• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan instrumen penilaian berbasis HOTS pada kompetensi dasar menerapkan buku jurnal kelas X Akuntansi SMK - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan instrumen penilaian berbasis HOTS pada kompetensi dasar menerapkan buku jurnal kelas X Akuntansi SMK - USD Repository"

Copied!
259
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HOTS

PADA KOMPETENSI DASAR MENERAPKAN BUKU JURNAL KELAS X AKUNTANSI SMK

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Fransiscus Rinto Abriantoro

NIM: 141334060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skrispsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas semua kasih, penyertaan,

berkat yang tak pernah habis dan selalu mengalir dihidupku, serta selalu

membimbing dan menguatkanku.

2. Kedua Orang Tuaku (Agustinus Budi Purwanto dan Florentina Endang

Murwani), kakakku (Yohanes Candra A.P), terima kasih atas segala doa,

dukungan dan perhatiannya.

3. Keluarga besar di Kulon Progo, Yogyakarta dan Gunung Kidul.

4. Elisabhet Retno Iryani, terimakasih atas perhatian, bimbingan, cinta,

dukungan dan doanya.

5. Teman-teman angkatan 2014 Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata

Dharma yang telah mendukung serta memberikan semangat selama kuliah.

6. Teman-teman KOS TUTUL 23A terima kasih atas kebersamaan,

pengalaman dan dukungannya.

(5)

v MOTTO

Segala Perkara dapat ku tanggung dalam DIA yang memberi kekuatan kepadaku

(Filipi 3:14)

“Lebih baik kamu dibenci karena menjadi dirimu sendiri, daripada kamu

disukai karena menjadi orang lain”

(Kurt Cobain 1967-1994)

“Jangan Pernah Merasa Tersusah Di Dunia, Karena Masih Ada Yang Lebih

Susah, Bersyukurlah Dan Tetap Berikan Usaha Yang Maksimal Walau Dunia Tak

Berpihak Kepadamu”

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 Januari 2019 Penulis

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Fransiscus Rinto Abriantoro

NIM : 141334060

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah berjudul:

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HOTS PADA

KOMPETENSI DASAR MENERAPKAN BUKU JURNAL KELAS X AKUNTANSI SMK

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya

memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk

menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk

pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di

internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin

dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan

nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta,

Pada tanggal : 30 Januari 2019

Yang menyatakan,

(8)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HOTS

PADA KOMPETENSI DASAR MENERAPKAN BUKU JURNAL KELAS X AKUNTANSI SMK

Fransiscus Rinto Abriantoro Universitas Sanata Dharma

141334060

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan instrumen penilaian berbasis HOTS pada kompetensi dasar menerapkan buku jurnal kelas X akuntansi SMK; (2) mengetahui kualitas pengembangan instrumen penilaian berbasis HOTS

pada kompetensi dasar menerapkan buku jurnal kelas X akuntansi SMK.

Jenis penelitian ini adalah Research & Development. Langkah-langkah yang digunakan dalam Research & Development menggunakan pengembangan instrumen penilaian dari Suryabrata yaitu: (1) pengembangan spesifikasi tes, (2) penulisan soal, (3) penelaahan soal, (4) perakitan soal, (5) uji coba tes, (6) analisis butir soal, (7) seleksi dan perakitan soal, (8) pencetakan tes. Penelitian dilaksanakan pada bulan April - Mei 2018. Data dikumpulkan dari hasil uji coba soal sebanyak 277 peserta didik dan dianalisis menggunakan analisis Quest.

Hasil penelitian dan pengembangan menunjukkan bahwa rata-rata skor validasi uji coba soal dari ahli bahasa sebesar 54 dengan kategori “Sangat Baik”, sedangkan total rata-rata skor dari ahli materi sebesar 67,225 dengan kategori

“Sangat Baik”. Hasil analisis dari program Quest diperoleh mean INFIT MNSQ

0,99 dan SD 0,8. Soal yang paling sukar yaitu item nomor 8, 9, 12, 15, 18, 20, 26 dan 33 sedangkan, yang paling mudah item nomor 35 dan 37. Berdasarkan analisis, 40 item tersebut dinyatakan fit atau cocok dengan model Rasch dengan

batas penerimaan ≥0,77 sampai ≤1,33. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa soal pada kompetensi dasar Menerapkan Buku Jurnal layak menjadi instrumen penilaian bagi guru dalam pembelajaran.

(9)

ix

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF HOTS-BASED ASSESSMENT ON BASIC COMPETENCIES IN APPLYING THE JOURNAL BOOK FOR THE

TENTH GRADE STUNDENTS OF THE ACCOUNTING DEPARTEMENT VOCATIONAL HIGH SCHOOLS

Fransiscus Rinto Abriantoro

Universitas Sanata Dharma

141334060

This research aims to (1) develop HOTS-based assessment instruments on basic competencies in applying accounting journal books for the tenth grade students of Vocational High Schools; (2) find out the quality of HOTS-based assessment development instruments on basic competencies in applying the accounting journal book for the tenth grade students of Vocational High School.

This type research is a Research & Development, that used development assessment on basic from Suryabrata which steps are : (1) developing test specifications, (2) writing test items, (3) analiyzing test items, (4) assembling test items, (5) Trying out test items, (6) analyzing test items, (7) selecting and assembling test items, (8) printing out test items. The research was conducted from April - May 2018. The data were collected from the trial result of 277 students and analyzed by using Quest analysis.

The results of the research and development show that the average validation score of the questions test from linguists is 54, it is in the "very good

category”, while the total average score of the material experts is 67,225 with the "very good category”. The analysis result from Quest program obtained the mean INFIT MNSQ 0.99 and SD 0.8. The most difficult questions are 8, 9, 12, 15, 18, 20, 26 and 33 while the easiest items are 35 and 37. Based on the analysis, 40 items are fit or match with Rasch model which acceptance limits > 0,77 to < 1,33. Therefore, it can be concluded that the basic competencies question of applying a journal book is worthy of being an instrument of assessment for teachers in learning.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis HOTS pada

Kompetensi Dasar Menerapkan Buku Jurnal Kelas X Akuntansi SMK”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus

Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan

dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus sumber pengharapan dan cinta kasih sejati.

2. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Dr. Sebastianus Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si. selaku Dosen

Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, koreksi, dan saran

dalam penulisan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan staf karyawan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang

Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma yang telah

memberikan pelayanan prima selama perkuliahan.

6. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. yang telah berkenan menjadi ahli

bahasa.

7. Cicilia Ika Puspitasari, S.Pd. yang telah berkenan menjadi ahli materi.

8. Kepala sekolah, guru, dan peserta didik-peserta didik SMK Negeri 1

Yogyakarta, SMK Negeri 7 Yogyakarta, dan SMK Negeri 1 Bantul yang telah

(11)

xi

9. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Agustinus Budi Purwanto dan Ibu

Florentina Endang Murwani, yang tidak pernah lelah memberikan kasih

sayang, doa, dan dukungan moril maupun material, serta semangat kepada

penulis. Berkat Allah Bapa Tuhan Yesus Kristus Menyertai Bapak dan Ibu

tercinta, serta kakakku Yohanes Candra Ari Purwanto terima kasih atas

dukungan, doanya. Yesus Kristus memberkati langkahmu.

10.Sahabatku Kos tutul 23A dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan

satu per satu terima kasih atas kebersamaanya, cerita, canda dan dukungannya

selama ini. Sangat bangga bisa mengenal kalian semua.

11.Elisabhet Retno Iryani, S.Pd. terima kasih atas perhatian, kasih, pengertian,

doa, dan dukunganya selama ini.

12.Seluruh teman-teman khususnya semua angkatan 2014 yang telah banyak

memberikan pengalaman, kasih, dan perhatiannya.

13.Seluruh teman-teman Agenda Pendhoza, Adri, Adeng, Agata, Daniel, Gadang,

Ucup, Retno, Ricky dan Vani, terima kasih atas dukungan dan semangatnya.

Bangga berkumpul dengan kalian.

Penulis berharap semoga segala kebaikan, dan dukungan semua pihak

tersebut di atas mendapatkan berkat yang melimpah dari Tuhan Yesus Kristus.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Akhir kata

semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi bahan masukan bagi rekan-rekan

dalam menyusun skripsi.

Yogyakarta, 30 Januari 2019

Penulis

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUANPUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR GRAFIK ... xvii

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 7

BAB II KAJIAN TEORITIK ... 8

A. Kurikulum ... 8

1. Pengertian Kurikulum ... 8

2. Struktur Kurikulum ... 9

3. Isi Kurikulum ... 10

4. Perubahan Kurikulum ... 11

B. Penilaian ... 13

1. Pengertian Penilaian ... 13

(13)

xiii

3. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ... 18

C. Taksonomi Bloom ... 21

1. Pengertian ... 21

2. Taksonomi Bloom Sebelum Revisi ... 21

3. Taksonomi Bloom Sesudah Revisi ... 26

D. Validitas dan Reliabilitas ... 30

E. CTT (Classical Test Theory) ... 36

F. IRT (Item Respons Theory) ... 40

G. Program Quest ... 47

H. Pencatatan Transaksi ... 48

I. Prosedur Penelitian Pengembangan ... 61

1. Pengembangan Spesifikasi Tes ... 61

2. Penulisan Soal ... 61

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 75

D. Prosedur Penelitian dan Pengembangan ... 77

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 84

A. Hasil Penelitian dan Pengembangan ... 84

1. Pengembangan Spesifikasi Tes ... 84

2. Penulisan Soal ... 88

3. Penelaahan Soal ... 88

(14)

xiv

5. Uji Coba Soal ... 96

6. Analisis Quest ... 97

7. Seleksi dan Perakitan Soal ... 106

8. Pencetakan Tes ... 109

B. Pembahasan ... 110

BAB V PENUTUP ... 114

A. Kesimpulan ... 114

B. Keterbatasan Pengembangan ... 115

C. Saran ... 115

Daftar Pustaka ... 117

LAMPIRAN ... 120

(15)

xv

DAFTAR TABEL

4.10 Rata-Rata Skor Instrumen Penilaian Tes Pilihan Ganda

Oleh Peserta Didik Kelas X ………. 108

4.11 Kriteria Kualitas Instrumen Penilaian Oleh Peserta Didik ... 108

2.1 Kompetensi Dasar ………... 20

2.2 Taksonomi Bloom Ranah Kognitif ………. 23

2.3 Saldo Normal Kelompok Akun ……….. 50

2.4 Saldo Normal Akun Aset ……… 51

2.5 Saldo Normal Akun Liabilitas ……… 51

2.6 Saldo Normal Akun Ekuitas ………... 52

2.7 Saldo Normal Akun Pendapatan ………. 52

2.8 Saldo Normal Akun Beban ………. 53

2.9 Kode Akun Huruf ………... 54

2.10 Kode Akun Huruf dan Angka ………. 54

2.11 Kode Angka Berurutan ………... 55

2.12 Kode Blok ………... 56

2.13 Kode Kelompok ……….. 56

2.14 Jurnal Umum ……….. 59

2.15 Jurnal Penerimaan Kas ………... 59

2.16 Jurnal Pengeluaran Kas ……….. 60

3.1 Pengambilan Sampel ……….…………. 77

3.2 Sampel Uji Coba ……….……… 79

3.3 Kriteria Kecocokan Butir dengan Pendekatan IRT ……… 82

3.4 Kriteria Indek Kesukaran Item ... 82

4.1 Kisi-Kisi Soal Jenis Pilihan Ganda KD 3.8 ……… 87

4.2 Rata-Rata Skor Dari Penilaian Ahli Bahasa ………... 91

4.3 Kriteria Kualitas Instrumen Penilaian Ahli Bahasa ……… 91

4.4 Rata-Rata Skor Dari Penilaian Ahli Materi ……… 94

4.5 Kriteria Kualitas Instrumen Penilaian Ahli Materi ….…... 94

4.6 Perbaikan Soal Hasil Validasi Oleh Ahli Bahasa .….….… 95 4.7 Perbaikan Soal Hasil Validasi Oleh Ahli Materi ………… 96

4.8 Tabel Peserta Didik ………. 97

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

(17)

xvii

DAFTAR GRAFIK

4.1 Validasi Instrumen Penilaian Tes Pilihan Ganda

Oleh Ahli Bahasa ……… 90 4.2 Validasi Instrumen Penilaian Tes Pilihan Ganda

Oleh Ahli Materi ……… 93 4.3 Validasi Instrumen Penilaian Tes Pilihan Ganda

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

Validasi Penilaian Oleh Dosen Ahli Pengajaran Bahasa

Validasi Penilaian Oleh Guru Mata Pelajaran Akuntansi Dasar

Lampiran 3 Silabus Akuntansi Dasar Kelas X

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran 5 Soal berbasis HOTS

Lampiran 6 Surat permohonan ijin penelitian SMK N 7 Yogyakarta

Lampiran 7 Surat permohonan ijin penelitian SMK N 1 Yogyakarta

Lampiran 8

Lampiran 9

Surat permohonan ijin penelitian SMK N 1 Bantul

Surat permohonan ijin penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Lampiran 10 Surat rekomendasi penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Lampiran 11 Surat rekomendasi penelitian DISDIKPORA

Lampiran 12 Surat permohonan menjadi validator ahli bahasa

Lampiran 13 Surat permohonan menjadi validator ahli materi

Lampiran 14

Lampiran 15

Lampiran 16

Angket respon peserta didik pengembangan instrumen tes kemampuan berfikir tingkat tinggi

Foto kegiatan penelitian

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan komponen yang sangat penting untuk

kebutuhan manusia. Pendidikan selalu mengalami perubahan dan

perkembangan serta perbaikan sesuai dengan perkembangan di segala

bidang kehidupan. Perubahan dan perbaikan dalam bidang pendidikan

meliputi berbagai komponen yaitu tentang kompetensi pendidik atau

kualitas pendidik, mutu pendidikan dan perubahan dalam metode atau

strategi pembelajaran yang inovatif. Dalam melakukan perubahan dan

perkembangan tersebut perlu adanya pedoman dan panduan yang disebut

dengan kurikulum. Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional memaparkan:

“Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu”.

Sedangkan Nurgiyantoro, (1988:5) menyatakan bahwa kurikulum

adalah sesuatu yang dijadikan pedoman dalam segala kegiatan pendidikan

yang dilakukan, termasuk kegiatan belajar mengajar di kelas maupun di luar

kelas.

Di Indonesia pada saat ini menggunakan kurikulum yang

(20)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Dalam

kurikulum 2013 aspek penilaian tidak hanya penilaian yang berbasis

pengetahuan dan ketrampilan saja, namun mempertimbangkan penilaian

sikap termasuk nilai-nilai spriritual dan sosial dalam diri peserta didik.

Untuk dapat mencapai penilaian tersebut, peserta didik dituntut untuk dapat

meningkatkan kompetensinya dengan menggunakan pendekatan Saintifik.

Dalam pendekatan Saintifik tersebut terdapat beberapa aspek yaitu (1)

mengamati, (2) menanya, (3) menalar, (4) mencoba, (5) mengolah, (6)

menyajikan, (7) menyimpulkan, dan (8) mengkomunikasikan.

Dalam Permendikbud No 66 Tahun 2013 memaparkan bahwa

penilaian adalah suatu proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk

mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Untuk mewujudkan

keberhasilan dalam mencapai penilaian yang baik perlu adanya standar yang

sesuai dengan standar penilaian kurikulum 2013 yang baru diterapkan

dalam pendidikan di Indonesia. Dalam penilaian hasil belajar meliputi

beberapa aspek yaitu sikap, pengetahuan dan ketrampilan, penilaian hasil

belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses,

kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara

berkesinambungan. Pendekatan penilaian yang digunakan adalah Penilaian

Acuan Kriteria (PAK), yaitu penilaian pencapaian kompetensi yang

didasarkan pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan

oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik

(21)

Maka seorang pendidik harus memberikan penilaian kepada peserta

didik secara menyeluruh, sehingga dapat menghasilkan evaluasi yang baik

yaitu evaluasi yang dilaksanakan secara utuh dan tidak terpisah. Untuk

mewujudkan tujuan pembelajaran akuntansi dalam hal ini mengembangkan

instrumen penilaian ketrampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order

Thingking Skill) HOTS untuk mengukur prestasi belajar peserta didik

dengan bentuk soal tes pilihan ganda dengan materi menerapkan pencatatan

transaksi bisnis (buku jurnal, konsep debet dan kredit, saldo normal,

sistematika pencatatan, dan bentuk jurnal). Pembuatan instrumen yang

berbasis HOTS memang masih tergolong baru dan belum semua pendidik

menerapkan atau mengembangkan instrumen yang berbasis HOTS tersebut.

Pendidik terkadang masih menggunakan soal yang berbasis LOTS (Lower

Order Thingking Skill) dan belum mengembangkan pemikiran yang kritis

pada suatu masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran.

Dari hasil pengamatan di SMK Negeri 7 Yogyakarta dengan guru

akuntansi yang bernama Ibu Lembah Srigati S.Pd, peneliti menemukan

bahwa pendidik belum mengembangkan instrumen penilaian yang berbasis

HOTS dan belum mengukur kemampuan peserta didiknya untuk berpikir

tingkat tinggi, hal tersebut terlihat pada Kompetensi Dasar 3.8 yaitu

menerapkan pencatatan transaksi bisnis (buku jurnal, konsep debet dan

kredit, saldo normal, sistematika pencatatan, dan bentuk jurnal) yang masih

dalam tingkat C2 dan C3 yaitu pada taraf memahami dan menerapkan.

(22)

yang di sampaikan, dan pendidik kurang mampu memberikan instrumen

berbasis HOTS yang mengukur pemahaman atau dapat memecahkan

masalah peserta didik pada materi. Pendidik juga masih sulit untuk

mengembangkan instrumen penilaian yang dapat mengukur kemampuan

berpikir peserta didik secara tingkat tinggi dan kritis. Oleh karena itu,

seorang pendidik harus dituntut untuk dapat mengembangkan instrumen

penilaian yang mencakup kisi-kisi soal, kumpulan butir soal, kunci jawaban,

pedoman penilaian dan rubik penilaian. Sehingga dapat mengukur tingkat

kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik dan mampu berpikir kritis

dalam memecahkan suatu masalah dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis terdorong untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Instrumen Penilaian

Berbasis HOTS Pada Kompetensi Dasar Menerapkan Buku Jurnal Kelas X

Akuntansi SMK”. Dengan pengembangan instrumen ini diharapkan

bermanfaat bagi pendidik dan sekolah untuk mengembangkan penilaian

yang berbasis HOTS.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas peneliti membatasi masalah

untuk penelitian tersebut sehingga dapat lebih fokus dan terperinci, maka

penulis perlu membatasi hanya berkaitan dengan pengembangan instrumen

penilaian berbasis HOTS pada kompetensi dasar menerapkan buku jurnal

kelas X akuntansi SMK dengan bentuk tes pilihan ganda berbasis HOTS

(23)

bagian C4, C5, dan C6 yang terdiri dari menganalisis, menilai, dan

menciptakan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana mengembangkan instrumen penilaian berbasis HOTS pada

kompetensi dasar menerapkan buku jurnal kelas X akuntansi SMK?

2. Bagaimana kualitas intrumen penilaian berbasis HOTS pada kompetensi

dasar menerapkan buku jurnal kelas X akuntansi SMK?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka, tujuan dari penelitian

ini adalah:

1. Mengembangkan instrumen penilaian berbasis HOTS pada kompetensi

dasar menerapkan buku jurnal kelas X akuntansi SMK.

2. Mengetahui kualitas instrumen penilaian berbasis HOTS pada

kompetensi dasar menerapkan buku jurnal kelas X akuntansi SMK.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis dan

praktis. Manfaat teoritis dan praktis akan dijelaskan dengan rincian di

bawah ini.

1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah dan mengembangkan

(24)

menerapkan pencatatan transaksi bisnis (buku jurnal, konsep debet

dan kredit, saldo normal, sistematika pencatatan, dan bentuk jurnal),

serta mengembangkan produk instrumen penilaian berbasis HOTS.

b. Dapat menjadi sumber referensi dan informasi bagi penelitian

selanjutnya agar lebih baik.

2. Secara Praktis

a. Bagi pendidik

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan memperluas kajian

tentang pengembangan instrumen penilaian yang valid dan reliabel

untuk diterapkan dalam pembelajaran akuntansi dasar, khususnya

untuk penilaian kompetensi dasar menerapkan buku jurnal.

b. Bagi peserta didik

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi sejauh mana

siswa dapat menyerap ilmu yang diberikan pendidik selama

pembelajaran berlangsung. Selain itu, penilaian yang dilakukan oleh

pendidik dapat dijadikan umpan balik dalam setiap kegiatan

pembelajaran.

c. Bagi peneliti lain

Penelitian ini sebagai bentuk sumbangan terhadap penelitiannya agar

dapat mengembangkan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan

masalah pengembangan instrumen penilaian kompetensi dasar

(25)

F. Spesifikasi Produk Yang Dikembangkan

1. Instrumen penilaian ini dibuat berdasarkan soal-soal yang dapat memacu

kemampuan peserta didik dalam berpikir tingkat tinggi.

2. Instrumen penilaian dibuat berdasarkan Kompentensi Dasar (KD) 3.8

Menerapkan pencatatan transaksi bisnis (buku jurnal, konsep debet dan

kredit, saldo normal, sistematika pencatatan, dan bentuk jurnal).

3. Instrumen penilaian dibuat berdasarkan kurikulum 2013 dengan

menggunakan Taksonomi Anderson (perbaikan taksonomi Bloom) pada

bagian C4, C5, dan C6 yang terdiri dari menganalisis, menilai, dan

menciptakan.

4. Instrumen penilaian ini disajikan dalam bentuk soal pilihan ganda yang

berjumlah 40 butir dengan 5 jawaban alternatif.

5. Instrumen penilaian ini dapat digunakan sebagai alat evaluasi soal yang

berbasis HOTS.

6. Instrumen penilaian ini memiliki durasi waktu dalam mengerjakan soal

serta terdapat petunjuk pengerjaan soal yang dapat membantu peserta

(26)

8 BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional telah menjelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat

rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta

cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Arifin (2011:4) kurikulum adalah semua kegiatan pengalaman

potensial (isi/materi) yang telah disusun secara ilmiah, baik yang terjadi

di dalam kelas, di halaman sekolah, maupun di luar sekolah atas

tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. S. Nasution

(2006:8) menjelaskan bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang

direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan.

Sanjaya (dalam buku Fadlillah, 2014:14) menyatakan bahwa

kurikulum adalah segala pengalaman tentang pendidikan yang diberikan

sekolah untuk seluruh peserta didik, baik dilakukan di dalam sekolah

maupun di luar sekolah.

Berdasarkan pendapat-pendapat tentang kurikulum di atas,

kurikulum disimpukan sebagai seperangkat alat, isi, bahan pelajaran

yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

(27)

mencapai tujuan dari pendidikan. Kurikulum tidak bisa terlepas dari

pendidikan karena kurikulum dan pendidikan adalah dua hal yang saling

berkaitan.

2. Struktur Kurikulum

Dalam Permendikbud No. 69 Tahun 2013 Struktur Kurikulum

Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah dibedakan dalam beberapa

kelompok yaitu :

a. Kelompok mata pelajaran wajib yaitu kelompok A dan kelompok B.

b. Kelompok mata pelajaran C yaitu pilihan kelompok peminatan terdri

atas Matematika dan Ilmu Alam, Ilmu-ilmu Sosial, dan Ilmu-Ilmu

Bahasa dan Budaya.

c. Khusus untuk MA, selain pilihan ketiga kelompok peminatan

tersebut, dapat ditambah dengan peminatan lainnya yang diatur lebih

lanjut oleh Kementerian Agama.

Untuk kelompok mata pelajaran SMK maka merujuk pada

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 yang dibedakan tiga kelompok mata

pelajaran yaitu :

a. Kelompok normatif adalah kelompok mata pelajaran yang

dialokasikan secara tetap yang meliputi Pendidikan Agama,

Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan

(28)

b. Kelompok adaptif adalah kelompok mata pelajaran yang terdiri atas

mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Keterampilan

Komputer dan Pengelolaan Informasi, dan Kewirausahaan.

c. Kelompok produktif adalah kelompok mata pelajaran terdiri atas

sejumlah mata pelajaran yang dikelompokkan dalam Dasar

Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi. Sekolah Menengah

Kejuruan mempunyai kekhususan terletak pada mata pelajaran

produktif. Seperti halnya mata pelajaran lain, Standar Isi (SI) dan

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mata pelajaran produktif juga

perlu dikaji.

Dari penjelasan diatas, struktur kurikulum disimpulkan sebagai

pengorganisasian dari kompetensi inti, kompetensi dasar, muatan

pembelajaran, mata pelajaran, dan beban belajar pada setiap satuan

pendidikan dan program pendidikan. Untuk mata pelajaran khususnya

akuntansi termasuk dalam muatan peminatan kejuruan dalam

kompetensi keahlian akuntansi dan keuangan serta termasuk dalam

kelompok produktif.

3. Isi Kurikulum

Nurgiyantoro (1998:10) menjelaskan bahwa isi kurikulum

adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak dalam kegiatan

belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Isi

(29)

program masing-masing bidang studi tersebut, jenis-jenis bidang studi

ditentukan atas dasar tujuan institusional sekolah yang bersangkutan.

Arifin (2011:88) isi kurikulum adalah semua kegiatan yang

dikembangkan dan disusun dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Isi kurikulum dapat dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu :

a. Logika yaitu pengetahuan tentang benar-salah, berdasarkan prosedur

keilmuan.

b. Etika yaitu pengetahuan tentang baik-buruk, nilai, dan moral.

c. Estetika yaitu pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seni.

Berdasarkan pengelompokan isi kurikulum tersebut maka

disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: (a) mengandung

bahan kajian atau topik yang dapat dipelajari peserta didik dalam proses

pembelajaraan dan (b) berorientasi pada standar kompetensi lulusan,

standar kompetensi mata pelajaran, dan kompetensi dasar yang telah

ditetapkan.

Berdasarkan dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan

bahwa, isi kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada

peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dengan

berorientasi pada standar kompetensi lulusan, kompetensi mata

pelajaran, dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

4. Perubahan Kurikulum

Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum bersifat dinamis

(30)

dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman. Maka dari itu,

perubahan dan pengembangan harus dilakukan secara sistematis dan

terarah. Kurikulum harus memiliki visi dan arah yang jelas sehingga

sistem pendidikan nasional jelas arahnya dengan adanya kurikulum

tersebut.

Soetopo dan Soemanto (1991: 38), mengatakan bahwa suatu

kurikulum disebut mengalami perubahan bila terdapat adanya perbedaan

dalam satu atau lebih komponen kurikulum antara dua periode tertentu,

yang disebabkan oleh adanya usaha yang disengaja.

Menurut Nasution (2009:252), menjelaskan bahwa perubahan

kurikulum ini mengenai tujuan maupun alat atau cara-cara untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Mengubah kurikulum berarti mengubah

manusia yaitu, guru, pembina pendidikan, dan mereka yang terlibat

dalam dunia pendidikan. Oleh sebab itu, perubahan kurikulum juga

dianggap sebagai perubahan sosial juga. Lebih lanjut, Nasution

menyebutkan bahwa perubahan kurikulum mencakup diantaranya :

a. Perubahan Standar Kompetensi Lulusan

Penyempurnaan standar kompetensi lulusan memperhatikan

pengembangan nilai, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu

dengan fokus pada pencapaian kompetensi. Pada setiap jenjang

pendidikan, rumusan empat kompetensi inti (penghayatan dan

pengamalan agama, sikap, keterampilan, dan pengetahuan) menjadi

(31)

b. Perubahan Standar Isi

Perubahan standar isi dari kurikulum sebelumnya yang

mengembangkan kompetensi dari mata pelajaran menjadi fokus

pada kompetensi yang dikembangkan menjadi mata pelajaran

melalui pendekatan tematik-integratif.

c. Perubahan Standar Proses

Perubahan pada standar proses berarti perubahan strategi

pembelajaran. Guru wajib merancang dan mengelola proses

pembelajaran aktif yang menyenangkan. Peserta didik difasilitasi

untuk mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan,

dan mencipta.

d. Perubahan Standar Evaluasi

Penilaian mengukur penilaian otentik yang mengukur kompetensi

sikap, keterampilan, serta pengetahuan berdasarkan hasil dan proses.

Sebelumnya ini penilaian hanya mengukur hasil kompetensi.

B. Penilaian

1. Pengertian Penilaian

Penilaian merupakan komponen yang sangat penting dalam

penyelenggaraan pendidikan. Hal tersebut bertujuan untuk

meningkatkan kualitas pendidikan yang dapat ditempuh dengan

peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya.

(32)

yang baik akan menghasilkan kualitas yang baik dilihat dari hasil

penilaiannya.

Berikut ini beberapa pengertian tentang penilaian menurut para

ahli: (1) penilaian merupakan proses yang dilakukan seorang guru untuk

mendapatkan informasi tentang kinerja siswa. Hasil penilaian ini

digunakan sebagai bahan pertimbangan tingkat keberhasilan dari proses

belajar mengajar. (Ida Farida, 2017:2), (2) penilaian adalah penerapan

berbagai cara dan pengguanan beragam alat. Penilaian untuk

memperoleh berbagai ragam informasi tentang sejauh mana hasil belajar

peserta didik atau informasi tentang kecapaian kompetensi peserta didik.

Proses penilaian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang

sebaik apa hasil atau prestasi belajar peserta didik (Haryati, 2006:16),

(3) penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh,

menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar

peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,

sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan

keputusan. (Sunarti, Rahmawati, 2014: 7).

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, penilaian disimpulkan

sebagai proses sistematis dalam pengumpulan, analisis, dan penafsiran

informasi untuk menentukan proses dan hasil belajar peserta didik,

dengan penilaian juga bertujuan untuk bahan pertimbangan bagi guru

untuk pengambilan keputusan terhadap kinerja peserta didik dalam

(33)

Sunarti & Rahmawati, (2014:15), menjelaskan ranah

pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai berikut:

a. Penilaian Ranah Pengetahuan

Penilaian ranah sikap dalam pembelajaran di kelas meliputi

(1) tingkat menghafal bentuk paragraf dalam mata pelajaran bahasa

Indonesia seperti paragraf deskripsi, paragraf induktif dan paragraf

campuran, (2) memahami bentuk-bentuk paragraf dengan

menentukan karakteristik dan memberi kesimpulan dari suatu

paragraf, (3) peserta didik dibimbing untuk mampu mendeskripsikan

suatu paragraf, (4) peserta didik dianggap mampu menggolongkan

bentuk-bentuk paragraf dari suatu teks, (5) peserta didik dinilai

dapat mensitensis seperti dengan keahlian yang dimiliki, peserta

didik mampu mengklasifikasikan dan menggolongkan suatu

paragraf, (6) dengan kemampuan peserta didik untuk

mendeskripsikan bentuk-bentuk paragraf, maka dapat melihat hasil

akhir atau ulangan sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin

dicapai. Penilaian ranah pengetahuan dapat dilakukan melalui teknik

tes tertulis, tes lisan, penugasan dan portofolio.

b. Penilaian Ranah Sikap

Penilaian ranah sikap peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran mempunyai peran yang penting dalam menentukan

keberhasilan suatu proses belajar. Sikap menunjukan reaksi

(34)

hal yang dinilai, yaitu (1) kompetensi afektif, (2) sikap dan minat

siswa terhadap materi pelajaran serta proses belajar. Kemampuan

peserta didik yang dinilai antara lain: (a) peserta didik memberi

respon terhadap situasi yang dialami, (b) peserta didik menerima

nilai dan norma yang mempunyai etika dan estetika, (c) menilai dari

segi baik-buruk dan adil tidak adil dari suatu fenomena, (d) peserta

didik mempraktikkan nilai, norma, etika dan estetika dalam hidup

sehari-hari, dan (e) menilai peserta didik dari segi daya tarik,

motivasi, minat, ketekunan dalam belajar, dan sikap terhadap mata

pelajaran dan proses pembelajaran. Untuk menilai ranah sikap

dilakukan melalui observasi, yang diperkuat dengan penilaian diri

dan penilaian antarteman yang dicatat dalam bentuk jurnal.

c. Penilaian Ranah Keterampilan

Penilaian ranah keterampilan berarti kemampuan peserta

didik dalam mengaplikasikan pengalaman belajar dalam dunia

nyata. Kemampuan keterampilan misalnya dalam pembelajaran

akuntansi, seperti (1) seorang peserta didik bisa membedakan

akun-akun bernominal debet dan akun-akun-akun-akun bernominal kredit, (2)

kemampuan untuk menjelaskan posisi normal akun-akun, seperti

akun kas posisi normal berada di sebelah debet, secara mandiri,

mencontohkan seperti penjelasan pendidik maupun bisa melakukan

setelah proses belajar yang berulang, (3) peserta didik dengan

(35)

berkesulitan, (4) memiliki sikap cepat melakukan penyesuaian

terhadap hal baru, (5) peserta didik berperilaku sesuai sikap yang

dimiliki diri sendiri. Teknik penilaian ranah sikap bisa dilakukan

dengan kinerja, produk, proyek dan portofolio.

Berdasarkan penjelasan di atas suatu penilaian harus memiliki

beberapa keahlian dan mencakup aspek pengetahuan, sikap dan

keterampilan.

2. Higher Order Thinking Skill (HOTS) & Lower Order Thinking Skill

(LOTS)

Higher Order Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan

berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang

merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Menurut Taksonomi

Bloom yang telah direvisi, proses kognitif dibedakan menjadi dua, yaitu

HOTS dan kemampuan berpikir tingkat rendah atau disebut dengan

LOTS (Lower Order Thingking Skill). Dalam LOTS ini melibatkan

kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3),

sedangkan untuk HOTS mencakup analisis (C4), mengevaluasi (C5),

mengkreasikan (C6), (Krathworl and Anderson, 2001).

Untuk menguji ketarampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik

maka, soal-soal yang diberikan untuk menilai hasil belajar harus

dirancang dan dibuat sedemekian rupa sesuai dengan kata kerja

operasional dalam taksonomi Bloom baik dari soal pengetahuan, sikap,

(36)

hanya dituntut untuk menguasai pengetahuan saja yang berupa

fakta-fakta, konsep, dan prinsip saja melainkan peserta didik juga di tuntut

untuk dapat melakukan suatu proses menemukan dan menganalisis dari

konsep-konsep dan prinsip-prinsip tersebut.

Di dalam kenyataan di lapangan atau di sekolah, soal-soal yang

diberikan kepada peserta didik masih cenderung menguji aspek ingatan

dan sering kali diakhiri soal evaluasi yang kurang melatih kemampuan

peserta didik dalam berpikir tingkat tinggi. Untuk melatih kemampuan

berpikir tingkat tinggi peserta didik dapat dilakukan oleh pendidik atau

guru mata pelajaran dengan memberikan soal-soal yang dapat membuat

peserta didik berpikir tinggi, biasanya dalam level analisis (C4), evaluasi

(C5), dan mengkreasikan (C6).

3. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti adalah suatu tingkat kemampuan untuk

mencapai standar kompetensi lulusan ( SKL) yang harus dimiliki oleh

peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program. Kompetensi Inti

merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas.

Permendikbud No. 330 Tahun 2017, menetapkan kompetensi inti

sebagai berikut :

KI 1:

(37)

KI2:

Menghayati dan mengamalkan perilaku perilaku (jujur, disiplin,

tanggung jawab, peduli (gotong-royong, kerjasama, toleran, damai),

santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian

dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif

dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri

sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3:

Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang

pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif

sesuai dengan bidang dan lingkup kerja perbankan dan keuangan mikro

pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan

ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam

konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga,

sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan

internasional.

KI 4:

Melaksanakan tugas spesifik, dengan menggunakan alat, informasi, dan

prosedur kerja yang lazim dilakukan serta menyelesaikan masalah

sederhana sesuai dengan bidang perbankan dan keuangan mikro.

Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas

yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja. Menunjukkan

(38)

produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam

ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di

sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik dibawah pengawasan

langsung. Menunjukkan keterampilan mempresepsi, kesiapan, meniru,

membiasakan gerak mahir, menjadikan gerak alami, dalam ranah

konkret terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di

sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah

pengawasan langsung.

Kompetensi dasar merupakan kemampuan dan materi

pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata

pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada

kompetensi inti.

Tabel 2. 1 Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar

3.1 Memahami pengertian, tujuan, peran akuntansi dan informasi akuntansi sesuai perannya

3.2 Memahami jenis-jenis profesi akuntansi (bidang-bidang spesialisasi akuntansi, pentingnya etika profesi)

4.2 Mengelompokkan profesi akuntansi (bidang-bidang spesialisasi akuntansi, pentingnya etika profesi)

3.3 Memahami jenis dan bentuk badan usaha

4.3 Mengelompokkan jenis dan bentuk badan usaha

3.4 Memahami asumsi, prinsip-prinsip dan konsep dasar akutansi.

4.4 Mengelompokkan asumsi, prinsip-prinsip dan konsep dasar akutansi.

3.5 Memahami tahapan siklus akuntansi

4.5 Mengelompokkan tahapan siklus akuntansi

3.6 Menerapkan persamaan dasar akuntansi

(39)

Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar 3.7 Memahami transaksi bisnis

perusahaan baik perusahaan jasa, dagang dan

manufacture

4.7 Mengelompokkan transaksi bisnis perusahaan baik perusahaan jasa, dagang dan

manufacture

3.8 Menerapkan pencatatan transaksi bisnis (buku jurnal, konsep debet dan kredit, saldo normal, sistematika pencatatan, dan bentuk jurnal)

4.8 Melakukan pencatatan buku jurnal, konsep debet dan kredit, saldo normal, sistematika pencatatan, dan bentuk jurnal

3.9 Menerapkan posting 4.9 Melakukan posting

3.10Menganalisistransaksi jurnal penyesuaian

4.10 Membuat jurnal penyesuaian

3.11Menganalisis perkiraan untuk menyusun laporan keuangan

4.11 Menyusun laporan keuangan

C. Taksonomi Bloom 1. Pengertian

Taksonomi Bloom ini merujuk pada taksonomi yang dibuat

untuk tujuan dari pendidikan. Taksonomi ini pertama kali diciptakan

atau di buat oleh Benyamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam

taksonomi tersebut memuat tujuan pendidikan yaitu pada ranah kognitif

(pengetahuan), afektif (sikap), psikomotor (keterampilan).

2. Taksonomi Bloom Sebelum Revisi

Dalam Taksonomi Bloom yang dikemukan oleh B. S Bloom

membagi ke dalam 3 ranah pengetahuan yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotorik

a. Taksonomi Bloom Ranah Kognitif

Taksonomi Bloom mengklasifikasikan perilaku menjadi enam

(40)

lebih kompleks (mengevaluasi). Ranah kognitif terdiri atas

(berturut-turut dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks),

yaitu:

1) Pengetahuan (Knowledge ) / C – 1

Pengetahuan adalah suatu proses mengingat kembali hal-hal

yang spesifik dan universal, dan mengingat kembali metode dan

proses, atau mengingat kembali apa yang didapatkan atau yang

diperoleh sebelumnya.

2) Pemahaman (Comprehension) / C – 2

Pemahaman merupakan tingkatan yang paling rendah dalam

aspek kognisi yang berhubungan dengan penguasaan atau

mengerti tentang sesuatu.

3) Penerapan (Application) / C – 3

Kemampuan yang mengharapkan peserta didik mampu

mendemonstrasikan pemahaman yang didapatkan. Untuk

menunjukan kemampuan tersebut, seorang peserta didik harus

dapat memilih dan menggunakan apa yang telah mereka miliki

secara tepat sesuai dengan situasi yang ada dihadapannya.

4) Analisis (Analysis) / C – 4

Kemampuan untuk memilih sebuah struktur informasi ke dalam

komponen-komponen sehingga hirarki dan keterkaitan antar ide

dalam informasi tersebut menjadi tampak dan jelas. Kategori

(41)

analisis elemen-elemen dari suatu komunikasi; (2) analisis

hubungan dan (3) analisis prinsip pengorganisasian.

Analisis berkaitan dengan pemilahan materi ke dalam

bagian-bagian, menemukan hubungan antar bagian-bagian, dan mengamati

pengorganisasian bagian-bagian.

5) Sintesis (Synthesis) / C – 5

Kemampuan untuk membentuk sebuah struktur yang unik dan

mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk

menghasilkan solusi yang dibutuhkan.

6) Evaluasi (Evaluation) / C – 6

Kegiatan membuat penilaian berkenaan dengan nilai sebuah ide,

kreasi, cara, atau metode. Evaluasi adalah tipe yang tertinggi di

antara ranah-ranah kognitif yang lain, mulai dari pengetahuan,

pemahaman, penerapan, analisis, hingga sintesis.

Taksonomi Bloom ranah kognitif berturut-turut dari yang paling

sederhana sampai yang paling kompleks diilustrasikan seperti

berikut ini :

Tabel 2.2 Taksonomi Bloom Ranah Kognitif

EVALUASI

SINTESIS

ANALISIS Mengkritik

PENERAPAN

Memilah

Merangkai Menilai

PEMAHAMAN Merancang Menafsirkan

Menghitung Membedakan Mengatur

PENGETAHUAN Menerangkan Membagi

Membuktikan Menjelaskan

Mengingat Merangkum Melengkapi

Menghafal

(42)

b. Taksonomi Bloom Ranah Afektif

Ranah Afektif ini adalah yang berhubungan dengan sikap dan nilai

peserta didik. Dalam ranah Afektif ini ada beberapa kategori sebagai

hasil belajar :

1) Receiviring/ attending/ menerima

Semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang

datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan

lain-lain. Receiving juga diartikan sebagai kemauan untuk

memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini

peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai-nilai

yang diajarkan kepada mereka dan mereka mempunyai kemauan

menggabungkan diri ke dalam nilai itu atau mengidentifikasi diri

dengan nilai itu.

2) Responding/ menanggapi

Suatu sikap yang menunjukkan adanya partisipasi aktif atau

kemampuan menanggapi, kemampuan yang dimiliki seseorang

untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena

tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.

Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam

menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.

3) Valuing/ penilaian

Memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu

(43)

dikerjakan dan memberikan suatu penyesalan. Dalam kaitannya

dengan proses pembelajaran peserta didik tidak hanya mau

menerima nilai yang diajarkan mereka telah berkemampuan

untuk menilai konsep atau fenomena baik atau buruk.

4) Organization/ organisasi

Pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi,

termasuk hubungan suatu nilai dengan nilai yang lain,

pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang

termasuk kedalam organisasi ialah konsep tentang nilai,

organisasi sistem nilai dan lain-lain.

5) Characterization by a value or value complex/ karakteristik nilai

atau internalisasi nilai.

Karakteristik nilai atau internalisasi nilai adalah keterpaduan

semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang

mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Proses

internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam

hierarki nilai.

c. Taksonomi Bloom Ranah Psikomotorik

Ranah Psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan

keterampilan (skill) atau keterampilan bertindak setelah seseorang

menerima pengalaman belajar. Dalam ranah psikomotorik ini

terdapat beberapa kategori: Peniruan, Manipulasi, Pengalamiahan,

(44)

3. Taksonomi Bloom Sesudah Revisi

Taksonomi Bloom setelah dilakukan revisi oleh Anderson dan

Kratwohl, (2001 : 66-88), terdapat perbedaan yang tidak banyak pada

dimensi Kognitif. Pada Revisi Taksonomi Bloom ini, dibagi atas dua

dimensi yaitu:

a. Struktur dari dimensi proses kognitif

1) Mengingat

Peserta didik dapat mengingat kembali pengetahuan yang

diperoleh dalam jangka waktu yang lama.

2) Memahami

Membangun makna dari pesan-pesan instruksional, termasuk

lisan, tulisan, dan grafik komunikasi, termasuk di dalamnya:

a) Interpreting (Menerjemahkan)

b) Exemplifying (Mencontohkan)

c) Classifying (Mengklasifikasikan)

d) Summarizing (Meringkas)

e) Inferring (Menyimpulkan)

f) Comparing Membandingkan)

g) Explaining (Menjelaskan)

h) Mengaplikasikan

i) Melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam suatu

(45)

3) Mengaplikasikan

Kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode,

rumus, teori, dsb.

4) Menganalisis

Kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu

bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan

mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian yang satu

dengan yang lainnya.

5) Mengevaluasi

Kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap

situasi, nilai atau ide atau mampu melakukan penilaian

berdasarkan kriteria dan standar

6) Mengkreasi

Meletakkan beberapa elemen dalam satu kesatuan yang

menyeluruh sehingga terbentuklah dalam satu bentuk yang

koheren atau fungsional. Siswa dikatakan mampu berkreasi jika

dapat membuat produk baru dengan merombak beberapa elemen

atau bagian ke dalam bentuk atau stuktur yang belum pernah

diterangkan oleh guru sebelumnya. Proses kreasi umumnya

berhubungan dengan pengalaman belajar siswa yang

(46)

b. Struktur dari dimensi isi/ jenis/ pengetahuan

Jika isi adalah subjek-materi yang spesifik maka akan

memerlukan banyak taksonomi karena ada materi (misalnya, satu

untuk ilmu pengetahuan, satu untuk sejarah, dll). Kemudian, jika isi

dianggap ada di luar siswa, maka timbul permasalahan bagaimana

untuk mendapatkan isi dalam siswa. Ketika isi di dalam siswa, itu

menjadi pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Transformasi ini

pengetahuan diperoleh melalui proses-proses kognitif yang

digunakan oleh siswa. Sehingga dibedakan atas 4 jenis pengetahuan

1) Pengetahuan Faktual (Factual Knowledge)

Yaitu elemen dasar dimana siswa harus tahu akan berkenalan

dengan disiplin atau memecahkan masalah di dalamnya.

Termasuk di dalamnya pengetahuan terminologi dan

pengetahuan tentang rincian spesifik dan unsur.

2) Pengetahuan Konseptual (Conceptual Knowledge)

Yaitu hubungan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang

lebih besar yang memungkinkan mereka untuk berfungsi

bersama-sama. Di antaranya: Pengetahuan tentang klasifikasi

dan kategori, pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan

generalisasi, Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur.

3) Pengetahuan Prosedural (Procedural Knowledge)

Yaitu bagaimana melakukan sesuatu atau penyelidikan, dan

(47)

Di antaranya: Pengetahuan tentang subjek-keterampilan khusus,

pengetahuan subjek-teknik khusus dan metode, pengetahuan

kriteria untuk menentukan ketika untuk menggunakan prosedur

yang tepat.

4) Pengetahuan Metakognitif (Metacognitive Knowledge)

Yaitu pengetahuan kognisi secara umum serta kesadaran dan

pengetahuan tentang kognisi sendiri. Diantaranya: pengetahuan

strategis, pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif, termasuk

sesuai kontekstual dan kondisi pengetahuan diri.

(48)

D. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

a. Pengertian Validitas

Surapranata, (2009:50) Validitas adalah suatu konsep yang

berkaitan dengan sejauhmana tes telah mengukur apa yang

seharusnya diukur. Validitas juga sebagai suatu tingkatan yang

menyatakan bahwa suatu alat ukur sesuai dengan apa yang diukur.

Linn dan Gronlund dalam (Surapranata 2009:50)

menjelaskan validitas berkaitan dengan hasil suatu alat ukur,

menunjukan tingkatan, dan bersifat khusus sesuai dengan tujuan

pengukuran yang akan dilakukan.

Azwar (2011:5) menjelaskan bahwa validitas mempunyai

arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur

dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes tersebut

menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat

dan akurat sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tes

tersebut. Sisi lain yang sangat penting dalam konsep validitas adalah

kecermatan pengukuran, yakni kemampuan untuk mendeteksi

perbedaan-perbedaan kecil sekalipun yang ada pada atribut yang

(49)

b. Macam-MacamValiditas

1) Validitas Isi (Content Validity)

Sugiyono (2004:113) menyatakan bahwa instrumen yang

mempunyai validitas isi adalah instrumen yang berbentuk tes

yang sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan

mengukur efektivitas pelaksanaan program dan tujuan.

Instrumen yang mempunyai validitas isi harus disusun

berdasarkan materi pembelajaran yang telah diajarkan.

Surapranata (2009:51) menjelaskan validitas isi mengandung arti

bahwa suatu alat ukur di pandang valid apabila sesuai dengan isi

kurikulum yang hendak di ukur.

Widoyoko (2015:143) menjelaskan bahwa instrumen

yang mempunyai validitas isi adalah instrumen yang berbentuk

tes untuk mengukur hasil belajar. Sebuah tes dikatakan

mempunyai validitas isi apabila dapat mengukur kompetensi

yang dikembangkan beserta indikator dan materi pembelajaran.

Jadi menguji validitas isi instrumen dilakukan dengan

membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran

yang telah dipelajari.

2) Validitas Konstruk (Construct Validity)

Surapranata (2009:53) menjelaskan bahwa validitas

konstruk mengandung arti bahwa suatu alat ukur dikatakan valid

(50)

dibuat. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi

apabila soal-soal mengukur setiap aspek berpikir seperti yang

diuraikan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun

indikator yang terdapat dalam kurikulum.

Widoyoko 2015:146 menjelaskan bahwa untuk menguji

validitas konstruk dapat menggunakan pendapat dari para ahli

(expert judgment). Dalam hal ini setelah instrumen di kontruksi

tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori

maka, instrumen tersebut dikonsultasikan dengan para ahli. Para

ahli akan memberikan keputusan apakah instrumen tersebut

dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan dan mungkin

dirombak total.

3) Validitas Berdasarkan Kriteria

a) Validitas Prediktif(Predictive Validity)

Azwar, (2011:50) validitas prediktif sangat penting

artinya bila tes dimaksudkan untuk fungsi sebagai prediktor

bagi performasi di waktu yang akan datang. Prosedur

validitas prediktif pada umumnya memerlukan waktu yang

lama dan mungkin biaya yang tidak sedikit karena presedur

ini bukan hanya melakukan prosedur analisis, melainkan

lebih merupakan kontinuitas dalam proses pengembangan

tes. Surapranata (2009:54) menyatakan bahwa sebuah tes

(51)

untuk memprediksikan apa yang akan terjadi di masa yang

akan datang.

b) Validitas Kesejajaran atau Konkuren(Concurrent Validity)

Azwar, (2011:52) validitas konkuren merupakan

indikasi validitas yang layak ditegakkan apabila tes tidak

digunakan sebagai suatu prediktor dan validitas sangat

penting dalam situasi diagnotik. Surapranata (2009:55)

validitas konkuren menunjukan pada hubungan antara tes

skor dengan yang dicapai dengan keadaan sekarang.

Widoyoko (2015:150) menjelaskan bahwa sebuah

instrumen dikatakan validitas kesejajaran apabila hasilnya

sesuai dengan kriteria yang sudah ada, artinya memiliki

kesejajaran dengan kriteria yang sudah ada. Kriteria yang

sudah ada dapat berupa instrumen lain yang mengukur hal

sama tetapi sudah diakui validitasnya. Validitas ini dapat

digunakan untuk menguji validitas instrumen baik bentuk tes

maupun non tes.

Untuk tes hasil belajar, yang utama adalah validitas isi, yakni

butir-butir soal yang ditanyakan kepada peserta didik sesuai dan

mewakili kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. Hal ini

dapat dilihat dari sejauh mana butir-butir soal itu sesuai dengan

(52)

2. Reliabilitas

a. Pengertian Reliabilitas

Sudaryono (2016:170) reliabilitas berasal dari kata reliability

berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu

hasil pengukuran hanya dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali

pelaksanan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama.

Ida Farida (2017:162) menyatakan bahwa reliabilitas

merupakan suatu alat penilaian tingkat ketetapan atau keajegan alat

tersebut dalam menilai apa yang dinilainya dan reliabilitas

memberikan hasil yang konsisten pada hasil yang diukur.

Widoyoko (2015:157) menjelaskan bahwa kata reliabilitas

dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability dalam bahasa

Inggris, berasal dari kata asal reliable yang artinya dapat dipercaya.

Instrumen tes dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang

tetap atau ajeg (konsisten) apabila diteskan berkali - kali.

b. Macam-Macam Pengujian Reliabilitas

Sugiyono (2004:120) menyatakan bahwa pengujian

reliabilitas dibedakan menjadi tiga yaitu:

1) Reliabilitas dengan tes-retes

Reliabilitas dengan tes-retes ini dilakukan dengan cara

mencobakan instrumen beberapa kali pada responden.

Reliabilitas di ukur dari koefisien korelasi antara percobaan

(53)

dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan

reliabel.

2) Reliabilitas dengan ekuivalen

Reliabilitas dengan ekuivalen ini adalah pengujian

instrumen dengan pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi

mempunyai maksud yang sama. Reliabilitas instrumen dihitung

dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu

dengan data instrumen yang dijadikan ekuivalen, bila korelasi

positif dan signifikan, maka instrumen dapat dinyatakan reliabel.

3) Reliabilitas dengan internal

Reliabilitas internal ini dilakukan dengan cara

mencobakan instrumen sekali saja, kemudian yang data

diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat

digunakan untuk memproduksi reliabilitas instrumen.

Berdasarkan uraian di atas, pembuatan alat ukur dalam dunia

pendidikan harus dilakukan secermat mungkin dan disesuaikan dengan

kaidah-kaidah yang telah ditentukan oleh ahli-ahli pengukuran di bidang

pendidikan. Untuk melihat reliabilitas suatu alat ukur, yang berupa suatu

indeks reliabilitas, dapat dilakukan penelaahan secara statistik. Nilai ini

(54)

E. CTT (Classical Test Theory)

Pendekatan CTT adalah metode pertama yang dikembangkan

untuk pengukuran. Teori-teori CTT mendominasi pengembangan rumus

reliabilitas dan validitas yang dikenal dewasa ini (Suryabrata 2005).

Model dari pendekatan teori tes klasik ini disebut juga sebagai

model skor murni (true score model). Pendekatan ini telah berhasil

meletakkan dasar-dasar konsep dalam analisis karakteristik psikometri

perangkat ukur psikologi (Crocker&Algina,2005).

Pendekatan CTT ini juga telah berkontribusi dalam

pengembangan pengukuran psikometri dan pendekatan ini dianggap

sebagai model yang sederhana dan kuat. Fokus utama dari pendekatan ini

adalah informasi pada level tes dan juga menyediakan informasi

mengenai item-item yang digunakan (Coaley, 2010). Selain itu, teori tes

klasik ini juga praktis dan tidak memerlukan perhitungan yang rumit

(Kaplan & Saccuzo,2005).

Beberapa aspek yang diperhatikan dalam teori uji klasik yaitu

tingkat kesukaran butir, daya pembeda butir, penyebaran pilihan

jawaban, dan reliabilitas skor tes (Safari, 2000).

1. Tingkat Kesukaran Butir (p)

Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar

suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya

dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada

(55)

0,00 – 1,00. Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan

untuk setiap nomor soal. Rumus di bawah ini dipergunakan untuk

soal pilihan ganda (Nitko, 1996).

𝑝 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑠

Semakin besar nilai p yaitu semakin besar proporsi peserta tes

dalam menjawab benar, maka soal tersebut dianggap mudah. Semakin

kecil nilai p maka soal tersebut dianggap sukar. Pada teori uji klasik,

tingkat kesukaran butir soal bergantung kepada kemampuan peserta

ujian. Bagi peserta ujian yang berkemampuan tinggi, butir soal menjadi

mudah. Bagi peserta ujian yang berkemampuan rendah, butir soal

menjadi sukar. Pada butir soal yang mudah, tampak kemampuan peserta

ujian menjadi tinggi. Sedangkan pada butir soal yang sukar, maka

kemampuan peserta ujian menjadi rendah. Oleh karena itu, tingkat

kesukaran butir soal tidak sepenuhnya menggambarkan ukuran

karakteristik butir soal sesungguhnya, akan tetapi lebih merupakan

kemampuan rata-rata kelompok peserta ujian.

Klasifikasi tingkat kesukaran soal dalam Nitko (1996), yaitu

sebagai berikut.

Jika nilai p di antara 0,00 – 0,30 soal tergolong sukar.

Jika nilai p di antara 0,31 – 0,70 soal tergolong sedang.

(56)

2. Daya Pembeda (DP)

Daya pembeda soal adalah nilai indeks yang menunjukkan

kemampuan butir soal untuk membedakan kelompok peserta ujian yang

berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Daya pembeda suatu

butir soal ini didasarkan pada hasil tes suatu kelompok sehingga daya

pembeda tersebut belum tentu berlaku pada kelompok yang lain. Indeks

daya pembeda berkisar antara -1,00 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi

nilai daya pembeda soal, maka semakin baik soal tersebut. Daya

pembeda soal untuk bentuk pilihan ganda dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut.

𝐷𝑃 = 2 (𝐵𝐴 − 𝐵𝐵)𝑁

DP = daya pembeda soal

BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas

BB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah

N = jumlah siswa yang mengerjakan tes

Crocker & Algina (2005), daya pembeda soal diklasifikasikan

sebagai berikut.

Jika DP ≥ 0,4 maka butir soal baik/diterima.

Jika 0,3 ≤ DP < 0,4 maka butir soal cukup baik.

Jika 0,2 ≤ DP < 0,3 maka butir soalperlu diperbaiki.

Jika DP < 0,2 maka soal ditolak.

Pembagian kelompok diambil 25% dari urutan nilai terbaik

Gambar

Tabel Peserta Didik ……………………………………….
Tabel 2. 1 Kompetensi Dasar
Tabel 2.2 Taksonomi Bloom Ranah Kognitif
Gambar 2.1 Taksonomi Bloom Revisi Oleh Anderson danKratwohl (2001)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa komitmen karyawan adalah tingkatan di mana seorang karyawan mengidentifikasikan diri dengan perusahaan

Gambaran histopatologi bronkus dari organ paru tikus asma yang dipapar oleh LPS menunjukkan kerusakan epitel paling besar dibandingkan dengan kondisi epitel pada

Hipertensi yang tidak terkendali dapat mengakibatkan berbagai macam komplikasi sehingga pemahaman yang tepat terhadap faktor resiko dari hipertensi merupakan salah satu

kompetensi kebahasaan yang memadai dari para pengasuh yang tinggal berdampingan dengan siswa-siswi di asrama. 2) Kurikulum dan metode pembelajaran bahasa yang bervariasi dan dan

2)antroji būtinosios ginties teisėtumo sąlyga susijusi kėsinimosi realumu. Padaryti sužalojimai vertintini kaip būtinoji gintis jei pavojingas kėsinimasis buvo realus.

Penelitian dalam skripsi ini berjudul “Tinjauan Yuridis Pengaturan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah Dalam Perspektif Penyelenggaraan

Divre 3 masih terdapat keluhan yang muncul dari kualitas layana wifi.id pada wifi.id corner yang ada. Penelitian ini mengambil dimensi information quality &amp;

Sistem pengolahan data penerimaan siswa baru yang ada pada Sekolah Dasar Ungaran 2 masih manual, sedangkan sistem penerimaan siswa baru masih terbagi dalam beberapa bagian,