1
IJCETS 2 (1) (2013)
Indonesian Journal of Curriculum and
Educational Technology Studies
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jktp
ANALISIS LEMBAR KERJA SISWA
MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
KELAS VIII SEMESTER 2 SMP NEGERI 1 WELAHAN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Farida Nitalia
,Haryanto, Achmad Munib
Jurusan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Info Artikel ________________ Sejarah Artikel: Diterima Januari 2013 Disetujui Februari 2013 Dipublikasikan Juni 2013 ________________ Keywords: student worksheet, information and communication technology, curriculum 2006, the learning test materials. ____________________
Abstrak
___________________________________________________________________ Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana keadaan Lembar kegiatan Siswa (LKS), khususnya mengenai kesesuaian isi LKS dengan kurikulum 2006, tingkat pengaktifan siswa berdasarkan Indeks pengaktifan siswa dan jenjang-jenjang soal latihan pada LKS mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kelas VIII semester 2 SMPN 1 Welahan tahun pelajaran 2011/2012. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat ditarik simpulan bahwa LKS TIK kelas VIII semester 2 masuk kategori tinggi untuk tingkat kesesuaiannya dengan kurikulum 2006 karena persentase tingkat kesesuaian dengan kurikulum 2006 adalah 95% yang terletak diantara 66,67 % s.d. 100%. Indeks pengaktifan siswa pada kriteria pengaktifan petunjuk kegiatan dan penilaian pada gambar masuk dalam kategori sedang karena indeks pengaktifan petunjuk kegiatan sebesar 0,41 dan indeks pengaktifan penilaian pada gambar sebesar 1,2 berada antara 0,4 s.d 1,5. Sedangkan kriteria pengaktifan pada soal latihannya masih dalam tataran rendah karena indeks pengaktifan siswa hanya sebesar 0,17 yang berada antara 0,00 – 0,40. Jenjang soal-soal latihan berdasarkan muatan kognitif, afektif maupun psikomotorik yang ada tidak proporsional, karena tidak sesuai dengan takaran persentase yang telah ditentukan.
Abstract
___________________________________________________________________
The purpose of this research is to examine the content of the student worksheet (LKS) on Information and Communication Technology (ICT) subject matter 8^th grade 2^nd semester according to 2006 official curriculum, the students activation index and the learning test materials level. This riset use descriptive qualitative method. Based on the results analysis it can be conclude that the ICT student worksheet is on the high level due to 2006 curriculum because the index is 95% between 66.67% to 100%. The students activation index on the criteria of the of the activation instruction is 0.41 and picture evaluation category is 1.2, both of them are in the medium level between 0.4 up to 1.5. The learning test result still in the low level because the student activation index is only 0,17 between 0.00 to 0.40. The learning test materials level due to the cognitive, affective and psychomotoric domain are not proportional, because it does not correspond to a predetermined percentage measure.
© 2013 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi:
Gedung A3 Lantai 1 FIP Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: [email protected]
Farida Nitalia dkk/Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies 2(1) (2013)
2 PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah berbagai aspek kehidupan manusia tidak terkecuali aspek pendidikan. Secara mendalam tantangan pendidikan abad 21 adalah membangun masyarakat berpengetahuan (knowledge based society). Hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komnikasi (TIK). Di Indonesia pemanfaatan TIK dalam bidang pendidikan, terutama dalam pembelajaran telah dimulai dengan penerapan dan pengembangan kurikulum mata pelajaran TIK di sekolah, baik SMP/MTS maupun SMA/MA/SMK.
Mata pelajaran TIK di SMP merupakan mata pelajaran yang wajib diikuti oleh siswa. Tujuan pembelajaran TIK dapat dicapai dengan melakukan berbagai metode dan media sebagai sumber belajar. Salah satu cara yang banyak ditempuh oleh guru-guru dalam mengaktifkan siswa adalah menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
Dalam Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar (Diknas, 2004), lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Tugas tersebut haruslah jelas kompetensi dasar yang akan dicapai. LKS digunakan untuk menuntun siswa belajar mandiri dan dapat menarik pokok bahasan yang diajarkan. Penyajian bahan pelajaran umumnya dapat mendorong siswa mengembangkan kreativitas dalam belajar. Sehingga dengan demikian mampu mendorong siswa secara aktif mengembangkan dan menerapkan kemampuannya.
Peran LKS dalam proses pembelajaran adalah sebagai alat untuk memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan pada siswa. Penggunaan LKS memungkinkan guru mengajar lebih optimal, memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan, memberi penguatan, serta melatih siswa memecahkan masalah. Berangkat dari hal tersebut, maka tidak
mengherankan bila hampir setiap guru diberbagai sekolah menggunakan LKS sebagai sarana dan acuan untuk memandu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, terutama praktek. Hal ini menyebabkan banyak jenis LKS yang diterbitkan oleh berbagai penerbit beredar di toko buku maupun langsung ke sekolah.
Dewasa ini, LKS yang ada di sekolah atau instansi pendidikan hanya LKS yang memindah sebuah jawaban dari materi yang terurai pada awal halaman. Lembar kerja semacam ini tidak efisien dan kurang baik terhadap proses pembelajaran siswa, karena nantinya peserta didik hanya terpaku pada sebuah uraian dalam LKS tanpa menganalisa sebuah problem atau soal. Dengan adanya media LKS diharapkan dapat menjadikan siswa aktif, cepat tanggap, dan kreatif.
Berdasarkan hasil pengamatan tanggal 28-29 Februari 2012 yang dilakukan pada saat pra-penelitian di SMPN 1 Welahan, diketahui bahwa semua siswa di kelasnya memiliki LKS. Hanya sedikit siswa yang memiliki buku pegangan, karena guru banyak menggunakan LKS. Salah seorang guru di SMP N 1 Welahan juga menyatakan bahwa persentase penggunaan LKS dalam pembelajaran sangat tinggi. Apalagi dalam kurikulum 2006 ini siswa dituntut untuk aktif dan dapat bekerja mandiri, maka sarana yang tepat sebagai pendukung bagi siswa untuk dapat aktif dan mandiri dalam pembelajaran adalah LKS.
Ditinjau dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa fungsi LKS saat ini mulai bergeser. Awalnya hanya sebagai pemandu siswa dalam melakukan suatu kegiatan atau sebagai pendukung, tetapi justru sekarang lebih banyak dijadikan sebagai referensi utama. Pada saat proses pembelajaran guru lebih cenderung mewajibkan siswa menggunakan LKS dari pada buku pegangan tertentu. Hal ini menjadikan mau tidak mau semua siswa harus memiliki LKS, sehingga muncul konsep pada siswa bahwa hanya dengan memiliki LKS itu sudah cukup tanpa membaca buku dari sumber bacaan lain.
Frekuensi semakin meningkatnya penggunaan LKS dalam setiap proses pembelajaran harus diimbangi dengan mutu atau kualitas LKS yang tinggi pula. Jika LKS yang
Farida Nitalia dkk/Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies 2(1) (2013)
3
digunakan adalah LKS yang bermutu rendah tentu akan sangat merugikan penggunanya baik siswa maupun guru.
Dalam rangka memperbaiki kualitas LKS yang banyak digunakan oleh guru maupun siswa dalam pembelajaran, maka perlu dilakukan analisis terhadap LKS TIK kelas VIII semester 2 di SMPN 1 Welahan tahun pelajaran 2011/2012. Dengan dilakukannya analisis LKS ini diharapkan dapat diketahui mutu LKS yang saat ini digunakan oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Welahan. Adapun beberapa aspek yang akan dianalisis meliputi isi LKS dan kesesuaian dengan kurikulum yang saat ini diterapkan, yaitu kurikulum 2006, tingkat pengaktifannya berdasarkan indeks pengaktifan pada isi LKS dan persentase jenjang soal-soal latihan berdasarkan taksonomi Bloom dan kawan-kawan yang meliputi ranah muatan kognitif muatan afektif dan muatan psikomotorik. Lembar Kerja Siswa (LKS) akan dikatakan bermutu apabila telah memenuhi aspek-aspek tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis bermaksud melakukan penelitian tentang analisis lembar kegiatan siswa mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi kelas VIII semester 2 SMPN 1 Welahan tahun pelajaran 2011/2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana keadaan Lembar kegiatan Siswa (LKS), khususnya mengenai kesesuaian isi LKS dengan kurikulum 2006, tingkat pengaktifan siswa berdasarkan Indeks pengaktifan siswa dan jenjang-jenjang soal latihan pada LKS mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kelas VIII semester 2 SMPN 1 Welahan tahun pelajaran 2011/2012.
METODE
Subjek dalam penelitian ini adalah Bapak/Ibu guru mata pelajaran TIK kelas VIII semester 2 SMP Negeri 1 Welahan Kabupaten Jepara. Objek penelitian terkait dengan LKS TIK Kelas VIII semester 2 SMP N 1 Welahan tahun pelajaran 2011/2012 yang meliputi (1) kesesuaian isi LKS TIK dengan kurikulum 2006, (2) tingkat pengaktifan siswa pada isi LKS TIK berdasarkan indeks pengaktifan siswa pada isi
LKS, dan (3) jenjang soal-soal latihan pada LKS TIK berdasarkan muatan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendiskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan, yang diperoleh dari siuasi alamiah (Satori dan Komariah, 2010:25). Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif, sedangkan untuk menentukan status isi LKS dilakukan secara kualitatif sehingga analisis data yang digunakan adalah tehnik deskriptif kualitatif. Deskripsi kualitatif ditulis dalam bentuk naratif untuk menyajikan gambaran yang menyeluruh tentang apa yang telah terjadi dalam penelitian (Patton, 2009:256).
Langkah awal dalam penelitian ini yaitu, studi pendahuluan. Dalam studi pendahuluan ini terdapat beberapa langkah yang dilakukan, diantaranya studi kepustakaan dan survei lapangan. Langkah kedua adalah tahap persiapan. Pada tahap persiapan ini dilakukan observasi untuk mengumpulkan data mengenai LKS TIK kelas VIII semester 2 tahun pelajaran 2011/2012. Langkah selanjutnya yaitu tahap pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan ini peneliti memberikan lembar observasi untuk diisi oleh Bapak/Ibu guru TIK kelas VIII SMP N 1 Welahan. Langkah terakhir yaitu pemaparan. Masing-masing hasil analisis penelitian dibuat kesimpulan kemudian dipaparkan dalam bentuk pembahasan hasil penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode non-tes, yaitu dengan model pengisian lembar observasi. Lembar observasi tersebut digunakan untuk menentukan LKS TIK yang akan dianalisis, tingkat kesesuaian isi LKS TIK dengan kurikulum 2006, indeks pengaktifan siswa pada LKS TIK, jenjang soal-soal latihan yang mengandung muatan kognitif menurut taksonomi Bloom (Bloom, 1956), afektif menurut Krathwohl et.al. (dalam Joesmani, 1988) serta psikomotorik menurut Simpson dan Harrow . Selanjutnya pengisian lembar observasi akan dilakukan oleh Bapak/Ibu
Farida Nitalia dkk/Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies 2(1) (2013)
4
guru pengampu mata pelajaran TIK SMPN 1 Welahan.
Tingkat kesesuaian isi LKS dengan kurikulum 2006 dapat diketahui dengan cara mencocokkan isi LKS indikator yang tercantum dalam kurikulum 2006. Ali, (1985) menyatakan bahwa sebelum data dianalisis secara kualitatif, terlebih dahulu dianalisis dengan tehnik Deskriptif Presentase (DP) dengan menggunakan rumus:
DP = ∑𝒊𝒏𝒅𝒊𝒌𝒂𝒕𝒐𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒅𝒂 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝑳𝑲𝑺 ∑𝒊𝒏𝒅𝒊𝒌𝒂𝒕𝒐𝒓 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒌𝒖𝒓𝒊𝒌𝒖𝒍𝒖𝒎 × 𝟏𝟎𝟎%
Melalui perhitungan DP dapat ditafsirkan persentase yang diperoleh dengan kategori yang bersifat kualitatif (Ali, 1985).
Tabel 1. Presentase kategori
Persentase Kategori 66,67 - 100 Tinggi 33,34 - 66,66 Sedang 0,00 - 33,33 Rendah
Sedangkan menurut Tarigan dalam Widodo (1993:128) bahwa indeks pengaktifan siswa dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Indeks pengaktifan = (petunjuk kegiatan yang mengaktifkan)/(petunjuk kegiatan yang kurang mengaktifkan)
Analisis data untuk indeks pengaktifan siswa pada isi LKS dalam penelitian ini adalah mengenai tiga hal, yaitu penilaian pada petunjuk kegiatan, penilaian gambar dan penilaian soal latihan atau uji kompetensi pada setiap akhir bab. Hasil perhitungan data untuk kategori kalimat, gambar maupun soal-soal latihan kemudian dianalisis berdasarkan kriteria berikut ini :
Tabel 2. Perhitungan kategori
Skor Kategori
1,50 Tinggi
0,40-1,50 Sedang
0,00-0,40 Rendah
Sumber (Widodo, 1993:129)
Jika indeks pengaktifan siswa telah diperoleh maka dapat dianalisis kriterianya sebagai berikut :
... < 0,40 : kalimat, gambar dan soal-soal latihan bersifat otoriter dan sedikit sekali tantangan bagi bagi siswa
0,4 – 1,5 : kalimat, gambar dan soal-soal latihan telah memenuhi primsip-prinsip pengaktifan siswa.
1,5 < ... : dianggap kalimat, gambar dan soal-soal kurang berisi informasi yang cukup sehingga siswa mengalami kesulitan untuk menjawab pertanyaan/melakukan tugas.
Untuk mengetahui persentase masing-masing jenjang soal latihan digunakan rumus :
DP = 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒐𝒂𝒍 𝒋𝒆𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒕𝒆𝒏𝒕𝒖𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉𝒉 𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝒔𝒐𝒂𝒍 × 𝟏𝟎𝟎% Jenjang soal latihan dikatakan proposional apabila memiliki persentase yang mendekati kurva normal dengan kisaran persentase untuk masing-masing jenjang adalah :
1. Jenjang kognitif C1:±12,5%, C2:±17,5%, C3:±20%, C4:±20%, C5:±17,5%, C6:±12,5%.
2. Jenjang afektif A1:±17,5%, A2:±20%, A3:±25%, A4:±20%, A5:±17,5%.
3. Jenjang psikomotorik P1:±17,5%, P2:±20%, P3:±25%, P4:±20%, P5:±17,5%.
PEMBAHASAN
Lembar kegiatan siswa merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar–lembar kertas berisi materi, ringkasan, dan petunjuk–petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai (Prastowo, 2011:204).
Analisis Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dalam penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan penyelidikan terhadap isi LKS, yaitu untuk mengetahui bagaimana keadaan LKS Teknologi Informasi dan Komunikasi, khususnya pada isi LKS dengan kurikulum 2006, tingkat pengaktifan siswa yang meliputi pengaktifan siswa pada kategori penilaian petunjuk kegiatan, penilaian gambar dan penilaian soal latihan serta jenjang-jenjang soal latihan pada LKS yang meliputi jenjang soal latihan berdasarkan muatan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Farida Nitalia dkk/Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies 2(1) (2013)
5
Berdasarkan hasil penelitian tingkat kesesuaian isi LKS TIK untuk SMP/MTS kelas VIII semester 2 dengan kurikulum 2006 didapat data sebagai berikut.
Tabel 3. Deskripsi data tingkat kesesuaian isi
LKS dengan kurikulum 2006
Nama LKS SkorMaksimum Skor % Teknologi
Informasi dan
Komunikasi
20 19 95
Tingkat kesesuaian isi LKS TIK untuk SMP/MTS kelas VIII semester 2 dengan kurikulum 2006 dikategorikan dalam kategori tinggi karena persentase tingkat kesesuaian dengan kurikulum 2006 adalah 95% yg terletak diantara 66,67 % s.d. 100%.
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) harus dapat membantu guru untuk memancing peserta didik agar secara aktif terlibat dengan materi yang dibahas. Oleh sebab itu, LKS yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum pendidikan yang saat ini sedang digunakan yaitu kurikulum 2006. Dalam kurikulum 2006, ada 20 indikator sebagai
parameter ketercapaian kompetensi dasar maupun standar kompetensi yang harus dicapai siswa SMP kelas VIII semester 2. Untuk memenuhi indikator tersebut tidak hanya ditunjang dengan materi yang ada dalam LKS, tetapi seluruh isi LKS yang meliputi ringkasan materi, petunjuk kegiatan maupun soal latihannya.
Pada tingkat kesesuainnya dengan kurikulum 2006, LKS TIK kelas VIII semester 2 secara umum memiliki kualitas yang baik, karena masuk kategori tinggi untuk tingkat kesesuaiannya dengan kurikulum 2006. Kualitas ini tentunya harus dipertahankan, atau bahkan lebih ditingkatkan lagi untuk LKS pada tahun pelajaran berikutnya.
LKS memiliki beberapa manfaat, salah satunya adalah untuk mengaktifkan siswa. Bagian-bagian yang perlu mendapat perhatian mengenai tingkat pengaktifannya adalah bagian petunjuk kegiatan, gambar-gambar yang ada dalam LKS dan soal-soal latihannya (Dhari, 1998). Indeks pengaktifan siswa pada LKS TIK untuk SMP/MTS kelas VIII semester 2 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4. Deskripsi data indeks pengaktifan siswa pada kategori penilaian petunjuk kegiatan
Nama LKS
∑ Petunjuk Kegiatan
Frekuensi Kemunculan Indeks Pengaktifan Siswa pada petunjuk Kegiatan
Indeks
A b c d e f g h
Teknologi Informasi dan
Komunikasi 45 0 0 0 13 10 22 0 0 0, 41
Menurut data yang terdapat pada tabel 2, indeks pengaktifan siswa berdasarkan penilaian petunjuk kegiatan pada LKS TIK untuk SMP/MTS kelas VIII semester 2 sebesar 0,41. Widodo (1993:140) menyatakan bahwa besarnya indeks pengaktifan siswa antara 0,4 s.d. 1,5 termasuk sedang dan dapat dikategorikan bahwa petunjuk kegiatan tersebut telah memenuhi prinsip-prinsip pengaktifan siswa.
Secara umum LKS ini telah memenuhi prinsip-prinsip pengaktifan siswa pada petunjuk kegiatannya. Akan tetapi jika diteliti lebih dalam petunjuk kegiatan yang didapatkan dalam LKS TIK untuk SMP/MTS kelas VIII semester 2 tidak mengarahkan siswa untuk merancang langkah kegiatannya secara mandiri, tetapi sudah
disediakan rancangan langkah kegiatan yang sangat lengkap, dari tujuan, permasalahan sampai langkah-langkah yang harus dilakukan sehingga siswa hanya tinggal menjalakan saja. Petunjuk kegiatan sudah disediakan rancangan langkah-langkah kegiatan yang sangat lengkap dan siswa tinggal menjalankan saja. Hal ini terkesan seperti resep masakan yang dimana setiap orang yang ingin memasak tinggal mencari bahan sesuai petunjuk dan melakukan proses memasak sesuai dengan langkah-langkah yang sudah ditentukan. Ini akan sangat memasung kreativitas siswa.
Ukuran petunjuk kegiatan yang ideal hanya berisi arahan secara umum mengenai kegiatan yang akan dilakukan, tidak perlu sampai
Farida Nitalia dkk/Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies 2(1) (2013)
6
menerangkan langkahnya secara rinci. Petunjuk kegiatan semacam ini diharapkan siswa dapat membuat rancangan kegiatan praktek secara mandiri sesuai kreativitas mereka, sementara guru hanya memberikan pengarahan lagi ketika
siswa benar-benar mengalami kesulitan yang tidak bisa mereka selesaikan sendiri. Diharapakan penyusun LKS memperhatikan hal ini untuk perbaikan isi LKS.
Tabel 5. Deskripsi data indeks pengaktifan siswa pada kategori penilaian gambar
Nama LKS ∑ Gambar
Frekuensi kemunculan indeks pengaktifan siswa pada
gambar Indeks
a b
Teknologi Informasi dan
Komunikasi 88 48 40 1,2
Kualitas sebuah LKS dapat dilihat dari penilaian gambar. Gambar-gambar yang ada juga menjadi bagian yang perlu diperhatikan karena gambar memiliki peranan yang besar dalam mempermudah siswa untuk memahami sebuah konsep, apalagi untuk hal-hal yang tidak pernah atau jarang sekali dapat dilihat siswa secara langsung. Gambar yang menggaktifkan siswa adalah gambar yang mengharapkan siswa menggunakan data atau melakukan kegiatan. Sedangkan gambar yang kurang mengaktifkan siswa adalah gambar yang hanya berfungsi sebagai materi pelajaran (Widodo, 1993).
Gambar-gambar pada LKS TIK kelas VIII semester 2 memiliki indeks pengaktifan yang
masuk dalam kategori sedang. Ada 88 gambar, 48 gambar mengharapakan siswa untuk menggunakan data atau melakukan kegiatan dan 40 gambar hanya berfungsi sebagai mata pelajaran. Untuk jumlah keseluruhan gambar yang terdapat dalam LKS Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk SMP/MTS kelas VIII semester 2 dapat dikatakan sudah cukup, tetapi yang perlu diperhatikan adalah perbandingan antara gambar yang mengaktifkan (mengharapkan siswa untuk menggunakan data atau melakukan kegiatan) dengan gambar-gambar yang kurang mengaktifkan siswa (hanya berfungsi sebagai materi pelajaran).
Tabel 6. Deskripsi data indeks pengaktifan siswa pada kategori penilaian soal latihan
Nama LKS ∑ soal Frekuensi kemunculan indeks pengaktifan siswa pada soal Indeks
a B c d
Teknologi Informasi dan
Komunikasi 108 7 9 50 42 0,17
Menurut data yang terdapat pada tabel 4 indeks pengaktifan siswa pada kategori penialain soal-soal latihan 0,17 yaitu antara 0,00 s.d. 0,40 : rendah. Soal-soal latihan yang ada banyak didominasi oleh soal yang berupa pertanyaan faktual dan informatif. Sementara soal-soal yang berupa pertanyaan penggalian dan penyelesaian masalah jarang ditemukan. Soal-soal yang bersifat faktual dan informatif menyebabkan siswa tidak aktif dalam belajar, siswa cenderung lebih sering menghafal definisi atau istilah yang dipaparkan dalam LKS dan jarang menjelaskan dengan kalimat sendiri mengenai suatu batasan
istilah-istilah atau konsep. Soal-soal yang bersifat faktual dan informatif akan menjadikan siswa hanya sekedar mencocokkan soal dengan ringkasan materi atau buku teks.
Jenjang soal latihan adalah ukuran kesulitan soal latihan yang tertulis pada akhir pokok bahasan yang diukur dengan analisis soal latihan, yang dapat ditentukan dengan skala tertentu berdasarkan ranah kognitif menurut taksonomi Bloom (Bloom, 1956), afektif menurut Krathwohl ( Krathwohl, 1972), dan psikomotorik menurut Simpson dan Harrow (Simpson, 1966).
Farida Nitalia dkk/Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies 2(1) (2013)
7
Tabel 7. Deskripsi data jenjang soal latihan berdasarkan muatan kognitif
∑ soal
Frekuensi kemunculan jenjang soal Persentase kemunculan jenjang soal (%)
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C1 C2 C3 C4 C5 C6
108 68 22 6 3 8 0 63 20,3 5,5 2,77 7,4 0
Menurut data yang terdapat pada tabel diatas, soal-soal latihan pada LKS didominasi oleh jenjang soal ingatan (C1) dengan frekuensi kemunculan jenjang soal 68 dan persentase 63%. Hal ini jauh diatas persentase kurva normalnya, yaitu ±12,5%. Oleh sebab itu, jenjang soal pada LKS Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk SMP/MTS kelas VIII semester 2 tidak proporsional. Persentase jenjang soal latihan berdasarkan muatan kognitif termasuk proposional apabila mendekati “kurva normal” dengan kisaran persentase untuk masing-masing jenjang adalah C1:±12,5%, C2:±17,5%, C3:±20%, C4:±20%, C5:±17,5%, C6:±12,5%. Jika mengacu pada persentase tersebut, jumlah soal dengan jenjang C3 dan C4 seharusnya paling
banyak, sedangkan jenjang C1 dan C6 paling sedikit ditemukan dalam soal latihan.
Perbandingan jenjang soal yang tidak proporsional akan menjadikan guru kurang memperhatikan perbedaan individual siswa karena jenjang soalnya kurang memenuhi syarat untuk menguji kemampuan siswa yang lambat, sedang dan pandai. Semua siswa pasti akan mudah untuk menjawab soal yang berjenjang pengetahuan (C1) yang terdapat lebih dari 50% dalam LKS, dimana siswa yang lambat akan sulit dibedakan dengan siswa yang sedang dan pandai. Hal ini tidak sesuai dengan penjelasan Darmojo dan Kaligis (1991) bahwa LKS harus menjadi salah satu sarana untuk berlangsungnya proses belajar mengajar harus memenuhi syarat didaktis seperti memperhatikan perbedaan individual.
Tabel 8. Deskripsi data jenjang soal latihan pada LKS berdasarkan muatan afektif
∑ soal Frekuensi kemunculan jenjang soal Persentase kemunculan jenjang soal (%)
A1 A2 A3 A4 A5 A1 A2 A3 A4 A5
108 0 8 0 0 0 0 7,4 0 0 0
Jenjang soal latihan yang bermuatan afektif pada LKS Teknologi Informasi dan Komunikasi tidak proporsional. Dari 108 soal-soal latihannya hanya ditemukan jenjang soal-soal A2 sebanyak 8 buah dengan persentase 7,4%.
Persentase jenjang soal latihan berdasarkan muatan afektif termasuk proporsional apabila mendekati “kurva normal” dengan kisaran persentase untuk masing-masing jenjang adalah A1:±17,5%, A2:±20%, A3:±25%, A4:±20%, A5:±17,5%. Jika mengacu pada persentase tersebut jenjang A3 seharusnya berjumlah paling banyak, disusul A2 dan A4 kemudian yang paling sedikit adalah A1 dan A5.
Tetapi persentase adanya jenjang afektif pada LKS sangat rendah, hanya ditemukan soal berjenjang A3 yang berjumlah 8 buah dengan persentase 7,4%. Persentase tersebut sangat jauh dari tataran ideal dan sangat tidak proposional.
Kemampuan afektif memang sulit untuk diterjemahkan dalam sebuah soal, karena merupakan penilaian terhadap sikap atau perilaku siswa, sehingga lebih tepat dilakukan secara langsung menyaksikan sikap atau perilaku siswa. Walaupun demikian, tetap diperlukan adanya penilaian afektif melalui jawaban siswa pada soal-soal latihan dalam LKS.
Tabel 9. Deskripsi data jenjang soal latihan berdasarkan muatan psikomotorik
∑ soal ∑ soal psk.
Frekuensi kemunculan jenjang soal Persentase kemunculan jenjang soal (%)
P1 P2 P3 P4 P5 P1 P2 P3 P4 P5
Farida Nitalia dkk/Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies 2(1) (2013)
8
Penilaian psikomotorik merupakan penilaian terhadap keterampilan siswa dan lebih tepat jika penilaian dilakukan dengan melihat keterampilan siswa secara langsung saat pembelajaran . Persentase jenjang soal latihan berdasarkan muatan psikomotorik termasuk proporsional apabila mendekati “kurva normal” dengan kisaran persentase untuk masing-masing jenjang adalah P1:±17,5%, P2:±20%, P3:±25%, P4:±20%, P5:±17,5%. Jika mengacu pada persentase tersebut, jenjang P3 seharusnya berjumlah paling banyak, disusul P2 dan P4 kemudian yang paling sedikit adalah P1 dan P5.
Dari soal-soal yang dapat dinilai jenjang psikomotoriknya, jenjang P1 memiliki persentase terbesar yaitu 36,1% dengan jumlah soal 39 buah. Hal ini belum bisa dikatakan proporsional, karena jenjang P2 dan P3 hanya sebesar 12,9%, P4 0% serta P5 0,95%.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat ditarik simpulan sebagai berikut: (1) Lembar Kegiatan Siswa Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VIII semester 2 masuk kategori tinggi untuk tingkat kesesuaiannya dengan kurikulum 2006 karena persentase tingkat kesesuaian dengan kurikulum 2006 adalah 95% yg terletak diantara 66,67 % s.d. 100%, (2) Indeks pengaktifan siswa pada kriteria pengaktifan petunjuk kegiatan dan gambar masuk dalam kategori sedang karena indeks pengaktifan petunjuk kegiatan sebesar 0,41 yang berada antara 0,4 s.d 1,5 dan indeks pengaktifan penilaian pada gambar sebesar 1,2 masuk dalam kategori sedang berada antara 0,4 s.d 1,5. Kriteria pengaktifan pada soal latihannya masih dalam tataran rendah karena indeks pengaktifan siswa sebesar 0,17 yang berada antara 0,00 – 0,40, (3) Jenjang soal-soal latihan berdasarkan muatan kognitif, afektif maupun psikomotorik yang ada dikatakan tidak proporsional karena tidak sesuai dengan takaran persentase yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 1985. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.
Bloom, B. S. (Ed).1956. Taxonomy of Educational Objectivies, The Clasification of Educational Goals. Handbook I: Cognitive domain, New York: Longman.
Darmojo, D. & Kaligis J. R. E. 1991. Pendidikan IPA II. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
Dhari. 1998. Metodologi Pembelajaran. Malang: Depdikbud.
Diknas. 2004. Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Ditjen Dikdasmenum.
Joesmani. 1988. Pengukuran dan Evaluasi dalam pengajaran. Jakarta: Depdikbud.
Patton, M. Q. 2006. Metode Evaluasi Kualitatif. Terjemahan Budi P. Priyadi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press. Satori, D. dan Komariah. A. 2010. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Simpson, E. J. 1966. The Classification of Educational
Objectives: Psychomotor domain. Urbana III: University of Illinois press.
Widodo, A. T. 1993. “Tingkat Keterbacaan Tek : Suatu Evaluasi Terhadap Buku Teks Ilmu Kimia Kelas 1 SMA”. Disertasi. Jakarta: IKIP Jakarta.