• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan ekonomi suatu Negara pada awalnya secara umum. merupakan perencanaan pembangunan ekonomi berorientasi pada masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembangunan ekonomi suatu Negara pada awalnya secara umum. merupakan perencanaan pembangunan ekonomi berorientasi pada masalah"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi suatu Negara pada awalnya secara umum

merupakan perencanaan pembangunan ekonomi berorientasi pada masalah

pertumbuhan (growth). Hal ini bisa dimengerti mengingat penghalang utama bagi

pembangunan negara sedang berkembang adalah terjadinya kekurangan modal.

Kalau masalah kekurangan modal ini bisa teratasi, maka proses pembangunan di

negara-negara sedang berkembang akan lebih cepat mencapai sasaran. Namun

istilah

growth tidak bisa disamakan dengan pengertian development

(pembangunan).

Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu proses perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan dalam tabungan, produksi dan modal untuk meningkatkan output tanpa melihat apakah kenaikan output tersebut secara lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk.

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang yang sangat penting dalam melakukan analisa tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Menurut Sirojuzilam dan Mahalli (2010) pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang bidang ekonomi.

(2)

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat

kegiatan ekonomi yang dicapai sekarang lebih tinggi dari pada yang dicapai pada

masa sebelumnya. Pertumbuhan tercapai apabila jumlah fisik barang-barang dan

jasa-jasa yang dihasilkan dalam perekonomian tersebut bertambah besar dari

tahun-tahun sebelumnya.

Menurut Jhingan (2010) dalam teori ekonomi pembangunan, dikemukakan

ada enam karakteristik pertumbuhan ekonomi, yaitu :

1. Terdapatnya laju kenaikan produksi perkapita yang tinggi untuk mengimbangi laju pertumbuhan penduduk yang cepat.

2. Semakin meningkatnya laju produksi perkapita terutama akibat adanya perbaikan teknologi dan kualitas input yang digunakan.

3. Adanya perubahan struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa.

4. Meningkatnya jumlah penduduk yang berpindah dari pedesaan ke daerah perkotaan (urbanisasi).

5. Pertumbuhan ekonomi terjadi akibat adanya ekspansi negara maju dan adanya kekuatan hubungan internasional.

6. Meningkatnya arus barang dan modal dalam perdagangan internasional..

Mankiw (2006) dalam konsep dasar ekonomi makro indikator yang digunakan dalam mengukur pertumbuhan ekonomi, adalah produk domestik bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu.

Todaro (2000) menyebutkan bahwa pembangunan bukan hanya fenomena semata, namun pada akhirnya pembangunan tersebut harus melampaui sisi materi dan

(3)

keuangan dari kehidupan manusia. Dengan demikian pembangunan idealnya dipahami sebagai suatu proses yang berdimensi jamak, yang melibatkan masalah pengorganisasian dan peninjauan kembali keseluruhan sistem ekonomi dan sosial. Sedangkan berdimensi jamak dalam hal ini artinya membahas komponen-komponen non ekonomi.

Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensional yang melibatkan perobahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga nasional termasuk pula percepatan (akselerasi) pertumbuhan ekonomi, pengurangan, ketimpangan dan pemberantasan kemiskinan absolut (Todaro, 2000).

Menurut Arsyad (1999) pembngunan ekonomi adalah suatu proses yang

menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu negara meningkat dalam

jangka panjang. Definisi ini menyimpulkan bahwa pembangunan ekonomi

mempunyai tiga sifat penting, yaitu : a) Suatu proses yang berarti perubahan yang

terjadi terus menerus, b) Usaha untuk menaikkan pendapatan per kapita, dan c)

Kenaikan pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka

panjang.

Menurut Badan Pusat Statistik Kota Medan (2010) pembangunan ekonomi

merupakan serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, pemerataan

pembagian pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan

mengusahakan pergesaran kegiatan ekonomi dari sektor pertanian ke sektor

sekunder dan tersier. Dengan kata lain arah dari pembangunan ekonomi adalah

mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik secara mantap dan tingkat

(4)

pemerataannya semakin membaik sesuai dengan yang digariskan dalam UUD

1945 yaitu mencapai masyarakat adil dan makmur.

Sebagai suatu proses, pembangunan ekonomi berhubungan dengan

perubahan dalam komposisi dari input dan output dari ekonomi.

Perubahan-perubahan ini akan menyebabkan Perubahan-perubahan dalam segala perbaikan pada kondisi

masyarakat. Tujuan utama dari pembangunan adalah inkorporasi dalam produksi

dan memuaskan segala aktifitas dari masyarakat yang berpartisipasi. Kegiatan

produktif ini memiliki bermacam fungsi seperti kegiatan menghasilkan

pendapatan, merubah bahan mentah menjadi barang dan jasa yang siap untuk

dikonsumsi.

Krisnamurthi (1995) pembangunan ekonomi yang berhasil harus memiliki

empat dimensi pokok, yaitu pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan,

perubahan atau transformasi struktur ekonomi dan kesinambungan pembangunan

itu sendiri. Sedangkan menurut Jhingan (2010) pembangunan ekonomi tidak dapat

dicapai semata-mata dengan menyingkirkan hambatan yang menghalangi

kemajuan ekonomi. Syarat utama bagi pembangunan ekonomi ialah proses

pertumbuhannya harus bertumpu pada kemampuan perekonomian di dalam

negeri.

Analisis pembangunan ekonomi perlu dipandang sebagai suatu proses

yang saling berkaitan dan berhubungan serta saling mempengaruhi antara

faktor-faktor yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2000).

Sasaran utama dari pembangunan nasional adalah meningkatkan

pertumbuhan ekonomi serta pemerataan hasil-hasilnya demikian juga ditujukan

bagi pemantapan stabilitas nasional. Hal tersebut sangat ditentukan keadaan

(5)

pembangunan secara kedaerahan. Dengan demikian para perencana pembangunan

nasional harus mempertimbangkan aktifitas pembangunan dalam konteks

kedaerahan tersebut sebab masyarakat secara keseluruhan adalah bisnis dan

bahkan merupakan faktor yang sangat menentukan bagi keberhasilan

pembangunan nasional.

Sehubungan dengan keterangan di atas maka perlu diuraikan pengertian

pembangunan daerah seperti dikemukakan oleh Sukirno (2000) yaitu :

1.

Sebagai pembangunan negara ditinjau dari sudut ruang atau wilayahnya dan

dalam konteks ini istilah yang paling tepat digunakan adalah pembangunan

wilayah.

2.

Strategi pembangunan daerah dimaksudkan sebagai suatu langkah untuk

melengkapi strategi makro dan sektoral dari pembangunan nasional.

Dengan dilaksanakannya pembangunan wilayah bukanlah semata-mata

terdorong oleh rendahnya tingkat hidup masyarakat melainkan merupakan

keharusan dalam meletakkan dasar-dasar pertumbuhan ekonomi nasional yang

sehat, untuk masa yang akan datang. Dengan dilaksanakannya pembangunan

daerah diharapkan dapat menaikkan taraf hidup masyarakat sekaligus merupakan

landasan pembangunan nasional akan berhasil apabila pembangunan masyarakat

berhasil dengan baik.

Pembangunan daerah merupakan pembangunan yang segala sesuatunya

dipersiapkan dan dilaksanakan oleh daerah, mulai dari perencanaan, pembiayaan,

pelaksanaan sampai dengan pertanggungjawabannya. Dalam kaitan ini daerah

memiliki hak otonom. Sedangkan pembangunan wilayah merupakan kegiatan

pembangunan yang perencanaan, pembiayaan, dan pertanggungjawabannya

(6)

dilakukan oleh pusat, sedangkan pelaksanaannya bisa melibatkan daerah dimana

tempat kegiatan tersebut berlangsung (Munir. 2002).

Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan

yang diterapkan di setiap daerah akan berbeda pula. Peniruan mentah-mentah

terhadap pola kebijaksanaan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu

daerah, belum tentu memberi manfaat yang sama bagi daerah yang lain (Munir,

2002).

Pada dasarnya pembangunan daerah dilakukan dengan usaha-usaha sendiri

dan bantuan teknis serta bantuan lain-lain dari pemerintah. Dalam arti ekonomi

pembangunan daerah adalah memajukan produksi pertanian dan usaha-usaha

pertanian serta industri dan lain-lain yang sesuai dengan daerah tersebut dan

berarti pula merupakan sumber penghasilan dan lapangan kerja bagi penduduk.

Dalam strategi pembangunan wilayah aspek-aspek pokok yang penting

dipecahkan adalah daerah mana serangkaian pembangunan selayaknya dijalankan.

Untuk beberapa proyek letak daerahnya sudah khusus dan tidak dapat lagi

dipindahkan, seperti proyek bendungan untuk tenaga listrik dan irigasi, proyek

pertambangan dan sebagainya.

Dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan

seluruhnya masayarakat Indonesia, pembangunan daerah perlu dipacu secara

bertahap. Untuk menjamin agar pembangunan daerah dapat memberikan

sumbangan yang maksimal dalam keseluruhan usaha pembangunan nasional

haruslah dilakukan kordinasi yang baik antara keduanya. Hal ini berarti bahwa

pemerintah daerah harus mempertimbangkan berbagai rencana pemerintah pusat

maupun di daerah lain.

(7)

Sebelum suatu daerah menyusun berbagai langkah-langkah dalam

pembangunan daerahnya dengan demikian suatu daerah mempunyai kekuasaan

yang lebih terbatas dalam usaha mencapai tujuan pembangunannya sebab program

pembangunan daerah yang akan dilaksanakan suatu daerah tidak dapat

bertentangan dengan program pembangunan yang telah ditetapkan oleh

pemerintah pusat.

Jadi pada hakekatnya perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh

sesuatu daerah merupakan pelengkap perencanaan pembangunan yang

dilaksanakan oleh pemerintah pusat yaitu membuat suatu program untuk

menyebarkan proyek-proyek ke berbagai daerah dengan tujuan agar penyebaran

tersebut akan memberikan sumbangan yang optimal kepada usaha pemerintah

untuk membangun.

Namun dalam prakteknya tujuan tersebut tidak selalau tercapai karena

perencanaan yang jauh dari sempurna oleh sesuatu daerah, organisasi tidak

efisien, kurangnya informasi mengenai potensi daerah dan berbagai faktor lain.

Sebagai akibat banyaknya kekurangan dalam merumuskan dan melaksanakan

penyebaran proyek-proyek ke berbagai daerah, pemerintah daerah dengan bantuan

badan perencana daerah yang bersangkutan haruslah secara aktif membantu

perumusan rencana pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat.

Dalam mewujudkan sasaran jangka panjang pembangunan, yakni menuju

masyarakat yang adil dan makmur telah dilakukan berbagai upaya yang mengarah

pada tercapainya cita-cita tersebut. Pembangunan daerah yang merupakan

rangkaian yang utuh dari pembangunan nasional pada beberapa tahun terakhir

(8)

telah mulai menunjukkan kemajuan yang berarti dalam meningkatkan kinerja dari

daerah tersebut.

2.2. Desentralisasi Fiskal

Terminologi desentralisasi ternyata tidak hanya memiliki satu makna. Ia dapat diterjemahkan ke dalam sejumlah arti, tergantung pada konteks penggunaannya. Hidayat dalam Zulyanto (2010) mendefinisikan desentralisasi sebagai berbagi (sharing) kekuasaan pemerintah antara kelompok pemegang kekuasaan di pusat dengan kelompok-kelompok lainnya, di mana masing-masing kelompok tersebut memiliki otoritas untuk mengatur bidang-bidang tertentu dalam lingkup territorial suatu Negara.

Mawhood dalam Zulyanto (2010) dengan tegas mengatakan bahwa desentralisasi adalah penyerahan (devolution) kekuasaan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Hidayat dalam Zulyanto (2010) sementara itu, Smith juga merumuskan definisi desentralisasi sebagai penyerahan kekuasaan dari tingkatan (organisasi) lebih atas ke tingkatan lebih rendah, dalam suatu hierarki territorial, yang dapat saja berlaku pada organisasi pemerintah dalam suatu Negara, maupun pada organisasi-organisasi besar lainnya (organisasi non pemerintah).

Di Indonesia, sebagaimana dinyatakan dalam UU Nomor 33 tahun 2004, pengertian desentralisasi dinyatakan sebagai penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (Kuncoro, 2009). Ini artinya desentralisasi merupakan pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab (akan fungsi-fungsi publik) dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.

(9)

Desentralisasi fiskal merupakan sebuah instrumen untuk mencapai salah satu tujuan negara, yaitu terutama memberikan pelayanan publik yang lebih baik dan menciptakan proses pengambilan keputusan publik yang lebih demokratis. Dengan desentralisasi akan diwujudkan dalam pelimpahan kewenangan kepada tingkat pemerintahan yang lebih rendah untuk melakukan pembelanjaan, kewenangan untuk memungut pajak (taxing power), terbentuknya dewan yang dipilih oleh rakyat, Kepala Daerah yang dipilih oleh DPRD, dan adanya bantuan dalam bentuk transfer dari Pemerintah Pusat (Sidik, 2002).

Desentralisasi fiskal, merupakan salah satu komponen utama dari desentralisasi. Apabila Pemerintah Daerah melaksanakan fungsinya secara efektif, dan diberikan kebebasan dalam pengambilan keputusan penyediaan pelayanan di sektor publik, maka mereka harus didukung sumber-sumber keuangan yang memadai baik yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) termasuk surcharge of taxes, pinjaman, maupun dana perimbangan dari Pemerintah Pusat.

World Bank (dalam Masjkuri, 2007) menyatakan keuntungan dari desentralisasi

fiskal adanya mobilitas pendapatan, inovasi dalam aktivitas ekonomi, akuntabilitas dari pejabat pemerintah dan partisipasi rakyat dalam pemerintahan. Mobilisasi pendapatan secara keseluruhan dapat dipenuhi, karena desentralisasi dapat memperluas jaringan pajak. Sebagian besar pelayanan pemerintah dibiayai oleh pajak Pertambahan Nilai dan pajak pendapatan.

(10)

Pengertian pendapatan dapat diartikan sebagai jumlah penerimaan atau perolehan yang berasal dari penjualan yang akan menambah jumlah harta si penjual berupa kas ataupun piutang

serta harta lainnya. Sering juga pendapatan diartikan sebagai jumlah perolehan yang telah menjadi hak daripada yang memperoleh. Akan tetapi pengertian seperti ini tidak dapat memberikan pengertian yang memuaskan karena tidak menjelaskan sumber atau sehubungan dengan kegiatan apa maka ada pendapatan tersebut, juga tidak menjelaskan apa-apa saja yang merupakan bagian dari pendapatan. Pendapatan merupakan arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu

mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Pendapatan merupakan keseluruhan penerimaan atau perolehan atau penyelesaian kewajiban yang tercermin pada peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban suatu badan usaha dalam satu periode tertentu. Peningkatan harta ataupun penurunan kewajiban tersebut berasal dari kegiatan utama perusahaan ditambah dengan penerimaan atau perolehan yang timbul diluar operasi normal perusahaan seperti halnya pendapatan dari deviden, bunga, sewa dan lain-lain.

Sedangkan pengertian Daerah adalah seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai revisi dari UU Nomor 22 tahun 1999 yaitu daerah yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri (daerah otonom) yang dibagi menjadi : Daerah Propinsi, Daerah Kabupaten/Kota.

Hak dan wewenang pemerintah daerah dalam pengelolaan/penggalian

sumber-sumber keuangan daerah diatur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun

2004 tentang Pemerintah Daerah sebagai revisi Undang-Undang No. 22 Tahun

1999. Dinyatakan bahwa kepada suatu pemerintah daerah diwajibkan untuk

menggali sumber-sumber keuangan daerah berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dapat memberikan kebebasan kepada pemerintah

(11)

daerah setempat untuk menciptakan sumber pajak/retribusi daerah yang baru demi

semakin tercapainya kemajuan suatu daerah yang semakin mantap. Tentu saja

dengan cara yang tidak eksploitatif agar dimensi-dimensi yang disebutkan diatas

menjadi dasar dalam menggali sumber-sumber pendapatan daerah.

Sesuai dengan penggolongan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,

pendapatan daerah bersumber dari :

a. Pendapatan Asli Daerah yaitu pendapatan dari suatu daerah dimana pengelolaaannya diurus sendiri oleh rumah tangga/pemerintah daerah itu sendiri. Jenis penerimaan ini terdiri dari :

1. Hasil Pajak Daerah 2. Hasil Retribusi Daerah

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 4. Lain-lain PAD yang sah

b. Dana Perimbangan, terdiri dari : 1. Dana Bagi Hasil

2. Dana Alokasi Umum 3. Dana Alokasi Khusus

c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah, terdiri dari : 1. Dana Darurat dari Pemerintah

2. Hibah

3. Bantuan Keuangan 4. Bagi Hasil dari Provinsi

Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD) yang berasal dari potensi asli daerah yang bersangkutan sesuai kewenangan daerah tersebut. Penerimaan tersebut akan menambah ekuitas dana lancar dalam

(12)

periode tahun anggaran yang bersangkutan dan menjadi hak pemerintah daerah serta tidak perlu dibayar kembali. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Selanjutnya menurut Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang tersebut di atas, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah adalah meliputi hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, komisi potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan atau pengadaan barang dan atau jasa oleh daerah.

2.2.2. Pengeluaran Pemerintah

Dalam melaksanakan semua kegiatan, pemerintah membutuhkan sejumlah pembiayaan. Dalam hal ini didukung oleh penerimaan pemerintah baik yang berasal dari penerimaan daerah maupun penerimaan pembangunan. Kegiatan pemerintah yang berupa pengeluaran pemerintah dibagi dua yaitu: pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin adalah bagian yang biasanya dibelanjakan setiap tahun anggarannya secara teratur. Pengeluaran pembangunan adalah bagian dari pengeluaran yang khusus digunakan untuk pengeluaran pembangunan daerah.

Menurut Boediono (2001) dalam teori ekonomi makro, pengeluaran pemerintah terdiri dari tiga pos utama yang dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa.

2. Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai, perubahan gaji pegawai yang mempunyai proses makroekonomi dimana perubahan gaji pegawai akan mempengaruhi tingkat permintaan secara tidak langsung.

(13)

3. Pengeluaran pemerintah untuk transfer payment. Transfer payment adalah bukan pembelian barang / jasa oleh pemerintah di pasar barang, akan tetapi pos ini mencatat pembayaran atau pemberian pemerintah langsung kepada warganya, misalnya: pembayaran subsidi atau bantuan langsung tunai kepada berbagai golongan masyarakat. Pembayaran pensiun, pemabayaran pinjaman pemerintah kepada masyarakat. Secara ekonomis transfer payment mempunyai pengaruh yang sama dengan pos gaji pegawai meskipun secara administratif keduanya berbeda.

Pengeluaran pemerintah dalam arti riil dapat dipakai sebagai indikator besarnya kegiatan pemerintah yang dibiayai oleh pengeluaran pemrintah itu, semakin besar dan banyak kegiatan pemerintah semakin besar pula pengeluaran pemerintah yang bersangkutan.

Menurut Suparmoko (1999) sifat-sifat pengeluaran pemerintah:

1. Pengeluran yang self liquidating sebagian atau seluruhnya yaitu pengeluaran pemerintah yang berupa pemberian jasa kepada masyarakat yang pada akhirnya adanya pembayaran kembali dari masyarakat yang menerima jasa-jasa tersebut. 2. Pengeluaran pemerintah yang bersifat reproduktif, artinya mewujudkan

keuntungan-keuntungan ekonomi bagi masyarakat, dengan naiknya tingkatan penghasilan dan sasaran pajak yang lain yang akhirnya menaikkan penerimaan pemerintah.

3. Pengeluaran yang tidak self liquidating maupun yang tidak reproduktif yaitu pengeluaran yang langsung menambah kesejahteraan masyarakat.

4. Pengeluran yang secara langsung tidak produktif dan merupakan pemborosan. Misalnya: untuk pembiayaan pertahanan dan perang.

(14)

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan daerah pada hakekatnya ditentukan oleh potensi sumber daya alam yang ada, prasarana dan sarana yang dibangun, modal yang tersedia serta kemampuan sumber daya manusia di masing-masing daerah. Keempat sumber daya tersebut harus cukup tersedia untuk menunjang pembangunan daerah (Sumodiningrat, 1996). Untuk mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi yang diinginkan diperlukan mekanisme pembangunan yang lebih sistematis. Yang dimaksud dengan mekanisme pembangunan adalah gerak ke depan dari suatu sistem yang berdimensi pada produksi, pendapatan, tingkat hidup, sikap, kelembagaan serta kebijakan. Mekanisme pembangunan ini ditopang oleh sumber-sumber berupa modal fisik, modal manusia dan modal kelembagaan. Dalam usaha untuk meningkatkan pembangunan, ketiga-tiganya harus ditingkatkan kuantitasnya, diperbaiki kualitasnya dan dimanfaatkan secara lebih efisien. Jumlah penyediaan modal fisik ini dapat diukur dengan uang. Modal fisik dalam hal ini diasumsikan mewakili modal keseluruhan, sedangkan pendapatan nasional dianalogkan dengan produksi nasional, sehingga walaupun kurang tepat, suatu kenaikan pendapatan nasional dapat dipergunakan sebagai ukuran kemajuan ekonomi (Kunarjo, 1996).

Walaupun pengeluaran pemerintah secara keseluruhan sangat penting dalam sumbangannya terhadap pendapatan nasional, tetapi yang lebih penting lagi adalah penentuan komposisi dari pengeluaran pemerintah. Komposisi dari pengeluaran pemerintah merupakan strategi untuk mencapai sasaran dari pembangunan nasional. Dengan komposisi pengeluaran akan terjawab pertanyaan pengeluaran mana kiranya yang lebih diprioritaskan. Misalnya apakah pengeluaran rutin harus lebih besar dari biaya pembangunan ataukah sektor pertahanan diperbesar lebih dari anggaran untuk sektor-sektor lainnya (Kunarjo, 1996).

(15)

Anggaran belanja yang seimbang pada umumnya dititik beratkan pada perbaikan dan rehabilitasi prasarana. Di samping itu, anggaran belanja juga memegang peranan yang sangat penting dalam mendorong kredit investasi jangka menengah melalui sistem perbankan. Dalam menyalurkan dana-dana kredit ke bidang-bidang produksi yang diprioritaskan, pemerintah mempergunakan suku bunga pinjaman yang berlainan tergantung sektor apa yang menjadi prioritas pembangunan, akan mendapata bunga pinjaman yang diprioritaskan.

2.3. Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata–rata penduduk di

suatu negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan

nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan

perkapita juga merefleksikan PDB perkapita. Pendapatan perkapita sering

digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah

negara semakin besar pendapatan perkapitanya, semakin makmur negara tersebut

( Wikipedia, 2011 ).

Pendapatan nasional pada dasarnya merupakan kumpulan pendapatan

masyarakat suatu negara. Tinggi rendahnya pendapatan nasional akan

mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan per kapita negara yang bersangkutan.

Akan tetapi, banyak sedikitnya jumlah penduduk pun akan mempengaruhi jumlah

pendapatan per kapita suatu Negara.

Rumusan dasar pendapatan kapita adalah PDB dibagi dengan jumlah

penduduk. Dari rumusan ini dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah penduduk

sangat mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan per kapita suatu Negara.

(16)

Suatu Negara dikatakan maju seara merata bila pendapatan per kapitanya besar.

Meskipun pendapatan nasional suatu Negara tinggi, namun jika tingginya

pendapatan nasional itu diikuti oleh tingginya jumlah penduduk, maka bukan

tidak mungkin Negara itu hanya maju secara pendapatan namun miskin secara

rumah tangga.

Pendapatan nasional juga bisa berarti jumlah pendapatan yang diterima

oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan

faktor-faktor produksi selama satu tahun. Jika pendapatan nasionalnya tinggi

namun pendapatan per Kapitanya rendah, bisa dikatakan bahwa pertumbuhan

ekonomi di Negara itu tidak meratamaka kesenjangan sosial di Negara itu jelas

terasa karena yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin akan semakin

terpuruk. Hal ini pulalah yang menyebabkan Negara tersebut dikatakan miskin.

Masalah yang sering dihadapi Negara berkembang adalah masalah tidak

meratanya penghasilan penduduknya. hal ini sebenarnya bisa diatasi jika

pemerintah menerapkan beberapa kebijakan yang naninya dapat menyeimbangkan

pendapatan nasional dengan jumlah penduduk.

2.3.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto dapat diartikan sebagai estimasi total

produk barang dan jasa yang diterima oleh masyarakat suatu daerah sebagai balas

jasa dari penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya. Dalam hal ini maka

pendapatan yang dihasilkan atas penggunaan faktor-faktor tetapi berada di luar

wilayah tersebut tidaklah diperhitungkan.

Konsep regional Produk Domestik Bruto dikenal sebagai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan indikator ekonomi makro suatu daerah, yang

(17)

menggambarkan ada atau tidaknya perkembangan perekonomian daerah. Dengan menghitung PDRB secara teliti dan akurat baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai keberhasilan pembangunan di suatu daerah, yang memperlihatkan laju pertumbuhan ekonomi yang mewakili peningkatan produksi di berbagai sektor lapangan usaha yang ada Berdasarkan rumusan pengertian di atas, maka dalam konsep regional, pertumbuhan ekonomi daerah adalah angka yang ditunjukkan oleh besarnya tingkat pertumbuhan produk domestik regional bruto suatu daerah yang diukur atas dasar harga konstan. Bagi suatu daerah provinsi, kabupaten/kota gambaran PDRB yang mencerminkan adanya laju pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dalam data sektor-sektor ekonomi yang meliputi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik gas dan air bersih, bangunan, perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa lainnya. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari data konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal bruto, perubahan persediaan, ekspor dan impor. Sedangkan pertumbuhan ekonomi daearah dirumuskan sebagai berikut:

PDRBt - PDRBt-1

PED = x 100 %

PDRBt-1

Di mana : PED = Pertumbuhan Ekonomi Daerah

PDRBt = Produk Domestik Regional Bruto Periode Tertentu

(18)

Menurut Kusmadi

dalam Prihatin (1999) produk domestik regional bruto

(PDRB) merupakan satu indikator ekonomi untuk mengukur kemajuan

pembangunan di suatu wilayah. Sebagai nilai dari semua barang dan jasa yang

dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi, PDRB bermanfaat untuk mengetahui

tingkat produk netto atau nilai tambah yang dihasilkan seluruh faktor produksi,

besarnya laju pertumbuhan ekonomi, dan pola/struktur perekonomian pada satu

tahun atau periode di suatu negara atau wilayah tertentu.

Berdasarkan lapangan usaha, PDRB dibagi dalam sembilan sektor,

sedangkan secara makro ekonomi dibagi menjadi tiga kelompok besar yang

disebut sebagai sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor primer apabila

outputnya masih merupakan proses tingkat dasar dan sangat bergantung kepada

alam, yang termasuk dalam sektor ini adalah sektor pertanian dan sektor

pertambangan dan penggalian. Untuk sektor ekonomi yang outputnya berasal dari

sektor primer dikelompokkan ke dalam sektor sekunder, yang meliputi sektor

industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum serta sektor bangunan.

Sedangkan sektor-sektor lainnya, yakni sektor perdagangan, hotel dan restoran,

sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor bank dan lembaga keuangan lainnya

serta sektor jasa-jasa dikelompokkan ke dalam sektor tersier (Sitorus dalam

Prihatin, 1999).

Dalam perhitungan pendapatan nasional, terdapat 2 (dua) metode antara

lain :

1.

Metode langsung, yaitu perhitungan nilai tambah dari suatu lapangan

usaha/sektor atau sub sektor suatu region dengan cara mengalokasikan angka

pendapatan nasional.

(19)

2.

Metode tidak langsung, yaitu metode alokasi pendapatan nasional dengan

memperhitungkan nilai tambah sektor/sub sektor suatu region dengan cara

mengalokasikan angka pendapatan nasional dan sebagai dasar alokasi adalah

jumlah produksi fisik, nilai produksi fisik, nilai produksi bruto/netto dan

tenaga kerja, serta alokator tidak langsung.

Metode umum yang digunakan dalam kedua metode di atas adalah dengan

metode langsung, seperti di Indonesia bahkan juga di Pemerintah Kota Medan

(BPS Kota Medan, 2010)

Metode dimaksud dilaksanakan dengan beberapa pendekatan antara lain :

1.

Pendekatan Produksi (Production Approach), yaitu menghitung nilai tambah

dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan

cara mengurangkan biaya tiap-tiap sektor/sub sektor.

2.

Pendekatan Pendapatan (Income Approach), yaitu menghitung nilai tambah

setiap sektor kegiatan ekonomi dengan menjumlahkan semua balas jasa

faktor-faktor produksi yaitu upah/gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak

tidak langsung netto.

3.

Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach), yaitu menghitung nilai

tambah suatu kegiatan ekonomi yang bertitik tolak pada penggunaan akhir

dari barang dan jasa yang diproduksi.

Pendekatan yang umum digunakan Negara Republik Indonesia adalah dari

segi Pendekatan Produksi. Perlu diperhatikan bahwa dalam menjumlahkan hasil

produksi barang dan jasa, haruslah dicegah perhitungan ganda (Double

Counting/Multiple Counting). Hal tersebut penting sebab sering terjadi bahan

(20)

mentah suatu sektor dihasilkan oleh sektor lain, sehingga nilai bahan mentah

tersebut telah dihitung pada sektor yang menghasilkannya.

Produk Domestik Regional Bruto secara keseluruhan maupun sektoral

umumnya disajikan dalam dua bentuk yaitu penyajian atas dasar harga berlaku

dan atas dasar harga konstan dengan suatu tahun dasar .Penyajian atas dasar harga

berlaku menunjukkan besaran nilai tambah bruto masing-masing sektor, sesuai

dengan keadaan pada tahun sedang berjalan. Dalam hal ini penilaian terhadap

produksi, biaya antara ataupun nilai tambahnya dilakukan dengan menggunakan

harga berlaku pada masing-masing tahun.

Penyajian atas dasar harga konstan merupakan penyajian harga yang

berlaku secara berkala, perkembangan pendapatan regional dapat diartikan

sebagai perkembangan karena mengingkatnya produksi juga diikuti oleh

meningkatnya harga-harga. Oleh kartena itu penyajian seperti ini masih

dipengaruhi oleh adanya faktor perubahan harga (inflasi/deflasi). Penyajian atas

dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan harga tetap suatu tahun dasar.

Dalam hal ini semua barang dan jasa yang dihasilkan, biaya antara yang

digunakan ataupun nilai tambah masing-masing sektor dinilai berdasarkan

harga-harga pada tahun dasar. Penyajian seperti ini akan memperlihatkan perkembangan

produktivitas secara riil karena pengaruh perubahan harga (inflasi/deflasi) sudah

dikeluarkan.

Angka PDRB secara absolut memberikan gambaran besarnya tingkat

produksi suatu wilayah. Angka PDRB yang dinilai dengan harga konstan

memperlihatkan laju pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut yang diwakili oleh

peningkatan produksi berbagai sektor.

(21)

Dari uraian-uraian tersebut akan diperlihatkan adanya kenaikan PDRB

maupun pendapatan regional perkapita, perubahan dan pergeseran strukur

ekonomi menurut sektor-sektor primer, sekunder maupun tertier. Pergeseran

struktur pada masing-masing sektor yang bersangkutan seperti sektor pertanian,

industri, perdagangan, pemerintahan dan sektor-sektor lainnya.

2.3.2. Jumlah Penduduk

Penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Tetapi jumlah penduduk yang bertambahnya semakin pesat akan menimbulkan berbagai permasalahan bagi pembangunan. Demikian pula Indonesia sebagai negara berkembang yang memiliki ciri labour surplus economy dan memiliki jumlah penduduk yang keempat terbesar dunia.

Permasalahan yang ditimbulkan akibat pertambahan penduduk yang pesat

di antaranya masalah ketenagakerjaan, kesempatan kerja yang dikaitkan dengan

peluang ekonomi yang diperoleh. Misalnya penduduk dipandang sebagai

konsumen, semakin banyak penduduk, semakin besar permintaan terhadap barang

jasa. Artinya negara yang berpenduduk jumlah besar merupakan pasar yang

sangat potensial bagi peningkatan perekonomian (Rizal, 2006)

Konsep pembangunan berkelanjutan memberikan dampak adanya batas,

bukan batas absolut akan tetapi batas yang ditentukan oleh tingkat masyarakat dan

organisasi sosial, mengenai sumber daya alam serta kemampuan biosfer menyerap

berbagai pengaruh dari kreativitas manusia. Teknologi dan organisasi dapat

dikelola dan ditingkatkan guna member jalan bagi era baru pembangunan

ekonomi.

(22)

Dengan demikian strategi pembangunan berkelanjutan bermaksud

mengembangkan keselarasan baik antara umat manusia dengan alam. Keselarasan

tersebut tentunya tidak bersifat tetap, melainkan merupakan suatu proses yang

dinamis. Proses pemanfaatan sumber daya, arah investasi, orientasi

pengembangan teknologi, serta perubahan kelembagaan diselenggarakan secara

konsisten dengan kebutuhan masa kini dan masa depan. Oleh karena itulah dalam

pembangunan berkelnjutan, proses pembangunan ekonomi harus disesuaikan

dengan kondisi penduduk serta sumber daya alam dan lingkungan yang ada di

suatu wilayah tertentu.

Menurut Tjiptoherijanto (2002) beberapa alasan yang melandasi pemikiran

bahwa kependudukan merupakan faktor yang sangat strategis dalam kernagka

pembangunan nasional, antara lain adalah :

Pertama, kependudukan atau dalam hal ini adalah penduduk merupakan

pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan.

Penduduk adalah subjek dan objek pembangunan. Sebagai subjek pembangunan

maka penduduk harus dibina dan dikembangkan sehingga mampu menjadi

penggerak pembangunan. Sebaliknya, pembangunan juga harus dapat dinikmati

oleh penduduk yang bersangkutan. Dengan demikian jelas bahwa pembangunan

harus dikembangkan dengan memperhitungkan kemampuan penduduk agar

seluruh penduduk dapat berpartisipasi aktif dalam dinamika pembangunan

tersebut. Sebaliknya, pembangunan tersebut baru dikatakan berhasil jika mampu

meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam arti yang luas.

Kedua, keadaan dan kondisi kependudukan yang ada sangat

mempengaruhi dinamika pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Jumlah

(23)

penduduk yang besar jika diikuti dengan kualitas penduduk yang memadai akan

merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya jumlah penduduk

yang besar jika diikuti dengan tingkat kualitas yang rendah, menjadikan penduduk

tersebut sebagai beban bagi pembangunan.

Ketiga, dampak perubahan dinamika kependudukan baru akan terasa

dalam jangka yang panjang, Karena dampaknya baru terasa dalam jangka waktu

yang panjang, sering kali peranan penting penduduk dalam pembangunan

terabaikan.

Menurut Sukirno (2000) penduduk yang bertambah dapat menjadi pendorong maupun penghambat pertumbuhan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja dan penambahan tersebut akan memungkinkan negara tersebut menambah produksi. Selain itu pula perkembangan penduduk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui perluasan pasar yang diakibatkannya. Besarnya luas pasar dari barang-barang yang dihasilkan dalam suatu perekonomian tergantung pendapatan penduduk dan jumlah penduduk.

Akibat buruk dari pertambahan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi dapat terjadi ketika jumlah penduduk tidak sebanding dengan faktor-faktor produksi lain yang tersedia. Ini berarti penambahan penggunaan tenaga kerja tidak akan menimbulkan pertambahan dalam tingkat produksi atau pun kalau bertambah, pertambahan tersebut akan lambat sekali dan tidak mengimbangi pertambahan jumlah penduduk.

2.4. Penelitian Sebelumnya

Brodjonegoro dan Dartanto (2003) dalam penelitiannya Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kesenjangan Daerah : Analisa Model Makro

(24)

Ekonometrik Simultan. Hasil studi menunjukkan bahwa setelah pelaksanaan desentralisasi fiskal kesenjangan antar wilayah semakin besar antar daerah di Indonesia. Dalam era desentralisasi fiskal dengan transfer dana dari Pemerintah Pusat dan kewenangan yang luas kepada daerah untuk mengelola dan mengoptimalkan potensi-potensi ekonomi yang ada memberi efek positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.

Sasana (2006) dalam penelitiannya Analisis Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah. Hasil studi menunjukkan bahwa desentralisasi fiskal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah. Hasil estimasi ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi desentralisasi fiskal di Kabupaten/Kota akan semakin tinggi pula pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.

Harianto dan Adi (2007) dalam penelitiannya Hubungan Antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Perkapita. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Dana Alokasi Umum sangat berpengaruh terhadap Belanja Modal. Belanja Modal mempunyai dampak yang signifikan dan negatif terhadap Pendapatan Per Kapita dalam hubungan langsung, tetapi juga mempunyai hubungan yang positif dalam hubungan tidak langsung melalui Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli Daerah sangat berpengaruh terhadap Pendapatan Per Kapita, tetapi pertumbuhan yang terjadi masih kurang merata sehingga banyak ketimpangan/jarak ekonomi antar daerah. Dana Alokasi Umum mempunyai dampak yang signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah melalui Belanja Modal (efek tidak langsung).

Zuliyanto (2010) dalam penelitiannya Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bengkulu. Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat

(25)

bentuk hump-shaped (a hump-shaped relation) dalam pengaruh desentralisasi fiskal di provinsi Bengkulu. Artinya pada saat derajat desentralisasi fiskal belum terlampau tinggi, maka kebijakan desentralisasi fiskal akan membawa pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, namun pada derajat desentralisasi fiskal terlampau tinggi, kebijakan desentralisasi fiskal justru akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian daerah dengan derajat desentralisasi rendah seperti Kabupaten Kaur dan Lebong perlu meningkatkan derajat desentralisasi fiskal karena peningkatan derajat desentralisasi fiskal akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Sementara daerah dengan derajat desentralisasi tinggi seperti Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Utara sebaiknya tidak melakukan kebijakan yang berorientasi pada usaha peningkatan derajat desentralisasi fiskal, karena dapat menghambat pertumbuhan otonomi daerah. Pemerintah dengan derajat desentralisasi fiskal tinggi sebaiknya justru lebih berfokus untuk melakukan kebijakan efisiensi dan efektifitas pada anggaran pengeluaran pemerintah karena akan memberikan manfaat yang lebih baik bagi pertumbuhan ekonomi daerah.

Pusporini (2004) dalam Pengaruh Dana Perimbangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Era Desentralisasi Fiskal 2001-2003. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh desentralisasi fiskal terutama dan sisi penerimaan daerah (dana perimbangan dan pendapatan asli daerah) terhadap pertumbuhan ekonoml daerah di Indonesia, dan untuk mengetahui perbedaan karakteristik antara daerah kabupaten dengan daerah kota, serta untuk mengetahui perbedaan karakteristik antara daerah-daerah di Jawa-Bali dengan daerah-daerah-daerah-daerah di luar Jawa-Bali. Selain dipengaruhi oleh dana perimbangan dan pendapatan asli daerah, pertumbuhan ekonomi dikontrol pula dengan variabel pendapatan perkapita dan jumlah penduduk. Pendapatan perkapita menjadi penting dalam sumbangannya terhadap pertumbuhan, ekonomi karena

(26)

menjadi indikator bagi kesejahteraan penduduknya. Sedangkan jumlah penduduk menjadi penting karena merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan ekonomi sehingga akan besar pengaruhnya terhadap laju dan kecenderungan pertumbuhan ekonomi daerah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dana perimbangan dan pendapatan asli daerah secara signifikan mempunyai hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi, meskipun pengaruhnya sangat kecil. Nilai koefisien yang diperoleh adalah : pertama, jika perubahan dana perimbangan naik 1% maka pertumbuhan ekonomi akan naik 0,0078%; kedua, jika perubahan pendapatan asli daerah naik 1% maka pertumbuhan ekonomi akan naik 0,0072%. Hasil estimasi terhadap variabel kontrol pendapatan perkapita dan jumlah penduduk menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut secara konsisten mempunyai hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa jika pendapatan perkapita dan jumlah penduduk meningkat maka pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat. Hasil estimasi juga menunjukkan bahwa antar daerah yang dilihat berdasarkan perbedaan status administratif antara daerah kabupaten dengan kota menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Dilihat dari perbedaan antar daerah yang dilihat berdasarkan perbedaan pulau yaitu daerah-daerah di Jawa-Bali dengan di luar Jawa-Bali menunjukkan arah hubungan yang positif. Hal ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi daerah-daerah yang berada di Jawa-Bali lebih tinggi daripada daerah-daerah yang berada di luar Jawa-Bali.

2.5. Kerangka Pemikiran

Desentralisasi fiskal dan pendapatan perkapita mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah menurut Mardiasmo (2002b) pemerintah daerah mampu menyediakan barang-barang publik dan jasa yang

(27)

ekonomi lokal. Pemberian wewenang (otonomi) yang lebih besar, membuat pemerintah daerah lebih leluasa melakukan alokasi yang efisien pada berbagai potensi lokal sesuai dengan kebutuhan. Hal ini pada giliranya mampu mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan pendapatan per kapita, dan menurut Brodjonegoro (2003) pemerintah daerah mempunyai kewenangan lebih besar untuk berinvestasi dan membelanjakan lebih banyak untuk berbagai sektor produktif. Kerangka konseptual penelitian disajikan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian

2.6. Hipotesis

Desentralisasi fiskal dan pendapatan perkapita secara simultan dan parsial berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Pemerintah Kota Provinsi Sumatera Utara. Pertumbuhan Ekonomi (Y) Pendapatan Perkapita (X2) Desentralisasi Fiskal (X1)

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

(!) Semua pembiayaan yang timbul akibat dari Perjanjian Kerja Sama ini dibebankan pada PIHAK PERTAMA dengan rincian pengalokasiannya diatur dalam Kerangka Acuan Kerja Sama yang

Dengan adanya payung hukum baru yaitu peraturan Dirjen Pajak Nomor 11/PJ/2016 tentang Pengaturan Lebih Lanjut mengenai pelaksanaan Undang- undang Nomor 11 Tahun 2016

Pekerjaan Survei Permintaan Jasa Angkutan Udara dilakukan untuk mendapatkan data mengenai kondisi / karakteristik jasa angkutan udara yang diperlukan

Sedangkan faktor internal yang akan mempengaruhi perekonomian Kabupaten Samosir untuk Tahun 2012 diperkirakan adalah Pertama, persentase belanja Tidak Langsung terhadap

Hasil praproses data yang menyatakan jumlah sequence di setiap tingkat takson dan setiap panjang fragmen untuk data latih dan data uji dapat dilihat pada Lampiran 4 dan

1 = isi laporan kurang lengkap (pendahuluan, isi, kesimpulan) dan tidak ditulis dengan sistematika yang tepat. 0 = tidak

Dapat dilihat bahwa diperoleh nilai R square sebesar 0,252, ini berarti R 2 mendekati 1 artinya semakin besar kemampuan variabel bebas (X) menjelaskan perubahan

fasilitas relaksasi stres sangat memperhatikan ketenangan dan kenyamanan dalam penyelesainan masalah stres, dimana fasilitas yang tidak membutuhkan tingkat ketenangan yang