• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH RESPONSI PRECEPTORSHIP DAN MENTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH RESPONSI PRECEPTORSHIP DAN MENTO"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH RESPONSI PRECEPTORSHIP DAN MENTORSHIP Disusun Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Keperawatan I

Dosen Pembimbing : Agus Santoso, S.Kp, M.Kep

Disusun Oleh :

Sri Mangunatun Khasanah 22020113120009 A.13.1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kapada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya yang berjudul “Makalah Responsi Preceptorship dan Mentorship”.

Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan. Makalah ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, diantaranya :

1. Bapak Agus Santoso selaku koordinator Mata Kuliah Manajemen Keperawatan.

2. Bapak Muhamad Rofii selaku dosen pengampu Mata Kuliah Manajemen keperawatan

3. Bapak Bambang selaku dosen pengampu Mata Kuliah Manajemen keperawatan

4. Ibu Devi Nurmalia selaku dosen pengampu Mata Kuliah Manajemen keperawatan

5. Orang tua yang telah memberikan dorongan baik moral maupun materiil. 6. Teman-teman yang telah membantu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca. Penyusun mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan, terimakasih.

Semarang, 23 Mei 2015

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Tujuan... 1

C. Rumusan Masalah ... 2

BAB II ISI... 3

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan... 11

B. Saran... 11

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya untuk mengembangkan dan mengendalikan mutu keperawatan dapat dilakukan dengan salah satu cara yaitu mengembangkan lahan praktik keperawatan disertai dengan pembinaan sumber daya keperawatan untuk melaksanakan pengalaman belajar di lapangan dengan benar bagi peserta didik (Dermawan, 2012). Untuk mendukung dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan tersebut, dibutuhkan tenaga perawat yang kompeten dan professional, sehingga manajer keperawatan mengelola tenaga keperawatan dengan baik sejak proses awal (Kuntoro, 2010 dalam Indriani, Rahayu dan Pindani, 2013).

Proses pembelajaran dalam pendidikan keperawatan adalah meningkatkan kemampuan mahasiswa sebagai perawat profesional. Hasilnya adalah perawat yang mampu meningkatkan derajat kesehatan. Untuk itu, selain belajar teori mahasiswa keperawatan juga belajar di lapangan. Pembelajaran di lapangan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan asuhan keperawatan berdasarkan teori (Asmara, 2012). Namun, menurut kramer dalam Indriani, Rahayu dan Pindani (2013) masalah yang muncul dalam mahasiswa atau perawat baru adalah kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan kerja maupun ketika praktik di lapangan sebagai ketakutan akibat konflik antara peran keperawatan dan kenyataan peran sesungguhnya. Pengelolaan tenaga keperawatan dengan baik, dapat dilakukan dengan berbagai upaya salah satu metodenya adalah preceptorship dan mentorship.

B. Tujuan

Tujuan Umum :

Untuk mengetahui precetorship dan mentorship dalam keperawatan. Tujuan Khusus :

(5)

c. Untuk mengetahui manfaat precetorship d. Untuk mengetahui tahapan precetorship e. Untuk mengetahui definisi mentorship f. Untuk mengetahui tipe mentorship g. Untuk mengetahui tahapan mentorship h. Untuk mengetahui proses mentorship i. Untuk mengetahui mentor dalam mentorship j. Untuk mengetahui manfaat mentorship

C. Rumusan Masalah

a. Apa definisi dari preceptorship ? b. Apa tujuan dari preceptorship ? c. Apa manfaat dari preceptorship ? d. Apa saja tahapan dalam preceptorship ? e. Apa definisi dari mentorship ?

f. Apa saja tipe dari mentorship ? g. Apa saja tahapan dalam mentorship ? h. Bagaimana proses dalam mentorship ?

(6)

BAB II ISI A. Preceptorship

1. Definisi

Preceptorship merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mendidik perceptee dalam pembelajaran di klinik dengan cara mendidik yang sesuai dengan tujuan (objektif), dan karakterstik perceptee berdasarkan konsep pembelajaran (Nursalam, 2002). Menurut Asmara (2012), perceptorship berfokus pada transfer pengetahuan dan keterampilan perawat pemula atau mahasiswa. Metode ini mengintegrasikan dalam proses transisi atau pengaturan klinis bagi mahasiswa atau perawat pemula selama dibimbing oleh preceptor. Selama proses bimbingan terdapat hubungan timbal balik antara preceptor dan preceptee yaitu saling memberikan dukungan dan kepercayaan dalam lingkungan pembelajaran. Hubungan timbal balik tersebut juga ditunjukkan dengan adanya partisipasi aktif oleh preceptee dalam pembelajaran yang tidak hanya ceramah, informasi dan demenostrasi keterampilan. Dari pembahasan dan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa preceptorship merupakan proses mendidik yang dilakukan oleh seseorang (preceptor) untuk membantu mahasiswa atau perawat pemula mengenai pengetahuan dan keterampilan yang sesuai tujuan, karakteristik individu dan konsep pembelajaran. Menurut Mehen dan Clark dalam Indriani, Rahayu & Pindani (2013) preseptor adalah seorang perawat yang memiliki kemampuan ahli dalam perawatan klinis sehingga ia mengajar, memberikan bimbingan, menginspirasi rekannya, menjadi panutan, serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan preceptee dalam waktu tertentu. Tidak semua individu dapat menjadi preseptor, untuk menjadi preseptor kurang lebih memiliki pengalaman kerja selama 12 tahun dalam bidangnya. Menurut Dermawan (2012) untuk menjadi preceptor memiliki kriteria tertentu, yaitu :

a. Berpengalaman dan ahli di bidangnya b. Berjiwa kepemimpinan

c. Mempunyai keterampilan komunikais yang baik d. Mempunyai kemampuan membuat keputusan e. Mendukung perkembangan professional

(7)

g. Tidak mempunyai sikap yang menilai terlalu awal pada rekan kerja asertif h. Fleksibilitas untuk berubah

i. Mempu beradaptasi dengan kebutuhan pembelajaran individu.

2. Tujuan

Menurut Dermawan (2012) tujuan preceptorship dikategorikan menjadi 2 yaitu : a. Preceptorship secara mikro

Bertujuan membantu proses transisi dari pembelajaran ke praktisioner, dan memfasilitasi individu untuk berkembang dari lingkungan barunya.

b. Preceptorship secara makro

Bertujuan untuk melibatkan pengembangan perawat di dalam berorganisasi. Dengan preceptorship, dapat digunakan sebagai media untuk bersosialisasi dan orientasi, sehingga selama proeses ini dapat memberikan pandangan dan harapan preceptee akan memiliki kemampuan yang sama dengan preceptornya.

3. Manfaat

Metode preceptorship setelah diterapkan maka manfaatnya adalah tercapainya kompetensi, terbangun kepercayaan dan penyaluran atau berbagi pengetahuan dan keterampilan (Asmara, 2012). Manfaat dari penggunaan metode preceptorship tidak hanya bagi preceptee tetapi dapat dirasakan juga oleh preceptor yaitu pengingkatan diri preseptor dalam memecahkan masalah, dan peningkatan wawasan dalam memberikan bimbingan. Selain itu, adanya preseptor meningkatkan pengalaman dan rasa percaya diri preseptee dalam merawat pasien (Dermawan, 2012). Menurut Gruendemann (2005) dalam Indriani, Rahayu & Pindani (2013) Selama proses preceptorship akan terjalin kemitraan antara preseptor dan preseptee sehingga dapat menurunkan tingkat ansietas mahasiswa atau perawat baru dan meningkatkan produktivitas.

4. Tahapan Preceptorship

Proses preceptorship dimulai dari awal wawancara sampai akhir wawancara, yaitu : (Dermawan, 2012)

a. Persiapan Pertemuan (Awal Wawancara)

(8)

bimbingan serta mengidentifikasi dan cara belajar selama proses preceptorship. Untuk mencapai keberhasilan dalam bimbingan, tugas preceptor adalah mencari tahu mengenai kebutuhan preceptee, tugas apa saja yang dibebankan, menanyakan psikologis preceptee tentang kesiapan bimbingan dan memberikan dukungan untuk self assessment setiap tahap bimbingan.

b. Tahap Pelaksanaan (Wawancara Lanjutan)

Tahap kedua preceptor membantu preceptee untuk membahas mengenai kelemahan dan kelebihan preceptee, mengklarifikasi setiap ide yang ditentukan oleh preceptee, memberikan saran untuk perbaikan, dan preceptor menganalisis perkembangan selama wawancara.

c. Tahap Evaluasi (Wawancara Akhir)

(9)

B. Mentorship 1. Definisi

Mentorship (mentoring) merupakan hubungan antara orang yang mempunyai pengalaman atau keterampilan lebih dengan orang yang pengalaman atau keterampilannya sedikit yang disepakati untuk menambah atau mengembangkan kompetensi yang spesifik (M Murray dan M Owen, 1991 [seperti] dikutip oleh Dermawan, 2012). Menurut Rolfe Flett, 2001; Sencer, 1999 dalam Huriani dan Malini (2006), mentorship merupakan hubungan antara dua orang yang memberikan kesempatan untuk berdiskusi yang menghasilkan refleksi, melakukan kegiatan dan pembelajaran yang keduanya didasarkan kepada dukungan, kritik membangun, keterbukaan, kepercayaan, penghargaan, dan keinginan untuk belajar dan berbagi. Mentoring sebagai sarana proses belajar disana terdapat pembentukan karakter dan kepribadian sebagai mentee karena adanya seorang mentor dalam suatu organisasi. Melalui kegiatan belajar, seorang mentee akan menjadi lebih mandiri dibandingkan sebelumnya yang tergantung orang lain. Kegiatan belajar yang diharapkan terjadi yaitu mengalami sendiri dan menemukan sendiri fenomena praktik keperawatan yang dapat membangun kepercayaan diri, harga diri dan kesadaran diri yang merupakan dasar dalam penyelasaian suatu masalah (Nurachmah, 2007 dalam Dermawan, 2012).

2. Tipe

Menurut Dermawan (2012) tipe mentoring ada 2 yaitu : a. Mentoring Alami

Yang dimaksud dalam tipe mentoring ini adalah mentoring yang hubungannya tidak direncanakan, seperti persahabatan.

b. Mentoring yang di rencanakan

(10)

3. Tahapan Mentoring

Menurut John Maxwell dalam Dermawan (2012) tahapan mentoring ada empat, yaitu :

a. I do, you watch

Seorang mentor memberikan contoh kepada mentee, yaitu mentee melihat secara langsung apa yang dilakukan oleh mentor dari tahap persiapan sampai tahap evaluasi

b. I do, you help

Selanjutnya, mentor mengajak mentee untuk memulai membantunya. Sehingga pada tahap ini, mentee akan belajar dan merasakan proses lebih mendalam. Proses yang dimaksud adalah, mentee akan mulai mencoba untuk praktik secara langsung.

c. You do, i help

Tahap ketiga merupakan tahapan dimana seorang mentee mulai tampil dan melakukan tindakan. Peran mentor dalam tahapan ini adalah membantu mengarahkan agar mentee tetap dalam jalur yang benar.

d. You do, i watch

Tahap terakhir adalah seorang mentor merasa yakin dengan kompetensi dan kapabilitas mentee. Sehingga, mentor hanya mengamati mentee.

4. Proses dalam Mentoring a. Persiapan untuk penempatan

Mengalokasikan mentor untuk setiap mentee dengan penempatan dan durasi. b. Mengenalkan tempat praktik

Sebelum masuk tempat praktik, mentee harus mendapat pelatihan dalam penanganan basic life support, health and safety.

c. Interview kemajuan (intial interview)

- Membantu mentee menyususn tujuan yang bisa dicapai - Kenalkan mentee pada tempat kesempatan belajar (intermediate interview)

- Dukung mentee untuk mengkaji diri sendiri - Berikan saran untuk perbaikan

(11)

- Dorong mentee untuk menjawab pertanyaan (final interview)

- Mentee mengisi self assessment d. Evaluasi

Mentee dievaluasi praktiknya sebagai bagian dari proses audit atau pemeriksaan

5. Mentor

Tidak semua individu dapat menjadi seorang mentor, berikut merupakan syarat untuk menjadi mentor yaitu (Dermawan, 2012) :

a. Dapat dipercaya

b. Memiliki pengetahuan yang lebih baik c. Skill

d. Semangat tinggi e. Sikap empati f. Peduli

Selain syarat, mentor juga memiliki fungsi sebagai guru, penasihat, konselor, dan panutan. Kompetensi yang perlu mentor miliki adalah :

a. Memiliki pengetahuan dan pengalaman

b. Membangun kekuatan mentee dan memberikan umpan balik yang konstruktif

c. Memiliki keterampilan untuk berkomunikasi, konseling, dan pemberi instruksi

d. Memberikan informasi dan ketersediaan sumber (informasi)

e. Memiliki kemampuan yang baik untuk memberikan penilaian atau evaluasi

6. Manfaat

a. Bagi mentor

- Mentor akan belajar dan melakukan refleksi-perspektf yang luas, mengembangkan pandangan baru tentang masalah dan mengetahui lebih baik dari kebutuhan

(12)

- Puas dalam memberikan kontribusi positif untuk pengembangan individu dan organisasi.

b. Bagi mentee

- Pengembangan dalam belajar mandiri - Meningkatkan kompetensi manajerial

- Meningkatkan jaringan yang luas dari penyedia layanan

- Meningkatkan kapasitas untuk membuat “kemampuan belajar mengaplikasikan” dalam konteks organisasi

- Meningkatkan mawas diri, otonomi dan percaya diri.

C. Penerapan Metode Preceptorship dan Mentorship

Dalam penelitian Fatikhu Yatuni Asmara tahun 2012 metode preceptorship dan mentorship digunakan dalam penerapan bagi mahasiswa yang sedang belajar di lapangan berupa praktik keperawatan maternitas di RSU Wonosobo. Selama belajar praktik di rumah sakit ini, mahasiswa di berikan tugas untuk mencapai kompetensi seperti perawatan pasien antenatal, memutuskan diagnosis, intervensi, implementasi, evaluasi dan dokumentasi. Penggunaan metode ini dalam praktik keperawatan pencapaian kompetensi mahasiswa dan kepercayaan diri mahasiswa. Dari kategori tersebut didapatkan tema : pemahaman tentang penerapan preceptorship-mentorship, perilaku mahasiswa, dan efek psikologis dalam melakukan preseptorship-mentorship. Pada tema pertama mahasiswa mengetahui peran mereka, akan tetapi dalam penerapannya selama proses pembelajaran di lapangan terdapat bias antara mentor dan preceptor. Dimana preceptor dan mentor sama – sama menerima untuk konsultasi penyusunan laporan, sedangkan peran dari preceptor adalah memandu mahasiswa dalam merawat pasien termasuk dalam mendokumentasikan laporan.

(13)

jumlah preceptor, menggunakan co preceptor untuk mengawasi mahasiswa, membuat kesepakatan jadwal antara mentor dan mentee untuk diskusi, dan menerapkan metode dalam antenatal dan intranatal bangsal.

(14)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Preceptorship merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mendidik perceptee dalam pembelajaran di klinik berdasarkan konsep pembelajaran. Mentorship (mentoring) merupakan hubungan antara orang yang mempunyai pengalaman atau keterampilan lebih dengan orang yang pengalaman atau keterampilannya sedikit yang disepakati untuk menambah atau mengembangkan kompetensi yang spesifik.

Menurut Registered Nurses of Ontario (2008) dalam Asmara (2012), ada perbedaan antara preceptor dan mentor, yaitu preceptor betindak sebagai instrukstur. Preceptor melakukan metode selama pengawasan seperti diskusi, mengajari mahasiswa atau perawat baru secara langsung di bed pasien dan observasi. Selanjutnya, preceptor mentransfer atau memperagakan keterampilan dan pengetahuannya kapada pasien dan mahasiswa atau perawat baru mengamatinya. Sedangkan mentor bertindak sebagai evaluator. Mentor menilai kompetensi yang dicapai, kendala, mendiskusikan solusi untuk memecahkan masalah, dan merencanakan tindakan lebih lanjut (Lennox, Skinner & Foureur, 2008 dalam Asmara, 2012).

B. Saran

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Asmara, F. Y. (2012). Implementation Of Mentorship Preceptorship Method In Internship Nursing Student Nursing School Diponegoro University. (1-9).

Dermawan, D. (2012). Mentorship dan Preceptorship dalam Keperawatan. Profesi, 8,(1-9). Huriani, E., & Malini, H. (2006). Mentorship Sebagai Inovasi Metode Bimbingan Klinik

Dalam Keperawatan. (1-13).

Indriani, M. Y., Rahayu, BM. S., & Pindani, B. (2013). Pengalaman Dukungan Preceptor Pada Perawat Baru Selama Proses Magang Di Rumah Sakit Santo Brromeus Bandung. (1-9).

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan penerapan metode demonstrasi yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa

Untuk mengetahui penerapan metode Yanbu’a dalam belajar baca tulis dan menghafal Al- Qur’an di SMP Islam Al -Azhaar Tulungagung. Untuk mengetahui evaluasi penerapan metode

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap prestasi belajar siswa dan (2) mengetahui pengaruh penerapan

siswa dalam belajar dan untuk mengetahui pemahaman terhadap materi. “ Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”. Jakarta: Rineka Cipta. “ Peran Disiplin pada Perilaku dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran dengan metode Belajar Kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS pada

Praktikum dalam mata kuliah ini dimaksudkan untuk memberikan pengalaman lapangan kepada Saudara tentang berbagai hal yang berkaitan dengan cara-cara penerapan

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukan penerapan pendekatan metode pembelajaran kontekstual

Penerapan pemasaran hijau suatu perusahaan berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan mengenai kelestarian lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pemasaran