• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI MENGENAI KETIDAKCOCOKAN DATA EKSPOR-IMPOR INDONESIA DENGAN NEGARA BERKEMBANG DAN NEGARA MAJU FIRMANUDIN PURNOMO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI MENGENAI KETIDAKCOCOKAN DATA EKSPOR-IMPOR INDONESIA DENGAN NEGARA BERKEMBANG DAN NEGARA MAJU FIRMANUDIN PURNOMO"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI MENGENAI KETIDAKCOCOKAN

DATA EKSPOR-IMPOR INDONESIA DENGAN NEGARA

BERKEMBANG DAN NEGARA MAJU

FIRMANUDIN PURNOMO

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(2)

RINGKASAN

FIRMANUDIN PURNOMO (E14051323). Studi Mengenai Ketidakcocokan Data Ekspor-Impor Indonesia Dengan Negara Berkembang Dan Negara Maju. Di bawah bimbingan SUDARSONO SOEDOMO.

Perdagangan bilateral merupakan suatu perdagangan antara dua negara dalam bidang-bidang tertentu menggunakan prinsip yang saling menguntungkan, saling menghargai dan saling menghormati satu sama lain. Perdagangan bilateral yang diteliti adalah antara Indonesia dengan beberapa mitra dagang negara berkembang dan negara maju. Perdagangan bilateral ini menimbulkan ketidakcocokan data statistik yang dicatat Indonesia sebagai pengekspor dan negara mitra dagang sebagai pengimpor.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengkaji data ekspor-impor produk hasil hutan, membandingkan data tersebut dengan komoditi pertambangan, serta mengetahui ada tidaknya perbedaan catatan data ekspor-impor antara Indonesia dengan negara berkembang dan negara maju. Metode yang digunakan adalah uji t-berpasangan data sekunder ekspor-impor dari masing-masing komoditi dan negara mitra dagang. Data ini diperoleh dengan mengunduh data dari web UNcomtrade.

Hasil studi ini menunjukkan bahwa untuk komoditi plywood, Indonesia memiliki catatan ekspor yang sama dan ada pula catatan yang berbeda lebih besar dengan catatan impor negara berkembang. Namun, Indonesia memiliki catatan ekspor yang cenderung berbeda lebih kecil dengan catatan impor negara maju. Untuk komoditi pulp, Indonesia mempunyai catatan ekspor yang sama dan ada pula yang berbeda lebih besar dengan catatan impor negara berkembang. Sebaliknya, Indonesia mempunyai catatan ekspor yang sama dan ada pula yang berbeda lebih kecil dengan catatan impor negara maju. Pada komoditi batubara, Indonesia memiliki catatan ekspor cenderung berbeda lebih kecil dengan catatan impor negara berkembang. Akan tetapi, Indonesia memiliki catatan ekspor yang sama dan ada pula yang berbeda lebih kecil dengan catatan impor negara maju. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mengurangi perbedaan data statistik ekspor-impor antara Indonesia dengan negara mitra dagang.

(3)

ABSTRACT

FIRMANUDIN PURNOMO (E14051323). A Study on the Discrepancy of Export-Import Data between Indonesia, Developing Countries and Developed Countries. Under the Supervision of SUDARSONO SOEDOMO.

Bilateral trade is a trade between two countries in certain fields based on the principle of mutual benefit and respect to one another. This study is focused on the bilateral trade between Indonesia and several trading partners in developing countries and developed countries. This bilateral trade produces statistical discrepancy recorded by Indonesia as an exporter and trading partners as importing countries.

This research was intended to examine the export-import data of forest products, compare the data with that of mining commodities, and determine whether there is a discrepancy of export-import data between the records of Indonesia and those of developing countries and developed countries. The method used was the paired t-test of secondary import-export data of each commodity and trading partner countries. This data was obtained by downloading it from the website of UNcomtrade.

The study results indicate that for plywood commodity, Indonesia has some export data similar to the import records in the developing countries and some were differently greater. However, Indonesia has the data of exports tending to be smaller than the import records of developed countries. For pulp commodity, Indonesia has some export data equal to and some different/larger than the import records of developing countries. In contrast, Indonesia has similar export data to the import record of the developed countries and some records are different (smaller) in Indonesia. In the coal commodities, Indonesia has the data of exports tending to be different or smaller than the import record of developing countries. However, Indonesia has export data similar to the import records of the developed countries. Therefore, there should be the effort to reduce the differences in export-import statistics of Indonesia with the trading partners/countries.

(4)

STUDI MENGENAI KETIDAKCOCOKAN

DATA EKSPOR-IMPOR INDONESIA DENGAN NEGARA

BERKEMBANG DAN NEGARA MAJU

FIRMANUDIN PURNOMO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Mengenai Ketidakcocokan Data Ekspor-Impor Indonesia dengan Negara Berkembang dan Negara Maju adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah di perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2011

Firmanudin Purnomo NRP E14051323

(6)

Judul Skripsi : Studi Mengenai Ketidakcocokan Data Ekspor-Impor Indonesia dengan Negara Berkembang dan Negara Maju

Nama : Firmanudin Purnomo

NRP : E14051323

Menyetujui, Pembimbing Skripsi

Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS NIP 130 813 798

Mengetahui,

Ketua Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP 19630401 199403 1 001

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Desember 1987 sebagai anak kedua dari dua bersaudara pasangan Suedy Purnomo dan Ruqoyah Lestari. Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMUN 97 Jakarta dan di tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Pada tahun 2006, penulis masuk Program Studi Manajemen Hutan dengan Minor Agronomi dan Hortukultura, Fakultas Kehutanan IPB.

Penulis merupakan anggota FMSC (Forest Management Student Club) dan pernah menjadi anggota kepanitiaan dalam beberapa kegiatan di tingkat fakultas ataupun di departemen, seperti kegiatan Masa Pengenalan Fakultas 2007, Temu Manajer (TM) jurusan Manajemen Hutan 2007, pemilihan Ketua Bem-E tahun 2007 dan acara lainnya. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan yakni anggota DKM Ibadurrahman pada tahun 2006-2007.

Pada tahun 2007, penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Sancang-Kamojang dan di tahun 2008 penulis melakukan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Pada tahun 2009 Penulis melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapang di Perum Perhutani KPH Banyumas Barat, Unit I Jawa Tengah.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Pada Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul ”Studi Mengenai Ketidakcocokan Data Ekspor-Impor Indonesia dengan Negara Berkembang dan Negara Maju” dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga April 2010, dengan judul Studi Mengenai Ketidakcocokan Data Ekspor-Impor Indonesia dengan Negara Berkembang dan Negara Maju.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak, Ibu, kakak dan keluarga besar tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan baik moril maupun materiil.

2. Bapak Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS. selaku dosen pembimbing atas semua saran, bimbingan, nasehat, meluangkan waktu dengan sabar, dan ilmu yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir.Iin Ichwandi, MSc F.Trop selaku moderator sidang, Ibu Eva Rachmawati selaku dosen penguji dan Bapak Dr.Ir. Hendrayanto selaku dekan Fakultas Kehutanan IPB atas saran dan motivasi serta Bapak Prof. Dr.Ir Hariadi Karodihardjo, MS atas saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Keluarga besar Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB, terutama teman-teman MNH 42, atas kebersamaan dan motivasi selama ini.

5. Sahabat seperjuangan, Doris dan Ronal atas motivasi, semangat dan bantuannya selama ini.

6. Fitriyana atas bantuan, semangat dan kebersamaan selama ini.

7. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat untuk para pembaca, terutama diri penulis.

Bogor, Agustus 2011

Penulis

(9)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... v DAFTAR LAMPIRAN ... vi BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan ... 2 1.3. Manfaat ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekspor ... 3 2.1.1. Pengertian Ekspor ... 3 2.1.2. Prosedur Ekspor ... 4 2.2. Impor ... 5 2.1.1. Pengertian Impor ... 5 2.2.2. Prosedur Impor ... 6 2.3. Kayu Lapis ... 7

2.4. Chemical Pulp Wood ... 8

2.5. Batu Bara ... 9

2.6. Uji t-berpasangan (t-paired test) ... 9

2.7. Administrasi Negara Berkembang dan Negara Maju ... 10

2.8. Perbedaan Data Statistik ... 12

BAB III. METODOLOGI 3.1. Waktu Penelitian ... 14

3.2. Jenis Data ... 14

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 14

3.4. Asumsi ... 14

3.5. Batasan Penelitian ... 14

3.6. Metode Pengolahan Data ... 15

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbedaan Statistik Perdagangan Negara Berkembang ... 17

4.2. Perbedaan Statistik Perdagangan Negara Maju ... 18

4.3. Hasil t-paired test Negara Berkembang ... 19

4.4. Hasil t-paired test Negara Maju ... 20

4.5. Implikasi Perbedaan Data Statistik ... 23

4.6. Upaya untuk Mengurangi Perbedaan Data Statistik ... 24 Halaman

(10)

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN 5.1. Kesimpulan ... 25 5.2. Saran ... 25 DAFTAR PUSTAKA ... 26 LAMPIRAN ... 28 iii

(11)

DAFTAR TABEL

1. Perbedaan statistik perdagangan komoditi plywood negara berkembang .. 17

2. Perbedaan statistik perdagangan komoditi pulp negara berkembang ... 17

3. Perbedaan statistik perdagangan komoditi coal negara berkembang ... 18

4. Perbedaan statistik perdagangan komoditi plywood negara maju ... 18

5. Perbedaan statistik perdagangan komoditi pulp negara maju ... 19

6. Perbedaan statistik perdagangan komoditi coal negara maju ... 19

7. Hasil t-paired test masing-masing komoditi per partner negara berkembang ... 21

8. Hasil t-paired test masing-masing komoditi per partner negara maju ... 21 Halaman No

(12)

DAFTAR GAMBAR

1. Prosedur ekspor ... 4

2. Prosedur impor ... 6

3. Data analisis pada toolbal excel ... 16

4. T-test paired two sample for means pada toolbal excel ... 16 Halaman No

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data ekspor-impor Indonesia-Bangladesh ... 27

2. Hasil t-paired test Indonesia-Bangladesh ... 30

3. Data ekspor-impor Indonesia-Filipina ... 31

4. Hasil t-paired test Indonesia-Filipina ... 34

5. Data ekspor-impor Indonesia-India ... 35

6. Hasil t-paired test Indonesia-India ... 38

7. Data ekspor-impor Indonesia-Malaysia ... 39

8. Hasil t-paired test Indonesia-Malaysia ... 42

9. Data ekspor-impor Indonesia-Pakistan ... 43

10. Hasil t-paired test Indonesia-Pakistan ... 46

11. Data ekspor-impor Indonesia-Srilanka ... 47

12. Hasil t-paired test Indonesia-Srilanka... 50

13. Data ekspor-impor Indonesia-Thailand ... 51

14. Hasil t-paired test Indonesia-Thailand ... 54

15. Data ekspor-impor Indonesia-Vietnam ... 55

16. Hasil t-paired test Indonesia-Vietnam ... 58

17. Hasil hipotesis dari t-paired test ... 59

18. Rekapitulasi total rata-rata tujuan ekspor-impor Indonesia ... 60 Halaman No

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kegiatan ekspor-impor merupakan transaksi perdagangan antar negara yang dilakukan antara pihak eksportir (penjual) dengan pihak importir (pembeli). Transaksi antar kedua pihak tersebut saling terkait untuk melaksanakan hak dan kewajiban masing-masing, yaitu pihak penjual wajib menyerahkan suatu benda dan berhak atas suatu pembayaran, sedangkan pihak pembeli wajib untuk membayar harga sesuai kesepakatan bersama.

Kegiatan ekspor-impor didasari oleh kondisi bahwa tidak ada suatu negara yang benar-benar mandiri sehingga satu sama lain saling membutuhkan dan saling mengisi. Kondisi ini disebabkan oleh setiap negara memiliki karakteristik yang berbeda. Transaksi perdagangan internasional semakin berkembang pesat, dimana para pengusaha dari berbagai negara saling melakukan transaksi perdagangan yang melintasi batas negara. Dalam tiap transaksi internasional selalu terkait lebih dari satu sistem hukum nasional, sehingga transaksi perdagangan yang sama, kemungkinan berlaku hukum yang berbeda-beda (Widjaja dan Yani. 2001).

Perdagangan bilateral merupakan suatu perdagangan antara dua negara dalam bidang-bidang tertentu menggunakan prinsip yang saling menguntungkan, saling menghargai dan saling menghormati satu sama lain. Dalam penelitian ini, perdagangan bilateral mencakup Indonesia dengan negara mitra dagang dari beberapa negara berkembang dan negara maju. Perdagangan bilateral ini menimbulkan ketidakcocokan data statistik yang dicatat Indonesia sebagai ekspor dan negara mitra dagang sebagai impor.

Data statistik ekspor dan impor yang diambil untuk komoditi kehutanan berupa kayu lapis dan salah satu jenis pulp yaitu kayu pulp kimia. Selanjutnya, data tersebut dibandingkan pula dengan data ekspor dan impor komoditi non kehutanan berupa batu bara. Dalam penelitian ini, penulis mengambil contoh data statistik ekspor dan impor dari beberapa negara berkembang, yaitu: Malaysia, Thailand, Bangladesh, India, Vietnam, Filipina, Pakistan dan Srilanka.

(15)

2

Selain itu juga, data statistik ekspor dan impor ini dibandingkan pula dengan beberapa negara maju, yaitu: USA, China, Jepang, Australia, Kanada, Italy, Prancis, dan Jerman.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Studi Mengenai Ketidakcocokan Data Ekspor-Impor Indonesia dengan Negara Berkembang dan Negara Maju”.

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari dan mengkaji data ekspor-impor produk hasil hutan Indonesia dengan negara berkembang dan negara maju

2. Membandingkan data ekspor-impor produk hasil hutan (kayu lapis dan pulp) dengan komoditi pertambangan (batu bara)

3. Mengetahui ada tidaknya perbedaan catatan ekspor-impor beberapa komoditi Indonesia dengan negara berkembang dan negara maju.

C. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan, informasi dan pertimbangan bagi pemerintah agar dapat memberikan pelaporan ekspor-impor Indonesia yang lebih akurat.

(16)

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekspor

2.1.1. Pengertian Ekspor

Pengertian Ekspor menurut Amir (1984) adalah kegiatan mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing. Tujuan kegiatan ekspor ini adalah meningkatkan laba perusahaan melalui perluasan pasar serta untuk memperoleh harga jual yang lebih baik (optimalisasi laba), membuka pasar baru di luar negeri sebagai perluasan pasar domestik (membuka pasar ekspor), memanfaatkan kelebihan kapasitas terpasang (idle capacity) dan membiasakan diri bersaing pada pasar internasional sehingga terlatih dalam persaingan yang ketat.

Todaro (2000) menyatakan bahwa hasil yang diperoleh dari kegiatan ekspor berupa nilai sejumlah uang dalam valuta asing atau biasa disebut devisa. Devisa merupakan salah satu sumber pemasukan kas negara sehingga ekspor diartikan sebagai kegiatan perdagangan yang memberikan rangsangan permintaan dalam negeri. Dari rangsangan ini memunculkan industri-industri pabrik besar bersamaan dengan struktur positif yang stabil dan lembaga sosial yang efisien.

(17)

4

2.1.2. Prosedur Ekspor

Prosedur ekspor barang dalam perdagangan antar negara dari Indonesia ke negara tujuan ekspor disajikan pada Gambar 1 (Amir 1984)

Gambar 1. Prosedur ekspor. Keterangan :

1. Eksportir menerima Order (pesanan) dari langganan di luar negeri (B-A) 2. Bank memberitahukan telah dibukanya suatu L/C untuk dan atas nama

eksportir (H-A)

3. Eksportir menempatkan pesanan kepada Leveransir/ Maker Pemilik Barang/ Produsen (A-C)

4. Eksportir menyelenggarakan pengepakan barang khusus untuk diekspor

(sea-worthy packing) (A)

Bank Luar Negeri Kedutaan Asing Instansi Ekspor Asuransi Pelayaran Importir Buyer Produsen Bank Dalam Negeri Eksportir Seller B 3 12 2 1 C 2 14 H I 5 7 8 D 6 4 10 9 11 E G F A 13 LUAR NEGERI DALAM NEGERI

(18)

5

5. Eksportir memesan ruangan kapal (Booking) dan mengeluarkan Shipping Order pada maskapai pelayaran (A-D)

6. Eksportir menyelesaikan semua formulir ekspor dengan semua instansi ekspor yang berwenang (A-E)

7. Eksportir menyelenggarakan pemuatan barang ke atas kapal, dengan atau tanpa mempergunakan perusahan ekspedisi (A-D)

8. Eksportir mengurus Bill of Lading dengan maskapai pelayaran (A-D) 9. Eksportir menutup asuransi laut dengan maskapai asuransi (A-F) 10. Menyiapkan faktur dan dokumen-dokumen pengapalan lainnya (A)

11. Mengurus Consular-Invoice dengan Trade Councelor kedutaan negara importir (A-G)

12. Menarik Wesel kepada importir dan menerima hasilnya dari Negotiating Bank (A-H)

13. Negotiating Bank mengirimkan Shipping Document kepada principalsnya di negara importir (H-I)

14. Eksportir mengirimkan Shipping Advice dan Copy Shipping Document

kepada importir (A-B) 2.2. Impor

2.2.1. Pengertian Impor

Pengertian impor merupakan kegiatan memasukkan barang-barang dari luar negeri ke pelabuhan di seluruh Indonesia, kecuali wilayah bebas yang dianggap luar negeri dan sesuai ketentuan pemerintah ke dalam peredaran masyarakat yang dibayar menggunakan valuta asing. Barang-barang tersebut bersifat komersial maupun bukan komersil. Barang-barang luar negeri yang diolah dan diperbaiki di dalam negeri dicatat sebagai barang impor, meskipun barang tersebut akan kembali ke luar negeri. Selain itu, impor juga dapat diartikan sebagai kegiatan memasukkan barang, jasa, teknologi atau ide dari luar negeri ke dalam negeri dengan mengindahkan peraturan yang berlaku. Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Impor adalah bagian penting dari perdagangan internasional (Amir 1984).

(19)

6

2.2.2. Prosedur Impor

Prosedur ekspor barang dalam perdagangan antar negara dari Indonesia ke negara tujuan ekspor disajikan pada Gambar 2 (Amir 1984).

Gambar 2. Prosedur impor. Keterangan :

1. Importir menempatkan Order (pesanan) ke Eksportir di luar negeri (A-B) 2. Importir membuka Letter of Credit untuk dan atas nama Eksportir di luar

negeri melalui Bank di dalam negeri (opening bank) (A-F)

3. Bank menyelenggarakan pembukaan L/C untuk eksportir melalui

Korespondennya di negara eksportir (F-G)

4. Shipping Document diterima oleh bank di dalam negeri dari korespondennya di luar negeri (G-F)

5. Bank di dalam negeri mengakseptir atau menghonorir Wesel yang ditarik oleh eksportir dan yang dikirimkan dengan Shipping Document, dan

Bank Luar Negeri Asuransi Pabean Pelayaran Bank Dalam Negeri Importir Buyer Supplier Seller B 6 2 5 1 C 3 4 F G 10 D 9 E A 3 LUAR NEGERI DALAM NEGERI 8

(20)

7

kemudian menyelesaikan perhitungan tagihannya dengan importir. Setelah itu barulah bank menyerahkan Shipping Document kepada Importir (F-A) 6. Importir menyerahkan Bill of Lading kepada maskapai pelayaran (atau

agentnya) yang mengangkut barang-barang itu untuk ditukarkan dengan DO (Delivery Order) (A-C)

7. Importir menyelesaikan bea-bea masuk dengan Pabean (A-D)

8. Importir mengambil barang-barang dari maskapai pelayaran setelah semua formalitas impor dipenuhi (A-C)

9. Importir mengajukan claims (ganti-rugi) kepada eksportir atau kepada maskapai asuransi, dalam hal kedapatan atau kekurangan (A-E & A-B) 10. Melunasi Wesel pada hari jatuh temponya, kalau hal itu belum diselesaikan

sebelumnya dengan bank (A-D) 2.3. Kayu Lapis (Plywood)

Kayu lapis menurut FAO (1982) merupakan panel kayu yang terdiri dari kumpulan lembaran venir yang diikat secara bersama dengan arah serat dari serat saling bergantian dan saling membentuk sudut. Selanjutnya International Trade Center UNCTAD/GATT (1987) mendefinisikan kayu lapis atau plywood sebagai tiruan yang terbuat dari tiga lembar venir atau lebih yang disusun dengan arah serat saling bersilangan atau membentuk sudut dengan bagian core/tengahnya diberi perekat dan dikempa dibawah tekanan. Biasanya bagian core lebih tebal daripada bagian muka dan belakang yang pada umumnya ditutup dengan venir. Kayu lapis dibedakan menjadi dua berdasarkan lapisan bagian muka (face), yaitu kayu lapis dengan lapisan face yang dilapisi lapisan film/film-face dan kayu lapis yang bagian mukanya menggunakan venir dari kayu yang berserat indah/

decorative plywood. Kayu lapis yang permukaaannya dilapisi dengan lapisan film bertujuan agar terlihat lebih mengkilap. Umumnya kayu lapis jenis ini berfungsi sebagai kayu lapis konstruksi dan banyak digunakan sebagai konstruksi daun pintu dan jendela.

Kayu lapis telah menjadi primadona produk industri kayu olahan Indonesia selama beberapa tahun. Hal ini karena kayu lapis merupakan produk antara yang menjadi bahan baku (material) bagi industri dalam negeri, seperti perumahan (properti) baik untuk penggunaan interior maupun eksterior, industri peti kemas

(21)

8

dan mebel. Angka ekspor tertinggi yang pernah dicapai Indonesia sebesar 9,7 juta m3 pada tahun 1992. Dengan tingkat volume ekspor tersebut Indonesia dapat digolongkan memiliki peranan dominan dalam pasar kayu lapis tropis dunia. Kurang lebih 80% produksi kayu lapis Indonesia selama ini dijual untuk tujuan ekspor (FAO 2009).

2.4. Kayu Pulp Kimia

Kayu pulp kimia adalah salah satu jenis pulp yang terbuat dari bahan baku, dimana dalam produksi bahan bakunya dimasak dengan bahan kimia tertentu untuk menghilangkan zat lain yang tidak perlu dari serat-serat selulosa. Proses ini dapat diperoleh selulosa yang murni dan tidak rusak. Pembuatan pulp dengan proses kimia terdiri dari tiga macam yaitu proses sulfat, soda dan sulfit. Pulp yang dihasilkan dengan proses sulfat mempunyai kekuatan tinggi, pulp berwarna tua, sulit untuk dipucatkan, tak dapat digunakan untuk dissolving pulp, dan rendemen 40% - 52%, penggunaannya antara lain untuk kertas bungkus, kertas cetak dan kertas lainer. Pulp yang dihasilkan dari proses soda mempunyai kekuatan rendah dan rendemen 40% - 42%, penggunaannya antara lain untuk kertas cetak, buku, majalah, kertas penghisap. Bahan baku kayu pulp kimia antara lain kayu dan bahan berserat sisa hasil pertanian seperti merang. Pulp yang dihasilkan dari proses sulfit mempunyai sifat pulp berwarna terang, mudah dipucatkan, kekuatan sedang, daya membentuk lembaran baik, daya letup tinggi, daya sobek rendah dan rendemen 40% - 52%, penggunaannya antara lain untuk kertas koran, kertas pembungkus dan dissolving pulp. Bahan bakunya hampir semua jenis kayu kecuali kayu berkadar silika dan ekstraktif yang tinggi (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 1994)

Pada perkembangannya, pulp merupakan salah satu komoditi industri hasil hutan yang sangat penting sehingga tidak ada aktivitas kehidupan manusia yang tidak memanfaatkan komoditi ini, mulai dari aktivitas kehidupan rumah tangga, perkantoran, industri, pendidikan, perdagangan dan lain sebagainya. Pasar ekspor pulp Indonesia, yaitu: Jepang, Malaysia, China, Korea Selatan, Filipina, Brunai Darussalam, India, Srilangka Turki, Kuwait, Saudi Arabia, dan banyak negara lainnya. Perkembangan ekspor pulp dan kertas Indonesia lebih didominasi oleh tiga negara, yaitu Jepang, China dan Korea Selatan (Ningrum 2006).

(22)

9

2.5. Batu Bara

World Coal Institute (2005) menyatakan bahwa batu bara mempunyai peran penting dalam membangkitkan tenaga listrik. Saat ini batu bara menjadi bahan bakar pembangkit listrik dunia sekitar 39% dan proporsi ini diharapkan untuk tetap berada pada tingkat ini selama 30 tahun ke depan. Selain itu pasar batu bara yang terbesar terdapat di wilayah Asia, yang saat ini mengkonsumsi 54% dari konsumsi batu bara dunia. Banyak negara yang tidak memiliki sumber daya energi alami yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi. Oleh karena itu mereka harus mengimpor energi untuk memenuhi kebutuhan mereka, antara lain: negara Jepang, Cina Taipei dan Korea, yang mengimpor batu bara ketel uap untuk membangkitkan listrik dan batu bara kokas untuk produksi baja dalam jumlah yang besar.

Pada percaturan perdagangan batu bara dunia, Indonesia memiliki peran yang semakin penting dari tahun ke tahun baik sebagai produsen maupun sebagai eksportir. Pada 2007 Indonesia berada di posisi ketujuh terbesar produsen batu bara dunia dan di posisi kedua terbesar sebagai eksportir batubara setelah Australia. Perkembangan produksi batu bara nasional tentunya tidak terlepas dari permintaan dalam negeri (domestik) dan luar negeri (ekspor) yang terus meningkat setiap tahunnya. Sebagian besar produksi tersebut untuk memenuhi permintaan luar negeri, yaitu rata-rata 72,11%, dan sisanya 27,89% untuk memenuhi permintaan dalam negeri. Kebutuhan batubara dunia saat ini ternyata meningkat sangat cepat, antara lain dipicu oleh booming harga dan semakin banyaknya pembangunan PLTU di luar negeri yang menggunakan bahan bakar batubara (Miranti 2008).

2.6. Uji t-Berpasangan (T-Paired Test)

Uji t-berpasangan (t-paired test) adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan) atau juga membandingkan rata-rata dari suatu sampel yang berpasangan (paired). Umumnya uji dilakukan untuk membedakan rata-rata nilai akibat diberikan treatment tertentu. Ciri-ciri yang paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah satu individu (objek penelitian) dikenai 2 buah perlakuan yang berbeda. Dalam hasil uji berpasangan terdapat uji two-tailed (uji dua sisi)

(23)

10

yaitu hasil uji dipilih jika kita belum mengetahui kecenderungan hubungan positif atau negatif dari variabel yang kita daftarkan. Sedangkan uji one-tailed (uji satu sisi) ialah hasil uji dipilih jika kita sudah mengetahui setidaknya estimasi adanya kecenderungan arah korelasi positif atau negatif dari dua variabel yang kita daftarkan (Kurniawan 1998)

2.7. Administrasi Negara Berkembang dan Negara Maju

Administrasi yang diterapkan di negara berkembang berupa administasi pembangunan. Administrasi pembangunan dapat diartikan sebagai merupakan gabungan dua pengertian, yaitu: (1) Administrasi yang berarti segenap proses penyelenggaraan dari setiap usaha kerja sama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu, dan (2) Pembangunan yang merupakan rangkaian usaha perubahan dan pertumbuhan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintahan menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa. Secara umum, administrasi pembangunan diartikan sebagai bidang studi yang mempelajari sistem administrasi negara di negara yang sedang membangun dan berupaya untuk meningkatkan kemampuannya (Riggs 1964)

Heady (1995) menerangkan bahwa ada lima ciri administrasi publik yang umum digunakan di negara berkembang antara lain :

1) Pola dasar atau administrasi publik di negara berkembang, bersifat elitis, otoriter, menjauh atau jauh dari masyarakat dan lingkungannya, serta paternalistik.

2) Birokrasi di negara berkembang kekurangan sumber daya manusia untuk menyelenggarakan pembangunan. Kekurangan ini bukan dalam arti jumlah tetapi kualitas. Dalam jumlah justru sebaliknya, birokrasi di negara berkembang mengerjakan orang lebih dari yang diperlukan. Sedangkan kekurangannya adalah administrator yang terlatih, dengan kapasitas manajemen yang memadai, memiliki keterampilan-keterampilan pembangunan, dan penguasaan teknis.

3) Birokrasi lebih berorientasi kepada hal-hal lain daripada mengarah kepada yang benar-benar menghasilkan. Riggs (1964) menyatakannya sebagai preferensi birokrat atas kemanfaatan pribadi ketimbang kepentingan masyarakat. Dari sifat seperti ini lahir nepotisme, penyalahgunaan

(24)

11

kewenangan, korupsi, dan berbagai penyakit birokrasi, yang menyebabkan aparat birokrasi di negara berkembang pada umumnya memiliki kredibilitas yang rendah, dan dianggap tidak mengenal etika.

4) Adanya kesenjangan yang lebar antara apa yang dinyatakan atau yang hendak ditampilkan dengan kenyataan. Riggs (1964) menyebutkan fenomena umum ini sebagai formalism adalah gejala yang lebih berpegang kepada wujud-wujud dan ekspresi-ekspresi formal dibanding yang sesungguhnya terjadi. Hal ini tercermin dalam penetapan perundang-undangan yang tidak mungkin atau tidak pernah dilaksanakan, peraturan-peraturan yang dilanggar sendiri oleh yang menetapkan, memusatkan kekuasaan meskipun resminya ada desentralisasi dan pendelegasian kewenangan, melaporkan hal yang baik-baik dan tidak mengetengahkan keadaan yang tidak baik atau masalah yang sesungguhnya dihadapi.

5) Birokrasi di negara berkembang acap kali bersifat “otonom”, artinya lepas dari proses politik dan pengawasan publik. Administrasi publik di negara berkembang umumnya belum terbiasa bekerja dalam lingkungan publik yang demokratis.

Wallis (1989) menambahkan dua karakteristik pada ciri administrasi publik di negara berkembang. Pertama, di banyak negara berkembang birokrasi sangat dan makin bertambah birokratik, departemen-departemen, badan-badan, dan lembaga-lembaga birokrasi. Begitu pula berkembang dan berperan besar badan-badan para statal yakni badan-badan usaha negara, yang umumnya bekerja tidak efisien dan menjadi sumber dana politik atau pusat terjadinya korupsi. Kedua, unsur-unsur nonbirokratik sangat berpengaruh terhadap birokrasi. Misalnya hubungan keluarga dan hubungan-hubungan primordial lain, seperti suku dan agama, dan keterkaitan politik (political connections). Masalah yang serius dihadapi oleh negara-negara berkembang ialah lemahnya kemampuan birokrasi dalam menyelenggarakan pembangunan.

Riggs (1964) menjelaskan bahwa administrasi yang diterapkan di negara maju berbeda dengan negara berkembang. Perbedaan-perbedaan antara keduanya dalam hal administrasi pemerintahan seperti :

(25)

12

1. Pada negara maju, pengangkatan dan pemberhentian pegawai didasarkan pada suatu standar tertentu atau dikenal dengan istilah merit system. Sementara pada negara berkembang, pengangkatan dan pemberhentian pegawai terjadi karena birokrasi atau nepotisme.

2. Pada negara maju, berlaku prinsip legal rational impersonal, di mana setiap persoalan diselesaikan dalam kantor/kedinasan serta berdasarkan hukum yang berlaku. Sebaliknya, hubungan satu sama lain dalam pemerintahan di negara berkembang didominasi oleh praktek yang dikenal dengan istilah bureaucratic click dan patron client relationship, yaitu penyelesaian persoalan di dalam dan di luar kantor melalui cara-cara yang tidak legal-formal.

3. Pada negara maju, diferensiasi fungsi dalam administrasi pemerintahan terlihat dengan jelas dan tegas, sementara hal ini tidak terjadi pada administrasi pemerintahan di negara berkembang.

4. Berbagai macam penawaran dan permintaan yang berkaitan dengan urusan administrasi pemerintahan di negara maju dilakukan dalam mekanisme formal market. Tidak demikian halnya pada negara berkembang, semua penawaran dan permintaan terjadi melalui mekanisme informal market.

5. Selain efektif, administrasi pada negara maju juga berjalan efisien. Sementara di negara berkembang, efektivitas dalam hal administrasi tidak diikuti oleh efisiensi.

2.8. Perbedaan Data Statistik

Liu et al (2008) menjelaskan bahwa kesenjangan data perdagangan yang terjadi antara China-Hongkong sehingga menimbulkan ketidakseragaman data statistik disebabkan oleh adanya (1) Efek Entrepot China-Hong Kong adalah perdagangan re-ekspor Hong Kong dan tingginya harga tengkulak, (2) Perbedaan standar internasional yang digunakan untuk nilai ekspor dan impor, (3) Efek ariable perdagangan China, (4) Praktik keluar-masuk Sino, dimana modal dalam negeri China digunakan lagi di luar negeri lepas pantai untuk bebas pajak, kemudian kembali ke daratan sebagai investasi asing, (5) Praktek penyelundupan, serta (6) Semua faktor-faktor tambahan yang tidak dapat dijelaskan, seperti kegiatan bongkar-muatan, waktu ekspor dan impor, tidak konsistennya masalah

(26)

13

wilayah geografis, kesalahan klasifikasi barang, fluktuasi nilai tukar, dan kelalaian.

Perbedaan dapat dikaitkan dengan kontribusi faktor-faktor seperti waktu kelambatan dan penilaian, atau perbedaan konseptual yang lebih kompleks seperti sistem perdagangan, kesenjangan dalam pencatatan dan pelaporan perdagangan. Perbedaan-perbedaan tersebut akan lebih besar di perdagangan re-ekspor. Ini menjelaskan bahwa perbedaan besar statistik perdagangan berasal dari pusat perdagangan utama seperti Hong Kong dan Singapura serta negara mitra dagang. (Anonim 2005)

Vincent (2004) menjelaskan dua hal mengenai perbedaan antara impor dan ekspor kayu gergajian dalam perdagangan bilateral negara-negara Eropa, khususnya Rumania. Pertama perbedaan di fisik (volume) adalah meter kubik. Kedua, apakah perbedaan ini mencerminkan aktivitas ariabl, seperti sengaja mengurangi pelaporan jumlah ekspor atau impor guna menghindari pajak dan non pajak atau juga untuk menyembunyikan kayu yang ditebang secara illegal. Hal pertama dijelaskan bahwa rata-rata perbedaan volume perdagangan yang dilaporkan antara negara-negara Eropa dan negara mitra dagang secara signifikan berbeda nol selama 1982-1997. Perbedaan ini berlaku untuk negara-negara Eropa baik sebagai ariable dan eksportir. Perbedaan mencolok antara Rumania dengan negara-negara Eropa dijelaskan dalam dua kasus yaitu Rumania mengekspor kayu gergajian jenis konifera, di mana impor yang dilaporkan oleh mitra dagang rata-rata kurang dari 20% ekspor yang dilaporkan oleh Rumania, dan impor kayu gergajian nonconifera Rumania berada setengah rata-rata dari besarnya ekspor yang dilaporkan oleh mitra dagang. Hal kedua dianalisa berdasarkan perbedaan data statistik perdagangan bilateral yang dikumpulkan di negara-negara Eropa. Analisis tersebut menggunakan model teoritis yang membedakan tiga potensial dan tidak saling eksklusif. Penyebab perbedaan dalam perdagangan antara lain: kesalahan pengukuran, perbedaan ariab, dan sengaja mengurangi pelaporan impor atau ekspor untuk menghindari peraturan pemerintah. Dari hasil kombinasi tiga penyebab tersebut sangat sedikit variasi perbedaan di tiap negara dari waktu ke waktu.

(27)

14

BAB III METODOLOGI 3.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan dari bulan Februari sampai April tahun 2010.

3.2. Jenis Data

Semua data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut terdiri dari data nilai ekspor-impor Indonesia dengan negara mitra dagang dari beberapa negara berkembang, antara lain Malaysia, Thailand, Bangladesh, Vietnam, Pakistan, Filipina, Srilangka dan India. Selain itu juga, data diambil dari beberapa negera maju sebagai pembanding, antara lain: USA, China, Jepang, Australia, Kanada, Italy, Prancis, dan Jerman. Nilai ekspor-impor ini diambil mulai periode tahun 1989 sampai 2008.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder yang di unduh dari

Uncomtrade dengan alamat website http;//uncomtrade.un.org.. Selain itu untuk melengkapi data yang ada dilakukan juga melalui studi ariable e, searching di internet dan lain-lain.

3.4. Asumsi

Perbedaan statistik nilai ekspor-impor antara Indonesia dengan negara mitra dagang tidak melebihi 10% sehingga dapat dinyatakan nilai tersebut sama.

3.5. Batasan penelitian

1. Penelitian ini membahas perbedaan statistik ekspor Indonesia ke negara mitra dagang selama tahun 1989-2008 secara tahunan.

2. Produk dengan harmonized commodity description and coding system yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah HS 4412, HS 470329, dan HS 2701.

3. HS 4412 merupakan kodifikasi untuk plywood, veneered panels and similar laminated wood. HS 470329 merupakan kodifikasi untuk chemical wood

(28)

15

pulp, soda/sulphate, non-conifer, bleached. Dan HS 2701 merupakan kodifikasi untuk coal, briquettes, ovoids etc, made from coal.

4. Perbedaan statistik yang diteliti untuk seluruh nilai ekspor-dan impor dalam dolar ($).

3.6. Metode Pengolahan Data

Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel. Adapun tahapan dari pengolahan data ini adalah sebagai berikut :

1. Memasukkan seluruh nilai ekspor-impor dari web ke Microsoft Excel.

Dengan cara membuat tabel ekspor dan impor untuk masing-masing negara dan komoditinya.

2. Menganalisis data ekspor dan impor tiap negara dan komoditinya dengan membandingkan data ekspor dan impor pada persentase 10%.

3. Menguji data ekspor-impor tiap masing-masing negara dan komoditinya menggunakan uji t-berpasangan (t-paired test) pada toolbar excel. Berikut tahapannya :

1) Klik menu Tool kemudian klik Data Analysis. (Catatan: jika setelah mengklik Tool, ternyata tidak muncul pilihan Data Analysis, berarti menu tersebut belum diaktifkan di program Excel. Untuk mengaktifkannya, klik

Tool, kemudian klik Add ins, selanjutnya conteng pada pilihan Analysis Toolpak, setelah itu klik ok. Lalu ulangi tahap 1 ini).

2) Setelah itu muncul tampilan berikut ;

Gambar 3. Data analisis pada toolbal excel

(29)

16

4) Setelah itu muncul tampilan berikut ;

Gambar 4. T-test paired two sample for means pada toolbal excel

5) Pada input range, masukkan range variabel data yang akan diolah. Kemudian masukkan nilai alphanya () dan menempatkan hasil pada halaman yang berbeda dari data dengan mengklik New Worksheet Ply. 6) Setelah itu klik Ok

4. Dari hasil t-test paired diatas diambil kesimpulan hipotesis.

X ≤ 10% : Sama, artinya selisih Ekspor Indonesia dengan Impor negara berkembang/maju sangat kecil.

X ≥ 10% : Berbeda, artinya Ekspor Indonesia dengan Impor negara berkembang/maju sangat besar.

(30)

17

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Perbedaan Statistik Perdagangan Negara Berkembang

Negara berkembang yang memiliki catatan data impor lebih besar dari catatan data ekspor Indonesia untuk komoditi plywood, yaitu Bangladesh, Filipina, Pakistan, Srilanka, dan Thailand sebesar $167,952; $1,150,676; $47,487; $1,793,825; dan $6,442,966. Sedangkan negara India, Malaysia, dan Vietnam memiliki catatan data impor yang lebih kecil dari catatan data ekspor Indonesia sebesar $1,837,177; $2,611,371; dan $292,577. Rata-rata impor terbesar terdapat di negara Thailand yakni sebesar $6,442,966 dan rata-rata impor terkecil terdapat di negara Pakistan sebesar $47,487. Hasil pengolahan data disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Perbedaan statistik perdagangan komoditi plywood negara berkembang

Partner Trade Rata-rata

Ekspor Impor Bangladesh $76,067 $167,952 Filipina $828,675 $1,150,676 India $2,601,829 $1,837,177 Malaysia $6,462,050 $2,611,371 Pakistan $34,322 $47,487 Srilanka $415,820 $1,793,825 Thailand $6,337,298 $6,442,966 Vietnam $1,569,964 $292,577

Pada komoditi Pulp, Filipina, Malaysia, Thailand dan Vietnam ialah negara berkembang yang memiliki catatan data impor lebih kecil dari catatan data ekspor Indonesia sebesar $1,318,625; $1,715,624; $3,807,452; dan $4,978,077. Adapun negara Bangladesh, India, dan Srilanka memiliki catatan data impor lebih besar dari catatan data ekspor Indonesia sebesar $2,455,182; $27,684,831; dan $299,063. Rata-rata impor terbesar terdapat di negara India yakni sebesar $27,684,831 dan rata-rata terkecil terdapat di negara Srilanka sebesar $299,063. Hasil data selengkapnya disajikan pada Tabel 2.

(31)

18

Tabel 2 Perbedaan statistik perdagangan komoditi pulp negara berkembang

Partner Trade Rata-rata

Ekspor Impor Bangladesh $2,453,898 $2,455,182 Filipina $6,644,082 $1,318,625 India $25,328,639 $27,684,831 Malaysia $2,425,687 $1,715,624 Pakistan $878,081 - Srilanka $90,940 $299,063 Thailand $4,462,840 $3,807,452 Vietnam $10,734,040 $4,978,077

Negara berkembang yang memiliki catatan data impor lebih kecil dari catatan ekspor Indonesia pada komoditi batubara (coal) ialah hanya negara Srilanka sebesar $1,282,421. Untuk ketujuh negara lainnya, yaitu: Bangladesh, Filipina, India, Malaysia, Pakistan, Thailand dan Vietnam memiliki catatan impor yang lebih besar dari catatan ekspor Indonesia. Rata-rata impor terbesar terdapat di negara India yakni $339,815,594 dan rata-rata impor terkecil terdapat di negara Srilanka sebesar $1,282,421. Hasil pengolahan data disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Perbedaan statistik perdagangan komoditi batubara (coal) negara

berkembang

Partner Trade Rata-rata

Ekspor Impor Bangladesh $2,408,666 $3,841,378 Filipina $126,815,428 $132,825,627 India $210,980,980 $339,815,594 Malaysia $111,843,188 $150,324,158 Pakistan $65,477,863 $128,347,655 Srilanka $2,999,986 $1,282,421 Thailand $104,210,667 $158,646,289 Vietnam $14,377,361 $18,586,413

4.2. Perbedaan Statistik Perdagangan Negara Maju

Pada komoditi plywood, semua negara maju memiliki catatan impor yang lebih besar daripada catatan ekspor Indonesia. Negara Jepang memiliki rata-rata impor tertinggi sebesar $1,062,165,852 dan Italy memiliki rata-rata impor terendah dibandingkan negara lainnya sebesar $8,356,139. Hasil pengolahan data selengkapnya disajikan pada Tabel 4.

(32)

19

Tabel 4 Perbedaan statistik perdagangan komoditi plywood negara maju

Partner Trade Rata-rata

Ekspor Impor Australia $16,349,334 $18,592,858 Canada $7,576,813 $19,459,599 China $184,958,586 $272,037,289 Francis $12,457,647 $26,605,399 Germany $37,675,734 $56,047,657 Italy $7,027,160 $8,356,139 Jepang $903,105,278 $1,062,165,852 USA $244,927,451 $306,008,626

Pada komoditi pulp, negara Italy dan USA yang memiliki catatan impor yang lebih kecil dari catatan ekspor Indonesia, yaitu sebesar $36,897,771 dan $7,831,385. Namun kelima negara maju lainnya, yakni Australia, China, Francis, Germany dan Jepang memiliki catatan impor yang lebih besar dari catatan ekspor Indonesia. Negara China memiliki rata-rata impor terbesar yakni $351,468,359 dan negara USA memiliki rata-rata impor terkecil yakni $7,831,385. Hasil data selengkapnya disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Perbedaan statistik perdagangan komoditi pulp negara maju

Partner Trade Rata-rata

Ekspor Impor Australia $8,573,975 $10,204,291 China $279,824,932 $351,468,359 Francis $14,379,660 $27,075,749 Germany $5,078,619 $13,019,256 Italy $37,505,078 $36,897,771 Jepang $41,623,968 $48,700,436 USA $8,035,338 $7,831,385

Negara maju yang memiliki catatan data impor lebih kecil dari catatan ekspor Indonesia pada komoditi batubara (coal) hanya negara China sebesar $280,459,219. Untuk keenam negara lainnya, yaitu Australia, Francis, Germany, Italy, Jepang dan USA memiliki catatan impor yang lebih besar dari catatan ekspor Indonesia. Negara Jepang memiliki rata-rata impor terbesar sebesar $763,780,962 dan negara Australia memiliki rata-rata impor terkecil sebesar $2,579,054. Hasil data selengkapnya disajikan pada Tabel 6.

(33)

20

Tabel 6 Perbedaan statistik perdagangan komoditi batubara (coal) negara maju

Partner Trade Rata-rata

Ekspor Impor Australia $439,753 $2,579,054 China $327,906,310 $280,459,219 Francis $8,466,238 $16,449,152 Germany $5,260,162 $25,166,829 Italy $145,799,650 $292,261,534 Jepang $621,742,031 $763,780,962 USA $56,795,470 $72,692,700

4.3. Hasil t-Paired Test Negara Berkembang

Hasil pengolahan menggunakan t-paired test pada Microsoft excel dapat diperoleh bahwa pada komoditi plywood dan pulp, catatan ekspor Indonesia dengan catatan impor negara mitra dagang di negara berkembang memiliki catatan yang sama dan ada pula catatan yang beda. Namun untuk komoditi batubara (coal), catatan ekspor Indonesia dengan impor negara mitra dagang cenderung berbeda. Hasil pengolahan selengkapnya disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil t-paired test masing-masing komoditi per partner beberapa negara

berkembang

No Partner Hasil t-Paired Test

Plywood Pulp Coal

1 Bangladesh Sama Sama Sama

2 Filipina Sama Beda Sama

3 India Beda Sama Beda

4 Malaysia Beda Sama Beda

5 Pakistan Sama - Beda

6 Srilanka Beda Sama Beda

7 Thailand Sama Beda Beda

8 Vietnam Beda Beda Beda

Untuk komoditi plywood, ada empat negara mitra dagang yang catatan impornya berbeda dengan catatan ekspor Indonesia. Negara tersebut antara lain India, Malaysia, Srilanka dan Vietnam. Empat negara lainnya, yakni Bangladesh, Filipina, Pakistan dan Thailand memiliki catatan impor yang sama dengan Indonesia.

(34)

21

Negara berkembang yang memiliki data perdagangan berbeda dengan Indonesia untuk komoditi Pulp adalah Filipina, Thailand, dan Vietnam. Adapun empat negara lainnya, yakni Bangladesh, India, Malaysia dan Srilanka memiliki data perdagangan yang sama dengan Indonesia. Namun, data perdagangan antara Indonesia dengan Pakistan tidak dilakukan t-paired test karena tidak ada catatan impor dari negara Pakistan.

Lain halnya dengan dua komoditi kehutanan tersebut, untuk komoditi Batubara hanya dua negara mitra dagang yang memiliki data perdagangan sama dengan Indonesia, yakni Bangladesh dan Filipina. Keenam negara mitra dagang lainnya memiliki data perdagangan yang berbeda dengan Indonesia.

4.4. Hasil t-Paired Test Negara Maju

Berdasarkan metode pengolahan data yang sama diperoleh bahwa hasil t-paired test untuk negara maju sedikit berbeda. Hasil ini disebabkan oleh data perdagangan Indonesia dengan negara mitra dagang pada komoditi plywood cenderung berbeda. Namun untuk komoditi pulp dan batubara, data perdagangan Indonesia dengan negara mitra dagang memiliki catatan yang sama dan ada pula yang berbeda. Hasil pengolahan data disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil t-paired test masing-masing komoditi per partner beberapa negara maju

No Partner Hasil t-Paired Test

Plywood Pulp Coal

1 Australia Beda Sama Sama

2 Canada Beda - -

3 China Beda Beda Sama

4 Francis Beda Beda Beda

5 Germany Beda Beda Beda

6 Italy Sama Sama Beda

7 Jepang Beda Sama Sama

8 USA Beda Sama Beda

Pada plywood, Italy memiliki data perdagangan sama dengan Indonesia karena catatan antara impor Italy dengan ekspor Indonesia tidak melebihi perbedaan 10%. Sedangkan ketujuh negara, yakni Australia, Canada, China, Francis, Germany, Jepang dan USA memiliki data perdagangan yang beda dengan Indonesia.

(35)

22

Negara maju yang memiliki catatan impor berbeda dengan Indonesia untuk komoditi pulp adalah China, Francis, Germany. Adapun empat negara yakni Australia, Italy, Jepang dan USA memiliki catatan yang sama dengan Indonesia. Namun, data perdagangan antara Indonesia dengan Canada tidak dilakukan t-paired test karena tidak ada catatan impor dari negara Canada.

Lain halnya dengan dua komoditi tersebut, untuk komoditi Batubara terdapat tiga negara mitra dagang yang memiliki data perdagangan sama dengan Indonesia, yakni Australia, China, dan Jepang. Keempat negara lainnya, yaitu Francis, Germany, Italy dan USA memiliki catatan yang berbeda dengan Indonesia. Hal ini berarti perbedaan catatan negara mitra dagang tersebut melebihi 10%.

Ekspor-impor antara Indonesia dengan negara mitra dagang baik itu negara berkembang maupun negara maju pada komoditi kehutanan dan non kehutanan terdapat catatan yang sama atau tidak melebihi 10% dan ada pula yang beda atau melebihi 10%. Selain itu, jika dilihat catatan ekspor Indonesia dengan impor negara mitra dagang per komoditi dalam jangka waktu 20 tahun, maka tidak semua data perdagangan (trade value) tercatat secara lengkap. Ada yang melaporkan hanya 10 tahun, 15 tahun atau bahkan ada yang sama sekali tidak melaporkan data ekspor atau impornya.

Pada komoditi plywood dan pulp di negara berkembang terdapat masing-masing empat negara mitra dagang yang data impornya sama dengan data ekspor Indonesia. Namun, untuk komoditi pertambangan terdapat enam dari delapan negara mitra, kecuali negara Bangladesh dan Filipina, yang memberikan data impor berbeda dengan data ekspor Indonesia. Di sektor kehutanan, data ekspor Indonesia tercatat lebih besar daripada data impor negara berkembang. Namun sebaliknya, ekspor Indonesia tercatat lebih kecil daripada nilai impor negara maju. Di sektor non kehutanan (pertambangan), data ekspor Indonesia tercatat lebih kecil daripada data impor negara berkembang dan negara maju.

Perbedaan data ekspor-impor dapat disebabkan oleh faktor-faktor antara lain waktu, biaya pengapalan dan asuransi, klasifikasi barang yang diartikan sebagai ketika transaksi dilaporkan oleh kedua belah pihak sama nilainya, tetapi kadang-kadang barang diklasifikasikan berbeda antara klasifikasi eksportir dan importir., kegiatan re-ekspor, atau faktor lain yang dinilai negatif seperti partner country

(36)

23

attribution dan perlakuan dari proses perdagangan yaitu asal dari impor untuk

country of origin dan ekspor untuk negara tujuan sering menjelaskan perbedaan yang signifikan ketika barang pindah dari country of origin ke negara tujuan melalui lokasi ketiga dalam statistik perdagangan internasional; miss invoicing

yaitu nilai suatu barang dapat menjadi lebih tinggi atau lebih rendah daripada nilai sesungguhnya, transfer pricing yaitu melakukan miss invoice yang ada hubungannya dengan rekanan usaha di negara lain, serta smuggling

(penyelundupan) yaitu transaksi tidak dicatat sama sekali sehingga nilainya nol (Ferrantino dan Zhi, 2007). Dari faktor tersebut, maka faktor yang dinilai negatif berpotensi menimbulkan perbedaan data ekspor dan impor lebih besar dibanding faktor-faktor lainnya. Selain faktor-faktor tersebut, perbedaan data ekspor-impor dapat disebabkan oleh variasi sistem pengumpulan dan pelaporan data yang diterapkan lembaga bea di negara berkembang yang masih menggunakan dokumen ekspor dan impor yang harus diisi secara manual, sehingga jenis informasi yang dikumpulkan tidak selalu sama. Namun di negara maju, sistem ini sudah menggunakan teknologi canggih, yaitu pencatatan semua transaksi ekspor dan impor dicatat dan dilacak dengan jaringan elektronik.

Secara umum kegiatan ekspor-impor di negara berkembang didasari oleh basis perekonomian dan perdagangan international sesuai dengan sumber daya yang tersedia, sistem perekonomian, lembaga-lembaga sosial, serta kapasitas pertumbuhan dan pembangunannya. Selain itu, dilihat dari posisi perdagangan, negara-negara berkembang masih bergantung pada hasil penjualan produknya ke negara-negara maju, sehingga peranan mereka dalam perdagangan dunia masih kurang. Oleh karena itulah, negara-negara berkembang berupaya lebih banyak berperan serta dalam sistem perdagangan internasional dan berusaha memperkuat kapasitas mereka untuk berpartisipasi guna pertumbuhan ekonomi di masa depan. 4.5. Implikasi Perbedaan Data Statistik

Telapak/EIA dalam Santi (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi nilai korupsi akan berjalan searah dengan semakin tingginya discrepancy statistic.Hal tersebut mencerminkan bahwa negara yang level korupsinya tinggi merupakan negara yang memiliki sistem yang lemah dengan penegakan hukum rendah. Berdasarkan hal tersebut, maka eksportir mempunyai kecenderungan untuk

(37)

24

melakukan kegitan illegal, jika dia merasa aman untuk melakukannya. Indonesia dapat dikatakan sebagai negara yang memiliki level korupsi yang tinggi dengan penegakan hukum rendah. Dalam kehidupan perekonomian di negara berkembang, penegakan hukum yang rendah telah menciptakan suatu kelompok bisnis-politis yang dapat bertahan hanya karena para anggotanya mendapat lisensi khusus dan hak-hak istimewa. Perbedaan data statistik ini dapat menimbulkan kerugian bagi Indonesia seperti berkurangnya devisa negara dan hilangnya pajak, dimana keduanya merupakan sumber pendapatan negara. Selain itu, perbedaan data ekspor-impor ini bisa jadi mengindikasikan bahwa ada yang tidak beres dalam tata perekonomian Indonesia.

4.6. Upaya untuk Mengurangi Perbedaan Data Statistik.

Upaya untuk mengurangi perbedaan data statistik dapat dilakukan dengan cara menerapkan prinsip penting pemerintahan baik (good governance) yakni akuntabilitas dan transparansi. Prinsip ini diartikan sebagai pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus disertai pertanggungjawaban sehingga tersedianya informasi yang memadai kepada masyarakat terhadap proses tersebut, serta didukung dengan hukum dan kebijakan politik transparan dan adil. Begitu pula pelaksanaan birokrasi seperti mengurus administrasi ekspor-impor, yang harus dibenahi dengan cara melakukan transformasi diri dari birokrasi yang kinerjanya kaku (rigid) menjadi organisasi birokrasi yang strukturnya lebih desentralistis, inovatif, fleksibel, dan responsif.

Upaya lainnya dapat dilakukan dengan menerapkan pencatatan data ekspor-impor secara online di negara eksportir dan ekspor-importir sehingga keseluruhan sistem terkoneksi. Dari upaya tersebut, negara eksportir dan importir dapat melaporkan data ekspor-impor secara detail dan akurat. Pihak-pihak seperti BPS, departemen perdagangan, perpajakan, bea dan cukai, perbankan maupun pihak organisasi international PBB perlu melakukan kerjasama yang baik. Selain itu juga, pemerintahan Indonesia perlu memperbaiki tata perekonomian dan menjalankan sistem pengawasan terhadap kegiatan keluar-masuk barang ekspor-impor dari negara-negara mitra dagang, serta perlu menerapkan sistem yang baku dalam pencatatan data ekspor maupun impor sehingga tidak mudah mengalami perubahan.

(38)

25

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

1. Untuk komoditi plywood, Indonesia memiliki catatan ekspor yang sama dan ada pula catatan yang berbeda lebih besar dengan catatan impor negara berkembang. Namun, Indonesia memiliki catatan ekspor yang cenderung berbeda lebih kecil dengan catatan impor negara maju.

2. Untuk komoditi pulp, Indonesia mempunyai catatan ekspor yang sama dan ada pula yang berbeda lebih besar dengan catatan impor negara berkembang. Sebaliknya, Indonesia mempunyai catatan ekspor yang sama dan ada pula yang berbeda lebih kecil dengan catatan impor negara maju.

3. Pada komoditi batubara, Indonesia memiliki catatan ekspor cenderung berbeda lebih kecil dengan catatan impor negara berkembang. Akan tetapi, Indonesia memiliki catatan ekspor yang sama dan ada pula yang berbeda lebih kecil dengan catatan impor negara maju.

4. Terdapat perbedaan catatan ekspor beberapa komoditi Indonesia dengan catatan impor negara berkembang dan negara maju.

5.2. Saran

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai studi data ekspor-impor untuk komoditi kehutanan dan non kehutanan lainnya dengan negara yang berbeda sehingga didapat gambaran yang lebih luas mengenai perbedaan data ekspor-impor.

2. Untuk memberikan data ekspor dan impor yang lebih akurat, instansi terkait, antara lain: Departemen Perdagangan, Bea dan Cukai, BPS, Perpajakan dan Perbankan perlu saling bekerjasama misalnya dengan menerapkan pencatatan data ekspor-impor secara online sehingga keseluruhan sistem terkoneksi.

(39)

26

DAFTAR PUSTAKA

Amir. 1984. Seluk-beluk dan Teknik Perdagangan Luar Negeri : Suatu Penuntun Impor dan Ekspor. Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo

[Anonim]. 2005. Discrepancies In Bilateral Trade Statistics : The Case of Hongkong And Singapore. Singapore: Department of Statistics

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 1994. Ensiklopedi Kehutanan Bagian I. Departemen Kehutanan Jakarta. 90 p

[BPS] Biro Pusat Statistik. 2009. Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia. Jakarta: Berita Resmi Statistik No. 19/04/Th. 2 XII

[FAO] Food Agriculture Organization. 1982. Classification and Definition of Forest Product. Rome. Italy. 246 p

[FAO] Food Agriculture Organization. 2009. Database FAOSTAT. Website: www.FAOSTAT/FAO.ORG. Diakses tanggal 1 Juli 2009 dalam Dwiprabowo. Analisis Daya Saing Ekspor Panel-panel Kayu Indonesia dan Malaysia. Bogor : Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan

Ferrantino MJ, and Zhi W. 2007. Accounting For Discrepancies In Bilateral Trade: The Case Of China, Hongkong, And The United States. Office of Economics Working Paper. US international trade commission.

Heady Fl. 1995. Public Administration : A Comparative Perspective. 5th, ed. New York: Marcel Dekker.

Hutabarat MP, dan Setiastuti, S. Analisis Discrepancy Statistik Sebagai Proxy Perdagangan Illegal Pada Ekspor Rotan di Indonesia Tahun 1998-2006. Parallel Session IB : Trade I (Policy). 12 September 2007.

[International Trade Center UNCTAD/GATT]. 1987. Market Study : Wood-Based Panel. A Study of Major ITC (International Trade Center). Geneva 380 p Kartasasmita G. 1997. Adminisrasi Pembangunan : Perkembangan Pemikiran dan

Praktiknya di Indonesia. Jakarta : Pustaka LP3ES.

Kurniawan D, 1998. Uji T-berpasangan dalam Development Core Team. A language and environment for statistical computing. R Foundation for Statistical Computing,Vienna, Austria.

Kurniawan T. 2007. Pergeseran Paradigma Administrasi Publik: Dari Perilaku Model Klasik dan NPM ke Good Governace. Jurnal Ilmu Administrasi Negara. Vol 7, hal 52-70.

(40)

27

Liu Y, Kemper MM dan Magrath, P. 2008. China’s Global Trade Balance

Discrepancy : Hongkong Entrepot Effect and Roundtripping. George Town Economic Services, LLC.

Miranti E. 2008. Prospek Industri Batubara di Indonesia. Jakarta: Economic Review No.214

Ningrum W P A. 2006. Analisis Permintaan Ekspor Pulp dan Kertas Indonesia [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Panglaykim J. 1983. Perusahaan Multinasional dalam Bisnis Internasional. Jakarta: Yayasan Proklamasi Centre for Strategic and International Studies. Riggs F W. 1964. Administration in Developing Countries: The Theory of

Prismatic Society. Boston: Houghton Mifflin Company.

Setiastuti S. 2007. Analisis Discrepancy Statistik Sebagai Proxy Perdagangan Ilegal Rotan di Indonesia Tahun 1998-2006 [disertasi]. Jakarta : Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

Sukandarrumidi. 2006. Batubara dan Pemanfaatannya : Pengantar Teknologi Batubara Menuju Lingkungan Bersih. Yogyakarta : UGM Press

Todaro P M. 1985. Ilmu Ekonomi Bagi Negara Sedang Berkembang: Suatu Pengantar Mengenai Dasar-dasar, Masalah-masalah dan Kebijaksanaan Dalam Pembangunan. Buku II. Jakarta : Akademika Pressindo.

__________. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga jilid 2. Jakarta : Erlangga

Vincent J R. 2004. Detecting Illegal Trade Practices by Analyzing Discrepancies in Forest Product trade Statistics : An Application to Europe. With a Focus On Romania. World Bank Policy Research Working Paper 3261. http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=610302 [26 Juni 2010] Wallis M. 1989. Bureaucracy: Its Role in Third World Development. London:

Macmillan.

Widjaja G dan Yani A, 2001. Seri Hukum Bisnis Transaksi Bisnis Internasional. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Wiranta S. 2001. Kinerja Ekspor Barang Industri Berbasiskan Sumber Daya Alam. Pusat penelitian dan pengembangan ekonomi dan pembangunan (PEP-LIPI). Jakarta.

World Coal Institute. 2005. Sumber Daya Batu Bara: Tinjauan Lengkap Mengenai Batu Bara.

(41)

28

(42)

29

Lampiran 1. Data ekspor-impor Indonesia- Bangladesh 1a. Plywood, veneered panels and similar laminated wood

Period Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value

1989 Export Indonesia Bangladesh 4412

1990 Export Indonesia Bangladesh 4412

1991 Export Indonesia Bangladesh 4412

1992 Export Indonesia Bangladesh 4412

1993 Export Indonesia Bangladesh 4412

1994 Export Indonesia Bangladesh 4412 $213,832

1995 Export Indonesia Bangladesh 4412

1996 Export Indonesia Bangladesh 4412 $10,200 1997 Export Indonesia Bangladesh 4412 $52,432 1998 Export Indonesia Bangladesh 4412 $198,126 1999 Export Indonesia Bangladesh 4412 $167,266 2000 Export Indonesia Bangladesh 4412 $11,373 2001 Export Indonesia Bangladesh 4412 $12,939 2002 Export Indonesia Bangladesh 4412 $95,116 2003 Export Indonesia Bangladesh 4412 $136,764 2004 Export Indonesia Bangladesh 4412 $25,404 2005 Export Indonesia Bangladesh 4412 $52,744 2006 Export Indonesia Bangladesh 4412

2007 Export Indonesia Bangladesh 4412

2008 Export Indonesia Bangladesh 4412 $30,700

Period Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value

1989 Import Bangladesh Indonesia 4412

1990 Import Bangladesh Indonesia 4412

1991 Import Bangladesh Indonesia 4412

1992 Import Bangladesh Indonesia 4412

1993 Import Bangladesh Indonesia 4412

1994 Import Bangladesh Indonesia 4412

1995 Import Bangladesh Indonesia 4412

1996 Import Bangladesh Indonesia 4412

1997 Import Bangladesh Indonesia 4412

1998 Import Bangladesh Indonesia 4412 $464,156 1999 Import Bangladesh Indonesia 4412

2000 Import Bangladesh Indonesia 4412 $342,986 2001 Import Bangladesh Indonesia 4412 $17,325 2002 Import Bangladesh Indonesia 4412 $100,337 2003 Import Bangladesh Indonesia 4412 $141,403 2004 Import Bangladesh Indonesia 4412 $57,859 2005 Import Bangladesh Indonesia 4412 $51,598 2006 Import Bangladesh Indonesia 4412 $2,620 2007 Import Bangladesh Indonesia 4412

(43)

30

1b. Chemical wood pulp, soda/sulphate, non-conifer, bleached

Period Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value

1989 Export Indonesia Bangladesh

1990 Export Indonesia Bangladesh

1991 Export Indonesia Bangladesh 470329 $534,024 1992 Export Indonesia Bangladesh 470329 $141,152 1993 Export Indonesia Bangladesh 470329 $259,199 1994 Export Indonesia Bangladesh 470329 $172,869 1995 Export Indonesia Bangladesh 470329 $294,419 1996 Export Indonesia Bangladesh 470329 $312,300 1997 Export Indonesia Bangladesh 470329 $2,854,466 1998 Export Indonesia Bangladesh 470329 $1,085,790 1999 Export Indonesia Bangladesh 470329 $796,446 2000 Export Indonesia Bangladesh 470329 $704,028 2001 Export Indonesia Bangladesh 470329 $785,096 2002 Export Indonesia Bangladesh 470329 $1,839,502 2003 Export Indonesia Bangladesh 470329 $3,255,682 2004 Export Indonesia Bangladesh 470329 $1,810,452 2005 Export Indonesia Bangladesh 470329 $2,164,131 2006 Export Indonesia Bangladesh 470329 $8,918,233 2007 Export Indonesia Bangladesh 470329 $8,340,286 2008 Export Indonesia Bangladesh 470329 $17,611,280 2009 Export Indonesia Bangladesh 470329 $15,237,619

Period Trade Flow Reporter Partner Code Trade Value

1989 Import Bangladesh Indonesia 470329

1990 Import Bangladesh Indonesia 470329 $198,406 1991 Import Bangladesh Indonesia 470329 $445,914 1992 Import Bangladesh Indonesia 470329 $148,917 1993 Import Bangladesh Indonesia 470329 $1,245,299

1994 Import Bangladesh Indonesia 470329

1995 Import Bangladesh Indonesia 470329 $428,886

1996 Import Bangladesh Indonesia 470329

1997 Import Bangladesh Indonesia 470329 $259,297

1998 Import Bangladesh Indonesia 470329

1999 Import Bangladesh Indonesia 470329

2000 Import Bangladesh Indonesia 470329 $358,534 2001 Import Bangladesh Indonesia 470329 $1,154,200 2002 Import Bangladesh Indonesia 470329 $1,428,168 2003 Import Bangladesh Indonesia 470329 $2,380,313 2004 Import Bangladesh Indonesia 470329 $3,996,757 2005 Import Bangladesh Indonesia 470329 $4,202,863 2006 Import Bangladesh Indonesia 470329 $7,431,525 2007 Import Bangladesh Indonesia 470329 $8,436,690

Gambar

Gambar 1. Prosedur ekspor.
Gambar 2. Prosedur impor.
Gambar 4. T-test paired two sample for means pada toolbal excel
Tabel 2  Perbedaan statistik perdagangan komoditi pulp negara berkembang
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistem kerjasama dan bagi hasil pada usahatani padi sawah dan menganalisis pendapatan petani penggarap di Desa Muara

Dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa keanekaragaman produk memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap keputusan pembelian konsumen di Toserba Maya hal

Salah satu analisis fundamental yang dapat digunakan untuk menilai kewajaran harga saham adalah dengan menggunakan pendekatan Devidend Yield, Price Earning Ratio dan Tingkat

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah- Daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah

[r]

ƒ Investasi dalam pengendalian bersama entitas dan entitas asosiasi yang dicatat sesuai dengan PSAK 55 dalam laporan keuangan konsolidasian dicatat dengan cara yang sama dalam

Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga

Meskipun penelitian ini telah dapat memberikan informasi seberapa besar tingkat kebisingan lingkungan suatu daerah namun ada beberapa hal yang masih menjadi kelemahan, antara lain