• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori - UPAYA MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI MASALAH-MASALAH SOSIAL DI LINGKUNGAN SETEMPAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION DI KELAS IV SD NEGERI KALIKEMBANG - repository perpusta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori - UPAYA MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI MASALAH-MASALAH SOSIAL DI LINGKUNGAN SETEMPAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION DI KELAS IV SD NEGERI KALIKEMBANG - repository perpusta"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pendidikan Karakter

Menurut Aunillah (2011 : 18-19) pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa sehingga akan terwujud insan kamil. Pendidikan karakter adalah usaha aktif untuk membentuk kebiasaan (habit) sehingga sifat anak akan terukir sejak dini, agar dapat mengambil keputusan dengan baik dan

bijak serta mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari (Fitri, 2012 : 21).

Menurut T.Ramli (2003) dalam (Sulistyowati, 2012 : 23), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia, masyarakat, dan warga negara yang baik. Karakter seseorang bergantung pada watak dan moral tersebut yang telah terbentuk yang nantinya akan berpengaruh pada perilaku seseorang.

(2)

moral values that are of particular interest to the social studies teacher are those focusing on justice, equality, fairmess, basic rights such as life and liberty, freedoms such as religion and speech, respect for human worth and dignity, and the rule of law. Some moral values are deeply held throughout the world. For example, an immoral act. Such basic moral values ought to be emphasized in every social studies program. The actions and live of other and study other cultures has little meaning unless it is related to these concept of morality. Fraenkel, (1977: 107).

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan Fraenkel, hubungan seseorang ternyata mampu menentukan moral dan menentukan pantas atau tidaknya perilaku seseorang. Masalah yang ada di dalam sekolah bukan untuk menentukan nilai yang wajib ditaati yang sejalan dengan Benninga (1991:5).

The problem for classroom teachers and school principals, then, is not to define the vlues to which students should adhere but rather to decide how to teach these values honestly and realistically.

(3)

2. Pengertian Rasa Ingin Tahu

Rasa ingin tahu menurut Mustari (2011:103), adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Setiap orang termasuk anak kecil memiliki rasa ingin tahu. Anak akan selalu bertanya tentang hal-hal yang dilihat, didengar, diraba, dikecap bahkan dirasakannya. Menurut Mustari (2011:104), Kuriositas (rasa ingin tahu) adalah emosi yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti eksplorasi, investigasi, dan belajar. Menurut Sulistyowati (2012:74), rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar. Penjelasan mengenai rasa ingin tahu juga dikemukakan oleh Paul Though dalam the wall street journal (2010) yaitu:

(4)

Menurut Hadi. S dan Nilam Permata (2010:10) sumber rasa ingin tahu dibagi menjadi 2, yaitu :

a) Kebutuhan

Rasa ingin tahu muncul dari kesadaran kita akan kondisi masyarakat yang terdapat disekitar kita ataupun sesuatu yang kita alami sehari-hari. Rasa ingin tahu biasa kita alami jika ada sesuatu persoalan yang belum terselesaikan. Ketidakmampuan ini biasanya disebabkan karena pengetahuan dan sumber daya yang minim, kondisi yang demikian dapat mendorong kita untuk mencari jawaban atau solusi persoalan maka di sinilah rasa ingin tahu akan beraksi. Kita akan mencari cara untuk mengatasi persoalan tersebut. Cara mengatasi persoalan tersebut bisa dilakukan dengan membaca berbagai sumber yang berhubungan ataupun dengan bertanya kepada orang yang berkapasitas.

b) Keanehan

Keanehan berasal dari kata dasar aneh. Kata ini memiliki makna sesuatu yang dianggap tidak sesuai dengan apa yang umum dilihat maupun dirasakan karena berlawanan dengan kebiasaan atau aturan yang telah disepakati. Rasa ingin tahu akan muncul, karena sesuatu yang aneh atau janggal itu tentunya membuat kita penasaran untuk mencari tahu penyebabnya. Tujuan dari rasa ingin tahu keanehan adalah penggambaran dan penjelasan yang kemudian disebut pemahaman.

Untuk mengembangkan rasa ingin tahu pada anak, kebebasan si anak itu sendiri harus ada untuk melakukan dan melayani rasa ingin tahunya. Kita tidak bisa begitu saja menghardik mereka ketika kita tidak tahu atau malas saat mereka bertanya. Cara terbaik yang digunakan adalah kita memberikan kepada mereka cara-cara untuk mencari jawaban.

(5)

Sikap yang ditunjukkan siswa dalam memenuhi kebutuhkan siswa guna mengembangkan pengetahuan awal siswa baik melalui bertanya ataupun melakukan pengamatan. Rasa ingin tahu dapat menimbulkan motivasi individu untuk mendapatkan sesuai harapan. Dengan demikian, siswa mungkin akan banyak bertanya untuk memenuhi rasa ingin tahu atau menjawab pertanyaan yang muncul atau ditanyakan siswa yang akan bertanya kepada guru atau mencari jawaban sendiri. Berikut ini adalah rincian indikator rasa ingin tahu yang tersaji dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan Karakter Rasa Ingin Tahu.

No. Nilai Indikator

1. Rasa ingin tahu

 Mengundang Rasa Ingin Tahu

 Eksplorasi Lingkungan Siswa Terprogram  Media Internet dan Komunikasi

Menurut Wibowo (2012: 102) menyatakan bahwa sikap bersahabat atau komunikatif adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

2. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar

(6)

Dimyati dan Mudjiono (2006: 7), mengemukakan bahwa belajar merupakan tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri, dan yang menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.

Menurut Hamalik (2009:36), mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses dari kegiatan dan bukan dari hasil. Belajar bukan hanya mengingat tetapi cakupanya lebih luas yaitu lebih menekankan pada perubahan tingkah laku. Schunk (2008:2) menyatakan Learning is enduring change in behavior, or in the capacity to behave in a given

fashion which result from practice or other forms af experience.

Sedangkan menurut Learning as a change in behavior or in potential behavior that occurs as a result of experience. This definition has several important elements. First, it excludes change in behavior that occur as a result of purely phsiycal factors such as maturation, injury, fatigue or drugs. Second, by using the term “potential” behavior, the definition includes two different aspects of learning : “knowing how” and “doing” (Smith, 1940 : 197).

Berdasarkan beberapa pengertian belajar di atas, peneliti dapat disimpulkan bahwa belajar adalah untuk memperoleh pengetahuan baru. Belajar memerlukan latihan yang didalamnya seseorang memahami tentang sesuatu yang sedang dipelajarinya.

b. Pengertian prestasi belajar

(7)

mencapai prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan hasil dari kegiatan belajar, yaitu titik dimana peserta didik mampu menguasai bahan pelajaran yang diajarkan.

Menurut para ahli mengemukakan pendapatnya, prestasi menurut Hamdani (2011: 137), adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan. Prestasi belajar menurut Arifin (2011: 12) merupakan suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupan manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar (achievement) mempunyai barbagai fungsi utama antara lain:

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

b. Prestasi belajar sebagai lambing pemuasan hasrat ingin tahu. c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu

institusi pendidikan.

e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik.

(8)

(Ahmadi, 1991:130), maka apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan dalam diri manusia, maka tidak lah dapat dikatakan bahwa padanya telah berlangsung proses belajar.

a. Faktor internal, yang terdiri dari:

1) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri atas:

a) Faktor Intelektif yang meliputi faktor potensial (kecerdasan dan bakat) dan faktor kecakapan nyata (prestasi yang telah dimiliki.)

b) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis. b. Faktor eksternal, yang terdiri dari:

1) Faktor sosial, meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan kelompok

2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.

(9)

Menurut Arif Gunarso (dalam Hamdani 2011:138) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi merupakan harapan dan cita-cita yang dimiliki oleh setiap siswa, siswa yang berprestasi apabila telah menunjukkan hasil belajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Prestasi belajar disekolah salah satunya diukur menggunakan tes prestasi belajar, dari hasil tes prestasi belajar ini merupakan salah satu informasi yang sangat penting yang nantinya digunakan untuk mengambil keputusan pendidikan. Tes prestasi yang layak tentulah dapat diperoleh apabila penyusunannya didasari prinsip-prinsip pengukuran yang berlaku sehingga menjadi saran yang positif dalam meningkatkan proses belajar mengajar.

Menurut Arifin, (2009:12) kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan kepuasan tersendiri pada manusia, semakin terasa penting untuk dipermasalahkan, karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:

a) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

b) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. c) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. d) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu

(10)

belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan dan sebalikinya.

e) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) pesrta didik.

Berdasarkan definisi dan pengertian prestasi belajar menurut para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan hasil akhir usaha belajar yang dicapai oleh seorang siswa yang berupa suatu kecakapan dan ketangkasan dari kegiatan belajar di sekolah pada jangka waktu tertentu yang ditunjukan dalam bentuk tes serta nilai yang diberikan oleh guru. Penelitian ini dimaksudkan prestasi belajar IPS dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan, dengan diukur melalui tes pada materi masalah-masalah sosial di lingkungan setempat. Untuk dapat meningkatkan prestasi belajar inilah yang menjadi tugas guru dan orang tua serta lingkungan masyarakat.

3. Ilmu Pengetahuan Sosial di SD a. Pengertian IPS di SD

(11)

ekonomi. Sedangkan fungsinya adalah untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan Negara Indonesia. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan kepada siswa, karena melalui pembelajaran IPS siswa diarahkan untuk menjadi warga negara Indonesia dengan baik, yaitu demokratis, nasionalis, bertanggung jawab, dan menjunjung tinggi cinta damai yang sangat bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat.

Menurut Hardini dan Puspitasari (2004:38) tujuan pembelajaran IPS di SD secara keseluruhan adalah sebagai berikut: 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkunganya.

2) Membekali anak didik dengan kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

(12)

Ruang liingkup pelajaran IPS SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Manusia, Tempat, dan Lingkungan. 2) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan. 3) Sistem Sosial dan Budaya.

4) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (Sagala, 2006:62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

(13)

dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki (Sagala, 2006: 63).

4. Model Pembelajaran Group Investigasi a. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran perlu dipahami agar dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik. Dalam penerapannya model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip dan tekanan utama yang berbeda – beda. Menurut Joice (Hamruni,2009:5) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sbagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku – buku, film, komputer, kurikulum dan lain – lain. b. Pengertian Model Pembelajaran Group Investigasi (Investigasi

Kelompok)

(14)

keakraban, persahabatan, atau minat yang sama dalam topik untuk diselidik, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang terpilih. Kemudian, ia menyiapkan dan mempresentasikan laporan kelompoknya kepada seluruh kelas. Menurut Arends (2007:353) ada 6 tahap dari pembelajaran group investigation:

a) Topik selection. Students choose specific subtopiks within a general problem area, usually delineated by the teacher. Students then organize into small two-to six-member task-oriented groups. Group composition is academically and ethnically heterogeneous. b) Cooperative planning. Students and the teacher plan specific

learning procedures, tasks, and goals consistent with the subtopiks of the problem selected in step 1.

c) Implementation. Pupils carry out the plan formulated in step 2. learning should in volve a wide variety of activities and skiils and should lead students to different kinds of sources both inside and outside the school. The teacher closely follows the progress of each group and offers assistance when needed.

d) Analysis and synthesis. Pupils analyze and evaluate information obtained during step 3 and plan how it can be summarized in some interesting fashion for possible display or presentation to classmates.

e) presentation of final product. Some or all of the groups in the class give an interesting presentation of the topiks studied in order to gate classmates involved in each other’s work and to achieve a broad perspective on the topik. Group presentations are coordinated by the teacher.

f) Evaluation.In cases where groups pursued different aspects of the same topik, pupils and the teacher evaluate each group’s contribution to the work of the class as a whole. Evaluation can include either individual or group assessment, or both. (pp.4-5)

Adapun tahap-tahap pembelajaran group investigation menurut Uno (2011: 109), dibagi dalam lima tahap, yakni:

a. Tahap 1 : mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan ke dalam masing-masing kelompok kerja.

(15)

d. Tahap 4: mempersiapkan laporan e. Tahap 5: mengevaluasi

Model pembelajaran group investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran cooperative learning yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi atau informasi pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya buku pelajaran, buku perpustakaan, koran, majalah, dan/atau internet. Model group investigation menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses diskusi kelompok.

Sharan (Taniredja 2012: 75-76) karakteristik unik investigasi kelompok ada pada integrasi dari 4 fitur dasar yaitu investigasi, interaksi, penafsiran dan motivasi intrinsik dan diuraikan sebagai berikut:

1) Investigasi

Investigasi dimulai ketika guru memberikan masalah yang menantang dan rumit kepada kelas. Di tengah-tengah berlangsungnya penelitian mereka untuk mencari jawaban masalah, siswa membangun pengetahuan yang mereka peroleh, bukannya menerima yang diberikan guru kepada mereka.

2) Interaksi

(16)

dorongan, saling mengembangkan gagasan satu sama lain, saling membantu untuk memfokuskan perhatian mereka terhadap tugas, dan bahkan saling mempertentangkan gagasan dengan menggunakan sudut pandang yang berseberangan.

3) Penafsiran

Pada saat siswa menjalankan penelitian, mereka secara individual, berpasangan dan dalam bentuk kelompok kecil, mereka mengumpulkan banyak sekali informasi dari berbagai sumber berbeda. Secara berkala mereka bertemu dengan anggota kelompok mereka untuk bertukar informasi dan gagasan.

4) Motivasi Intrinsik

Dengan mengundang siswa untuk menghubungkan masalah-masalah yang akan mereka selidiki berdasarkan keingintahuan, pengetahuan dan perasaan mereka, investigasi kelompok meningkatkan minat pribadi mereka untuk mencari informasi yang mereka perlukan.

c. Langkah-langkah pelaksanaan model group investigation

Implementasi model pembelajaran group investigation menurut Kiranawati (2007), harus memenuhi langkah-langkah sebagai berikut: 1) Seleksi topik

(17)

kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 sampai 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik. 2) Merencanakan kerja sama

Para siswa bersama guru merencanakan berbagai belajar khusus, tugas, dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan sub topik yang telah dipilih.

3) Implementasi

Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan, pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan. 4) Analisis dan sintesis

Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas. 5) Penyajian hasil akhir

(18)

6) Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

Kelebihan group investigation (GI)

1. Tidak terlalu menggantungkan pada guru,akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa lain.

2. Dapat mengambangkan kemampuan mengungkapkan ide dan gagasan dengan kata-kata setara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

3. Dapat membantu siswa untuk respek pada orang lain menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

4. Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

Kelemahan:

(19)

2. Keberhasilan model pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkaan kesadaran kelompok memerlukan periode yang cukup panjang.

3. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan yang sangat penting untuk siswa akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan individual oleh karena itu, idealnya melalui model pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekera sama siswa juga harus belajar membangun kepercayaan diri.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini diambil dari jurnal yang ditulis oleh Daniel Zingaro dari Ontario Institute for Studies in Education tahun 2008 yang berjudul “Group

Investigation : Theory and Practice”. Berdasarkan hasil penelitiannya, Goup

Investigation membuat kasus yang menarik untuk penggunaannya: telah

(20)

luas sehingga menjadi harapan atau pilihan untuk pembelajaran bukan hanya sesuatu dari eksperimen.

Berdasarkan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran group investigation dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar ilmu sosial. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui dan menganalisis lebih lanjut tentang upaya meningkatkan prestasi belajar IPS materi masalah-masalah sosial di lingkungan setempat di kelas IV melalui model pembelajaran group investigation di SD Negeri Kalikembang.

C. Kerangka Berpikir

Belajar merupakan interaksi dua arah antara siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran yang dilakukan baik guru maupun siswa dituntut untuk aktif sehingga membutuhkan sebuah model pembelajaran yang tepat yaitu model pembelajaran ‘Group Investigation’ yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan orang lain.

Tahap awal guru mengadakan pembelajaran dengan membagi siswa menjadi 5-6 siswa dalam satu kelompok. Kemudian setiap kelompok diminta untuk menginvestigasi masalah yang diberikan oleh guru dan kemudian mempresentasikan di depan kelas. Materi yang akan digunakan yaitu mengenai masalah-masalah sosial di lingkungan setempat.

(21)

Investigation (investigasi kelompok). Pembelajaran ini membuat anak belajar

sambil berperan seperti detektif dalam mencari bukti-bukti terkait masalah yang telah diberikan oleh guru, sehingga anak akan merasa senang. Pembelajaran menggunakan metode ‘Group Investigation’ ini diharapkan dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran ilmu pengetahuan sosial materi masalah-masalah sosial yang ada di lingkungan setempat.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir, maka dalam penelitian tindakan kelas diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. Sikap rasa ingin tahu siswa kelas IV SDN Kalikembang pada materi masalah-masalah sosial yang ada di lingkungan setempat dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation.

Gambar

Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan Karakter Rasa Ingin Tahu.

Referensi

Dokumen terkait

dengan berbasis multimedia yang dinamis. Company profile multimedia radio Masdha akan berisi informasi tentang Radio Masdha, contoh suara dari penyiar, dan video

Surface plot persentase Respon Yield sebagai Fungsi dari jumlah nitrogen (N) dan jumlah sumber karbon, gula (C) berdasarkan hasil dari experiment central

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh kebiasaan sarapan terhadap tingkat pengetahuan, status gizi dan kemampuan daya ingat anak Sekolah Dasar Lamper

Selain terdapat pada objek penelitian, penelitian tersebut bertujuan untuk pembuatan aplikasi dan apakah dengan menggunakan software (dibuat dengan Microsoft Access 2000

sedangkan pola akses yang dihasilkan proses data mining menggunakan data sesungguhnya dari webserver Universitas Respati Yogyakara adalah seperti yang ditunjukkan pada

Perlakuan penambahan emulsifier (ovalett) dengan konsentrasi yang terlalu tinggi yaitu 33g menyebabkan penurunan nilai overrun, dan melting rate tetapi meningkatkan nilai

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui karakteristik fisik dan kimia adonan kukus yang meliputi kandungan amilosa, viskositas, dan tekstur, serta kestabilan

[r]