• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pengobatan pasien stroke di unit stroke Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas periode Januari Juni 2009 : kajian obat sistem saraf pusat - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pengobatan pasien stroke di unit stroke Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas periode Januari Juni 2009 : kajian obat sistem saraf pusat - USD Repository"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

ii

DAERAH BANYUMAS PERIODE JANUARI JUNI 2009 (KAJIAN OBAT SISTEM SARAF PUSAT)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Nyoman Valida Lendra NIM : 068114086

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSiTAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

v

Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah

Tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik

Tuhan pasti ‘kan menunjukkan

Kebesaran dan kuasa-Nya

Bagi hamba-Nya yang sabar

dan tak pernah

putus asa

(

Jangan Menyerah bY D’Masiv

)

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Mama dan Papa…

Saudara-saudaraku…

Teman-temanku…

(5)
(6)
(7)

viii

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Drug Related Problems(DRPs) pada Pengobatan Pasien Stroke di Unit Stroke Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas Periode Januari Juni 2009 (Kajian Obat Sistem Saraf Pusat)”. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan dalam penyelesaian jenjang studi untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Keberhasilan penelitian ini tidak lepas atas bantuan dan dukungan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma dan juga sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan, saran dan kritik, dorongan serta motivasi selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. dan Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas bantuan, bimbingan, dan saran yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

3. Ibu C.M. Ratna Rini Nastiti, S.Si., Apt. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberi motivasi yang sangat berarti bagi penulis.

(8)

ix

yang telah membantu kelancaran pengambilan data penelitian ini.

6. Papa dan mama tercinta, terimakasih atas doa, kasih yang tanpa pamrih, dukungan, bantuan financial dan semangat yang diberikan hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Saudara-saudaraku tersayang mbak Ayu, mas Dody, dan dik Ryka terimakasih atas kebersamaan, doa dan semangat selama menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman kelas B angkatan 2006, kelompok praktikum C 2006 dan FKK A 2006 yang telah menemani penulis selama kuliah dan praktikum.

9. Lia, Sita, Manik, Melissa, Yuni, Frida, Dini, Ajunk, Ayu, Nana, Maya yang memberi semangat demi terselesainya skripsi ini.

10. Yemi dan Lita teman seperjuanganku skripsi, terimakasih atas kerjasamanya. 11. Keluarga Yemima yang telah membantu proses kelancaran pengambilan data

selama penulis berada di Purwokerto.

12. Teman-teman kost Eldiva yang telah memberi semangat kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, baik secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

(9)

x

Strokemerupakan penyebab kematian ketiga di USA dan penyebab cacat nomor satu di dunia. Dua pertiga stroke terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Stroke meninggalkan macam-macam akibat, tidak hanya kelumpuhan dan kelemahan bagian tubuh, tetapi juga rasa nyeri. Rasa nyeri timbul karena rusak atau terganggunya fungsi normal dari otak. Untuk itu, maka pasienstroke juga perlu untuk mendapat terapi obat Sistem Saraf Pusat.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Dari 25 pasien yang diteliti, 18 pasien perempuan (72 %) dan 7 pasien laki-laki (28 %). Umur berkisar antara 46-85. Perbandingan stroke hemoragi dan iskemik adalah 40% dan 60%. Rata-rata lama tinggal pasien stroke hemoragi selama 11 hari sedangkan pasien stroke iskemik 8 hari. Outcome pasien membaik sebanyak 21 orang sedangkan yang meninggal 4 orang.

Penggunaan obat SSP generik 49% dan obat non generik 51%. Cara pemberian obat pada pasien stroke secara oral sebanyak 80% (20 kasus) sedangkan secara injeksi sebesar 100% (25 kasus). Evaluasi DRPs pada kasus, terdapat 2 kasus obat yang dibutuhkan; tidak terdapat obat yang tidak dibutuhkan; tidak terdapat obat salah; tidak terdapak reaksi efek samping obat dan interaksi obat. Terjadi dosis kurang pada 12 kasus dan dosis berlebih pada 25 kasus.

(10)

xi

Stroke is the third leading cause of death in the USA and the number one cause of disability in the world. Two-thirds of strokes occur in countries that are developing. Stroke left the various effects, not only the paralysis and weakness of the body, but also pain. The pain caused by damage or disruption of normal functioning of the brain. For that, the stroke patients also need to get drug treatment Central Nervous System.

This research is a type of non experimental studies with descriptive evaluative design retrospective. Of the 25 patients studied, 18 female patients (72%) and 7 male patients (28%). Age ranged between 46-85. Comparison of hemorrhagic and ischemic stroke is 40% and 60%. The average length of stay of stroke patients during the 11 days hemorrhagic stroke patients while ischemic stroke 8 days. Outcome of patients improved while as many as 21 people who died 4 people.

Drug use of CNS in generic 49% and 51% non generic drugs. The way the administration of drugs in stroke patients orally as much as 80% (20 cases), while the injection of 100% (25 cases). Evaluation DRPs, there are 2 cases medication required; there are not unnecessary drug therapy; there are not wrong drug; there are not adverse drug reaction and drug interactions. Occurred at dosage too low of 12 cases and dosage too high of 25 cases.

(11)

xii

HALAMAN JUDUL ……….…….. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………..……… iii

HALAMAN PENGESAHAN ……….……… iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ………..…… v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ………..…… vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………..……… vii

PRAKATA ………..……. viii

INTISARI ..……….…...….. x

ABSTRACT………..……….…..…….. xi

DAFTAR ISI ………..……….. xii

DAFTAR TABEL ………..………….. xv

DAFTAR GAMBAR ………..…………. xvii

DAFTAR LAMPIRAN ………..………….. xviii

DAFTAR SINGKATAN ……….………..………….. xix

BAB I PENGANTAR ………..………… 1

A. Latar Belakang .……….…….…….... 1

1. Permasalahan ...………..……...….. 4

2. Keaslian penelitian .………..……... 5

3. Manfaat penelitian .………....…….. 5

B. Tujuan Penelitian ..……….……....… 6

1. Tujuan umum ….……….………….…...… 6

2. Tujuan khusus ………..………...……... 6

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ………...……….. 7

A. Stroke………..…...……… 7

1. Definisi ………...……..……… 7

2. Klasifikasi ……….……….……….. 7

3. Penyebab ……….………. 8

(12)

xiii

7. Diagnosastroke………..……….…….. 11

8. Penatalaksanaan …………..……….…….... 11

9. Pencegahan ……….. 14

B. Drug Related Problems(DRPs) ………...………….. 15

C. Sistem Saraf Pusat ..………...…..………… 18

1. Otak ………...………..…………. 19

2. Sumsum tulang belakang ….………...………... 22

D. Obat Sistem Saraf Pusat ………...……… 23

E. Keterangan Empiris ………... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………..……….. 28

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ….………...……….. 28

B. Definisi Operasional …….………...……… 29

C. Subjek Penelitian …….……..………...……… 30

D. Bahan Penelitian ………...……… 31

E. Lokasi Penelitian ………. 31

F. Jalannya Penelitian ……….. 32

G. Gambaran Hasil Penelitian .…………...……… 35

H. Kesulitan Penelitian ………...………... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………….………..………..……… 37

A. Karakteristik PasienStroke………...……….. 37

1. Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin ……….……….. 37

2. Karakteristik pasien berdasarkan umur ………...…………. 39

3. Karakteristik pasien berdasarkan diagnosestroke……….…... 40

4. Karakteristik pasien berdasarkan lama tinggal ……….……….…... 41

5. Karakteristik pasien berdasarkanoutcome………..……. 42

B. Distribusi penggunaan obat PasienStroke………...……….…….. 44

1. Antiinfeksi ………..……….………. 45

2. Hormon ………….……….………... 45

(13)

xiv

6. Sistem kardiovaskular dan hematopoietik ……….……….. 47

7. Sistem muskuloskeletal ..……….………... 49

8. Sistem pernapasan ………..……….………. 50

9. Sistem saraf pusat ……….……….……... 50

10. Vitamin dan mineral ……… 51

C. Distribusi Penggunaan Obat Sistem Saraf Pusat ………...…………... 52

1. Jenis obat SSP ……….………... 52

2. Rata-rata penggunaan obat SSP ……….……….………. 54

3. Penggunaan obat SSP padastrokehemoragi dan iskemik .……….... 54

D. Evaluasi KejadianDRPs…………..…...………... 57

E. Rangkuman Pembahasan ………...………... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………..……… 63

A. Kesimpulan ………...……..…………... 63

B. Saran ………...………... 63

DAFTAR PUSTAKA ………..…… 64

LAMPIRAN ………..………... 67

(14)

xv

Tabel I. Distribusi Kelas Terapi Obat pada Pengobatan Pasien Stroke periode Januari Juni 2009 ………... 44 Tabel II. Subkelas Terapi, Zat Aktif, Jenis Obat Antiinfeksi pada

Pengobatan PasienStrokeperiode Januari Juni 2009 ………...…. 45 Tabel III. Subkelas Terapi, Zat Aktif, Jenis Obat Hormon pada Pengobatan

PasienStrokeperiode Januari Juni 2009 ……….... 46 Tabel IV. Subkelas Terapi, Zat Aktif, Jenis Nutrisi pada Pengobatan Pasien

Strokeperiode Januari Juni 2009 ... 46 Tabel V. Subkelas Terapi, Zat Aktif, Jenis Obat Sistem Endokrin dan

Metabolik pada Pengobatan Pasien Stroke periode Januari Juni 2009 ... 47 Tabel VI. Subkelas Terapi, Zat Aktif, Jenis Obat Sistem Gastrointestinal

dan Hepatobilier pada Pengobatan Pasien Stroke periode Januari Juni 2009 ... 47 Tabel VII. Subkelas Terapi, Zat Aktif, Jenis Obat Kardiovaskular dan

Hematopoietik pada Pengobatan Pasien Stroke periode Januari Juni 2009 ………... 48 Tabel VIII. Subkelas Terapi, Zat Aktif, Jenis Obat Sistem Musculoskeletal

pada Pengobatan PasienStrokeperiode Januari Juni 2009 …..…. 49 Tabel IX. Subkelas Terapi, Zat Aktif, Jenis Obat Sistem pernapasan pada

Pengobatan PasienStrokeperiode Januari Juni 2009 ……...……. 50 Tabel X. Subkelas Terapi, Zat Aktif, Jenis Obat Sistem Saraf Pusat pada

Pengobatan PasienStrokeperiode Januari Juni 2009 ……...……. 50 Tabel XI. Subkelas Terapi, Zat Aktif, Jenis Vitamin dan Mineral pada

Pengobatan PasienStrokeperiode Januari Juni 2009 ………...…. 52 Tabel XII. Zat Aktif, Jenis Obat Sistem Saraf Pusat pada Pengobatan Pasien

Strokeperiode Januari Juni 2009 ……….……..…… 55 Tabel XIII. Penggunaan Obat pada Pasien Stroke Hemoragi dan Iskemik

(15)

xvi

Tabel XV. Tabel DRPs Obat yang dibutuhkan pada Pengobatan Pasien Strokedi UnitStrokeRSUD Banyumas periode Januari Juni 2009

………. 58

Tabel XVI. TabelDRPsDosis Kurang pada Pengobatan PasienStrokedi Unit StrokeRSUD Banyumas periode Januari Juni 2009 ………....….. 59 Tabel XVII. Tabel DRPs Dosis Berlebih pada Pengobatan Pasien Stroke di

(16)

xvii

Gambar 1. Skema Sistem Saraf Manusia ... 18

Gambar 2. Stuktural Otak... 19

Gambar 3. Cakupan Penelitian Evaluasi DRPs ... 28

Gambar 4. Penentuan Subjek Penelitian ... 31

Gambar 5. Alur Proses Penelitian ... 36

Gambar 6. Karakteristik PasienStrokeBerdasarkan Jenis Kelamin ... 38

Gambar 7. Karakteristik PasienStrokeBerdasarkan Umur ... 40

Gambar 8. Karakteristik PasienStrokeBerdasarkan DiagnosaStroke... 40

Gambar 9. Karakteristik PasienStrokeBerdasarkan Lama Tinggal ... 42

Gambar 10. Karakteristik PasienStrokeBerdasarkanOutcome.... 43

(17)

xviii

Lampiran 1. Karakteristik Pasien Stroke di Unit Stroke ……… 67 Lampiran 2. Mapping Ruang Unit Stroke ………..……... 69 Lampiran 3. Standar Pelayanan Medis Penyakit Stroke ……..…….. 70 Lampiran 4. Tabel Rekam Medik kasus ………..……….. 74 Lampiran 5. Indikasi obat SSP yang digunakan pada pengobatan

pasienstrokedi UnitStrokeRSUD Banyumas ……..… 102 Lampiran 6. Kajian DRPs“ada Obat yang dibutuhkan” pada Paisen

Strokedi UnitStrokeRSUD Banyumas periode Januari

Juni 2009 ……… 103

Lampiran 7. Kajian DRPs “Dosis Kurang” pada Paisen Stroke di Unit Stroke RSUD Banyumas periode Januari Juni

2009 ……… 104

Lampiran 8. Kajian DRPs “Dosis Kurang” pada Paisen Stroke di Unit Stroke RSUD Banyumas periode Januari Juni

2009 ……… 105

Lampiran 9. Kajian DRPs “Dosis Kurang” pada Paisen Stroke di Unit Stroke RSUD Banyumas periode Januari Juni

2009 ………..……….. 106

Lampiran 10. Kajian DRPs “Dosis Kurang” pada Paisen Stroke di Unit Stroke RSUD Banyumas periode Januari Juni

2009 ………..……….. 107

Lampiran 11. KajianDRPs“Dosis Lebih” pada PaisenStrokedi Unit StrokeRSUD Banyumas periode Januari Juni 2009 ….. 108 Lampiran 12. KajianDRPs“Dosis Lebih” pada PaisenStrokedi Unit

StrokeRSUD Banyumas periode Januari Juni 2009 ….. 109 Lampiran 13. KajianDRPs“Dosis Lebih” pada PaisenStrokedi Unit

StrokeRSUD Banyumas periode Januari Juni 2009 ….. 110 Lampiran 14. KajianDRPs“Dosis Lebih” pada PaisenStrokedi Unit

(18)

xix DRPs = Drug Related Problems

Hmt = Hematokrit

HSMRS = Hari Sebelum Masuk Rumah Sakit

Inj = Injeksi

JK = jenis kelamin k/p = kalau perlu

Ka = Kalium

Na = Natrium

OS = orang sakit

RM = rekam medik

RSUD = Rumah Sakit Umum Daerah SMRS = Sebelum Masuk Rumah Sakit

SOAP =Subjective, Objective, Assessment, Plan SSP = Sistem Saraf Pusat

(19)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Stroke adalah penyebab cacat nomor satu di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting, dua pertiga stroke terjadi di negara-negara yang sedang berkembang (Feigin, 2006). Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di USA, selain penyakit kardiovaskular dan kanker (Fagan dan Hess, 2005). Jumlah penderita stroke di Amerika Serikat adalah 4,8 juta. Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa ada > 700.000 kejadian stroke setiap tahunnya, dengan lebih dari 160.000 kematian (Anonim, 2004).

Strokemerupakan penyakit yang memerlukan perawatan jangka panjang sehingga untuk mendapatkan therapeutic outcome yang baik perlu kerjasama antara dokter, perawat, apoteker, pasien dan keluarga pasien. Kejadian Drug Related Problems (DRPs) sangat umum terjadi pada pasien rawat inap yang berisiko meningkatkan kesakitan, kematian dan biaya (Rahajeng, 2007). Stroke menjadi suatu masalah yang serius di seluruh dunia. Serangan akut stroke dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Akibat lain yang timbul adalah kecacatan fisik dan mental pada penderita baik di usia produktif maupun usia lanjut (Ritarwan, 2003).

(20)

2

jawab atas fungsi mental dan intelektual sesorang. Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut denganneuron(Feigin, 2006).Strokeberhubungan erat dengan saraf atauneuron, dimana kita ketahui bahwa gejala klinikstrokebervariasi dari ringan hingga berat. Keluhan pasien stroke adalah bicara pelo, lemah atau lumpuh sebelah anggota gerak, dan berbagai kelainan sistem saraf pusat lainnya. Gejala yang sering muncul pada pasien stroke adalah merasa lemah di salah satu sisi tubuh, kesulitan berbicara, gangguan penglihatan, vertigo, atau terjatuh. Penderita stroke biasanya memiliki banyak tanda tidak berfungsinya sistem saraf (Triplitt, Reasner, dan Isley, 2005). Pasien pasca serangan stroke dapat kehilangan produktifitas hidup. Pengobatan dan rehabilitasi perlu kesabaran dalam waktu yang cukup lama. Cacat badan dapat disertai perubahan psikologi penderitanya (Garnadi, 2008). Stroke meninggalkan macam-macam akibat, tidak hanya kelumpuhan dan kelemahan bagian tubuh tetapi juga rasa nyeri. Rasa nyeri timbul karena tidak lepas dari sebab-sebab utama stroke itu sendiri, yakni rusak atau terganggunya fungsi normal dari otak (Sutrisno, 2007). Oleh sebab itu, pentingnya pasienstroke mendapatkan terapi obat sistem saraf pusat.

(21)

3

periode Januari Juni 2009 (kajian obat Sistem Saraf Pusat)”. Penelitian dilakukan terhadap pasien rawat inap di Unit Strokekarena data rekam medik pasien rawat inap diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih mempresentasikan kualitas terapi yang sebenarnya.

RSUD Banyumas dijadikan tempat penelitian karena RSUD Banyumas merupakan salah satu rumah sakit terbaik di Indonesia yang terletak di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Rumah Sakit Umum milik Pemda ini memiliki kualitas layanan prima yang dikontrol melalui standard mutu ISO 9001:2000. Memiliki ruang perawatan dari kelas super ekonomi hingga kelas VVIP dengan mengedepankan penyembuhan dan kenyamanan para pasien (Anonim, 2009a). Selain itu, RSUD Banyumas memiliki fasilitas Unit Stroke. Unit Stroke adalah bagian dari rumah sakit yang menangani stroke secara komprehensif dengan pendekatan terapi dan perawatan multidisipliner. Penanganan di unit ini dapat menurunkan angka kematian maupun angka kecacatan bila dibandingkan dengan pasien yang dirawat di luar unitstroke(Retnaningsih, 2008).

(22)

4

berkelompok. Pada penelitian ini lebih difokuskan pada kajian obat Sistem Saraf Pusat (SSP).

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

a. seperti apa karakteristik pasien stroke di UnitStroke RSUD Banyumas pada periode Januari Juni 2009 meliputi jenis kelamin, umur, diagnosa, lama tinggal, danoutcomepasien?

b. seperti apa distribusi penggunaan obat pada pengobatan pasienstrokemeliputi kelas terapi, sub kelas terapi obat, zat aktif, dan jenis obat?

c. seperti apa distribusi penggunaan obat SSP pada pengobatan pasien stroke meliputi zat aktif obat, jenis obat, dan cara pemberian obat?

d. seperti apa Drug Related Problems (DRPs) yang terjadi khusus pada penggunaan obat Sistem Saraf Pusat (SSP) yang meliputi:

1) ada obat yang dibutuhkan (need for additional drug therapy)? 2) ada obat yang tidak dibutuhkan (unnecessary drug therapy)? 3) obat salah (wrong drug)?

4) dosis kurang (dosage too low)? 5) dosis berlebih (dosage too high)?

(23)

5 2. Keaslian penelitian

Penelitian mengenai Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pengobatan Pasien Stroke di Unit Stroke Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas periode Januari Juni 2009 belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini merupakan penelitian yang pertama pada tempat tersebut. Penelitian terkait pernah dilakukan oleh Krismayanti (2007) dengan judul “Evaluasi Drug Related Problems pada Pengobatan Pasien Stroke di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005”. Penelitian ini berbeda dalam hal kondisi subyek penelitian, tempat penelitian, dan waktu penelitian yakni dilakukan di RSUD Banyumas dengan kondisi pasien yang berbeda.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Dapat digunakan untuk meningkatkan konsep pelayanan kefarmasian klinik serta menjadi salah satu sumber informasi mengenai Drug Related Problems(DRPs) pada pengobatanstroke.

b. Manfaat praktis.

1) Dapat dijadikan dasar untuk meningkatkan mutu pengobatan penyakit stroke bagi para dokter.

2) Meningkatkan peran aktif farmasis dalam menunjang pengobatan yang rasional sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan pada umumnya.

(24)

6

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umun

Tujuan umun dari penelitian ini adalah mengetahui pemilihan dan penggunaan terapi yang diberikan pada pasien stroke dan hasil terapi terhadap pasien strokedi UnitStrokeRSUD Banyumas.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

a. mengetahui karakteristik pasienstroke di Unit StrokeRSUD Banyumas pada periode Januari Juni 2009 meliputi jenis kelamin, umur, diagnosa, lama tinggal, danoutcomepasien.

b. mengetahui distribusi penggunaan obat pada pengobatan pasien stroke meliputi kelas terapi, sub kelas terapi obat, zat aktif, dan jenis obat.

c. mengetahui distribusi penggunaan obat SSP pada pengobatan pasien stroke meliputi zat aktif obat, jenis obat, dan cara pemberian obat.

(25)

7

PENELAAHAN PUSTAKA A.Stroke

1. Definisi

Stroke adalah suatu cedera mendadak dan berat pada pembuluh darah otak. Cedera dapat disebabkan oleh sumbatan bekuan darah, penyempitan pembuluh darah, sumbatan dan penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah. Semua ini menyebabkan kurangnya pasokan darah yang memadai. Pada stroke, terjadi hipoksia serebrum yang menyebabkan cedera dan kematian sel-sel neuron (Corwin, 2000). Kerusakan otak karena stroke terjadi sebagai akibat pembengkakan dan edema yang timbul dalan 24 sampai dengan 72 jam pertama setelah kematian sel neuron (Feigin, 2006).

Menurut Iskar (2008),strokeadalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler.

2. Klasifikasistroke

Secara garis besarstroke diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu iskemik dan hemoragi (Fagan dan Hess, 2005). Berdasarkan perjalanan klinisnya, stroke iskemik dikelompokkan menjadi 4 macam.

(26)

b. Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND), yaitu gejala neurologis yang akan menghilang antara lebih dari 24 jam sampai dengan 21 hari.

c. Progessing Stroke atau stroke in evaluation, yaitu kelumpuhan atau defisit neurologik yang berlangsung secara bertahap dari yang ringan sampai yang berat.

d. Completed Stroke, yaitu kelainan neurologis yang sudah menetap dan tidak berkembang lagi (Junaidi, 2004).

Stroke hemoragi sering disebut juga stroke perdarahan, dibedakan menjadi 2 yaitu perdarahan intraserebral dan perdarahan sub arakhnoid. Disebut perdarahan intraserebral apabila perdarahan terjadi pada pembuluh darah dan masuk ke dalam jaringan otak sehingga terjadi hematom. Jika darah arteri dari sistem pembuluh darah masuk ke dalam rongga sub arakhnoid maka disebut perdarahan sub arakhnoid (Fagan dan Hess, 2005). Perdarahan intraserebral sekitar 10-15% dari stroke total sedangkan perdarahan sub arakhnoid hanya 5% (Feigin, 2006).

3. Penyebabstroke

(27)

sedangkan perdarahan sub arakhnoid dapat terjadi karena pecahnya aneurisma (Corwin, 2000).

4. Patofisiologistroke

Gangguan aliran darah ke otak dapat terjadi oleh beberapa sebab. Pada caroted atherosclerosis terjadi akumulasi lemak dan sel-sel mengalami inflamasi yang berefek pada arteri. Bila diikuti dengan hipertropi sel otot polos arterial menghasilkan pembentukan plak. Pada keadaan stres, plak akan pecah sehingga terjadi pemejanan kolagen, agregrasi platelet, dan pembentukan klot. Klot ini akan masuk dalam pembuluh darah sehingga menyebabkan penyumbatan dan gangguan aliran darah. Pada kasus cardiogenic embolism, pembentukan trombus dan emboli menyebabkan penurunan cerebral blood flow dan akhirnya iskemik. Aliran darah menuju otak mempunyai nilai normal 50ml/100g per menit dan keadaan ini dipelihara oleh rata-rata tekanan arteri 50-150mmHg melalui proses cerebral autoregulation. Jika aliran darah otak menurun di bawah 20ml/100mg per menit maka terjadi iskemik, dan jika penurunan terus terjadi sampai di bawah 12ml/100g per menit maka terjadi kerusakan otak yang irreversible yang disebut infarction(Asanti, Harsono, Sugianto, Widyo, 2003).

(28)

penyempitan arteri yang menuju otak atau arteri otak. Klot merupakan 2/3 penyebab stroke (Kasper, Braundwald, Fauci, Hauser, Longo, Jameson, 2005).

Stroke hemoragi adalah perdarahan otak atau ruang sekitar otak yang disebabkan beberapa penyakit yang berefek pada pembuluh darah. Ada 2 tipe: a. sub arachnoid disebabkan kerusakan pembuluh darah pada permukaan otak

sehingga darah mengisi ruang antara otak dan tengkorak.

b. perdarahan intraserebral disebabkan kerusakan pembuluh darah otak (Fagan dan Hess, 2005).

5. Gejalastroke

Gejala yang sering muncul pada pasien stroke adalah merasa lemah di salah satu sisi tubuh, kesulitan berbicara, gangguan penglihatan, vertigo, atau terjatuh. Penderita stroke biasanya memiliki banyak tanda tidak berfungsinya sistem saraf (Triplitt, Reasner, dan Isley, 2005).

6. Faktor risikostroke

Faktor risiko stroke ada dua, yaitu faktor risiko yang tidak dapat dikontrol dan faktor risiko yang dapat dikontrol.

a. Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol

Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol meliputi umur, ras/bangsa, jenis kelamin, dan riwayat keluarga (Iskandar, 2004).

b. Faktor risiko yang dapat dikontrol

(29)

merokok, obesitas dan kurang aktivitas, penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang (Feigin, 2006).

7. Diagnosastroke

Pemeriksaan paling penting untuk mendiagnosa sub tipe stroke adalah denganComputerized Tomography(CT) danMagnetic Resonance Imaging (MRI) pada kepala. MRI lebih sensitif dalam mendeteksi stroke iskemik ringan (bahkan pada stadium dini) bila dibandingkan dengan CT tetapi kurang peka dalam mendeteksi perdarahan intrakranium ringan. CT sangat handal dalam mendeteksi perdarahan intrakranium (Feigin, 2006).

Dokter dapat memerintahkan mengikuti satu atau lebihtestseperti:

a. imaging tests, melihat gambar otak. Meliputi CT scanning (atau disebut juga MRI (Magnetic Resonance Imaging)). CT scans berguna untuk menemukan jikastrokedisebabkan oleh perdarahan di otak.

b. electrical tests, seperti EEG (electroencephalogram) dan menyebabkan timbulnya respon untuk merekam impuls listrik dan proses sensorik otak. c. blood flow tests, seperti test Doppler ultrasound untuk menunjukkan

perubahan aliran darah ke otak. 8. Penatalaksanaanstroke a. Outcometerapi

(30)

b. Tujuan terapi

Tujuan terapi stroke akut adalah untuk mengurangi kerusakan neurologis secara terus-menerus, mengurangi mortalitas dan kecacatan dalam waktu yang lama; mencegah komplikasi sekunder pada imobilitas dan disfungsi neurologis; mencegah kekambuhanstroke ataustrokeulang (Fagan dan Hess, 2005).

c. Sasaran terapi

Sasaran terapi stroke akut difokuskan pada fungsi jantung dan pernapasan serta secara cepat mengetahui kerusakan akibat iskemik maupun hemoragi berdasarkan CT scan kepala (Wibowo dan Gofir, 2001). Gangguan sel otak dibatasi oleh periode waktu yang disebut golden period atau golden hours yang berkisar 3 sampai dengan 6 jam. Periode waktu ini bervariasi tergantung dari usia, kondisi, gizi, dan beratnya penyakit. Outcome yang lebih menguntungkan akan diterima pasien apabila pengobatan tidak melewati golden period(Junaidi, 2004).

d. Strategi terapi

Strategi terapi dibedakan menjadi dua, yaitu terapi non farmakologi dan terapi farmakologi.

1) Terapi non farmakologi

(31)

terapi non farmakologi dilakukan dengan cara pembedahan. Pada stroke hemoragi terapi farmakologi dilakukan dengan pembedahan. Pembedahan rutin tidak dianjurkan untuk pasien dengan hematoma supratentorial namun mungkin dipertimbangkan dalam keadaan tertentu seperti pembedahan stereotactic untuk pasien dengan ICH; craniotomy untuk pasien dengan hematoma dangkal (kurang dari 1cm dari permukaan). Bedah evakuasi dapat dilakukan untuk hematoma dengan diameter kurang dari 3cm pada beberapa pasien. Pada pasien ICH yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darah arteri harus dipelihara di bawah 130mmHg (Chair, Chris, L, Chris, dan Erin, 2007).

2) Terapi farmakologi

(32)

dengan 110mmHg. Pasien yang tekanan darahnya meningkat secara terus-menerus, TD sistolik lebih besar dari 220mmHg atau TD diastolik lebih besar dari 120mmHg akan diberikan terapi antihipertensi. Hiperglikemia padarange 140–185mg/dL pada pasienstrokediberikan terapi insulin.Hyperbaric oxygen tidak digunakan pada pasien strokeakut kecuali pada kasus air embolus. rtPA merupakan pilihan pengobatan untuk trombolisis pada stroke akut. Intraarterial trombolisis mungkin digunakan pada pasien dengan penyumbatan pada arteri serebral yang ditemukan dalam 6 jam setelah terjadinya gejala (Jeffrey, 2007).

Tak satu pun percobaan tentang obat yang bertujuan untuk menyelamatkan otak dari sumbatan seperti neuroprotektor dan obat untuk mengurangi oedemaserebral. Obat penekan fungsi sistem saraf pusat (seperti ansiolitik dan tranquilliser) dan sedatif sebaiknya dihindari. Untuk pengobatan nyeri bahu dimulai dengan perlakuan yang sederhana seperti obat anti inflamasi non steroid. Apabila hal ini tidak bekerja dengan baik, pengobatan dapat dilakukan dengan perangsang saraf elektrik transkutan (Philp, 2004). 9. Pencegahanstroke

Pedoman pencegahanstroke(Anonim, 2009b):

(33)

b. atrial fibrillation (AF), apabila memiliki AF, periksalah ke dokter untuk mengurusnya. AF dapat menyebabkan darah terkumpul di bilik hati. Darah yang membeku dapat menyebabkan stroke. AF dapat dideteksi dengan mengecek denyut nadi.

c. berhenti merokok, karena merokok berisiko ganda menyebabkanstroke. d. kurangi minum alkohol, mengonsumsi alkohol dalam jumlah sedikit pun dapat

meningkatkan tekanan darah sehingga meningkatkan risikostroke.

e. ketahui nilai kolesterol, penurunan nilai kolesterol dapat mengurangi risiko stroke. Kolesterol yang tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit hati, dimana hal ini merupakan faktor risikostroke.

f. kontrol diabetes, diabetes dapat meningkatkan risiko stroke. Dokter akan menganjurkan program nutrisi, perubahan gaya hidup, dan meresepkan obat yang dapat membantu mengontrol diabetes.

g. aktivitas fisik, berjalan, berenang atau aktivitas fisik lainnya minimal 30menit/hari dapat meningkatkan kesehatan dan menurunkan risikostroke. h. rendah sodium dan rendah lemak, dengan menghindari sodium dan lemak

dapat menurunkan tekanan darah dan mengurangi risiko terhadapstroke. i. gejala stroke, apabila memiliki gejala stroke, lakukan pengobatan dengan

segera.

B.Drug Related Problems(DRPs)

(34)

pasien. Drug Related Problem (DRPs) sering juga disebut Drug Therapy Problems atau masalah-masalah yang berhubungan dengan obat. Drug Related Problem (DRPs) terdiri dari aktual DRPs, yaitu masalah yang sedang terjadi berkaitan dengan terapi yang sedang diberikan pada penderita dan potensial DRPs, yaitu masalah yang diperkirakan akan terjadi berkaitan dengan terapi yang sedang diberikan pada penderita (Cipolle, Strand, dan Morley, 1998).

Masalah-masalah dalam kajian DRPs dapat ditunjukkan oleh kemungkinan penyebabDRPsdi bawah ini.

1. Butuh obat (need for additional drug)

Jika pasien dengan kondisi yang membutuhkan kombinasi obat, kondisi kronis membutuhkan kelanjutan terapi obat, kondisi baru yang membutuhkan obat, dan kondisi yang berisiko sehingga membutuhkan obat untuk mencegahnya. Pasien akan mendapat risiko tinggi bila tidak mendapatkan terapi tambahan (Cipolle, Strand, dan Morley, 1998).

2. Tidak perlu obat (unnecessary drug)

Jika tidak ada indikasi pada saat itu, pemakaianmultiple drugyang seharusnya cukup dengansingle drugterapi, dan pasien minum obat untuk mencegah efek samping obat lain yang seharusnya dapat dihindarkan. Pasien akan mengalami komplikasi akibat mendapatkan obat yang tidak dibutuhkan (Cipolle, Strand, dan Morley, 1998).

3. Obat tidak tepat (wrong drug)

(35)

diberikan memiliki faktor risiko kontraindikasi dengan obat lain yang juga dibutuhkan, efektif namun tidak ekonomis, penggunaan antibiotika yang sudah resisten terhadap infeksi pasien, dan adanya kombinasi obat yang tidak perlu (Cipolle, Strand, dan Morley, 1998).

4. Dosis kurang (dosage too low)

Jika dosis yang diberikan terlalu rendah untuk memberikan efek dan konsentrasi obat di bawah jendela terapi (Cipolle, Strand, dan Morley, 1998). 5. Dosis berlebih (dosage too high)

Jika dosis yang diberikan terlalu tinggi untuk memberikan efek dan konsentrasi obat di atas jendela terapi (Cipolle, Strand, dan Morley, 1998). 6. Interaksi obat (adverse drug reaction)

Jika ada reaksi alergi terhadap obat, ada faktor risiko yang membahayakan bagi pasien, dan ada interaksi dengan obat lain, dan hasil laboratorium berubah akibat penggunaan obat (Cipolle, Strand, dan Morley, 1998).

7. Ketidaktaatan pasien (uncomplience)

(36)

C. Sistem Saraf Pusat (SSP)

Sistem saraf merupakan salah satu sistem dalam tubuh yang dapat berfungsi sebagai media untuk berkomunikasi antar sel maupun organ dan juga berfungsi sebagai pengendali berbagai sistem organ lain serta dapat pula memproduksi hormon. Berdasarkan struktur dan fungsinya, sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi (Anonim, 2009b).

(Anonim, 2009b). Gambar 1. Skema Sistem Saraf Manusia

(37)

yang mempunyai beragam pusat dengan fungsi yang berbeda-beda (Anonim, 2009b).

1. Otak

Otak (brain) terletak di dalam rongga kepala yang terlindung oleh tulang tengkorak (cranium), selaput otak (meninges) dan cairan serebrospinal. Otak dilindungi 3 lapisan selaput otak. Ketiga lapisan tersebut dari luar ke dalam adalah durameter, arakhnoid dan piameter. Otak dibagi menjadi enam bagian utama.

Gambar 2. Stuktural Otak a. Otak besar (serebrum)

Otak besar berfungsi dalam pengaturan semua aktifitas mental yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran dan pertimbangan. Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak (Anonim, 2009b).

Serebrum terdiri atas dua belahan (hemisfer). Setiap hemisferterdiri atas empat lobus, yaitu lobus frontalis, oksipitalis, temporalis, parietalis. 1) Lobus frontalis

(38)

frontalis bertanggung jawab atas perilaku, penentuan keputusan moral, dan pemikiran yang kompleks.

2) Lobus oksipitalis

Lobus oksipitalis adalah lobus posterior korteks serebrum. Lobus ini terletak di sebelah posterior dari lobus parietalis dan di atas fisura parieto-oksipitalis, yang memisahkannya dari serebelum. Lobus ini berfungsi sebagai pusat asosiasi visual utama (pusat penglihatan). Lobus ini menerima informasi yang berasal dari retina mata.

3) Lobus temporalis

Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan ke bawah dari fisura lateralis dan ke sebelah posterior dari fisura parieto-oksipitalis. Lobus temporalis adalah daerah asosiasi primer untuk informasi auditorik dan juga terlibat dalam interpretasi bau serta penyimpanan ingatan.

4) Lobus parietalis

Lobus parietalis adalah daerah korteks yang terletak di belakang sulkus sentralis, di atas fisura lateralis, dan meluas ke belakang ke fisura parieto-oksipitalis. Lobus ini merupakan daerah sensorik primer otak untuk rasa raba (pusat sentuhan) dan pendengaran (Corwin, 2000).

b. Otak kecil (serebelum)

(39)

seperti aktivitas mengetik, bermain piano, dan mengendarai sepeda (Corwin, 2000).

c. Otak depan (diensefalon)

Otak depan terdiri atas talamus dan hipotalamus. Talamus menerima semua informasi sensorik yanng datang (kecuali bau) lalu memancarkannya ke korteks serebrum. Talamus juga merupakan bagian dari RAS (Reticular Activating System atau sistem pengaktivan retikular) yaitu suatu kelompok neuron yang luas yang penting dalam membuat seseorang terjaga (Corwin, 2000).

Hipotalamus membentuk dasar diensefalon. Hipotalamus bertanggung jawab untuk mempertahankan homeostasis. Hipotalamus berintegrasi dan mengarahkan informasi mengenai suhu, rasa lapar, aktivitas susunan saraf otonom, dan status emosi (Corwin, 2000).

d. Otak tengah (mesensefalon)

Bagian terbesar otak tengah adalah lobus optikus yang berhubungan dengan gerak refleks mata. Selain itu otak tengah juga berfungsi mengontrol gerakan, kedudukan tubuh dan kesadaran (Anonim, 2009b).

e. Jembatan Varol (Pons Varolii)

(40)

f. Medulla oblongata

Medulla oblongata merupakan lanjutan otak yang menghubungkan otak dengan sumsum tulang belakang. Medulla oblongata berfungsi mengatur denyut jantung, pelebaran dan penyempitan pembuluh darah, gerak menelan, bersin, bersendawa, batuk, muntah dan pusat pernapasan (Anonim, 2009b). 2. Sumsum Tulang Belakang

Sumsum tulang belakang (medula spinalis) terdapat di dalam tulang belakang yang menonjol membentuk sayap punggung (tanduk dorsal) dan sayap perut (tanduk ventral). Materi sumsum tulang belakang mirip dengan otak, tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi yang berwarna kelabu terdapat pada bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di dalamnya. Sedangkan pada sumsum tulang belakang pada bagian dalam terdapat materi kelabu berbentuk seperti sayap kupu-kupu dan bagian luarnya berupa materi berwarna putih (Anonim, 2009b).

(41)

D. Obat Sistem Saraf Pusat (SSP)

Obat-obatan stimulan sistem saraf pusat adalah obat-obatan yang dapat bereaksi secara langsung ataupun secara tidak langsung pada SSP (Sunardi, 2008). Obat SSP yang digunakan pada pengobatan pasien stroke antara lain pirasetam, Neurotam®, alprazolam, penitoin, paracetamol, Analsik®, Noocephal®, Encebion®, Neurocet®, Alganak®, Pamol®, Kalmeco®, Meticobal®, meloksikam, Aspilet®, dan Merflam®.

Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat merangsang atau menghambat aktivitas susunan saraf pusat secara umum atau spesifik, tetapi ada sebagian obat yang merangsang satu bagian dan merangsang bagian lain, seperti psikotropika. Obat yang termasuk golongan psikotropika yang digunakan oleh pasien adalah ansiolitik.

1. Sub kelas terapi obat SSP

Menurut MIMS edisi 8 tahun 2008/2009, kelas terapi obat Sistem Saraf Pusat (Central Neuron System) dibagi menjadi 15 sub kelas terapi yaitu Ansiolitik; Hipnotik dan Sedativa; Antidepresan; Antipsikosis; Antikonvulsan; Obat SSP Golonan Lain dan Obat ADHD; Obat Penyakit Neurogeneratif; Obat Anti Parkinson; Obat Antivertigo; Analgesik (Opiat); Analgesik (non Opiat) dan Antipiretik; Obat Anti Inflamasi non steroid (OAINS); Obat untuk Nyeri Neuropatik; Praparat Antimigren; dan Nootropik dan Neurotonik.

(42)

Soekardjo, 1995). Obat golongan ansiolitik diberikan pada pasien untuk menghilangkan rasa cemas dan pasien menjadi tenang. Pasien butuh istirahat, seringkali pasien mengalami sulit tidur karena rasa cemas dan rasa sakit yang menyerang.

Analgesik non opioid seperti misalnya parasetamol dan asetosal (dan AINS lainnya) cocok untuk nyeri muskuloskeletal. Asetosal diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri muskuloskeletal sementara, dismenore, dan demam. Asetosal makin banyak dipakai karena sifat antiplatelet. Tingkat kemanjuran parasetamol mirip asetosal tetapi tidak memiliki anti inflamasi yang berarti. Parasetamol kurang mengiritasi lambung, oleh sebab itu parasetamol lebih disukai daripada asetosal (khususnya pada kelompok lanjut usia) (Anonim, 2000).

Perlindungan pada otak di sekitar daerah yang mengalami iskemik masih dalam penelitian. Beberapa obat telah digunakan untuk keperluan ini tetapi belum jelas benar efek perlindungan fungsi neurologinya, karena penyebab kematian neuronal sangat banyak. Untuk itu sering digunakan kombinasi beberapa neuroprotektan, seperti: pirasetam, sitikolin, kortikosteroid, Calcium Chanel Blocker(Orgogozo, 1999).

2. Perlindungan fungsi SSP a. Pirasetam.

(43)

adhesi eritrosit pada endotelium vaskuler, menghalangi vasospasme, dan memfasilitasi mikrosirkilasi.

Percobaan menggunakan pirasetam pada 927 pasien diberikan 12 jam setelah serangan menunjukkan manfaat yang ditunjukkan melalui CT scan. Pirasetam tidak boleh diberikan pada pasien disfungsi hepatik atau kerusakan ginjal parah (Orgogozo, 1999).

b. Antiepilepsi.

Antiepilepsi digunakan untuk mencegah kejang sehingga melindungi fungsi neuronal pada stroke akut. Obat-obat yang biasa digunakan adalah fenitoin, lamotrigine, topiramate. Lamotrigine dan topiramate menghambat eksitatori aktivitas neurotransmitter (Adams, Zoppo, Goldstein, 2005).

Profilaksi antiepilepsi misalnya fenitoin dengan dosis titrasi 14-23mg/dl dapat diberikan selama satu bulan pada pasien stroke perdarahan intraserebral. Jika tidak ada kejang, dosis diturunkan kemudian dihentikan (Setyopranoto, 2008).

3. Beberapa contoh obat SSP

(44)

Contoh obat beserta indikasinya berdasarkan MIMS edisi 8 tahun 2008/2009. Nama obat Zat aktif Sub kelas

terapi

Indikasi

Aspilet® asam asetil salisilat

Pengobatan dan pencegahan angina pektoris dan infark miokardium

Pamol® Analgesik dan antipiretik

paracetamol paracetamol

Analgesik (Non opioid) dan

Antipiretik, Meringankan rasa sakit pada sakit kepala serta menurunkan demam

Alganak® Ansietas, ansietas-depresi,

gangguan panik alprazolam

alprazolam Ansiolitik Kecemasan yang berhubungan dengan depresi dan gangguan panik

phenytoin phenytoin Antikonvulsan Terapi semua jenis epilepsi Analsik®

metampiron dan

diazepam

Sakit kepala psikis, nyeri saraf

meloksikam meloksikam Osteo Artritis, AR Merflam® kalium

diklofenak

Nonsteroidal

Anti-inflammatory

Drug(NSAID) Nyeri inflamasi dan pembengkakan pasca trauma dan pasca bedah

Kalmeco® Terapi neuropati perifer

Meticobal® mecobalamin Neuropati perifer

Neurocet® Inj: terapi infark serebral

Encebion® disfungsi serebral sehubungan

dengan akibat pasca trauma Neurotam®

Kemunduran daya pikir, gangguan reaksi psikomotor, disfungsi serebral sehubungan dengan akibat pasca trauma. Noocephal®

Penyakit serebrovaskuler dan insufisiensi sirkulasi serebral. Sindrom pasca trauma.

piracetam

piracetam

Nootropik dan Neurotonik

Oral: gejala involusional yang berhubungan dengan usia lanjut, gejala pasca trauma. Inj: terapi infark serebral

(45)

cedera fisik, keracunan atau malnutrisi. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi baik saraf-saraf afferent atau efferent. Tergantung dari penyebab kerusakannya, axon sel saraf, selubung myelin atau keduanya dapat rusak atau hancur sama sekali.

E. Keterangan Empiris

(46)

28

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai “Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pengobatan Pasien Stroke di Unit Stroke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banyumas periode Januari Juni 2009 (Kajian Sistem Saraf Pusat)” merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental karena penelitian tidak memberikan perlakuan pada subjek penelitian. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang hasilnya berupa deskripsi keadaan obyek penelitian tanpa memberikan kesimpulan yang berlaku umum (Arief, 2008). Data diperoleh dari rekam medik (medical record) pasien stroke yang dirawat inap di Unit Stroke RSUD Banyumas periode Januari Juni 2009. Data yang diperoleh kemudian dievaluasi dan dideskriptifkan fenomena kesehatan yang ada.

Penelitian ini dilakukan oleh tiga orang, dengan pembagian cakupan penelitian seperti Gambar 3.

(47)

B. Definisi Operasional

1. Stroke dalam penelitian ini adalah penyakit stroke berupa hasil diagnosa dokter yang tertulis pada rekam medik pasien dengan atau tanpa melakukan CT scan.

2. Pasien dalam penelitian ini adalah pasien stroke awal yang menjalani perawatan inap di Unit Stroke RSUD Banyumas periode Januari Juni 2009 yang mendapat obat kardiovaskuler, antibiotik dan obat sistem saraf pusat. 3. Karakteristik pasien yang dibahas dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin,

umur, diagnosa, lama tinggal, danoutcomepasien.

4. Pola penggunaan obat adalah tata cara pelayanan kesehatan dalam wujud pemberian obat kepada pasien stroke meliputi kelas terapi, sub kelas terapi, zat aktif, jenis obat, dan cara pemberian obat yang digunakan.

5. Subkelas terapi adalah kelompok obat berdasarkan MIMS edisi 8 tahun 2008/2009.

6. Jenis obat adalah obat paten dan obat generik yang digunakan pada pengobatan pasienstrokeselama di rawat di UnitStrokeRSUD Banyumas. 7. Cara pemberian obat adalah cara obat diberikan/digunakan pada pasien,

seperti oral atau injeksi (khusus pada obat SSP).

8. Lama tinggal adalah jumlah hari selama pasien dirawat di Unit Stroke RSUD Banyumas.

(48)

10.Drug Related Problems (DRPs) adalah suatu peristiwa yang tidak diinginkan yang melibatkan atau dicurigai melibatkan terapi obat yang benar-benar atau berpotensi bertentangan dengan hasil yang diharapkan oleh pasien.

11. Kasus adalah subjek penelitian yang berjumlah 25 pasien.

12. Obat Sistem Saraf Pusat (SSP) adalah obat yang digunakan pada terapi penyakitstroke yang masuk dalam kelas terapi sistem saraf pusat berdasarkan MIMS edisi 8 tahun 2008/2009.

13. Pemakaian obat adalah jumlah pemakaian/penggunaan obat generik/non generik pada semua kasus pasienstroke.

14. Rekam medik merupakan lembar catatan medik dari pasien di Unit Stroke RSUD Banyumas yang berisi nomor rekam medik, jenis kelamin, umur, pemeriksaan fisik, tanggal masuk dan tanggal keluar, riwayat penyakit, riwayat alergi, riwayat obat, riwayat penyakit keluarga, keluhan masuk, hasil laboratorium yang berkaitan, lama rawat inap, catatan perkembangan pasien, terapi/obat yang diberikan, dosis dan frekuensi pemberian obat sertaoutcome pasien saat keluar dari rumah sakit.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 25 kasus yang merupakan pasien stroke di Unit Stroke periode Januari Juni 2009 yang memenuhi kiteria inklusi dan eksklusi.

(49)

2. Kriteria eksklusi: pasien yang tidak mendapatkan antibiotik dan obat sistem saraf pusat selama dirawat di Unit Stroke RSUD Banyumas, pasien yang dirawat inap kurang dari 4 hari.

Gambar 4. Penentuan Subjek Penelitian Keterangan:

= rekam medik yang digunakan sebagai subjek penelitian.

Selama periode Januari Juni 2009 terdapat 88 kasus (tetapi pihak rumah sakit hanya memberikan 44 rekam medik). Kemudian dilakukan seleksi pada rekam medik yang ada sehingga yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak25 kasus.

D. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar rekam medik (medical rcord) atau catatan medik pasien stroke di Unit Stroke RSUD Banyumas periode Januari Juni 2009 yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

E. Lokasi Penelitian

(50)

F. Jalannya Penelitian

Dalam menyelesaikan penelitian ini, dilakukan 3 tahapan yaitu penelusuran situasi, pengumpulan data, dan analisa data.

1. Penelusuran situasi

Dilakukan dengan mencari informasi mengenai penyakit yang masuk kriteria 10 besar penyakit tertinggi pada instalasi rawat inap di RSUD Banyumas tahun 2008. Kasus stroke di RSUD Banyumas pada tahun 2008 berada pada peringkat ke-6 dalam “Sepuluh Besar Penyakit Rawat Inap di Tahun 2008” dengan jumlah kasus 690. Kemudian dilakukan pengurusan perijinan di fakultas Farmasi USD dan RSUD Banyumas untuk melakukan penelitian di rumah sakit tersebut.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di Unit Stroke RSUD Banyumas. Saat melakukan penelitian, pihak Rumah Sakit memberikan rekam medik tahun 2009. Penelitian dilakukan pada awal bulan Juli, sehingga data yang diamati adalah rekam medik periode Januari Juni tahun 2009. Jumlah pasien seluruhnya sebanyak sebanyak 88 pasien, tetapi pihak rumah sakit hanya memberikan 44 rekam medik. Dari jumlah yang ada, diambil data rekam medik pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yaitu pasien strokeawal yang mendapat obat kardiovaskular, antibiotik dan obat sistem saraf pusat. Data yang diperoleh merupakan data yang digunakan dalam penelitian yaitu 25 kasus.

(51)

riwayat penyakit, gejala-gejala waktu serangan, pemeriksaan neurologis, pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologis, diagnosis, faktor resiko, pelaksanaan pemberian obat di ruumah sakit yang meliputi nama obat, cara pemberian, dosis, dan frekuensi pemberian obat serta outcomepasien saat keluar dari rumah sakit.

3. Analisa Data

a. Karakteristik pasien.

1) Persentase jenis kelamin pasien, didapat dengan membagi kelompok laki-laki dan perempuan pada masing-masing jenis stroke dengan jumlah pasien pada jenisstroketersebut dikali 100 %.

2) Rata-rata umur pasien, didapat dengan membagi jumlah umur pada masing-masing jenisstrokedengan jumlah pasien pada kelompokstroketersebut. 3) Persentase diagnosa, didapat dengan membagi jumlah pasien pada kelompok

stroke(iskemik/hemoragi) dengan jumlah sampel dikali 100%.

4) Rata-rata lama tinggal pasien, didapat dengan membagi jumlah hari lama tinggal pasien pada masing-masing jenis stroke dengan jumlah pasien pada kelompokstroketersebut.

5) Persentase outcome pasien, didapat dengan membagi jumlah pasien dalam kelompok berdasarkan keadaan pasien setelah keluar dari rumah sakit dengan jumlah sampel dikali 100%.

b. Distribusi Penggunaan Obat pada Pengobatan PasienStroke

(52)

2) Masing-masing kelas terapi dibuat tabel yang berisi subkelas terapi, nama zat aktif, jenis obat, dan jumlah kasus. Pembagian kelas terapi berdasarkan panduan MIMS edisi 8 tahun 2008/2009.

3) Rata-rata penggunaan obat SSP pada tiap kasus, didapat dengan membagi jumlah total penggunaan obat SSP dengan jumlah kasus.

4) Persentase jenis obat (generik vsnon generik) SSP, didapat dengan membagi jumlah obat pada masing-masing kelompok dengan jumlah obat SSP dikali 100%.

c. Evaluasi KejadianDRPs

Dari sampel yang diperoleh, obat Sistem Saraf Pusat (SSP) yang diresepkan kepada pasien stroke dievaluasi DRPs menggunakan metode SOAP (Subjective, Objective, Assessment, Plan) pada masing-masing kasus. Untuk kasus dengan jenis obat yang sama, tabel SOAPhanya dibuat satu kasus sebagai contoh kemudian dibuat rangkuman pembahasan DRPs yang terjadi dalam bentuk tabel yang berisi nomor kasus, jenis obat, penilaian, dan rekomendasi.

(53)

2) Digunakan acuan Drug Information Handbook 14th edition, MIMS edisi 8 tahun 2008/2009, dan IONI 2000 untuk kesesuaian dosis dan frekuensi pemberian obat.

3) Tiap kelompok DPRs yang ada dibagi dengan jumlah seluruh kejadian DPRs dari semua kelompok kemudian dikali 100%.

G. Gambaran Hasil Penelitian

Hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel dan gambar. Data pada karakteristik pasien akan disajikan berupa gambar sedangkan data pada distribusi penggunaan obat dan evaluasiDRPsakan disajikan dalam bentuk tabel.

H. Kesulitan Penelitian

(54)

Proses penelitian digambarkan seperti skema berikut :

Gambar 5. Alur Proses Penelitian Perijinan

Perijinan dari Fak. Farmasi USD Yogyakarta

Perijinan dari RSUD Banyumas Pelaksanan Penelittian

Penentuan Sampel Pengumpulan Data

Analisis Data

Pembahasan

Kesimpulan Persiapan Studi Pustaka Penyusunan Proposal

(55)

37

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan suatu penelitian retrospektif yang berjudul “EvaluasiDrug Related Problems(DRPs) pada Pengobatan PasienStrokedi Unit Stroke RSUD Banyumas Periode Januari Juni 2009 (Kajian Obat Sistem Saraf Pusat)”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui karakteristik pasien stroke, melihat distribusi penggunaan obat pada pengobatan pasien stroke, distribusi penggunaan obat sistem saraf pusat, dan juga untuk mengevaluasi kejadianDRPsyang terjadi pada penggunaan obat sistem saraf pusat.

Hasil penelitian akan disajikan dalam 4 bagian yaitu karakteristik pasien stroke, distribusi penggunaan obat pada pasien stroke, distribusi penggunaan obat sistem saraf pusat pada pengobatan pasienstroke, dan evaluasi kejadianDRPs.

A. Karakteristik PasienStroke

Pasienstrokedi UnitStrokeRSUD Banyumas Periode Januari Juni 2009 yang digunakan sebagai subjek penelitian ini sebanyak 25 kasus. Dari jumlah tersebut akan dilihat karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin, umur, diagnosa, lama tinggal, dan outcome pasien. Masing-masing karakteristik akan dijelaskan dan disajikan dalam bentuk gambar.

1. Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin

(56)

Apabila dilihat dari masing-masing jenis stroke, baik pada stroke hemoragi maupun stroke iskemik pasien dengan jenis kelamin perempuan selalu lebih banyak. Tingginya prevalensi perempuan terkena stroke dibandingkan laki-laki mungkin disebabkan oleh pola hidup yang kurang sehat, seperti banyak mengkonsumsi makanan berlemak, jarang berolahraga, stress dan depresi.

Gambar 6. Karakteristik PasienStrokedi UnitStrokeRSUD Banyumas Periode Januari Juni 2009 Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari data jumlah pasien keseluruhan yang di rawat di UnitStrokeRSUD Banyumas selama bulan Januari sampai Juni 2009, jumlah pasien perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Pada kasus, pasien perempuan lebih banyak karena kebetulan pasien perempuan yang lebih banyak menerima obat kardiovaskuler, antibiotik, dan otat sistem saraf pusat (sesuai dengan kriteria inklusi).

(57)

menyebabkan peningkatan kematian akibat penyakit kardiovaskular pada laki-laki. Oleh karena itu faktor ini sebenarnya masih diperdebatkan (Japardi, 2002).

Menopouse biasanya terjadi pada perempuan berusia antara 40 dan 50 tahun, berlangsung selama 8 sampai dengan10 tahun (Corwin, 2000). Sehingga dapat dikatakan pasien dalam kasus sudah mengalami tahap menopouse. Jumlah perempuan yang menderita stroke pada usia menopouse lebih banyak dibandingkan perempuan sebelum mengalami menopouse karena pada masa menopouse produksi hormon estrogen akan berkurang. Estrogen memperlebar arteri jantung sehingga aliran darah lebih deras dan resiko terjadinya infark lebih kecil. Estrogen juga meningkatkan kadar HDL dan sedikit menurunkan kadar LDL (Tjay dan Rahardja, 2002).

2. Karakteristik pasien berdasarkan umur

Pembagian pasien strokeberdasarkan umur dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok umur 46-55 tahun, 56-65 tahun, 66-75 tahun, dan 76-85 tahun. Dari hasil penelitian, jumlah terbanyak terdapat pada kelompok umur 46-55 tahun. Umur merupakan faktor risiko yang penting bagi terjadinya serangan stroke. Semakin tua seseorang, fungsi organ tubuhnya akan mengalami kemunduran sehingga kemungkinan untuk terkena serangan stroke lebih besar (Harsono, 1994).

(58)

sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Fagan dan Hess dalam Dipiro, et al (2005) bahwa prevalensistrokeakan meningkat setelah umur 55 tahun.

Gambar 7. Karakteristik PasienStrokedi UnitStrokeRSUD Banyumas Periode Januari Juni 2009 Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan Umur

Pasien stroke hemoragi rata-rata berumur 63,3 tahun sedangkan pasien stroke iskemik rata-rata berumur 60,7 tahun. Semakin meningkatnya usia seseorang, kemungkinannya mengalami stroke akan meningkat juga pada mereka yang tanpa faktor risiko. Makin banyak faktor risiko yang dimiliki, makin besar pula kemungkinannya terserangstroke.

3. Karakteristik pasien berdasarkan diagnosastroke

Gambar 8. Karakteristik PasienStrokedi UnitStrokeRSUD Banyumas Periode Januari Juni 2009 Berdasarkan DiagnosaStroke

(59)

Perbandingan stroke iskemik dan hemoragi adalah 40% (10 kasus) dan 60% (15 kasus). Junaidi (2004) menyebutkan bahwa di negara-negara berkembang atau Asia prevalensistroke hemoragi sekitar 30% dan iskemik 70%. Pernyataan ini tidak sesuai dengan kasus karenastrokehemoragi lebih besar. 4. Karakteristik pasien berdasarkan lama tinggal

Lama waktu yang dihabiskan di rumah sakit tergantung pada tingkat keparahan stroke dan juga tergantung dari jumlah pemeriksaan yang perlu dilakukan. Lama tinggal pasien di rumah sakit yang sebentar bukan berarti penyakit pasien tidak begitu parah tetapi bisa disebabkan karena pasien telah meninggal. Pasien yang mengalami stroke biasanya di rawat inap selama dua sampai empat minggu (Feigin, 2006).

Manurut Handayani, dkk (2003), faktor penyebab pengobatan rawat inap karena banyak keluhan kesehatan yang dianggap serius atau tidak adanya anggota keluarga yang mampu merawat penderita sehingga membutuhkan rawat inap. Pasienstrokememerlukan penanganan khusus. Untuk itulah maka seseorang yang terkena stroke harus segera dilarikan ke rumah sakit agar diberikan penanganan yang tepat.

Dari penelitian yang dilakukan, pasien stroke hemoragi dirawat selama satu sampai dengan tiga minggu dengan rata-rata lama tinggal selama sebelas hari sedangkan pasien stroke iskemik dirawat selama satu sampai dengan dua minggu dengan rata-rata lama tinggal delapan hari.

(60)

hilangnya kesadaran. Pasien yang menjalani operasi intrakranial lebih memerlukan waktu untuk pemulihan pascaoperasi dan beberapa pasien akan mengalamineurologic sympton(kelemahan, kelumpuhan, kehilangan sensasi pada salah satu sisi tubuh,aphasia) pascaoperasi.

Gambar 9. Karakteristik PasienStrokedi UnitStrokeRSUD Banyumas Periode Januari Juni 2009 Berdasarkan Lama Tinggal

5. Karakteristik pasien berdasarkanoutcome

Outcome pada penelitian ini dibedakan menjadi 2 yaitu membaik dan meninggal. Pasien dikatakan membaik apabila pasien sudah tidak di rawat di Unit Strokelagi (pulang atas permintaan sendiri atau dokter sudah mengijinkan pulang maupun pindah rawat ke bangsal). Membaik disini tidak berarti sembuh total, karena pasien stroke tidak bisa sembuh 100% tetapi kondisi pasien mengalami perbaikan dari saat pertama masuk rumah sakit.

(61)

Gambar 10. Karakteristik PasienStrokedi UnitStrokeRSUD Banyumas Periode Januari Juni 2009 BerdasarkanOutcome

(62)

B. Distribusi Penggunaan Obat PasienStroke

Obat-obat yang digunakan dalam pengobatan pasien stroke di Unit Stroke RSUD Banyumas periode Januari Juni 2009 sangat bervariasi. Obat-obat tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan kelas terapi. Pada penelitian ini, didapat 10 kelas terapi. Pengelompokan kelas terapi tersebut sesuai dengan panduan MIMS edisi 8 tahun 2008/2009 yaitu meliputi antiinfeksi, hormon, nutrisi, sistem endokrin dan metabolik, sistem gastrointestinal dan hepatobilier, sistem kardiovaskular dan hematopoietik, sistem muskuloskeletal, sistem pernapasan, sistem saraf pusat, dan vitamin dan mineral. Dari masing-masing kelas terapi akan dikelompokkan berdasarkan subkelas terapi, nama zat aktif, dan jenis obat (generik dan non generik).

Tabel I. Distribusi Kelas Terapi Obat pada Pengobatan PasienStrokedi Unit StrokeRSUD Banyumas Periode Januari Juni 2009

Berdasarkan tabel I, terlihat bahwa tiga kelas terapi mencapai 100% yaitu antiinfeksi, sistem kardiovaskular, dan sistem saraf pusat. Ketiga obat ini memiliki total 100% karena kriteria inklusi dari penelitian ini adalah pasien

No. Kelas Terapi Jumlah Kasus

(n=25)

Total (%)

1 Antiinfeksi 25 100

2 Hormon 3 12

3 Nutrisi 4 16

4 Sistem endokrin dan metabolik 1 4

5 Sistem gastrointestinal dan hepatobilier 23 92

6 Sistem kardiovaskular dan hematopoietik 25 100

7 Sistem muskuloskeletal 2 8

8 Sistem pernapasan 8 32

9 Sistem saraf pusat 25 100

(63)

memperoleh obat kardiovaskular, antibiotik, dan obat sistem saraf pusat selama pasien menjalani perawatan di UnitStroke.

1. Antiinfeksi

Pada hasil penelitian, diketahui bahwa pemakaian antibiotik terbanyak adalah ceftriakson sebanyak 21 kasus. Kemudian diikuti oleh cefadroksil sebanyak 3 kasus. ceftriakson dan cefadroksil merupakan antibiotik golongan sefalosporin. Sefalosporin merupakan antibiotika betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel mikroba sehingga dinding sel bakteri menjadi tidak sempurna. Jika sel bakteri tumbuh dan plasma sel bakteri menyerap air dengan jalan osmosis maka dinding sel bakteri yang tidak sempurna akan pecah (autolisis).

Tabel II. Sub kelas Terapi, Zat Aktif, Jenis Obat Antiinfeksi pada Pengobatan PasienStrokedi UnitStrokeRSUD Banyumas

Periode Januari Juni 2009

2. Hormon

Jenis obat yang masuk dalam kelas terapi hormon adalah deksametason, Medikson®, dan metilprednisolon. Ketiga obat ini masuk dalam sub kelas terapi

Sub kelas terapi Zat Aktif Jenis Obat Jumlah kasus (n=25)

Total (%)

Aminoglikosida gentamicin gentamicin 1 4

ciprofloksasin ciprofloksasin 2 8

Kuinolon levofloksacin

hemihidrat Prolecin ® 1 4

Makrolida azithromicin Zistic® 1 4

cefadroksil cefadroksil 3 12

cefiksim cefiksim 2 8

cefotaksim 1 4

cefotaksim Na

Taksegram® 1 4

cefotiam Ceradolan® 2 8

Sefalosporin

(64)

hormon kortikosteroid. Kortikosteroid adalah kelompok obat yang memiliki aktivitas glukokortikoid dan mineralokortikoid sehingga memperlihatkan efek yang beragam meliputi efek terhadap metabolisme karbohidrat, protein, lipid, efek terhadap keseimbangan air dan elektrolit.

Tabel III. Subkelas Terapi, Zat Aktif, Jenis Obat Hormon pada Pengobatan PasienStrokedi UnitStrokeRSUD Banyumas Periode Januari Juni 2009 Subkelas terapi Zat Aktif Jenis Obat Jumlah kasus

(n=25)

Total (%)

deksametason 1 4

Medixon® 1 4

Hormon Kortikosteroid

metilprednisolon

metilprednisolon 1 4

3. Nutrisi

Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Nutrisi didapatkan dari makanan dan cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh. Pada panelitian hanya 4 kasus yang menggunakan jenis obat dalam kelas terapi nutrisi, yaitu KSR® yang termasuk subkelas terapi elektrolit.

Tabel IV. Subkelas Terapi, Zat Aktif, Jenis Nutrisi pada Pengobatan Pasien Strokedi UnitStrokeRSUD Banyumas Periode Januari Juni 2009

4. Sistem endokrin dan metabolik

Actrapid® dan Mixtard® sama-sama insulin sebagai zat aktifnya. Kedua jenis obat ini termasuk dalam subterapi preparat insulin. Diabetes mellitus sebagai salah satu faktor risiko stroke memerlukan insulin untuk mengendalikan kadar gula darah sehingga tidak memperburuk kondisistroke.

Subkelas terapi Zat Aktif Jenis Obat Jumlah kasus (n=25)

Total (%)

(65)

Tabel V. Subkelas Terapi, Zat Aktif, Jenis Obat Sistem Endokrin dan Metabolik pada Pengobatan PasienStrokedi UnitStrokeRSUD

Banyumas Periode Januari Juni 2009

5. Sistem gastrointestinal dan hepatobilier

Obat yang paling banyak digunakan adalah Radin® sebanyak 19 kasus dan ranitidin 4 kasus. Radin® dan ranitidin termasuk antagonis reseptor H2 yang

menyembuhkan tukak lambung dan duodenum dangan cara mengurangi sekresi asam lambung sebagai akibat hambatan reseptor H2.

Tabel VI. Subkelas Terapi, Zat Aktif, Jenis Obat Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier pada Pengobatan PasienStrokedi UnitStrokeRSUD

Banyumas Periode Januari Juni 2009

6. Sistem kardiovaskular dan hematopoietik

Pemakaian obat terbanyak adalah Brainact® sebanyak 16 kasus dan Takelin® 10 kasus. Kedua obat ini memiliki komposisi citicolin.

Subkelas terapi Zat Aktif Jenis Obat Jumlah kasus (n=25)

Total (%) insulin

Actrapid® 1 4

Preparat Insulin

insulin campuran Mixtard® 1 4

Subkelas terapi Zat Aktif Jenis Obat Jumlah kasus (n=25)

Total (%)

antasid antasid 2 8

sukralfat Inpepsa® 1 4

misoprostol misoprostol 1 4

omeprazol OMZ® 1 4

lansoprazol Prosogan® 1 4

Radin® 19 76

Antasida, Obat Antirefluk dan Antiulserasi

ranitidin HCl

ranitidin 4 16

Regulator GIT, Antiflatulen dan Antiinflamasi

domperidon Tilidon® 1 4

bisacodil Dulcolax® 1 4

Laksatif,

(66)

Tabel VII. Subkelas Terapi, Zat Aktif, Jenis Obat Kardiovaskular dan Hematopoietik pada pada Pengobatan PasienStrokedi UnitStrokeRSUD

Banyumas Periode Januari Juni 2009

Subkelas terapi Zat aktif Jenis Obat Jumlah kasus (n=25)

Total (%)

captopril 3 12

captopril

Deksacap® 1 4

ACE Inhibitor

lisinopril Noperten® 3 12

Biscor® 1 4

bisoprolol 1 4

Beta-Blocker bisoprolol fumarat

Concor® 1 4

spironolakton Carpiaton® 1 4

Farsix® 2 8

furosemid

furosemid 1 4

HCT HCT 7 28

Diuretik

manitol manitol 9 36

diltiazem 1 4

diltiazem

Herbesser® 3 12

nifedipin nifedipin 1 4

Antagonis Kalsium

amlodipin besilat Norvask® 2 8

digoksin digoksin 5 20

Obat Jantung

amiodaron HCl Tiaryt® 4 16

ISDN ISDN 7 28

Obat Antiangina

trimetazidin diHCl Trizedon® 2 8

Hemostatik asam traneksamik Kalnex® 1 4

Simbado® 1 4

simvastatin

simvastatin 3 12

Obat

Dislipidemia fenofibrat Evotil® 1 4

asam asetil salisilat Aspilet® 6 24

clopidogrel Plavix® 1 4

Antikoagulan, Antiplatelet dan Fibrinolitik

cilostazol Pletaal® 1 4

Takelin® 10 40

Brainact® 16 24

Vasodilator Perifer dan Activator Serebral

citicolin

Gambar

Gambar 1. Skema Sistem Saraf Manusia
Gambar 2. Stuktural Otak
Gambar 3. Cakupan Penelitian Evaluasi DRPs pada Pengobatan PasienStroke di Unit Stroke RSUD Banyumas Periode Januari Juni 2009
Gambar 4. Penentuan Subjek Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini juga diterapkan oleh Kepala Desa Long Lunuk dalam proses mediasinya agar kedua belah pihak yang bersengketa merasa lebih nyaman dan tidak timbul

Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan pendidikan kepada saya selama proses perkuliahan dan staf non

Form keranjang belanja digunakan untuk menampilkan daftar pesanan yang dipesan oleh pelanggan saat itu juga, yang artinya bahwa data pesanan yang berada di dalam

Philips, TBK Surabaya Berdasarkan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya dengan Analisis Profil Multivariate , sedangkan pada penelitian ini membahas tentang kepuasan kerja

Hal ini dapat dimengerti karena semakin besar tegangan pemicu thyristor, maka akan semakin banyak pulsa atau tegangan rata-rata yang disuplai ke beban, dengan

Pada Frame 139 buat animasi kaki karakter Neo yang sedang menendang, kini gerakan kaki tersebut tepat mengenai kepala karak- ter Smith. Animasi Tween pada

Ruang lingkup pekerjaan bagi lulusan Program Keahlian Teknik Pengecoran adalah jenis pekerjaan dan atau profesi yang relevan dengan kompetensi yang tertuang di dalam tabel

ADALAH RINGKASAN RAMALAN KERJA YANG AKAN DILAKUKAN MANAKALA PROYEK SELESAI, BIASANYA RAMALAN KERJA DIPERSIAPKAN SECARA LENGKAP DAN TERPERINCI OLEH PIHAK YANG AHLI DAN