• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN TEORI

2.1. Pengukuran Kinerja Keuangan

Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dipakai oleh manajemen perusahaan dan para stakeholder perusahaan untuk menilai keberhasilan yang telah dicapai oleh perusahaan. Ada beberapa teknik atau beberapa parameter kinerja keuangan yang dipakai oleh manajemen atau para stakeholder tersebut. Secara umum, kinerja keuangan adalah perhitungan yang melibatkan nilai investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan dan laba (profit) atau aliran arus kas masuk yang dihasilkan perusahaan setelah adanya investasi tersebut (investasi berupa aktiva operasional).

2.1.1. Return on Investment (ROI)

Bila suatu perusahaan sangat terdesentralisasi, manajemen pada setiap segmen perusahaan diberikan otonomi yang besar. Sedemikian besarnya otonomi ini sehingga berbagai pusat laba dan investasi seringkali dipandang sebagai suatu usaha yang independen, dengan manajer memiliki kendali atas keputusan yang hampir sama dengan jika para manajer tersebut menjalankan perusahaan sendiri. Dengan otonomi ini, persaingan sengit seringkali berkembang antar manajer, dengan masing-masing manajer berjuang untuk membuat segmennya sebagai yang terbaik di dalam perusahaan.

(2)

Persaingan antara pusat investasi pada khususnya terlihat dengan jelas untuk dana investasi. Bagaimana para manajer puncak di kantor pusat korporasi bertindak dalam memutuskan siapa yang mendapatkan dana investasi baru saat tersedia, dan bagaimana manajer ini memutuskan pusat investasi mana yang paling menguntungkan dalam menggunakan dana yang telah dipercaya kepada mereka. Salah satu cara yang paling populer dalam membuat penilaian ini adalah mengukur tingkat pengembalian yang mampu dihasilkan oleh manajer pusat investasi pada aktiva mereka. Tingkat pengembalian ini dikenal sebagai Return on Investment (ROI).

Return on Investment didefinisikan sebagai laba operasional dibagi dengan rata-rata aktiva operasional :

Laba netto operasional

ROI =

Rata-rata aktiva operasional ……(rumus 2.1.) (Garrison and Noreen , 2000 : p 520)

Terdapat beberapa bahasan tentang bagaimana mengukur laba operasional dan data rata-rata aktiva operasional. Semakin tinggi tingkat pengembalian pada investasi (ROI) suatu segmen usaha, maka semakin besar pula laba yang ditimbulkan per rupiah yang diinvestasikan dalam aktiva operasional segmen tersebut.

Laba operasional adalah laba yang digunakan dalam perhitungan ROI sehingga laba netto setelah pajak tidak digunakan dalam menghitung ROI. Laba operasional adalah pendapatan sebelum pengeluaran bunga dan pajak dan laba operasional kadang-kadang disebut dengan EBIT (earning before

(3)

interest and taxes). Alasan untuk menggunakan laba operasional dalam rumus penghitungan ROI tersebut adalah karena angka laba yang digunakan harus konsisten dengan dasar penerapannya. Harga dasar atau penyebut terdiri dari aktiva operasional, jadi untuk tetap konsisten, laba yang digunakan adalah laba operasional sebagai pembilangnya.

Aktiva operasional disini mencakup kas, piutang, inventaris, pabrik, dan peralatan, dan aktiva-aktiva lainnya yang dipertahankan untuk penggunaan produktifitas di dalam sebuah perusahaan. Contoh aktiva yang tidak tetap akan tercakup di dalam kategori aktiva tetap operasional yang mencakup antara lain contohnya lahan yang dipertahankan atau disimpan untuk penggunaan di masa yang akan datang, investasi perusahaan di dalam perusahaan lainnya, atau suatu bangunan pabrik yang disewakan kepada perusahaan lain. Dasar aktiva operasional yang digunakan dalam rumus pada umumnya diperhitungkan sebagai rata-rata aktiva operasional antara awal tahun dengan akhir tahun.

Masalah utama dalam perhitungan ROI adalah berapakah nilai pabrik dan peralatan yang seharusnya tercakup dalam dasar aktiva operasional. Pendekatan yang secara luas dilakukan adalah dengan memasukkan nilai buku netto pabrik dan peralatan saja, artinya biaya sesungguhnya pabrik dikurangi akumulasi penyusutan. Pendekatan kedua adalah mengabaikan penyusutan dan memasukkan nilai bruto seluruh pabrik dan peralatan dalam dasar aktiva operasional. Kedua pendekatan ini digunakan di dalam praktek, walaupun

(4)

secara jelas akan menghasilkan angka aktiva operasional dan ROI yang berbeda.

Ada beberapa pendapat yang mendukung penggunaan nilai buku netto untuk mengukur aktiva operasional dan penggunaan nilai buku bruto untuk mengukur aktiva operasional dalam perhitungan ROI :

Argumen penggunaan nilai buku netto dalam mengukur aktiva operasional dalam perhitungan ROI adalah :

− Metode nilai buku netto konsisten dengan bagaimana pabrik dan peralatan dilaporkan pada neraca (nilai aktiva dikurangi akumulasi penyusutan sampai saat ini).

− Metode nilai buku netto konsisten dengan perhitungan pendapatan operasional yang mencakup penyusutan sebagai biaya operasional.

(Garrison and Noreen , 2000 : p 521)

Argumen penggunaan nilai bruto dalam mengukur aktiva operasional dalam perhitungan ROI adalah :

− Metode nilai bruto menghilangkan usia peralatan maupun metode penyusutan sebagai faktor-faktor dalam perhitungan ROI (dengan metode nilai buku netto, ROI akan cenderung meningkat sejalan dengan waktu bersamaan dengan menurunnya nilai buku netto karena penyusutan).

− Metode nilai bruto tidak menghalangi penggantian peralatan lama dan usang (dengan metode nilai buku netto, menggantikan peralatan yang sepenuhnya disusut dengan peralatan baru memiliki dampak yang dramatis pada ROI).

(5)

(Garrison and Noreen , 2000 : p 521)

Manajer secara umum memandang konsistensi sebagai hal yang paling penting dari pertimbangan diatas. Hasilnya mayoritas perusahaan menggunakan pendekatan nilai buku netto dalam perhitungan ROI.

Rumus ROI dapat dituliskan dalam bentuk lain sebagai berikut : Laba operasional Penjualan

ROI = x

Penjualan Rata-rata aktiva operasional

ROI = Margin x Turn Over ……(rumus 2.2.)

(Garrison and Noreen , 2000 : p 522)

Rumus mana yang seharusnya digunakan yang dinyatakan dengan laba operasional dan rata-rata aktiva operasional atau yang dinyatakan dengan margin dan turn over?. Keduanya dapat digunakan dan akan selalu memberikan hasil yang sama. Walaupun begitu, perumusan margin dan turn over memberikan beberapa wawasan tambahan.

Beberapa manajer cenderung memfokuskan kepada margin dan mengabaikan turn over. Sampai pada suatu derajat tertentu paling tidak, margin dapat merupakan suatu indikator yang berharga dari prestasi seorang manajer. Margin sendiri mencakup satu bidang tanggungjawab manajer yang sangat pokok, investasi dalam aktiva operasional. Dana berlebihan yang ditanamkan dalam aktiva operasional, yang menekan turnover, dapat menyebabkan biaya operasional yang berlebihan dan mengakibatkan turunnya profitabilitas dan menekan margin. Salah satu dari keunggulan ROI sebagai suatu ukuran prestasi adalah bahwa ROI mendorong manajer untuk

(6)

mengendalikan investasi aktiva operasional seperti halnya mengendalikan biaya dan margin. Seorang manajer pusat investasi dapat meningkatkan ROI pada dasarnya dalam tiga cara :

− Meningkatkan penjualan

− Mengurangi biaya

− Mengurangi aktiva

Walaupun ROI digunakan secara luas untuk mengevaluasi prestasi, tetapi bukan merupakan alat yang paling disukai. Metode ini dihadapkan pada kritik-kritik sebagai berikut :

− Hanya memberitahu manajer untuk meningkatkan ROI mungkin tidak cukup. Manajer mungkin tidak tahu bagaimana cara meningkatkan ROI; mereka mungkin meningkatkan ROI dengan cara yang konsisten dengan strategi perusahaan; atau mereka mungkin juga mengambil tindakan-tindakan yang meningkatkan ROI dalam jangka pendek tetapi mengancam perusahaan dalam jangka panjang (seperti memotong biaya penelitian dan pengembangan / biaya R&D).

− Seorang manajer yang mengambil alih suatu segmen usaha, biasanya mewarisi banyak committed cost yang tidak terkendali oleh manajer. Committed cost ini mungkin relevan dalam menilai prestasi segmen usaha sebagai suatu investasi tetapi menyulitkan untuk menilai secara adil prestasi manajer secara relatif dengan manajer lain.

(7)

− Seorang manajer yang dievaluasi berdasarkan ROI mungkin menolak atau tidak memanfaatkan kesempatan investasi yang menguntungkan.

(Garrison and Noreen , 2000 : p 527)

2.1.2.

Return on Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara laba bersih (net income) perusahaan dengan nilai total ekuitas (equity) perusahaan.

Secara matematis, Retun on Equity (ROE) didefinisikan sebagai berikut : Laba Bersih

ROE =

Total Equity ……(rumus 2.3.) (Scott, Martin, Petty, Keown ; 1999 : p 108)

Return on Equity (ROE) adalah salah satu dari dua faktor dasar dalam menentukan pertumbuhan keuntungan dari suatu perusahaan. Kadangkala beralasan untuk mengasumsikan bahwa ROE dimasa yang akan datang akan mendekati nilai ROE yang terdahulu, tetapi tingginya nilai ROE dimasa lalu bukanlah berarti bahwa ROE dimasa yang akan datang akan menjadi tinggi pula.

Peningkatan dalam ROE menjadi suatu indikasi bahwa investasi terbaru dari perusahaan telah memberikan harapan nilai perbandingan laba bersih dengan modal perusahaan yang lebih tinggi. Demikian pula sebaliknya, penurunan ROE menjadi indikasi bahwa investasi terbaru dari suatu perusahaan telah memberikan harapan perbandingan nilai laba bersih dengan

(8)

nilai modal perusahaan yang lebih rendah dari perbandingan (ROE) yang terdahulu. Faktor utama dalam analisa ROE bukanlah menerima data historis (historical value) sebagai indikasi untuk menentukan nilai yang akan datang (future value). Data yang bersifat lampau bisa saja menyajikan informasi yang berkaitan dengan kinerja perusahaan pada masa yang akan datang, tetapi analisis ROE harus selalu memberikan perhatian kepada periode atau masa yang akan datang.

Dari rumus matematis tersebut diatas, dapat dilihat bahwa ROE mengindikasikan hubungan antara laba bersih perusahaan dengan modal (Equity) yang ada dalam perusahaan tersebut. Peningkatan ROE sesungguhnya merupakan peningkatan dari laba bersih perusahaan dibandingkan dengan modal yang ada.

2.1.3.

Return on Assets (ROA)

Return on Assets (ROA) didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara laba bersih (net income) perusahaan dengan nilai total aktiva (assets) perusahaan.

Secara matematis, Retun on Assets (ROA) didefinisikan sebagai berikut : Laba Bersih

ROA =

Total Assets ……(rumus 2.4.) (Scott, Martin, Petty, Keown ; 1999 : p 109)

(9)

Secara Prinsip, ROA merupakan parameter pengukuran kinerja keuangan perusahaan yang terkait dengan ROE. Yang menjadi perbedaan adalah bahwa dalam ROA, laba bersih perusahaan dibandingkan dengan Total aktiva yang ada pada perusahaan tersebut.

Penurunan ROA sesungguhnya belum tentu merupakan penurunan laba bersih perusahaan, tetapi penurunan ROA merupakan penurunan tingkat perbandingan antara laba bersih yang dicapai perusahaan, dengan aktiva yang dimiliki perusahaan tersebut.

Nilai obyektif yang ada pada ROA sebagai suatu parameter pengukuran kinerja keuangan adalah bahwa ROA mengukur tingkat pengembalian seluruh harta perusahaan atau seluruh investasi yang telah diberikan. Pengukuran tingkat pengembalian harta perusahaan tersebut didasarkan atau bersumber kepada keuntungan bersih yang telah dihasilkan perusahaan.

Salah satu alasan mengapa konsep ROA digunakan dalam mengukur kinerja keuangan adalah bahwa ROA memberikan gambaran yang signifikan terhadap tingkat pengembalian aktiva seluruh perusahaan. Berarti melalui pengukuran parameter ROA tersebut, investor dapat memperoleh gambaran secara jelas tentang tingkat pengembalian terhadap investasi yang telah dilakukannya pada suatu perusahaan tersebut.

(10)

Economic Value Added didefinisikan sebagai nilai peningkatan laba operasional atau nilai peningkatan suatu profit operasional apabila perusahaan melakukan investasi kedalam aktiva operasional (Kaplan and Atkinson, 1998 : p 507). Peningkatan laba operasional ini diperoleh dari selisih antara total peningkatan laba operasional dengan total biaya untuk pemanfaatan aktiva operasional yang diinvestasikan oleh perusahaan. Secara matematis, Economic Value Added dapat dituliskan sebagai berikut :

Economic Value Added = Laba Operasional – Cost of Capital

……(rumus 2.5.)

(Kaplan and Atkinson, 1998 : p 507)

Obyektif yang hendak dicapai dalam analisa Economic Value Added adalah bahwa peningkatan laba yang dicapai setelah melakukan investasi terhadap aktiva operasional adalah harus melebihi dari biaya untuk pelaksanaan dan pemanfaatan aktiva operasional tersebut (cost of capital). Dengan demikian, dari tinjauan keuangan, perusahaan akan memiliki peningkatan laba dan manfaat ekonomis apabila hasil dari perhitungan Economic Value Added memberikan angka yang positif.

Melalui analisa Economic Value Added, maka perusahaan akan dapat melihat benefit-benefit apa saja yang dapat diraih apabila perusahaan melakukan investasi terhadap aktiva operasional. Economic Value Added sendiri merupakan pengembangan konsep dari perhitungan Return on Investment (ROI) yang berisi tentang perhitungan kinerja keuangan dalam berbagai cara. Pertama-tama, Economic Value Added membangun suatu

(11)

konsep ekonomi keuangan terutama dalam hal penentuan model capital asset pricing (CAPM), untuk menentukan biaya atau cost dari suatu industri dan mendefinisikan resiko-resiko yang ada pada setiap divisi. Yang kedua, Economic Value Added adalah perhitungan atau analisa yang dilakukan setelah adanya penyesuaian (adjustment) terhadap penyimpangan-penyimpangan yang bisa saja timbul di dalam suatu laporan keuangan, dengan demikian hasil dari analisa Economic Value Added adalah berguna untuk mendukung laporan keuangan.

Economic Value Added sendiri memerlukan spesifikasi yang diberikan oleh perusahaan terhadap cost of capital dari pemanfaatan suatu asset operasional milik perusahaan secara keseluruhan ataupun secara divisional. Para manajer sendiri, memang cenderung enggan untuk memberikan spesifikasi terhadap cost of capital dari divisinya terutama sekali bila sang manajer tersebut harus melakukan kalkulasi yang sifatnya eksplisit terhadap penyesuaian atau adjustment resiko yang dihadapi oleh divisi perusahaan dan golongan-golongan aktiva perusahaan. Sampai kepada kondisi yang membawa suatu penerimaan terhadap model capital asset pricing (CAPM model), para manajer perusahaan dengan menggunakan teknik ad-hoc mampu untuk melakukan estimasi terhadap cost of capital.

Didalam analisis Economic Value Added, cost of capital secara eksplisit dapatlah dikenali atau didefinisikan. Pada analisis Economic Value Added, cost of capital dari aktiva operasional tidak dipandang sebagai pengeluaran

(12)

(expense) atau sebagai pengurang laba (profit) operasional, tetapi dipandang sebagai angka pembanding terhadap peningkatan labayang telah dicapai.

Kemungkinan yang paling besar adalah para manajer lebih menyukai untuk menggunakan ukuran persentase profitabilitas, seperti saja contohnya nilai persentase Return on Investment (ROI) dibandingkan dengan perhitungan yang menggunakan konsep Economic Value Added. Analisis performance dengan menggunakan Return on Investment (ROI) akan lebih memberikan kenyamanan bagi para manajer pada saat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan atau oleh divisi perusahaan dibandingkan dengan ukuran kinerja keuanganyang lainnya, misalnya laju inflasi, suku bunga, dan juga persentase laba yang dicapai oleh divisi perusahaan lainnya di dalam perusahaan yang sama atau juga persentase laba yang dicapai oleh perusahaan lain (perusahaan kompetitor).

2.1.5.

Return Saham Individu

Return Saham Individu didefinisikan sebagai besarnya tingkat pengembalian nilai investasi dalam bentuk saham, untuk jangka waktu periode tertentu.

Secara matematis, Return Saham Individu didefinisikan sebagai berikut :

P

it

– P

it-1

D

it

r

it

=

+

P

it-1

P

it-1

.…..(rumus 2.6.) (Bodie, Kane, Marcus ; 1999 : p 672)

(13)

Dimana :

r

it

=

Return Saham Individu pada periode t.

P

it

=

Harga Saham Individu pada periode t.

P

it-1

=

Harga Saham Individu pada periode t-1.

D

it

=

Pembagian Dividen pada periode t.

Jika pada periode t, perusahaan tidak membagikan dividen kepada para investornya, maka rumus 2.5. diatas menjadi sebagai berikut :

P

it

– P

it-1

r

it

=

P

it-1

.…..(rumus 2.7.)

(Bodie, Kane, Marcus ; 1999 : p 674)

Dividen adalah laba bersih perusahaan yang dibagikan bersama-sama oleh manajemen perusahaan kepada seluruh pemegang saham atau investor. Pembagian laba bersih tersebut adalah dalam bentuk pembagian nominal nilai laba bersih perusahaan perlembar saham. Dividen sendiri merupakan komponen return dari saham individu, apabila dividen tersebut diputuskan untuk dibagikan oleh manajemen kepada para pemilik saham atau investor. Apabila diputuskan bahwa dividen tidak dibagikan, maka return dari saham individu adalah pada peningkatan nilai dari saham individu tersebut. Selanjutnya dividen yang tidak dibagikan tersebut merupakan laba yang ditahan oleh perusahaan (retained earning).

(14)

Return Saham Individu memberikan informasi atau gambaran kepada investor, berapa besar tingkat pengembalian suatu investasi yang dilakukan oleh mereka dalam bentuk saham yang diperdagangkan di bursa saham. Informasi yang didapat dari Return Saham Individu adalah bersifat spesifik, artinya informasi tersebut terfokus untuk satu perusahaan saja.

Return Saham Individu sangat tergantung atau sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan juga faktor eksternal perusahaan. Faktor internal tersebut yaitu kinerja perusahaan contohnya peningkatan laba bersih, peningkatan aktiva, peningkatan kualitas dari sistem kerja perusahaan, dan peningkatan pangsa pasar dari perusahaan tersebut. Sedangkan yang menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi besarnya Return Saham Individu adalah faktor-faktor fundamental ekonomi negara, faktor politik negara dan keamanan negara, serta faktor sosial negara yang bersangkutan.

Return Saham Individu banyak berguna bagi para investor yang memiliki kecenderungan untuk berinvestasi pada satu jenis perusahaan, karena parameter ini menghitung kinerja keuangan untuk satu perusahaan.

2.1.6.

Return Pasar

Return Pasar didefinisikan sebagai besarnya tingkat pengembalian nilai investasi berupa gabungan seluruh saham perusahaan yang diperdagangkan di bursa saham, pada jangka waktu periode tertentu.

(15)

Return Pasar memberikan gambaran atau informasi kepada para investor tentang tingkat pengembalian investasi dalam bentuk saham, tetapi untuk seluruh jenis perusahaan, baik itu perusahaan yang bergerak di bidang produksi barang konsumsi, produksi minyak dan gas bumi, retail, jasa, keuangan dan perbankan, dan lainnya. Artinya, Return Pasar memberikan gambaran keseluruhan terhadap tingkat pengembalian investasi saham pada perusahaan-perusahaan yang tercatat pada bursa. Informasi yang didapat dari Return Pasar adalah informasi secara keseluruhan atau global.

Secara matematis, Return Pasar didefinisikan sebagai berikut :

IHSG

t

– IHSG

t-1

r

mt

=

IHSG

t-1

.…..(rumus 2.8.)

(Bodie, Kane, Marcus ; 1999 : p 678) Dimana :

r

mt

=

Return Pasar pada periode t.

IHSG

t

=

Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t.

IHSG

t-1

=

Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t-1.

Indeks Harga Saham merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga-harga saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua saham tercatat sebagai komponen penghitungan indeks. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa saham, baik saham biasa maupun saham preferen.

(16)

Sedikit berbeda dengan Return Saham Individu, Return Pasar lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal perusahaan. Faktor eksternal tersebut seperti telah dituliskan pada sub bab sebelumnya adalah berupa faktor fundamental ekonomi negara, dan juga faktor sosial, politik dan keamanan negara. Hal ini dikarenakan bahwa Return Pasar merupakan tingkat pengembalian investasi saham untuk seluruh perusahaan yang ada, yang sahamnya tercatat dan diperjual-belikan di bursa saham.

2.1.7.

Market Adjusted Return

Market Adjusted Return adalah selisih antara nilai Return Saham Individu dengan Return Pasar. Bisa juga didefinisikan bahwa Market Adjusted Return adalah Return Saham Individu yang telah disesuaikan dengan kondisi pasar saham (kondisi return yang telah dicapai dalam pasar saham). Market Adjusted Return merupakan perhitungan parameter Return Saham Individu yang telah disesuaikan dengan tingkat pengembalian seluruh saham yang ada dan tercatat di bursa saham.

Secara matematis, Market Adjusted Retuen didefinisikan sebagai berikut : Market Adjusted Return t (MAR) = Return Saham Individu – Return Pasar

MAR =

r

it

– r

mt

.…..(rumus 2.9.) (Bodie, Kane, Marcus ; 1999 : p 682)

Melalui perhitungan Market Adjusted Return sebagai suatu pengukuran kinerja keuangan perusahaan, saham individu dapat dihitung tingkat

(17)

pengembaliannya secara lebih obyektif, karena tingkat pengembalian yang dihitung, sudah disesuaikan dengan kondisi pasar secara keseluruhan.

2.2. Sistem Data on-Line

Sistem data on-line adalah sistem informasi dalam suatu organisasi atau perusahaan yang bersifat langsung dan tanpa adanya proses data entry yang berulang-ulang. Salah satu ciri utama dari sistem data on-line adalah ketiadaannya atau minimnya penggunaan dokumen-dokumen berupa kertas atau lebih sering disebut sebagai Scripless.

Kelebihan sistem data on-line yang langsung dapat dilihat dan dirasakan adalah adanya penghematan dalam hal biaya atau cost, kemudian lebih cepat dan tepatnya aliran dan penerimaan informasi atau data, dan kemudian dapat dirasakan bahwa manajemen suatu organisasi atau perusahaan dapat lebih cepat dan tepat dalam hal pengambilan keputusan.

Sistem data on-line dalam prakteknya menggunakan atau ditunjang oleh suatu alat atau piranti lunak. Alat penunjang sistem data on-line ini sering disebut sebagai software. Ada banyak software yang dipakai untuk mengimplementasikan sistem data on-line. Salah satu software yang paling dikenal dan banyak digunakan oleh berbagai perusahaan dalam mengimplementasikan sistem data on-line adalah software Oracle. Software Oracle inilah yang digunakan oleh PT. HM Sampoerna Tbk. didalam mengimplementasikan sistem data on-linenya.

(18)

2.2.1. Perbedaan Teknis Sistem Data On-Line Dengan Sistem

Data Manual.

Sistem data on-line dengan sistem data manual memiliki perbedaan-perbedaan teknis yang dapat dituliskan dibawah ini :

1. Sistem data on-line membutuhkan server utama yang merupakan penunjang untuk berjalannya sistem tersebut. Sistem data manual membutuhkan adanya data dalam bentuk hard copy untuk diinformasikan antar departemen (fungsi) perusahaan.

2. Sistem data on-line tidak membutuhkan adanya aktifitas data entry (rekap data) yang berulang-ulang, sedangkan dalam sistem data manual, data entry adalah hal yang sering terjadi.

3. Informasi yang mengalir dalam sistem data on-line berpusat pada server, dan proses pengiriman dan penerimaan informasi dapat berlangsung secara lebih cepat dan tidak terlalu membutuhkan banyak hardcopy. Pada sistem data manual, informasi yang mengalir merupakan informasi fisik dalam bentuk pengiriman data atau file antar fungsi dalam perusahan, sehingga proses pengiriman dan penerimaan informasi memakan waktu yang lebih lama.

Berikut ini adalah ilustrasi teknis operasional pada sistem data on-line dan sistem data manual :

(19)

Data dan Informasi PERSEDIAAN GUDANG BARANG JADI PENJUALAN PRODUKSI Gambar 2.1. Sistem Data Manual

SERVER (Oracle) Data dan Informasi PERSEDIAAN GUDANG BARANG JADI PENJUALAN PRODUKSI

(20)

Gambar 2.2. Sistem Data On-Line

Dalam sistem data manual, terlihat bahwa masing-masing fungsi dalam perusahaan terhubung melalui adanya aliran informasi dan data. Dalam sistem ini, data dan informasi yang ada, mengalir dari salah satu fungsi perusahaan ke fungsi perusahaan yang lainnya secara bertahap. Secara teknis terlihat bahwa sistem data manual akan memakan waktu lebih banyak dalam hal kegiatan operasional perusahaan.

Dalam sistem data on-line, masing-masing fungsi dalam perusahaan dapat langsung mengakses data dan informasi atau mengirim data dan informasi langsung kedalam server yang tersedia. Data dan informasi yang ditampung secara kolektif di dalam server ini dapat dilihat atau diambil secara langsung oleh setiap fungsi perusahaan. Secara teknis terlihat bahwa sistem data on-line memberikan waktu yang lebih singkat dalam hal kegiatan operasional perusahaan. Hal ini tentunya akan dapat menghemat biaya operasional perusahaan.

2.2.2.

Software Oracle

Software Oracle adalah software yang merupakan sistem database on-line yang dapat diterapkan untuk antar divisi pada internal perusahaan atau antar perusahaan yang melakukan aktifitas bisnis (Business to Business).

(21)

Secara sistem, database on-line Oracle adalah berupa sistem database yang tersusun dari sekumpulan modul-modul yang ada (misalnya modul Account Payable, Modul General Ledger, Modul Inventory, dan lain-lain). Masing-masing modul ini terkumpul secara sentral (sentralisasi sistem) dalam suatu server utama (mainserver) yang merupakan tempat disimpannya dan diupdatenya master data. Server ini kemudian dihubungkan kepada masing-masing personal computer yang akan digunakan oleh stakeholder (contohnya staf keuangan, staf gudang, staf produksi, para manajer menengah, manajer atas , top eksekutif) yang akan memakai sistem tersebut dalam menjalankan seluruh proses bisnis yang ada (dalam hal ini juga berkaitan dengan pengambilan keputusan).

Dengan adanya sistem data on-line yang dimiliki oleh software Oracle, maka secara langsung perusahaan menjadi lebih cepat dalam beraktifitas bisnis, misalnya perusahaan dapat mereduksi atau mengurangi waktu dari proses produksi yang tidak memberikan nilai tambah bagi suatu produk ( non-value added time).

Dalam aspek perdagangan antar perusahaan (Business to Business), software Oracle memiliki beberapa keuntungan antara lain :

- Mengurangi biaya internal dalam proses bisnis dan juga biaya eksternal yaitu biaya proses transaksi dengan partner bisnis (perusahaan customer). - Meningkatkan feasibilitas dalam siklus mata rantai perdagangan.

(22)

- Dapat memenuhi atau mencapai tingkat kepuasan yang diinginkan oleh pelanggan (dalam hal ini pelanggan adalah perusahaan lain sebagai customer).

- Secara umum dapat memberikan kondisi bagi perusahaan untuk dapat menentukan strategi harga yang lebih konpetitif (low price).

- Meningkatkan obyektifitas dalam hal komunikasi antar perusahaan. Bagi internal perusahaan, software Oracle memberikan keuntungan antara lain sebagai berikut :

- Dapat memenuhi seluruh demand atau permintaan dari pasar. - Menghasilkan real-time yang lebih akurat.

- Dapat menghasilkan strategi harga dan strategi promosi yang lebih baik. - Menunjang efisiensi dalam seluruh aspek manufacturing yaitu : desain,

proses, repetisi, asembling, inspeksi, dan finishing.

- Dapat memberikan keputusan yang tepat dalam berbagai aspek kebijakan perusahaan.

- Menekan biaya dalam hal memanfaatkan inventory.

- Perusahaan mampu untuk mencapai konsep just-in-time (konsep inventory = 0 dalam proses produksi dan proses bisnis).

- Dapat meningkatkan respon waktu kepada pelanggan. - Meningkatkan feasibilitas produk yang dihasilkan. - Mampu untuk meningkatkan tingkat penjualan.

(23)

2.3. Profil Singkat PT. HM Sampoerna Tbk.

PT. HM Sampoerna Tbk. adalah perusahaan yang bisnis utamanya adalah di bidang produksi rokok dan tembakau. PT. HM Sampoerna Tbk. merupakan suatu grup dari beberapa perusahaan. Sebagai Induk adalah PT. Hanjaya Mandala Sampoerna. Kemudian PT. HM Sampoerna Tbk. memiliki beberapa perusahaan afiliasi, antara lain PT. Sampoerna Percetakan Nusantara, PT. Panamas, PT. Sampoerna Transport Nusantara, PT. Wahana Sampoerna, PT. Sampoerna advertising Nusantara, PT. Sumber Alfaria Trijaya. Gambar dibawah ini adalah gambar PT. HM Sampoerna Tbk. dan perusahaan afiliasinya :

PT. Hanjaya Mandala Sampoerna

PT. Sampoerna Percetakan Nusantara PT. Panamas PT. Sampoerna Transport Nusantara PT. Wahana Sampoerna PT. Sampoerna Advertising Nusantara PT. Sumber Alfaria Trijaya

(24)

Gambar 2.3.

PT. HM Sampoerna Tbk. dan perusahaan afiliasinya

1. PT. Sampoerna Percetakan Nusantara

Perusahaan ini berdiri tahun 1982, pada mulanya berlokasi di Rangkut. Kini berlokasi di Pandaan, perusahaan ini bertanggungjawab untuk mencetak kertas rokok dan bungkus rokok.

2. PT. Sampoerna Transport Nusantara

Perusahaan ini didirikan tahun 1981, bertanggungjawab untuk mentransportasikan produk-produk PT. HM Sampoerna Tbk. keseluruh jaringan distribusi yang ada.

3. PT. Sampoerna Advertising Nusantara

Perusahaan ini didirikan tahun 1989, bertanggungjawab untuk melakukan display barang, menangani masalah periklanan dan promosi dari produk-produk PT. HM Sampoerna Tbk..

4. PT. Wahana Sampoerna

Perusahaan ini didirikan tahun 1989, bertanggungjawab untuk melakukan pengembangan dan konstruksi dari pabrik-pabrik yang dimiliki

(25)

oleh PT HM Sampoerna Tbk., selain itu, perusahaan ini juga mengurusi fasilitas produksi yang baru di Pandaan, Jawa Timur.

5. PT. Panamas

Perusahaan ini beroperasi untuk mengurusi distribusi dari produk-produk PT. HM Sampoerna Tbk..

6. PT. Sumber Alfaria Trijaya

Didirikan tahun 1989, perusahaan ini bertanggungjawab untuk mempromosikan aktifitas distribusi dari PT. HM Sampoerna Tbk. kedalam seluruh aktifitas retail yang ada.

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pengumpulan data melalui kuesioner dilakukan untuk mengetahui karakteristik penumpang serta kepuasan wisatawan pengguna Bus Tingkat Wisata City Tour Jakarta

Pada navigation drawer yang terletak disisi kiri atas, terdapat 7 list menu Berfung si sesuai gambar 3 Halaman Analgesik Narkotik Menampilka n list nama obat Berfung

Dari pertanyaan 14, dapat dilihat prilaku responden dalam mengevaluasi informasi terhadap informasi yang telah diperoleh, 88,89% pada umumnya responden menjawab mendiskusikannya

Setelah dilakukannya validasi oleh ahli materi, valiadasi oleh ahli media, uji coba perseorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba kelompok besar maka dapat

Pemodelan regresi logistik biner terhadap peminat ITS di SBMPTN 2014 dilakukan dengan menggunakan variabel respon yaitu status penerimaan, dimana bernilai nol

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa SAYA BERSEDIA MELEPASKAN JABATAN (TUGAS TAMBAHAN) SAYA APABILA TERPILIH SEBAGAI KETUA STAIN KUDUS PERIODE TAHUN 2017-2021. Demikian

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti merumuskan beberapa permasalahan, yaitu 1) Bagaimana kondisi perkebunan tebu di daerah Bagelen, Purworejo pada tahun 1909-1930? 2)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Desa To’o Baun tentang gambaran kadar kolesterol pada perokok aktif, hasil olah data yang telah dilakukan maka