara lain penataan ruangan, dekorasi, cahaya,

hingga fasilitas yang disediakan. Dengan berbagai fasilitas yang disediakan

serta penataan tempat yang nyaman, diharapkan mampu membuat konsumen

(22)

Kualitas produk yang ditawarkan juga menjadi kunci utama

keberhasilan suatu rumah makan. Kualitas produk yang tinggi biasanya

identik dengan harga yang tinggi pula. Sehingga, beberapa konsumen tidak

segan membayar mahal untuk dapat menikmati produk yang diinginkan. Hal

ini menegaskan bahwa kualitas produk merupakan hal penting yang harus

diperhatikan oleh perusahaan agar konsumen puas dengan produk yang

ditawarkan. Dimensi kualitas produk dapat dikelompokkan dalam enam

dimensi, yaitu performance, range and type of features, reliability and

durability, maintainability and serviceability, sensory characteristic dan

ethical profile and image. Dari enam dimensi tersebut, cara yang umum

dilakukan oleh perusahaan diantaranya melalui inovasi produk, penyajian

yang menarik, hingga memasang sertifikasi halal di rumah makan tersebut.

Perusahaan juga dapat meningkatkan kepuasan konsumen melalui

kualitas pelayanan. Kunci utama yang harus dimiliki karyawan yaitu

keandalan, responsivitas, jaminan, empati dan wujud. Hal tersebut

dikarenakan konsumen akan merasa dihargai dengan keramahan dan

kecekatan para karyawan dalam merespon kebutuhan mereka. Penampilan

yang menarik juga mampu memberikan citra yang positif kepada perusahaan.

Semakin tinggi tingkat persaingan menuntut perusahaan untuk menjadikan

kepuasan konsumen sebagai tujuan utamanya. Namun kepuasan konsumen

saja tidak cukup untuk dapat mencapai kesuksesan. Oleh karena itu,

perusahaan juga harus mampu menjaga loyalitas konsumen. Dalam penelitian

(23)

ditawarkan oleh suatu rumah makan sehingga mereka mau melakukan

pembelian ulang di rumah makan tersebut. Loyalitas konsumen dapat diukur

melalui pembelian ulang suatu produk, keinginan konsumen menyampaikan

hal-hal positif mengenai rumah makan tersebut dan mereferensikannya kepada

orang lain.

Salah satu tempat makan terkenal di Jogja yaitu Waroeng Steak &

Shake, yang biasa dikenal dengan sebutan “WS”. Waroeng Steak & Shake

merupakan tempat makan favorit bagi para mahasiswa karena mereka dapat

menikmati steak dengan harga yang sangat terjangkau serta menikmati

suasana yang dibuat unik dan nyaman untuk berkumpul bersama teman,

keluarga atau pacar. Steak yang ditawarkan oleh Waroeng Steak & Shake ini

beraneka ragam, mulai dari steak goreng tepung hingga original steak atau

steak tanpa tepung. Meski bukan pelopor dalam bisnis steak, Waroeng Steak

& Shake mampu berkembang dan bersaing dengan rumah makan sejenis yang

ada di Yogyakarta.

Dari segala pemaparan di atas, penulis tertarik untuk mengetahui

tingkat kepuasan konsumen Waroeng Steak & Shake pada lingkungan fisik,

produk yang ditawarkan dan kualitas pelayanan yang diberikan. Penulis juga

ingin mengetahui pengaruh kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen

Waroeng Steak & Shake. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Lingkungan Fisik, Kualitas Produk dan

(24)

studi kasus pada konsumen Waroeng Steak & Shake Cabang Sleman,

Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah lingkungan fisik berpengaruh terhadap kepuasan konsumen?

2. Apakah kualitas produk berpengaruh terhadap kepuasan konsumen?

3. Apakah kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen?

4. Apakah kepuasan konsumen berpengaruh terhadap loyalitas konsumen?

C. Pembatasan Masalah

Bertitik tolak pada rumusan masalah, maka penulis membatasi permasalahan

dengan tujuan agar pembahasan permasalahan tidak terlalu luas. Berikut ini

adalah pembatasan masalah yang dimaksud:

1. Penelitian mengenai faktor-faktor kepuasan konsumen meliputi

lingkungan fisik, kualitas produk dan kualitas pelayanan.

2. Aspek lingkungan fisik diukur melalui 3 dimensi yaitu ambient conditions

yang meliputi kebersihan dan kerapihan tempat serta jenis musik yang

diputar; spatial layout and functionality meliputi lokasi rumah makan,

fasilitas yang tersedia serta penataan ruangan dan interior; kemudian sign,

symbols and artifacts yang meliputi daftar menu dan ciri khas dari

(25)

3. Aspek kualitas produk diukur melalui 3 dimensi yaitu performance yang

meliputi cara penyajian dan penampilan dari produk yang disajikan; range

and type of features meliputi keistimewaan yang dimiliki oleh suatu

produk; dan sensory characteristic yang meliputi rasa serta aroma dari

produk yang ditawarkan.

4. Aspek kualitas pelayanan diukur melalui 5 dimensi yaitu wujud,

keandalan, responsivitas, jaminan dan empati.

5. Penelitian mengenai loyalitas konsumen dapat diukur melalui kesediaan

konsumen untuk melakukan pembelian ulang, mengatakan hal-hal positif

mengenai Waroeng Steak & Shake, serta merekomendasikannya kepada

orang lain.

6. Penelitian ini dilakukan pada konsumen Waroeng Steak & Shake cabang

Sleman, Yogyakarta.

D. Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti-bukti empiris dan

menemukan kejelasan fenomena mengenai hubungan antara kepuasan

konsumen dengan loyalitas konsumen. Adapun tempat yang dijadikan objek

dalam penelitian ini adalah Waroeng Steak & Shake Cabang Sleman,

Yogyakarta.

Tujuan pokok di atas dirinci lebih spesifik sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan fisik terhadap kepuasan

(26)

2. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produk terhadap kepuasan

konsumen.

3. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan

konsumen.

4. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan konsumen terhadap loyalitas

konsumen.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan

pengalaman serta menerapkan ilmu pengetahuan dan teori-teori pemasaran

yang telah dipelajari dengan kenyataan empiris yang terjadi dalam dunia

usaha.

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak

manajemen perusahaan dalam rangka meningkatkan loyalitas dan

kepuasan konsumen melalui lingkungan fisik, kualitas produk dan kualitas

pelayanan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran dan bahan

(27)

F. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan

Bab ini berisikan latar belakang penulisan, rumusan masalah,

pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Bab ini berisikan teori-teori pemasaran, lingkungan fisik,

kualitas, produk, pelayanan, pelanggan, perilaku konsumen,

kepuasan konsumen, loyalitas dan restoran; penelitian-penelitian

sebelumnya, kerangka konseptual serta hipotesis.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini berisikan jenis penelitian, subjek dan objek penelitian,

waktu dan lokasi penelitan, variabel penelitian, definisi

operasional, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel,

sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengujian

instrumen, teknik analisis data, serta uji kesesuaian dan uji

statistik.

Bab IV : Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini berisikan gambaran umum Waroeng Steak & Shake yang

meliputi sejarah Waroeng Steak & Shake, menu yang ditawarkan

(28)

Bab V : Pembahasan

Bab ini berisikan variabel penelitian, profil responden, pengujian

instrumen penelitian, pengujian model dan variabel terukur.

Bab VI : Penutup

Bab ini berisikan kesimpulan, saran, dan keterbatasan yang ada

(29)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pemasaran

Menurut Kotler (2006:6) pemasaran adalah proses di mana

perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan

yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap nilai dari

pelanggan sebagai imbalannya. Perencanaan pemasaran dimulai dengan

merumuskan sebuah penawaran untuk memenuhi kebutuhan atau

keinginan pelanggan sasaran. Pelanggan akan menilai penawaran

berdasarkan tiga elemen dasar: fitur dan kualitas produk, bauran dan

kualitas pelayanan, serta harga (lihat Gambar II.1). Harga berdasarkan nilai

(30)

Lamb, Hair and McDaniel (2001:55) menjelaskan bahwa bauran

pemasaran adalah paduan strategi produk, distribusi, promosi dan

penentuan harga yang bersifat unik yang dirancang untuk menghasilkan

pertukaran yang saling memuaskan dengan pasar yang dituju. Kotler dan

Keller (2009:19-20) memaparkan 4 orientasi perusahaan terhadap pasar:

a. Konsep produksi

Konsep ini menyatakan bahwa konsumen lebih menyukai produk yang

tersedia dalam jumlah banyak dan tidak mahal. Perusahaan

berkonsentrasi untuk mencapai efisiensi produksi yang tinggi, biaya

rendah, dan distribusi massal.

b. Konsep produk

Konsep produk berpendapat bahwa konsumen menyukai produk yang

menawarkan kualitas, kinerja, atau fitur inovatif terbaik. Manajer

berfokus untuk membuat produk yang unggul dan senantiasa

melakukan inovasi.

c. Konsep penjualan

Konsep penjualan beranggapan bahwa konsumen dan bisnis, jika

dibiarkan, tidak akan membeli cukup banyak produk organisasi. Maka

dari itu, perusahaan harus melakukan promosi yang gencar untuk

menjual lebih banyak barang ke lebih banyak konsumen.

d. Konsep pemasaran

Konsep pemasaran beranggapan bahwa kunci untuk mencapai tujuan

(31)

menciptakan, menghantarkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan

yang lebih baik kepada pasar sasaran yang dipilih.

2. Lingkungan Fisik

Menurut Mowen dan Minor (2002:133) lingkungan fisik (physical

surroundings) merupakan aspek fisik dan tempat yang konkrit dari

lingkungan yang meliputi suatu kegiatan konsumen. Stimuli seperti warna,

suara, penerangan, cuaca, dan susunan ruang orang atau benda dapat

mempengaruhi perilaku konsumen. Lingkungan fisik sangat penting dalam

mempengaruhi perilaku, sikap, dan keyakinan konsumen ke arah yang

diinginkan.

Mowen dan Minor (2002:134-139) menganalisis faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi pembeli, antara lain musik, keadaan berdesakan,

lokasi toko, tata ruang toko dan suasana toko. Menurut Bitner (dalam

Laksmidewi, 2002:50), lingkungan fisik mempengaruhi atribut konsumen

pada saat terjadi kegagalan dalam pelayanan. Atribut dimaksudkan sebagai

apa yang diterima seseorang sebagai penyebab di belakang perilakunya,

perilaku orang lain, atau kejadian yang mereka observasi.

a. Dimensi Lingkungan Fisik

Dimensi lingkungan fisik merupakan suatu campuran yang

(32)

perusahaan untuk meningkatkan atau memperbaiki tindakan-tindakan

karyawan dan konsumen.

Bitner (dalam Laksmidewi, 2002:50) berpendapat, elemen fisik

mencakup tiga dimensi berikut:

1) Ambient conditions

Ambient conditions mencakup karakteristik-karakteristik latar

belakang lingkungan seperti temperatur, penerangan, kegaduhan,

musik dan aroma.

2) Spatial layout and functionality

Spatial layout menunjukkan cara bagaimana mesin, peralatan, dan

furnitur diatur serta ukuran, bentuk item-item tersebut, dan

hubungan spatial di antaranya. Functionality menunjukkan

kemampuan item-item tersebut untuk memfasilitasi kinerja dan

pencapaian tujuan.

3) Sign, symbols, and artifact

Sign biasa digunakan sebagai label (seperti nama perusahaan,

nama departemen), untuk penunjuk arah (masuk, keluar), dan

untuk mengkomunikasikan aturan perilaku (seperti dilarang

merokok, dll). Termasuk di dalamnya kualitas material yang

digunakan dalam konstruksi, pemasangan sertifikat dan foto di

dinding, penutup lantai, dan sebagainya.

Lingkungan fisik merupakan salah satu faktor penting dalam

(33)

besar pelanggan akan tertarik untuk datang ke sebuah perusahaan bila

penampilan luar perusahaan tersebut menarik. Bisa diambil contoh bila

kita menemukan tempat makan baru, maka kita akan tertarik untuk

mencicipinya bila tampilannya mencerminkan kualitas produk dan jasa

yang ditawarkannya serta sesuai dengan budget yang kita miliki.

b. Lokasi Fasilitas Jasa

Lokasi fasilitas seringkali menentukan suksesnya suatu jasa,

karena lokasi erat kaitannya dengan pasar potensial suatu perusahaan.

Bila suatu perusahaan dekat dengan area kampus, berarti target

pasarnya adalah mahasiswa, tetapi bila perusahaan berada di

perumahan elit atau di tengah kota berarti target pasarnya adalah orang

menengah ke atas.

Menurut Tjiptono (1996:42), pemilihan tempat atau lokasi

memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap beberapa faktor

berikut:

1) Akses: lokasi yang dilalui atau mudah dijangkau sarana

transportasi

2) Visibilitas: lokasi yang dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan.

3) Lalu lintas

4) Tempat parkir yang luas dan aman

5) Ekspansi: tersedia tempat yang cukup luas untuk perluasan usaha

(34)

6) Lingkungan: daerah sekitar yang mendukung jasa yang

ditawarkan.

7) Persaingan: lokasi pesaing.

Lingkungan fisik yang menyenangkan diharapkan mampu

memberikan kepuasan pada konsumen yang nantinya bisa membentuk

loyalitas pada perusahaan, sehingga omset perusahaan dapat

meningkat pula.

3. Kualitas

Menurut Goetsch Davis (dalam Yamit, 2001:8) kualitas merupakan

suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia,

proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Pendekatan ini menegaskan bahwa kualitas bukan hanya menekankan

pada aspek hasil akhir, yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut

kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan.

Lima pendekatan perspektif kualitas yang dapat digunakan oleh

para praktisi bisnis, yaitu (Yamit, 2001:9):

a. Transcedental Approach

Kualitas dalam pendekatan ini adalah sesuatu yang dapat dirasakan,

tetapi sulit didefinisikan dan dioperasionalkan maupun diukur.

b. Product-based Approach

Kualitas dalam pendekatan ini adalah suatu karakteristik atau atribut

(35)

c. User-based Approach

Kualitas dalam pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa

kualitas tergantung pada orang yang memandangnya, dan produk yang

paling memuaskan preferensi seseorang atau cocok dengan selera

(fitness for used) merupakan produk yang berkualitas paling tinggi.

d. Manufacturing-based Approach

Kualitas dalam pendekatan ini adalah bersifat supply-based atau dari

sudut pandang produsen yang mendefinisikan kualitas sebagai sesuatu

yang sesuai dengan persyaratannya (conformance quality) dan

prosedur.

e. Value-based Approach

Kualitas dalam pendekatan ini adalah memandang kualitas dari segi

nilai dan harga, bersifat relatif. Produk yang memiliki kualitas paling

tinggi belum tentu produk yang paling bernilai.

4. Kualitas Produk

a. Pengertian Produk

Menurut Lamb, dkk (2001:414), produk adalah segala sesuatu,

baik menguntungkan maupun tidak, yang diperoleh seseorang melalui

pertukaran. Sedangkan Kotler dan Keller (2009:4), menyatakan bahwa

produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar

(36)

fisik, jasa, pengalaman, acara, orang, tempat, properti, organisasi,

informasi dan ide.

Dari kedua definisi tersebut maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada pasar

untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen dan diperoleh

melalui pertukaran.

b. Karakteristik Produk

Dalam merencanakan penawaran pasarnya, pemasar harus

melihat lima tingkat produk (lihat Gambar II.2). Setiap tingkat

menambah nilai pelanggan yang lebih besar, dan kelimanya

merupakan bagian dari hierarki nilai pelanggan (customer-value

hierarchy).

Gambar II.2 Tingkat Produk

Sumber: Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. (terj. Bob Sabran).

(37)

Kelima tingkat produk tersebut, yaitu (Kotler dan Keller,

2009:4):

1) Pada tingkat dasar adalah manfaat inti, yaitu layanan atau manfaat

yang benar-benar dibeli pelanggan.

2) Pada tingkat kedua, pemasar harus mengubah manfaat inti menjadi

produk dasar (basic Product).

3) Pada tingkat ketiga, pemasar mempersiapkan produk yang

diharapkan (expected product): sekelompok atribut dan kondisi

yang biasanya diharapkan pembeli ketika mereka membeli produk

ini.

4) Pada tingkat keempat, pemasar menyiapkan produk tambahan

(augmented product).

5) Tingkat kelima adalah produk potensial (potential product)

mencakup semua kemungkinan tambahan dan transformasi yang

mungkin dialami sebuah produk atau penawaran di masa depan.

c. Jenis-Jenis Produk Konsumen

Menurut Lamb, dkk (2001:414) produk dapat diklasifikasikan

sebagai produk bisnis (industry) atau sebagai produk konsumen,

tergantung dari niat para pembeli. Produk bisnis digunakan untuk

menghasilkan barang atau jasa lain untuk memudahkan pengoperasian

(38)

produk konsumen dibeli untuk memuaskan keinginan pribadi seorang

individu.

Jenis-jenis produk konsumen, antara lain (Lamb dkk, 2001:

414-416):

1) Produk kemudahan (convenience products)

Produk kemudahan adalah jenis produk yang relatif murah dan

menggunakan sedikit upaya untuk berbelanja sehingga konsumen

tidak perlu bersusah payah berbelanja untuk jenis seperti itu.

2) Produk belanja (shopping products)

Produk belanja adalah produk yang memerlukan perbandingan

berbelanja, karena biasanya lebih mahal dibandingkan produk

kemudahan dan ditemukan pada lebih sedikit toko.

3) Produk khusus (specialty products)

Produk khusus adalah suatu jenis produk yang dicari konsumen

secara intensif dan konsumen enggan untuk menerima pengganti.

4) Produk yang tidak dicari (unsought products)

Produk yang tidak dicari adalah suatu produk yang tidak dikenal

oleh calon pembeli atau produk yang dikenal tetapi pembeli tidak

aktif mencarinya.

d. Pengertian Kualitas Produk

Kualitas produk adalah karakteristik produk atau jasa yang

(39)

pelanggan yang dinyatakan atau diimplikasikan (Kotler, 2006:272).

Sedangkan, menurut Mowen dan Minor (2002:90) kualitas produk

didefinisikan sebagai evaluasi menyeluruh pelanggan atas kebaikan

kinerja barang atau jasa. Jadi, kualitas produk adalah segala

karakteristik dari suatu produk yang mampu memuaskan pelanggan.

Gambar II.3

Syarat atau Keperluan untuk Kualitas Produk

Sumber: http://kusna.com/2007/05/12/konsep-management-kualitas/

Syarat atau keperluan untuk kualitas produk perlu

memperhatikan tiga hal yaitu kegunaan produk, sosial masyarakat dan

manusia. Pada umumnya kegunaan mengarah pada performa dan

ketahanan suatu produk. Selain itu kualitas produk yang baik perlu

juga melibatkan sosial masyarakat seperti memperhatikan limbah

industri. Sedangkan dari segi manusia, perusahaan harus mampu

menjaga keselamatan kerja para karyawannya. Apabila ketiga hal

(40)

bagi konsumen maupun produsen (

http://kusna.com/2007/05/12/konsep-management-kualitas/ .

Para konsumen seringkali menilai kualitas produk atau jasa

tertentu atas dasar berbagai macam isyarat informasi yang mereka

hubungkan dengan produk. Menurut Schiffman dan Kanuk

(2004:163), isyarat-isyarat intrinsik berkaitan dengan karakteristik

fisik produk itu sendiri, seperti ukuran, warna, rasa, atau aroma.

e. Dimensi Kualitas Produk

Karakteristik kualitas dari suatu produk sangat multidimensional,

karena produk dapat memberikan kepuasan dan nilai kepada pelanggan

dalam banyak cara. Martinich (dalam Yamit, 2001:11) mengemukakan

spesifikasi dari dimensi kualitas produk yang relevan dengan

pelanggan dapat dikelompokkan dalam enam dimensi, yaitu:

1) Performance: kualitas produk menggambarkan keadaan yang

sebenarnya.

2) Range and Type of Features: kemampuan atau keistimewaan yang

dimiliki produk dan pelayanan.

3) Reliability and Durability: kehandalan produk dalam penggunaan

secara normal dan lama produk dapat digunakan.

4) Maintainability and Serviceability: kemudahan untuk

pengoperasian produk dan kemudahan perbaikan maupun

(41)

5) Sensory Characteristic: penampilan, corak, rasa, daya tarik, bau,

selera dan lainnya.

6) Ethical Profile and Image: kualitas adalah bagian terbesar dari

kesan pelanggan terhadap produk dan pelayanan.

5. Kualitas Pelayanan

a. Pengertian Pelayanan

Menurut Laksana (2008: 85) pelayanan adalah setiap tindakan

atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain,

yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan

kepemilikan apapun. Komponen pelayanan dalam bisnis tidak dapat

dipisahkan baik itu untuk perusahaan jasa maupun perusahaan dagang.

Pada perusahaan dagang dan industri, pelayanan sebagai produk

tambahan yang selalu melekat pada produk utamanya.

b. Karakteristik Jasa atau Pelayanan

Jasa mempunyai empat karakteristik berbeda yang sangat

mempengaruhi desain program pemasaran, yaitu (Kotler dan Keller,

2009:39-42):

1) Tak berwujud berarti bahwa jasa tidak dapat dilihat, dirasakan,

diraba, didengar atau dibaui sebelum jasa itu dibeli.

2) Tak terpisahkan berarti bahwa jasa umumnya diproduksi dan

(42)

3) Bervariasi berarti bahwa kualitas jasa tergantung pada siapa yang

menyediakannya, kapan dan di mana, dan kepada siapa, jasa sangat

bervariasi.

4) Dapat musnah berarti bahwa jasa tidak dapat disimpan, jadi dapat

musnahnya jasa bisa menjadi masalah ketika permintaan

berfluktuasi.

Menurut Mowen dan Minor (2002:185), lingkungan pelayanan

(service encounter) adalah interaksi perorangan yang terjadi di antara

seorang konsumen dan pemasar. Bagi konsumen lebih sulit menilai

kualitas jasa daripada kualitas produk. Hal ini terjadi karena adanya

beberapa karakteristik jasa yaitu tak berwujud, tak terpisahkan,

bervariasi dan dapat musnah.

Meningkatkan kualitas jasa yang ditawarkan tidak semudah

usaha meningkatkan kualitas produk, karena karakteristiknya yang

unik. Peningkatan kualitas jasa juga akan berdampak pada organisasi

secara menyeluruh.

c. Pengertian Kualitas Jasa atau Pelayanan

Menurut Wyckof (dalam Tjiptono, 1997), kualitas jasa adalah

tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat

keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Sedangkan

menurut Zeithaml (dalam Laksana, 2008: 88), kualitas pelayanan dapat

(43)

keinginan konsumen dengan tingkat persepsi mereka. Jadi, kualitas

pelayanan adalah segala karakteristik dari suatu jasa yang diberikan

oleh suatu perusahaan yang mampu memuaskan pelanggan.

d. Model Kualitas Pelayanan

Menurut Zeithaml, Parasuraman dan Berry (dalam Laksana,

2008: 92), penilaian kualitas pelayanan dapat dilihat dari dua sisi yaitu

sisi konsumen dan sisi penyedia jasa. Kotler dan Keller (2009: 51-52)

mengidentifikasi lima kesenjangan yang menyebabkan kegagalan

pengiriman jasa, yaitu:

1) Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen,

yaitu manajemen tidak selalu memiliki anggapan yang benar

tentang apa yang diinginkan oleh konsumen.

2) Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas

jasa, yaitu manajemen mungkin memiliki anggapan yang benar

terhadap pelanggan tetapi tidak menetapkan standar kinerja.

3) Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penghantaran jasa,

yaitu personel mungkin tidak terlatih atau tidak mampu atau tidak

bersedia memenuhi standar; atau mungkin terikat dengan standar

yang bertentangan, seperti meluangkan waktu untuk mendengarkan

(44)

4) Kesenjangan antara penghantaran jasa dan komunikasi eksternal,

yaitu harapan konsumen dipengaruhi oleh pernyataan yang dibuat

oleh iklan dan perwakilan perusahaan.

5) Kesenjangan antara jasa anggapan dan jasa yang diharapkan, yaitu

ketika konsumen salah menganggap kualitas jasa.

Komunikasi berita

dari mulut ke mulut Kebutuhan pribadi

Harapan konsumen

Sumber: Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009 (terj. Bob Sabran). Manajemen Pemasaran, Edisi Ketiga Belas Jilid 2. Jakarta: Erlangga, hal. 51

e. Dimensi Kualitas Pelayanan

Menurut Kotler dan Keller (2009:52) terdapat 5 dimensi

(45)

1) Keandalan: kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan

dengan andal dan akurat.

2) Responsivitas: kesediaan membantu pelanggan dan memberikan

layanan tepat waktu.

3) Jaminan: pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan

mereka untuk menunjukkan kepercayaan dan keyakinan.

4) Empati: kondisi memperhatikan dan memberikan perhatian pribadi

kepada pelanggan.

5) Wujud: penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel, dan bahan

komunikasi.

6. Pelanggan

Menurut Yamit (2001:75) dalam pandangan tradisional, pelanggan

adalah orang yang berinteraksi dengan perusahaan setelah proses produksi

selesai, karena mereka adalah pengguna produk. Sedangkan orang yang

berinteraksi dengan perusahaan sebelum proses produksi berlangsung

adalah dianggap sebagai pemasok. Pelanggan dan pemasok dalam konsep

tradisional ini adalah orang yang berada di luar perusahaan atau disebut

pelanggan dan pemasok eksternal.

Griffin (2003:31) mendefinisikan customer (pelanggan) sebagai

seseorang yang menjadi terbiasa untuk membeli barang dari perusahaan.

Kebiasaan tersebut bisa terbentuk melalui pembelian dan interaksi yang

(46)

Terdapat tiga jenis pelanggan, yaitu (Yamit, 2001:77):

a. Pelanggan internal: setiap orang yang ikut menangani proses

pembuatan maupun penyediaan produk di dalam perusahaan atau

organisasi.

b. Pelanggan perantara: mereka yang bertindak atau berperan sebagai

perantara untuk mendistribusikan produk kepada pihak konsumen atau

pelanggan eksternal.

c. Pelanggan eksternal: pembeli atau pemakai akhir yang sering disebut

pelanggan yang nyata.

Jadi, pelanggan adalah orang-orang yang kegiatannya membeli dan

menggunakan suatu produk, baik barang maupun jasa, secara

terus-menerus. Pelanggan atau pemakai suatu produk adalah orang-orang yang

berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan

perusahaan-perusahaan bisnis.

7. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah proses seorang pelanggan dalam

membuat keputusan membeli, juga untuk menggunakan dan membuang

barang-barang dan jasa yang dibeli: juga termasuk faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan pembelian dan penggunaan produk (Lamb, dkk.,

2001:188).

Schiffman dan Kanuk (2004:7) menjelaskan bahwa proses

(47)

namun berhubungan satu sama lain: tahap masukan (input), tahap proses,

dan tahap keluaran (output). Semua tahap tersebut dapat terlihat dalam

Gambar II.5 di bawah ini.

Usaha Pemasaran

Model Sederhana Pengambilan Keputusan Konsumen

Sumber: Schiffman, Leon G. dan Leslie Lazar Kanuk. 2004. (terj. Zoelkifli Kaslip).

Perilaku Konsumen. edisi ketujuh. Jakarta: Indeks, hal.8

Tahap masukan mempengaruhi pengenalan konsumen terhadap

kebutuhan atas produk. Ada dua sumber informasi utama, yaitu: usaha

(48)

lingkungan sosio-budaya (keluarga, sumber informasi, sumber

nonkomersial lain, kelas sosial serta sub-budaya dan budaya).

Tahap proses memfokuskan pada cara konsumen mengambil

keputusan. Berbagai faktor psikologis seperti motivasi, persepsi,

pengetahuan, kepribadian dan sikap mempengaruhi pengenalan konsumen

terhadap kebutuhan produk. Kemudian konsumen akan melakukan

penyelidikan sebelum pembelian dan melakukan evaluasi berbagai

alternatif. Pengalaman yang diperoleh melalui evaluasi tersebut akan

mempengaruhi sifat psikologis konsumen yang ada.

Tahap keluaran terdiri dari dua macam kegiatan yaitu pembelian

dan evaluasi setelah membeli. Percobaan merupakan tahap penyelidikan

pada perilaku pembelian, yaitu konsumen akan menilai produk melalui

pemakaian langsung. Setelah konsumen merasa puas, maka ia akan

melakukan pembelian ulang yang menandakan penerimaan akan produk.

Evaluasi produk setelah pembelian akan memberikan pengalaman pada

konsumen dalam tahap proses pada model ini.

Menurut Lamb, dkk (2001:201) faktor yang mempengaruhi

keputusan pembelian konsumen adalah:

a. Faktor budaya: budaya dan nilai, sub-budaya & kelas sosial.

b. Faktor sosial: referensi kelompok, opini para pemimpin dan para

anggota keluarga.

c. Faktor individu: jenis kelamin, umur, keluarga dan daur hidup

(49)

d. Faktor psikologis: persepsi, motivasi, pembelajaran, keyakinan dan

sikap.

8. Kepuasan Konsumen

Kepuasan pelanggan menjadi sasaran strategis bagi sebuah

perusahaan agar dapat tumbuh berkembang dan tetap eksis dalam

menghadapi perubahan. Kepuasan pelanggan juga menjadi petunjuk arah

dan pendorong motivasi untuk menciptakan langkah kreatif, inovatif yang

dapat membentuk keadaan masa depan yang gemilang. Kepuasan

pelanggan (customer satisfaction) adalah tingkatan di mana kinerja

anggapan produk sesuai dengan ekspektasi pembeli.

Kepuasan konsumen dapat dipengaruhi oleh kualitas produk,

pelayanan, harga bahkan dari lingkungan fisik perusahaan tersebut. Bila

dilihat dari segi produk yang ditawarkan, pastilah konsumen

menginginkan produk dengan kualitas terbaik dan harga yang sesuai. Bila

dilihat dari segi pelayanan, konsumen menginginkan pelayanan yang cepat

dan ramah tanpa harus menunggu pesanan dengan lama. Kepuasan

konsumen merupakan perasaan di mana produk telah sesuai atau melebihi

(50)

Produk

Sumber: Tjiptono, Fandy. 1997. Prinsip-prinsip Total Quality Service. Yogyakarta: Andi Offset, hal.130.

a. Manfaat Kepuasan Pelanggan

Manfaat kepuasan pelanggan bagi perusahaan mencakup

(Wood, 2009:11):

1) Dampak positif pada loyalitas pelanggan

2) Berpotensi menjadi sumber pendapatan masa depan (melalui

pembelian ulang, cross-selling dan up-selling)

3) Menekan biaya transaksi pelanggan di masa depan (biaya

komunikasi, penjualan dan layanan pelanggan)

4) Menekan volatilitas dan resiko berkenaan dengan prediksi aliran

kas masa depan

5) Meningkatnya toleransi harga

(51)

7) Pelanggan cenderung lebih reseptif

8) Meningkatnya bargaining power relatif perusahaan.

Maka, secara luas manfaat dari kepuasan pelanggan adalah

menciptakan loyalitas pelanggan dengan menjaring konsumen

sebanyak-banyaknya yang nantinya akan meningkatkan keuntungan

sebuah perusahaan.

Menurut Yamit (2001:83) faktor utama keberhasilan dalam

membentuk fokus pada kepuasan pelanggan adalah menyadarkan

karyawan akan pentingnya kepuasan pelanggan, menempatkan

karyawan untuk berinteraksi secara langsung dengan pelanggan, dan

memberikan kebebasan kepada karyawan untuk melakukan tindakan

yang diperlukan dalam rangka memuaskan pelanggan. Tetapi, bukan

berarti bahwa jika karyawan sudah memiliki kesadaran akan

pentingnya kepuasan pelanggan dapat menghilangkan munculnya

kekecewaan (complain). Kekecewaan pelanggan sangat sulit dihindari,

karena keberagaman harapan dan keinginan konsumen yang tidak

mungkin dapat dipenuhi seluruhnya oleh perusahaan.

b. Mengukur Kepuasan Pelanggan

Pengukuran kepuasan pelanggan merupakan elemen penting

dalam menyediakan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih

efektif. Apabila pelanggan merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan

(52)

efektif dan tidak efisien.

Menurut Kotler (dalam Yamit, 2001:80) beberapa metode yang

dapat digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan antara lain:

1) Sistem Pengaduan: Sistem ini memberikan kesempatan kepada

pelanggan untuk memberikan saran, keluhan dan bentuk

ketidakpuasan lainnya dengan cara menyediakan kotak saran.

2) Survey Pelanggan: Cara yang digunakan dalam mengukur

kepuasan pelanggan misalnya melalui surat pos, telepon atau

wawancara langsung.

3) Panel Pelanggan: Perusahaan mengundang pelanggan yang setia

terhadap produk dan mengundang pelanggan yang telah berhenti

membeli atau telah pindah menjadi pelanggan perusahaan lain.

9. Loyalitas

Wulf, Schroder, dan Iaobucci (dalam Zulganef, 2002:104)

mendefinisikan loyalitas sebagai besarnya konsumsi dan frekuensi

pembelian yang dilakukan oleh seorang konsumen terhadap suatu

perusahaan (toko retail). Mereka juga berhasil menemukan bahwa kualitas

keterhubungan yang terdiri dari kepuasan, kepercayaan, dan komitmen

mempunyai hubungan yang positif dengan loyalitas.

Prus dan Brandt (dalam Junaedi, 2003:107-108) menekankan

bahwa loyalitas pelanggan bukanlah kepuasan pelanggan (customer

(53)

untuk menuju suatu loyalitas. Kadang pembelian berulang dilakukan

karena adanya suatu kemudahan yang diperoleh atau karena sudah

kebiasaan.

a. Pengukuran Loyalitas

Setiap kali seseorang melakukan pembelian, ia akan melalui

lima tahap pembelian, yaitu: kesadaran pembelian awal evaluasi

pasca-pembelian keputusan membeli kembali pembelian

kembali (Griffin, 2003:18-20). Dari kelima tahap tersebut maka kita

dapat melihat apakah konsumen memiliki keterikatan pada perusahaan

atau tidak.

Menurut Griffin (2003:31), pelanggan yang loyal adalah orang

yang melakukan pembelian berulang secara teratur, membeli antarlini

produk dan jasa, mereferensikan kepada orang lain dan menunjukkan

kekebalan terhadap tarikan dari pesaing.

b. Jenis Loyalitas

Loyalitas dapat dibedakan menjadi empat jenis berdasarkan

keterikatannya terhadap suatu produk yang ditawarkan, yaitu (Griffin,

2003: 22-23):

1) Tanpa loyalitas: pelanggan tidak mengembangkan loyalitas

terhadap produk atau jasa tertentu.

2) Loyalitas yang lemah: pelanggan melakukan pembelian berulang

karena suatu kebiasaan atau karena toko tersebut dekat dari tempat

(54)

3) Loyalitas tersembunyi: pelanggan menentukan pembelian berulang

karena pengaruh situasi, bukan karena pengaruh sikap.

4) Loyalitas premium: pelanggan yang memiliki keterikatan tinggi

dan melakukan pembelian berulang yang tinggi pula. Bahkan

mereka akan memberi tahu atau menawarkannya kepada orang lain

pula.

Pembeli yang puas / bersifat kebiasaan Tidak ada masalah untuk beralih

Gambar II.7 Piramida Loyalitas

Sumber: Junaedi, M.F. Shellyana. 2003. “Hubungan antara Kepuasan Konsumen dan Kualitas Jasa: Studi Perilaku Konsumen terhadap Loyalitas Merk”. Modus Vol.15.

Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, hal.108

c. Meningkatkan Loyalitas Pelanggan

Perusahaan harus mampu membedakan strategi yang

digunakan dalam membangun pangsa pasar dengan strategi

(55)

Tabel II.1

Meningkatkan Pangsa Pasar Versus Membangun Loyalitas

Strategi Pangsa Pasar

Strategi Loyalitas

Sasaran Peralihan pembeli Loyalitas pembeli Kondisi pasar Pertumbuhan rendah

atau pasar jenuh

Pertumbuhan rendah atau pasar jenuh Titik perhatian Persaingan Pelanggan Pengukuran Sumber: Griffin, Jill. 2003. (terj. Dwi Kartini Yahya). Customer Loyalty: Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetiaan Pelanggan. Jakarta: Erlangga, hal.6

Griffin (2003:35) menyebutkan tujuh tahap dalam

menumbuhkan pelanggan yang loyal, yaitu:

(1)Suspect: Orang yang mungkin membeli produk atau jasa anda.

(2)Prospek: Orang yang membutuhkan produk atau jasa dan memiliki

kemampuan untuk membeli (orang tersebut baru mengetahui saja).

(3)Prospek yang diskualifikasi: Setelah dipelajari, kita mengetahui

bahwa orang tersebut tidak membutuhkan dan tidak memiliki

kemapuan membeli.

(4)Pelanggan pertama kali: Orang yang telah membeli satu kali.

(5)Pelanggan berulang: Orang yang telah membeli lebih dari dua kali.

(6)Klien: Orang yang melakukan pembelian secara teratur.

(7)Penganjur (advocate): Orang yang tidak hanya melakukan

pembelian secara teratur, tetapi juga menganjurkan orang lain

(56)

10.Restoran

Menurut UU RI No. 34 Tahun 2000 (dalam Abectipub: 2008),

restoran adalah tempat menyantap makanan dan minuman yang disediakan

dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jenis tataboga atau

catering. Ada beberapa tipe restoran, yaitu (Marsum dalam Abectipub,

2008):

a) Table D’ hotel Restaurant adalah suatu restoran yang khusus menjual

makanan menu table d’ hotel, yaitu suatu susunan menu yang lengkap

(dari hidangan pembuka sampai dengan hidangan penutup) dan

tertentu, dengan harga yang telah ditentukan pula.

b) Coffee Shop atau Brasserie adalah suatu restoran yang pada umumnya

berhubungan dengan hotel, suatu tempat dimana tamu biasa

mendapatkan makan pagi, makan siang dan makan malam secara cepat

dengan harga yang relatif murah, kadang-kadang penyajiannya

dilakukan dengan cara prasmanan.

c) Cafetaria atau Café adalah suatu restoran kecil yang mengutamakan

penjualan cake (kue-kue), sandwich (roti isi), kopi dan teh.

d) Canteen adalah restoran yang berhubungan dengan kantor, pabrik atau

sekolah.

e) Dining Room, terdapat di hotel kecil (motel), merupakan tempat yang

tidak lebih ekonomis dari pada tempat makan biasa. Dining Room pada

dasarnya disediakan untuk para tamu yang tinggal di hotel itu, namun

(57)

f) Inn Tavern adalah restoran dengan harga murah yang dikelola oleh

perorangan di tepi kota.

g) Pizzeria adalah suatu restoran yang khusus menjual Pizza,

kadang-kadang juga berupa spaghetti serta makanan khas Italia yang lain.

h) Speciality Restaurant adalah restoran yang suasana dan dekorasi

seluruhnya disesuaikan dengan tipe khas makanan yang disajikan atau

temanya.

i) Familly Type Restaurant adalah suatu restoran sederhana yang

menghidangkan makanan dan minuman dengan harga yang tidak

mahal, terutama disediakan untuk tamu-tamu keluarga maupun

rombongan.

11.Structural Equation Modeling (SEM)

Menurut Ferdinand (2002: 6) Structural Equation Modeling (SEM)

adalah sekumpulan teknik-teknik statistikal yang memungkinkan

pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif “rumit”, secara

simultan. Hubungan yang rumit itu dapat dibangun antara satu atau

beberapa variabel dependen dengan satu atau beberapa variabel

independen. Beberapa konvensi yang berlaku dalam SEM adalah sebagai

berikut (Ferdinand, 2002: 10):

a. Variabel Terukur (Measured Variable)

Variabel terukur adalah variabel yang dataya harus dicari melalui

(58)

indicator variables atau manifest variables, dan digambarkan dalam

bentuk segi empat.

b. Faktor

Faktor adalah sebuah variabel bentukan, yang dibentuk melalui

indikator-indikator yang diamati dalam dunia nyata. Variabel ini

disebut latent variables, constructs atau unobserved variables, dan

digambarkan dalam bentuk oval atau elips.

c. Hubungan Antar Variabel

Hubungan antar variabel dinyatakan melalui garis, maka dari itu

bila tidak ada garis berarti tidak ada hubungan langsung yang

dihipotesakan.

Dalam permodelan manajemen, terdapat dua macam model yang

dapat digunakan, yaitu model deskriptif dan model prediktif. Beberapa

langkah yang perlu dilakukan untuk membuat permodelan SEM adalah

sebagai berikut (Ferdinand, 2002: 34 – 80):

a. Pengembangan Model Teroretis

Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah

pencarian atau pengembangan sebuah model yang mempunyai

justifikasi teoretis yang kuat. Apabila dasar teoretis tidak kuat, maka

SEM tidak dapat digunakan. Hal tersebut dikarenakan SEM tidak

digunakan untuk menghasilkan sebuah model, tetapi digunakan untuk

(59)

b. Pengembangan Diagram Alur (Path Diagram)

Pada langkah kedua, model teoritis yang telah dibangun

sebelumnya digambarkan pada sebuah path diagram untuk

mempermudah peneliti melihat hubungan-hubungan kausalitas yang

ingin diujinya. Konstruk yang dibangun dalam diagram alur dapat

dibedakan dalam dua konstruk yaitu konstruk eksogen dan konstruk

endogen.

1) Konstruk Eksogen (Exogenous Constructs) dikenal juga sebagai

source variables atau independent variables yang tidak diprediksi

oleh variabel yang lain dalam model.

2) Konstruk Endogen (Endogenous Constructs) adalah faktor-faktor

yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk. Konstruk

endogen dapat memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen

lainnya.

c. Konversi Diagram Alur ke dalam Persamaan

Langkah ketiga yaitu mengkonversi spesifikasi model tersebut ke

dalam rangkaian persamaan. Persamaan yang dibuat akan terdiri dari:

1) Persamaan-persamaan struktural (structural equations) untuk

menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai konstruk.

Variabel endogen = variabel eksogen + variabel endogen + error

2) Persamaan spesifikasi model pengukuran (measurement model).

Pada spesifikasi ini harus ditentukan variabel mana mengukur

(60)

menunjukkan korelasi yang dihipotesakan antar konstruk atau

variabel.

X1.1 = a X1 + e1

d. Pemilihan Matriks Input dan Teknik Estimasi atas Model yang

Dibangun

Input data yang digunakan dalam permodelan SEM dan

estimasinya adalah matriks varians/kovarians atau matriks korelasi.

Matriks kovarians digunakan karena memiliki keunggulan dalam

menyajikan perbandingan yang valid antara populasi atau sampel yang

berbeda, yang tidak dapat disajikan oleh korelasi. Ukuran sampel

memegang peranan penting dalam estimasi dan interpretasi hasil SEM.

Pedoman ukuran sampel menurut Ferdinand (2002:48) yaitu:

1) 100 – 200 sampel untuk teknik maximum likelihood estimation.

2) Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya

adalah 5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

3) Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh

variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5

sampai 10. Bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah

antara 100 – 200.

4) Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat memilih teknik

estimasi. Misalnya bila jumlah sampel di atas 2500, teknik estimasi

ADF (Asymptotically Distribution Free Estimation) dapat

(61)

Setelah model dikembangkan dan input data dipilih, maka

peneliti harus menentukan program komputer yang dapat digunakan

untuk mengestimasi modelnya. Terdapat banyak program yang dapat

digunakan antara lain LISREL, EQS, COSAM, PLS DAN AMOS.

AMOS merupakan salah satu program yang handal untuk analisis

model kausalitas. Program ini berada di bawah naungan SPSS.

Teknik estimasi yang tersedia dalam AMOS adalah sebagai berikut:

1) Maximum Likelihood Estimation (ML)

2) Generalized Least Square Estimation (GLS)

3) Unweighted Least Square Estimation (ULS)

4) Scale Free Least Square Estimation (SLS)

5) Asymptotically Distribution- Free Estimation (ADF)

Beberapa dasar yang dapat digunakan dalam menentukan teknik

estimasi yang akan digunakan yaitu:

Tabel II.2 tidak menghasilkan uji

2

, karena itu tidak menarik perhatian peneliti.

Bila asumsi normalitas dipenuhi dan ukuran sampel antara 200 – 500.

ML dan GLS Bila ukuran sampel kurang dari 500, hasil GLS cukup baik.

Bila asumsi normalitas kurang dipenuhi dan ukuran sampai lebih dari 2500.

(62)

e. Menilai Problem Identifikasi

Problem identifikasi adalah problem mengenai ketidakmampuan

dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan estimasi yang

unik. Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala – gejala berikut

ini:

1) Standard error untuk satu atau beberapa koefisien adalah sangat

besar.

2) Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang

seharusnya disajikan.

3) Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya varians error yang

negatif.

4) Munculnya korelasi yang sangat tinggi antar koefisien estimasi

yang didapat (misalnya lebih dari 0.9).

Cara untuk menguji ada atau tidaknya problem identifikasi

adalah sebagai berikut:

1) Model diestimasi berulang kali, dan setiap diestimasi dilakukan

dengan menggunakan starting value yang berbeda-beda. Bila

hasilnya tidak dapat konvergen pada satu titik yang sama, maka

identifikasi ini harus diamati lebih dalam.

2) Model yang ada diestimasi lalu angka koefisien dari salah satu

variabel dicatat untuk dijadikan sesuatu yang fix pada variabel

(63)

koefisien menunjukkan hasil yang berbeda maka diduga terdapat

problem identifikasi.

f. Evaluasi Model

Langkah selanjutnya yang harus dilakukan yaitu memastikan

data yang digunakan sudah memenuhi asumsi- asumsi SEM.

Asumsi-asumsi SEM tersebut, yaitu:

1) Ukuran Sampel

Ukuran sampel yang harus dipenuhi adalah sebanyak 5

sampai 10 kali jumlah parameter yang diestimasi dan minimum

berjumlah 100.

2) Normalitas dan Linearitas

Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi

normalitas dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk

permodelan SEM. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar

histogram data atau dapat diuji dengan metode statistik. Uji

normalitas dilakukan baik untuk normalitas data tunggal maupun

normalitas multivariat. Uji linearitas dapat dilakukan dengan

mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan

data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya

linearitas.

3) Outliers

Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai- nilai

(64)

muncul karena kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya dan

terlihat sangat jauh berbeda dari observasi lainnya. Outliers dapat

muncul dalam empat kategori, yaitu:

a) Outlier muncul karena kesalahan prosedur seperti kesalahan

dalam memasukkan data atau dalam mengkoding data.

b) Outlier muncul karena keadaan yang benar – benar khusus

yang memungkinkan profil datanya lain daripada yang lain,

tetapi peneliti punya penjelasan mengenai penyebab munculnya

nilai ekstrim tersebut.

c) Outlier dapat muncul karena adanya suatu alasan tetapi peneliti

tidak dapat mengetahui penyebab munculnya nilai ekstrim

tersebut.

d) Outlier muncul dalam range nilai yang ada, tetapi bila

dikombinasikan dengan variabel lain, kombinasinya menjadi

tidak lazim atau sangat ekstrim. Hal ini disebut multivariate

outliers.

4) Multicollinearity dan singularity

Multikolinearitas adalah Kondisi dimana terdapat hubungan

linier yang sempurna di antara beberapa atau semua variabel yang

menjelaskan dari model regresi. Multikolinearitas dapat dideteksi

dari determinan matriks kovarians. Nilai determinan matriks

kovarians yang sangat kecil menunjukkan adanya multikolinearitas

(65)

yang menyebabkan singularitas dan menciptakan composite

variables untuk analisis selanjutnya.

Setelah asumsi – asumsi SEM dipenuhi, maka langkah

selanjutnya adalah mengukur derajat kesesuaian antara model yang

dihipotesakan dengan data yang disajikan. Beberapa indeks

kesesuaian dan cut off value yang digunakan dalam menguji

sebuah model yaitu:

a) χ2 - Chi-Square Statistic

Menurut Ferdinand (2002:55) alat uji paling fundamental

untuk mengukur overall fit adalah likelihood ratio Chi-square

statistic. Model yang diuji akan dipandang baik atau

memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil

nilai χ2 semakin baik model itu dan diterima berdasarkan

probabilitas dengan cut-off value lebih dari 0.05.

b) RMSEA – The Root Mean Square Error of Approximation

Menurut Baumgartner & Homburg (dalam Ferdinand,

2002:56) RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan

untuk mengkompensasi chi-square statistic dalam sampel yang

besar. Nilai RMSEA yang kurang dari atau sama dengan 0.08

merupakan indeks yang dapat diterima untuk menunjukkan

Gambar

Tabel Judul
Gambar     Judul
Gambar II.1
Gambar II.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karena atribut kemasan berada pada kuadran III, sehingga atribut kemasan produk StarBandrek ini tidak terlalu menimbulkan masalah yang besar terhadap keputusan konsumen

[r]

Dan pada phase ini juga konsultan SAP akan melakukan konfigurasi berdasarkan blueprint yang sudah disahkan, Selain itu konsultan mempersiapkan template file excel sebagai

Setelah menjalankan rekomendasi UPR, Indonesia kemudian mendapat kritik dari banyak pihak seperti SuR anggota UPR, organisasi peduli HAM dan kritik dari media masa domestik

At household level, the said project has in- creased a better perception of the household with regards to understanding and positive attitude to- wards conservation of the

Badan usaha di Indonesia baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta akan melaksanakan pemantauan dan evaluasi kinerja dari setiap program kerja dalam periode

Tanda positif ini memiliki arti bahwa semakin tinggi penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (Pasir) yang masuk ke pemerintah Kabupaten Magelang maka akan semakin

It focused on two research problems: (1) What kinds of errors do the fourth semester students of ELESP make in forming indirect speech.. and (2) What are the possible causes of