• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN DAN PRAKTIKUM DAN ANTROPOMETRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN DAN PRAKTIKUM DAN ANTROPOMETRI"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap aktivitas manusia memerlukan berbagai fasilitas

menunjangnya. Untuk memenuhi semua itu, perlu adanya desain yang tepat

agar fasilitas tersebut dapat digunakan dengan nyaman dan aman. Seiring

dengan perkembangan zaman, teknologi dan peralatan saat ini juga

berkembang begitu pesat. Manusia menjadi semakin kreatif dalam

menciptakan sebuah produk fasilitas kerja yang mampu bersaing di pasar.

Produk yang mampu bersaing di pasar tentunya tidak hanya dari segi

penampilan yang menarik, tetapi haruslah memenuhi rasa nyaman dan aman

saat digunakan.

Sehingga dibutuhkan aspek ergonomi dalam proses rancang bangun

fasilitas kerja. Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk

memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan

keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang

dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan

yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman, sehat, nyaman,

dan efisien (Iftikar Z. Sutalaksana dalam bukunya yaitu Teknik Tata Cara

Kerja, 2006). Perlunya memperhatikan faktor ergonomi dalam proses

rancang bangun fasilitas kerja merupakan sesuatu yang sangatlah penting.

Hal tersebut tidak terlepas dari pembahasan mengenai ukuran antropometri

tubuh operator maupun penerapan data-data antropometrinya. Antropometri

merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang pengukuran dimensi

tubuh manusia. Antropometri akan memberikan penjelasan jika manusia akan

bervariasi dalam berbagai macam dimensi ukuran tubuh tergantung usia, latar

belakang pendidikan, jenis kelamin dan sebagainya, sehingga desain fasilitas

kerja juga akan berbeda. Data antropometri dapat dijadikan sebagai dasar

(2)

2

dengan fasilitas perkuliahan seperti meja dan kursi perkuliahan maupun

menciptakan alat yang digunakan agar sesuai dengan kemampuan dan

keterbatasan manusia. Dengan memiliki data antropometri yang tepat, maka

seorang perancang fasilitas kerja akan mampu menyesuaikan bentuk dan

geometris ukuran dari produk rancangannya dengan bentuk maupun ukuran

segmen-segmen bagian tubuh pengguna produk tersebut.

Oleh karena itu, pada praktikum kali ini kita mengukur dimensi tubuh

mahasiswa dari mulai duduk hingga berdiri. Praktikum ini dinilai penting

dalam upaya menunjang proses perkuliahan dengan baik sehingga para

mahasiswa merasa nyaman dalam kegiatan perkuliahan.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui cara menggunakan alat ukur antropometri.

2. Untuk mengetahui data-data dimensional manusia (termasuk menentukan

sampel) yang dibutuhkan dalam merancang fasilitas kerja.

3. Untuk mengetahui cara mengolah data statistik untuk aplikasi data

antropometri.

C. Manfaat

1. Bagi Praktikan

a) Praktikan mampu menggunakan alat ukur antropometri.

b) Praktikan dapat mengetahui data-data dimensional manusia yang

dibutuhkan dalam merancang fasilitas kerja.

c) Praktikan mampu mengolah data statistik untuk aplikasi data

antropometri.

2. Bagi Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja

a) Meningkatkan kemampuan dan kualitas mahasiswa dalam penerapan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di dunia kerja.

b) Menambah referensi kepustakaan untuk perkembangan ilmu

(3)

3 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Antropometri

Antropometri berasal dari kata latin yaitu anthtopos yang berarti manusia dan metron yang berarti pengukuran, dengan demikian antropometri mempunyai arti sebagai pengukuran tubuh manusia

(Bridger, 1995). Berikut adalah beberapa definisi antropometri dari

berbagai sumber:

a) Antropometri adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan

dengan karakteristik tubuh manusia seperti ukuran, bentuk, dan

kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan

masalah desain (Nurmianto, 1996).

b) Antropometri terutama berkaitan dengan dimensi stasiun kerja dan

pengaturan alat, peralatan, serta material (Pulat, 1997).

c) Antropometri tidak hanya fokus pada kesesuaian ketinggian tempat

kerja, tetapi juga bagaimana operator dapat dengan mudah mengakses

kontrol dan perangkat input (Helander, 2006).

d) Antropometri merupakan studi dan pengukuran dimensi tubuh

manusia (Wickens et al., 1998).

Ada 3 filosofi dasar untuk desain yang digunakan oleh ahli-ahli

ergonomi sebagai data antropometri untuk diaplikasikan (Niebel & Freivalds, 2002).

a) Desain untuk ekstrim, yang berarti bahwa untuk desain tempat atau

lingkungan kerja tertentu seharusnya menggunakan data antropometri

individu ekstrim. Contoh: penetapan ukuran minimal dari lebar dan

(4)

4

b) Desain untuk penyesuaian, desainer seharusnya merancang dimensi

peralatan atau fasilitas tertentu yang bisa disesuaikan dengan

pengguna (users). Contoh: perancangan kursi mobil yang letaknya bisa digeser maju atau mundur, dan sudut sandarannya pun bisa

diubah.

c) Desain untuk rata-rata, desainer dapat menggunakan nilai

antropometri rata-rata dalam mendesain dimensi fasilitas tertentu.

Contoh: desain fasilitas umum seperti toilet umum, kursi tunggu, dan

lain- lain.

Data dimensi manusia ini sangat berguna dalam perancangan

produk dengan tujuan mencari keserasian produk dengan manusia yang

memakainya. Pemakaian data antropometri mengusahakan semua alat

disesuaikan dengan kemampuan manusia, bukan manusia disesuaikan

dengan alat. Rancangan yang mempunyai kompatibilitas tinggi dengan

manusia yang memakainya sangat penting untuk mengurangi timbulnya

bahaya akibat terjadinya kesalahan kerja akibat adanya kesalahan desain

(design-induced error).

Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan

secara luas antara lain dalam hal:

a) Perancangan areal kerja (Work station, interior mobil, dan sebagainya).

b) Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas

(tools), dan sebagainya.

c) Perancangan produk–produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja,

dan sebagainya.

d) Perancangan lingkungan fisik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan

menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat yang berkaitan

dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan

atau menggunakan produk tersebut. Dalam kaitan ini maka perancang

(5)

5

terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangan tersebut. Secara

umum sekurang-kurangnya 90% - 95% dari populasi yang menjadi target

dalam kelompok pemakai suatu produk haruslah mampu

menggunakannya dengan selayaknya. Rancangan produk yang dapat

diatur secara fleksibel jelas memberikan kemungkinan lebih besar bahwa

produk tersebut akan mampu dioperasikan oleh setiap orang meskipun

ukuran tubuh mereka akan berbeda-beda. Pada dasarnya peralatan kerja

yang dibuat dengan mengambil referensi dimensi tubuh tertentu jarang

sekali bisa mengakomodasikan seluruh range tubuh dari populasi yang

akan memakainya. Kemampuan penyesuaian (adjustability) suatu produk merupakan suatu prasyarat yang amat penting dalam proses

perancangannya, terutama untuk produk–produk yang berorientasi

ekspor.

Berdasarkan kriteria untuk penerapan ergonomi, antropometri

dibagi menjadi dua:

a) Antropometri Statis disebut juga pengukuran dimensi struktur tubuh

(structural body dimension), di mana pengukuran dilakukan pada tubuh manusia yang berada dalam posisi statis atau diam. Dimensi

yang diukur pada antropometri statis diambil secara linier (lurus) dan

dilakukan pada permukaan tubuh. Atropometri statis ini meliputi

dimensi otot rangka atau skeletal yaitu antara pusat sendi (seperti

antara siku dan pergelangan tangan) atau dimensi kontur yaitu

dimensi permukaan tubuh- kulit (seperti kedalam atau tinggi duduk).

Agar hasil pengukuran representatif, maka pengukuran harus

dilakukan dengan metode tertentu terhadap berbagai individu, dan

tubuh harus dalam keadaan diam. Secara umum, beberapa contoh

pengukuran antropometri statis antara lain :

1) Tinggi dan berat badan.

2) Tinggi siku duduk yang diukur dari tempat duduk.

3) Ukuran : panjang, lebar, tebal anggota tubuh tertentu.

(6)

6 5) Berat, volume, masa tubuh.

6) Lingkar dari berbagai anggota tubuh tertentu.

7) Pusat gravitasi tubuh.

8) Dimensi dengan pakaian tipis maupun pakaian biasa.

9) Dimensi antropometri duduk maupun berdiri.

a) Antropometri Dinamis disebut juga pengukuran dimensi fungsional

tubuh (funcional body dimensions), dimana pengukuran dilakukan pada saat tubuh sedang melakukan aktivitas fisik. Pengukuran

tersebut antara lain meliputi jangkauan, lebar jalan lalu lalang untuk

orang yang sedang berjalan, termasuk juga pengukuran kisaran gerak

untuk variasi sendi dan persendian. Hal pokok yang ditekankan dalam

pengukuran dimensi fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran

tubuh yang nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-gerakan

nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan

tertentu. Terdapat tiga kelas pengukuran dinamis, yaitu:

1) Pengukuran tingkat ketrampilan sebagai pendekatan untuk

mengerti keadaan mekanis dari suatu aktivitas. Contoh: dalam

mempelajari performa atlet.

2) Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan saat kerja.

Contoh: Jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif saat

bekerja yang dilakukan dengan berdiri atau duduk.

3) Pengukuran variabilitas kerja. Contoh: Analisis kinematika dan

kemampuan jari-jari tangan dari seorang juru ketik atau operator

komputer.

2. Pengukuran Antropometri

Kenyataan menunjukan bahwa manusia pada umumnya akan

berbeda-beda dalam hal dimensi atau ukuran tubuh antara satu dengan

yang lain. Perbedaan antara satu populasi dengan populasi yang lain

dikarenakan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi variasi dimensi tubuh

(7)

7 a) Usia

Ukuran tubuh manusia (stature) akan berkembang dari saat lahir sampai kira-kira berumur 20-25 tahun (Roche & Davila, 1972; VanCott & Kinkade, 1972) dan mulai menurun setelah usia 35-40 tahun. Bahkan, untuk wanita kemungkinan penyusutannya lebih

besar. Sementara untuk berat dan circumference chest akan berkembang sampai usia 60 tahun.

b) Jenis Kelamin

Pada umumnya pria memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali

dada dan pinggul.

c) Suku Bangsa (Etnis) dan Ras

Ukuran tubuh dan proporsi manusia yang berbeda etnis dan ras

mempunyai perbedaan yang signifikan. Orang kulit hitam cenderung

mempunyai lengan dan kaki yang lebih panjang dibandingkan orang

kulit putih.

d) Pekerjaan

Aktivitas kerja sehari-hari juga menyebabkan perbedaan ukuran tubuh

manusia. Pemain basket profesional biasanya lebih tinggi dari orang

biasa. Pemain balet biasanya lebih kurus disbanding rata-rata orang.

Selain faktor-faktor di atas, masih ada beberapa kondisi tertentu

(khusus) yang dapat mempengaruhi variabilitas ukuran dimensi tubuh

manusia yang juga perlu mendapat perhatian, seperti:

a) Cacat tubuh

Data antropometri akan diperlukan untuk perancangan produk bagi

orang- orang cacat.

b) Faktor iklim

Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda

pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Artinya,

dimensi orang pun akan berbeda dalam satu tempat dengan tempat

yang lain.

(8)

8

Kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran

dimensi tubuh (untuk perempuan) dan tentu saja memerlukan

perhatian khusus terhadap produk-produk yang dirancang bagi

segmentasi seperti itu.

Untuk memperjelas mengenai data antropometri untuk bisa

diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja,

maka gambar berikut akan memberikan informasi tentang berbagai

macam anggota tubuh yang perlu diukur.

Gambar 1. Pengukuran Antropometri Anggota Tubuh Keterangan:

(1) Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung

kepala).

(2) Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.

(3) Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.

(4) Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).

(5) Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak

(dalam gambar tidak ditunjukan).

(6) Tinggi tubuh dalam posisi duduk (dukur dari atas tempat

duduk/pantat sampai dengan kepala).

(9)

9 (8) Tinggi bahu dalam posisi duduk.

(9) Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).

(10)Tebal atau lebar paha.

(11)Panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan ujung lutut.

(12)Panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan bagian

belakang dari lutut atau betis.

(13)Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun

duduk.

(14)Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai

dengan paha.

(15)Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk).

(16)Lebar pinggul atau pantat.

(17)Lebar dari dada dalam keadaan membusung.

(18)Lebar perut

(19)Panjang siku yang diukur dari siku smpai dengan ujung jari–jari

dalam posisi siku tegak lurus.

(20)Lebar kepala.

(21)Panjang tangan diukur dari pergelangan tangan sampai dengan ujung

jari.

(22)Lebar telapak tangan.

(23)Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar–lebar kesamping

kiri–kanan (tidak ditunjukan dalam gambar).

(24)Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari

lantai sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas

(vertikal).

(25)Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti

halnya no 24 tetapi dalam posisi duduk (tidak ditunjukan dalam

gambar).

(26)Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu

(10)

10

Gambar 2. Pengukuran Antropometri Kepala dan Muka Keterangan:

(1) Panjang kepala.

(2) Lebar kepala.

(3) Diameter maksimum dari dagu.

(4) Dagu ke puncak kepala.

(5) Telinga ke puncak kepala.

(6) Telinga ke belakang kepala.

(7) Antara dua telinga.

(8) Mata ke puncak kepala.

(9) Mata ke belakang kepala.

(10)Antara dua pupil kepala.

(11)Hidung ke puncak kepala.

(12)Hidung ke belakang kepala.

(13)Mulut ke puncak kepala.

(11)

11 3. Tahapan Perancangan Antropometri

Gambar 3. Tahapan Perancangan Antropometri

Tahapan perancangan stasiun kerja menyangkut work space design dengan memperhatikan faktor antropometri secara umum adalah

(Roebuck, 1995):

a) Menentukan kebutuhan perancangan dan establish requirement. b) Mendefinisikan dan mendeskripsikan populasi pemakai.

c) Pemilihan sampel yang akan diambil datanya.

d) Penentuan kebutuhan data (dimensi tubuh yang akan diambil).

e) Penentuan sumber data (dimensi tubuh yang akan diambil) dan

pemilihan persentil yang akan dipakai.

f) Penyiapan alat ukur yang akan dipakai.

g) Pengambilan data.

h) Pengolahan data

i) Visualisasi rancangan dengan memperhatikan posisi tubuh secara

normal, kelonggaran (pakaian dan ruang), variasi gerak.

j) Analisis hasil rancangan.

Beberapa pengolahan data yang harus dilakukan pada data

antropometri (Nurmianto, 1996 & Tayyari, 1997) adalah:

(12)

12

Untuk mengetahui apakah data hasil pengukuran dengan tingkat

kepercayaan dan tingkat ketelitian tertentu jumlahnya telah memenuhi

atau tidak maka dilakukan ujji kecukupan data. Untuk menetapkan

berapa jumlah observasi yang seharusnya dibuat (N’), terlebih dahulu

harus ditetapkan tingkat kepercayaan (convidence level) dan derajat ketelitian (degree of accuracy) untuk pengukuran rancangan. Berikut adalah rumus dari uji kecukupan data :

Keterangan:

k = konstanta, tergantung tingkat kepercayaan

s = derajat ketelitian

N = jumlah sampel

Apabila nilai N’ < N maka uji kecukupan data terbilang cukup

Tabel 1. Tingkat Kepercayaan dan Nilai k

Tingkat Kepercayaan Nilai k

99% 2,58 ≈ 3

95% 1,96 ≈ 2

(13)

13 (2) Uji Normalitas Data

Untuk mengetahui apakah data hasil pengukuran berdistribusi normal

atau tidak maka dilakukan uji normalitas data, sehingga nantinya

memudahkan dalam pengolahan datanya. Uji normalitas data

menggunakan analisis SPSS.

Gambar 3. Distribusi Normal dengan Data Antropometri Persentil 95

Pengolahan Data Normalitas dan Percentile dengan SPSS: a) Input data nilai dimensi pada data view.

b) Masuk ke tampilan variable view, kemudian kolom name diganti dengan nama dimensi.

c) Pengolahan data :

1) Klik analyze, pilih descriptive statistics, kemudian explore. 2) Masukkan semua variabel sebagai dependent variables. 3) Checklist both pada toolbox display.

4) Pilih statistic: checklist descriptive, percentiles, kemudian continue.

5) Pilih plots: checklist none pada boxplots, stem dan leaf pada descriptive.

6) Checklist normality plots with test, kemudian continue.

7) Pilih options: checklist exclude cases listwise, kemudian continue.

8) Klik continue. Hasil pengolahan data ditampilkan pada output. 1,96 X 1,96 X

(14)

14 (3) Keseragaman Data

Untuk mengetahui apakah data hasil pengukuran memiliki

homogenitas data dengan tingkat keyakinan tertentu sehingga data

tersebut diharapkan berada dalam batas kontrol maka dilakukan uji

keseragaman data. Data yang terlalu ekstrim sewajarnya dibuang dan

tidak dimasukkan dalam perhitungan selanjutnya. Untuk menghitung

uji keseragaman data, maka diperlukan beberapa perhitungan

statistika berikut:

a) Mean (Rata-Rata)

Mean (x) adalah nilai rata-rata yang dihitung dari sekelompok

data tertentu. Rumus mean dinyatakan sebagai berikut:

x̅ =∑ xni

Keterangan:

Σxi = Jumlah semua nilai x ke i

n = Jumlah sampel

b) Standar Deviasi

Standar Deviasi (σ) adalah simpangan yang dibakukan dari data

yang dihitung. Rumus standar deviasi dinyatakan sebagai berikut:

σ= √∑(xn − 1i− x̅)2

Keterangan:

Σxi = Jumlah semua nilai x ke i Σx̅ = Jumlah semua rata-rata

n = Jumlah sampel

c) Batas Kontrol

Dalam perhitungan uji keseragaman data, ada dua jenis

(15)

15

a. Batas Kontrol Atas (BKA) atau Upper Control Limit (UCL)

BKA = 𝑋̅ + K𝜎

b. Batas Kontrol Bawah (BKB) atau Lower Control Limit (LCL).

BKA = 𝑋̅ - K𝜎

Dalam hal ini, harga K (tingkat kepercayaan) berkisar antara

untuk tingkat kepercayaan 99%, harga K = 3

Batas Kontrol Atas (BKA) = X + 3(SD)

Batas Kontrol Bawah (BKB) = X - 3(SD)

d) Perhitungan Persentil

Persentil adalah suatu nilai yang menyatakan prosentase tertentu

dari sekelompok orang yang dimensinya sama atau lebih rendah

dari nilai tersebut. Persentil ke-95 akan menunjukan populasi 95%

populasi berada pada atau dibawah ukuran tersebut, sedangkan

persentil ke-5 akan menunjukan 5% populasi berada pada atau

diatas ukuran itu. Umumnya ada beberapa nilai persentil yang

sering dipergunakan, yaitu seperti terlihat pada tabel:

(16)

16 4. Perundang-Undangan

a) Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2012

Tentang jenis dan tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak

(Pengukuran antropometri tenaga kerja dan rekomendasi alat dan

sarana kerja).

b) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

155/Menkes/Per/I/2010

Pemberlakuan standar antropometri WHO 2005 menggantikan

standar antropometri WHO-NCHS 1977, maka perlu dilakukan

penyesuaian terhadap standar antropometri yang sudah ada di

Indonesia.

c) UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 9 ayat 4 yang

berbunyi, “Pengurus diwajibkan memenuhi dan menaati semua

syarat-syarat dan ketentuan yang berlaku bagi usaha dari tempat kerja

yang dijalankannya”.

d) UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1 yang

berbunyi, “Mengenai syarat-syarat tentang keselamatan kerja yaitu memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan

kerja dan proses kerja”.

e) UU No. 14 Tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja

yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No. 12 Tahun

2003 tentang ketenagakerjaan.

f) UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86, menyatakan bahwa setiap perkerja

atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan

(17)

17 BAB III

HASIL

A. Gambar Alat, Cara Kerja, dan Prosedur Pengukuran 1. Gambar Alat

Gambar Keterangan

a) Antropometer set 1) Angka-angka penunjuk hasil

Fungsi : menunjukkan hasil

pengukuran.

2) Statis

Fungsi : menyangga alat agar

tetap tegak.

3) Tempat menggabungkan sliding capiler

Fungsi alat : untuk mengukur

bagian-bagian tubuh baik dalam

posisi berdiri maupun duduk.

(18)

18 c) Jangka Sorong (Sliding

Caliper)

Fungsi : Untuk mengukur ketebalan

obyek yang akan diukur.

d) Pita Meter Fungsi : Untuk mengukur lingkar

kepala, panjang, lebar dan tinggi

kursi dan meja, dll.

e) Busur Fungsi : mengukur sudut sandaran

(19)

19 f) Peralatan Kerja

1. Meja

Fungsi : sebagai obyek pengukuran

atau untuk peralatan kerja.

2. Kursi

2. Cara Kerja

a) Antropometer set

1) Memasang antropometer pada bagian tubuh probandus yang akan

diukur pada posisi berdiri maupun duduk.

2) Melihat angka pada skala yang tertera pada antropometer.

Ketentuan yang berlaku apabila dalam pengukuran menggunakan

bagian luar stik dan dalam stik dari antropometer maka skala

yang dibaca di dalam kotak bagian atas, apabila menggunakan

bagian dalam stik dan dalam stik dari antropometer maka baca

skala bagian bawah, dan apabila menggunakan bagian luar dan

luar dari antropometer maka skala yang dibaca bagian atas

(20)

20 3) Mencatat hasil.

b) Spreading Caliper

1) Memutar mur yang ada pada pegangan alat agar bisa disesuaikan

dengan kepala probandus yang akan di ukur.

2) Memasang pada kepala untuk mengukur diameternya.

3) Mengencangkan alat hingga hasil pengukuran akurat.

4) Mencatat hasil.

c) Jangka sorong (Sliding Caliper)

1) Memasang jangka sorong ke obyek yang diukur.

2) Mencangkan alat agar ukuran tidak berubah.

3) Melihat dan mencatat hasil pengukuran.

d) Busur

1) Meletakkan busur di sudut kemiringan pada sandaran kursi.

2) Melihat berapa besarnya derajat kemiringan.

3) Mencatat hasil.

e) Pita Meteran

1) Memastikan pita meteran bias digunakan.

2) Mengukur panjang, lebar, tinggi, dan lingkar dari benda atau

bagian tubuh yang akan diukur.

3) Mencatat hasil pengukuran.

3. Prosedur Pengukuran

a) Desain antropometri statis berdiri

1) Probandus siap.

2) Probandus dalam keadaan berdiri tegak dan menghadap lurus ke

depan.

3) Pengukuran yang dilakukan antara lain : Gidan, Gihu, Giku,

Gigul, Barhu, Bargul, Panleng, PL. Bawah, PL. Atas, Panpa,

Jangtas, Ling. Kpl, dan Dia. Kpl.

b) Desain antropometri duduk

(21)

21

2) Probandus dalam posisi duduk dan tegap.

3) Pengukuran yang dilakukan meliputi : Giduk, Gikuduk,

Gikulduk, Gitutduk, Pangkaitas, Pangkaiwah, dan Gibaduk.

c) Pengukuran kursi :

1) Tinggi kursi dari lantai sampai dengan permukaan atas bagian

depan alas duduk.

2) Panjang alas kursi pertemuan garis proyeksi permukaan depan

sandaran duduk sampai dengan permukaan alas duduk .

3) Lebar kursi diukur pada garis tengah alas duduk melintang.

4) Sandaran punggung diukur lebar dan panjang.

5) Sandaran tangan tidak dapat diukur karena tidak terdapat

sandaran tangan pada kursi yang diamati.

6) Sudut alas duduk.

d) Pengukuran meja

1) Tinggi meja Tinggi meja diukur dari atas lantai sampai

permukaan atas meja sebagai sandaran tangan menggunakan pita

meter.

2) Lebar meja diukur dari probandus kearah depan menggunakan

pita meter.

3) Panjang meja diukur dari ujung kiri tepi meja sampai ujung

kanan tepi meja menggunakan pita meter.

4) Tebal meja diukur dari permukaan bawah meja sampai

permukaan atas meja menggunakan jangka sorong (sliding caliper).

e) Pengukuran panjang kursi

1) Tinggi sandaran kaki diukur dari lantai sampai alas sandaran kaki

dengan menggunakan pita meter.

(22)

22 1. Hasil Pengukuran Stasiun Kerja

No Stasiun Kerja Ukuran (cm)

1

Meja :

Panjang meja 194,7

Lebar meja 63,4

Tinggi meja 71,8

Tebal meja 1,7

2

Kursi :

Tinggi kursi 80,2

Lebar kursi 38,8

T. sandaran tangan -

Sdt. Sandaran punggung 37o

T. sandaran kaki 16,7

2. Hasil Pengukuran Postur Tubuh

a) Nama : Nela Nur Azizah

Usia : 19 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

1) Posisi Berdiri

Tinggi Badan 155,5 cm

Tinggi Bahu 133,3 cm

Tinggi Siku 98,2 cm

(23)

23

Lebar Bahu 40 cm

Lebar Pinggul 40,3 cm

Panjang Lengan 68 cm

Panjang Lengan Bawah 44 cm

Panjang Lengan Atas 31 cm

Panjang Depa 165 cm

Jangkauan Atas 196,4 cm

2) Antropometri Kepala

Lingkar Kepala 54 cm

Diameter Kepala 14 cm

3) Posisi Duduk

Tinggi Duduk 80,5 cm

Tinggi Siku Duduk 22 cm

Tinggi Pinggul Duduk 16,7 cm

Tinggi Lutut Duduk 47,4 cm

Panjang Tungkai Atas 54 cm

Panjang Tungkai Bawah 42,5 cm

Tinggi Badan Duduk 123,4 cm

b) Nama : Nihayatin Muniroh

Usia : 19 tahun

(24)

24 1) Posisi Berdiri

Tinggi Badan 161 cm

Tinggi Bahu 133,6 cm

Tinggi Siku 100,6 cm

Tinggi Pinggul 91,3 cm

Lebar Bahu 40 cm

Lebar Pinggul 36 cm

Panjang Lengan 66,9 cm

Panjang Lengan Bawah 44,5 cm

Panjang Lengan Atas 29 cm

Panjang Depa 161 cm

Jangkauan Atas 201 cm

2) Antropometri Kepala

Lingkar Kepala 57 cm

Diameter Kepala 14,5 cm

3) Posisi Duduk

Tinggi Duduk 86,3 cm

Tinggi Siku Duduk 23,1 cm

Tinggi Pinggul Duduk 17,2 cm

Tinggi Lutut Duduk 47,3 cm

(25)

25

Panjang Tungkai Bawah 42,6 cm

Tinggi Badan Duduk 132,5 cm

c) Nama : Ratih Dian Saputri

Usia : 19 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

1) Posisi Berdiri

Tinggi Badan 154,3 cm

Tinggi Bahu 131,8 cm

Tinggi Siku 99,1 cm

Tinggi Pinggul 88,5 cm

Lebar Bahu 38 cm

Lebar Pinggul 39 cm

Panjang Lengan 64 cm

Panjang Lengan Bawah 43 cm

Panjang Lengan Atas 29 cm

Panjang Depa 156 cm

Jangkauan Atas 195,5 cm

2) Antropometri Kepala

Lingkar Kepala 54 cm

(26)

26 3) Posisi Duduk

Tinggi Duduk 80,3 cm

Tinggi Siku Duduk 23,3 cm

Tinggi Pinggul Duduk 16,4 cm

Tinggi Lutut Duduk 44 cm

Panjang Tungkai Atas 55 cm

Panjang Tungkai Bawah 42 cm

Tinggi Badan Duduk 122 cm

d) Nama : Retno Ayu Wulandari

Usia : 19 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

1) Posisi Berdiri

Tinggi Badan 150,3 cm

Tinggi Bahu 126,6 cm

Tinggi Siku 94,6 cm

Tinggi Pinggul 86,5 cm

Lebar Bahu 37 cm

Lebar Pinggul 40 cm

Panjang Lengan 59 cm

Panjang Lengan Bawah 39,4 cm

Panjang Lengan Atas 27 cm

Panjang Depa 146 cm

(27)

27 2) Antropometri Kepala

Lingkar Kepala 54 cm

Diameter Kepala 13,5 cm

3) Posisi Duduk

Tinggi Duduk 79,8 cm

Tinggi Siku Duduk 25,3 cm

Tinggi Pinggul Duduk 19,1 cm

Tinggi Lutut Duduk 45,8 cm

Panjang Tungkai Atas 52 cm

Panjang Tungkai Bawah 39 cm

Tinggi Badan Duduk 123,5 cm

e) Nama : Rizka Diajeng Pitanola

Usia : 19 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

1) Posisi Berdiri

Tinggi Badan 153,2 cm

Tinggi Bahu 130,6 cm

Tinggi Siku 98 cm

Tinggi Pinggul 91,2 cm

Lebar Bahu 41,5 cm

Lebar Pinggul 47 cm

(28)

28

Panjang Lengan Bawah 40,5 cm

Panjang Lengan Atas 25 cm

Panjang Depa 150 cm

Jangkauan Atas 188,2 cm

2) Antropometri Kepala

Lingkar Kepala 56,5 cm

Diameter Kepala 14 cm

3) Posisi Duduk

Tinggi Duduk 82,9 cm

Tinggi Siku Duduk 26,9 cm

Tinggi Pinggul Duduk 19,7 cm

Tinggi Lutut Duduk 44 cm

Panjang Tungkai Atas 50 cm

Panjang Tungkai Bawah 40 cm

Tinggi Badan Duduk 127,1 cm

f) Nama : Rizqi Dafid Setiawan

Usia : 19 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

1) Posisi Berdiri

Tinggi Badan 153,8 cm

(29)

29

Tinggi Siku 95,2 cm

Tinggi Pinggul 86,1 cm

Lebar Bahu 43 cm

Lebar Pinggul 37 cm

Panjang Lengan 66,4 cm

Panjang Lengan Bawah 41,5 cm

Panjang Lengan Atas 24 cm

Panjang Depa 154 cm

Jangkauan Atas 196,9 cm

2) Antropometri Kepala

Lingkar Kepala 54 cm

Diameter Kepala 15,5 cm

3) Posisi Duduk

Tinggi Duduk 84,2 cm

Tinggi Siku Duduk 26,5 cm

Tinggi Pinggul Duduk 16,5 cm

Tinggi Lutut Duduk 46,2 cm

Panjang Tungkai Atas 47,5 cm

Panjang Tungkai Bawah 41 cm

(30)

30

g) Nama : Wening Puspita Dini

Usia : 19 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

1) Posisi Berdiri

Tinggi Badan 160,5 cm

Tinggi Bahu 138,7 cm

Tinggi Siku 100 cm

Tinggi Pinggul 95,3 cm

Lebar Bahu 52 cm

Lebar Pinggul 51 cm

Panjang Lengan 68,6 cm

Panjang Lengan Bawah 44,3 cm

Panjang Lengan Atas 31 cm

Panjang Depa 164 cm

Jangkauan Atas 200,5 cm

2) Antropometri Kepala

Lingkar Kepala 54,5 cm

Diameter Kepala 14,5 cm

3) Posisi Duduk

Tinggi Duduk 83,7 cm

Tinggi Siku Duduk 21,4 cm

(31)

31

Tinggi Lutut Duduk 49,9 cm

Panjang Tungkai Atas 59 cm

Panjang Tungkai Bawah 44,7 cm

Tinggi Badan Duduk 128,4 cm

2. Hasil Perhitungan Antropometri Postur Tubuh

1) Posisi Berdiri

Keterangan X SD 5% 95%

Tinggi Badan 155,51 3,91 151,7 160,85

Tinggi Bahu 131,82 3,96 127,08 137,17

Tinggi Siku 98,44 1,75 96,04 100,42

Tinggi Pinggul 90,05 3,24 86,22 94,16

Lebar Bahu 41,64 4,98 37,3 49,3

Lebar Pinggul 41,47 5,49 36,3 49,8

Panjang Lengan 65,7 3,29 60,5 68,42

Panjang Lengan Bawah 42,45 2,01 39,73 44,44

Panjang Lengan Atas 28 2,76 24,3 31

Panjang Depa 156,57 7,16 147,2 164,7

Jangkauan Atas 194,8 6,00 186,03 200,8

2) Antropometri Kepala

Keterangan X SD 5% 95%

Lingkar Kepala 54,85 1,31 54 56,85

Diameter Kepala 14,5 0,44 13,5 14,5

3) Posisi Duduk

Keterangan X SD 5% 95%

(32)

32

Tinggi Siku Duduk 24,07 2,17 21,58 26,76

Tinggi Pinggul Duduk 17,42 1,38 16,4 19,52

Tinggi Lutut Duduk 46,37 2,08 44 49,15

Panjang Tungkai Atas 53,28 3,80 48,25 57,95

Panjang Tungkai Bawah 41,68 1,88 39,3 44,07

(33)

33 BAB IV

PEMBAHASAN

A. Kesesuaian Meja

Kriteria:

Sesuai dengan antropometri tubuh probandus dan jenis pekerjaan.

1. Panjang Meja

Diukur dari ujung meja kiri sampai ujung meja kanan.

Usulan : -

Hasil : sudah sesuai dengan panjang lengan probandus, dimana

rata-rata panjang lengan probandus adalah 65,7 cm. Hal tersebut

dikarenakan panjang meja sudah melebihi panjang lengan

probandus, Sehingga probandus tidak perlu melakukan gerakan

paksa untuk menjangkau sesuatu di area kerja.

2. Lebar Meja

Diukur dari probandus dari arah depan.

Usulan : -

Hasil : sudah sesuai dengan ukuran panjang lengan rata-rata

probandus yaitu 65,7 cm.

3. Tinggi Meja

Usulan : 101 cm

Hasil : belum sesuai karena tinggi meja melebihi tinggi siku duduk,

dimana tinggi siku duduk persentil 5% yaitu 21,58 cm dan

tinggi meja dalah 71,8 cm sehingga probandus dengan ukuran

tubuh kecil membutuhkan usaha lebih untuk menyandarkan

tangan ke meja.

4. Tebal Meja

Kriteria : a) Dapat memberikan gerakan bebas pada kaki.

b) Terbuat dari bahan yang keras dan tidak mudah patah.

(34)

34

Hasil : sudah sesuai dengan ukuran antropometri probandus dimana

saat probandus duduk baik dengan menyandarkan kaki maupun

tidak, lutut probandus tidak bersinggungan dengan meja bagian

bawah. Karena tinggi lutut duduk individu tertinggi adalah 49,9

cm; tinggi sandaran kaki yang diukur adalah 16,7 cm,

sedangkan tinggi meja 71,8 cm dengan tebal meja 1,7 cm. Serta

bahannya juga terbuat dari bahan yang keras dan tidak mudah

patah.

B. Kesesuaian Kursi Kriteria:

Probandus dengan sikap duduk mendapatkan sikap yang mantap dan

memberikan relaksasi otot, dan tidak mengalami penekanan-penekanan pada

bagian tubuh yang mengganggu sirkulasi darah dan sensitifitas bagian tubuh.

1. Tinggi Alas Duduk

Tinggi tempat duduk dari lantai sampai dengan permukaan atas bagian

adalah 80,2 cm, sedangkan panjang tungkai bawah persentil

5% probandus adalah 39,3 cm. Hal ini dikarenakan kesalahan

dan ketidaktelitian praktikan dalam melakukan pengukuran.

2. Lebar Alas Duduk

Diukur pada garis tengah alas duduk melintang.

Kriteria : harus lebih lebar dari lebar pinggul.

Usulan : 40-45 cm.

Hasil : belum sesuai dengan ukuran antropometri lebar pinggul

probandus, karena lebar pinggul probandus terlebar adalah 51

(35)

35

merancang desain lebar kursi harus memperhatikan data

antropometri individu ekstrim dalam hal ini yaitu individu

terbesar.

3. Sudut Sandaran Punggung

Usulan : 101o

Hasil : belum sesuai, karena didapatkan hasil pengukuran 37° pada

kursi laboratorium. Hal ini dikarenakan kesalahan dan

ketidaktelitian praktikan dalam melakukan pengukuran.

4. Tinggi Sandaran Kaki

Diukur dari alas (lantai) sampai sandaran kaki.

Usulan : -

Hasil : sudah sesuai, karena tinggi lutut duduk individu tertinggi

adalah 49,9 cm; tinggi sandaran kaki yang diukur adalah 16,7

cm. Disamping itu ternyata tinggi meja 71,8 cm dengan tebal

meja 1,7 cm. Sehingga saat probandus menggunakan sandaran

kaki saat duduk tidak membuat lutut probandus bersinggungan

(36)

36 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Data hasil pengukuran antropometri diperlukan dalam perencanaan desain

peralatan kerja maupun stasiun kerja. Peralatan yang digunakan dalam

pengukuran antropometer set, spreading caliper, jangka sorong (sliding caliper), pita meteran, busur, meja, dan kursi.

2. Dari hasil pengukuran dimensi ukuran tubuh semua anggota kelompok,

didapatkan bahwa tidak semua ukuran dari bagian-bagian meja dan kursi

yang sesuai dengan dimensi ukuran tubuh anggota kelompok.

Meja:

a) Panjang meja 194,7 cm, sudah sesuai.

b) Lebar meja 63,4 cm, sudah sesuai.

c) Tinggi meja 71,8 cm, belum sesuai.

d) Tebal meja 1,7 cm, sudah sesuai.

Kursi:

a) Tinggi kursi 80,2 cm, belum sesuai (terjadi kesalahan dan

ketidaktelitian praktikan).

b) Lebar kursi 38,8 cm, belum sesuai.

c) Sudut sandaran punggung 37°, belum sesuai (terjadi kesalahan dan

ketidaktelitian praktikan saat pengukuran).

3. Alat-alat kerja yang tidak sesuai dengan antropometri probandus juga

dapat mengakibatkan probandus akan melakukan gerakan paksaan yang

dapat menimbulkan cedera. 4.

B. Saran

1. Beberapa saran dalam desain alat dan ruang kerja:

a) Perlu adanya penerapan ergonomi yang disesusaikan dengan

(37)

37

terlalu banyak menjangkau atau melakukan gerakan paksaan yang

dapat menyebabkan cedera.

b) Pembenahan atau redesain alat dan tempat kerja apabila tidak sesuai

dengan antropometri tenaga kerja. Agar kegiatan dapat berjalan

dengan lancar.

2. Beberapa saran dalam melakukan praktikum:

a) Saat pengukuran praktikan diharapkan serius dan teliti agar tidak

terjadi kesalahan pada pengukuran.

b) Praktikan harus memanfaatkan waktu dengan efektif dan efisien.

c) Hendaknya praktikan agar bersungguh-sungguh dalam melaksanakan

praktikum, agar memperoleh hasil yang maksimal.

d) Perlu adanya redesain kursi dan meja agar probandus dapat lebih

(38)

38

DAFTAR PUSTAKA

Agung K, Dianasa A.S. Desember 2011. “Perancangan Meja dan Kursi Kerja yang Ergonomis pada Stasiun Kerja Pemotongan Sebagai Upaya Peningkatan Produktivitas”. No.2. pp :79-80. Yogyakarta

Anonim. Modul antropometri.

http://apk.lab.uii.ac.id/PSKE/TP/antropometri/Modul%20Antropometri%2 0PSKE%202013.pdf (27 mei 2017)

Beni R, Sritomo W, Dyah S.D. “Redesain Helm Militer untuk Siswa TNI AL di

Pusat Latihan Pendidikan Dasar Militer, Kobangdikal”. Pp :4,5. Surabaya

Bintoro, Ayub. 2012. Ergonomi Antropometri.

http://klitihengineering.blogspot.co.id/2012/06/ergonomi-antropometri.html (26 Mei 2017)

Nurmianto, Eko. 2008. Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Teknik Industri-ITS.

Pradana, Rezha. 2014. Laporan Antropometri (K3).

http://rezhapradana.blogspot.co.id/2014/02/laporan-antropometri-k3.html (26 mei 2017)

Purnomo, Hari. 2012. Antropometri dan Aplikasinya. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Suma’mur. 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes) Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto.

(39)

39

Gambar

Gambar 1. Pengukuran Antropometri Anggota Tubuh
Gambar 2. Pengukuran Antropometri Kepala dan Muka
Gambar 3. Tahapan Perancangan Antropometri
Tabel 1. Tingkat Kepercayaan dan Nilai k
+4

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP CITRA PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk..

Penjual dan pembeli telah sepakat untuk harga jual beli motor tersebut , dengan harga sebesar Rp 6000.000,- (enam juta rupiah), yang dibayarkan secara tunai oleh pembeli

Dari hasil penggalian data umum (Grand Tour) yang didiskripsikan dalam bentuk ulasan umum tentang masyarakat Kudus kulon, kemudian dilanjutkan dengan bahasan yang

Dengan ini menyerahkan karya ilmiah berupa Skripsi dengan judul : “ DISTORSI SEJARAH ILMU ISLAM PADA ABAD XXI(Studi Kasus Literatur – Literatur Siswa SMA di Indonesia) ”

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa total asam laktat joruk tertinggi pada penambahan konsentrasi gula aren sebesar 207o, sedangkan pada penambahan konsentrasi gula

Proses wawancara yang dilakukan terhadap pasangan ini menemukan bahwa terjadinya mahar nikah disebabkan munculnya kesepakatan diantara mereka berdua.. Dalam persepsi

Pertama, untuk menentukan jumlah sampel pedagang yaitu dengan menggunakan rumus Slovin, dimana menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara bersama kepala UPT pasar

Disamping itu model CED dapat menggambarkan hubungan sebab akibat antar variabel-variabel yang bersangkutan dalam bentuk garis untuk menghubungkan mana yang