• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan dan penggunaan video pembelajaran untuk mengurangi miskonsepsi dan meningkatkan pemahaman siswa kelas XI IPA SMA BP Yogyakarta tentang Hukum Archimedes - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan dan penggunaan video pembelajaran untuk mengurangi miskonsepsi dan meningkatkan pemahaman siswa kelas XI IPA SMA BP Yogyakarta tentang Hukum Archimedes - USD Repository"

Copied!
246
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN DAN PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN

PEMAHAMAN SISWA KELAS XI IPA SMA BP YOGYAKARTA TENTANG HUKUM ARCHIMEDES

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh:

ALBERT REFORMAN GULO 141424038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan

memberi kelegaan kepadamu”

Matius 11: 28

“Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai

kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”

Matius 6: 34

Karya kecil ini dengan tulus saya persembahkan untuk:

Tuhan Yesus sumber berkat dan kasih karunia,

Keluarga besarku dan terkhusus buat kedua orangtuaku tercinta Liami Gulo dan Raradodo Gulo,

Pemerintah Kabupaten Nias Barat,

Keluarga besar pendidikan fisika Universitas Sanata Dharma dan sahabat-sahabatku yang baik hati,

Terimakasih untuk doa, dukungan, motivasi yang telah

kalian berikan dan terimakasih telah menjadi bagian dari

kisah perjuangan saya dalam mengejar salah satu impian

(5)
(6)
(7)

vii

ABSTRAK

Albert Reforman Gulo. 2019. Pengembangan dan Penggunaan Video Pembelajaran untuk Mengurangi Miskonsepsi dan Meningkatkan Pemahaman

siswa Kelas XI IPA SMA BP Yogyakarta tentang Hukum Archimedes. Skripsi.

Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan Desain Riset yang bertujuan untuk

mengembangkan video pembelajaran tentang Hukum Archimedes. Video

pembelajaran yang dihasilkan digunakan untuk mengetahui apakah video

pembelajaran dapat mengurangi miskonsepsi dan meningkatkan pemahaman

siswa tentang Hukum Archimedes.

Penelitian dimulai pada bulan Oktober 2017 s/d Oktober 2018 untuk

pengembangan video pembelajaran tentang Hukum Archimedes dan 30 Oktober

s/d 22 November 2018 di SMA BP Yogyakarta untuk pengumpulan data. Subyek

penelitian berjumlah 8 siswa SMA BP Yogyakarta. Treatment yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penggunaan video pembelajaran tentang Hukum

Archimedes dan instrument pengumpul data berupa soal pretest, posttest, wawancara diagnosis serta kuesioner kelayakan pemanfaatan video pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa video pembelajaran tentang Hukum

Archimedes yang dihasilkan layak digunakan untuk mengurangi miskonsepsi dan

meningkatkan pemahaman siswa Kelas XI IPA SMA BP Yogyakarta tentang

Hukum Archimedes. Presentase kelayakan pemanfaatan video pembelajaran

berdasarkan hasil kuesioner penilaian oleh siswa yaitu 95 %

(8)

viii

ABSTRACT

Albert Reforman Gulo. 2019. The Development and the Use of Learning Videos to Reduce Misconceptions and Improve Students’ Understanding Grade XI of Science of SMA BP Yogyakarta about Archimedes Law. Thesis. Yogyakarta:

Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Science

Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma

University Yogyakarta.

This study is Research Design which aims to develop learning videos about Archimedes law. The outcome aims to find out whether learning videos can reduce misconceptions and improve students' understanding about Archimedes law.

The study was started in October 2017 until October 2018 for development of learning video about Archimedes Law and in October 30 until November 22, 2018 at SMA BP Yogyakarta for data collection. The subjects of this study were eight students from SMA BP Yogyakarta. The treatment used in this study was the use of learning videos about Archimedes law and instruments of data collection were in the form of pretest, posttest, diagnostic interview and questionnaire of eligibility for the use of learning videos.

The result of the study shows that the learning videos about Archimedes law are appropriate to be used to reduce misconceptions and improve students’ understanding grade XI of science of SMA BP Yogyakarta about Archimedes law. The Percentage of eligibility for the use of learning videos based on the students’ assessment through questionnaire is 95%.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

berkat kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

PENGEMBANGAN DAN PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN

UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN

PEMAHAMAN SISWA KELAS XI IPA SMA BP YOGYAKARTA

TENTANG HUKUM ARCHIMEDES”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan di Program Studi

Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan atas selesainya penyusunan skripsi

ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih karunia-Nya sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim M.Ed., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing yang

telah berkenan membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh

kesabaran, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Bapak Dr. Ign Edi Santosa, M.S., selaku Kaprodi Pendidikan Fisika dan

segenap dosen Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma yang telah

memberi banyak pengalaman belajar selama berkuliah di Universitas Sanata

(10)

x

4. Ibu Dwi Nugraheni Rositawati M.Si., selaku Wakaprodi Pendidikan Fisika

dan selaku Dosen Pendamping Mahasiswa Kerjasama Pendidikan Fisika yang

telah mendampingi dan memotivasi penulis untuk tetap giat menyelesaikan

studi di Universitas Sanata Dharma.

5. Ibu Sri Agustini Sulandari, M.Si., selaku Kepala Laboratorium Fisika USD

dan Bapak Ngadiono selaku Laboran di Laboratorium Fisika USD yang sudah

berkenan mengijinkan menggunakan alat laboratorium dan menyediakan

peralatan laboratorium yang diperlukan saat penelitian.

6. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si., selaku Kepala Laboratorium

Microteaching dan Bapak Agus yang telah berkenan mengijinkan penulis

untuk menggunakkan handycam untuk keperluan penelitian.

7. Seluruh staf sekretariat JPMIPA yang telah membantu segala hal terkait

administrasi penulis selama belajar di USD Yogyakarta.

8. Bapak Drs. Joko Wigati selaku kepala sekolah SMA BOPKRI Banguntapan

Yogyakarta yang telah memperbolehkan penulis untuk melakukan penelitian

di sekolah tersebut dan Bapak Yala yang telah membantu mengatur waktu

pelaksanaan penelitian sehingga semuanya dapat berjalan dengan baik dan

lancar.

9. Adik-adik yang baik hati yaitu Novia Azaria, Yoga Bekti, Yohana Ayu dan

Siti Nurjanah yang telah bersedia menjadi subjek uji coba dan kepada

adik-adik Kelas XI IPA SMA BOPKRI Banguntapan yaitu Henry, Claudia,

(11)

xi

meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk menjadi subjek pada penelitian

ini.

10.Ayahku Raradodo Gulo dan Ibuku Liami Gulo serta saudara-saudarariku Kak

Ina Faozan, Kak Ina Agatha, Abang Marthin, Abang Berkat, Adek Calfary,

Adek Cipta, dan Adek Priska yang selalu mendoakan, memberi semangat

maupun motivasi, sehingga penulis mendapatkan kekuatan super dalam

menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

11.Teman-teman pendidikan fisika angkatan 2014, teman-teman mahasiswa

kerjasama Nias Barat angkatan 2014, Kak Mariati Daeli dan Abang Otami

Hia yang selalu memberi semangat dan mengingatkan penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

12.Untuk semua pihak yang telah membantu saya dalam bentuk apapun yang

tidak bisa saya sebutkan satu persatu dalam skripsi ini, saya mengucapkan

terimakasih.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih

terdapat banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun agar

skripsi ini menjadi lebih baik dan dapat memberi manfaat maksimal sebagaimana

mestinya.

Yogyakarta, 22 Januari 2019

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESEHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Batasan Masalah ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI A. Media Pembelajaran ... 6

(13)

xiii

C. Konsep ... 13

D. Pemahaman Konsep ... 14

E. Peningkatan Pemahaman ... 15

F. Miskonsepsi ... 15

G. Hukum Archimedes ... 25

H. Penelitian Miskonsepsi pada Materi Hukum Archimedes ... 29

I. Kaitan Teori dengan Penelitian ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 32

C. Subyek Penelitian ... 32

D. Desain Penelitian ... 33

E. Instrumen Penelitian... 41

F. Validitas Instrumen ... 45

G. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV DATA, ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 52

1. Penelusuran Masalah dan Potensi ... 52

2. Pengumpulan Informasi ... 53

3. Desain Produk ... 54

4. Validasi dan Perbaikan Desain ... 50

5. Uji Coba Produk dan Pemakaiannya ... 63

(14)

xiv

B. Data Penelitian ... 68

1. Pretest ... 68

2. Posttest ... 69

C. Analisis Data dan Pembahasan ... 71

1. Hasil pretest dan posttest ... 71

2. Wawancara hasil pretest ... 161

3. Wawancara hasil posttest ... 178

4. Penurunan Miskonsepsi Siswa ... 189

5. Peningkatan Pemahaman Siswa ... 191

6. Video Pembelajaran tentang Hukum Archimedes berdasarkan Kuesioner Penilaian Siswa ... 192

D. Keterbatasan Penelitian ... 194

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 195

B. Saran ... 196

DAFTAR PUSTAKA ... 197

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Miskonsepsi pada materi Hukum archimedes dan beberapa

hasil penelitian ... 34

Tabel 3.2 Prosedur pemberian treatment (video pembelajaran) ... 40

Tabel 3.3 Kisi-kisi kuesioner kelayakan video pembelajaran 1 ... 42

Tabel 3.4 Kisi-kisi kuesioner kelayakan video pembelajaran 2 ... 43

Tabel 3.5 Kisi-kisi soal pretest dan posttest ... 44

Tabel 3.6 Kisi-kisi angket validitas produk ... 45

Tabel 3.7 Interprestasi hasil tes diagnostik pilihan ganda tiga tingkat .. 46

Tabel 3.8 Tabel analisis hasil tes siswa per item pertanyaan ... 46

Tabel 3.9 Tabel analisis hasil presentase konsepsi pada materi hukum Archimedes setiap item pertanyaan ... 47

Tabel 3.10 Tabel analisis hasil presentase konsepsi pada materi hukum Archimedes setiap siswa ... 48

Tabel 3.11 Tabel hasil analisis nilai masing-masing siswa ... 49

Tabel 3.12 Tabel klasifikasi pemahaman berdasarkan nilai yang Diperoleh ... 50

Tabel 3.13 Tabel peningkatan pemahaman siswa ... 50

Tabel 3.14 Rubrik skor kuesioner ... 51

Tabel 3.15 Interprestasi kelayakan pemanfaatan video pembelajaran ... 51

Tabel 4.1 Sumber informasi pengembangan media pembelajaran ... 54

Tabel 4.2 Rencana alur video pembelajaran ... 55

Tabel 4.3 Pokok bahasan pada setiap klip video ... 56

Tabel 4.4 Gambaran skenario pembuatan video ... 57

Tabel 4.5 Validasi ahli media ... 61

Tabel 4.6 Hasil kuesioner untuk ahli materi ... 61

Tabel 4.7 Validasi ahli materi ... 62

Tabel 4.8 Hasil pretest dan posttest siswa pada uji coba ... 63

(16)

xvi

Tabel 4.10 Interprestasi kelayakan pemanfaatan video pembelajaran

berdasarkan kegiatan uji coba ... 65

Tabel 4.11 Jadwal pelaksanaan pengambilan data ... 67

Tabel 4.12 Hasil pretest siswa ... 68

Tabel 4.13 Hasil posttet siswa ... 69

Tabel 4.14 Analisis hasil pretest soal nomor 1 masing-masing siswa ... 72

Tabel 4.15 Analisis hasil posttest soal nomor 1 masing-masing siswa ... 74

Tabel 4.16 Analisis hasil pretest soal nomor 2 masing-masing siswa ... 78

Tabel 4.17 Analisis hasil posttest soal nomor 2 masing-masing siswa ... 80

Tabel 4.18 Analisis hasil pretest soal nomor 3 masing-masing siswa ... 83

Tabel 4.19 Analisis hasil posttest soal nomor 3 masing-masing siswa ... 85

Tabel 4.20 Analisis hasil pretest soal nomor 4 masing-masing siswa ... 88

Tabel 4.21 Analisis hasil posttest soal nomor 4 masing-masing siswa ... 90

Tabel 4.22 Analisis hasil pretest soal nomor 5 masing-masing siswa ... 92

Tabel 4.23 Analisis hasil posttest soal nomor 5 masing-masing siswa ... 95

Tabel 4.24 Analisis hasil pretest soal nomor 6 masing-masing siswa ... 98

Tabel 4.25 Analisis hasil posttest soal nomor 6 masing-masing siswa ... 100

Tabel 4.26 Analisis hasil pretest soal nomor 7 masing-masing siswa ... 102

Tabel 4.27 Analisis hasil posttest soal nomor 7 masing-masing siswa ... 105

Tabel 4.28 Analisis hasil pretest soal nomor 8 masing-masing siswa ... 108

Tabel 4.29 Analisis hasil posttest soal nomor 8 masing-masing siswa ... 110

Tabel 4.30 Analisis hasil pretest soal nomor 9 masing-masing siswa ... 112

Tabel 4.31 Analisis hasil posttest soal nomor 9 masing-masing siswa ... 115

Tabel 4.32 Analisis hasil pretest soal nomor 10 masing-masing siswa ... 117

Tabel 4.33 Analisis hasil posttest soal nomor 10 masing-masing siswa . 119 Tabel 4.34 Analisis hasil pretest soal nomor 11 masing-masing siswa ... 122

Tabel 4.35 Analisis hasil posttest soal nomor 11 masing-masing siswa . 124 Tabel 4.36 Analisis hasil pretest soal nomor 12 masing-masing siswa ... 127

(17)

xvii

Tabel 4.40 Analisis hasil pretest soal nomor 14 masing-masing siswa ... 135

Tabel 4.41 Analisis hasil posttest soal nomor 14 masing-masing siswa . 137 Tabel 4.42 Analisis hasil pretest soal nomor 15 masing-masing siswa ... 141

Tabel 4.43 Analisis hasil posttest soal nomor 15 masing-masing siswa . 143 Tabel 4.44 Perubahan konsepsi siswa sesudah diberikan treatment ... 145

Tabel 4.45 Miskonsepsi dan penyebabnya berdasarkan analisis hasil pretest dan posttest ... 152

Tabel 4.46 Rangkuman hasil pengerjaan LKS Siswa ... 157

Tabel 4.47 Presentase konsepsi masing-masing siswa ... 158

Tabel 4.48 Partisipan wawancara hasil pretest dan posttest ... 159

Tabel 4.49 Presentase konsepsi siswa untuk tiap butir pertanyaan pretest dan posttest ... 160

Tabel 4.50 Presentase hasil penurunan miskonsepsi siswa dari pretest ke posttest ... 189

Tabel 4.51 Presentase konsepsi siswa sebelum dan sesudah treatment untuk setiap pertanyaan ... 190

Tabel 4.52 Presentase kenaikan nilai siswa dari pretest ke posttest ... 191 Tabel 4.53 Hasil kuesioner kelayakan pemanfaatan video pembelajaran 193

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Menentukan rumus gaya apung ... 26

Gambar 2.2 Peristiwa (a) mengapung, (b) melayang dan (c) tenggelam (Sumber: Fisika Zone) ... 27

Gambar 3.1 Diagram Desain Pengembangan Video Pembelajaran ... 37

Gambar 3.2 Diagram desain pengumpulan data penelitian ... 40

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat permohonan ijin penelitian ... 200

Lampiran 2 Surat keterangan telah melaksanakan penelitian ... 201

Lampiran 3 Perencanaan video pembelajaran ... 202

Lampiran 4 Skenario video pembelajaran ... 208

Lampiran 5 Lembar validasi produk oleh ahli media ... 217

Lampiran 6 Lembar validasi produk oleh ahli materi ... 218

Lampiran 7 Validasi kuesioner penilaian kelayakan video pembelajaran Untuk siswa ... 220

Lampiran 8 Daftar Hadir siswa uji coba ... 222

Lampiran 9 Daftar Hadir siswa pada kegiatan pengambilan data... 223

Lampiran 10 Soal pretest beserta sampel pengerjaannya oleh siswa H... 224

Lampiran 11 Soal posttest beserta sampel pengerjaannya oleh siswa C .... 230

Lampiran 12 LKS beserta sampel pengerjaannya oleh siswa B ... 236

Lampiran 13 Kuesioner penilaian kelayakan pemanfaatan video dalam pembelajaran oleh siswa beserta sampel penilaian yang diisi oleh siswa F dan G ... 239

Lampiran 14 Dokumentasi sumber informasi mengenai miskonsepsi pada Materi Hukum Archimedes ... 241

Lampiran 15 Dokumentasi Kegiatan Penelitian ... 244

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Miskonsepsi atau salah konsep dalam pembelajaran fisika merupakan

problema yang cukup sulit untuk dihindari. Diera digital, miskonsepsi dalam

pembelajaran fisika kerap terjadi karena referensi-referensi mengenai

konsep fisika yang berseberangan dengan konsep yang sesungguhnya dapat

diakses mudah melalui internet oleh siswa. Akses internet menyediakan

banyak referensi yang mengandung informasi yang saling mendukung (pro),

namun tidak sedikit yang berlawanan (kontra). Siswa cenderung tidak

memilah dengan baik informasi-informasi tersebut. Baik informasi yang pro

maupun kontra dengan konsep fisika yang sesungguhnya kadangkala

dianggap benar, sehingga menimbulkan miskonsepsi. Tidak hanya pada satu

subbidang, miskonsepsi dalam bidang fisika terjadi pada berbagai bidang

seperti mekanika, termodinamika, optika, bunyi dan gelombang, listrik dan

magnet, serta fisika modern. Miskonsepsi yang terbesar terjadi pada bidang

mekanika, salah satunya adalah mengenai fluida statis (Suparno, 2005).

Beberapa penelitian membuktikan bahwa miskonsepsi pada bidang

mekanika fluida terjadi pada dalam memahami Hukum Archimedes.

Kristian Purwo (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Pemahaman dan

Miskonsepsi Siswa SMA Tarakanita Magelang tentang Hukum

Archimedes”, menunjukan sebuah hasil dimana terjadi miskonsepsi pada

(21)

dalam memahami konsep gaya, faktor-faktor yang mempengaruhi gaya

apung, serta penerapan gaya apung dalam kehidupan sehari-hari. Sri Puji

Astuti (2010) juga menemukan terjadinya miskonsepsi terhadap Hukum

Archimedes dalam penelitiannya yang berjudul “Pemahaman, Miskonsepsi

dan Cara Mengatasi Miskonsepsi Siswa Kelas XI Teknik Jaringan

Komputer SMK Negeri 2 Klaten tentang Hukum Archimedes dengan

Metode Demonstrasi”. Miskonsepsi terjadi dalam memahami gaya ke atas

yang mempengaruhi berat benda saat berada di dalam fluida, kedalaman

fluida mempengaruhi gaya ke atas dan syarat-syarat serta gaya yang bekerja

pada benda yang mengapung, melayang dan tenggelam. Untuk mengatasi

miskonsepsi tersebut, metode demonstrasi yang dia (Sri Puji Astuti)

gunakan untuk membantu siswa mengalami peningkatan pemahaman

terhadap materi Hukum Archimedes hanya cukup memberi peningkatan

pemahaman, sehingga peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian

sejenis dengan metode yang berbeda.

Metode lain untuk mengatasi miskonsepsi siswa terhadap suatu

konsep tertentu pernah dilakukan oleh Sean dan Krause (2014) dalam

sebuah penelitian yang berjudul The Effect of Incorporating Youtube Videos into an Intervention Addressing Students’ Misconceptions Related to

Solutions, Solublity and Saturation. Dalam penelitian tersebut, mereka mencoba mengatasi miskonsepsi siswa pada suatu konsep yang

berhubungan dengan pelajaran kimia menggunakkan media pembelajaran.

(22)

tersedia di channel Youtube “m3lls34”. Penelitian tersebut menunjukkan

hasil yang memuaskan yaitu keterlibatan siswa dengan penggunaan video

pembelajaran bisa menjadi sarana yang efektif untuk memperbaiki

miskonsepsi yang dialami siswa. Intervensi jenis ini berpotensi terjadi

diterapkan pada miskonsepsi lain juga.

Berangkat dari masalah dan beberapa hasil penelitian tersebut, penulis

tertarik melakukan sebuah penelitian dengan mengembangkan terlebih

dahulu sebuah video pembelajaran tentang Hukum Archimedes karena

video yang sesuai kebutuhan penelitian belum tersedia. Setelah video

tersedia, maka penulis akan meneliti efektivitas penggunaaan video

pembelajaran dalam mengurangi miskonsepsi dan meningkatkan

pemahaman siswa mengenai materi Hukum Archimedes. Sesuai kurikulum

fisika SMA 2013 edisi revisi, materi tersebut terintegrasi dalam bab fluida

statis dan akan diajarkan pada siswa SMA kelas XI. Maka dari itu,

penelitian ini akan melibatkan siswa SMA kelas XI.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana cara mengembangkan video pembelajaran yang efektif dan

efesien, agar dapat digunakan untuk mengurangi miskonsepsi dan

meningkatkan pemahaman siswa tentang Hukum Archimedes?

2. Sejauh mana penggunaan video pembelajaran dapat mengurangi

miskonsepsi dan meningkatkan pemahaman siswa kelas XI SMA dalam

(23)

3. Sejauh mana video pembelajaran yang dikembangkan layak digunakan

untuk mengurangi miskonsepsi dan meningkatkan pemahaman siswa

kelas XI SMA dalam memahami Hukum Archimedes berdasarkan

kuesioner penilaian oleh siswa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengembangkan video pembelajaran yang efektif dan efesien, agar

dapat digunakan untuk mengurangi miskonsepsi dan meningkatkan

pemahaman siswa kelas XI SMA tentang Hukum Archimedes.

2. Mengetahui sejauh mana penggunaan video pembelajaran dapat

mengurangi miskonsepsi dan meningkatkan pemahaman siswa kelas XI

SMA tentang Hukum Archimedes.

3. Mengetahui sejauh mana video pembelajaran yang dikembangkan layak

digunakan untuk mengurangi miskonsepsi dan meningkatkan

pemahaman siswa kelas XI SMA tentang Hukum Archimedes

berdasarkan kuesioner penilaian oleh siswa.

D. Batasan Masalah

Adapun batasan dalam penelitian ini yaitu:

1. Menitikberatkan pada pengembangan dan penggunaan video

pembelajaran untuk mengurangi miskonsepsi dan meningkatkan

(24)

2. Pokok bahasan hanya membahas konsep volume benda yang tercelup

dalam fluida, gaya apung, dan syarat benda mengapung, melayang, dan

tenggelam berdasarkan konsep massa jenis.

3. Subyek penelitian adalah siswa SMA kelas XI IPA.

E. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat Penelitian ini yaitu

1. Bagi Guru dan Calon Guru

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk mengurangi

miskonsepsi dan meningkatkan pemahaman siswa tentang Hukum

Archimedes.

2. Bagi Siswa

Video pembelajaran yang telah dibuat dapat dijadikan sebagai referensi

(25)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media

Media bentuk jamak dari perantara (medium) merupakan sarana komunikasi. Berasal dari bahasa Latin medius (antara), istilah ini merujuk pada apa saja yang membawa informasi antara sebuah sumber

dan sebuah penerima (Smaldino et al., 2011 : 7). Media oleh karenanya

dapat diartikan sebagai perantara antara pengirim informasi yang

berfungsi sebagai sumber atau resources dan penerima informasi atau receiver (Pribadi, 2017: 15).

2. Pengertian Pembelajaran

Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan

Nasional mendefenisikan pembelajaran sebagai suatu proses interaksi

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar. Pembelajaran dalam Saifuddin (2014: 3) merupakan

suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Pembelajaran dapat juga didefenisikan sebagai usaha untuk

mempengaruhi peserta didik untuk melakukan perbuatan belajar

(Rusman, 2017: 2). Dari ketiga defenisi tersebut, dapat didefenisikan

(26)

menyediakan pengalaman belajar kepada individu yang mau belajar

untuk mendapatkan perubahan perilaku.

3. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat didefenisikan sebagai sarana penyedia

informasi dan pengalaman belajar kepada individu untuk berproses

mendapatkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku tersebut dalam

Prayitno (2009: 413) mengarah pada lima dimensi belajar yaitu

dimensi tahu (dari yang tidak tahu menjadi tahu), dimensi bisa (dari

yang tidak bisa menjadi bisa), dimensi biasa (dari yang tidak biasa

menjadi biasa), dimensi mau (dari yang tidak mau menjadi mau) dan

dimensi ikhlas (dari yang tidak ikhlas menjadi ikhlas).

4. Fungsi, Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran dalam Yudhi Munadi (2010: 36-41) dapat

berfungsi sebagai sumber belajar dan berfungsi untuk melakukan

manipulatif, misalnya menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit

dihadirkan dalam bentuk aslinya. Adanya media pembelajaran ini

bertujuan untuk mengefektifkan proses komunikasi pembelajaran

sehingga tercapai tujuan yang diinginkan (adanya perubahan tingkah

laku). Sedangkan dalam Susilana dan Cepi Riyana (2009: 9) manfaat

dari adanya media pembelajaran yaitu:

a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitis;

(27)

c. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid

dengan sumber belajar;

d. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan

kemampuan visual, auditori dan kinestiknya;

e. Memberi ransangan yang sama, mempersama pengalaman dan

menimbulkan persepsi yang sama.

5. Jenis Media Pembelajaran

Ada beragam jenis media yang digunakan dalam pembelajaran

mulai dari media yang paling sederhana hingga media yang paling

modern dan canggih. Beberapa jenis media tersebut diantaranya yaitu

media cetak seperti buku teks, booklet, brosur, koran, dan majalah. Media elektronik seperti radio, televisi, dan komputer. Media audio

yang memanfaatkan unsur suara untuk menyampaikan informasi. Media

visual seperti animasi bergerak dan alat peraga. Serta perpaduan antara

media audio dan visual seperti film dan video.

B. Video Pembelajaran

1. Pengertian Video Pembelajaran

Video adalah teknologi pemrosesan sinyal elektronik meliputi

gambar gerak dan suara (Yudhi Munadi, 2010: 132). Video tergolong

sebagai media audio visual yang mampu menayangkan unsur pesan dan

informasi melalui gambar dan suara yang disampaikan secara simultan.

(28)

mengkomunikasikan informasi atau pengetahuan yang mencakup

kombinasi unsur gerak dan unsur suara didalamnya. Berdasarkan

pengertian dan penjelasan tersebut, maka video pembelajaran dapat

didefenisikan sebagai media yang menyediakan informasi dan

pengetahuan sebagai sumber belajar melalui unsur gambar gerak dan

suara.

2. Pengembangan Video Pembelajaran

Untuk pembelajaran fisika, pengembangan video pembelajaran

harus direncanakan dengan baik agar dapat memberi manfaat yang

besar bagi penggunanya. Lincoln (2017: 308-309) merekomendasikan

lima hal yang perlu diperhatikan agar media video yang akan dibuat

dapat memberi manfaat maksimal, yakni sebagai berikut:

a. A Live Personality (Tokoh Hidup)

A live personality ini dapat berupa seorang host, robot, kartun dan sebagainya. Disini, seorang host diharapkan dapat berpakaian rapi dan berada dalam suasana hati yang baik saat berada di depan

kamera.

b. Demonstration (Demonstrasi)

Bila video menunjukkan sebuah demonstrasi, maka sangat baik bila

demonstrasi dilakukan dengan cara yang tidak biasa. Misalnya air

mendidih pada sebuah cangkir plastik, magnet yang kuat menarik

(29)

membuat penonton merasa seperti orang yang benar-benar

melakukan demonstrasi tersebut.

c. Words or Symbols (Kata atau Simbol)

Kata-kata maupun simbol digunakan pada saat yang penting untuk

memberi tahu penonton apa yang harus mereka pikirkan, sekaligus

menginformasikan apa harus mereka ingat. Kata-kata maupun

simbol ini diusahakan agar muncul dilayar tepat saat host selaku narator mengucapkannya.

d. Voice-Over/ Narration (Pengisi suara/cerita)

Ini digunakan untuk memberi penjelasan lisan dari kamera. Narasi

dan jalur lisan di luar kamera harus diperhatikan dengan

membacanya menggunakkan emosi yang tepat. Dan pada saat

berada pada ujung rekaman, kamera beralih pada host yang sedang membaca baris terakhir narasi di ruang yang sama.

e. Music and Sound Effect (Musik dan Efek Suara)

Musik dan efek suara digunakan untuk mengendalikan apa yang

didengar penonton. Misalnya, ketika host bergerak, maka efek suara

bisa digunakan untuk menekankan peristiwa tersebut. Sementara

itu, musik baiknya hanya digunakan untuk mencairkan suasana agar

tidak kaku dan tidak diputar sepanjang durasi video.

Selain memperhatikan hal tersebut, dalam Cepi Riyana (2007: 8-11)

untuk mengembangkan video pembelajaran yang baik dan efektif,

(30)

yaitu (1) Menyampaikan informasi secara utuh dan memudahkan siswa

memahami informasi yang disampaikan; (2) Berdiri sendiri atau tidak

bergantung pada bahan ajar lain; (3) Menggunakkan bahasa yang

sederhana dan mudah dimengerti; (4) Materi pembelajaran yang

disampaikan benar-benar representatif, misalnya materi simulasi dan

demonstrasi; (5) Materi pembelajaran dikemas secara multimedia,

didalamnya terdapat teks, animasi, sound dan video; (6) Menggunakkan

resolusi yang tinggi; dan (7) Dapat digunakan secara klasikal maupun

individu dalam pembelajaran bersama maupun mandiri.

3. Tujuan dan Keuntungan Penggunaan Video Pembelajaran

Dalam Pribadi (2017: 145-148), penggunaan video dalam

pembelajaran bertujuan untuk digunakan sebagai keperluan belajar baik

untuk keperluan belajar individual maupun kelompok. Keuntungannya

sebagai keperluan belajar yaitu:

a. Menambah wawasan dan informasi bagi penonton;

b. Menggambarkan suatu proses secara tepat dan disaksikan secara

berulang;

c. Merangsang timbulnya minat dan motivasi belajar;

d. Membimbing respons penonton dalam proses belajar;

e. Mengatasi keterbatasan fisik;

f. Mendorong upaya pemecahan masalah;

g. Mengungkapkan kesalahan dalam proses belajar dan upaya untuk

(31)

4. Langkah-langkah Penggunaan Video Pembelajaran

Penggunaan video dalam proses pembelajaran menurut Yudhi

Munadi (2010: 127-128) baiknya mengikuti langkah-langkah seperti:

a. Video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan pembelajaran;

b. Sebelum menunjukkan video, terlebih dahulu mengetahui

manfaatnya dalam pembelajaran;

c. Sesudah video pembelajaran dipertunjukkan, perlu diadakan

diskusi, yang juga perlu dipersiapkan sebelumnya;

d. Adakalanya program video tertentu diputar dua kali atau lebih

untuk memperhatikan aspek-aspek tertentu;

e. Agar video pembelajaran tidak dianggap sebagai media hiburan

belaka, sebelumnya perlu adanya penugasan bagi penonton untuk

memperhatikan bagian-bagian tertentu;

f. Sesudah itu dapat ditest seberapa banyakkah informasi yang

penonton terima dari video pembelajaran yang telah disaksikan.

5. Keterbatasan Video Pembelajaran dan Solusinya

Menurut Heinich dkk (1990) dalam Pribadi (2017: 147-148)

penggunaan video dalam pembelajaran memiliki beberapa keterbatasan.

Keterbatasan tersebut diantaranya adalah:

a. Kecepatan penayangan informasi dan pengetahuan secara konstan;

b. Kadang-kadang menimbulkan persepsi yang berbeda terhadap

(32)

c. Pengeluaran untuk biaya produksi video pembelajaran tergolong

mahal.

Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, maka ada beberapa solusi

yang bisa dijadikan sebagai jalan keluar yaitu: (1) Melakukan

pemutaran kembali video pada bagian informasi dan pengetahuan yang

perlu dilihat; (2) Mendesain terlebih dahulu informasi dan pengetahuan

yang akan dikomunukasikan kepada penonton; dan (3) Tidak

menggunakkan banyak pemeran video, dan menggunakkan peralatan

dengan harga terjangkau.

C. Konsep

Konsep dalam Sudarminta (2002: 87), dapat didefinisikan sebagai suatu

representasi abstrak dan umum tentang sesuatu yang bersifat mental.

Disebut sebagai suatu representasi abstrak karena menyatakan proses

penggambaran pada berbagai pengalaman aktual, hingga terbentuk

penggambaran mental atas pengalaman yang teramati. Dalam pembelajaran

fisika, konsep merupakan gagasan atau ide mengenai suatu materi,

pengalaman, peristiwa suatu objek. Konsep tersebut terbentuk sebagai hasil

abstraksi dan generalisasi dari suatu fakta-fakta yang ditemukan

berdasarkan pengamatan. Konsep yang terbentuk dari hasil tersebut dapat

dianggap kurang tepat bila ditemukan fakta-fakta baru mengenai konsep

(33)

D. Pemahaman Konsep

Pemahaman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, cara perbuatan memahami dan memahamkan. Pemahaman juga dapat diartikan

sebagai kemampuan seseorang untuk mengerti, mengetahui atau memahami

sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi (Sudijon, 2009: 50). Dari

pengertian tersebut, pemahaman konsep dapat diartikan sebagai upaya yang

dilakukan untuk memahami dan melihat konsep dari berbagai segi.

Pemahaman konsep dalam kegiatan pembelajaran sangat diperlukan

oleh peserta didik dalam menyelesaikan suatu kasus atau masalah. Misalnya,

saat diberi sebuah persoalan mengenai bagaimana cara untuk menentukan

besarnya gaya apung yang bekerja pada suatu benda, peserta didik diharapkan

tidak hanya mampu menjawab persoalan tersebut. Namun, juga harus

memahami sungguh-sungguh konsep yang digunakan untuk menyelesaikan

persoalan tersebut. Sehingga ketika terdapat persoalan tentang konsep lain

yang masih berhubungan dengan konsep tersebut, peserta didik dapat

menggunakkan pemahamannya dalam menyelesaikan persoalan.

Pemahaman konsep dapat dikatakan merupakan bagain terpenting

dalam kegiatan pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik. van den

Berg, E. (1991: 11) merumuskan beberapa Indikator yang menunjukkan

bahwa pemahaman akan sebuah konsep telah dicapai oleh peserta didik yaitu:

a. Peserta didik dapat mendefenisikan konsep yang bersangkutan;

b. Peserta didik dapat menjelaskan perbedaan antara konsep yang

(34)

c. Peserta didik dapat menjelaskan hubunngan dengan konsep-konsep yang

lain;

d. Peserta didik dapat menjelaskan arti konsep dalam kehidupan sehari-hari

dan menerapkannya pada pemecahan masalah dalam kehidupan

sehari-hari.

E. Peningkatan Pemahaman

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peningkatan berarti proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan dan sebagainya).

Peningkatan pemahaman dapat didefenisikan sebagai upaya atau proses

yang dilakukan untuk membuat seseorang semakin memahami atau

mengerti sesuatu. Meningkatnya pemahaman ditandai dengan adanya

penjelasan dari seseorang yang awalnya masih abstrak dalam menjelaskan

sesuatu, setelahnya dapat memberi penjelasan secara terperinci

menggunakkan kata-katanya sendiri.

F. Miskonsepsi

1. Pengertian Miskonsepsi

Miskonsepsi atau salah konsep dapat didefenisikan sebagai suatu

konsep yang tidak sesuai dengan konsep yang diakui oleh para ahli.

Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak

sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para

(35)

menyangkut kesalahan siswa dalam pemahaman hubungan antar konsep.

Misalnya kesalahan dalam hubungan antara gaya dan momentum, atau

antara arus dan tegangan, atau antara massa jenis dan massa (van den

Berg, E., 1991 : 10).

2. Mendeteksi Terjadinya Miskonsepsi

Untuk mendeteksi terjadinya miskonsepsi, ada banyak cara yang

bisa dilakukan. Beberapa alat yang bisa digunakan untuk

mengidentifikasi miskonsepsi diantaranya adalah peta konsep (concept maps), tes multiple choice dengan reasoning terbuka, tes esai tertulis, wawancara diagnosis, diskusi dalam kelas, dan praktikum dengan tanya

jawab (Suparno, 2005: 129). Beberapa peneliti menggunakan beberapa

alat tersebut bersama-sama untuk melengkapi, seperti misalnya esai

dengan wawancara. Dalam penelitian ini, alat yang akan digunakan

yaitu:

a. Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka

Tes pilihan ganda dengan alasan terbuka dapat digunakan untuk

mendeteksi terjadinya miskonsepsi pada siswa. Dalam tes ini, siswa

tidak hanya akan memilih jawaban yang mereka anggap benar, tapi

harus dapat menyertakan alasan mengapa mereka memilih jawaban

tersebut. Alasan yang diberikan oleh siswa dapat dikategorikan

sebagai miskonsepsi apabila penalaran siswa tidak lengkap atau

salah. Tidak lengkapnya alasan biasanya terjadi karena informasi

(36)

siswa menarik kesimpulan secara salah dan menimbulkan terjadinya

miskonsepsi.

b. Wawancara Diagnosis

Wawancara dapat juga dilakukan untuk mendeteksi miskonsepsi

pada siswa. Dalam wawancara ini, guru memilih konsep fisika yang

diperkirakan sulit dimengerti, kemudian siswa diajak untuk

mengekspresikan gagasan mereka mengenai konsep-konsep

tersebut. Dengan cara tersebut, dapat diketahui miskonsepsi yang

ada dan darimana mereka memperoleh miskonsepsi tersebut.

Selain menggunakkan kedua alat tersebut, instrumen lain yang

dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada siswa adalah

CRI (Certainty of Response Index). Instrumen ini dikembangkan oleh Hassan (1999) dan merupakan tingkat keyakinan siswa dalam

menjawab soal. Skala tingkat keyakinan yang akan digunakan adalah

skala 2 dengan kriteria yakin dan tidak yakin.

Instrumen ini akan digabungkan dengan tes multiple choice dengan reasoning terbuka, sehingga disebut sebagai tes diagnostik pilihan ganda tiga tingkat. Tingkat pertama berisi pilihan jawaban, tingkat

kedua berisi alasan dan tingkat ketiga berisi keyakinan.

3. Penyebab Miskonsepsi dan Cara Mengatasinya

Dalam Suparno (2005: 29), penyebab miskonsepsi secara garis

besar diringkas dalam lima kelompok, yaitu: siswa, guru, buku teks,

(37)

a. Siswa

Beberapa penyebab miskonsepsi yang berasal dari siswa yaitu:

• Prakonsepsi atau Konsep Awal Siswa

Biasanya, banyak siswa yang telah memiliki konsep awal

tentang suatu bahan sebelum siswa mengikuti kegiatan

pembelajaran. Salah konsep awal ini jelas akan menyebabkan

miskonsepsi saat mengikuti kegiatan pembelajaran hingga

kesalahan tersebut diperbaiki dengan cara siswa dihadapkan

pada kenyataan yang sesungguhnya bahwa konsep tersebut

tidak benar.

• Pemikiran Asosiatif

Asosiasi siswa terhadap istilah-istilah sehari-hari

kadang-kadang juga membuat miskonsepsi. Banyak siswa

mengasosiasikan kerja dan energi. Menurut siswa, bila

seseorang sudah mengeluarkan energi yang besar untuk

mendorong mobil maka pasti terjadi kerja meskipun mobil itu

tetap diam. Bila ini terjadi, maka untuk mengatasinya adalah

dengan memberi penjelasan konsep secara pelan-pelan dan

memperlihatkan kejadiannya agar siswa dapat mengubah

pikiran asosiatifnya.

• Pemikiran Humanistik

Dalam model pemikiran ini, siswa menganggap benda itu

(38)

bahwa bila benda diam di atas meja, maka benda itu tidak

melakukan gaya pada meja, seperti manusia diam tidak

melakukan apa-apa. Untuk memperbaikinya, siswa perlu

dibantu berpikir dan diberikan contoh nyata serta dituntun

untuk mengamati contoh tersebut.

• Alasan yang Tidak Lengkap atau Salah Generalisasi

Seringkali alasan yang tidak lengkap dipengaruhi karena

informasi dan data yang dikumpulkan tidak lengkap. Hal ini

sering membuat siswa dengan cepat menarik kesimpulan akan

sebuah konsep sehingga terjadilah miskonsepsi. Bilaini terjadi,

maka yang perlu dilakukan adalah membantu siswa untuk

melengkapi alasan tersebut.

• Pemikiran Intuitif

Siswa sering mengandalan intuisi yang dimilikiya dalam

menarik kesimpulan. Akibatnya, tak jarang siswa mendapatkan

miskonsepsi karena tindaknnya. Kebanyakan pemikiran intuitif

yang tidak benar lebih mudah diluruskan dengan

menghadapkan siswa pada peristiwa atau kejadian yang

berlawanan dengan intuisi mereka.

• Tahap Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif siswa yang tidak sesuai dengan bahan

yang digeluti dapat menjadi penyebab adanya miskonsepsi

(39)

menjelaskan konsep yang ada sesaui dengan perkembangan

kognitif siswa. Misalnya dengan memberi contoh nyata

kemudian pelan-pelan ke abstrak.

• Kemampuan Siswa

Kebanyakan siswa yang kemampuannya dalam bidang fisika

lemah, akan banyak mengalami miskonspsi dalam belajar

fisika. Mereka tidak dapat menangkap konsep fisika yang

diajarkan guru secara lengkap dan tepat. Untuk mengatasi

penyebab demikian, maka yang perlu dilakukan adalah

memberi bantuan secara pelan-pelan hingga siswa dapat

memahami dengan baik.

• Minat Belajar

Siswa yang tidak berminat belajar fisika, cenderung mengalami

miskonsepsi. Maka dari itu siswa perlu diberi motivasi

misalnya dengan membuat pembelajaran lebih menarik

menggunakkan metode pembelajaran yang tidak monoton.

b. Guru

Kesalahan guru biasanya terjadi dalam dua hal yaitu: (1)

Karena guru tidak menguasai konsep yang benar dari bahan fisika,

dan (2) guru menjelaskan secara keliru meskipun konsep yang

diajarkan dikuasainya. Selain itu tidak memberi waktu siswa untuk

mengungkapkan gagasan dan buruknya relasi dengan siswa juga

(40)

miskonsepsi. Maka dari itu, guru perlu memperbaiki hal tersebut

dan belajar mendalami lagi konsep yang akan diajarkan.

c. Buku Teks

Beberapa miskonsepsi juga berasal dari buku teks yang

digunakan siswa. Kesalahan yang tertulis dalam buku teks akan

mudah dicerna oleh siswa dan dengan demikian mereka

memperoleh miskonsepsi. Dalam mengatasi hal tersebut, guru perlu

memperhatikan buku teks yang digunakan oleh siswa dan

memeriksa secara teliti isi dari buku tersebut untuk melihat ada

tidaknya miskonsepsi yang mungkin dapat ditimbulkan.

d. Konteks

Kesalahan siswa dapat berasal dari kekacauan bahasa yang

digunakan, karena bahasa sehari-hari lain dengan bahasa ilmiah.

McClelland (1985) dalam Suparno (2005: 72) menganjurkan guru

mendefiniskan istilah dan konsep dengan jelas dan tidak

menggunakkan bahasa yang ambigu, serta melatih siswa dengan

cara yang sama.

e. Metode Mengajar

Beberapa siswa mengalami miskonsepsi dari metode

mengajar yang digunakan guru. Maka sangat penting, suatu metode

mengajar yang dapat menimbulkan miskonsepsi, terlebih bila

sering, perlu dikritisi dan dilihat kembali. Seperti misalnya,

(41)

bentuk matematika, dengan rumus matematis. Kadang-kadang siswa

hanya menghafal rumus itu, tetapi tidak dapat mengerti konsep apa

yang ada dibaliknya sehingga terjadi miskonsepsi. Persoalan seperti

ini harus dibenahi dan dilihat kembali agar peluang terjadinya

miskonsepsi pada siswa semakin kecil.

4. Metode Pembelajaran untuk Mengatasi Miskonsepsi

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, cara yang dapat

digunakan untuk mengatasi miskonsepsi pada siswa yaitu:

a. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk

memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu (Darmadi,

2017: 184). Metode ini pernah digunakan untuk mengatasi

miskonsepsi siswa dalam memahami Hukum Archimedes oleh Sri

Puji Astuti pada tahun 2010 dalam penelitiannya yang berjudul

Pemahaman, Miskonsepsi dan Cara Mengatasi Miskonsepsi Siswa Kelas XI Teknik Jaringan Komputer SMK Negeri 2 Klaten tentang Hukum Archimedes dengan Metode Demonstrasi.

Dalam penelitian tersebut, setelah mendeteksi terjadinya

miskonsepsi pada siswa dengan melakukan pretest menggunakan instrument berupa Tes multiple Choice dengan Reasoning Terbuka,

metode demonstrasi digunakan untuk mengatasi miskonsepsi yang

terjadi. Hasil penelitian menunjukan bahwa metode demonstrasi

(42)

Hukum Archimedes. Hal ini dapat dilihat dengan terjadinya

peningkatan pemahaman mereka sesuai dengan konsep yang

sesungguhnya melalui hasil posttest yang peneliti lakukan sesudah demonstrasi berakhir.

Meskipun berhasil mengatasi miskonsepsi, metode demonstrasi

ini masih memiliki beberapa keterbatasan. Menurut Smaldino, etc

(2011: 32), keterbatasan metode demonstrasi yaitu:

o Pandangan yang terbatas. Setiap siswa mungkin tidak memiliki

pandangan yang setara dalam memahami konsep yang tertuang

dalam metode demonstrasi yang dilakukan, sehingga beberapa

siswa mungkin melewatkan beberapa aspek pengalaman

tersebut.

o Masalah Mengikuti. Tentu saja tidak semua siswa bisa

mengikuti demonstrasi ketika hanya satu tahapan tunggal yang

digunakan.

Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, dapat dilakukan dengan

menggunakan teknologi dan media pembelajaran. Guru dapat

menyiapkan video pembelajaran yang menunjukkan sebuah

demonstrasi kepada siswa dan membahasnya bersama. Tentu saja

cara tersebut sangat bermanfaat, karena guru tidak harus

melaksanakan demonstrasi dan memandu pengamatan siswa pada

(43)

b. Menggunakan Video Pembelajaran

Sean dan Krause (2014) dalam penelitian yang berjudul The effect of Incorporating Youtube Videos into an Interventon Anddressing Students’ Misconceptions Related to Solution,

Solubility dan Saturation menunjukkan bahwa video pembelajaran yang berisi demonstrasi dapat dijadikan sebagai sebuah sarana baru

untuk mengatasi miskonsepsi pada siswa.

Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2013 dan melibatkan

39 orang siswa dari berbagai jurusan yang telah terdaftar di kelas

teknik dan ilmu pengantar material. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh intervensi penggunaan video di youtube

yang membahas miskonsepsi tentang konsep solusi dan kelarutan

(Solution and Solubility Concept). Instrument penilaian yang digunakan dalam penelitian ini berupa pretest dan posttest. Pretest

dilakukan sebelum video ditayangkan, sedangkan posstest

dilakukan setelahnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan video yang

berisi demonstrasi tentang konsep solusi dan kelarutan, sangat

efektif untuk memperbaiki miskonsepsi siswa. Dari hasil tersebut,

peneliti menyatakan bahwa jenis intervensi demikian, berpotensi

(44)

G. Hukum Archimedes

Berikut adalah Uraian materi Hukum Archimedes berdasarkan kurikulum

2013 edisi revisi 2016 dalam Kanginan, Marthen. 2017. Fisika untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

1. Hukum Archimedes

Suatu benda yang dicelupkan dalam zat cair mendapat gaya ke atas

sehingga benda kehilangan sebagian beratnya. Gaya ke atas ini disebut

gaya apung yaitu suatu gaya ke atas yang dikerjakan oleh zat cair pada

benda. Besarnya gaya apung ini sama dengan berat benda di udara

dikurangi berat benda dalam zat cair. Gaya apung ini dapat dipahami

dengan mengikuti bagaimana Archimedes mula-mula menemukan

hukumnya, sebagai berikut:

• Bila kita celupkan batu ke dalam sebuah bejana berisi air, permukaan air akan naik. Hal tersebut disebabkan volume batu menggantikan

volume air. Volume air tumpah ditampung tepat sama dengan

volume batu yang menggantikan air. Jadi, suatu benda yang dicelupkan seluruhnya dalam zat cair selalu menggantikan volume zat cair yang sama dengan volume benda itu sendiri.

• Dengan mengaitkan, gaya apung yang dirasakannya dengan volume zait cair yang dipindahkan benda, Archimedes menemukan sebuah

hukum yang berbunyi “Gaya apung yang bekerja pada suatu benda

(45)

sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut”.

Hukum tersebut kemudian dikenal sebagai Hukum Archimedes.

Gaya apung ini muncul karena selisih antara gaya hidrostatis yang

dikerjakan fluida terhadap permukaan bawah dengan permukaan atas

benda. Dengan kata lain, gaya apung terjadi karena semakin dalam zat

cair, semakin besar tekanan hidrostatisnya. Hal tersebut menyebabkan

tekanan pada bagian bawah benda lebih besar daripada tekanan pada bagian atasnya. Perhatikan sebuah silinder dengan tinggi h dan luas A yang tercelup seluruhnya di dalam zat cair dengan massa jenis ρf (gambar 2.1).

Gambar 2.1. Menentukan rumus gaya apung

Gambar 2.1 menunjukan bahwa fluida melakukan tekanan

hidrostatis P1 = ρfgh1 pada bagian atas silinder. Gaya yang berhubungan dengan tekanan ini adalah F1 = P1A = ρfgh1A dengan arah ke bawah. Dengan cara yang sama, fluida melakukan tekanan

hidrostatis F2 = P2A = ρfgh2A dengan arah ke atas. Resultan kedua gaya ini adalah gaya apung Fa.

Fa = F2– F1 karena F2– F1 = ρfgh2A - ρfgh1A

(46)

= ρfgAh karena h2– h1 = h

= ρfgVbf karena Ah = Vbf adalah volume silinder yang tercelup dalam fluida.

Perhatikan, ρfVbf = Mf adalah massa fluida yang dipindahkan oleh benda; ρfgVbf = Mfg adalah berat fluida yang dipindahkan oleh benda. Jadi, gaya

apung Fa yang dikerjakan fluida pada benda (silinder) sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda (silinder). Pernyataan tersebut

berlaku untuk sembarang bentuk benda dan telah dinyatakan

sebelumnya sebagai hukum Archimedes. Jadi, gaya apung dapat

dirumuskan sebagai berikut.

Fa = Mfg (1)

Fa = ρfgVbf (2)

Dengan

ρf = massa jenis fluida (g/cm3 atau kg/m3) dan

Vbf = volume benda yang tercelup dalam fluida (m3). Bila benda tercelup seluruhnya, Vbf = volume benda. Namun, jika volume benda hanya tercelup sebagian, Vbf = volume benda yang tercelup dalam fluida saja. Tentu saja untuk kasus ini, Vbf < volume benda.

2. Mengapung, Tenggelam dan Melayang

(a) (b) (c)

(47)

Ada tiga peristiwa yang dapat terjadi apabila suatu benda dicelupkan

ke dalam zat cair atau fluida, yaitu mengapung seperti pada gambar 2.2a,

melayang seperti pada gambar 2.2b dan tenggelam seperti pada gambar

2.2c. Benda mengapung jika sebagian benda tercelup di dalam zat cair

dan sebagian lainnya masih berada di udara. Jika volume benda adalah

Vb dan volume benda tercelup adalah Vbf maka pada keadaan

mengapung, Vb > Vbf. Sementara itu, benda dikatakan melayang apabila

benda tercelup seluruhnya namun tidak menyentuh dasar permukaan zat

cair. Dalam keadaan melayang Vb = Vbf. Pada saat tercelup sebagian

atau seluruhnya dalam zat cair, bekerja gaya apung (Fa). Dengan

demikian, pada benda yang tercelup dalam zat cair bekerja dua buah

gaya yaitu gaya berat (w) dan gaya apung (Fa). Pada benda yang mengapung dan melayang terjadi kesetimbangan antara berat benda w dan gaya apung Fa, sehingga berlaku:

∑F = 0

+ Fa–w = 0 atau

w = Fa mb.g= Mf.g ρbgVb = ρfgVbf ρbVb = ρfVbf ρb = (ρfVbf)/Vbf

Saat mengapung : Vbf < Vb, sehingga

(48)

Saat melayang : Vbf = Vb, sehingga

Syarat Melayang : ρb = ρf (4)

Sedangkan pada saat tenggelam, benda tercelup sepenuhnya dan

menyentuh dasar permukaan zat cair. Pada benda tenggelam, besarnya

gaya apung yang bekerja kurang dari berat bendanya. Saat menyentuh

dasar permukaan fluida, selain gaya apung terdapat gaya lain yang

searah dengan gaya apung yaitu gaya normal. Gaya normal adalah gaya

yang tegak lurus bidang yang ada ketika benda menyentuh zat padat.

Pada keadaan setimbang berlaku w = Fa + N, sehingga: w > Fa

mb.g> Mf.g ρbgVb > ρfgVbf

Saat tenggelam : Vb = Vbf, Sehingga

Syarat tenggelam : ρb > ρf (5)

3. Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari

Beberapa penerapan hukum Archimedes dapat dilihat pada Hidrometer,

Kapal laut, Kapal selam dan Balon udara.

H. Penelitian Miskonsepsi pada Materi Hukum Archimedes

Diki Rukmana (2017: 36-43) dalam penelitiannya yang berjudul

Identifikasi Miskonsepsi pada Materi Prinsip Archimedes di SMK dengan Menggunakkan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Tiga Tingkat menemukan terjadinya miskonsepsi terhadap siswa. Baik siswa yang sebelumnya telah

(49)

mendapatkan pembelajaran tersebut. Miskonsepsi siswa terletak pada

faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan benda di dalam fluida

(mengapung, melayang dan tenggelam).

Faktor tersebut meliputi pengaruh massa, volume, bentuk benda,

goncangan pada benda, volume air, volume benda yang tercelup,

penggabungan dua jenis benda dan pengaruh adanya rongga udara pada

benda. Berdasarkan penelitian ini beberapa miskonsepsi yang terjadi pada

siswa dan akan dibahas dalam video pembelajaran yaitu:

▪ Massa/berat benda berkurang ketika dimasukkan ke dalam air;

▪ Bila massa benda lebih ringan daripada massa fluida, maka benda akan

mengapung;

▪ Bentuk dan ketebalan benda mempengaruhi posisi benda dalam fluida;

▪ Benda berujung tajam lebih mudah tenggelam daripada benda tumpul;

▪ Benda mengapung bila digabungkan dengan benda tenggelam yang

memiliki volume yang sama, akan melayang dalam fluida.

Penelitian Kristian Purwo (2006) yang berjudul Pemahaman dan Miskonsepsi Siswa SMA Tarakanita Magelang Tentang Hukum Archimedes dan penelitian Sri Puji Astuti (2010) yang berjudul Pemahaman, Miskonsepsi, dan Cara Mengatasi Miskonsepsi Siswa Kelas XI Teknik Komputer Jaringan SMK Negeri 2 Klaten Tentang Hukum Archimedes dengan Metode Demonstrasi, juga menunjukkan terjadinya miskonsepsi siswa dalam memahami Hukum Archimedes. Beberapa miskonsepsi yang

(50)

▪ Menganggap bahwa sebuah kubus yang tercelup dalam air tidak memiliki

volume yang sama dengan volume zat cair yang didesak.

▪ Menyatakan volume fluida bertambah, saat benda tercelup ke dalamnya.

▪ Menyatakan berat benda akan lebih besar bila berada dalam zat cair.

▪ Menyatakan berat benda berkurang di dalam fluida.

▪ Gaya apung yang dialami benda dipengaruhi oleh kedalamannya dalam

zat cair. Semakin dalam, maka gaya apung yang dialami oleh suatu

benda akan semakin besar. Ada juga yang berpikir sebaliknya.

▪ Menyatakan bahwa benda tenggelam tidak mengalami gaya apung,

Rahmawati, et al (2017: 206-212), dalam penelitiannya yang berjudul

Students Misconception about Archimedes Law juga menemukan miskonsepsi serupa yang ditemukan pada penelitian diatas yaitu

▪ Siswa menyatakan bahwa kedalaman zat cair mempengaruhi gaya apung;

▪ Menganggap bahwa volume benda yang tercelup tidak sama dengan

volume fluida yang didesak oleh benda.

I. Kaitan Teori Dengan Penelitian

Berikut ini adalah kaitan teori dengan penelitian: (1) Teori dan

miskonsepsi siswa terhadap hukum Archimedes pada penelitian sebelumnya

akan digunakan untuk membuat instrumen pengumpul data (2) Video tentang

hukum Archimedes akan dikembangkan dan digunakan untuk mengurangi

miskonsepsi dan meningkatkan pemahaman siswa SMA kelas XI. (3) Data

penelitian akan dianalisa untuk mendapatkan kesimpulan tentang keefektifan

(51)

52

BAB IV

DATA, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini merupakan Desain Riset yang bertujuan untuk

mengembangkan sebuah produk. Produk yang dikembangkan berupa video

pembelajaran tentang Hukum Archimedes. Produk ini dikembangkan dengan

mengikuti sebagian langkah-langkah penelitian pengembangan. Produk yang

telah selesai dibuat dan dinyatakan layak berdasarkan hasil uji coba,

digunakan untuk mengurangi miskonsepsi dan meningkatkan pemahaman

siswa dalam memahami materi Hukum Archimedes. Adapun tahapan-tahapan

yang dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Penelusuran Masalah dan Potensi

Tahap ini dilakukan pada bulan Oktober – November 2017. Pada

kegiatan ini, peneliti bersama dengan dosen pembimbing mendiskusikan

masalah serta potensi yang bisa dijadikan sebagai topik penelitian.

Masalah dan potensi tersebut ditelusuri dengan memilih materi/topik fisika

terlebih dahulu, dengan tujuan memudahkan peneliti untuk melihat

masalah dan potensi disekitar materi yang dipilih. Dari beberapa bidang

fisika yang tersedia, peneliti memilih materi pada bidang mekanika fluida

statis yaitu tentang Hukum Archimedes. Materi ini dipilih karena

berdasarkan beberapa penelitian, siswa pada sekolah menengah atas sering

(52)

Masalah ini berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan untuk

mengembangkan sebuah produk berupa video pembelajaran, karena video

pembelajaran dapat memperbaiki miskonsepsi dan meningkatkan

pemahaman siswa terhadap sebuah konsep (Sean dan Krause, 2014).

Secara ringkas, masalah dan potensi yang akan dijadikan sebagai topik

dalam penelitian ini yaitu:

Masalah : Miskonsepsi Siswa terhadap Hukum Archimedes

Potensi : Pengembangan dan penggunaan video pembelajaran

untuk mengurangi miskonsepsi dan meningkatkan

pemahaman siswa dalam memahami materi Hukum

Archimedes

2. Pengumpulan Informasi

Tahap ini dilakukan pada bulan November 2017 – Maret 2018.

Informasi yang dikumpulkan berupa cara mengembangkan media

pembelajaran (video pembelajaran) yang baik dan informasi mengenai

fungsi, tujuan, manfaat dan cara penggunaannya dalam pembelajaran.

Selain itu, dari segi materi fisika yang diteliti, informasi yang

dikumpulkan berupa miskonsepsi tentang Hukum Archimedes berdasarkan

penelitian-penelitian sebelumnya. Adapun rincian sumber informasi yang

digunakan untuk mengembangkan produk baik dari segi media maupun

(53)

Tabel 4.1. Sumber informasi pengembangan media Pembelajaran Bentuk

Sumber Judul Penulis Tahun

Pengembangan untuk Aspek Media Buku Media dan teknologi dalam

pembelajaran

Benny A. Pribadi

2017

Buku Media Pembelajaran Cepi Riyana 2012

Artikel Making Good Physics Video Lincoln 2017 Buku Pedoman Pengembangan Media

Video

Riyana 2007

Buku Instructional Technology & Media For Learning: Teknologi pembelajaran dan media untuk belajar

Smaldino, dkk

2011

Buku Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan dan

Buku Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru

Yudhi Munadhi

2010

Pengembangan untuk Aspek Materi Artikel

Penelitian

Identifikasi Miskonsepsi pada Materi Prinsip Archimedes di SMK dengan Menggunakkan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Tiga Tingkat

Buku Fisika untuk SMA/MA Kelas XI Marthen Kanginan

2017

Penelitian Skripsi

Pemahaman dan Miskonsepsi Siswa SMA Karatanita Magelang tentang Hukum Archimedes Siswa Kelas XI Teknik Komputer Jaringan SMK Negeri 2 Klaten Tentang Hukum Archimedes

ini meliputi beberapa kegiatan yaitu perencanaan, penulisan skenario, dan

(54)

a. Perencanaan pembuatan video

Pada tahap ini, peneliti merencanakan desain video yang akan

dikembangkan. Desain video yang ingin dikembangkan awalnya yaitu

video dalam bentuk animasi 2D. Namun, desain video ini memiliki

kelemahan untuk pembelajaran fisika yaitu terlalu manipulatif.

Kelemahan ini membuat peneliti memilih alternatif lain dan alternatif

tersebut yaitu “take” video di laboratorium. Tujuannya adalah agar

dapat memberi kesan dan pengalaman belajar nyata kepada siswa.

Setelah itu, peneliti memilih beberapa miskonsepsi tentang hukum

Archimedes. Miskonsepsi terpilih dibahas dengan merencanakan isi

tentang video pembelajaran beserta aktivitas (adegan-adegan) yang

akan dilakukan di dalamnya (rencana terlampir pada lampiran 3). Rencana tersebut kemudian diintegrasikan dengan rencana alur

video seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.2. Rencana alur video pembelajaran Rencana Alur Video Pembelajaran 1. Pemaparan judul video

pembelajaran

2. Pemaparan tujuan pembelajaran

(55)

5. Kesimpulan

Video pembelajaran ini dibagi menjadi 4 klip video agar durasi

video tidak terasa lama dan untuk memudahkan siswa memilih video

dengan pokok bahasan tertentu yang ingin dipelajari. Satu klip video

membahas suatu pokok bahasan, seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.3. Pokok bahasan pada setiap klip video

Video pembelajaran

Nomor

bagian Pokok Bahasan

Klip pertama 1 Konsep volume benda yang tercelup sebagian/seluruhnya di dalam zat cair. 2 Konsep gaya apung dan Hukum

Archimedes

Klip Kedua 3 Faktor yang tidak mempengaruhi gaya apung.

4 Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya apung dan gaya apung pada benda tenggelam.

Klip Ketiga 5 Faktor-faktor yang tidak mempengaruhi gaya apung dan posisi benda

(mengapung, melayang dan tenggelam) dalam fluida.

Klip Keempat 6 Syarat-syarat benda mengapung, melayang dan tenggelam.

b. Penulisan Skenario

Skenario ditulis untuk memudahkan proses ‘take video. Hal ini

(56)

menjadi lebih terkonsep sehinggga isi video dapat tersampaikan

dengan baik kepada siswa. Gambaran skenario pembuatan video ini

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4. Gambaran skenario pembuatan video Video

pembelajaran

Nomor bagian

Durasi

(detik) Keterangan isi video Klip Pertama

1

21 Pengantar, judul dan tujuan pembelajaran.

71 Stimulus pembelajaran: benda yang tercelup dalam fluida

75

Demonstrasi dan penjelasan mengenai konsep volume benda yang tercelup dalam fluida.

16

Kesimpulan mengenai konsep volume benda yang tercelup dalam fluida.

9 Pengantar untuk pembahasan selanjutnya: konsep gaya apung

2

6 Pemaparan tujuan pembelajaran

7

Pengenalan alat dan bahan beserta kegiatan yang akan dilakukan.

64 Demonstrasi dan penjelasan mengenai konsep gaya apung

14 Kesimpulan tentang Hukum Archimedes

16 Pemaparan judul dan tujuan pembelajaran.

12

Pengenalan alat dan bahas serta penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilakukan.

79

Demonstrasi dan penjelasan mengenai pengaruh posisi kedalaman benda dalam fluida terhadap gaya apung.

9

Gambar

Gambar 3.1 Diagram Desain Pengembangan Video Pembelajaran ..........   37
gambar gerak dan suara (Yudhi Munadi, 2010: 132). Video tergolong
Gambar 2.1. Menentukan rumus gaya apung
Gambar 2.2. Perisitiwa (a) mengapung, (b) melayang dan (c) tenggelam (Sumber: Fisika zone)
+7

Referensi

Dokumen terkait