• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH EPINEFRIN TERHADAP STRESS PADA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH EPINEFRIN TERHADAP STRESS PADA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH EPINEFRIN TERHADAP STRESS PADA IKAN MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Nilai Tugas Mandiri Mata kuliah : Fisiologi Hewan

Dosen Pengampu: Yuyun Maryuningsih, S. Si., M. Pd

Disusun Oleh:

Nama : Mita Yulia Hikmawati NIM : 14111610032

Kelas/Semester: Biologi B/VI

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stress merupakan suatu respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari organisme yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur tekanan baik dari internal maupun eksternal. Sedangkan stressor merupakan kejadian atau situasi, yang menjadi unsur yang dapat menimbulkan stress dan menyebabkan reaksi stress sebagai hasilnya. Stressor sangat bervariasi bentuk dan macamnya, mulai dari sumber-sumber psikososial dan perilaku seperti frustrasi, cemas dan kelebihan sumber-sumber bioekologi dan fisik seperti bising, polusi, temperatur dan gizi.

Ketika dihadapkan dengan perubahan yang terjadi di lingkungan, homeostasis akan terganggu dan organisme akan menderita stress selama masa adaptasi terhadap perubahan tersebut. Proses pemulihan homeostasis tersebut dinamakan sebagai adaptasi.

Derajat tertentu dari perubahan tersebut diinginkan dan bahkan diperlukan. Perubahan dapat menjadi faktor positif untuk perkembangan atau dapat menjadi kekuatan negatif yang akan membawa ke arah deteriorasi pada mental dan/atau fisik. Terlalu banyaknya situasi baru yang dihadapi pada satu waktu menimbulkan keadaan stress yang berlebihan. Ketika derajat dan jumlah perubahan tersebut melampaui kemampuan adaptasi maka yang terjadi adalah akan adanya fase stress yang negatif, yaitu suatu keadaan dimana keseimbangan mental dan fisik terganggu.

(3)

encer, sebaiknya berikan penanganan intensif pada hewan tersebut. Banyak faktor yang dapat menyebabkan hewan terserang stress. Salah satunya bisa karena ketidakmampuan hewan untuk beradaptasi pada lingkungan barunya. Stress pada hewan dikendalikan oleh mekanisme hormon adrenalin yakni epinefrin, yang dapat mempengaruhi stress pada hewan. Pada makalah ini akan dibahas mengenai stress pada hewan (ikan).

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu sistem endokrin dan bagaimana kaitannya dengan hormon pada hewan?

2. Apa itu epinefrin dan bagaimana strukturnya serta bagaimana mekanisme kerja epinefrin sebagai hormon?

3. Bagaimana pengaruh adanya epinefrin terhadap stress pada ikan?

4. Bagaimana cara menghindari stress dan penyakit lainnya yang terjadi pada ikan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui hormon dan kaitannya dengan sistem endokrin pada hewan.

2. Untuk mengetahui epinefrin dan strukturnya serta mengetahui mekanisme kerja epinefrin sebagai hormon.

3. Untuk mengetahui pengaruh hormon epinefrin terhadap stress pada ikan. 4. Untuk mengetahui cara menghindari stress dan penyakit lainnya yang

(4)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Endokrin dan Hormon

Sistem Endokrin disebut juga kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjar endokrin dinamakan hormon. Hormon berperan penting untuk mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan, antara lain aktivitas pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta koordinasi tubuh (Isnaeni, 2006).

Sistem endokrin hampir selalu bekerja sama dengan sistem saraf, namun cara kerjanya dalam mengendalikan aktivitas tubuh berbeda dari sistem saraf. Ada dua perbedaaan cara kerja antara kedua sistem tersebut. Kedua perbedaan tersebut yakni; dibandingkan dengan sistem saraf, sistem endokrin lebih nanyak bekerja melalui transmisi kimia.

Sistem endokrin memiliki waktu respons lebih lambat daripada sistem saraf. Pada sistem saraf, potensial aksi akan bekerja sempurna hanya dalam waktu 1-5 milidetik, tetapi kerja endokrin melalui hormon baru akan sempurna dalam waktu yang sangat bervariasi, berkisar antara beberapa menit hingga beberapa jam. Misalnya saja, Hormon adrenalin bekerja hanya dalam waktu singkat, namun hormon pertumbuhan bekerja dalam waktu yang sangat lama. Di bawah kendali sistem endokrin (menggunakan hormon pertumbuhan), proses pertumbuhan memerlukan waktu hingga puluhan tahun untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang sempurna (Latifah, 2005).

(5)

masuk ke aliran darah, tetapi masing-masing tipe hormon tersebut bekerja dan memberikan pengaruhnya hanya untuk sel tertentu (Suripto, 1994).

Berdasarkan komposisi kimianya hormon dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu (a) Kelompok yang berasal dari derivat asam amino. dikeluarkan oleh sel kelenjar buntu yang berasal dari jaringan nervus medulla suprarenal dan neurohipofise, contohnya hormon epinefrin dan norepinefrin, (b) Kelompok yang berasal dari polipeptida (protein), dihasilkan oleh kelenjar buntu yang berasal dari jaringan alat pencernaan. Contohnya hormon-hormon pituitaria (FSH, LH, TSH, ADH, dan oksitosin), (c) Kelompok yang berasal dari kolesterol (hormon steroid), dihasilkan oleh kelenjar buntu yang berasal dari mesotelium. Contoh hormon dari kelompok ini adalah progesteron, estrogen, aldosteron dan lainnya, (d) Kelompok yang berasal dari asam lemak tak jenuh dengan atom C-20 (hormon eikosanoat). Contohnya prostaglandin.

Sedangkan berdasarkan fungsinya, hormon diklasifikasikan menjadi; (a) Hormon perkembangan, yaitu hormon yang memegang peranan di dalam perkembangan dan pertumbuhan. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar gonad, (b) Hormon metabolisme, proses homeostasis glukosa dalam tubuh diatur oleh bermacam-macam hormon, contohnya glukokortikoid, glukagon, dan katekolamin, (c) Hormon tropic, dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan fungsi endokrin yakni kelenjar hipofisis sebagai hormon perangsang pertumbuhan folikel (FSH) pada ovarium dan proses spermatogenesis, dan (d) Hormon pengatur metabolisme air dan mineral, kalsitonin dihasilkan oleh kelenjar tiroid untuk mengatur metabolisme kalsium dan fosfor (Sativani, 2010).

Gambar hormone

(6)

B. Struktur Epinefrin dan Mekanisme Kerja Hormon Epinefrin

Epinefrin merupakan hormone yang dilepaskan oleh kelenjar adrenal dan dikeluarkan dalam keadaan ekstrem atau darurat. Epinefrin merupakan hormone adrenal yang memiliki metal terikat pada nitrogen. Epinefrin bekerja sebagai neurontransmitter yang mengantarkan sinyal antara neuron dan sel-sel dalam tubuh.

Epinefrin disekresikan di bawah pengendalian sistem persarafan simpatis. Dapat meningkat dalan keadaan dimana individu tidak mengetahui apa yang akan terjadi. Pengeluaran yang bertambah akan meningkatkan tekanan darah untuk melawan shok yang disebabkan oleh situasi darurat (Bramardianto, 2013).

Sekresi hormon epinefrin pada manusia melalui peningkatan kerja sistem pernafasan yang mengakibatkan paru-paru bekerja ekstra untuk mengambil oksigen lebih banyak hingga meningkatkan peredaran darah di seluruh bagian tubuh mulai dari otot-otot hingga ke otak, dan peningkatan tersebut disebutkan beberapa riset dapat mencapai 300% melebihi batas normal. Akibatnya, bukan jantung saja yang dapat berdebar lebih kencang, namun keseluruhan sistem tubuh termasuk pengeluaran keringat juga akan meningkat dengan cepat. Aliran darah di kulit akan berkurang untuk dialihkan ke organ lain yang lebih penting sehingga orang-orang yang menghadapi stress biasanya mudah berkeringat, dimana dalam pengertian awam sering disebut keringat dingin. Sekresi ini menaikkan konsentrasi gula darah dengan menaikkan kecepatan

Gambar struktur hormone epinefrin

(7)

glikogenolisis di dalam liver. Rangsangan sekresi epinefrin bisa berupa stress fisik atau emosional yang bersifat neurogenik.

Faktor yang berfungsi mengatur sekresi epinefrin, antara lain: (a) Faktor saraf, yang merupakan bagian medula mendapat pelayanan dari saraf otonom. Oleh karena itu sekresinya diatur oleh saraf otonom, (b) Faktor kimia: Susunan bahan kimia atau hormon lain dalam aliran darah mempengaruhi sekresi hormon tertentu, dan (c) Komponen non hormonal.

Epinefrin segera dilepaskan di dalam tubuh saat terjadi respon terkejut atau waspada. Saat tubuh mengalami ketegangan yang parah, hipotalamus mengirimkan perintah ke kelenjar pituitari agar melepaskan ACTH (hormon adrenokortikotropis). Di sisi lain, ACTH merangsang korteks adrenal, mendorong pembuatan kortikosteroid. Kortikosteroid ini memastikan produksi glukosa dari molekul-molekul seperti protein, yang tak mengandung karbohidrat. Akibatnya, tubuh menerima tenaga tambahan dan tekanan pun berkurang (Helyumna, 2011).

Cairan ini mengirimkan lebih banyak gula dan darah ke otak, membuat orang lebih siaga. Tekanan darah dan detak jantungnya meningkat, membuatnya lebih waspada. Ini hanyalah beberapa perubahan yang dihasilkan epinefrin pada tubuh seseorang.

Saat ada bahaya, reseptor di dalam tubuh ditekan, dan otak mengirimkan perintah secepat kilat ke kelenjar adrenal. Sel-sel di bagian dalam kelenjar adrenal lalu beralih ke keadaan siaga dan melepaskan hormon epinefrin untuk menghadapi keadaan darurat. Molekul-molekul epinefrin bercampur dengan darah dan menyebar ke seluruh bagian tubuh sebagai bentuk respon terhadap stress.

Gambar mekanisme kerja hormone epinefrin

(8)

C. Hormon Epinefrin dan Kaitannya dengan Stress Pada Ikan

Hormon epinefrin berfungsi memicu reaksi terhadap tekanan dan kecepatan gerak tubuh. Tidak hanya gerak, hormon ini pun memicu reaksi terhadap efek lingkungan seperti suara derau tinggi atau intensitas cahaya yang tinggi. Reaksi yang sering dirasakan adalah frekuensi detak jantung meningkat, keringat dingin dan keterkejutan atau shock.

Fungsi hormon ini mengatur metabolisme glukosa terutama disaat stress. Hormon epinefrin timbul sebagai stimulasi otak, menjadi waswas dan siaga. Dan secara tidak langsung akan membuat indra kita menjadi lebih sensitif untuk bereaksi. Stress dapat meningkatkan produksi kelenjar atau hormon epinefrin. Sebenarnya, jika tidak berlebihan, hormon bisa berakibat positif, lebih terpacu untuk bekerja atau membuat lebih fokus. Tetapi, jika hormon diproduksi berlebihan akibat stress yang berkepanjangan, akan terjadi kondisi kelelahan bahkan menimbulkan depresi. Penyakit fisik juga mudah berdatangan, akibat dari darah yang terpompa lebih cepat, sehingga menganggu fungsi metabolisme dan proses oksidasi di dalam tubuh.

Epinefrin selalu akan dapat menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah arteri dan memicu denyut dan kontraksi jantung sehingga menimbulkan tekanan darah naik seketika dan berakhir dalam waktu pendek. Hormon epinefrin menyebar di seluruh tubuh, dan menimbulkan tanggapan yang sangat luas, misalnya laju dan kekuatan denyut jantung meningkat sehingga tekanan darah meningkat, kadar gula darah dan laju metabolisme meningkat, bronkus membesar sehingga memungkinkan udara masuk dan keluar paru-paru lebih mudah, pupil mata membesar, kelopak mata terbuka lebar, dan diikuti dengan rambut berdiri.

Keadaan stress akan merangsang pengeluaran hormon epinefrin secara berlebihan sehingga menyebabkan jantung berdebar keras dan cepat. Hormon epinefrin diproduksi dalam jumlah banyak pada saat sedang marah. Indikasi stress adalah sulit tidur, cepat lelah, mudah terusik, kepala pusing, dan sebagainya. Penderita stress umumnya juga kehilangan nafsu makan.

(9)

paru-paru menyerap oksigen lebih banyak, glukogen diubah menjadi glukosa yang bersama-sama dengan oksigen merupakan sumber energi. Detak jantung dan tekanan darah juga meningkat sehingga metabolisme meningkat. Pada manusia, hormon ini berfungsi untuk mencegah efek penuaan dini seperti melindungi dari Alzheimer, penyakit jantung, kanker payudara dan ovarium juga osteoporosis. Semakin tinggi tingkat DHEA (dehidroepiandrosteron) dalam tubuh, maka makin padat tulang.

Molekul-molekul epinefrin memiliki fungsi khusus dalam pembuluh vena dan arteri yang memastikan bahwa organ-organ penting menerima lebih banyak aliran darah di saat bahaya, dan karena itu, molekul-molekul ini melebarkan pembuluh darah menuju jantung, otak, dan otot. Sel-sel yang mengelilingi pembuluh merespon epinefrin dan mengalirkan lebih banyak darah yang dibutuhkan jantung. Dengan cara ini, darah tambahan yang dibutuhkan oleh otak, otot, dan jantung dapat dipasok.

Secara garis besar, aksi yang ditimbulkan oleh epinefrin antara lain : menambah kadar gula darah (hiperglikemik), merangsang adenohipofisis untuk pelepasan ACTH, meningkatkan konsumsi oksigen dan laju metabolisme basal, menaikkan frekuensi (efek kronotropik positif) dan amplitudo kontraksi jantung, dilatasi pembuluh darah di otot rangka dan hati, keresahan, kecemasan, perasaan lelah, mengurangi kadar eosinofil, meningkatkan kecepatan tingkat metabolik yang independen terhadap hati (Medical Study, 2011).

(10)

hiperpolarisasi dan penghambatan transmisi potensial aksi yang menstimulasi eksitabelitas jaringan maka hewan tampak tenang atau rileks. Dopamin pada posisi lain mengaktivitasi protein Gi yang berikatan dengan reseptor α2, kondisi ini akan menghambat adenil siklase sehingga cAMP menurun. Hal ini sebagai umpan balik kanal ion K+ (Permatasari, 2012).

Hewan yang berada dalam kondisi stress akan mensekresikan dopamin yang berlebihan sehingga aktivasi protein Gi meningkat dan aktivasi kanal ion K+ pun meningkat. Hal ini menyebabkan ion K+ dalam jumlah berlebih akan keluar dari kanal ion sehingga terjadi hiperpolarisasi dan penghambatan transmisi potensial aksi yang berlebihan hingga terjadi hipereksitabelitas jaringan dan mendepresikan susunan syaraf pusat.

Beberapa penyebab stress pada ikan antara lain; Aquarium Mates, aquarium ukuran, aquarium air suhu, dan parameter air. Aquarium mates adalah kompatibilitas, dimana ikan agresif mengejar ikan pemalu yang berada di sekitarnya, dan ikan yang lebih kecil yang tidak memiliki tempat persembunyian akan merasa stress ketika berada di sekitar ikan besar. Aquarium ukuran, dimana tempat (lingkungan ikan seperti aquarium dan lainnya) tidak proporsional sehingga lebih banyak ikan dibandingkan dengan ruang geraknya. Dalam keadaan ini, sebagian ikan akan merasa stress.

Aquarium air suhu, dimana fluktuasi suhu harus moderat dan dikendalikan setiap saat. Suhu optimum untuk ikan akan bervariasi dari masing-masing ikan, namun, suhu yang terlalu rendah (terlalu dingin) atau suhu tinggi (hangat atau panas) akan menyebabkan stress pada ikan.

Aquarium Air, maksudnya yakni perubahan dapat menyebabkan stress

sehingga penting untuk mengukur suhu pada saat mengganti air agar selalu konstan untuk menghindari stress pada ikan. Air Parameter, dimaksudkan sebagai kualitas air yang buruk atau beracun merupakan penyebab yang paling signifikan untuk stress.

(11)

atau kesadahan air harus dilakukan secara bertahap. Amonia dan nitrit sangat stress dan dapat merugikan jika tingkat tinggi bertahan.

Faktor lainnya yang dapat menyebabkan stress pada ikan yakni dapat juga disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen (ikan terengah-engah), makanan ikan yang tua (tidak diganti selama lebih dari sekali dua puluh empat jam), dan diet seimbang (Faiz, 2011).

Menurut Adam (1990 dalam Afiesh 2013), penyebab stress pada ikan yaitu; (a) Perubahan Lingkungan (Environmental Changes). Stressor yang disebabkan karena perubahan lingkungan contohnya suhu, kepadatan, salinitas, perubahan tekanan air, polusi, pH, perubahan arus air, muatan-muatan sedimen (kesadahan), konsentrasi DO (dissolve oxygen atau kelarutan oksigen dalam air) dan ketersediaan pakan. (b) Penanganan (Handling), berkaitan dengan cara perawatan terhadap ikan, misalnya pemeliharaan di tank, transportasi dan pemindahan ikan dengan menggunakan ember. (c) Penangkapan (Capture), berkaitan dengan teknik yang digunakan pada saat penangkapan, misalnya penangkapan menggunakan pukat harimau, trammel net, gil net, set net dan hand line.

Berbeda dengan Liviawati (1992 dalam Afiesh 2013) yang berpendapat bahwa penyebab stress menjadi tiga yakni stress kimia, stress lingkungan dan stress biologi. Stress kimia misalnya konsentrasi oksigen rendah, konsentrasi karbondioksida tinggi, amonia, nitrit, sublethal dari insektisida dan pestisida maupun logam berat. Stress lingkungan misalnya suhu ekstrim, air terlalu jenuh dengan gas atau intensitas cahaya yang berlebihan dan stress biologi yang meliputi aktivitas parasit eksternal maupun internal dan kondisi pakan tidak sesuai dengan kebutuhan ikan.

(12)

terhadap ancaman wilayah dan keselamatan. Respon ini biasanya pendek dalam durasi dan dianggap stress akut (Syahraini, 2012).

Jika stress telah akut, maka pelepasan corticosteriods terutama kortisol, yang berhubungan dengan stress kronis akan dilepaskan kepada sel target sebagai upaya ikan untuk beradaptasi. Kortisol dilepaskan sebagai respon terhadap semua stress, namun efeknya menjadi lebih besar. Dalam akuarium, faktor-faktor umum yang dapat menyebabkan respon stress kronis akan mencakup hal-hal seperti kualitas air yang buruk, suhu yang tidak tepat, ataupun racun. Ketika stress terjadi terus-menerus atau kronis dan tidak dapat dihindari, seperti akuarium, respon hormonal dan tingkah laku akan berakhir dan menjadi alat untuk beradaptasi dan mempertahankan kelangsungan hidup ikan. Pada titik ini, respon ikan menjadi maladaptif.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yazid dkk (2012), stress pada ikan dapat menyebabkan ikan mengalami penurunan berat badan, terserang penyakit seperti terserang infeksi dari ektoparasit, dan menurunnya daya tahan tubuh ikan sehingga ikan lebih mudah terserang penyakit. Jika tidak ditangani, maka akan menyebabkan penularan pada ikan yang berada di habitat yang sama sehingga dapat terjadi adanya kematian populasi.

D. Cara Menghindari Stress dan Penyakit Lainnya pada Ikan

Untuk mengurangi stress yang muncul dalam diri setiap individu, yang pertama dan utama adalah mengetahui penyebab timbulnya stress. Dengan mengetahui penyebabnya, akan mempermudah dalam menentukan cara mengurangi stress yang muncul pada diri individu.

(13)

Pola makan yang sehat dan bergisi. Pada umumnya pola makan yang sehat adalah minimal makan 3 kali dalam sehari, dan menunya 4 sehat 5 sempurna. Untuk itu, yang perlu diperhatikan adalah jenis asupan makanan komposisinya harus seimbang antara karbohidrat, lemak, dan protein. Oleh karena asupan makanan juga dapat menyebabkan timbulnya stress pada individu, terutama jenis makanan yang mengandung lemak. Sebagai contoh kaum wanita yang banyak mengkonsumsi lemak cenderung akan mengalami kegemukan, dan kegemukan adalah momok bagi kaum wantia. Selain itu, orang yang mengalami stress akan terjadi pemecahan lemak tubuh sehingga menambah kandungan lemak dalam darah sehingga akan menyebabkan wanita tersebut semakin gemuk (Sukadiyanto, 2010).

Selain manusia, hewan seperti ikan merespon stres pada tiga tingkatan. Respon stres ini terintegrasi meliputi: tingkat primer, sekunder dan tersier. Tanggapan utama adalah pelepasan hormon stres, corticosteriods dan katekolamin, ke dalam aliran darah. Respons sekunder adalah efek dari hormon-hormon pada tingkat sel termasuk mobilisasi dan realokasi energi, gangguan osmotik dan peningkatan denyut jantung, pengambilan oksigen dan transfer. Tanggapan tersier melampaui tingkat sel untuk seluruh binatang. Ini menghambat respon kekebalan, reproduksi, pertumbuhan dan kemampuan untuk mentolerir stres tambahan. Respon hormon stres internal pada ikan memiliki banyak kesamaan dengan yang mamalia. Indikator yang paling banyak diterima dari stres adalah tingkat kortisol plasma darah. Dua tindakan utama kortisol pada ikan adalah mengatur keseimbangan hydromineral atau osmotik dan metabolisme energi. Beberapa mempertimbangkan peran corticosteriods akan melindungi tubuh dari mekanisme pertahanan tubuh yang berlebihan (Zaifbio, 2012).

(14)

Selain mengalami stress, ikan juga dapat mengalami penyakit selain stress yang disebabkan oleh non parasit, makanan yang tidak baik, serta faktor gen yang telah ada dalam ikan tersebut dan faktor kepadatan ikan dalam suatu populasi.

(15)

BAB III PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dibahas pada bab pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Sistem Endokrin merupakan system yang buntu karena tidak mempunyai saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjar endokrin adalah hormon.

2. Epinefrin merupakan hormone adrenal yang memiliki metal terikat pada nitrogen. Epinefrin akan dilepaskan di dalam tubuh saat terjadi respon terkejut atau waspada.

3. Hormone epinefrin disekresikan ketika rangsang stress muncul, sehingga hormone ini hanya disekresikan pada saat keadaan stress. Hormone epinefrin juga mempengaruhi imun ikan karena jika terlalu banyak disekresikan maka homeostatis tubuh ikan tidak seimbang.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi hewan. Yogyakarta: Kanisius. Latifah, Eva Hanum dkk. 2005. Biologi 2. Bandung: Rosda. Suripto. 1994. Struktur Hewan. Bandung: Biologi ITB.

Sukadiyanto. 2010. Stress dan Cara Menanggulanginya. Cakrawala pendidikan, Artikel tidak diterbitkan.

Tarwiyah. 2011. Budidaya Perikanan. Jakarta: Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Yazid dkk. 2012. Jurnal Penelitian Intensitas dan Prevalensi Ektoparasit pada Ikan Bandeng (Chanos chanos) dalam Karamba Jaring Apung di Waduk Cirata Kabuparen Bandung Jawa Barat. Bandung: UNPAD.

Afish sp. 2013. Penyebab Stress Pada Ikan (online). Tersedia: http://afiesh sp.blogspot.com/ diunduh pada 4 April 2014 pukul 19.15 WIB.

Bramadianto. 2013. Efinefrin dan Non Epinefrin (online). Tersedia: http://www.bramardianto.com diunduh pada 4 April 2014 pukul 19.20 WIB. Faiz. 2013. Mencegah Stress Ikan (online). Tersedia: http://faizblog.blogspot.com/

diunduh pada 4 April 2014 pukul 19.28 WIB.

Helyumna, Maslahah. 2011. Sistem Endokrin (Hormon) online. Tersedia:

www.biologiasyik.com diunduh pada 4 April 2014 pukul 19.18 WIB.

Medical, Study. 2009. Hormon Epinefrin(Adrenalin) online. Tersedia:

http://www.studimedical.wordpress.htm diunduh pada 4 April 2014 pukul 19.23 WIB.

Permatasari, Fitria Ramdhany 2013. Stress pada Ikan (online). Tersedia:

http://www.unbrawblog.blogspot.com/ diunduh pada 4 April 2014 pukul 19.10 WIB.

Syahraini. 2012. Sistem Endokrin pada Hewan (online). Tersedia: http://syahraini-ritz blogspot.com/ diunduh pada 4 April 2014 pukul 19.18 WIB.

Sativani, Riza. 2010. Struktur dan Fungsi Hormone (online). Tersedia:

(17)

Gambar

Gambar hormone
Gambar struktur hormone epinefrin
Gambar mekanisme kerja hormone epinefrin

Referensi

Dokumen terkait

Kekurangan air mata dapat menyebabkan mata kekurangan nutrisi dan oksigen sehingga mata akan cepat lelah (Tjandra Yoga A, 2002:90). Berdasarkan pengujian yang dilakukan oleh

Hasil tersebut dapat dibuktikan dari uji F dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara stress kerja yang meliputi stress fisiologis, stress psikologis dan

terjadi dapat menyebabkan penekanan terhadap tali pusat sehingga janin akan kekurangan suplai nutrisi dan oksigen. Infeksi ascending juga dapat menjadi faktor terjadinya

Bahan anorganik pada penelitian ini adalah kromium heksavalen, sehingga pengaruh naiknya suhu air juga mengakibatkan ikan kekurangan oksigen, metabolisme terganggu karena kromium

Salah satu faktor yang penting dalam kegiatan transportasi ikan hidup adalah tersedianya oksigen. Kemampuan ikan untuk menggunakan oksigen tergantung dari tingkat

Karena penyempitan dinding pembuluh darah pada arteri koronaria menyebabkan suplay oksigen yang menuju ke jantung berkurang, jantung yang kekurangan oksigen akan mengubah

terdapat perubahan setelah diberikan Reminiscence Therapy dari stress sedang menjadi stress ringan, disebabkan karena Reminiscence Therapy fokus terhadap peristiwa-peristiwa yang

layer stress model (climate stress), layer coral cummunity susceptibility, layer ikan, layer karang, layer biodiversity yang diperoleh dari persamaan (layer ikan+layer