i
PENGEMBANGAN DAN PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN
PEMAHAMAN SISWA KELAS XI IPA SMA BP YOGYAKARTA TENTANG HUKUM ARCHIMEDES
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun oleh:
ALBERT REFORMAN GULO 141424038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan
memberi kelegaan kepadamu”
Matius 11: 28
“Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai
kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”
Matius 6: 34
Karya kecil ini dengan tulus saya persembahkan untuk:
Tuhan Yesus sumber berkat dan kasih karunia,
Keluarga besarku dan terkhusus buat kedua orangtuaku tercinta Liami Gulo dan Raradodo Gulo,
Pemerintah Kabupaten Nias Barat,
Keluarga besar pendidikan fisika Universitas Sanata Dharma dan sahabat-sahabatku yang baik hati,
Terimakasih untuk doa, dukungan, motivasi yang telah
kalian berikan dan terimakasih telah menjadi bagian dari
kisah perjuangan saya dalam mengejar salah satu impian
vii
ABSTRAK
Albert Reforman Gulo. 2019. Pengembangan dan Penggunaan Video Pembelajaran untuk Mengurangi Miskonsepsi dan Meningkatkan Pemahaman
siswa Kelas XI IPA SMA BP Yogyakarta tentang Hukum Archimedes. Skripsi.
Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan Desain Riset yang bertujuan untuk
mengembangkan video pembelajaran tentang Hukum Archimedes. Video
pembelajaran yang dihasilkan digunakan untuk mengetahui apakah video
pembelajaran dapat mengurangi miskonsepsi dan meningkatkan pemahaman
siswa tentang Hukum Archimedes.
Penelitian dimulai pada bulan Oktober 2017 s/d Oktober 2018 untuk
pengembangan video pembelajaran tentang Hukum Archimedes dan 30 Oktober
s/d 22 November 2018 di SMA BP Yogyakarta untuk pengumpulan data. Subyek
penelitian berjumlah 8 siswa SMA BP Yogyakarta. Treatment yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penggunaan video pembelajaran tentang Hukum
Archimedes dan instrument pengumpul data berupa soal pretest, posttest, wawancara diagnosis serta kuesioner kelayakan pemanfaatan video pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa video pembelajaran tentang Hukum
Archimedes yang dihasilkan layak digunakan untuk mengurangi miskonsepsi dan
meningkatkan pemahaman siswa Kelas XI IPA SMA BP Yogyakarta tentang
Hukum Archimedes. Presentase kelayakan pemanfaatan video pembelajaran
berdasarkan hasil kuesioner penilaian oleh siswa yaitu 95 %
viii
ABSTRACT
Albert Reforman Gulo. 2019. The Development and the Use of Learning Videos to Reduce Misconceptions and Improve Students’ Understanding Grade XI of Science of SMA BP Yogyakarta about Archimedes Law. Thesis. Yogyakarta:
Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Science
Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma
University Yogyakarta.
This study is Research Design which aims to develop learning videos about Archimedes law. The outcome aims to find out whether learning videos can reduce misconceptions and improve students' understanding about Archimedes law.
The study was started in October 2017 until October 2018 for development of learning video about Archimedes Law and in October 30 until November 22, 2018 at SMA BP Yogyakarta for data collection. The subjects of this study were eight students from SMA BP Yogyakarta. The treatment used in this study was the use of learning videos about Archimedes law and instruments of data collection were in the form of pretest, posttest, diagnostic interview and questionnaire of eligibility for the use of learning videos.
The result of the study shows that the learning videos about Archimedes law are appropriate to be used to reduce misconceptions and improve students’ understanding grade XI of science of SMA BP Yogyakarta about Archimedes law. The Percentage of eligibility for the use of learning videos based on the students’ assessment through questionnaire is 95%.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“PENGEMBANGAN DAN PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN
UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN
PEMAHAMAN SISWA KELAS XI IPA SMA BP YOGYAKARTA
TENTANG HUKUM ARCHIMEDES”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan di Program Studi
Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan atas selesainya penyusunan skripsi
ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih karunia-Nya sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim M.Ed., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing yang
telah berkenan membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh
kesabaran, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Bapak Dr. Ign Edi Santosa, M.S., selaku Kaprodi Pendidikan Fisika dan
segenap dosen Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma yang telah
memberi banyak pengalaman belajar selama berkuliah di Universitas Sanata
x
4. Ibu Dwi Nugraheni Rositawati M.Si., selaku Wakaprodi Pendidikan Fisika
dan selaku Dosen Pendamping Mahasiswa Kerjasama Pendidikan Fisika yang
telah mendampingi dan memotivasi penulis untuk tetap giat menyelesaikan
studi di Universitas Sanata Dharma.
5. Ibu Sri Agustini Sulandari, M.Si., selaku Kepala Laboratorium Fisika USD
dan Bapak Ngadiono selaku Laboran di Laboratorium Fisika USD yang sudah
berkenan mengijinkan menggunakan alat laboratorium dan menyediakan
peralatan laboratorium yang diperlukan saat penelitian.
6. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si., selaku Kepala Laboratorium
Microteaching dan Bapak Agus yang telah berkenan mengijinkan penulis
untuk menggunakkan handycam untuk keperluan penelitian.
7. Seluruh staf sekretariat JPMIPA yang telah membantu segala hal terkait
administrasi penulis selama belajar di USD Yogyakarta.
8. Bapak Drs. Joko Wigati selaku kepala sekolah SMA BOPKRI Banguntapan
Yogyakarta yang telah memperbolehkan penulis untuk melakukan penelitian
di sekolah tersebut dan Bapak Yala yang telah membantu mengatur waktu
pelaksanaan penelitian sehingga semuanya dapat berjalan dengan baik dan
lancar.
9. Adik-adik yang baik hati yaitu Novia Azaria, Yoga Bekti, Yohana Ayu dan
Siti Nurjanah yang telah bersedia menjadi subjek uji coba dan kepada
adik-adik Kelas XI IPA SMA BOPKRI Banguntapan yaitu Henry, Claudia,
xi
meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk menjadi subjek pada penelitian
ini.
10.Ayahku Raradodo Gulo dan Ibuku Liami Gulo serta saudara-saudarariku Kak
Ina Faozan, Kak Ina Agatha, Abang Marthin, Abang Berkat, Adek Calfary,
Adek Cipta, dan Adek Priska yang selalu mendoakan, memberi semangat
maupun motivasi, sehingga penulis mendapatkan kekuatan super dalam
menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.
11.Teman-teman pendidikan fisika angkatan 2014, teman-teman mahasiswa
kerjasama Nias Barat angkatan 2014, Kak Mariati Daeli dan Abang Otami
Hia yang selalu memberi semangat dan mengingatkan penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
12.Untuk semua pihak yang telah membantu saya dalam bentuk apapun yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu dalam skripsi ini, saya mengucapkan
terimakasih.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
terdapat banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun agar
skripsi ini menjadi lebih baik dan dapat memberi manfaat maksimal sebagaimana
mestinya.
Yogyakarta, 22 Januari 2019
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESEHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Batasan Masalah ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II LANDASAN TEORI A. Media Pembelajaran ... 6
xiii
C. Konsep ... 13
D. Pemahaman Konsep ... 14
E. Peningkatan Pemahaman ... 15
F. Miskonsepsi ... 15
G. Hukum Archimedes ... 25
H. Penelitian Miskonsepsi pada Materi Hukum Archimedes ... 29
I. Kaitan Teori dengan Penelitian ... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 32
C. Subyek Penelitian ... 32
D. Desain Penelitian ... 33
E. Instrumen Penelitian... 41
F. Validitas Instrumen ... 45
G. Teknik Analisis Data ... 46
BAB IV DATA, ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 52
1. Penelusuran Masalah dan Potensi ... 52
2. Pengumpulan Informasi ... 53
3. Desain Produk ... 54
4. Validasi dan Perbaikan Desain ... 50
5. Uji Coba Produk dan Pemakaiannya ... 63
xiv
B. Data Penelitian ... 68
1. Pretest ... 68
2. Posttest ... 69
C. Analisis Data dan Pembahasan ... 71
1. Hasil pretest dan posttest ... 71
2. Wawancara hasil pretest ... 161
3. Wawancara hasil posttest ... 178
4. Penurunan Miskonsepsi Siswa ... 189
5. Peningkatan Pemahaman Siswa ... 191
6. Video Pembelajaran tentang Hukum Archimedes berdasarkan Kuesioner Penilaian Siswa ... 192
D. Keterbatasan Penelitian ... 194
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 195
B. Saran ... 196
DAFTAR PUSTAKA ... 197
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Miskonsepsi pada materi Hukum archimedes dan beberapa
hasil penelitian ... 34
Tabel 3.2 Prosedur pemberian treatment (video pembelajaran) ... 40
Tabel 3.3 Kisi-kisi kuesioner kelayakan video pembelajaran 1 ... 42
Tabel 3.4 Kisi-kisi kuesioner kelayakan video pembelajaran 2 ... 43
Tabel 3.5 Kisi-kisi soal pretest dan posttest ... 44
Tabel 3.6 Kisi-kisi angket validitas produk ... 45
Tabel 3.7 Interprestasi hasil tes diagnostik pilihan ganda tiga tingkat .. 46
Tabel 3.8 Tabel analisis hasil tes siswa per item pertanyaan ... 46
Tabel 3.9 Tabel analisis hasil presentase konsepsi pada materi hukum Archimedes setiap item pertanyaan ... 47
Tabel 3.10 Tabel analisis hasil presentase konsepsi pada materi hukum Archimedes setiap siswa ... 48
Tabel 3.11 Tabel hasil analisis nilai masing-masing siswa ... 49
Tabel 3.12 Tabel klasifikasi pemahaman berdasarkan nilai yang Diperoleh ... 50
Tabel 3.13 Tabel peningkatan pemahaman siswa ... 50
Tabel 3.14 Rubrik skor kuesioner ... 51
Tabel 3.15 Interprestasi kelayakan pemanfaatan video pembelajaran ... 51
Tabel 4.1 Sumber informasi pengembangan media pembelajaran ... 54
Tabel 4.2 Rencana alur video pembelajaran ... 55
Tabel 4.3 Pokok bahasan pada setiap klip video ... 56
Tabel 4.4 Gambaran skenario pembuatan video ... 57
Tabel 4.5 Validasi ahli media ... 61
Tabel 4.6 Hasil kuesioner untuk ahli materi ... 61
Tabel 4.7 Validasi ahli materi ... 62
Tabel 4.8 Hasil pretest dan posttest siswa pada uji coba ... 63
xvi
Tabel 4.10 Interprestasi kelayakan pemanfaatan video pembelajaran
berdasarkan kegiatan uji coba ... 65
Tabel 4.11 Jadwal pelaksanaan pengambilan data ... 67
Tabel 4.12 Hasil pretest siswa ... 68
Tabel 4.13 Hasil posttet siswa ... 69
Tabel 4.14 Analisis hasil pretest soal nomor 1 masing-masing siswa ... 72
Tabel 4.15 Analisis hasil posttest soal nomor 1 masing-masing siswa ... 74
Tabel 4.16 Analisis hasil pretest soal nomor 2 masing-masing siswa ... 78
Tabel 4.17 Analisis hasil posttest soal nomor 2 masing-masing siswa ... 80
Tabel 4.18 Analisis hasil pretest soal nomor 3 masing-masing siswa ... 83
Tabel 4.19 Analisis hasil posttest soal nomor 3 masing-masing siswa ... 85
Tabel 4.20 Analisis hasil pretest soal nomor 4 masing-masing siswa ... 88
Tabel 4.21 Analisis hasil posttest soal nomor 4 masing-masing siswa ... 90
Tabel 4.22 Analisis hasil pretest soal nomor 5 masing-masing siswa ... 92
Tabel 4.23 Analisis hasil posttest soal nomor 5 masing-masing siswa ... 95
Tabel 4.24 Analisis hasil pretest soal nomor 6 masing-masing siswa ... 98
Tabel 4.25 Analisis hasil posttest soal nomor 6 masing-masing siswa ... 100
Tabel 4.26 Analisis hasil pretest soal nomor 7 masing-masing siswa ... 102
Tabel 4.27 Analisis hasil posttest soal nomor 7 masing-masing siswa ... 105
Tabel 4.28 Analisis hasil pretest soal nomor 8 masing-masing siswa ... 108
Tabel 4.29 Analisis hasil posttest soal nomor 8 masing-masing siswa ... 110
Tabel 4.30 Analisis hasil pretest soal nomor 9 masing-masing siswa ... 112
Tabel 4.31 Analisis hasil posttest soal nomor 9 masing-masing siswa ... 115
Tabel 4.32 Analisis hasil pretest soal nomor 10 masing-masing siswa ... 117
Tabel 4.33 Analisis hasil posttest soal nomor 10 masing-masing siswa . 119 Tabel 4.34 Analisis hasil pretest soal nomor 11 masing-masing siswa ... 122
Tabel 4.35 Analisis hasil posttest soal nomor 11 masing-masing siswa . 124 Tabel 4.36 Analisis hasil pretest soal nomor 12 masing-masing siswa ... 127
xvii
Tabel 4.40 Analisis hasil pretest soal nomor 14 masing-masing siswa ... 135
Tabel 4.41 Analisis hasil posttest soal nomor 14 masing-masing siswa . 137 Tabel 4.42 Analisis hasil pretest soal nomor 15 masing-masing siswa ... 141
Tabel 4.43 Analisis hasil posttest soal nomor 15 masing-masing siswa . 143 Tabel 4.44 Perubahan konsepsi siswa sesudah diberikan treatment ... 145
Tabel 4.45 Miskonsepsi dan penyebabnya berdasarkan analisis hasil pretest dan posttest ... 152
Tabel 4.46 Rangkuman hasil pengerjaan LKS Siswa ... 157
Tabel 4.47 Presentase konsepsi masing-masing siswa ... 158
Tabel 4.48 Partisipan wawancara hasil pretest dan posttest ... 159
Tabel 4.49 Presentase konsepsi siswa untuk tiap butir pertanyaan pretest dan posttest ... 160
Tabel 4.50 Presentase hasil penurunan miskonsepsi siswa dari pretest ke posttest ... 189
Tabel 4.51 Presentase konsepsi siswa sebelum dan sesudah treatment untuk setiap pertanyaan ... 190
Tabel 4.52 Presentase kenaikan nilai siswa dari pretest ke posttest ... 191 Tabel 4.53 Hasil kuesioner kelayakan pemanfaatan video pembelajaran 193
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Menentukan rumus gaya apung ... 26
Gambar 2.2 Peristiwa (a) mengapung, (b) melayang dan (c) tenggelam (Sumber: Fisika Zone) ... 27
Gambar 3.1 Diagram Desain Pengembangan Video Pembelajaran ... 37
Gambar 3.2 Diagram desain pengumpulan data penelitian ... 40
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat permohonan ijin penelitian ... 200
Lampiran 2 Surat keterangan telah melaksanakan penelitian ... 201
Lampiran 3 Perencanaan video pembelajaran ... 202
Lampiran 4 Skenario video pembelajaran ... 208
Lampiran 5 Lembar validasi produk oleh ahli media ... 217
Lampiran 6 Lembar validasi produk oleh ahli materi ... 218
Lampiran 7 Validasi kuesioner penilaian kelayakan video pembelajaran Untuk siswa ... 220
Lampiran 8 Daftar Hadir siswa uji coba ... 222
Lampiran 9 Daftar Hadir siswa pada kegiatan pengambilan data... 223
Lampiran 10 Soal pretest beserta sampel pengerjaannya oleh siswa H... 224
Lampiran 11 Soal posttest beserta sampel pengerjaannya oleh siswa C .... 230
Lampiran 12 LKS beserta sampel pengerjaannya oleh siswa B ... 236
Lampiran 13 Kuesioner penilaian kelayakan pemanfaatan video dalam pembelajaran oleh siswa beserta sampel penilaian yang diisi oleh siswa F dan G ... 239
Lampiran 14 Dokumentasi sumber informasi mengenai miskonsepsi pada Materi Hukum Archimedes ... 241
Lampiran 15 Dokumentasi Kegiatan Penelitian ... 244
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Miskonsepsi atau salah konsep dalam pembelajaran fisika merupakan
problema yang cukup sulit untuk dihindari. Diera digital, miskonsepsi dalam
pembelajaran fisika kerap terjadi karena referensi-referensi mengenai
konsep fisika yang berseberangan dengan konsep yang sesungguhnya dapat
diakses mudah melalui internet oleh siswa. Akses internet menyediakan
banyak referensi yang mengandung informasi yang saling mendukung (pro),
namun tidak sedikit yang berlawanan (kontra). Siswa cenderung tidak
memilah dengan baik informasi-informasi tersebut. Baik informasi yang pro
maupun kontra dengan konsep fisika yang sesungguhnya kadangkala
dianggap benar, sehingga menimbulkan miskonsepsi. Tidak hanya pada satu
subbidang, miskonsepsi dalam bidang fisika terjadi pada berbagai bidang
seperti mekanika, termodinamika, optika, bunyi dan gelombang, listrik dan
magnet, serta fisika modern. Miskonsepsi yang terbesar terjadi pada bidang
mekanika, salah satunya adalah mengenai fluida statis (Suparno, 2005).
Beberapa penelitian membuktikan bahwa miskonsepsi pada bidang
mekanika fluida terjadi pada dalam memahami Hukum Archimedes.
Kristian Purwo (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Pemahaman dan
Miskonsepsi Siswa SMA Tarakanita Magelang tentang Hukum
Archimedes”, menunjukan sebuah hasil dimana terjadi miskonsepsi pada
dalam memahami konsep gaya, faktor-faktor yang mempengaruhi gaya
apung, serta penerapan gaya apung dalam kehidupan sehari-hari. Sri Puji
Astuti (2010) juga menemukan terjadinya miskonsepsi terhadap Hukum
Archimedes dalam penelitiannya yang berjudul “Pemahaman, Miskonsepsi
dan Cara Mengatasi Miskonsepsi Siswa Kelas XI Teknik Jaringan
Komputer SMK Negeri 2 Klaten tentang Hukum Archimedes dengan
Metode Demonstrasi”. Miskonsepsi terjadi dalam memahami gaya ke atas
yang mempengaruhi berat benda saat berada di dalam fluida, kedalaman
fluida mempengaruhi gaya ke atas dan syarat-syarat serta gaya yang bekerja
pada benda yang mengapung, melayang dan tenggelam. Untuk mengatasi
miskonsepsi tersebut, metode demonstrasi yang dia (Sri Puji Astuti)
gunakan untuk membantu siswa mengalami peningkatan pemahaman
terhadap materi Hukum Archimedes hanya cukup memberi peningkatan
pemahaman, sehingga peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian
sejenis dengan metode yang berbeda.
Metode lain untuk mengatasi miskonsepsi siswa terhadap suatu
konsep tertentu pernah dilakukan oleh Sean dan Krause (2014) dalam
sebuah penelitian yang berjudul The Effect of Incorporating Youtube Videos into an Intervention Addressing Students’ Misconceptions Related to
Solutions, Solublity and Saturation. Dalam penelitian tersebut, mereka mencoba mengatasi miskonsepsi siswa pada suatu konsep yang
berhubungan dengan pelajaran kimia menggunakkan media pembelajaran.
tersedia di channel Youtube “m3lls34”. Penelitian tersebut menunjukkan
hasil yang memuaskan yaitu keterlibatan siswa dengan penggunaan video
pembelajaran bisa menjadi sarana yang efektif untuk memperbaiki
miskonsepsi yang dialami siswa. Intervensi jenis ini berpotensi terjadi
diterapkan pada miskonsepsi lain juga.
Berangkat dari masalah dan beberapa hasil penelitian tersebut, penulis
tertarik melakukan sebuah penelitian dengan mengembangkan terlebih
dahulu sebuah video pembelajaran tentang Hukum Archimedes karena
video yang sesuai kebutuhan penelitian belum tersedia. Setelah video
tersedia, maka penulis akan meneliti efektivitas penggunaaan video
pembelajaran dalam mengurangi miskonsepsi dan meningkatkan
pemahaman siswa mengenai materi Hukum Archimedes. Sesuai kurikulum
fisika SMA 2013 edisi revisi, materi tersebut terintegrasi dalam bab fluida
statis dan akan diajarkan pada siswa SMA kelas XI. Maka dari itu,
penelitian ini akan melibatkan siswa SMA kelas XI.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana cara mengembangkan video pembelajaran yang efektif dan
efesien, agar dapat digunakan untuk mengurangi miskonsepsi dan
meningkatkan pemahaman siswa tentang Hukum Archimedes?
2. Sejauh mana penggunaan video pembelajaran dapat mengurangi
miskonsepsi dan meningkatkan pemahaman siswa kelas XI SMA dalam
3. Sejauh mana video pembelajaran yang dikembangkan layak digunakan
untuk mengurangi miskonsepsi dan meningkatkan pemahaman siswa
kelas XI SMA dalam memahami Hukum Archimedes berdasarkan
kuesioner penilaian oleh siswa?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengembangkan video pembelajaran yang efektif dan efesien, agar
dapat digunakan untuk mengurangi miskonsepsi dan meningkatkan
pemahaman siswa kelas XI SMA tentang Hukum Archimedes.
2. Mengetahui sejauh mana penggunaan video pembelajaran dapat
mengurangi miskonsepsi dan meningkatkan pemahaman siswa kelas XI
SMA tentang Hukum Archimedes.
3. Mengetahui sejauh mana video pembelajaran yang dikembangkan layak
digunakan untuk mengurangi miskonsepsi dan meningkatkan
pemahaman siswa kelas XI SMA tentang Hukum Archimedes
berdasarkan kuesioner penilaian oleh siswa.
D. Batasan Masalah
Adapun batasan dalam penelitian ini yaitu:
1. Menitikberatkan pada pengembangan dan penggunaan video
pembelajaran untuk mengurangi miskonsepsi dan meningkatkan
2. Pokok bahasan hanya membahas konsep volume benda yang tercelup
dalam fluida, gaya apung, dan syarat benda mengapung, melayang, dan
tenggelam berdasarkan konsep massa jenis.
3. Subyek penelitian adalah siswa SMA kelas XI IPA.
E. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat Penelitian ini yaitu
1. Bagi Guru dan Calon Guru
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk mengurangi
miskonsepsi dan meningkatkan pemahaman siswa tentang Hukum
Archimedes.
2. Bagi Siswa
Video pembelajaran yang telah dibuat dapat dijadikan sebagai referensi
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media
Media bentuk jamak dari perantara (medium) merupakan sarana komunikasi. Berasal dari bahasa Latin medius (antara), istilah ini merujuk pada apa saja yang membawa informasi antara sebuah sumber
dan sebuah penerima (Smaldino et al., 2011 : 7). Media oleh karenanya
dapat diartikan sebagai perantara antara pengirim informasi yang
berfungsi sebagai sumber atau resources dan penerima informasi atau receiver (Pribadi, 2017: 15).
2. Pengertian Pembelajaran
Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan
Nasional mendefenisikan pembelajaran sebagai suatu proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran dalam Saifuddin (2014: 3) merupakan
suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu
perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Pembelajaran dapat juga didefenisikan sebagai usaha untuk
mempengaruhi peserta didik untuk melakukan perbuatan belajar
(Rusman, 2017: 2). Dari ketiga defenisi tersebut, dapat didefenisikan
menyediakan pengalaman belajar kepada individu yang mau belajar
untuk mendapatkan perubahan perilaku.
3. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat didefenisikan sebagai sarana penyedia
informasi dan pengalaman belajar kepada individu untuk berproses
mendapatkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku tersebut dalam
Prayitno (2009: 413) mengarah pada lima dimensi belajar yaitu
dimensi tahu (dari yang tidak tahu menjadi tahu), dimensi bisa (dari
yang tidak bisa menjadi bisa), dimensi biasa (dari yang tidak biasa
menjadi biasa), dimensi mau (dari yang tidak mau menjadi mau) dan
dimensi ikhlas (dari yang tidak ikhlas menjadi ikhlas).
4. Fungsi, Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran dalam Yudhi Munadi (2010: 36-41) dapat
berfungsi sebagai sumber belajar dan berfungsi untuk melakukan
manipulatif, misalnya menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit
dihadirkan dalam bentuk aslinya. Adanya media pembelajaran ini
bertujuan untuk mengefektifkan proses komunikasi pembelajaran
sehingga tercapai tujuan yang diinginkan (adanya perubahan tingkah
laku). Sedangkan dalam Susilana dan Cepi Riyana (2009: 9) manfaat
dari adanya media pembelajaran yaitu:
a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitis;
c. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid
dengan sumber belajar;
d. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan
kemampuan visual, auditori dan kinestiknya;
e. Memberi ransangan yang sama, mempersama pengalaman dan
menimbulkan persepsi yang sama.
5. Jenis Media Pembelajaran
Ada beragam jenis media yang digunakan dalam pembelajaran
mulai dari media yang paling sederhana hingga media yang paling
modern dan canggih. Beberapa jenis media tersebut diantaranya yaitu
media cetak seperti buku teks, booklet, brosur, koran, dan majalah. Media elektronik seperti radio, televisi, dan komputer. Media audio
yang memanfaatkan unsur suara untuk menyampaikan informasi. Media
visual seperti animasi bergerak dan alat peraga. Serta perpaduan antara
media audio dan visual seperti film dan video.
B. Video Pembelajaran
1. Pengertian Video Pembelajaran
Video adalah teknologi pemrosesan sinyal elektronik meliputi
gambar gerak dan suara (Yudhi Munadi, 2010: 132). Video tergolong
sebagai media audio visual yang mampu menayangkan unsur pesan dan
informasi melalui gambar dan suara yang disampaikan secara simultan.
mengkomunikasikan informasi atau pengetahuan yang mencakup
kombinasi unsur gerak dan unsur suara didalamnya. Berdasarkan
pengertian dan penjelasan tersebut, maka video pembelajaran dapat
didefenisikan sebagai media yang menyediakan informasi dan
pengetahuan sebagai sumber belajar melalui unsur gambar gerak dan
suara.
2. Pengembangan Video Pembelajaran
Untuk pembelajaran fisika, pengembangan video pembelajaran
harus direncanakan dengan baik agar dapat memberi manfaat yang
besar bagi penggunanya. Lincoln (2017: 308-309) merekomendasikan
lima hal yang perlu diperhatikan agar media video yang akan dibuat
dapat memberi manfaat maksimal, yakni sebagai berikut:
a. A Live Personality (Tokoh Hidup)
A live personality ini dapat berupa seorang host, robot, kartun dan sebagainya. Disini, seorang host diharapkan dapat berpakaian rapi dan berada dalam suasana hati yang baik saat berada di depan
kamera.
b. Demonstration (Demonstrasi)
Bila video menunjukkan sebuah demonstrasi, maka sangat baik bila
demonstrasi dilakukan dengan cara yang tidak biasa. Misalnya air
mendidih pada sebuah cangkir plastik, magnet yang kuat menarik
membuat penonton merasa seperti orang yang benar-benar
melakukan demonstrasi tersebut.
c. Words or Symbols (Kata atau Simbol)
Kata-kata maupun simbol digunakan pada saat yang penting untuk
memberi tahu penonton apa yang harus mereka pikirkan, sekaligus
menginformasikan apa harus mereka ingat. Kata-kata maupun
simbol ini diusahakan agar muncul dilayar tepat saat host selaku narator mengucapkannya.
d. Voice-Over/ Narration (Pengisi suara/cerita)
Ini digunakan untuk memberi penjelasan lisan dari kamera. Narasi
dan jalur lisan di luar kamera harus diperhatikan dengan
membacanya menggunakkan emosi yang tepat. Dan pada saat
berada pada ujung rekaman, kamera beralih pada host yang sedang membaca baris terakhir narasi di ruang yang sama.
e. Music and Sound Effect (Musik dan Efek Suara)
Musik dan efek suara digunakan untuk mengendalikan apa yang
didengar penonton. Misalnya, ketika host bergerak, maka efek suara
bisa digunakan untuk menekankan peristiwa tersebut. Sementara
itu, musik baiknya hanya digunakan untuk mencairkan suasana agar
tidak kaku dan tidak diputar sepanjang durasi video.
Selain memperhatikan hal tersebut, dalam Cepi Riyana (2007: 8-11)
untuk mengembangkan video pembelajaran yang baik dan efektif,
yaitu (1) Menyampaikan informasi secara utuh dan memudahkan siswa
memahami informasi yang disampaikan; (2) Berdiri sendiri atau tidak
bergantung pada bahan ajar lain; (3) Menggunakkan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti; (4) Materi pembelajaran yang
disampaikan benar-benar representatif, misalnya materi simulasi dan
demonstrasi; (5) Materi pembelajaran dikemas secara multimedia,
didalamnya terdapat teks, animasi, sound dan video; (6) Menggunakkan
resolusi yang tinggi; dan (7) Dapat digunakan secara klasikal maupun
individu dalam pembelajaran bersama maupun mandiri.
3. Tujuan dan Keuntungan Penggunaan Video Pembelajaran
Dalam Pribadi (2017: 145-148), penggunaan video dalam
pembelajaran bertujuan untuk digunakan sebagai keperluan belajar baik
untuk keperluan belajar individual maupun kelompok. Keuntungannya
sebagai keperluan belajar yaitu:
a. Menambah wawasan dan informasi bagi penonton;
b. Menggambarkan suatu proses secara tepat dan disaksikan secara
berulang;
c. Merangsang timbulnya minat dan motivasi belajar;
d. Membimbing respons penonton dalam proses belajar;
e. Mengatasi keterbatasan fisik;
f. Mendorong upaya pemecahan masalah;
g. Mengungkapkan kesalahan dalam proses belajar dan upaya untuk
4. Langkah-langkah Penggunaan Video Pembelajaran
Penggunaan video dalam proses pembelajaran menurut Yudhi
Munadi (2010: 127-128) baiknya mengikuti langkah-langkah seperti:
a. Video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan pembelajaran;
b. Sebelum menunjukkan video, terlebih dahulu mengetahui
manfaatnya dalam pembelajaran;
c. Sesudah video pembelajaran dipertunjukkan, perlu diadakan
diskusi, yang juga perlu dipersiapkan sebelumnya;
d. Adakalanya program video tertentu diputar dua kali atau lebih
untuk memperhatikan aspek-aspek tertentu;
e. Agar video pembelajaran tidak dianggap sebagai media hiburan
belaka, sebelumnya perlu adanya penugasan bagi penonton untuk
memperhatikan bagian-bagian tertentu;
f. Sesudah itu dapat ditest seberapa banyakkah informasi yang
penonton terima dari video pembelajaran yang telah disaksikan.
5. Keterbatasan Video Pembelajaran dan Solusinya
Menurut Heinich dkk (1990) dalam Pribadi (2017: 147-148)
penggunaan video dalam pembelajaran memiliki beberapa keterbatasan.
Keterbatasan tersebut diantaranya adalah:
a. Kecepatan penayangan informasi dan pengetahuan secara konstan;
b. Kadang-kadang menimbulkan persepsi yang berbeda terhadap
c. Pengeluaran untuk biaya produksi video pembelajaran tergolong
mahal.
Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, maka ada beberapa solusi
yang bisa dijadikan sebagai jalan keluar yaitu: (1) Melakukan
pemutaran kembali video pada bagian informasi dan pengetahuan yang
perlu dilihat; (2) Mendesain terlebih dahulu informasi dan pengetahuan
yang akan dikomunukasikan kepada penonton; dan (3) Tidak
menggunakkan banyak pemeran video, dan menggunakkan peralatan
dengan harga terjangkau.
C. Konsep
Konsep dalam Sudarminta (2002: 87), dapat didefinisikan sebagai suatu
representasi abstrak dan umum tentang sesuatu yang bersifat mental.
Disebut sebagai suatu representasi abstrak karena menyatakan proses
penggambaran pada berbagai pengalaman aktual, hingga terbentuk
penggambaran mental atas pengalaman yang teramati. Dalam pembelajaran
fisika, konsep merupakan gagasan atau ide mengenai suatu materi,
pengalaman, peristiwa suatu objek. Konsep tersebut terbentuk sebagai hasil
abstraksi dan generalisasi dari suatu fakta-fakta yang ditemukan
berdasarkan pengamatan. Konsep yang terbentuk dari hasil tersebut dapat
dianggap kurang tepat bila ditemukan fakta-fakta baru mengenai konsep
D. Pemahaman Konsep
Pemahaman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, cara perbuatan memahami dan memahamkan. Pemahaman juga dapat diartikan
sebagai kemampuan seseorang untuk mengerti, mengetahui atau memahami
sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi (Sudijon, 2009: 50). Dari
pengertian tersebut, pemahaman konsep dapat diartikan sebagai upaya yang
dilakukan untuk memahami dan melihat konsep dari berbagai segi.
Pemahaman konsep dalam kegiatan pembelajaran sangat diperlukan
oleh peserta didik dalam menyelesaikan suatu kasus atau masalah. Misalnya,
saat diberi sebuah persoalan mengenai bagaimana cara untuk menentukan
besarnya gaya apung yang bekerja pada suatu benda, peserta didik diharapkan
tidak hanya mampu menjawab persoalan tersebut. Namun, juga harus
memahami sungguh-sungguh konsep yang digunakan untuk menyelesaikan
persoalan tersebut. Sehingga ketika terdapat persoalan tentang konsep lain
yang masih berhubungan dengan konsep tersebut, peserta didik dapat
menggunakkan pemahamannya dalam menyelesaikan persoalan.
Pemahaman konsep dapat dikatakan merupakan bagain terpenting
dalam kegiatan pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik. van den
Berg, E. (1991: 11) merumuskan beberapa Indikator yang menunjukkan
bahwa pemahaman akan sebuah konsep telah dicapai oleh peserta didik yaitu:
a. Peserta didik dapat mendefenisikan konsep yang bersangkutan;
b. Peserta didik dapat menjelaskan perbedaan antara konsep yang
c. Peserta didik dapat menjelaskan hubunngan dengan konsep-konsep yang
lain;
d. Peserta didik dapat menjelaskan arti konsep dalam kehidupan sehari-hari
dan menerapkannya pada pemecahan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
E. Peningkatan Pemahaman
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peningkatan berarti proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan dan sebagainya).
Peningkatan pemahaman dapat didefenisikan sebagai upaya atau proses
yang dilakukan untuk membuat seseorang semakin memahami atau
mengerti sesuatu. Meningkatnya pemahaman ditandai dengan adanya
penjelasan dari seseorang yang awalnya masih abstrak dalam menjelaskan
sesuatu, setelahnya dapat memberi penjelasan secara terperinci
menggunakkan kata-katanya sendiri.
F. Miskonsepsi
1. Pengertian Miskonsepsi
Miskonsepsi atau salah konsep dapat didefenisikan sebagai suatu
konsep yang tidak sesuai dengan konsep yang diakui oleh para ahli.
Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak
sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para
menyangkut kesalahan siswa dalam pemahaman hubungan antar konsep.
Misalnya kesalahan dalam hubungan antara gaya dan momentum, atau
antara arus dan tegangan, atau antara massa jenis dan massa (van den
Berg, E., 1991 : 10).
2. Mendeteksi Terjadinya Miskonsepsi
Untuk mendeteksi terjadinya miskonsepsi, ada banyak cara yang
bisa dilakukan. Beberapa alat yang bisa digunakan untuk
mengidentifikasi miskonsepsi diantaranya adalah peta konsep (concept maps), tes multiple choice dengan reasoning terbuka, tes esai tertulis, wawancara diagnosis, diskusi dalam kelas, dan praktikum dengan tanya
jawab (Suparno, 2005: 129). Beberapa peneliti menggunakan beberapa
alat tersebut bersama-sama untuk melengkapi, seperti misalnya esai
dengan wawancara. Dalam penelitian ini, alat yang akan digunakan
yaitu:
a. Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka
Tes pilihan ganda dengan alasan terbuka dapat digunakan untuk
mendeteksi terjadinya miskonsepsi pada siswa. Dalam tes ini, siswa
tidak hanya akan memilih jawaban yang mereka anggap benar, tapi
harus dapat menyertakan alasan mengapa mereka memilih jawaban
tersebut. Alasan yang diberikan oleh siswa dapat dikategorikan
sebagai miskonsepsi apabila penalaran siswa tidak lengkap atau
salah. Tidak lengkapnya alasan biasanya terjadi karena informasi
siswa menarik kesimpulan secara salah dan menimbulkan terjadinya
miskonsepsi.
b. Wawancara Diagnosis
Wawancara dapat juga dilakukan untuk mendeteksi miskonsepsi
pada siswa. Dalam wawancara ini, guru memilih konsep fisika yang
diperkirakan sulit dimengerti, kemudian siswa diajak untuk
mengekspresikan gagasan mereka mengenai konsep-konsep
tersebut. Dengan cara tersebut, dapat diketahui miskonsepsi yang
ada dan darimana mereka memperoleh miskonsepsi tersebut.
Selain menggunakkan kedua alat tersebut, instrumen lain yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada siswa adalah
CRI (Certainty of Response Index). Instrumen ini dikembangkan oleh Hassan (1999) dan merupakan tingkat keyakinan siswa dalam
menjawab soal. Skala tingkat keyakinan yang akan digunakan adalah
skala 2 dengan kriteria yakin dan tidak yakin.
Instrumen ini akan digabungkan dengan tes multiple choice dengan reasoning terbuka, sehingga disebut sebagai tes diagnostik pilihan ganda tiga tingkat. Tingkat pertama berisi pilihan jawaban, tingkat
kedua berisi alasan dan tingkat ketiga berisi keyakinan.
3. Penyebab Miskonsepsi dan Cara Mengatasinya
Dalam Suparno (2005: 29), penyebab miskonsepsi secara garis
besar diringkas dalam lima kelompok, yaitu: siswa, guru, buku teks,
a. Siswa
Beberapa penyebab miskonsepsi yang berasal dari siswa yaitu:
• Prakonsepsi atau Konsep Awal Siswa
Biasanya, banyak siswa yang telah memiliki konsep awal
tentang suatu bahan sebelum siswa mengikuti kegiatan
pembelajaran. Salah konsep awal ini jelas akan menyebabkan
miskonsepsi saat mengikuti kegiatan pembelajaran hingga
kesalahan tersebut diperbaiki dengan cara siswa dihadapkan
pada kenyataan yang sesungguhnya bahwa konsep tersebut
tidak benar.
• Pemikiran Asosiatif
Asosiasi siswa terhadap istilah-istilah sehari-hari
kadang-kadang juga membuat miskonsepsi. Banyak siswa
mengasosiasikan kerja dan energi. Menurut siswa, bila
seseorang sudah mengeluarkan energi yang besar untuk
mendorong mobil maka pasti terjadi kerja meskipun mobil itu
tetap diam. Bila ini terjadi, maka untuk mengatasinya adalah
dengan memberi penjelasan konsep secara pelan-pelan dan
memperlihatkan kejadiannya agar siswa dapat mengubah
pikiran asosiatifnya.
• Pemikiran Humanistik
Dalam model pemikiran ini, siswa menganggap benda itu
bahwa bila benda diam di atas meja, maka benda itu tidak
melakukan gaya pada meja, seperti manusia diam tidak
melakukan apa-apa. Untuk memperbaikinya, siswa perlu
dibantu berpikir dan diberikan contoh nyata serta dituntun
untuk mengamati contoh tersebut.
• Alasan yang Tidak Lengkap atau Salah Generalisasi
Seringkali alasan yang tidak lengkap dipengaruhi karena
informasi dan data yang dikumpulkan tidak lengkap. Hal ini
sering membuat siswa dengan cepat menarik kesimpulan akan
sebuah konsep sehingga terjadilah miskonsepsi. Bilaini terjadi,
maka yang perlu dilakukan adalah membantu siswa untuk
melengkapi alasan tersebut.
• Pemikiran Intuitif
Siswa sering mengandalan intuisi yang dimilikiya dalam
menarik kesimpulan. Akibatnya, tak jarang siswa mendapatkan
miskonsepsi karena tindaknnya. Kebanyakan pemikiran intuitif
yang tidak benar lebih mudah diluruskan dengan
menghadapkan siswa pada peristiwa atau kejadian yang
berlawanan dengan intuisi mereka.
• Tahap Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif siswa yang tidak sesuai dengan bahan
yang digeluti dapat menjadi penyebab adanya miskonsepsi
menjelaskan konsep yang ada sesaui dengan perkembangan
kognitif siswa. Misalnya dengan memberi contoh nyata
kemudian pelan-pelan ke abstrak.
• Kemampuan Siswa
Kebanyakan siswa yang kemampuannya dalam bidang fisika
lemah, akan banyak mengalami miskonspsi dalam belajar
fisika. Mereka tidak dapat menangkap konsep fisika yang
diajarkan guru secara lengkap dan tepat. Untuk mengatasi
penyebab demikian, maka yang perlu dilakukan adalah
memberi bantuan secara pelan-pelan hingga siswa dapat
memahami dengan baik.
• Minat Belajar
Siswa yang tidak berminat belajar fisika, cenderung mengalami
miskonsepsi. Maka dari itu siswa perlu diberi motivasi
misalnya dengan membuat pembelajaran lebih menarik
menggunakkan metode pembelajaran yang tidak monoton.
b. Guru
Kesalahan guru biasanya terjadi dalam dua hal yaitu: (1)
Karena guru tidak menguasai konsep yang benar dari bahan fisika,
dan (2) guru menjelaskan secara keliru meskipun konsep yang
diajarkan dikuasainya. Selain itu tidak memberi waktu siswa untuk
mengungkapkan gagasan dan buruknya relasi dengan siswa juga
miskonsepsi. Maka dari itu, guru perlu memperbaiki hal tersebut
dan belajar mendalami lagi konsep yang akan diajarkan.
c. Buku Teks
Beberapa miskonsepsi juga berasal dari buku teks yang
digunakan siswa. Kesalahan yang tertulis dalam buku teks akan
mudah dicerna oleh siswa dan dengan demikian mereka
memperoleh miskonsepsi. Dalam mengatasi hal tersebut, guru perlu
memperhatikan buku teks yang digunakan oleh siswa dan
memeriksa secara teliti isi dari buku tersebut untuk melihat ada
tidaknya miskonsepsi yang mungkin dapat ditimbulkan.
d. Konteks
Kesalahan siswa dapat berasal dari kekacauan bahasa yang
digunakan, karena bahasa sehari-hari lain dengan bahasa ilmiah.
McClelland (1985) dalam Suparno (2005: 72) menganjurkan guru
mendefiniskan istilah dan konsep dengan jelas dan tidak
menggunakkan bahasa yang ambigu, serta melatih siswa dengan
cara yang sama.
e. Metode Mengajar
Beberapa siswa mengalami miskonsepsi dari metode
mengajar yang digunakan guru. Maka sangat penting, suatu metode
mengajar yang dapat menimbulkan miskonsepsi, terlebih bila
sering, perlu dikritisi dan dilihat kembali. Seperti misalnya,
bentuk matematika, dengan rumus matematis. Kadang-kadang siswa
hanya menghafal rumus itu, tetapi tidak dapat mengerti konsep apa
yang ada dibaliknya sehingga terjadi miskonsepsi. Persoalan seperti
ini harus dibenahi dan dilihat kembali agar peluang terjadinya
miskonsepsi pada siswa semakin kecil.
4. Metode Pembelajaran untuk Mengatasi Miskonsepsi
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, cara yang dapat
digunakan untuk mengatasi miskonsepsi pada siswa yaitu:
a. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk
memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu (Darmadi,
2017: 184). Metode ini pernah digunakan untuk mengatasi
miskonsepsi siswa dalam memahami Hukum Archimedes oleh Sri
Puji Astuti pada tahun 2010 dalam penelitiannya yang berjudul
Pemahaman, Miskonsepsi dan Cara Mengatasi Miskonsepsi Siswa Kelas XI Teknik Jaringan Komputer SMK Negeri 2 Klaten tentang Hukum Archimedes dengan Metode Demonstrasi.
Dalam penelitian tersebut, setelah mendeteksi terjadinya
miskonsepsi pada siswa dengan melakukan pretest menggunakan instrument berupa Tes multiple Choice dengan Reasoning Terbuka,
metode demonstrasi digunakan untuk mengatasi miskonsepsi yang
terjadi. Hasil penelitian menunjukan bahwa metode demonstrasi
Hukum Archimedes. Hal ini dapat dilihat dengan terjadinya
peningkatan pemahaman mereka sesuai dengan konsep yang
sesungguhnya melalui hasil posttest yang peneliti lakukan sesudah demonstrasi berakhir.
Meskipun berhasil mengatasi miskonsepsi, metode demonstrasi
ini masih memiliki beberapa keterbatasan. Menurut Smaldino, etc
(2011: 32), keterbatasan metode demonstrasi yaitu:
o Pandangan yang terbatas. Setiap siswa mungkin tidak memiliki
pandangan yang setara dalam memahami konsep yang tertuang
dalam metode demonstrasi yang dilakukan, sehingga beberapa
siswa mungkin melewatkan beberapa aspek pengalaman
tersebut.
o Masalah Mengikuti. Tentu saja tidak semua siswa bisa
mengikuti demonstrasi ketika hanya satu tahapan tunggal yang
digunakan.
Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, dapat dilakukan dengan
menggunakan teknologi dan media pembelajaran. Guru dapat
menyiapkan video pembelajaran yang menunjukkan sebuah
demonstrasi kepada siswa dan membahasnya bersama. Tentu saja
cara tersebut sangat bermanfaat, karena guru tidak harus
melaksanakan demonstrasi dan memandu pengamatan siswa pada
b. Menggunakan Video Pembelajaran
Sean dan Krause (2014) dalam penelitian yang berjudul The effect of Incorporating Youtube Videos into an Interventon Anddressing Students’ Misconceptions Related to Solution,
Solubility dan Saturation menunjukkan bahwa video pembelajaran yang berisi demonstrasi dapat dijadikan sebagai sebuah sarana baru
untuk mengatasi miskonsepsi pada siswa.
Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2013 dan melibatkan
39 orang siswa dari berbagai jurusan yang telah terdaftar di kelas
teknik dan ilmu pengantar material. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh intervensi penggunaan video di youtube
yang membahas miskonsepsi tentang konsep solusi dan kelarutan
(Solution and Solubility Concept). Instrument penilaian yang digunakan dalam penelitian ini berupa pretest dan posttest. Pretest
dilakukan sebelum video ditayangkan, sedangkan posstest
dilakukan setelahnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan video yang
berisi demonstrasi tentang konsep solusi dan kelarutan, sangat
efektif untuk memperbaiki miskonsepsi siswa. Dari hasil tersebut,
peneliti menyatakan bahwa jenis intervensi demikian, berpotensi
G. Hukum Archimedes
Berikut adalah Uraian materi Hukum Archimedes berdasarkan kurikulum
2013 edisi revisi 2016 dalam Kanginan, Marthen. 2017. Fisika untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
1. Hukum Archimedes
Suatu benda yang dicelupkan dalam zat cair mendapat gaya ke atas
sehingga benda kehilangan sebagian beratnya. Gaya ke atas ini disebut
gaya apung yaitu suatu gaya ke atas yang dikerjakan oleh zat cair pada
benda. Besarnya gaya apung ini sama dengan berat benda di udara
dikurangi berat benda dalam zat cair. Gaya apung ini dapat dipahami
dengan mengikuti bagaimana Archimedes mula-mula menemukan
hukumnya, sebagai berikut:
• Bila kita celupkan batu ke dalam sebuah bejana berisi air, permukaan air akan naik. Hal tersebut disebabkan volume batu menggantikan
volume air. Volume air tumpah ditampung tepat sama dengan
volume batu yang menggantikan air. Jadi, suatu benda yang dicelupkan seluruhnya dalam zat cair selalu menggantikan volume zat cair yang sama dengan volume benda itu sendiri.
• Dengan mengaitkan, gaya apung yang dirasakannya dengan volume zait cair yang dipindahkan benda, Archimedes menemukan sebuah
hukum yang berbunyi “Gaya apung yang bekerja pada suatu benda
sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut”.
Hukum tersebut kemudian dikenal sebagai Hukum Archimedes.
Gaya apung ini muncul karena selisih antara gaya hidrostatis yang
dikerjakan fluida terhadap permukaan bawah dengan permukaan atas
benda. Dengan kata lain, gaya apung terjadi karena semakin dalam zat
cair, semakin besar tekanan hidrostatisnya. Hal tersebut menyebabkan
tekanan pada bagian bawah benda lebih besar daripada tekanan pada bagian atasnya. Perhatikan sebuah silinder dengan tinggi h dan luas A yang tercelup seluruhnya di dalam zat cair dengan massa jenis ρf (gambar 2.1).
Gambar 2.1. Menentukan rumus gaya apung
Gambar 2.1 menunjukan bahwa fluida melakukan tekanan
hidrostatis P1 = ρfgh1 pada bagian atas silinder. Gaya yang berhubungan dengan tekanan ini adalah F1 = P1A = ρfgh1A dengan arah ke bawah. Dengan cara yang sama, fluida melakukan tekanan
hidrostatis F2 = P2A = ρfgh2A dengan arah ke atas. Resultan kedua gaya ini adalah gaya apung Fa.
Fa = F2– F1 karena F2– F1 = ρfgh2A - ρfgh1A
= ρfgAh karena h2– h1 = h
= ρfgVbf karena Ah = Vbf adalah volume silinder yang tercelup dalam fluida.
Perhatikan, ρfVbf = Mf adalah massa fluida yang dipindahkan oleh benda; ρfgVbf = Mfg adalah berat fluida yang dipindahkan oleh benda. Jadi, gaya
apung Fa yang dikerjakan fluida pada benda (silinder) sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda (silinder). Pernyataan tersebut
berlaku untuk sembarang bentuk benda dan telah dinyatakan
sebelumnya sebagai hukum Archimedes. Jadi, gaya apung dapat
dirumuskan sebagai berikut.
Fa = Mfg (1)
Fa = ρfgVbf (2)
Dengan
ρf = massa jenis fluida (g/cm3 atau kg/m3) dan
Vbf = volume benda yang tercelup dalam fluida (m3). Bila benda tercelup seluruhnya, Vbf = volume benda. Namun, jika volume benda hanya tercelup sebagian, Vbf = volume benda yang tercelup dalam fluida saja. Tentu saja untuk kasus ini, Vbf < volume benda.
2. Mengapung, Tenggelam dan Melayang
(a) (b) (c)
Ada tiga peristiwa yang dapat terjadi apabila suatu benda dicelupkan
ke dalam zat cair atau fluida, yaitu mengapung seperti pada gambar 2.2a,
melayang seperti pada gambar 2.2b dan tenggelam seperti pada gambar
2.2c. Benda mengapung jika sebagian benda tercelup di dalam zat cair
dan sebagian lainnya masih berada di udara. Jika volume benda adalah
Vb dan volume benda tercelup adalah Vbf maka pada keadaan
mengapung, Vb > Vbf. Sementara itu, benda dikatakan melayang apabila
benda tercelup seluruhnya namun tidak menyentuh dasar permukaan zat
cair. Dalam keadaan melayang Vb = Vbf. Pada saat tercelup sebagian
atau seluruhnya dalam zat cair, bekerja gaya apung (Fa). Dengan
demikian, pada benda yang tercelup dalam zat cair bekerja dua buah
gaya yaitu gaya berat (w) dan gaya apung (Fa). Pada benda yang mengapung dan melayang terjadi kesetimbangan antara berat benda w dan gaya apung Fa, sehingga berlaku:
∑F = 0
+ Fa–w = 0 atau
w = Fa mb.g= Mf.g ρbgVb = ρfgVbf ρbVb = ρfVbf ρb = (ρfVbf)/Vbf
Saat mengapung : Vbf < Vb, sehingga
Saat melayang : Vbf = Vb, sehingga
Syarat Melayang : ρb = ρf (4)
Sedangkan pada saat tenggelam, benda tercelup sepenuhnya dan
menyentuh dasar permukaan zat cair. Pada benda tenggelam, besarnya
gaya apung yang bekerja kurang dari berat bendanya. Saat menyentuh
dasar permukaan fluida, selain gaya apung terdapat gaya lain yang
searah dengan gaya apung yaitu gaya normal. Gaya normal adalah gaya
yang tegak lurus bidang yang ada ketika benda menyentuh zat padat.
Pada keadaan setimbang berlaku w = Fa + N, sehingga: w > Fa
mb.g> Mf.g ρbgVb > ρfgVbf
Saat tenggelam : Vb = Vbf, Sehingga
Syarat tenggelam : ρb > ρf (5)
3. Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari
Beberapa penerapan hukum Archimedes dapat dilihat pada Hidrometer,
Kapal laut, Kapal selam dan Balon udara.
H. Penelitian Miskonsepsi pada Materi Hukum Archimedes
Diki Rukmana (2017: 36-43) dalam penelitiannya yang berjudul
Identifikasi Miskonsepsi pada Materi Prinsip Archimedes di SMK dengan Menggunakkan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Tiga Tingkat menemukan terjadinya miskonsepsi terhadap siswa. Baik siswa yang sebelumnya telah
mendapatkan pembelajaran tersebut. Miskonsepsi siswa terletak pada
faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan benda di dalam fluida
(mengapung, melayang dan tenggelam).
Faktor tersebut meliputi pengaruh massa, volume, bentuk benda,
goncangan pada benda, volume air, volume benda yang tercelup,
penggabungan dua jenis benda dan pengaruh adanya rongga udara pada
benda. Berdasarkan penelitian ini beberapa miskonsepsi yang terjadi pada
siswa dan akan dibahas dalam video pembelajaran yaitu:
▪ Massa/berat benda berkurang ketika dimasukkan ke dalam air;
▪ Bila massa benda lebih ringan daripada massa fluida, maka benda akan
mengapung;
▪ Bentuk dan ketebalan benda mempengaruhi posisi benda dalam fluida;
▪ Benda berujung tajam lebih mudah tenggelam daripada benda tumpul;
▪ Benda mengapung bila digabungkan dengan benda tenggelam yang
memiliki volume yang sama, akan melayang dalam fluida.
Penelitian Kristian Purwo (2006) yang berjudul Pemahaman dan Miskonsepsi Siswa SMA Tarakanita Magelang Tentang Hukum Archimedes dan penelitian Sri Puji Astuti (2010) yang berjudul Pemahaman, Miskonsepsi, dan Cara Mengatasi Miskonsepsi Siswa Kelas XI Teknik Komputer Jaringan SMK Negeri 2 Klaten Tentang Hukum Archimedes dengan Metode Demonstrasi, juga menunjukkan terjadinya miskonsepsi siswa dalam memahami Hukum Archimedes. Beberapa miskonsepsi yang
▪ Menganggap bahwa sebuah kubus yang tercelup dalam air tidak memiliki
volume yang sama dengan volume zat cair yang didesak.
▪ Menyatakan volume fluida bertambah, saat benda tercelup ke dalamnya.
▪ Menyatakan berat benda akan lebih besar bila berada dalam zat cair.
▪ Menyatakan berat benda berkurang di dalam fluida.
▪ Gaya apung yang dialami benda dipengaruhi oleh kedalamannya dalam
zat cair. Semakin dalam, maka gaya apung yang dialami oleh suatu
benda akan semakin besar. Ada juga yang berpikir sebaliknya.
▪ Menyatakan bahwa benda tenggelam tidak mengalami gaya apung,
Rahmawati, et al (2017: 206-212), dalam penelitiannya yang berjudul
Students Misconception about Archimedes Law juga menemukan miskonsepsi serupa yang ditemukan pada penelitian diatas yaitu
▪ Siswa menyatakan bahwa kedalaman zat cair mempengaruhi gaya apung;
▪ Menganggap bahwa volume benda yang tercelup tidak sama dengan
volume fluida yang didesak oleh benda.
I. Kaitan Teori Dengan Penelitian
Berikut ini adalah kaitan teori dengan penelitian: (1) Teori dan
miskonsepsi siswa terhadap hukum Archimedes pada penelitian sebelumnya
akan digunakan untuk membuat instrumen pengumpul data (2) Video tentang
hukum Archimedes akan dikembangkan dan digunakan untuk mengurangi
miskonsepsi dan meningkatkan pemahaman siswa SMA kelas XI. (3) Data
penelitian akan dianalisa untuk mendapatkan kesimpulan tentang keefektifan
52
BAB IV
DATA, ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini merupakan Desain Riset yang bertujuan untuk
mengembangkan sebuah produk. Produk yang dikembangkan berupa video
pembelajaran tentang Hukum Archimedes. Produk ini dikembangkan dengan
mengikuti sebagian langkah-langkah penelitian pengembangan. Produk yang
telah selesai dibuat dan dinyatakan layak berdasarkan hasil uji coba,
digunakan untuk mengurangi miskonsepsi dan meningkatkan pemahaman
siswa dalam memahami materi Hukum Archimedes. Adapun tahapan-tahapan
yang dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Penelusuran Masalah dan Potensi
Tahap ini dilakukan pada bulan Oktober – November 2017. Pada
kegiatan ini, peneliti bersama dengan dosen pembimbing mendiskusikan
masalah serta potensi yang bisa dijadikan sebagai topik penelitian.
Masalah dan potensi tersebut ditelusuri dengan memilih materi/topik fisika
terlebih dahulu, dengan tujuan memudahkan peneliti untuk melihat
masalah dan potensi disekitar materi yang dipilih. Dari beberapa bidang
fisika yang tersedia, peneliti memilih materi pada bidang mekanika fluida
statis yaitu tentang Hukum Archimedes. Materi ini dipilih karena
berdasarkan beberapa penelitian, siswa pada sekolah menengah atas sering
Masalah ini berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan untuk
mengembangkan sebuah produk berupa video pembelajaran, karena video
pembelajaran dapat memperbaiki miskonsepsi dan meningkatkan
pemahaman siswa terhadap sebuah konsep (Sean dan Krause, 2014).
Secara ringkas, masalah dan potensi yang akan dijadikan sebagai topik
dalam penelitian ini yaitu:
Masalah : Miskonsepsi Siswa terhadap Hukum Archimedes
Potensi : Pengembangan dan penggunaan video pembelajaran
untuk mengurangi miskonsepsi dan meningkatkan
pemahaman siswa dalam memahami materi Hukum
Archimedes
2. Pengumpulan Informasi
Tahap ini dilakukan pada bulan November 2017 – Maret 2018.
Informasi yang dikumpulkan berupa cara mengembangkan media
pembelajaran (video pembelajaran) yang baik dan informasi mengenai
fungsi, tujuan, manfaat dan cara penggunaannya dalam pembelajaran.
Selain itu, dari segi materi fisika yang diteliti, informasi yang
dikumpulkan berupa miskonsepsi tentang Hukum Archimedes berdasarkan
penelitian-penelitian sebelumnya. Adapun rincian sumber informasi yang
digunakan untuk mengembangkan produk baik dari segi media maupun
Tabel 4.1. Sumber informasi pengembangan media Pembelajaran Bentuk
Sumber Judul Penulis Tahun
Pengembangan untuk Aspek Media Buku Media dan teknologi dalam
pembelajaran
Benny A. Pribadi
2017
Buku Media Pembelajaran Cepi Riyana 2012
Artikel Making Good Physics Video Lincoln 2017 Buku Pedoman Pengembangan Media
Video
Riyana 2007
Buku Instructional Technology & Media For Learning: Teknologi pembelajaran dan media untuk belajar
Smaldino, dkk
2011
Buku Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan dan
Buku Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru
Yudhi Munadhi
2010
Pengembangan untuk Aspek Materi Artikel
Penelitian
Identifikasi Miskonsepsi pada Materi Prinsip Archimedes di SMK dengan Menggunakkan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Tiga Tingkat
Buku Fisika untuk SMA/MA Kelas XI Marthen Kanginan
2017
Penelitian Skripsi
Pemahaman dan Miskonsepsi Siswa SMA Karatanita Magelang tentang Hukum Archimedes Siswa Kelas XI Teknik Komputer Jaringan SMK Negeri 2 Klaten Tentang Hukum Archimedes
ini meliputi beberapa kegiatan yaitu perencanaan, penulisan skenario, dan
a. Perencanaan pembuatan video
Pada tahap ini, peneliti merencanakan desain video yang akan
dikembangkan. Desain video yang ingin dikembangkan awalnya yaitu
video dalam bentuk animasi 2D. Namun, desain video ini memiliki
kelemahan untuk pembelajaran fisika yaitu terlalu manipulatif.
Kelemahan ini membuat peneliti memilih alternatif lain dan alternatif
tersebut yaitu “take” video di laboratorium. Tujuannya adalah agar
dapat memberi kesan dan pengalaman belajar nyata kepada siswa.
Setelah itu, peneliti memilih beberapa miskonsepsi tentang hukum
Archimedes. Miskonsepsi terpilih dibahas dengan merencanakan isi
tentang video pembelajaran beserta aktivitas (adegan-adegan) yang
akan dilakukan di dalamnya (rencana terlampir pada lampiran 3). Rencana tersebut kemudian diintegrasikan dengan rencana alur
video seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.2. Rencana alur video pembelajaran Rencana Alur Video Pembelajaran 1. Pemaparan judul video
pembelajaran
2. Pemaparan tujuan pembelajaran
5. Kesimpulan
Video pembelajaran ini dibagi menjadi 4 klip video agar durasi
video tidak terasa lama dan untuk memudahkan siswa memilih video
dengan pokok bahasan tertentu yang ingin dipelajari. Satu klip video
membahas suatu pokok bahasan, seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.3. Pokok bahasan pada setiap klip video
Video pembelajaran
Nomor
bagian Pokok Bahasan
Klip pertama 1 Konsep volume benda yang tercelup sebagian/seluruhnya di dalam zat cair. 2 Konsep gaya apung dan Hukum
Archimedes
Klip Kedua 3 Faktor yang tidak mempengaruhi gaya apung.
4 Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya apung dan gaya apung pada benda tenggelam.
Klip Ketiga 5 Faktor-faktor yang tidak mempengaruhi gaya apung dan posisi benda
(mengapung, melayang dan tenggelam) dalam fluida.
Klip Keempat 6 Syarat-syarat benda mengapung, melayang dan tenggelam.
b. Penulisan Skenario
Skenario ditulis untuk memudahkan proses ‘take’ video. Hal ini
menjadi lebih terkonsep sehinggga isi video dapat tersampaikan
dengan baik kepada siswa. Gambaran skenario pembuatan video ini
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4. Gambaran skenario pembuatan video Video
pembelajaran
Nomor bagian
Durasi
(detik) Keterangan isi video Klip Pertama
1
21 Pengantar, judul dan tujuan pembelajaran.
71 Stimulus pembelajaran: benda yang tercelup dalam fluida
75
Demonstrasi dan penjelasan mengenai konsep volume benda yang tercelup dalam fluida.
16
Kesimpulan mengenai konsep volume benda yang tercelup dalam fluida.
9 Pengantar untuk pembahasan selanjutnya: konsep gaya apung
2
6 Pemaparan tujuan pembelajaran
7
Pengenalan alat dan bahan beserta kegiatan yang akan dilakukan.
64 Demonstrasi dan penjelasan mengenai konsep gaya apung
14 Kesimpulan tentang Hukum Archimedes
16 Pemaparan judul dan tujuan pembelajaran.
12
Pengenalan alat dan bahas serta penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilakukan.
79
Demonstrasi dan penjelasan mengenai pengaruh posisi kedalaman benda dalam fluida terhadap gaya apung.
9