SKRIPSI
Oleh:
WINDI ROHANININGSIH NIM 210214236
Pembimbing:
Dr. H. MOH. MUNIR, Lc., M.Ag NIP. 196807051999031001
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
ix
Return On Asset (ROA) di BMT Surya Abadi Jenangan Ponorogo Periode 2015-2017. Skripsi. Jurusan Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing Dr. H. Moh. Munir, Lc., M.Ag.
Kata Kunci: ROA, CAR
Dalam menciptakan dan memelihara perbankan yang sehat diperlukan lembaga perbankan yang senantiasa terdapat pembinaan dan pengawasan yang efektif. Karena pada dasarnya kesehatan bank merupakan cerminan dari kondisi bank saat ini dan di waktu yang akan datang. Sehat tidaknya perbankan dapat dilihat melalui profitabilitas bank itu sendiri. Karena tujuan utama perbankan adalah mencapai profitabilitas yang maksimal. Profitabilitas merupakan kemampuan bank dalam menghasilkan atau memperoleh laba secara efektif dan efisien.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Persentase Capital
Adequecy Ratio (CAR) di BMT Surya Abadi Jenangan Ponorogo Periode 2015-2016,
Bagaimana Persentase Return On Asset (ROA) di BMT Surya Abadi Jenangan
Ponorogo Periode 2015-2016, Adakah pengaruh antara Capital Adequecy Ratio
(CAR) terhadap Return On Assets (ROA) di BMT Surya Abadi Jenangan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan dan juga wawancara dengan manajer dari BMT tersebut. Dari data laporan keuangan yang diperoleh kemudian penulis mengolah data tersebut dengan analisis statistic deskriptif dan rumus hitung regresi linier sederhana.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa CAR di BMT Surya Abadi Jenangan
selama periode 2015-2017 di kategorikan “Sehat” karena rasio KPMM lebih tinggi
sangat signifikan dibanding dengan rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan (KPMM > 8%). Yaitu senilai 27,37% (2015), 27,62% (2016), dan 24,97% (2017). Selain itu dalam analisis statistik deskriptif dijelaskan bahwa nilai rata-rata dari CAR adalah 26,6533. Sedangkan untuk nilai minimum CAR adalah 24,97 dan nilai maksimum 27,62. Dan untuk nilai median CAR adalah 27,0117 dengan nilai modus (mode) 24,97. ROA di BMT Surya Abadi Jenangan selama periode 2015-2017 di kategorikan “Sangat Memadai” karena perolehan laba sangat tinggi yaitu rasio ROA di atas 2 %. Yaitu senilai 4,13% (2015), 3,93% (2016), dan 3,34% (2017). Dan dari hasil analisis statistic deskriptif data diperoleh nilai rata-rata dari ROA adalah 3,8000. Sedangkan untuk ROA nilai minimum adalah 3,34 dan nilai maksimum 4,13. Dan untuk nilai median ROA 3,8650 dan nilai modus (mode) 3,34. Dan berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa Tidak ada pengaruh CAR terhadap ROA di BMT Surya Abadi Jenangan Ponorogo periode 2015-2017. Pada tingkat signifikansi 5% (α=0,05) dan derajat kebebasan (df=n-1) dari tabel distribusi t
diperoleh bahwa thitung (1.344) lebih kecil dari ttabel (4.30). Dengan demikian Ha
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ekonomi tidak bisa dilepaskan dari sektor perbankan.
Karena perbankan memiliki peranan yang penting dalam pertumbuhan
perekonomian. Hal ini dikarenakan sektor perbankan memiliki fungsi utama
yaitu sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak pihak
yang memiliki dana (surplus dana) dengan pihak pihak yang memerlukan
dana (deficit dana). Dalam menciptakan dan memelihara perbankan yang sehat
diperlukan lembaga perbankan yang senantiasa terdapat pembinaan dan
pengawasan yang efektif. Karena pada dasarnya kesehatan bank merupakan
cerminan dari kondisi bank saat ini dan di waktu yang akan datang. Sehat
tidaknya perbankan dapat dilihat melalui profitabilitas bank itu sendiri.1
Bank syariah memperoleh pendapatan operasional dari beberapa
sumber, diantaranya pendapatan bagi hasil baik dari pembiayaan yang
disalurkan maupun dari penanaman-penanaman yang dilakukan, previsi dan
komisi yang dipungut atau diterima oleh bank dari berbagai kegiatan yang
dilakukan, pendapatan valuta asing lainnya (keuntungan yang diperoleh bank
berbagai transaksi devisa), pendapatan rupa-rupa seperti dividen yang diterima
dari saham yang dimiliki, dan pendapatan bukan usaha bank (semua
1
pendapatan yang benar-benar diterima dan tidak berhubungan langsung
dengan kegiatan usaha).2
Bank syariah selayaknya bank umum dan perusahaan umumnya didirikan
dengan tujuan untuk memperoleh laba. Menurut Bank Indonesia melalui
Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/2007 tentang Sistem Penilaian
Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syriah menjelaskan bahwa
kemampuan bank untuk memperoleh laba termasuk salah satu indikator
kesehatan bank, sehingga tentunya berpengaruh terhadap ketahanan bank
syariah terhadap krisis. Seiring pesatnya pertumbuhan bank syariah di
Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, masing-masing vank tentunya
berusaha untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya berdasarkan
prinsip-prinsip syariah.
Di sisi lain, bank-bank tersebut juga harus memperhatikan faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap profitabilitas. Salah satu unsur rasio yang
digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah Return On Asset (ROA).
Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah ROA karena merupakan
rasio yang paling sering digunakan mengukur kemampuan manajemen bank
dalam memperoleh laba.
Analisis rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur perusahaan dalam
menghasilkan laba (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, dan modal
2
saham tertentu.3 Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi laba, salah satunya dapat dipengaruhi oleh kecukupan modal. Kecukupan modal bank
dapat dikatakan bahwa cadangan modal pada bank yang dapat digunakan
apabila bank mengalami masa-masa sulit. Indikator yang digunakan dalam
mengukur kecukupan modal adalah Capital Adequacy Ratio (CAR).
Capital Adequecy Ratio (CAR) merupakan gambaran mengenai
kemampuan bank syariah, koperasi dan KJKS mampu memenuhi kecukupan
modalnya.4 CAR adalah ketentuan permodalan yaitu rasio minimum
perbandingan antara modal risiko dengan aktiva yang mengandung risiko.5
Rasio ini bertujuan untuk memastikan bahwa jika dalam aktivitasnya bank
mengalami kerugian, maka ketersediaan modal yang dimiliki oleh bank
mampu mengcover kerugian tersebut. Sehingga bank mengelola kegiatannya
secara efisien, maka pendapatan bank diharapkan dapat semakin meningkat.
BMT Surya Abadi Jenangan merupakan lembaga keuangan mikro
masyarakat yang berprinsipkan syari‟ah yang beralamatkan di Jalan Raya
Ngebel No. 77 Jenangan Ponorogo dan berpayung hukum koperasi serba
usaha yang menggunakan prinsip syariah dan berdiri sejak tahun 1997 dan
telah beroperasi mulai tahun 2000 sesuai dengan Undang - Undang Koperasi.
Serta telah mendapatkan izin resmi Badan Hukum
No.031/BH/KDK.13.25/XII/2000. Tujuan didirikannya BMT Surya Abadi
3Dessy Mauliza dan Rulfah M. Daud, “Pengaruh Kecukupan Modal dan Kompetisi
Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia,” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA), Vol. 1, No 1, (2016), 14.
4
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2015), 257.
5
adalah untuk menjalankan usaha di bidang keuangan dengan sistim bagi hasil
(Syariah) dan untuk membantu masyarakat dalam mengembangkan usahanya
demi pemerdayaan ekonomi umat terutama ekonomi kecil dan menengah.6
Berikut ini adalah perkembangan modal dari tahun ke tahun. Pada tahun
2015 modalnya adalah Rp 2.913.108.766.Pada tahun 2016 total modalnya Rp
3.092.111.066. Pada tahun 2017 total modalnya Rp 3.702.307.766.
Dengan adanya penelitian kesehatan ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan bagi anggota yang
sudah bergabung maupun bagi masyarakat yang ingin bergabung dengan
BMT Surya Abadi. Atau bisa juga sebagai evaluasi bagi pengelola dalam
mengelola dana yang ada menjadi lebih baik untuk bisa mendaptkan
kepercayaan dari masyarakat de depannya, mengingat BMT Surya Abadi
merupakan lembaga keuangan syari‟ah yang sudah berkembang dan sudah
mendapat kepercayaan dari masyarakat untuk menyimpan dana.
Pada penelitian ini penulis akan menghitung tingkat kecukupan modal
dan profitabilitas BMT Surya Abadi Jenangan. Sedangkan untuk menilai
tingkat profitabilitas menggunakan tolak ukur Return On Asset (ROA), dengan
pertimbangan bahwa ROA merupakan salah satu alat penilaian profitabilitas
terbaik dalam penilain kesehatan bank maupun KJKS yang digunakan oleh
Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas perbankan. Dengan demikian
berangkat dari latar belakang permasalahan tersebut diatas, maka penulis
tertarik untuk mengangkat, meneliti serta menulisnya sebagai karya ilmiah
6
dengan judul “Pengaruh Capital Adequecy Ratio (CAR) Terhadap Return On
Asset (ROA) Di BMT Surya Abadi Jenangan Kabupaten Ponorogo”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Persentase Capital Adequacy Ratio (CAR) di BMT Surya
Abadi Jenangan Periode 2015-2017?
2. Bagaimana Persentase Return On Assets (ROA) di BMT Surya Abadi
Jenangan Periode 2015-2017?
3. Adakah pengaruh Capital Adequecy Ratio (CAR) Terhadap Return On
Assets (ROA) di BMT Surya Abadi Jenangan Periode 2015-2017?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menjelaskan persentase Capital Adequacy Ratio (CAR) di BMT
Surya Abadi Jenangan Periode 2015-2017.
2. Untuk menjelaskan Return On Assets (ROA) di BMT Surya Abadi
Jenangan Periode 2015-2017.
3. Untuk menjelaskan pengaruh Capital Adequecy Ratio (CAR) Terhadap
Return On Assets (ROA) di BMT Surya Abadi Jenangan Periode
D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan
mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan terkait tentang manajemen
bank syariah dan ilmu pengetahuan manajemen lembaga keuangan mikro
syariah sebagai salah satu mata kuliah di IAIN Ponorogo, dan teori tentang
pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Asserts
(ROA) di BMT Surya Abadi Jenangan Ponorogo.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
bagi pihak BMT dalam merumuskan kebijakan operasional dan kinerja
perbankan serta untuk langkah antisipasi terhadap semua faktor yang
nantinya akan mempengaruhi Return On Asset (ROA) di BMT Surya
Abadi Jenangan. Selain itu diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk
nasabah sebagai pedoman dalam kerja sama di BMT. Dan diharapkan
dapat menjadi tambahan referensi bagi penelitian yang akan datang.
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman dan memperjelas arah pembahasan maka
penulis skripsi ini disistematiskan menjadi lima bab dengan uraian sebagai
berikut:
Bab I : Merupakan bab pendahuluan. Dalam bab ini menguraikan
tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
pembahasan.
Bab II : Merupakan bab kajian pustaka. Dalam bab ini menguraikan
tentang desktipsi teori, kerangka berfikir, dan pengujian
hipotesis. Dalam deskripsi teori memuat tentang pengertian
Capital Adequacy Ratio (CAR) dan pengukurannya, dan
pengertian Return On Assets (ROA) dan bentuk
pengukurannya.
Bab III : Metode penelitian. Dalam bab ini membahas tentang
rancangan penelitian, variabel penelitian dan definisi
operasional, populasi, sampel dan teknik sampling, jenis dan
sumber data, metode pengumpulan data, dan metode
pengolahan dan analisis data.
Bab IV : Hasil dan pembahasan. Dalam bab ini membahas tentang
hasil pengujian instrument (validitas dan reliabilitas), hasil
pengujian deskripsi, hasil pengujian hipotesis dan
pembahasan.
Bab V : Merupakan bagian penutup yang berisikan kesimpulan dan
BAB II
LANDASAN TEORI A. Landasan Teori
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
a. Pengertian Capital Adequacy Ratio
Capital Adequacy Ratio (CAR) atau disebut rasio kecukupan
modal adalah rasio yang menunjukkan kemampuan bank dalam
menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan
pelindung risiko kerugian yang diakibatkan oleh kegiatan operasional
bank.7 Secara umum CAR dapat dipahami sebagai rasio kecukupan
modal yang digunakan dalam membiayai operasional perbankan dalam
memperoleh laba dan sebagai pelindung ketika terjadi kerugian dan
goncangan dari kegiatan operasional perbankan tersebut.Fungsi utama
CAR adalah sebagai penyangga atas kerugian yang tidak terduga
dalam operasional perbankan.8
Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam
rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Bank
Indonesia menetapkan modal (CAR), yaitu kewajiban penyediaan
modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank
sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut
Risiko (ATMR), atau secara matematis:
7
Hennie Van Greuning dan Zamir Iqbal, Risk Analisis For Islamic Bank, (Jakarta: Salemba Empat,2011) 113.
8
Aktiva tertimbang menurut risiko adalah nilai total masing-masing
aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko
aktiva tersebut. Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0% dan
aktiva yang paling berisiko diberi bobot 100%. Dengan demikian,
ATMR menunjukkan nilai aktiva berisiko yang memerlukan antisipasi
modal dalam jumlah yang cukup.
Pengertian modal bagi bank yang didirikan dan berkantor pusat di
Indonesia menurut Paket Kebijakan 29 Mei 1993 terdiri atas modal inti
dan modal pelengkap dengan penjelasan sebagai berikut:9
1) Modal Inti
Modal inti (tier 1) terdiri dari:
a) Modal Setor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh
pemilik. Bagi bank milik koperasi, modal setor terdiri dari
simpanan pokok dan simpanan wajib para anggotanya.
b) Agio Saham, yaitu selisih lebih dari harga saham dengan nilai
nominal saham.
c) Modal Sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari
sumbangan saham, termasuk selisih nilai yang tercatat dengan
harga (apabila saham tersebut terjual).
9
d) Cadangan Umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari
penyisihan laba yang ditahan dengan persetujuan RUPS.
e) Cadangan Tujuan, yaitu bagian laba setelah pajak yang
disisihkan diputuskan untuk tidak dibagikan.
f) Laba Tahun Lalu, yaitu laba bersih tahun lalu setelah pajak,
yang belum ditetapkan penggunaanya oleh RUPS; jumlah laba
tahun lalu hanya diperhitungkan sebelas 50% sebagai modal
inti. Bila tahun lalu rugi harus dikurangkan terhadap terhadap
modal inti.
g) Laba Tahun Berjalan, yaitu laba sebelum pajak yang diperoleh
dalam tahun berjalan. Laba ini diperhitungkan hanya 50%
sebagai modal inti. Bila tahun berjalan rugi, harus dikurangi
terhadap modal inti.
h) Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan
keuangannya dikonsolidasikan, yaitu modal inti anak
perusahaan setelah dikompensasikan dengan penyertaan bank
pada anak perusahaan tersebut.
Bila dalam pembukuan bank terdapat goodwill, maka jumlah
modal inti harus dikurangkan dengan nilai goodwill tersebut.10
2) Modal Pelengkap
Modal pelengkap terdiri dari:
a) Cadangan revaluasi aktiva tetap
10
b) Penyisihan penghapusan aktiva produktif (maksimum 1.25%
dari ATMR)
c) Modal pinjaman
d) Pinjaman sub ordinasi (maksimum 50% dari jumlah modal
inti).11
b. Kriteria Penilaian Peringkat Capital Adequacy Ratio
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
21/POJK.03/2014 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
Bank Umum Syariah bank wajib menyediakan modal minimum sesuai
profil risiko. Penyediaan modal minimum tersebut dihitung dengan
menggunakan rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM). Penyediaan modal minimum tersebut ditetapkan paling
rendah sebagai berikut:
1) 8% (delapan perseratus) dari Aset Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR) untuk Bank dengan profil risiko peringkat 1 (satu);
2) 9% (sembilan perseratus) sampai dengan kurang dari 10% (sepuluh
perseratus) dari ATMR untuk Bank dengan profil risiko peringkat
2 (dua);
3) 10% (sepuluh perseratus) sampai dengan 11% (sebelas perseratus)
dari ATMR untuk Bank dengan profil risiko peringkat 3 (tiga);
atau
11
4) 11% (sebelas perseratus) sampai 14% (empat belas perseratus) dari
ATMR untuk Bank dengan profil risiko peringkat 4 (empat) atau 5
(lima).12
Penerapan aturan tersebut merupakan kelanjutan aturan
sebelumnya yang hanya mewajibkan CAR minimal 8%.13 Hal tersebut
sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 yang
menyatakan bahwa bank wajib menyediakan modal minimum sebesar
8 % persen dari asset tertimbang menurut risiko (ATMR).14
Untuk meningkatkan kinerja dan memerhatikan prinsip
kehati-hatian, otoritas moneter berusaha meningkatkan kewajiban CAR. Akan
tetapi, sebelum aturan tersebut secara lengkap dilaksanakan, Indonesia
mengalami krisis ekonomi pada akhir tahun 1990-an sehingga
sebagian besar bank di Indonesia mengalami kerugian yang
mengakibatkan menyusutnya modal bank.
Akibat krisis ini, bank sulit sekali memenuhi minimum CAR,
sehingga Bank Indonesia menerapkan kebijakan bahwa bank yang
CAR-nya 4% atau lebih sudah bisa dipandang sebagai bank yang
cukup sehat.15
12
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 21/POJK.03/2014 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum Syariah
13
Khaerul Umam, Manajemen Perbankan Syariah, 253.
14
PBI Nomor 10/15/PBI/2008 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum.
15
c. Bentuk pengukuran Capital Adequacy Ratio
Menurut peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 pasal 2
ayat 1 tercantum bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8%
dari asset tertimbang menurut resiko (kredit, penyertaan, surat
berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri
disamping memperoleh dana-dana dari sumber diluar bank. Capital
Adequecy Ratio adalah kecukupan modal yang menunjukkan
kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan
kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur,
mengawasi, dan mengontrol resiko-resiko yang timbul yang dapat
berpengaruh terhadap besarnya modal (Almilia, 2005). Perhitungan
Capital Adequacy Ratio didasarkan pada prinsip bahwa setiap
penanaman yang mengandung risiko harus disediakan jumlah modal
sebesar persentase tertentu terhadap jumlah penanamannya. Rumus
CAR yang digunakan adalah16:
2. Return On Assets (ROA)
a. Pengertian Return On Assets (ROA)
Return on assets (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan hasil
(return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau
lembaga keuangan atau suatu ukuran tentang efisiensi manajemen.
16
Rasio ini menunjukkan hasil dari seluruh aktiva yang dikendalikannya
dengan mengabaikan sumber pendanaan dan biasanya rasio ini diukur
dengan persentase.17
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Return On Assets (ROA)
Faktor internal, Return On Assets suatu perbankan sangat
dipengaruhi oleh semua atau sebagian rasio-rasio keuangan.
Diantaranya Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Finance
(NPF) dan Operational Expenses To Operational Revenue (OEOR),
Financing To Deposit Ratio (FDR). Hal tersebut sesuai dengan Surat
Edaran Bank Indonesia No.9/29/PBI/2007 dan Peraturan Bank
Indonesia No.9/17/PBI/2007.18
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi profitabilitas (ROA)
antara lain faktor ekonomi dan moneter, seperti Suku Bunga Bank
Indonesia dan Inflasi. Suku bunga atau interes Rate dikatakan sebagai
harga yang disepakati, yaitu harga dari penggunaan uang tertentu
untuk jangka waktu yang ditentukan bersama atau pengertian suku
bunga secara sederhana dapat dikatakan sebagai biaya yang
dibutuhkan untuk pemanfaatan dana yang akan datang untuk
mencukupi kebutuhan sekarang.
Naik turunnya suku bunga pada bank-bank umum baik langsung
maupun tidak langsung akan membawa dampak terhadap bank syariah,
17
Kasmir dan Jakfar, Studi Kelayakan Bisnis,(Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2009),143.
18Fitra Rizal, “Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Finance Dan
dengan naiknya suku bunga maka akan diikuti oleh naiknya suku
bungan simpanan dan suku bungan pinjaman pada bank
konvensioanal, sehingga masyarakat umum akan cenderung
menyimpan dananya di bank konvensional dari pada di bank syariah
kerana bunga simpanan di bank konvensional naik yang pada akhirnya
tingkat pembelian yang akan diperoleh oleh nasabah penyimpanan
akan mengalami peningkatan.19
Faktor eksternal kedua setelah tingkat suku bunga adalah inflasi.
Inflasi adalah kenaikan harga-harga umum barang secara
terus-menerus, tetapi kenaikan harga trsebut tidak selalu dalam presentase
yang sama.20 Kenaikan harga tersebut diukur dengan beberapa cara
antara lain dengan:
1) Indeks biaya hidup (consumer price index)
2) Indeks harga perdagangan besar (whole sale price index)
3) GNP Deflator.
Laju inflasi yang tinggi akan mengakibatkan tingkat profitabilitas
bank menurun. Dengan kata lain, inflasi berpengaruh negative
terhadap ROA karena laju inflasi yang tinggi merugikan perbankan
karena nasabah lebih berorientasi meakukan penarikan uang dari
perbankan sehingga dapat mengakibatkan berkurangnya likuiditas
19
Boediono, Ekonomi Moneter. Seri Sinopsis. Pengantar Ilmu Ekonomi No.5,(Yogyakarta: BPFE,1985), 82.
20
bank, yang berujung pada berkurangnya pembiayaan dan
mengakibatkan tingkat profitabilitas bank akan menurun.21
c. Kriteria penilaian peringkat Return On Assets
Klasifikasi tingkat ROA menurut Bank Indonesia secara rinci
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Klasifikasi Tingkat ROA
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat
Memadai
Perolehan laba sangat tinggi (rasio ROA di atas 2%)
2 Memadai Perolehan laba tinggi (rasio
berkisar antara 1,26% sampai dengan 2%)
3 Cukup
Memadai
Perolehan laba cukup tinggi (rasio ROA berkisar antara 0,51% sampai dengan 1,25%)
4 Kurang
Memadai
Perolehan laba rendah atau
cenderung mengalami kerugian
(ROA mengarah negative, rasio berkisar 0% sampai dengan 0,5%)
5 Tidak
Memadai
Bank mengalami kerugian yang
besar (ROA negative, rasio
dibawah 0%)
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011
21Dwijayanthy dkk, “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate
ROA adalah salah satu indikasi kesehatan keuangan perbankan.
Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi
penggunaan asset. Sebaliknya, semakin kecil ROA, menggambarkan
kinerja perbankan yang kurang baik dalam mengelola asset guna
menghasilkan laba.
d. Bentuk pengukuran Return On Assets
Pengembalian atas total aktiva (ROA) dihitung dengan cara
membandingkan laba bersih yang tersedia untuk pemegang saham
biasa dengan total aktiva. Ratio Return On Asset (ROA) ini dihitung
dengan cara sebagai berikut:
Besarnya nilai untuk laba setelah pajak dapat dilihat pada
perhitungan laba rugi bank, sedangkan total aktiva dapat dilihat pada
laporan neraca bank. Adapun perhitungan ROA untuk bank syariah
biasanya menggunakan laba setelah zakat dan pajak.
Laba setelah pajak adalah laba rugi bank yang diperoleh dalam
periode berjalan setelah dikurangi pajak. Sedangkan total aktiva
merupakan komponen yang terdiri dari kas, giro pada BI, penempatan
pembiayaan dengan prinsip jual beli, pembiayaan dengan prinsip sewa,
pinjaman qardh, aktiva tetap, dan lain-lain.22
Semakin besar nilai ROA, menunjukkan kinerja perusahaan yang
semakin baik pula, karena tingkat pengembalian investasi semakin
besar. Tetapi jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak
memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian.
Sehingga dapat disimpulkan semakin besar ROA suatu bank,
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan
semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset.23
3. Keterkaitan antara Capital Adequacy Ratio terhadap Return On Assets
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal dengan
menunjukkan kemampuan bank saat mempertahankan modal yang
mencukupi serta kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi,
mengukur, mengawasi serta mengontrol risiko-risiko yang mungkin timbul
karena pengaruh dari kinerja suatu bank pada saat menghasilkan
keuntungan dan menjaga besarnya modal yang dimiliki perusahaan
perbankan.24CAR sangat penting bagi perbankan karena merupakan salah
satu faktor untuk menilai kinerja dan kesehatan perbankan tersebut.25
22
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), 22.
23
Siti Fatimah, Pengaruh Return On Asset (ROA) dan Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO) Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah Mandiri, skripsi (Ponorogo:STAIN Ponorogo, 2014), 27.
24
Mundrajad Kuncoro dan Suhardjono, Manajemen Perbankan (Yogyakarta: BPFE UGM, 2002), 256.
25
Semakin besar CAR, semakin bagus kinerja keuangan BMT. Apabila
CAR naik maka modal yang digunakan BMT akan bertambah, sehingga
kinerja dan operasional bank akan meningkat dan pada akhirnya akan
meningkatkan profitabilitas BMT. Hal ini menunjukkan bahwa CAR
mempunyai hubungan positif terhadap ROA BMT. Hal ini sesuai dengan
penelitian Almuntahanatul Ulya, yang menyatakan bahwa CAR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.26
Namun apabila CAR naik sehingga meningkatkan dan menambah
perolehan modal BMT, akan tetapi kenaikan jumlah modal tersebut tidak
meningkatkan kinerja operasional bank, maka pertambahan modal tersebut
tidak dapat meningkatkan profitabilitas. Bahkan jika tingkat penurunan
kinerja dan operasional tersebut besar akan berakibat pada peningkatan
beban yang harus ditanggung oleh bank tersebut, sehingga hal tersebut
justru akan menurunkan tingkat profitabilitas BMT. Dalam hal ini
hubungan CAR dengan ROA tidak berpengaruh positif akan tetapi
berbanding terbalik atau negatif.
B. Kajian Terdahulu
Ada beberapa penelitian yang sudah meneliti tentang Capital Adequacy
Ratio (CAR) dan Return On Assets (ROA) salah satunya adalah karya ilmiah
berupa skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendapatan Mudharabah dan
Murabak}hah Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Mandiri Syariah Periode
2008-2012” yang dikaji oleh Sylviana Damayanti tahun 2014. Jenis penelitian
26
yang dilakukan adalah penelitian lapangan (field research). Inti dari skripsi ini
adalah pendapatan bagi hasil mudharabah berpengaruh terhadap tingkat
profitabilitas pada PT Bank Syariah Mandiri, TBk. Hal ini terlihat dari hasil
uji korelasi yang memiliki hubungan rendah antara mudharabah dengan
tingkat profitabilitas yaitu 0,252, dan mudharabah berpengaruh sebesar 6,4%
terhadap profitabilitas. Sedangkan hasil uji hipotesis secara parsial t hitung
(3.206) lebih besar dari t tabel (3.182) serta nilai sig 0,049 < 0,005, maka H2
diterima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara pendapatan bagi
hasil mudharabah (X1) terhadap profitabilitas (Y). Pendapatan jual beli
murabak}hah berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas pada PT
Bank Syariah Mandiri, Tbk. Hal ini dilihat dari hasil uji korelasi menunjukkan
hubungan yang kuat antara murabak}hah dengan tingkat profitabilitas yaitu
0,632, dan murabak}hah berpengaruh sebesar 79,4% terhadap profitabilitas.
Sedangkan hasil uji hipotesis secara parsial t-hitung (3,451) > t-tabel (2.00),
maka Ha diterima, serta nilai sig 0,003 < 0,05 artinya terdapat pengaruh
signifikan antara pendapatan jual beli murabak}hah (X2) terhadap
profitabilitas (Y). Pendapatan mudharabah dan murabak}hah berpengaruh
terhadap tingkat profitabilitas pada PT Bank Syariah Mandiri, Tbk. Hal ini
diketahui dari nilai r2 sebesar 0.689, maka nilai koefisien determinasi secara
simultan pendapatan bagi hasil mudharabah,pendapatan jual beli murabak}hah
terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri adalah sebesar 47,4%. Artinya
bahwa pengaruh pendapatan bagi hasil mudharabah dan pendapatan jual beli
dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil uji hipotesis secara simultan diperoleh dari
perbandingan F-hitung dengan F-tabel adalah H0 ditolak karena F-hitung
7,662 ≥ F-tabel 3.52 dan tingkat segnifikansi F sig 0.004 < 0.05 dengan
demikian hipotesis dapat diterima.27 Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang akan dilakukan peneliti terletak pada variabel yang diteliti
dimana penelitian milik Sylviana Damayanti memiliki 3 variabel yaitu 2
variabel X (Pendapatan Mudharabah dan Murabak}hah ) dan 1 variabel Y
(tingkat profitabilitas).
Karya ilmiah yang selanjutnya berupa skripsi yang berjudul “Pengaruh
Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing To Deposit Ratio (FDR), Biaya
Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), dan Dana Pihak Ketiga
(DPK) Terhadap Tingkat Profitabilitas Pada KSU Syariah BMT Kompak”
yang dikaji oleh Almuntahanatul Ulya tahun 2015. Jenis penelitian yang
digunakan yaitu penelitian lapangan. Inti dari skripsi ini adalah hasil analisis
regresi menunjukkan bahwa secara parsial variabel Capital Adequacy Ratio
(CAR) berpengaruh signifikan terhadap ROA. Dengan demikian H1 yang
menyatakan bahwa Capital Adequecy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Return On Asset (ROA) diterima. Dari hasil analisis
regresi menunjukkan bahwa secara parsial variabel Financing to Deposit Ratio
(FDR) berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
Dengan demikian H2 yang menyatakan bahwa Financing to Deposit Ratio
27
Sylviana Damayanti, Pengaruh Pendapatan Mudharabah dan Murabak}hah Terhadap
(FDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA)
diterima. Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa secara parsial
variabel Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) tidak
berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Jadi setiap kenaikan
atau penurunan BOPO tidak berpengaruh terhadap ROA. Dengan demikian
H3 yang menyatakan bahwa Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
(BOPO) berpengaruh negative dan signifikan terhadap Return On Asset
(ROA) ditolak. Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa secara
parsial variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) juga berpengaruh signifikan
terhadap Return On Asset (ROA). Dengan demikian H4 yang menyatakan
bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Return On Asset (ROA) diterima. Secara simultan variabel Capital Adequecy
Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional dan
Pendapatan Operasional (BOPO), dan Dana Pihak Ketiga (DPK)
mempengaruhi tingkat profitabilitas (ROA) dengan nilai signifikansi sebesar
0.000 dan nilai F hitung sebesar 14.039.28 Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang akan diteliti oleh peneliti adalah terletak pada fokus
masalahnya selain itu variabel yang di pakai dalam penelitian ini lebih banyak
dibandingkan milik peneliti.
Dan dalam penelitian lain oleh Dwi Prasetiani yang berjudul “Pengaruh
Risiko Likuiditas Terhadap Rentabilitas (Studi Kasus Pada BMT Natijatul
28
Umat Ponorogo Tahun 2010-2014)” Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam,
STAIN PONOROGO tahun 2015. Dengan fokus masalah sebagai berikut
pengaruh rasio lancar terhadap ROA dan ROE di BMT Natijatul Umat
Ponorogo, Pengaruh QR terhadap ROA dan ROE, pengaruh FDR terhadap
ROA dan ROE, serta pengaruh ketiganya terhadap ROA dan ROE di BMT
Natijatul Umat Ponorogo. Hasil penelitian ini adalah rasio lancar mengalami
penurunan dari tahun 2013 ke 2014 dan rasio lancar tidak berpengaruh
signifikan pada ROA. QR tidak berpengaruh signifikan pada ROA. Variabel
FDR tidak berpengaruh terhadap profitabilitas BMT. Ketiga rasio tersebut
tidak berpengaruh signifikan secara simultan terhadap ROA maupun ROE,
sehingga mengakibatkan kondisi rentabilitas mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya.29
Penelitian yang dilakukan peneliti memiliki persamaan dan perbedaan
dengan penelitian terdahulu. Persamaannya terletak pada instrumen atau alat
penelitian yaitu rasio keuangan. Sedangkan perbedaannya adalah terletak pada
objek penelitian dan fokus masalah yang diteliti. Objek pada penelitian ini
adalah BMT Surya Abadi yang berlokasi di wilayah Jenangan. Dan fokus
masalah yang membedakan dengan penelitian terdahulu adalah dari variable
yang digunakan adalah capital adequacy ratio (CAR) terhadap return on asset
(ROA) di BMT Surya Abadi Jenangan Ponorogo.
29
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori dan telaah hasil penelitian terdahulu di atas,
maka kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Semakin besar Capital Adequacy Ratio, maka Return On Assets BMT
Surya Abadi Jenangan akan meningkat,
Berdasarkan penjelasan di atas, maka konsep paradigm dalam
penelitian ini adalah:
Gambar 1.1. Paradigma Penelitian
D. Hipotesis Penelitian
Teori yang digunakan dalam penelitian kuantitatif akan
mengidentifikasikan hubungan antar variabel bersifat hipotesis. Hipotesis
adalah suatu penjelasan atau dugaan sementara tentang perilaku, fenomena,
atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi.30 Atau dalam
penelitian lain hipotesis merupakan proposisi yang akan diuji keberlakuannya
atau merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian. Hipotesis
dalam penelitian kuantitatif dapat berupa hipotesis satu variabel dan hipotesis
dua atau lebih variabel yang dikenal sebagai hipotesis kausal/hubungan
(sebab-akibat).31
30
Mudraj Kuncoro, Metode Kuantitatif:Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi (Yogyakarta: UPP STIM, 2007), 59
31
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 76-77.
Capital Adequacy Ratio
(CAR) (X1)
Hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini berkaitan dengan ada
tidaknya pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y).
Hipotesis Null (H0) menyatakan tidak adanya pengaruh dari variabel
independen terhadap variabel dependen. Sedangkan hipotesis alternative (Ha)
adalah hipotesis tandingan yang merupakan hipotesis yang diajukan oleh
penulis yaitu adanya pengaruh signifikan diantara variabel yang diuji.
Ha: Terdapat pengaruh antara Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap
Return On Assets (ROA)
H0: Tidak terdapat pengaruh antara Capital Adequacy Ratio (CAR)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Dilihat dari jenis datanya, penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu
data yang berbentu angka (metrik) seperti jumlah penjualan, berat badan, jarak
dalam kilometer, dan lain sebagainya. Sementara berdasarkan sumber datanya
termasuk data internal yaitu data yang menggambarkan keadaan/kegiatan di
dalam sebuah organisasi. Di dalam perusahaan, misalnya, data internal
meliputi data personalia, data keuangan, data inventaris, data produksi, data
penjualan, dan sebagainya.32
Dalam rancangan penelitian ini penulis menggunakan variable penelitian.
Adapun variable penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel yang
digunakan adalah variabel bebas (independen) yaitu variable yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variable terikat (dependen). Sedangkan variable terikat (dependen) yaitu
variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variable
bebas.
Dalam penelitian ini variable independennya adalah Capital Adequacy
Ratio (CAR) sedangkan variable dependennya adalah Return On Asset (ROA)
di BMT Surya Abadi Jenangan.
32
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian yakni segala sesuatu yang berbentuk apa saja yanng
ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
yang ingin diteliti/dikaji, kemudian ditarik kesimpulannya.
Variabel penelitian terbagi menjadi dua, yakni variabel independen
(mempengaruhi/bebas) dan dependen (dipengaruhi/terikat). Variabel
independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Sedangkan variabel
dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas. 33 Dalam penelitian ini variable independennya
adalah Capital Adequacy Ratio (CAR) sedangkan variable dependennya
adalah Return On Asset (ROA).
Definisi operasional ialah gambaran teliti mengenai prosedur yang
diperlukan untuk memasukkan unit-unit analisis ke dalam kategori-kategori
tertentu dari tiap-tiap variabel. Dengan demikian, definisi
operasional/operasionalisasi merupakan tahapan terakhir dalam proses
pengukuran.34 Di dalam penelitian ini, operasionalisasi konsep dapat dibuat
sebagai berikut:
33
Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), 108-109.
34
Tabel 3.1
Definisi Operasional CAR dan ROA
Variabel Definisi Operasional Pengukuran
Capital
Adequacy
Ratio
(CAR)
CAR ialah rasio
kecukupan modal adalah rasio
yang menunjukkan kemampuan
bank dalam menyediakan dana
untuk keperluan pengembangan
usaha dan pelindung risiko
kerugian yang diakibatkan oleh
kegiatan operasional bank.
Return On
Assets
(ROA)
ROA ialah rasio yang
menggambarkan kemampuan
bank dalam mengelola dana
yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva yang
menghasilkan keuntungan.
Dengan kata lain, ROA adalah
gambaran produktivitas bank
dalam mengelola dana sehingga
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek, yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek
dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah
yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.35
Dalam pengertian lain populasi merupakan sekelompok orang,
kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu.36
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan BMT
Surya Abadi.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak aka ada
sampel jika tidak ada populasi.37 Dalam penelitian ini sampel yang
digunakan adalah laporan keuangan tahunan BMT Surya Abadi dari
tahun 2015-2017 yang diperoleh dari dokumentasi laporan tahunan
BMT Surya Abadi.
35
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: ALFABETA, 2013),119.
36Andhita Dessy Wulansari, “
Penelitian Pendidikan: Suatu Pendekatan Praktis dengan Menggunakan SPSS”, Skripsi(Ponorogo: STAIN PO Press, 2012), 41.
37
Sampel ditentukan oleh peneliti berdasarkan pertimbangan
masalah, tujuan, hipotesis, metode, dan instrument penelitian, di
samping pertimbangan waktu, tenaga, dan pembiayaan. Sebagaimana
dijelaskan di atas bahwa sampel terdiri atas subjek penelitian
(responden) yang menjadi sumber data yang terpilih dari hasil
pekerjaan teknik penyampelan (teknik sampling). Ada beberapa teknik
sampling untuk memeperoleh responden/sumber data yang repsentatif
dalam suatu penelitian, diantaranya, yaitu Probability Sampling dan
Non-Probability Sampling.
D. Jenis dan Sumber Data 1. Data
Data adalah bentuk jamak dari datum. Data merupakan
keterangan-keterangan tentang suatu hal, dapat berupa sesuatu yang diketahui atau
yang dianggap atau anggapan. Atau suatu fakta yang digambarkan lewat
angka, symbol, kode, dan lain-lain.
a) Data Umum
Data umum dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari
BMT Surya Abadi Jenangan Ponorogo.
b) Data Khusus
Adapun data khusus dalam penelitian ini adalah laporan keuangan
2. Sumber Data
Sumber data adalah sumber dimana data penelitian itu melekat dan
atau dapat diperoleh.38 Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan
adalah:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat
pengembalian data langsung kepada subyek sebagai sumber informasi
dari pemilik, karyawan/karyawati di BMT Surya Abadi. Data dapat
diperoleh melalui wawancara.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari tangan
kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum
penelitian dilakukan, seperti tentang laporan keuangan. Data diperoleh
dari dokumentasi lembaga.
E. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Teknik dokumentasi, yakni teknik pengumpulan data yang dimana alat
pengumpul datanya merupakan form pencatatan dokumen dan sumber
datanya berupa catatan atau dokumen yang tersedia yang telah diambil
dari laporan keuangan tahunan BMT Surya Abadi Jenangan Ponorogo.
38
Dokumentasi ini untuk menjawab rumusan masalah tentang permodalan
dan pendapatan bagi hasil mudharabah serta profitabilitas.
2. Teknik wawancara yang dapat dilakukan dengan individu tertentu untuk
mendapatkan data atau informasi tentang masalah yang berhubungan
dengan satu objek tertentu atau orang lain. Individu yang menjadi sasaran
wawancara ini sering disebut informan, yakni orang yang memiliki
keahlian atau pemahaman yang terbaik mengenai suatu hal yang ingin
diketahui.39 Informan tersebut adalah manajer BMT Surya Abadi Jenangan
Ponorogo. dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan teknik
wawancara terstruktur karena peneliti mengetahui secara jelas dan
terperinci informasi apa saja yang dibutuhkan dan peneliti juga
mempunyai daftar pertanyaan yang sudah ditentukan atau disusun
sebelumnya. Ketika responden merespon atau memberikan pandangannya
atas pertanyaan yang diajukan, peneliti mencatat jawaban dan peneliti
melanjutkan pertanyaan lain yang sudah disusun atau disiapkan.40 Teknik
ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah tentang keuntungan
setiap tahun dan permodalannya.
F. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan survei. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti
status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya
39
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), 312.
40
adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara
fenomena yang diselidiki”. Metode ini tidak hanya memberikan gambaran
terhadap fenomena tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis,
membuat prediksi, serta mendapatkan makna dari suatu masalah yang ingin
dipecahkan.
Metode deskriptif dengan pendekatan survei adalah penelitian yang
diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dan gejala-gejala yang ada dan
mencari keterangan-keterangan secara faktual baik tentang intitusi sosial,
ekonomi atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah.41
1. Analisis Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio kecukupan modal diperoleh dari data laporan keuangan yang
disimpan di BMT Surya Abadi, dan dilakukan penghitungan sesuai dengan
ketentuan Bank Indonesia yaitu perbandingan antara modal dengan Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
Dari laporan keuangan tahunan tersebut, setelah dilakukan
penghitungan maka diperoleh rasio kecukupan modal (CAR) dari periode
2015-2017. Dalam table berikut disajikan besarnya tingkat kecukupan
modal (CAR).
Table 3.2
Tingkat kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio) (dalam %)
No CAR 2015 CAR 2016 CAR 2017 CAR
Rata-rata
1. 27,37 27,62 24,97 26,65
41
Sumber: Hasil Penghitungan Laporan Keuangan BMT Surya Abadi Jenangan
Jadi dapat dijelaskan bahwa tingkat CAR selama periode 2015-2017
mengalami kenaikan dan juga penurunan. Hal ini terlihat jelas pada tabel
diatas CAR tahun 2015 sebesar 27,37%, meningkat pada tahun 2016
menjadi 27,62% dan pada tahun 2017 menurun menjadi 24,97%. Dengan
demikian dapat diklasifikasi sehat karena nilai setiap tahunnya lebih dari
8%, hal ini menunjukkan bahwa tingkat CAR sehat menurut standar BI.
2. Analisis Data Return On Assets (ROA)
Untuk mendapatkan rasio Return On Assets BMT, menggunakan
analisis rasio Net Interest Margin (NIM). Indicator yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan
(laba) secara keseluruhan adalah Net Interest Margin (NIM). NIM yaitu
selisih sntara pendapatan bunga dengan biaya dana dibagi dengan aktiva
produktif.
Table di bawah ini akan menyajikan perhitungan Net Interest Margin
(NIM) dengan cara perhitungan berdasarkan perhitungan Bank Indonesia
untuk setiap bank dan kemudian akan dirata-ratakan.
Table 3.3
Tingkat Return On Assets (Net Interest Margin)
(dalam %)
No ROA 2015 ROA 2016 ROA 2017 ROA
Rata-rata
3. 4,13 3,93 3,34 3,80
Jadi dapat dijelaskan bahwa tingkat ROA selama periode 2015-2017
mengalami penurunan setiap tahunnya. Hal ini terlihat jelas pada tabel
diatas ROA tahun 2015 sebesar 4,13%, menurun pada tahun 2016 menjadi
3,93% dan pada tahun 2017 menurun lagi menjadi 3,80%. Tetapi
walaupun mengalami penurunan setiap tahunnya tingkat ROA jika
diklasifikasi tetap dinyatakan sangat memadai karena nilai setiap tahunnya
lebih dari 1,22%, hal ini menunjukkan bahwa tingkat ROA sehat menurut
standar BI.
3. Statistik Deskriptif
Pengujian statistikdeskriptif digunakan untuk memberikan gambaran
profil data sampel. Statistik deskriptif juga bermanfaat untuk
mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian, yaitu akan
memberikan gambaran umum dari tiap variabel penelitian.
Penelitian menggunakan SPSS untuk menampilkan output data
statistic deskritif yang terdiri dari rata-rata (mean), nilai maximum, nilai
minimum (median) yaitu nilai tengah dimana semua data diurutkan dan
dibagi dua sama besar sehingga ditemukan nilai tengah. Modus (mode)
data yaitu data yang paling sering muncul. Variance yaitu varian dari data
4. Analisis regresi linier
a. Analisis Regresi Sederhana
Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui besarnya
pengaruh satu variabel bebas X terhadap satu variabel terikat Y.42 Model
regresi sederhana adalah:
Y=a+bx
Dimana:
Y : variabel dependen
X : variabel independen
a : intersept
b : Koefisien regresi
5. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini, uji hipotesis yang digunakan adalah uji signifikan
parameter individu (uji statstik t).
a. Uji t
Uji T digunakan untuk menguji tingkat signifikan dari pengaruh
variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji
dilaksanakan dengan langkah membandingkan T hitung dengan T tabel.
Untuk pengambilan kesimpulannya dinyatakan dengan melihat nilai
signifikansi dan membandingkan dengan taraf kesalahan (signifikansi)
yang dipakai, yakni jika nilai profitabilitas < nilai alpa (α), maka variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
42
Adapun dasar pengambilan keputusan adalah:
Jika thitung > ttabel artinya variabel bebas (X) mempunyai pengaruh
signifikan terhadap variabel terikat (Y).
Jika thitung < ttabel artinya variabel bebas (X) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y).
Dan mengambil kesimpulan:
Nilai signifikan > 0,05 maka H0 ditolak Ha diterima
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya BMT Surya Abadi
Koperasi Simpan Pinjam BMT Surya Abadi didirikan atas prakarsa
dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah Majelis Ekonomi Ponorogo yang
bekerja sama dengan Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah yakni
pada tahun 1997 dengan nama BMT Surya Abadi. Pada awal berdiri,
hanya dengan modal sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah). Dengan
perincian sebagai berikut:
a. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Rp 2.250.000,00.
b. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Jenangan Timur sebesar Rp.
750.000,00.
c. Dana dari perseorangan sebesar Rp 2.000.000,00.
Usaha didirikanya BMT tersebut bermaksud untuk menjalankan usaha
di bidang keuangan dengan sistem bagi hasil/berbasis syariah. Dalam
perjalanannya lembaga yang bergerak di bidang usaha simpan pinjam
harus bernaung di bawah badan hukum sesuai dengan peraturan
pemerintah. Maka, BMT Surya Abadi yang sudah berjalan sekian tahun
harus berbadan hukum sesuai dengan usahanya. Kemudian pada tahun
2000 BMT Surya Abadi mengajukan status badan hukum ke Departemen
Koperasi Ponorogo sehingga mulai bulan Desember tahun 2000 telah
Setelah berbadan hukum mulai tahun 2000 maka sesuai peraturan
dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) BMT Surya Abadi menyesuaikan
dengan Undang – Undang Koperasi.43
2. Visi Dan Misi KSP BMT Surya Abadi Jenangan Ponorogo
a. Visi Koperasi Simpan Pinjam BMT Surya Abadi
KSP BMT Surya Abadi pada tahun 2019 menjadi KSP terbaik di
Kabupaten Ponorogo dengan aset mencapai Rp 5.000.000.000,00
dengan modal sendiri sebesar Rp 1.000.000.000,00 dan rata-rata
pinjaman ke anggota sebesar Rp 10.000.000,00 yang siap
menghantarkan 100% anggotanya untuk memperoleh pendapatan
bersih per-hari sebesar Rp 100.000,00.
b. Misi Koperasi Simpan Pinjam BMT Surya Abadi
1) Menguasai pasar UMKM Kabupaten Ponorogo pada tahun 2018.
2) Pembukaan kantor cabang atau cabang pembantu disetiap
kecamatan kabupaten Ponorogo maksimal tahun dengan aset
masing-masing cabang sejumlah satu milyar.
3) Menjaga tingkat kesehatan koperasi dengan penilaian sehat di
setiap tahunnya.
4) Memperoleh nilai pemeringkatan atau klasifikasi tiap tahun dengan
nilai A.
43
5) Meningkatkan SDM dengan terus mengikutsertakan untuk
memenuhi sertifikasi profesi sesuai SKKNI minimal tercapai pada
tahun 2018.
6) Terus-menerus memperbaiki SOM/SOP yang disesuaikan dengan
perkembangan teknologi maupun perkembangan perkoperasian.44
3. Struktur Organisasi KSP BMT Surya Abadi
STRUKTUR ORGANISASI KSP BMT SURYA ABADI
PERIODE 2016 -2019
44 Ibid. Rapat Anggota Tahunan (RAT) Pengurus 4. Ketua 5. Sekretaris 6. Bendahara
4. Data Personalia Pejabat, Tugas dan Kewenangannya Data Personalia Pejabat BMT Surya Abadi Jenangan
NO. Nama Jabatan
1. Kojin Rowi Pengawas
2. H. Sutrisno Ketua
3. Mujianto Sekretaris
4. Tukirin Bendahara
5. Sunyono Manajer Umum
6. Warsito Wakil Manajer
7. Darminto Manajer Pemasaran
8. Sundariyati Manajer Pembukuan
9. Ibud Awaludin Manajer Pendanaan
5. Produk BMT Surya Abadi
Seperti halnya Lembaga Keuangan Shariah lain, BMT Surya Abadi
juga memiliki dua produk yakni penghimpunan dan penyaluran dana.
Bentuk produk penghimpunan dana adalah simpanan yang terbagi menjadi
3 yakni simpanan pendidikan, simpanan masa depan, dan simpanan
berjangka. Sedangkan, bentuk produk penyaluran dana berupa pembiayaan
dan kredit/pinjaman yang terbagi menjadi 2 yaitu pertama, akad
konvensional dan kedua, akad shariah (mudharabah). Berikut penjelasan
a. Produk Penghimpunan Dana
Salah satu fungsi dari BMT adalah baitul tamwil yakni
mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam
meningkatkan kualitas kegiatan pengusaha kecil ke bawah dan kecil
dengan mendorong kegiatan menabung dan meminjam pembiayaan.
Kegiatan penghimpunan dana bertujuan untuk membiayai
usaha-usaha anggotanya. Produk penghimpunan dana ini kemudian
dikembangkan ke dalam bentuk simpanan ataupun tabungan.
Simpanan yang terdapat di KSP BMT Surya Abadi adalah sebagai
berikut:
1) Simpanan Pendidikan, diperuntukkan untuk pelajar dan mahasiswa
adalah simpanan yang dikhususkan untuk para pelajar ataupun
mahasiswa yang ingin belajar atau menyimpankan uangnya melalui
BMT. Minimal untuk bisa membukan simpanan atau tabungan ini
adalah Rp. 10,000,00.
Pihak BMT juga melakukan kerjasama dengan beberapa
sekolah swasta yakni MTS/SMK Muhammadiyah Jenangan yang
mengharuskan pembayaran SPP dilakukan melalui BMT Surya
Abadi.
Dengan adanya, simpanan pendidikan tersebut maka para
pelajar atau mahasiswa bisa melatih hidup hemat dan bila
membutuhkan sewaktu-waktu untuk keperluannya bisa mengambil
2) Simpanan Masa Depan (Umum) adalah layaknya simpanan atau
tabungan yang ada di bank, jadi simpanan ini ditujukan kepada
masyarakat atau nasabah yang ingin menyimpankan uangnya dan
sewaktu-waktu bisa diambil melalui kasir.
3) Simpanan Berjangka (Deposito) adalah simpanan yang bisa
diambil dengan jangka waktu yang telah ditentukan, sesuai
kesepakatan antara nasabah dengan pihak BMT, yakni satu bulan,
tiga bulan, enam bulan, atau setahun. Jadi, sebelum jangka waktu
tersebut, tabungan belum bisa diambil.45
b. Produk Penyaluran Dana
Bentuk produk penyaluran dana adalah dengan diberikannya
pembiayaan atau pinjaman kepada anggota atau nasabah sesuai
penilaian kelayakan yang dilakukan oleh pengelola BMT bersama
anggota yang bersangkutan. Dengan kegiatan tersebut, maka pihak
BMT akan mendapatkan bagi hasil sesuai dengan kesepakatan yang
bisa dipertanggungjawabkan serta mampu menunjang usaha anggota
atau nasabah. Pembiayaan atau pinjaman yang terdapat pada KSP
BMT Surya Abadi adalah bentuk konvensional dan syariah
(mudharabah).
Pembiayaan atau pinjaman yang disediakan pihak KSP BMT Surya
Abadi adalah kegiatan usaha dalam bidang pertanian, peternakan,
45
perikanan, perdagangan, dan jasa. Kredit-kredit tersebut bisa dilakukan
dengan bentuk konvensional ataupun syariah.
Konvensional, maka pokok dan bunga telah jelas. Maka, bila
kegiatan usaha tersebut untung ataupun rugi tidak akan berpengaruh,
sebab angsuran atau pelunasan beserta bunga telah dikalkulasikan pada
awal akad sesuai dengan waktu dan besaran yang telah disepakati atau
sifatnya tetap. Sedangkan, secara syariah BMT Surya Abadi masih
menggunakan satu akad yakni mudharabah. Jadi, bila usaha anggota
atau nasabah untung ataupun rugi perolehan bagi hasil tidak bisa
dipastikan. Karena, besaran keuntungan bisa saja bersifat fluktuatif
tiap bulannya atau bahkan mengalami kerugian.
Dari akad mudharabah ini, maka akan muncul pembagian nisbah
40% : 60%. Nisbah 40% untuk pihak BMT Surya Abadi dan nisbah
60% untuk nasabah/anggota. Kedua bentuk penyaluran dana di atas
menimbulkan biaya jasa yang dibebankan kepada nasabah atas segala
biaya operasional usaha. 46
46
B. Deskripsi Dan Analisis Data
1. Deskripsi dan Analisis Capital Adequacy Ratio (CAR) Rumus yang digunakan adalah:
Tabel 4.1
Deskripsi Data CAR
Tahun Modal Rata-Rata Total
Aset
Rasio (%)
2015 814.084.325 2.973.885.200 27,37
2016 871.390.590 3.154.905.100 27,62
2017 941.095.176 3.767.780.200 24,97
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan BMT Surya Abadi
Table 4.2
Tingkat kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio)
(dalam %)
No CAR 2015 CAR 2016 CAR 2017 CAR Rata-rata
2. 27,37 27,62 24,97 26,65
Sumber: Hasil Penghitungan Laporan Keuangan BMT Surya Abadi
Berdasarkan hasil penghitungan data laporan keuangan BMT dapat
diketahui bahwa nilai rasio CAR pada tahun 2015 senilai 27,37%, tahun
2016 senilai 27,62%, dan tahun 2017 senilai 24,97%. Dari rasio-rasio
selama tiga tahun tersebut di dapatkan rata-rata rasio CAR senilai 26,65%.
Tabel 4.3
Klasifikasi Tingkat CAR
Peringkat Kriteria
1 8% (delapan perseratus) dari Aset Tertimbang Menurut
Risiko (ATMR)
2 9% (sembilan perseratus) sampai dengan kurang dari 10%
(sepuluh perseratus) dari ATMR
3 10% (sepuluh perseratus) sampai dengan 11% (sebelas
perseratus) dari ATMR
4 11% (sebelas perseratus) sampai 14% (empat belas
perseratus) dari ATMR
5 11% (sebelas perseratus) sampai 14% (empat belas
perseratus) dari ATMR
Sumber: Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 21/POJK.03/2014
Table 4.4
Daftar Perhitungan Analisis Capital Adequecy Ratio (CAR)
Tahun Modal Rata-Rata
Total Aset
Rasio (%)
Kriteria
2015 814.084.325 2.973.885.200 27,37 Sehat
2016 871.390.590 3.154.905.100 27,62 Sehat
2017 941.095.176 3.767.780.200 24,97 Sehat
Sumber: data yang diolah
Pada tahun 2015 menghasilkan rasio CAR sebesar 27,37%, pada tahun
2016 menghasilkan rasio CAR 27,62%, dan pada tahun 2017
menghasilkan rasio CAR sebesar 24,97%. Berdasarkan tabel di atas dapat
dilihat bahwa rasio CAR dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi, dan
pada tahun 2016 adalah nilai terbesar dari rasio CAR. Prosentasi yang
tinggi pada CAR ini menunjukkan bahwa kemampuan BMT untuk
menanggung resiko dari kredit atau pembiayaan dan mampu membiayai
kegiatan operasional dengan baik.
Tabel 4.5
Deskripsi Data ROA
Tahun Laba Setelah Pajak Rata-Rata Total Aset
Rasio (%)
2015 123.063.182 2.973.885.200 4,13
2016 124.094.265 3.154.905.100 3,93
2017 125.917.586 3.767.780.200 3,34
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan BMT Surya Abadi
Table 4.6
Return On Assets (Net Interest Margin)
(dalam %)
No ROA 2015 ROA 2016 ROA 2017 ROA Rata-rata
4. 4,13 3,93 3,34 3,80
Sumber: Hasil Penghitungan Laporan Keuangan BMT Surya Abadi
Jenangan
Berdasarkan hasil penghitungan data laporan keuangan BMT dapat
diketahui bahwa nilai rasio ROA pada tahun 2015 senilai 4,13%, tahun
2016 senilai 3,93%, dan tahun 2017 senilai 3,34%. Dari rasio-rasio selama
Table 4.7
Klasifikasi Tingkat ROA
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat
Memadai
Perolehan laba sangat tinggi (rasio ROA
di atas 2%)
2 Memadai Perolehan laba tinggi (rasio berkisar
antara 1,26% sampai dengan 2%)
3 Cukup Memadai Perolehan laba cukup tinggi (rasio ROA
berkisar antara 0,51% sampai dengan
1,25%)
4 Kurang
Memadai
Perolehan laba rendah atau cenderung
mengalami kerugian (ROA mengarah
negative, rasio berkisar 0% sampai
dengan 0,5%)
5 Tidak Memadai Bank mengalami kerugian yang besar
(ROA negative, rasio dibawah 0%)
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP tanggal 25
Table 4.8
Daftar perhitungan Analisis Return On Asset (ROA)
Tahun Laba Setelah Pajak
Rata-Rata Total Aset
Rasio (%)
Kriteria
2015 123.063.182 2.973.885.200 4,13 Sangat
Memadai
2016 124.094.265 3.154.905.100 3,93 Sangat
Memadai
2017 125.917.586 3.767.780.200 3,34 Sangat
Memadai
Sumber: data yang diolah
Pada tahun 2015 mengasilkan rasio ROA sebesar 4,13% yang
menunjukkan bahwa setiap Rp 100,00 aset yang dimiliki dapat
menghasilkan laba sebesar 4,13. Pada tahun 2016 rasio ROA menurun
yakni pada nilai 3,93% yang menunjukkan bahwa setiap Rp 100,00 aset
yang dimiliki dapat menghasilkan laba 3,93. Sedangkan pada tahun 2017
rasio ROA mengalami penurunan lagi yakni pada nilai 3,34% yang
menunjukkan bahwa setiap Rp 100,00 aset yang dimiliki dapat
menghasilkan laba 3,34. Berdasarkan table di atas dapat dilihat bahwa laba
yang dihasilkan oleh BMT Surya Abadi mengalami penurunan dari tahun
ke tahun, hal ini disebabkan karena profit atau margin yang diterima
mengalami penurunan. Pembiayaan yang diberikan BMT mempengaruhi
penurunan ROA, yakni jika pembiayaan yang diberikan BMT kurang
C. Hasil Pengujian Data
1. Analisis Statistik Deskriptif
Pengujian statistikdeskriptif digunakan untuk memberikan gambaran
profil data sampel. Statistik deskriptif juga bermanfaat untuk
mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian, yaitu akan
memberikan gambaran umum dari tiap variabel penelitian. Dibawah ini
akan disajikan tabel hasil uji statistik deskriptif.
Tabel 4.9
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Statistics
CAR ROA
N Valid 4 4
Missing 1 1
Mean 26.6533 3.8000
Median 27.0117 3.8650
Mode 24.97a 3.34a
Std. Deviation 1.19466 .33536
Variance 1.427 .112
Minimum 24.97 3.34
Maximum 27.62 4.13
a. Multiple modes exist. The smallest value is
shown
Dari data diatas dijelaskan bahwa nilai rata-rata dari CAR adalah
26,6533 dan ROA adalah 3,8000. Sedangkan untuk nilai minimum CAR
adalah 3,34 dan nilai maksimum 4,13. Sementara itu untuk nila median
CAR adalah 27,0117 dengan nilai modus (mode) 24,97, dan untuk nilai
median ROA 3,8650 dan nilai modus (mode) 3,34.
2. Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linier adalah alat analisis untuk mengetahui pengaruh
hubungan secara linier antara variabel independent (X) terhadap variabel
dependent (Y). analisis regresi dibedakan menjadi regresi linier sederhana
dan regresi linier berganda.
a. Analis