• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Bimas lntensifikasi Tebu Rakyat (TR1) adalah salah satu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Program Bimas lntensifikasi Tebu Rakyat (TR1) adalah salah satu"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Program Bimas lntensifikasi Tebu Rakyat (TR1) adalah salah satu

program nasional yang dilaksanakan berdasarkan lnpres Nomor 9 Tahun 1975, dan merupakan suatu program inovasi untuk menerapkan teknologi dengan tujuan meningkatkan dan memantapkan produksi gula sekaligus meningkatkan kesejahteraan para petani melalui peningkatan pendapatan.

Kebutuhan Gula Nasional meningkat terus dan hal ini dapat dilihat dari

tingkat konsumsi pada tabel 1 .

Tabel 1 : Tingkat Swasembada Gula 1994 sid 1996

Uraian 1994 1995 1996

I. Stok awal tahun 1388,80 1036,90 486,40

2. Produksi 2460,90 2104.60 2100,50

3.1mpor 128,40 688,80 975,80

4. Jumlah Tersedia 3978,10 3829,50 3562.70

5. Stok akhir tahun 1036.90 486,40 492,80

6. Konsumsi 2941.20 3343, I0 3069.90

7. Tingkat Swasembada Gula (%)

(2 : 6) 83.67 62.95 68.42

(2)

Pelaksanaan TRJ dilempuh melalui peningkalan mulu inlensi fikasi

(penerapan leknologi anjuran) dengan sistem Bimas, dan lelah

dikembangkan sejak MIT. 197511976 sampal sekarang. Dalam

penyelenggaraan TRJ ini lerdapal 2 unsur pelaku utama yaitu pelani yang

terhimpun dalam suatu kelompok tani dan pabrik gula. Pelani dan

kelompok tani berfungsi sebagai penanam tebu untuk bahan baku pabrik gula dan pabrik gula s ebagai pimpinan kerja para petani, sumber teknologi, pembimbing teknis dan pengolah tebu hasil TRl.

Untuk dapat melaksanakan fungsinya kedua unsur pelaku utama

tersebut perlu mendapat dukungan dari unsur pelayanan (KUD) dan Bank pemberi kredit serta dorongan dari unsur pengaturan dan pembinaan.

Inpres NO.9 tahun 1975 mengarahkan Program TRl melalui Sistem Bimas

secara bertahap. Sebagai implementasinya setiap tahun diterbilkan

Keputusan Menteri Pertanianl Ketua Badan Pengendali Bimas berikul

penjabarannya dalam bentuk Petunjuk Teknis, Pedoman Pembinaan

maupun Surat Edaran dari unsur terkait yang merupakan serangkaian kebijaksanaan yang dari tahun ke tahun mengalami penyempurnaan. walaupun secara umul11 pelaksanaannya belum berhasil sesuai rujuan dan sasaran program. Banyaknya kendala-kendalaJmasalah dalam pelaksanaan di lapangan antara lain disebabkan oleh faktor teknis yaitu sarana produksi

(3)

yang belum dapat menjamin peningkatan produktivitas dan masalah non

teknis berupa pengaturan kebijaksanaan yang belum mendukung

ke-tepatan pelaksanaan kegiatan dilapangan.

Pengembangan tebu dilapangan melalui Proram TRJ secara umum

terbagi dalam 2 kelompok yaitu :

- Pengembangan TRJ dengan Kredit yang biasa disebut dengan TRJK

- Pengembangan TRJ tanpa melalui kredit yang biasa disebut dengan

TRIN atau TRJ Non kredit. Perkembangan luas TRJ tahun 1992-1996

terlihat pada tabel 2

Tabel 2 : Perkembangan TRIN 5 tahun terakhir

Tahun 1992 1993 1994 1995 1996 TRlS K TRlT K TRIN 40.118 51.690 90.626 84.344 51.919 85.824 65.444 54.715 76.496 69.743 60.613

Sumber : P3Gl ,dio1ah di Sekretariat DGI , 1997

Pelaksanan pertanaman tebu dilapangan untuk tiap-tiap pabrik gula telah

diatur wilayah kerja dan binaan nya masing-masing yang disesuaikan

dengan kapasitas pabriknya dengan hari giling yaitu maksimun 180 hari.

(4)

pabrik lainnya dalam hal penyedian bahan baku.

Waktu dan jumlah tebangan harus disesuaikan dengan kapasitas pabrik diatur sedemikian rupa agar pada waktu ditebang berada dalam keadaan rendemen optimal (matang dan siap untuk langsung diolah dipabrik gula), karena apabila setelah ditebang melebihi 36 jam (tergantung kondisi Lingkungan) dan belum diolah maka akan menurunkan mutulrendemen gula

dari tebu tersebut .

Tabel 3 : Hasil Kumulatif Giling Pabrik Gula Tahun 1994 - 1996

---~---

---Tahun Luas Tanam- Hasil Tebu Hasil Hablur

Rende-Giling an yang di-

----

--- --- men

giling (ha) Jumlah perha Jumlah PerHa (%)

OOO'ton (ton) OOO'ton (ton)

---._---1994 Rencana 443.400 33.696 76,00 2.641 5,96 7,84 Realisasi 428.010 30.504 71,30 2.452 5,73 8,04 1995 Rencana 463.000 35.318 76.30 2.807 6.06 7.95 Realisasi 418.380 29.967 71,60 2.092 5.00 6.98 1996 Rencana 479.218 35.318 73.70 2.807 5.86 7.95 Realisasi 403.267 28.604 70.90 2.094 5.19 7.32

(5)

Dari tabel 3 diatas terlihat bahwa rencana areal dan produksi selalu meningkat sedangkan realisasi terus menurun terutama terlihat dari data luas dan produksi. Untuk siap diolah dalam keadaan MBS maka peranan manajemen/pengaturan penebangan, dan angkutan tebu cukup penting agar keadaan tersebut diatas yaitu tebu yang telah ditebang dapat tiba dipabrik tepat waktu dan tepat jumlah sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan demikian pula agar tebu yang diangkut tersebut dapat tiba ketujuannya. Angkutan tebu dari lapangan kepabrik gula biayanya menjadi tanggungan petani dan umumnya mengguna kan truk dengan sistem antara lain:

- Disediakan/dilakukan oleh pabrik gula melalui kontraktor. - Disediakan/ dilakukan oleh petani/ kelompok tani.

- Disediakan oleh/ dilakukan oleh Koperasi

Pengaturan wilayah kerja dan lain-lain yang berhubungan dengan jadwal

tebang dan angkutan Tebu-tebu TRI diatur dalam Keputusan Menteri

Pertanian/Badan Pengendali Bimas dan Keputusan Direktur Jenderal

Perkebunan.

Masalah yang sering dijumpai di lapangan berkaitan dengan hal tersebut diatas yaitu masih dijumpai adanya gangguan dalam pelaksanaan giling yang disebabkan karena :

(6)

a. Walaupun jadwal tebang dan pengangkutan tebu telah diatur

sedemikan rupa, tetapi masih ada! masih banyak gangguan jadwal

tebang yang tidak sesuai dan sering terjadi perpindahan wilayah bahal1

baku tebu yaitu berpindah antar wilayah pabrik gula, antar kabupaten,

antar propinsi dalam proses pengangkutan (tebu tidak sampai ketujual1). Tebu yang seperti ini secara umum diistilahkan tebu berpindah.

b. Berdasarkan hal tersebut akibatnya dapat menyebab kan jumlah bahan baku tebu yang tiba di pabrik tujuan awal akan berkurang dan sehingga kapasitas pabrik tidak sesuai dengan bahan baku yang tersedia. Secara fisik terjadi kerugian dari sudut ekonomi dan non fisik yaitu tebu yang dibinanya dinikmati oleh pabrik lain.

c. Untuk menutup kekurangan kapasitas pabrik dari adanya tebu

berpindah/lari maka pabrik yang bersangkutan melakukan hal yang sama

yaitu mengarnbil bahan baku dari wilayah lainnya, tetapi tentunya

dengan resiko tambahan biaya angkut dan mungkin juga tambahan harga tebunya sendiri. Dari informasi yang diperoleh jumlah tebu berpil1dah yang terjadi di propinsi Jawa Timur adalah berkisar kural1g lebih 11.5 juta kwintal dan khusus untuk kabupatel1 Malal1g berkisar 3 - 4 juta kwil1tal pada waktu tanam tahun 1996/1997. Biaya al1gkut untuk I

(7)

berpindah sekitar Rp.1.000,- /kwintal. (Kanwil Deptan Jatim pada Pertemuan KonsuJtasi TRJ Nasional 29 .luli 1990 di Solo).

d. Rendahnya produktivitas tebu TRJ per ha saat ini yang dapat dilihat

pad a Tabel 4.

Tabel 4: Tingkat Produktivitas tebu tahun 1995 - 1997.

Tahun 1995 1996 1997

*

Rencana 85, J9 tonlha 86,02 tonlha 86,00 tonlha Realisasi 73,38 ton/ha 72,12 tonlha 68,27 tonlha %tase 86,1 83,4 79,4 Keterangan :

*

Perkiraan

e. Adanya indikasi dimana kinerjalkondisi pabrik-pabrik gula yang ada

tidak sama baik dalam kapasitas olah maupun dalam kemampuan

olah terutama dalam menentukan rendemen gula yang dihasilkan.

B. RUMUSAN MASALAH

Walaupun wilayah kerja dari tiap-tiap pabrik gula telah diatur

demikian pula jadwa1 tebang dan pengangkutan bahan baku tebu ke

lllasing-masing Pabrik Gula yang disesuaikan dengan keadaan tebu dilapangan dan

kapasilas olah pabrik gula, tetapi kenyataannya dalalll pelaksanaan

(8)

kematangannya tidak terjamin. Sehubungan dengan kondisi diatas maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut :

I. Bagaimana fungsi sistem kelembagaan pengaturan jadwal tebang dan

pengangkutan tebu dari petani ke pabrik gula.

2. Apa faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya tebu berpindah

dari satu wilayah PG ke wilayah PG lainnya terutama pada proses

pengangkutan.

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan perumusan masalah tersebut diatas maka penelitian yang akan dilakukan bertujuan antara lain:

1. Menganalisa tentang faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya

tebu berpindah dari satu wilayah PG ke wilayah PG lainnya terutama pada proses pengangkutan.

2. Menganalisa sistem kelembagaan terutama pengaturan jadwal tebang

dan pengangkutan bahan baku tebu ke pabrik gula terhadap peraturan/

ketentuan yang ada saat ini.

3. Memberikan altematifsolusi yang dapat menghindarkan atau mengurangi

terjadinya perpindahan tebu dari satu wilayah pabrik gllia kewilayah

lainnya pada proses pengangklltan utamanya di Kabllpalel1 Malal1g

(9)

D. MANFAAT PENELITIAN

I. Pengembangan ilmu

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan/studi dalam bidang penyusunan aturan kelembagaan khususnya pada rayonisasi kegiatan pengangkutan tebu untuk masa yang akan datang dan diharapkan secara langsung dapat memberikan alternatif pemikiran yang lebih baik .

Gambar

Tabel 1 : Tingkat Swasembada Gula 1994 sid 1996
Tabel 2 : Perkembangan TRIN 5 tahun terakhir
Tabel 3 : Hasil Kumulatif Giling Pabrik Gula Tahun 1994 - 1996
Tabel 4: Tingkat Produktivitas tebu tahun 1995 - 1997.

Referensi

Dokumen terkait

buku yang dimiliki oleh perpustakaan keliling adalah 4.469 koleksi yang terbagi. dalam 4 mobil

Nilai F hitung e” F tabel (2,46), hal ini berarti bahwa kompetensi sumber daya manusia, penerapan standar akuntansi pemerintah berbasis akrual, sistem informasi manajemen daerah,

Karena Perusahaan tidak dapat mengontrol metode, volume, atau kondisi aktual penggunaan, Perusahaan tidak bertanggung jawab atas bahaya atau kehilangan yang disebabkan dari

Pengendalian gerusan sungai yang ada kebanyakan berupa bangunan yang mahal, dan tidak alami, selain itu dapat mengotori dan tidak bersahabat dengan lingkungan (tidak ramah

Inisiasi program pemuliaan dilakukan melalui kajian keragaman genetik, uji provenansi-keturunan dan uji cekaman jabon yang terdiri atas 4 sub penelitian, yaitu (1)

Dalam kaitannya dengan manajemen SDM bahwa strategi adalah langkah-langkah yang akan diambil dalam rangka pengembangan sumber daya manusia untuk menyukseskan

5) Bahan dan alat evaluasi merupakan bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Alat yang digunakan harus valid dan

Dari hasil penelitian berdasarkan perhitungan analisis integrasi pasar pinang Singapura dan pasar pinang Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat diketahui bahwa harga pinang