• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keanekaragaman hayati di Indonesia memiliki bermacam macam flora maupun fauna di dalamnya hal inilah yang membuat Indonesia menjadi salah satu negara dengan keanekaragaman hayati yang paling beragam. Beragam tumbuhan, hewan, jamur, bakteri, dan jasad renik lain banyak terdapat di Indonesia1. Indonesia merupakan negara yang termasuk memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia tahun 2011 Taksiran jumlah utama spesies sebagai berikut:Mamalia sekitar 707 spesies, burung 1602 spesies, reptil 2.800 spesies,2800 spesies invertebrata, 1400 spesies ikan, 35 spesies primata dan 120 spesies kupu-kupu2. Dari data jumlah spesies tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat keanekaragaman hayati di Indonesia sangatlah tinggi.

Dengan melihat hal diatas dapat dikatakan bahwa di Indonesia memiliki banyak jenis Keanekaragaman hayati, hal tersebut tentu perlu diimbangi dengan sikap kepedulian akan keanekaragaman hayati di Indonesia ini baik dari upaya pemerintah Indonesia maupun kesadaran dari masyarakat Indonesia. Supaya terjaga kelangsungan dari spesies-spesies tersebut tentu pemerintah perlu melakukan suatu upaya yang sifatnya melindungi keanekaragaman hayati tersebut antara lain dapat berupa membuat suaka alam, suaka marga satwa, atau lembaga konservasi seperti kebun binatang yang dapat dijadikan sebagai penangkaran dan juga tempat untuk melestarikan dan mengawetkan spesies “ex situ” atau pelestarian yang dilakukan di luar habitat aslinya.

1Materisma, “Keanekaragaman Hayati Indonesia (Hewan, Tumbuhan dan Mikroorganisme)”, http://www.materisma.com/2014/02/keanekaragaman-hayati-indonesia-hewan.html, Diakses pada 25 Juni 2015

2Kementrian Lingkungan Hidup, “Peringatah hari cinta puspa dan satwa nasional 2012, http://www.menlj.go.id/peringatan-hari-cinta-puspa-dan satwa nasional-2012,Diakses pada 25 juni 2015

(2)

Dalam Undang-undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya atau yang biasa disebut sebagai UUKH adalah sebuah langkah dari pemerintah untuk melestarikan sumber daya alam dan juga dalam hal kepedulian akan pemanfaatan keanekaragaman hayati. Dalam Pasal 5 UUKHdisebutkan bahwa konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem nya dilakukan melalui kegiatan seperti perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya lalu pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.Didalam Pasal 21 UUKH dijelaskan mengenai larangan-larangan yang berkaitan dengan tindakan yang dapat menurunkan atau yang berpotensi memusnahkan populasi berbagai sepesies satwa.Jenis-jenis tindakanya seperti membunuh, menangkap, menyelundupkan serta menjual belikan satwa seperti yang tercantum dalam Pasal 21 ayat (2).

Dengan adanya ancaman kepunahan dari satwa-satwa liar yangdilindungi ini, tentu harapan untuk menyelamatkan satwa-satwa ini adalah dengan mempercayakan pada Lembaga Konservasi untuk melindungi dan menyelamatkan satwa-satwa liar ini. Menurut Pasal 1 angka 3 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.31/Menhut-II/2012tentang Lembaga Konservasi, yang dimaksud dengan Lembaga Konservasi adalah lembaga yang bergerak di bidang konservasi tumbuhan dan/atau satwa liar di luar habitatnya (ex-situ), baik berupa lembaga pemerintah maupun lembaga non-pemerintah.

Tujuan dari konservasi ex situ adalah mengembangbiakan satwa maupun tumbuhan liar yang dilindungi agar dapat berkembang biak dan diselamatkan dengan tetap menjaga kemurnian jenis, guna menjamin kelestarian, keberadaan dan pemanfaatanya.Lembaga konservasi juga dapat dijadikan tempat yang berguna bagi sektor pendidikan, sektor pengembangan ilmu pengetahuan,

(3)

sarana perlindungan dan pelestarian jenis serta dapat juga digunakan sebagi tempat rekreasi3.

Di Kota Surakarta terdapat Lembaga Konservasi yaitu berbentuk Taman Satwa yang bernama Taman Satwa Taru Jurug. Dahulu Lokasi taman wisata Jurug yang saat ini berada, hanya merupakan sebuah taman kota yag terletak di tepi Sungai Bengawan Solo. Hewan yang ada didalamnya dahulu berada di Kompleks Taman Sriwedari, di tengah Kota Solo. Pada waktu itu namanya bukan Taman Sriwedari, namun Taman Bonrojo / Kebun Raja yang dibangun oleh Paku Buwono X pada sekitar tahun 1870 an. Pada tahun 1939 Sinuwun Prabu Paku Buwono X wafat dan Kebun Binatang Bonrojo menjadi kurang terawat. Akhirnya pada tahun 1986 Pemerintah Kota Solo berinisiatif mengambil alih kebun binatang agar lebih terawat dan memindahkannya ke tempat yang sekarang ini. Untuk mengelolanya dibentuklah sebuah yayasan yang bernama Yayasan Bina Satwa Taruna dan sejak itu taman wisata ini bernama Taman Satwa Taru Jurug ( TSTJ)4.

Sebagai Lembaga Konservasi Kebun Binatang Jurug ini telah lama dikembangkan oleh Pemerintah Kota Solo sebagai tempat wisata keluarga sehingga fasilitas penunjang yang ada sudah cukup lengkap. Fasilitas yang ada berupa koleksi flora dan fauna, masjid, arena bermain anak, kereta mini dan lain-lain. Selain itu pada waktu tertentu di Taman Satwa Taru Jurug juga diadakan pementasan reog, pertunjukan musik, syawalan dan ada Festival Gethek di Taman Satwa Taru Jurug yang diselenggarakan setahun sekali. Selain itu di dalam Kompleks Taman Satwa Taru Jurug juga terdapat sebuah monumen yang dibangun untuk mengenang seorang maestro keroncong asal Solo yaitu Gesang.

3

Wahyu Yun Santoso, Lembaga Konservasi, http://www.slideshare.net/yunzz/lembaga-konservasi, Diakses pada 16 Agustus 2015.

4Tempat Wisata Terindah “Taman Satwa Taru Jurug Untuk Hiburan”

http://tempatwisatadaerah.blogspot.co.id/2015/02/taman-satwa-taru-jurug-untuk-hiburan.html, Diakses Pada 10 September 2015.

(4)

Koleksi binatang di Taman Satwa Jurug antara lain merak hijau, macan tutul, harimau sumatera, ular, komodo, iguana, kuda, landak, burung dan berbagai macam unggas lainnya, beruang, kera, zebra, unta, buaya, merak, kijang, gajah, siamang, dan fauna lainnya. Gajah tertua yang bernama Kyai Rebo di Jurug telah mati dan kini telah diawetkan dan dipajang di galeri koleksi binatang Taman Jurug persis setelah pintu masuk. Selain fauna, Taman Jurug juga mengoleksi berbagai tumbuhan seperti pohon cemara, pinus, munggur (trembesi),flamboyan, akasia, dan pohon-pohon besar lainnya. Pohon-pohon yang tinggi dan rindang ini cukup membuat suasana sejuk seperti di hutan habitat asli binatang-binatang itu5.

Taman satwa taru jurug ini dalam kerjasama dan pengawasanya dibawah evaluasi dari Satuan Kerja Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jawa Tengah, sehingga diharapkan dalam usaha dan upaya perlindungan satwa yang dilakukan oleh lembaga konservasi ini dapat berjalan dengan lebih baik. Kooperasi antara BKSDA satuan kerja wilayah I Surakarta misalnya BKSDA berusaha mencarikan investor untuk Taman Satwa Taru Jurug supaya dapat memperbaiki dan memaksimalkan fasilitas dari Taman Satwa Taru Jurug ini. BKSDA dan Taman Satwa Taru Jurug juga bekerja sama dalam melakukan serah terima satwa liar yang dilindungi yang tadinya merupakan hewan piaraan masyarakat Surakarta6.

Didalam kriteria taman satwa yang tercantum dalam Pasal 11 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.31/Menhut-II/2012tentang Lembaga Konservasi, terdapat berbagai macam kriteria supaya Taman satwa dapat beroperasi sesuai dengan standar kriteria yang ditetapkan, dengan harus terpenuhinya fasilitas-fasilitas seperti sarana pemeliharaan satwa, perawatan satwa, fasilitas-fasilitas kesehatan satwa dan fasilitas pengunjung.

5Ibid

6

Arif Setiadi, BKSDA Evaluasi Hewan Titipan,

http://daerah.sindonews.com/read/878858/22/bksda-bakal-evakuasi-hewan-titipan-wali-kota-solo-pasrah-1404221697, Diakses pada 10 September 2015.

(5)

Jumlah wisatawan yang mengunjungi Taman Satwa Taru Jurug pada hari biasa normalnya sekitar 1000 - 3000 orang yang mengunjungi tempat wisata ini, terutama disaat weekend atau akhir pekan. Pada saat libur hari raya atau pada saat libur khususnya lebaran wisatawan yang datang ke Taman Satwa Taru Jurug ini bisa mencapai 10000 - 15000 pengunjung7. Taman Jurug Solo menyimpan berbagai koleksi binatang relatif lengkap sehingga cocok sebagai sarana pengenalan binatang kepada masyarakat. Tidak mengherankan jika Taman Satwa Taru Jurug menjadi obyek wisata favorit keluarga masyarakat Kota Solo8.

Media elektronik “Pikiran Rakyat” pada artikelnya yang ditulis pada 25 Juni 2014 menuliskan dimana telah terjadi kematian singa jantan bernama "Ony" titipan dari Kebun Binatang Surabaya, tidak lama setelah sepasang orang utan juga

mati karena sakit hepatitis, dan kematian-kematian satwa di kebun binatang

Taman Satwa Taru Jurugini terjadidalam waktu berdekatan9.

Berdasarkan uraian yang telah penulis tuliskan diatas menurut penulis Taman Satwa Taru Jurug adalah sebuah tempat wisata yang memiliki potensi tujuan wisata yang bagus, dilihat dari sisi koleksi satwa dan fasilitas maupun atraksi di TSTJ yang cukup memadahi untuk menjadi tujuan pengunjung untuk berekreasi di TSTJ ini. Namun disisi lain ada hal yang perlu di soroti yaitu kasus matinya beberapa satwa dalam kurun waktu yang berdekatan, sehingga menurut penulis dalam hal tersebut peran dari lembaga konservasi amatlah penting dalam mempertahankan kelangsungan dari TSTJ dengan menjaga keseimbangan antara terjaganya fasilitas dari Taman satwa Taru Jurug dan kelangsungan hidup satwa yang terdapat di TSTJ. Berdasarkan uraian yang telah penulis tulis diatas, penulis tertarik melakukan penulisan hukummengenai

7Solopos, Pengunjung Taman Jurug tembus 15.000 pengunjung,

http://www.solopos.com/2015/07/20/wisata-solo-pengunjung-taman-jurug-tembus-15-000-orang-625385, diakses pada 12 Oktober 2015.

8

Obyek Wisata Indonesia, Taman Satwa Taru Jurug, http://obyekwisataindonesia.com/kebun-binatang-taman-jurug-solo/, diakses pada 12 Oktober 2015.

9

Pikiran Rakyat, Kembali Hewan Mati di Taman Satwa Taru Jurug,

http://www.pikiran-rakyat.com/nasional/2014/06/25/286846/kembali-hewan-mati-di-taman-satwa-taru-jurug, diakses pada 5 Oktober 2015.

(6)

peran dari Lembaga Konservasi Taman Satwa Taru Jurug apakah telah sesuai dengan kriteria untuk sebuah taman satwa yang ditetapkan di dalam Pasal 11 Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.31/Menhut-II/2012 tentang Lembaga Konservasi.

Berdasarkan uraian dalamlatar belakang masalah di atas penulis tertarik untuk melakukan penulisan hukum dengan judul: “Peranan Lembaga

Konservasi Dalam Pelestarian Satwa Yang Dilindungi (Studi Kasus: Lembaga Konservasi Taman Satwa Taru Jurug Surakarta)” yang mengkaji mengenai peran dan kesesuaian standar dan kriteria dari fasilitas-fasilitas penunjang lembaga konservasi Taman Satwa Taru Jurugterhadap peraturan perundang-undangan apakah layak bagi Taman Satwa Taru Jurug Surakarta dalam melestarikan dan melindungi keanekaragaman satwa yang dilindungi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dirumuskan dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peran Lembaga Konservasi Taman Satwa Taru Jurug Surakarta dalam pelestarian satwa yang dilindungi?

2. Kendala apa sajakah yang dihadapi Taman Satwa Taru Jurug Surakarta sebagai lembaga Konservasi dalam peranya melestarikan satwa yang dilindungi?

(7)

C. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan penelitian khususnya penelitian ilmiah pasti memiliki tujuan-tujuan khusus. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, penulis membagi kedalam dua kelompok yakni sebagai berikut :

1. Tujuan Subjektif

Tujuan subjektif dari penelitian serta penulisan hukum ini adalah untuk melengkapi salah satu persyaratan untuk meneyelesaikan jenjang pendidikan strata-1 (S1), dan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada

2. Tujuan Objektif

a) Untuk mengetahui peranan Lembaga Konservasi Taman Satwa Taru Jurug dalam pelestarian satwa yang dilindungi

b) Untuk mengetahui kendala yang dihadapi Lembaga Konservasi Taman Satwa Taru Jurug dalam pelestarian satwa yang dilindungi

D. Keaslian Penelitian

Dalam penyusunan penelitian dan penulisan hukum ini, penulis telah melakukan riset dan penelusuran pada berbagai referensi dan media, penulis menemukan bahwa penulisan hukum mengenai peranan lembaga konservasi maupun sudah ada sebelumnya, akan tetapi sepanjang penelusuran penulis belum menemukan penulisan hukum yang berjudul:

“Peranan Lembaga Konservasi Dalam Pelestarian SatwaYang Dilindungi (Studi Kasus: Lembaga Konservasi Taman Satwa Taru Jurug Surakarta)”.

Adapun tema mengenai upaya atau peran lembaga konservasi dapat di temukan beberapa judul penelitian yang terkait yaitu:

(8)

1. Peranan Lembaga Konservasi Kebun Binatang Gembira Loka Dalam Pelestarian Keanekaragaman Hayati Satwa Yang Dilindungi, ditulis oleh Antonius Budi Sakti Handoko NIM: 09/284671/HK/18200 Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada pada tahun 2014. Penulisan ini menekankan pada peranan lembaga konservasi yaitu Kebun Binatang Gembira Loka dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati yang terdapat di kebun binatang gembira loka.Dalam rumusan masalah yang tercantum didalam skripsi Antonius Budi Sakti Handoko, mengkaji mengenai peranan dan dalam pelaksanaan peranannya sebagai lembaga konservasi, apakah gembira loka sudah terpenuhi standar kriterianya sebagai kebun binatang sesuai standar seperti yang tercantum didalam Pasal 9 Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.31/Menhut-II/2012 tentang Lembaga Konservasi mengenai kriteria sebuah kebun binatang.Didalam hasilnya Antonius Budi Sakti Handoko menjelaskan bahwa Lembaga Konservasi Kebun Binatang Gembira Loka telah memenuhi standar kriteria sebagai kebun binatang seperti yang tercantum didalam Pasal 9 Permenhut Nomor: P.31/Menhut-II/2012 tentang Lembaga Konservasi. Dalam penulisan hukum yang dilakukan oleh penulis sendiri sebenarnya memiliki keidentikan permasalahan yaitu mengkaji peran dari sebuah lembaga konservasi, tetapi disini penulisan hukum yang dilakukan oleh penulis berlokasi di Taman Satwa Taru Jurug Surakarta, dan status Lembaga Konservasinya adalah Taman Satwa. Kriteria dan standar dari taman satwa sendiri diatur di dalam Pasal 11 Permenhut Nomor: P.31/Menhut-II/2012 tentang Lembaga Konservasi, tentunya kriteria yang ditetapkan memiliki perbedaan karena status lembaga konservasinya berbeda dan cara-cara dalam mengimplementasikan usaha konservasi satwanya pun memiliki perbedaan antara Kebun Binatang dan Taman Satwa.

(9)

2. Telaah Hukum Atas Upaya Konservasi Satwa Liar Oleh Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta, Ditulis oleh Wahyu Ferry Setyo Ardi Tahun 2011 NIM 07/252243/HK/17589 Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Dalam Penulisan Hukum ini masih sama tinjauan masalah nya yaitu mengenai peran konservasi satwa, tetapi dalam penelitian ini menekankan pada peran penyelamatan dan konservasi satwa yang dilakukan oleh Yayasan Konservasi Alam, diamana penelitian dari Wahyu sendiri tempat lokasinya di Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta dan lingkup penelitian nya pun secara garis besar mengenai peran konservasi satwa di Yayasan Konservasi Alam.

3. Tinjauan Yuridis Perlindungan Dan Konservasi Ikan Hiu Di Pantai Baron Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta,

Ditulis oleh Taruna Wibisono, Fakultas Hukum UGM pada Tahun 2009. Penulisan hukum ini menekankan pada aspek yuridis dalam perlindungan konservasi terhadap ikan hiu yang berlokasi di Pantai Baron Gunung Kidul DI. Yogyakarta.

Berdasarkan uraian beberapa judul penelitian diatas, bahwa penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan mengambil pokok pembahasan pada peran lembaga konservasi dalam hal ini Taman Satwa Taru Jurug Surakarta dapat dikatakan bahwa penelitian ini telah memenuhi kaedah keaslian penelitian.

E. Manfaat Penelitian

Nilai dari suatu penelitian dapat dilihat dari manfaat yang dapat diberikan. Adapun manfaat yang akan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

(10)

1) Manfaat Teoretis.

Dalam penulisan hukum ini, diharapkan bahwa penelitian ini mampu menambah dan melengkapi data dan wacana yang telah ada mengenai bidang ilmu hukum, khususnya hukum lingkungan.

2) Manfaat praktis.

a. Memberikan masukan terkait pemaksimalan peranan yang sejauh ini telah dicapai dan dilakukan oleh lembaga konservasi Taman Satwa Taru Jurug Surakarta

b. Memberikan masukan pada pemerintah Jawa Tengah melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam Seksi Konservasi Wilayah I Surakarta, dimana peranya sebagai badan pembina dan pengawas terhadap kegiatan konservasi satwa di Jawa Tengah.

c. Memeberikan pengetahuan kepada pembaca atau pencari informasi dan peneliti yang memiliki subjek dan objek penelitianyang terkait dengan subjek dan objek yang diteliti.

Referensi

Dokumen terkait

Ketidakpuasan yang dirasakan tersebut dapat dilihat pada kebersihan toilet, kebersihan ruang ganti, kenyamanan toilet, kenyamanan ruang ganti, sirkulasi udara ruangan, kualitas

Kemudian untuk zoning Barat area tersebut digunakan sebagai area perkumpulan para petuah(sesepuh) asli masyarakat pesisir didaerah tersebut, dimana para masyarakat

Key words: Continuity, compactness, fixed points, integral equations, Liapunov

Membawa dokumen asli atau fotocopy yang dilegalisir untuk semua berkas sesuai dengan Dokumen Penawaran dan Isian Kualifikasi Saudara. Menyerahkan berkas-berkas asli penawaran dan

Tugas akhir ini disusun untuk melengkapi persyaratan dalam mencapai gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma Tiga (III) Metrologi Dan Instrumentasi Departemen

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa spektrofotometri derivatif metode zero crossing memenuhi persyaratan akurasi dan presisi, dan dapat

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : “Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, Kompetensi Sumber Daya Manusia, dan Pemanfaatan Teknologi Informasi

Hasil pada Tabel 4.7 juga akan menunjukkan adanya perubahan yang signifikan terhadap noda kulit yang diperoleh dari sabun yang menggunakan tepung beras dan ekstrak daun