• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada tahun 2012, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat telah menetapkan

bahwa jumlah penduduk Indonesia sebanyak 250 juta jiwa1. Pertumbuhan jumlah

penduduk Indonesia berimplikasi terhadap peningkatan jumlah pemuda sebagai populasi terbesar dari penduduk Indonesia. Menurut data Susenas jumlah pemuda

Indonesia pada tahun 2006 sebesar 80,82 juta jiwa2, sedangkan berdasarkan angka

proyeksi BPS pada tahun 2009 sebesar 62,91 juta jiwa (Bappenas 2009).

Perbedaan jumlah pemuda dari data Susenas dan BPS disebabkan oleh perubahan kategori umur pemuda yang disahkan oleh Undang-undang No. 40

Tahun 2009, semula dari usia 15-35 tahun menjadi 16-30 tahun3. Walaupun

terjadi penurunan tetapi dengan jumlah yang cukup besar, pemuda memiliki potensi yang strategis bagi bangsa Indonesia, terutama adanya jiwa kepemimpinan dalam pemuda. Sejarah dunia dan khususnya Indonesia mencatat bahwa pemuda berperan penting dalam perubahan, sebagai mahasiswa pada tahun 1928 pemuda Indonesia mengguncang dunia dengan adanya “Sumpah Pemuda”. Pada tahun 1998 pemuda Indonesia melakukan reformasi untuk menggulingkan pemerintahan orde baru yang bersifat otoriter. Selain itu perwujudan proklamasi Indonesia juga didasarkan atas desakan kaum pemuda.

Menurut Hasibuan (2008) keberadaan potensi dan kualitas pemuda dalam berbagai fase sejarah selalu mendapatkan perhatian penting. Pada perspektif sosiologis, biologis, politik, demografis, dan historis memiliki makna yang signifikan. Pertama pada perspektif sosiologis mempunyai peranan dan posisi yang penting yaitu sebagai penghubung antargenerasi, baik generasi yang lebih muda serta generasi tua. Kedua pada perspektif biologis, fase pertumbuhan dan

perkembangan pemuda sangat menentukan kualitas Human Development Index

(HDI) pada masa yang akan datang. Pada perspektif biologis juga dapat dilihat

suatu kaum muda tumbuh menjadi generasi cemerlang (rising generation) atau

menjadi generasi yang hilang (loosing generation). Ketiga pada perspektif politik,

1 www.sindonews.com

2 http://kppo.bappenas.go.id/preview/232

(2)

pemuda memiliki pemikiran yang dinamis, responsif, dan sensitivitas yang kuat pada setiap perubahan politik. Saat potensi politik dikembangkan secara maksimal

maka kaum pemuda akan menjadi political capital yang luar biasa dalam

membangun negara. Keempat perspektif demografis, populasi pemuda yang terbesar pada jumlah penduduk memiliki keunggulan tersendiri. Penyebaran pemuda di berbagai wilayah Indonesia baik di perkotaan atau di pedesaan membawa potensi tersendiri. Kelima perspektif histori, berbagai kejadian sejarah di Indonesia selalu mempunyai hubungan dengan peran pemuda. Peran pemuda baik sebagai pendukung kebijakan pemerintah atau sebagai pihak oposisi terhadap kebijakan pemerintah.

Mahasiswa merupakan bagian dari keberadaan dan gerakan pemuda di

Indonesia saat ini. Dari waktu ke waktu mahasiswa terkenal sebagai agent of

change yang berperan aktif dalam perubahan sejarah. Mahasiswa mempunyai peranan penting dalam gerakan pembaruan negara terutama pada gerakan pembangunan. Para aktivis mahasiswa berperan penting sebagai motor penggerak kekuatan sosial, moral, dan politik. Pembinaan kepemimpinan di kalangan mahasiswa sangat diperlukan dan sesuai dengan minat keilmuan serta aspirasi kepemudaan. Pembinaan juga harus searah dengan kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang ada di tengah masyarakat. Dengan begitu diharapkan adanya peningkatan prestasi ilmiah, dedikasi sosial, dan partisipasi aktif mahasiswa dalam masa pembangunan (Kartono 2011).

Para pemimpin besar sering kali menggunakan kata-kata yang menginspirasi dan membakar semangat hidup seseorang (Goleman 2007). Sebagai salah satu presiden Indonesia, Bung Karno sangat mengagumi peranan pemuda dalam melakukan perubahan bahkan untuk melakukan perubahan dunia (Krishna 2010). Pemimpin selalu memainkan peran emosi yang primordial (utama). Para

pemimpin yang orisinal mendapatkan kedudukan karena kemampuan yang dapat

menggerakkan emosi. Dalam sejarah dan budaya manapun, pemimpin kelompok manusia adalah seorang yang menjadi tumpuan dalam mencari kepastian dan kejelasan ketika menghadapi ketidakpastian, ancaman atau ketika ada suatu tugas yang harus dilakukan. Pemimpin bertindak sebagai pembimbing emosi kelompok (Goleman 2007).

(3)

Goleman menyebutkan bahwa keterampilan dasar kecerdasan emosional menjadi semakin penting untuk kerja tim, bekerjasama, menolong orang agar bisa bekerja secara efektif (Goleman 2002). Psikolog Thorndike dalam Goleman (2006) membuat rumusan orisinal tentang kecerdasaan sosial yaitu kemampuan memahami dan mengelola orang lain serta kemampuan yang dibutuhkan setiap orang untuk hidup dengan baik di dunia.

Tead menyatakan dalam Sholehuddin (2008) bahwa “leader is the activity

influencing people to cooperate toward some goal which they come to find desirable” yang mempunyai arti kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama guna mencapai tujuan tertentu yang diinginkan. Singkatnya, dalam pengertian yag sederhana kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memengaruhi orang lain. Kriteria seorang pemimpin haruslah cerdas. Hal ini dimaksudkan bahwa seorang pemimpin harus mampu dalam memahami, menganalisis, dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi kelompok.

Kartono (2011) menyebutkan diantara kelompok mahasiswa sebagai suatu unit dengan pemimpin selalu terdapat kaitan yang erat sehingga setiap kelompok akan memilih tipe pemimpin yang cocok dengan ambisi atau visi kelompok. Sebaliknya pribadi pemimpin menentukan semangat kelompok yang dipimpin. Dalam sifat kepemimpinan, seorang pemimpin memiliki sifat otoriter (kekuasan mutlak ditangan pemimpin), demokratis (adanya interaksi kerjasama pemimpin dan anggota), dan laissez faire (tidak ada arahan dari pemimpin). Sementara itu, dalam praktik kepemimpinan seorang pemimpin diharuskan mengubah nilai-nilai menjadi sebuah tindakan, mewujudkan visi kedepan, individual menjadi kerjasama, dan resiko menjadi sebuah peluang, sehingga kepemimpinan dapat menjadikan seseorang untuk mengambil peluang dan mengubahnya menjadi sebuah kesuksesan (Kouzes dan Posner 2007).

Adanya keinginan mengembangkan kemampuan kepemimpinan dan persamaan visi maka terbentuklah Lembaga Kemahasiswaan yang selanjutnya disebut dengan LK. Lembaga Kemahasiswaan IPB mempunyai peranan sebagai

wadah untuk menyalurkan minat dan bakat mahasiswa (softskill) sehingga

(4)

peranan LK juga sebagai bentuk interaksi yang saling memahami dan mempunyai perbedaan latar belakang budaya, kepribadian, serta karakteristik lainnya. Pengembangan potensi diri secara langsung berfokus pada pengembangan kecerdasan emosi serta interaksi sesama yang dilakukan berfokus pada kecerdasan sosial. Pengembangan emosi dan sosial tentu memiliki peranan yang penting dalam menentukan gaya dan praktik kepemimpinan seseorang. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat pengaruh kecerdasaan emosi dan kecerdasan sosial terhadap gaya dan praktik kepemimpinan ketua lembaga kemahasiswaan di Institut Pertanian Bogor.

Perumusan Masalah

Dalam kosakata Bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan generasi muda dan kaum muda yang memiliki terminologi beragam. Untuk

menyebut pemuda digunakan istilah young human resources sebagai salah satu

sumber pembangunan. Pemuda adalah generasi yang ditempatkan sebagai subjek pemberdayaan yang memiliki kualifikasi efektif dengan kemampuan dan keterampilan. Pemberdayaan yang didukung penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat maju serta berdiri dalam keterlibatan secara aktif bersama kekuatan efektif lainnya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi bangsa.

Mahasiswa sebagai objek pemberdayaan masih memerlukan bantuan, dukungan, dan pengembangan ke arah pertumbuhan potensi dan kemampuan efektif ke tingkat yang optimal untuk dapat bersikap mandiri dan melibatkan diri secara fungsional. Pengembangan kepemimpinan pada mahasiswa diperlukan guna menghadapi persaingan global tentu merupakan suatu kendala yang sulit dihindari. Penurunan kepemimpan pada mahasiswa diduga dikarenakan adanya kecerdasaan emosi dan sosial yang menurun dari waktu ke waktu. Pasal 16 Undang-undang kepemudaan Tahun 2009 menyebutkan bahwa pemuda berperan aktif sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional.

Banyak sekali peran dan tindakan positif mahasiswa dalam pembangunan bangsa, pada masa kolonial banyak organisasi kepemudaan yang didirikan oleh mahasiswa untuk mempersatukan pemuda dalam menghadapi penjajah sehingga

(5)

sangat wajar harapan kaum tua terhadap kaum muda (mahasiswa) sebagai pengganti pemimpin bangsa (Hasibuan 2008). Pada saat ini, tindakan negatif juga sering dilakukan oleh mahasiswa khususya dalam pengajuan aspirasi, bentrokan mahasiswa, pembakaran-pembakaran sebagai bentuk pelampiasan kekecewaan, bahkan pemakaian narkoba yang saat ini marak terjadi. Keadaan negatif mahasiswa yang tidak sesuai harapan tentu dapat dipengaruhi oleh keadaan emosi diri sendiri dan hubungan sosial dengan lingkungan. Bagi mahasiswa, kepemimpinan menjadi perhatian serius karena dipundaknya harapan kemajuan bangsa digantungkan, sehingga menjadi seorang pemimpin tidak hanya memerlukan kecerdasan intelektual tetapi yang paling terpenting memiliki kecerdasan emosi dan sosial.

Gerungan diacu dalam Sholehuddin (2008) mengungkapkan bahwa kepemimpinan bukanlah sesuatu yang bersifat abstrak melainkan keseluruhan dari

keterampilan (skill) dan sikap (attitude) yang diperlukan oleh pemimpin.

Keterampilan yang dibutuhkan pemimpin dibagi atas dua hal yaitu keterampilan emosional dan keterampilan sosial. Keterampilan (kecerdasan) emosional bagi pemimpin adalah mengelola emosi yaitu menyadari apa yang ada di balik suatu perasaan dan mempelajari cara untuk menangani kecemasan, amarah, dan kesedihan. Selain itu, kecerdasan emosi akan sangat dibutuhkan dalam memikul tanggung jawab bagi keputusan dan tindakan serta menindaklanjuti kesepakatan. Keterampilan sosial atau lebih dikenal sebagai kecerdasan sosial terbagi atas kesadaran sosial dan fasilitas sosial. Kecerdasan sosial berbeda dengan kecerdasan emosional yaitu lebih difokuskan pada memelihara hubungan secara baik sesama anggota kelompok.

Keberadaan Lembaga Kemahasiswaan (LK) di Institut Pertanian Bogor adalah sebuah tempat untuk dapat mengembangkan keterampilan baik secara emosional dan sosial. Para pimpinan LK yang berasal dari berbagai daerah tentu memiliki karakteristik kepemimpinan yang berbeda. Karakter yang berbeda tentu akan mempunyai peranan dalam pengembangan kecerdasan yang berbeda baik secara emosi dan sosial. Berdasarkan permasalahan diatas, terdapat pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini, yaitu:

(6)

1. Bagaimana hubungan karakteristik mahasiswa dan keluarga mahasiswa pada gaya dan praktik kepemimpinan ketua lembaga kemahasiswaan IPB?

2. Bagaimana hubungan kecerdasan emosi mahasiswa pada gaya dan praktik

kepemimpinan ketua lembaga kemahasiswaan IPB?

3. Bagaimana hubungan kecerdasan sosial mahasiswa pada gaya dan praktik

kepemimpinan ketua lembaga kemahasiswaan IPB? Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Mengetahui hubungan kecerdasan emosi - sosial terhadap gaya dan praktik kepemimpinan pada ketua lembaga kemahasiswaan IPB

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik mahasiswa dan karakteristik keluarga

mahasiswa

2. Mengidentifikasi kecerdasan emosi-sosial, gaya, dan praktek

kepemimpinan pada mahasiswa

3. Menganalisis hubungan karakteristik mahasiswa dan keluarga mahasiswa

dengan kecerdasan emosi dan sosial mahasiswa

4. Menganalisis hubungan karakteristik mahasiswa dan keluarga mahasiswa

dengan gaya dan praktik kepemimpinan mahasiswa

5. Menganlisis hubungan kecerdasan emosi dan sosial dengan gaya dan

praktik kepemimpinan mahasiswa

Manfaat Penelitian

Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk mengetahui fenomena di masyarakat sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dibangku kuliah agar dapat bermanfaat bagi orang lain. Bagi institusi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi kajian ilmu dengan topik praktik kepemimpinan dan kecerdasan emosi dan sosial para aktivis kampus. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan praktik kepemimpinan dan kecerdasan emosi dan sosial. Bagi aktivis mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat sebagai landasan mempelajari kecerdasan emosi dan sosial sebagai dasar menjadi kepemimpinan di kampus.

Referensi

Dokumen terkait

Maksud dari penlitian ini adalah untuk menggali, mencari serta memperoleh data dan informasi mengenai apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen

Oleh yang demikian, kajian ini ingin mencari jawapan mengenai pendekatan secara konstruktivisme di kalangan guru-guru teknikal semasa proses pengajaran dan pembelajaran

Seperti komunikasi pada umumnya, komunikasi pemasaran bertumpuh pada penyebaran informasi (pesan) mengenai produk-produk yang dimiliki dengan teknik komunikasi

Berbicara tentang motivasi belajar siswa, maka tidak lepas dari peran guru dalam melaksnakan proses pembelajaran. Peran guru yang dimaksud yaitu dalam hal kreatifitas. Implementasi

Floem (pembuluh tapis) merupakan jaringan yang berfungsi mengangkut lalu menyalurkan zat-zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan. Floem

Peserta BPJS sebagai konsumen yang mendapatkan pelayanan kesehatan di RSUP Sanglah telah mendapatkan perlindungan hukum, khususnya mendapatkan perlindungan untuk

Metode Simple Additive Weighting berhasil diimplementasikan kedalam aplikasi Sistem Pendukung Keputusan dan telah dibuktikan bahwa dalam penghitungannya serta hasil yang

Profitabilitas merupakan salah satu alat analisis keuangan bank yang mengukur kesuksesan manajemen dalam menghasilkan laba atau keuntunganC. dari operasi