• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PEMERINTAH DALAM MENANGGULANGI PEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN PEMERINTAH DALAM MENANGGULANGI PEN"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PEMERINTAH DALAM MENANGGULANGI

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI MAKASSAR SULAWESI SELATAN (Penelitian Deskriptif)

PROPOSAL

Diajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

HARMAWATI

(10535 5727 13)

SITTI REZKI JULIANTI

(10535 5748 13)

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kiranya pantaslah kami memanjatkan puji syukur atas segala nikmat yang telah diberikan kepada penulis, baik kesempatan maupun kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik. Salam dan salawat selalu tercurah kepada junjungan kita baginda Rasulullah SAW, yang telah membawa manusia dari alam jahiliyah menuju alam yang berilmu seperti sekarang ini.

Proposal ini berjudul “Peran Pemerintah dalam Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba di Makassar Sulawesi Selatan. Proposal ini dapat hadir seperti sekarang ini tak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah kami mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besar buat mereka yang telah berjasa membantu penulis selama proses pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir.

Namun, kami menyadari bahwa proposal ini masih ada hal-hal yang belum sempurna dan luput dari perhatian penulis. Baik itu dari bahasa yang digunakan maupun dari teknik penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian demi perbaikan proposal ini kedepannya. Akhirnya, besar harapan penulis agar kehadiran proposal ini dapat memberikan manfaat yang berarti untuk para pembaca. Dan yang terpenting adalah semoga dapat turut serta memajukan ilmu pengetahuan.

(3)
(4)

...

F. Kasus Pengguna Narkoba Di Sulawesi Selatan

...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

... 21

a. Upaya upaya yang dilakukan pemerintah

... 21

b. Upaya upaya yang dilakukan BNN

... 25

(5)

... 40

B. PEMBAHASAN

... 46

BAB V PENUTUP ... 48

A. Kesimpulan

... 48

B. Saran

... 49

DAFTAR PUSTAKA... v

(6)
(7)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada dewasa ini, penyalahgunaan narkoba menjadi masalah yang serius, peredaran dan perilaku yang terasosiasi oleh zat adiktif berbahaya tersebut semkin hari kini semakin kentara berada di permukaan keseharian masyarakat Indonesia. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa pengguna narkoba berkeliaran di sekeliling kita. Dalam survei bersama Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia tahun 2008 lalu, penyalahgunaan narkoba di Indonesia semakin meningkat dan tidak ada pertanda akan menurun. Penyalahgunaan narkoba ini akan membawa pengaruh buruk terhadap kehidupan masyarakat, terutama bagi generasi muda. Seperti yang diketahi bahwa narkoba dapat menyebabkkan kematian.

(8)

masyarakat. Kemudian petugas langsung menyergap tersangka yang sedang nongkrong di sebuah warung kopi di Desa Kapa Sesak (Merdeka.com/2016)

Pada tahun 2012 lalu, seorang pilot Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Banten menangkap empat orang yang sedang mengonsumsi sabu dan ganja di sebuah apartemen di Tangerang. Mereka adalah seorang pilot, pramugara, pramugari, dan seorang ibu rumah tangga. Pada pertengahan 2011, Muhammad Nasri pilot Lion Air, membuat pengakuan yang mengagetkan. Nasri mengaku sering mengonsumsi narkotika saat melaksanakan tugas di udara. Nasri tertangkap basah tengah berpesta sabu bersama rekannya yang merupakan kopilot, Husni Thamrin dan Imron. Ketiganya dibekuk di Apartemen The Colour, Modernland, Kota Tangerang atas kepemilikan dan penggunaan narkotika jenis sabu dan 4 butir ekstasi (Britagar.id/2015)

(9)

narkoba dari Supardi yang membuka mulut terkait adanya beberapa sindikat narkoba.

Masalah di atas menjadi bukti bahwa permasalahan narkoba sudah menjadi masalah yang sangat besar. Masyarakat bahkan oknum yang bertugas bahkan bertanggung jawab atas masalah narkoba tersebut pun terlibat dalam sindikat narkoba. Maka dari itu penanganan atas permasalahan naroba ini perlu didukung oleh berbagai pihak bahkan dari elemen masyarakat. Permasalahan ini sudah menyebar keseluruh pelosok daerah bahkan di Sulawesi Selatan. Berdasarkan permasalahan yang ada maka penulis berinisiatif untuk melakukan penelitian yang terkait dengan masalah tersebut di Sulawesi Selatan. Penelitian yang akan dilakukan ini berjudul “Peran Pemerintah dalam Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba di Makassar Sulawesi Selatan

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peran pemerintah dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba di Sulawesi Selatan?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian inilah untuk mengetahui peran pemerintah dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba di Sulawesi Selatan

D. Manfaat Penelitian

(10)

Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan narkoba

2. Praktis

(11)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pemerintah

Pemerintah adalah sebuah organisasi yang memiliki tanggung jawab menjalankan mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik dalam suatu negara atau bagian daripadanya. Hal ini berarti bahwa tugas dan fungsi pemerintah adalah untuk mengelola sistem kebijakan pemerintah. Menurut

Kurniawan dalam Ndraha (2015), pemerintah adalah semua peralatan di negara atau negara lembaga yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Iver (2015) juga menjelaskan pengertian pemerintahan itu sebagai suatu organisasi dari orang-orang yang mempunyai kekuasaan, bagaimana manusia itu bisa diperintah.

Bobsusanto dalam C.F Strong (2015) menjelaskan bahwa pemerintah dalam arti luas sebagai aktivitas badan-badan publik yang terdiri dari kegiatan-kegiatan eksekutif, legislatif dan yuridis dalam upaya mencapai tujuan sebuah negara. Dalam arti yang sempit, beliau mengungkapkan bahwa pemerintahan merupakan segala bentuk kegiatan badan publik dan hanya terdiri dari badan eksekutif.

Kusnardi (2015) mengemukakan pemerintahan sebagai urusan-urusan yng dilakukan oleh suatu negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyat atau warganya & kepentingan rakyatnya serta menjalankan dan melaksanakan tugas eksekutif, lehislatif dan yudikatif.

(12)

Berdasarkan pengetian dari beberapa ahli, maka dapa disimpulkan bahwa pemerintah adalah sekelompok otoritas individu yangmempunyai untuk melaksanakan kekuasaan atau sekelompok individu yang memiliki dan melaksanakan otoritas yang sah dan melindungi serta peningkatan melalui penerapan tindakan dan keputusan pemerintah yang dibuat berdasarkan hukum atau tidak. Terkait dalam hal memberantas atau menanggulangi penyalahgunaan narkoba pemerintah pun bertanggung jawab dalam hal ini. Meskipun semua aspek masyrakat juga bertanggung jawab namun pemerintah lah yang memiliki tanggung jawab besar akan hal ini. Saat kasus narkoba terungkap maka masyarakat pun akan bertanya-tanya tentang tanggung jawab pemerintah dalam hal ini.

B. Pengertian Narkoba

Narkoba adalah sebuah zat yang dapat memicu terjadinya perubahan pada suasana, perasaan, pengamatan ataupun pada penglihatan bagi orang yang mengkonsumsinya. Hal ini dikarenakan karena zat yang terkandung didalamnya dapat mempengaruhi pada susunan syaraf.

Menurut Kurniawan (2008), narkoba merupakan suatu zat kimia yang bisa untuk mengubah suatu keadaan psikologi misalnya adalah perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya.

(13)

menggunakannya, sehingga jika zat itu dihentikan maka akan membuat para pengkonsumsiannya mendapat gangguan baik secara fisik ataupun psikis.

Menurut Jackobus (2005), beliau berpendapat bahwa narkoba adalah suatu zat atau obat obatan yang asalnya dari tanaman dan ada juga yang bukan dari tanaman, baik itu bersifat sintetis ataupun semi sintetis yang bisa menyebabkan terjadinya penurunan ataupun perubahan tingkat kesadaran, yaitu hilangnya rasa dan obat yang satu ini bisa menyebabkan ketergantungan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa narkoba adalah zat kimia, obat-obatan yang apabila seseorang mengkomsumsinya maka dapat menyebabkan perubahan emosi, perubahan fungsi dalam tubuh, dan perubahan tingkat kesadaran. Tak hanya itu, narkoba juga menyebabkan ketergantungan bagi yang mengkomsumsinya dan jika berhenti mengkomsumsinya akan mendapat gangguan secara fisik ataupun psikis.

C. Jenis – jenis Narkoba

Narkoba dibagi dalam tiga jenis yaitu : narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya.

a. Narkotika

(14)

ketergantungan. Narkotika juga memiliki beberapa jenis, yaitu : ganja, heroin, kokain, morfin, amfetamin, kodein dan metadon.

b. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku penggunanya. Menurut Setiawan (2015) Psikotropikaadalah setiap bahan baik alami maupun bahan buatan bukan Narkotika, yang dapat berkhasiat psikoaktif yang mempunyai pengaruh secara selektif pada susunan saraf pusat yang dapat menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan juga perilaku. Ada beberapa jenis psikotropika yaitu ekstasi, shabu-shabu, sedatif-hipnotik, nipam, phencyclidine, dan speed.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, menyatakan:

a. Pasal 37 ayat (1) : Pengguna psikotropika yang menderita syndrome ketergantungan berkewajiban ikut serta dalam pengobatan atau perawatan

b. Pasal 64 ayat (1) barang siapa : a. menghalang-halangi penderita syndrome ketergantungan untuk menjalani pengobatan dan/atau perawatan pada fasilitas rehabilitasi sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 37, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak 20 juta rupiah.

(15)

Zat adiktif adalah segala sesuatu yang memiliki sifat candu dan berbahaya jika dikonsumsi dalam waktu yang lama. Zat adiktif tidak memiliki regulasi yang kuat dibanding dengan narkotika dan psikotropika, bahkan sangat lemah karena tidak menyebabkan gangguan terhadap saraf akan tetapi menstimulasi pengguna tergantung zat adiktif yang dikonsumsi. Ada beberapa jenis zat adiktif seperti inhalasin, nikotin dan kafein.

Itulah tiga jenis narkoba yang mana dalam ketiga jenis tersebut juga memiliki beberapa jenis pula. Meski pun narkoba memiliki tingkatan atau kelas namunjenis narkoba apapun yang dikomsumsi oleh pelaku tetap saja akan mendapatkan sanksi yang minimal dilakukannya rehabilitasi pada pengguna tersebut.

D. Faktor-faktor Penyebab Pengguna Narkoba

Pemakai atau penyalahguna narkoba dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya

1. Tersedianya narkoba

(16)

berkeliaran dimana-mana, termasuk disekolah, lorong jalan, gang-gang sempit, warung-warung kecil yang dekat dengan pemukiman masyarakat. a. Lingkungan keluarga

Seseorang dengan latar belakang “broken home” (hubungan ayah dan ibu yang retak), memiliki hubungan komunikasi antara orang tua dan anak yang kurang efektif, dan kurangnya rasa hormat antar anggota keluarga bisa menjadi faktor yang ikut mendorong seseorang untuk melakukan penyalahgunaan narkoba.

b. Lingkungan sekolah

Sekolah yang kurang disiplin, terletak di dekat tempat hiburan, kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positif, dan adanya murid penyalahguna narkoba merupakan faktor kontributif terjadinya penyalahgunaan narkoba oleh siswa lainnya.

c. Teman sebaya

Faktor ini umumnya terjadi pada kalangan remaja. Ada kalanya menggunakan narkoba merupakan suatu hal yng penting bagi remaja agar bisa diterima dalam pergaulan (kelompok teman sebayanya) dan dianggap sebagai orang dewasa.

(17)

Faktor individu dalam penyalahgunaan narkba dipengaruhi oleh rasa penasaran, ingin tahu dan ingin mencoba memikirkan akibatnya. Pada umumnya juga dikalangan anak muda biasanya mereka mengikuti trend atau gaya agar mereka tidak merasa malu bergaul dengan yang lainnya. Hal ini juga dapat disebabkan karena frustasi sehingga ppelarian terakhirnya adalah narkoba.

E. Dampak Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan narkoba tak hanya merugikan pengguna narkoba itu sendiri akan tetapi juga berdampak negatif terhadap kehidupan ekonomi dan sosial seseorang. Penyalahgunaan narkoba berdampak negatif terhadap ekonomi disebabkan oleh obat yang membuat ketergantungan yang mengakibatkan tubuh penggunanya selalu meminta tambahan dosis. Harga obat-obatan jenis narkoba tergolong relatif mahal maka hal tersebut secara ekonomis sangat merugikan. Tak hanya itu, keharmonisan keluarga pun bisa terganggu jika terdapat salah seorang keluarga menjadi pecandu.

Narkoba merusak secara fisik maupun psikis bagi penggunanya akan berdampak kepada ketidaknyamanan hubungan sosial dalam keluarga. Penyalahguna narkoba juga menimbulkan keresahan dalam masyarakat. Perilaku pengguna yang tidak terkontrol dapat mengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat. Terlebih jika dikaitkan dengan timbulnya berbagai penyakit yang menyertainya seperti Hepatitis, HIV/AIDS, bahkan kematian.

(18)

narkoba terhadap kesehatan fisik mental psikologis terhadap penggunanya adalah :

1. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap Kesehatan Fisik

a) Gangguan kesehatan pada system syaraf (neurologis) seperti contohnya : kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi.

b) Gangguan kesehatan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti contohnya : infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah.

c) Gangguan kesehatan pada kulit (dermatologis) seperti contohnya : penanahan (abses), alergi, eksim.

d) Gangguan kesehatan pada paru-paru (pulmoner) seperti contohnya : penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.

e) Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur.

(19)

g) Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid).

h) Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya.

i) Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi over dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian.

2. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap Psikis Mental Emosional

a. Malas serta lamban dalam bekerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah dalam menjalankan pekerjaannya.

b. Menyebabkan gangguan jiwa berat / psikotik.

c. Hilangnya rasa kepercayaan diri, menjadi lebih apatis, sering berkhayal, penuh perasaan curiga.

d. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal yang tidak disadarinya.

e. Sulit untuk berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan depresi.

(20)

g. Akan menjadi cenderung untuk menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan keinginan untuk bunuh diri

h. Menyebabkan melakukan tindak kejahatan, kekerasan dan pengrusakan.

3. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap lingkungan kehidupan sosial masyarakat :

a. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan masyarakat sekitar tempat tinggal.

b. Merepotkan dan menjadi beban keluarganya itu sendiri.

c. Pendidikan menjadi terganggus erta masa depan suram dan kelam bila tidak segera dilakukan penanganan pencegahan penyalahgunaan narkoba itu sendiri.

F. Kasus Pengguna Narkoba di Sulawesi Selatan

(21)

penurunan dari tahun sebelumnya, kira-kira angkanya menurun 0,2 % persen dibandingkan tahun lalu. (Makassarterkini.com/2016)

Pada 14 Maret 2016, Polda Sulselbar telah melimpahkan sebanyak 212 kasus penyalahgunaan narkoba yang terjadi di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan dan Barat. 212 kasus tersebut merupakan tangkapan selama kurun waktu Januari hingga Februari 2016. Kabid Humas Polda Sulselbar, Kombes Pol Frans Barung Mangera mengatakan dari seluruh Polres jajaran Polda Sulselbar, Polrestabes Makassar yang paling banyak melimpahkan kasus narkoba ke kejaksaan. Pada Januari, Polrestabes Makassar melimpahkan 20 kasus dan pada Februari sebanyak 33 kasus. Sedangkan, Direktorat Reserse Narkoba Polda Sulselbar pada Januari hanya melimpahkan 5 kasus. Sedangkan pada Februari sebanyak 13 kasus. (Makassarterkini.com/2016)

Para pengguna narkoba tidak pernah jera. Ini dibuktikan saat polisi menangkap puluhan pengguna narkoba yang tengah berpesta sabu di sebuah kampung narkoba. Bahkan oknum polisi pun ada yang terlibat sebagai pengedar narkoba. Pada 25 Februari lalu, Satuan Reserse narkoba (Resnarkoba) Polres Bantaeng menangkap seorang bandar narkoba yang ternyata juga seorang oknum anggota polisi.

(22)
(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis, Objek dan Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian

1. Jenis Penelitian

(24)

deskriptif itu adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata-ma tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan,mentest hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptif

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif (sugiyono, 2010). Penelitian ini dirancang untuk menggali dan mendeskriptifkan bagaimana peran pemerintah dalam penyalahgunaan narkoba di Sulawesi selatan.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dapat berupa benda, hal, atau orang. Subjek penelitian ini adalah penyalahguna Narkoba di Kota Makassar Sulawesi Selatan.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini Kantor Polisi Sektor Rappocini Makassar. Waktu untuk penelitian dilaksanakan selama 6 bulan pada awal bulan Desember 2015 sampai dengan bulan Juni 2016.

B. Teknik Pengambilan Data

(25)

a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau prilaku objek sasaran”. Observasi dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data tentang bagaimana tindakan pemerintah dalam menanggulangi penggunaan narkoba di sulawesi selatan khususnya di Makassar.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan antara dua orang atau lebih yang terdiri atas pewawancara dan narasumber. Tujuan dari wawancara adalah untuk mengumpulkan informasi yang dimana pewawancara menanyakan beberapa pertanyaan kepada narasumber. Ada dua jenis wawancara yaitu wawancara berstruktur dan wawancara tidak berstruktur.

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak berstruktur, wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman-pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara yang digunakan hanya garis-garis besar permasalahan saja yang akan ditanyakan ke narasumber.

c. Dokumentasi

(26)

Dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh hasil dari teknik pengambilan data.

C. Teknik Analisis Data

Analisis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2010). Analisis data kualitatif dilakukan secara interatif dan berlangsung secra terus-menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh.aktivitas dalam analisis data, yaitu data reducyion, data display, dan condusion drawing/verification.

Berikut tahap-tahap kegiatan analisis dalam analisis data kualitatif dalam penelitian ini:

1. Data Reduction (data reduksi)

(27)

(Sugiyono, 2010) data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data Display (penyajian data)

Penyajian data adalah menyajikan data atau pengorganisasian data yang sederhana agar mudah dipahami yang kemudian dikumpulkan dari berbagai informasi guna untuk penarikan kesimpulan, penilaian, dan perbandingan. Data yang disajikan dapat berupa bentuk tulisan atau tabel. Penyajian data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel/tulian.

3. Conclusion drawing / verification (Kesimpulan/verifikasi)

Tahap terakhir yaitu penarikan kesimpulan. Data yang telah dikumpulkan dari berbagai tahap penelitian kemudian dilakukan kesimpulan. Kesimpulan awal ini hanya bersifat sementara, dan masih akan dapat berubah bila nantinya tidak ditemukan bukti-bukti kuat terkait dengan penelitian ini.

BAB IV

(28)

Pada bab ini akan dideskripsikan hasil dan pembahasan yang telah didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan. Dalam hasil penelitian dan pembahasan, peneliti akan memaparkan dan membahas data yang telah didapatkan wawancara dan dokumentasi.

A. HASIL PENELITIAN

1. Upaya- Upaya yang Dilakukan Pemerintah

a) Upaya yang dilakukan polisi

(29)

Pemerintah juga menetapkan berbagai ketentuan yang berkaitan dengan Narkotika. Salah satu diantaranya yaitu Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,

“Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.”

Dalam memberantas penyalahgunaan Narkoba, kerjasama pemerintah dan aparatur penegak hukum saja tidaklah cukup akan tetapi kerja sama seluruh elemen masyarakat pun dibutuhkan. Masyarakat dapat membantu pihak kepolisian dengan melaporkan sesegera mungkin terhadap polisi jika menemukan adanya transaksi Narkoba di sekitarnya.

Penelitian ini difokuskan pada peran pemerintah dalam menanggulangi penyalahgunaan Narkoba di Makassar, Sulawesi Selatan. Sulawesi Selatan (Sulsel) menempati urutan ke-9 dalam kasus penyalahgunaan narkoba dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Hal ini disebabkan karena tingginya angka permintaan atau pengonsumsi Narkoba di Sulsel itu berarti pemasoknya juga besar. Peneliti melakukan wawancara di Kantor Polisi Sektor Rappocini, yang beralamat di Jl. Sultan Alauddin, Gn. Sari, Rappocini, Kota Makassar, Muh Basri mengatakan bahwa :

(30)

buruh, wiraswasta, mahsiswa dan sebagian kecil dari PNS. Jenis Narkoba yang dikosmsumsinya adalah Psikotropika yaitu shabu-shabu. Beliau mengatakan bahwa tersangka pengguna tersebut yang padanya tidak ditemuka barang bukti maka hanya pelaku hanya akan diberikan pengobatan dengan cara melakukan rehabilitasi, sedangkan untuk pelaku yang padanya terdapat barang bukti dan juga pengedar diberikan hukuman penjara dan/atau hukuman mati. ”

Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba oleh Satuan Narkoba Sektor Rappocini dibagi ke dalam tiga bagian, yakni preemtif, preventif, dan represif. Ketiga hal ini merupakan fungsi-fungsi utama (operasional) sesuai dengan tugas pokok Polri yang diatur dalam pasal 13 UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia.

1) Upaya Preemtif

(31)

2) Upaya Preventif

Menurut Ricardo dalam Momo Kelana (2010), Tindakan preventif merupakan pelaksanaan fungsi kepolisian yang diarahkan kepada upaya pencegahan terjadinya gangguan kamtibmas. Adapun penanganan secara preventif yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kegiatan kepolisian. Dalam hal pencegahan masalah tindak pidana narkoba, pihak Satuan Kepolisian Narkoba melakukan Operasi Rutin Kepolisian dan Operasi Khusus Kepolisian. Biasanya kepolisisan akan melakukan kerjasama dengan instansi lain yang bergerak di bidang pencegahan narkoba.

Hal ini akan dilakukan oleh Satuan Narkoba Polres Rappocini ketika angka kejahatan yang terkait dengan penyalahgunaan narkoba semakin meningkat sehingga satuan Narkoba tersebut akan melakukan operasi tersendiri (Operasi Khusus Kepolisian) diluar operasi yang dilakukannya sehari-hari. Yang mana Operasi Rutin Kepolisian yang dilakukannya tersebut adalah operasi yang dilakukan sehari-hari dalam kaitannya dengan kebijakan Kapolda mengenai target minimal kasus per bulan. Operasi ini juga termasuk melakukan razia terhadap kendaraan bermotor.

(32)

Menurut Hasbandi dalam Alam (2010), upaya represif adalah suatu upaya penanggulangan kejahatan secara konsepsional yang ditempuh setelah terjadinya kejahatan. Penanggulangan dengan upaya represif untuk menindak para pelaku sesuai dengan perbuatannya serta memperbaikinya kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan yang dilakukannya adalah perbuatan melanggar hukum dan merugikan masyarakat, sehingga tidak mengulanginya dan orang lain juga tidak akan melakukannya mengingat sanksi yang ditanggungny asangat berat. Upaya ini dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana/kejahatan yang tindakan berupa penegakan hukum (law enforcement) dengan menjatuhkan hukuman.

b) Upaya yang dilakukan oleh BNN

(33)

Salah satu kewenangan BNN berdasarkan UU No. 35/2009 adalah mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran nakotika dan prusukor narkotika. Dalam hal melakukan pemberantasan narkotika, BNN diberi kewenangan untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap penyalahgunaan, peredaran narkotika, dan prekusor narkotika beserta dengan kewenangan yang dimilki penyelidik dan penyidik seperti penangkapan selama 3 x 24 jam dan dapat diperpanjang 3×24 jam ditambah penyadapan.

Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sulawesi Selatan, dibentuk berdasarkan Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor PER/04/V/2010/BNN tanggal 12 Mei 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten/ Kota. Resmi penyesuaian menjadi BNN Provinsi Sulawesi Selatan pada bulan April 2011, BNN Provinsi Sulawesi Selatan telah Begitu banyak melakukan gebrakan untuk menanggulangi masalah Narkoba yang kasusnya semakin tahun semakin meningkat. Namun hal ini pun tidak menjadi hambatan bagi BNN Provinsi SulSel dalam melaksanakan tugasnya dalam menyelidiki dan memberantas pengguna penyalahguna Narkoba.

Adapun strategi BNN Provinsi Sulawesi Selatan dalam menangani kasus narkoba adalah :

(34)

pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

2. Melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dengan cara mendorong peran serta masyarakat dalam menciptakan lingkungan bebas narkoba.

3. Memfasilitasi penyediaan sarana terapi dan rehabilitasi bagi penyalahguna dan/atau pecandu narkoba dengan cara meningkatkan kemampuan pelayanan terapi dan rehabilitasi bagi penyalahguna dan/atau pecandu narkoba.

4. Memberantas sindikat jaringan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dengan cara memetakan dan mengungkap sindikat jaringan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba serta menyita aset pelaku tindak kejahatan narkoba

Adapun upaya-upaya yang dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sulawesi Selatan dalam menangani penyalahguna Narkoba di Makassar Sulawesi Selatan adalah :

1) Menyelenggarakan Tes Urine pada Anggota DPRD

(35)

meminta belasan legistlator melakukan tes urine. Harapan kedepannya BNK tidak hanya menyasar beberapa legislator saja. Ia mengimbau agar BNK juga memeriksa seluruh pihak baik di legislatif maupun eksekutif. Pihak BNK sendiri masih terus memeriksa sampel urine belasan anggota DPRD Makassar. Tak terkecuali komisi lain, mereka juga tampak berlomba-lomba mendaftarkan diri untuk diperiksa urinenya.

Setelah melakukan tes urine terhadap 23 anggota DPRD kota Makassar, Senin 9 Mei 2016. Kini Badan Narkotika Kota (BNK) Makassar berencana akan melakukan pemeriksaan urine terhadap seluruh pejabat pemerintahan (eksekutif) dan legislatif (DPRD) di kota Makassar. Sekretaris BNK Makassar Ahdi A Malik mengatakan, untuk jadwal pemeriksaan hal itu bersifat mendadak dan rahasia. Namun, ia menuturkan pada jajaran pemerintah kota, seluruh pejabat setingkat kepala dinas dengan pangkat eselon II dan III menjadi target utama pihaknya. Ahdi menuturkan, jika pihaknya menemukan pejabat yang terbukti positif menggunakan narkoba, maka BNK Makassar sudah mempersiapkan opsi rehabilitasi dengan meminta izin kepada pimpinan institusi yang bersangkutan. Sementara untuk sanksi sendiri sudah menjadi kewenangan penuh pimpinan atau partai baik pejabat eksekutif maupun legislatif. (makassarterkini.com/2016)

(36)

Pada tanggal 14 Juni 2016, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Kota Makassar bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Makassar mengadakan kegiatan In House Training, bertema “Anti Narkoba”. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula KPP Madya Kota Makassar. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan komitmennya memerangi penyebaran narkotika dan obat-obatan terlarang (Narkoba). Perwakilan BNN Kota Makassar, Ishak Iskandar, yang menjadi pemateri mengatakan bahwa, saat ini narkoba tidak lagi hanya menyasar orang dewasa. Tapi juga sampai ke anak-anak. Yang menggunakan narkoba, akan mengalami gangguan mental dan kejiwaan.

Setelah mendengar pemaparan tentang bahaya narkoba, tanpa pemberitahuan sebelumnya, Kepala Kantor KPP Madya Makassar, Teguh Iman Wirotomo, meminta seluruh pegawai yang ada di jajarannya untuk melakukan tes urine, dibantu tim dari BNN. Apabila ada yang dinyatakan positif, tentunya akan dilakukan tindakan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Tes narkoba dilakukan supaya semua pegawai di lingkup KPP Madya Kota Makassar bersih dari pengaruh narkoba. Semua yang hadir diwajibka ikut pemeriksaannya. (makassarterkini.com/2016)

3) Rapat Anggota Tim Pokja Rehabilitasi Sinergitas Kelompok Kerja Rehabilitasi di Internal BNNP dan Lintas Sektor

(37)

(BNN) Provinsi Sulawesi Selatan melaksanakan rapat koordinasi TIM Pokja Rehabilitasi penyalahgunaan narkoba di Internal BNNP Sulsel dan Lintas Sektor. Rakor TIM Pokja Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba di ikuti sebanyak 20 orang terdiri dari perwakilan KanwilkumHam Wilayah Makassar,Perwakilan dari Direktorat Reserse Narkoba Polda Sulsel,Rumah Sakit Sayang Rakyat, Rumah Sakit Khusus Daerah Makassar,RS Bhayangkara,Dinas Sosial Provinsi Sulsel,Dinas Kesehatan Prov.Sulsel dan Kesbangpol Prov.Sulsel.

Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sulawesi Selatan Brigjen Pol.Drs.Agus Budiman Manalu.SH dalam sambutannya mengatakan “Ketergantungan narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada Narkotika,baik secara fisik maupun psikis. Ketergantungan Narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan Narkotika secara terus-menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba,menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas. (bnn.sulsel/2016)

4) Melaksanakan Kegiatan Sosialisasi “STOP Narkoba” di Fly Over

(38)

melalui pembagian stiker “STOP narkoba”, brosur dan kembang terhadap kendaraan yang berhenti pada saat lampu merah. Pada kesempatan yang sama, personil BNNP Sulsel juga sosialisasi tema Hari Anti Narkoba Internasional (HANI) 2016 "Mendengarkan Suara Hati Anak-Anak dan Generasi Muda Merupakan Langkah Awal Untuk Membantu Mereka Tumbuh Sehat dan Aman dari Penyalahgunaan Narkoba".

Dalam pelaksanaan kegiatan BNNP Sulsel melibatkan Forum Mahasiswa Anti Penyalah Guna Narkoba Sulawesi Selatan. Acara Sosialisasi “Stopnarkoba” diawali di perempatan Flyover Jln Urip Sumohardjo - AP. Pettarani Makassar dan berlangsung sekitar satu jam. Setelah melakukan aksi simpatik dengan membagikan stiker "stopnarkoba" dan bunga pada pengendara di perempatan Flyover Jln Urip Sumohardjo -AP. Pettarani Makassar, personil BNNP Sulsel dan Forum Mahasiswa Anti Penyalah Guna Narkoba Sulawesi Selatan melanjutkan kegiatan yang sama ke Mesjid Al Markas Al Islami Jln Mesjid Raya, Makassar sekaligus tempat terkahir acara sosialisasi dan diakhiri dengan buka puasa bersama di halaman Mesjid Al Markas. Kegiatan dimaksud, sebagai bentuk pencegahan dini terhadap dampak dan penyalahguna narkoba terhadap pengendara maupun pengunjung di area Mesjid Al Markas Al Islami melalui pembagian brosur P4GN dan stiker #stopnarkoba yang dibagi-bagikan. Kedua tempat dijadikan tempat aksi simpatik karena lokasi ini adalah merupakan titik keramaian di Makassar. (bnn.sulsel/2016)

5) Menyelenggarakan Deklarasi Artipena

(39)

Anti Penyalahgunaan Narkoba (ARTIPENA) Korwil Provinsi Sulawesi Selatan melaksanakan kegiatan “Deklarasi” pada hari kamis, 23 juni 2016 di gedung IPTEKS Universitas Hasanuddin, Makassar. Kegiatan tersebut dihadiri 122 undangan.

Kepala BNNP Sulsel Brigjen Pol Drs. Agus Budiman Manalu, S.H saat membacakan sambutan Kepala Deputi Deputi Pemberdayaan Masyarakat BNN mengatakan bahwa, “Potret permasalahan penyalahgunaan narkoba di kalangan dunia pendidikan khususnya Perguruan Tinggi tentu sangat membutuhkan perhatian serius, mengingat Perguruan Tinggi merupakan aset utama Bangsa Indonesia. Selain itu, kalangan mahasiswa merupakan entitas yang terdiri dari komponen akademis yang secara psikologis memiliki kerentanan terhadap penyalahgunaan narkotika.”

(40)

penanggulangan masalah narkoba di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. (bnn.sulsel/2016)

6) Melakukan Kerjasama dengan Kampus Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP)

Peredaran narkotika, psikotropika, dan obat terlarang (narkoba) di Sulawesi Selatan semakin hari kian merajalela. Salah satu lokasi strategis beredarnya barang haram tersebut adalah kampus. Sebagai perwujudan untuk menciptakan kampus bebas dari peredaran dan penyalagunaan narkoba, kampus Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Makassar bekerja sama dengan Badan Narkotika Provinsi Sulsel. Kerjasama itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman atau MOU antara PIP Makassar dengan BNN Sulsel di Pusat Rehabilitasi BNN, Jl. Batara Bira VI Baddoka Makassar, Minggu (26/06/2016).

Penandatangan dilakukan langsung oleh Direktur PIP Makassar, Ahmad Wahid, dengan Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sulawesi Selatan, Brigjen (Pol) Drs Agus Budiman Manalu Penandatanganan MOU tersebut dimaksudkan sebagai upaya Pencegahan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Lingkungan PIP Makassar. Selain itu, dalam penandatangan MOU juga dirangkaikan dengan peringatan hari anti narkotika tahun 2016. (tribunnews.com/2016)

(41)

Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sulawesi Selatan, Balai Rehabilitasi BNN Baddoka, Makassar, Badan Narkotika Nasional Kabupaten Bone, serta Komunitas Penggiat Anti Narkoba Makassar menyelenggarakan Apel bersama dalam rangka memperingati Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) 2016 pada hari sabtu (26/06), bertempat di halaman kantor Balai Rehabilitasi BNN Baddoka, Makassar jalan Batara Bira VI No. 35 Baddoka, Makassar.

Kegiatan Apel HANI 2016 dihadiri pejabat Eselon III dan IV dan staf lingkup BNNP Sulsel, Pejabat Eselon III, IV dan staf Balai Rehabilitasi BNN Baddoka, Kepala BNNK Bone dan staf, Komunitas Penggiat Anti Narkotika (Formapen, Lanha, Gema) Makassar serta Residen Balai Rehabilitasi BNN Baddoka. Bertindak sebagai Pembina Apel Kepala BNNP Sulsel Brigadir Jenderal Polisi Drs. Agus Budiman Manalu, S.H.

(42)

jaga agar tidak terjerumus kepada penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.”

Setelah pelaksanaan rangkaian Apel Peringatann HANI 2016, pada kesempatan yang sama juga dilaksanakan Penandatangan Nota Kesepahaman antara lain:

1. BNNP Sulsel dan Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan;

2. BNNP Sulsel dan Politeknik Ilmu Pelayaran, Kementerian Perhubungan, Makassar;

3. BNNP Sulsel dan Gerakan Masyarakat Anti Narkoba Provinsi Sulawesi Selatan; dan

4. BNNP Sulse dan Lembaga Anti Narkotika dan HIV – AIDS (LANHA) Universitas Sawerigading, Makassar.

(43)

dilaksanakan pada kegiatan Pra HANI di Lingkup Balai Rehabilitasi BNN Baddoka, Makassar. (bnn.sulsel/2016)

8) Melakukan Razia Penyalah Guna Narkoba Di Zona Café Makassar

Tim Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sulawesi Selatan melakukan razia narkoba di Zona Cafe di. Jln Penghibur pada 9 Mei 2015. Di tempat ini BNNP Sulsel menjaring delapan pengunjung wanita dan delapan pria dalam satu ruangan. Di tempat ini pula BNNP Sulsel langsung melakukan tes urine kepada para pengunjung, dan hasilnya mereka dinyatakan positif menggunakan narkoba. Sebagian dari mereka diamankan kareba merupakan pecandu berat. Sisanya hanya pengguna yang hanya sekedar coba-coba.

(44)

Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sulawesi Selatan Brigjen Pol.Drs.Agus Budiman Manalu,SH mengatakan bahwa razia besar-besaran yang digelar Tim Pemberantasan BNNP Sulsel selama beberapa hari tersebut adalah upaya untuk mencapai target 100 ribu pecandu narkoba yang direhabilitasi pada tahun tersebut (2015). Sulawesi Selatan mendapat jatah 3.200 pecandu untuk direhabilitasi. Selain THM,BNNP Sulawesi Selatan juga akan menyasar tempat-tempat kos di Makassar. Langkah rehabilitasi dilakukan karna pemerintah tidak ingin menyatukan antara pecandu dengan pengedar narkoba di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Ke depan Kementrian Hukum dan HAM akan mendirikan Lapas khusus bagi bandar narkoba besar di Indonesia. (bnnprovsulsl/2015)

9) Melakukan Refleksi Akhir Tahun BNN Provinsi Sulawesi Selatan dengan Revolusi Mental Penanganan Narkoba

Beberapa usaha yang yang dilakukan untuk menekan supply dan demand dalam rangka memberantas penyalahguna narkoba, diantaranya :

a. Pengguna narkoba lebih baik direhabilitasi daripada dipenjara

(45)

cara rehabilitasi. Sedangka untuk para penegak hukum narkota agar memiliki orientasi untuk merehabilitasi para penyalahguna narkoba daripada memasukkannya ke penjara.

Atas nama semangat penyelamatan generasi bangsa dari cengkeraman narkoba, tujuh institusi plat merah yaitu Mahkamah Agung, Kementerian Hukum dan HAM, Kejaksaan Agung, Polri, BNN, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Sosial mulai bersatu padu dalam mengimplementasikan penanganan bagi penyalahguna narkoba dari hulu ke hilir secara ideal. Tanggal 11 Maret 2014 menjadi tonggak sejarah karena ke-7 instansi di atas sepakat membubuhkan tanda tangannya di atas dokumen Peraturan Bersama (Perber) yang mengatur tentang Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi. Peraturan ini dilakukan melalui asesmen terpadu yang dilakukan oleh tim hukum dan tim kesehatan terhadap para peyalahguna narkotika untuk memilah pengguna murni dan pengguna yang merangkap sebagai pengedar.

(46)

RI]. Hingga akhir tahun 2014 (periode Januari-Desember), BNN Provinsi Sulawesi Selatan telah (1) menfasilitasi pecandu/korban penyalah guna narkoba sebanyak 45 orang untuk menjalani terapi dan rehabilitasi, yaitu 35 orang di rawat inap di Balai Rehabilitasi Baddoka, 4 orang direhabilitasi di RS Khusus Daerah Sulsel, 4 orang di rehabilitasi di YKP2N, 5 orang telah menjalani rawat jalan di Klinik Adi Pradana BNNP Sulsel, serta 4 orang lainnya dalam proses hukum; (2) telah melakukan pendampingan pada 25 orang mantan pecandu narkoba.

b. Pemutusan Jaringan serta Sita Aset Bandar Sindikat Narkoba

Harus disadari betul bahwa penanganan penyalahgunaan narkoba dalam aspek demand reduction harus diimbangi dengan agresivitas penegak hukum dalam menekan supply reduction dengan cara memberantas jaringan sampai ke akar-akarnya. Konsep pemberantasan tidak hanya menjerat para bandar dan pengedar dengan hukuman mati akan tetapi juga merampas asetnya hingga mereka tidak bisa berbisnis lagi [BNN RI].

(47)

kejahatan narkoba (money loundry) sebanyak satu kasus dengan barang bukti 1 unit mobil Honda Freed [dengan nilai Rp. 250.000.000].

c. Revitalisasi Upaya Preventif dan Pemberdayaan Partisipasi Masyarakat

Sebagai langkah preventif, BNN Provinsi Sulawesi telah melakukan berbagai langkah, yaitu ;

1) Peningkatan pemahaman masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan narkoba dengan asumsi bahwa masyarakat yang meningkat pemahamannya tentang bahaya penyalahgunaan narkoba sebanyak 615.882 orang. Upaya yang dilakukan antara lain, melakukan penyuluhan tatap muka kepada sasaran sebanyak 31.406 orang, pagelaran seni budaya dengan sasaran 500 orang, melalui media cetak 22 kali, media elektronik melalui [talkshow TV/ dialog interaktif radio] sebanyak 19 paket; media social [facebook & youtube] sebanyak 76 kali; media luar ruang [spanduk, poster, standing banner] sebanyak 12 kali;

2) Audiens ke 20 instansi pemerintah dan swasta untuk merubah mindset pengambil kebijakan dalam mengimplementasikan Inpres 12/201;

3) Membentuk dan melatih kader anti narkoba sebanyak 420 kader;

(48)

5) Melakukan upaya pembinaan lanjutan pemberdayaan alternatif pada satu lokasi yang rentan terhadap peredaran gelap narkoba dengan melibatkan peran tokoh masyarakat/ agama/ instansi yang terkait dengan mengevaluasi sebanyak 9 pemuda sebagai pilot alternative [tahun 2013];

d. Peningkatan Sinergitas Kerjasama dengan Institusi Pemerintah, swasta dan komponen masyarakat

Penanganan masalah narkoba tidak semudah membalikkan telapak tangan, diperlukan sinergitas kerjasama dengan institusi pemerintah, swasta dan seluruh komponen masyarakat. Sepanjang tahun 2014, BNN Provinsi Sulawesi Selatan telah menjalin kerjasama dengan lintas sektor terkait dengan melakukan penandatanganan MoU sebanyak 12 dokumen perjanjian, antara lain Harian Fajar, Harian Ujungpandang Express, Sentra Komunikasi, Yayasan Selebassi, Universitas Veteran RI, Universitas Bosowa 45, Kodam VII/ WRB, LPP RRI, Dit Serse Narkoba Polda Sulselbar, Kwarda Pramuka Sulsel, LPAIC, HIPMI Sulsel dan mayzona.com. (bnn.sulsel/2016)

c) Upaya Terkait Pusat Rehabilitasi Narkoba (PRN)

1) Peresmian Balai Rehabilitasi Baddoka Makassar

(49)

penyalahguna ata pecandu narkoba. Hal tersebut merupakan salah satu implementasi Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional di Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun 2011 – 2015 (Jakstranas P4GN 2011 – 2015) sebagai strategi jangka pendek mewujudkan “Indonesia Bebas Narkoba Tahun 2015”.

Pembangunan Balai Rehabilitasi di Baddoka, Makassar bertujuan untuk mengatasi permasalahan penyalahgunaan Narkoba di wilayah Indonesia Bagian Timur. Diharapkan secara bertahap dapat memberikan pelayanan terhadap para penyalah guna dan/atau pecandu Narkoba yang ada di wilayah ini. BNN terus melakukan pembenahan dalam pengembangan pelayanan rehabilitasi ke arah pelayanan pasca rehabilitasi dengan menggunakan pendekatan konservasi alam. Sementara pada tahun 2012 ini telah dikembangkan menjadi 4 (empat) tempat yang salah satunya di Bengo-Bengo, Sulawesi Selatan.

(50)

penyalah guna dan/atau pecandu Narkoba tinggal di Rumah Dampingan dan Rumah Mandiri.

BNN menyediakan sarana dan prasarana untuk itu sebagai tempat transisi sebelum bergabung kembali dengan keluarga atau masyarakat. Selama masa transisi, mereka akan bekerja di beberapa tempat. BNN telah menjalin kerja sama dengan pihak swasta, BUMN dan kelompok organisasi kemsyarakatan lainnya memfasilitasi lapangan kerja bagi mereka. Pembenahan di bidang rehabilitasi bertujuan mengajak masyarakat untuk hidup sehat dan merubah mindset bahwa penyalahgunaan Narkoba merupakan penyakit yang dapat dipulihkan. (bnn.id/2012)

2) Membuka Program Rehabilitasi Warga Binaan Permasyarakatan Narkotika di Lapa Kelas IIA Watampone

Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sulawesi Selatan melakukan launching program rehabilitasi bagi warga pemasyarakatan (WBP) narkotika di dalam lapas kelas IIA Watampone. Peresmian tersebut bertempat di Aula Lapas Kelas IIA Watampone,Jl.Yos Sudarso Kecamatan Tanete Riattang Timur, pada hari selasa tanggal 07Juni 2016 jam 11.00 Wita.

(51)

Darurat Narkoba maka Kementrian/Lembaga terkait menetapkan Gerakan Rehabilitasi Pengguna Narkoba dengan indikator Indonesia Darurat Narkoba seperti Prevalansi penyalahguna narkoba golongan umur10-59 tahun sebesar 2,2% atau sekitar 4,2juta orang penduduk Indonesia membutuhkan narkoba,kedua sekitar 40 orang meninggal dunia setiap hari di Indonesia akibat penyalahgunaan narkoba. Maka dari itu kita bekerjasama dengan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Watampone untuk membuka program rehabilitasi di dalam Lapas.”ujar Kepala BNNP Sulsel. (bnn.sulsel/2016)

3) Kerjasama BNN Sulawesi Selatan dengan Dinas Sosial Kota Makassar Terkait Hal Rehabilitasi

(52)

Dinas Sosial Untuk pendampingan dan Home Visite. Dinas Sosial Kota Makassar akan mengusulkan lembaga rehabilitasi komponen masyarakat yang ada menjadi Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) serta sepakat untuk melakukan penandatanganan MOU antara BNNP Sulsel dengan Dinas Sosial Kota Makassar.

Adapun Beberapa hal yang menjadi kesepakatan dengan Dinas Sosial Provinsi antara lain: Menyediakan tempat bagi para pengguna narkoba untuk dilakukan rehabilitasi sosial,Dinas Sosial akan mempertimbangkan salah satu panti anak nakal di Kabupaten Bulukumba untuk dijadikan tempat rehab sosial bagi pengguna narkoba serta Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan siap memfasilitasi mantan pengguna narkoba usia 13-21 th untuk pembinaan Kelompok Usaha Bersama (KUBE).

Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sulawesi Selatan mengatakan bahwa audiensi yang telah diselenggarakan tersebut merupakan salah satu langkah awal yang dilakukan untuk menjauhkan masyarakat terhadap penyalahgunaan narkoba. Provinsi Sulawesi Selatan dengan berbagai kegiatan itu diharapkan mampu untuk menekan penyalahgunaan narkotika di Indonesia pada umumnya khususnya di Sulawesi Selatan.

(53)

Selatan,supaya mereka bisa bersinergi dalam upaya Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Sulawesi Selatan. Karena tempat yang disiapkan untuk menampung para pengguna narkoba di Balai Rehabilitasi BNN Baddoka Makassar itu sudah Dover kapasitas.

Dengan demikian, Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sulawesi Selatan sangat menyambut baik kerja sama yang akan dilakukan kedepannya yaitu memberikan fasilitas tempat rehabilitasi pagi para penyalahguna narkoba ini. Dengan harapan kerja sama tersebut kedepannya nanti banyak lembaga-lembaga komponen masyarakat yang memiliki Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) yang sudah diseleksi oleh BNNP Sulsel dan Dinas Sosial Provinsi Sulsel. Karna Undang-undang No 35 Tahun 2009 tentang narkotika pada Pasal 75 yang memerintahkan untuk wajib merehabilitasi pengguna narkoba baik itu rehabilitasi sosial ataupun rehabilitasi medis. (bnnprovsulsel/2016)

4) Pendampingan Pasca Rehabilitasi

(54)

integral dalam rangkaian perawatan lanjutan ketergantungan narkoba (sustainable rehabilitation program).

Program pasca rehabilitasi merupakan program yang melibatkan interaksi dinamis antara klien dan petugas layanan pasca rehabilitasi untuk secara bersama-sama menghadapi beragam tantangan dalam manajemen pemulihan sehingga dapat hidup berkualitas & tercipta reintegrasi ke masyarakat. Pendampingan dapat dilakukan oleh perseorangan, kelompok atau lembaga yg memiliki kompetensi profesional di bidangnya dalam melakukan pendampingan bagi klien, antara lain : konselor adiksi, pekerja sosial, psikologi, pembina mental dll.

Pendampingan ini dilakukan sekali sebulan selama 6 bulan berturut-turut, ini bertujuan untuk melakukan observasi dan konseling pasca program kepada klien. Dengan pendampingan, kita akan mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh klien setelah mengikuti kegiatan rehabilitasi serta hubungan klien dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya. Pendampingan akan difokuskan pada hal-hal yang bisa klien lakukan agar lebih produktif dan membantu klien menghindari lingkungan negatif yang mempengaruhinya mengonsumsi obat-obatan terlarang. Pendampingan pasca rehabilitasi juga dimaksudkan untuk membantu klien dan keluarganya agar tetap mempertahankan kepulihan klien.

(55)

masyarakat. Dengan adanya peran sosial yang dimiliki oleh klien, mereka akan merasa bahwa masyarakat memiliki kepercayaan kembali terhadap mereka untuk berkontribusi secara positif. Pada bulan Februari 2016, BNN Provinsi Sulawesi Selatan telah melakukan pendampingan kepada 28 orang klien yang telah mengikuti program rehabilitasi. Selama pendampingan, klien menerima konseling individu maupun konseling keluarga, serta membantu klien menemukan minat bakat mereka agar dapat lebih produktif di tengah masyarakat, dan bagi klien yang telah produktif tetap kami damping untuk mempertahankan kepulihan dan keproduktifan mereka. (bnn.sulsel/2016)

B. PEMBAHASAN

Kasus Narkoba yang dua tahun terakhir ini (2014-2016) semakin meningkat saja. Pemerintah pun tak berhenti berupaya dalam rangka menangani kasus tersebut. Kepolisian, Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan dan juga saling bekerja sama dalam hal menangani permasalahan ini. Kepolisian dalam hal ini Kepolisian Sektor Rappocinni dengan upaya yang dilakukannya sebagai realisasi dari ketiga upaya Preemetif, Preventif dan Represif yaitu dengan kegiatan operasional seperti penyuluhan dan melakukan operasi dengan melakukan kerjasama dengan instansi.

(56)

melakukan upaya-upaya dalam rangka memberantas kasus tersebut. BNN melaksanakan rapat koordinasi TIM Pokja Rehabilitasi penyalahgunaan narkoba di Internal BNNP Sulsel dan Lintas Sektor. Rakor TIM Pokja Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba di ikuti sebanyak 20 orang terdiri dari perwakilan KanwilkumHam Wilayah Makassar,Perwakilan dari Direktorat Reserse Narkoba Polda Sulsel,Rumah Sakit Sayang Rakyat, Rumah Sakit Khusus Daerah Makassar,RS Bhayangkara,Dinas Sosial Provinsi Sulsel,Dinas Kesehatan Prov.Sulsel dan Kesbangpol Prov.Sulsel. BNN bahkan dengan pihak kampus seperti di Kampus Politekni Ilmu Pelayaran (PIP). Hal tersebut dilakukan sebagai upaya dalam menciptakan lingkungan kampus yang bebas dari peredaran dan penyalahguna Narkoba.

Tak berhenti sampai disitu saja upaya yang dilakukan BNN. BNN juga terjung langsung ke masyarakat dengan cara melaksanakan kegiatan sosialisasi “STOP Narkoba” di Fly Over Jln. Urip Sumoharjo. Selain itu BNN juga membuka program rehabilitasi bagi warga pemasyarakatan (WBP) narkotika di dalam lapas kelas IIA Watampone. Hal tersebut dilakukan terkait dengan kebijakan Presiden Republik Indonesia tentang Indonesia Darurat Narkoba maka Kementrian/Lembaga terkait menetapkan Gerakan Rehabilitasi Pengguna Narkoba dengan indikator Indonesia Darurat Narkoba. Maka dari itu BNN bekerjasama dengan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Watampone untuk membuka program rehabilitasi di dalam Lapas.

(57)

terbukti tetapi tidak ditemukan padanya barang bukti, BNN melakukan pendampingan pasca rehabilitasi yang diadakan oleh lembaga rehabilitasi pemerintahdan lembaga rehabilitasi komponen masyarakat. Pendampingan tersebut merupakan salah satu tugas seksi pasca rehabilitasi bidang rehabilitasi yang merupakan program yang integral dalam rangkaian perawatan lanjutan ketergantungan narkoba (sustainable rehabilitation program).

Dalam Program pasca rehabilitasi ini melibatkan interaksi dinamis antara klien dan petugas layanan pasca rehabilitasi untuk secara bersama-sama menghadapi beragam tantangan dalam manajemen pemulihan sehingga dapat hidup berkualitas & tercipta reintegrasi ke masyarakat. Pendampingan ini dilakukan sekali sebulan selama 6 bulan berturut-turut, ini bertujuan untuk melakukan observasi dan konseling pasca program kepada mantan pengguna tersebut. Dengan pendampingan ini pula maka akan diketahui kegiatan apa saja yang telah dilakukan oleh mantan pengguna tersebut setelah mengikuti kegiatan rehabilitasi serta hubungannya dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya.

BAB V

PENUTUP A. Kesimpulan

(58)

tentu saja tak terlepas dari kerjasama antar kepolisian, instansi dan juga masyarakat. Adapun upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Kepolisian Sektor Rappocini, BNN dan dan juga masyarakat dalam memberantas kasus narkoba di kota Makassar Sulawesi Selatan adalah :

1. Melakukan kegiatan operasional dengan melakukan kerjasama dengan instansi yang bergerak dibidang pencegahan narkoba lainnya. (bagi kepolisian)

Dan bagi Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sulawesi Selatan : 2. Menyelenggarakan tes urine di kantor DPRD dan Kantor Pajak

3. Rapat Anggota Tim Pokja Rehabilitasi Sinergitas Kelompok Kerja Rehabilitasi di Internal BNNP dan Lintas Sektor

4. Melaksanakan Kegiatan Sosialisasi “STOP Narkoba” di Fly Over

5. Menyelenggarakan Deklarasi Artipena

6. Melakukan Kerjasama dengan Kampus Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP)

7. Memperingati Hari Anti Narkoba Internasional (HANI) 2016

8. Melakukan Razia Penyalah Guna Narkoba Di Zona Café Makassar

9. Membuka Program Rehabilitasi Warga Binaan Permasyarakatan Narkotika di Lapa Kelas IIA Watampone

(59)

11. Kerjasama BNN Sulawesi Selatan dengan Dinas Sosial Kota Makassar Terkait Hal Rehabilitasi

12. Pendampingan Pasca Rehabilitasi

13. Melaporkan kepada polisi jika menemukan hal yang mencurigakan mengenai pengedar atau pun pengguna narkoba.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka terdapat beberapa saran yang peneliti ajukan, diantaranya :

1. Bagi pemerintah Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sulawesi Selatan maupun Kepolisian: Tidak menyerah dalam memberantas Narkoba yang meski kasusnya setiap tahunnya terus mengalami peningkatan serta menambah program seperti seperti sosialisasi tentang bahaya Narkoba. 2. Bagi korban penyalahguna Narkoba : agar tidak lagi mengkomsumsi

narkoba dan memanfaatkan proses rehabilitasi sebaik mungkin dalam menyembuhkan kecanduannya terhadap narkoba.

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Apotekk24. 2016. Faktor Penyebab da Dampak Penyalahguna Narkoba. http://www.apotek-k24.com/post/216/Faktor-Penyebab-dan-Dampak-Penyalahgunaan-Narkoba

BNN Sulsel. 2016. Kabar Berita dan Aktifitas. http://sulsel.bnn.go.id

Bobsusanto. 2015. 9 Pengertian Pemerintahan Menurut Para Ahli Lengkap. http://www.seputarpengetahuan.com/2015/03/9-pengertian-pemerintahan-menurut para-ahli-lengkap.html

Bambang. 2010. Instrumen dan Teknik Penelitian.

(61)
(62)

Nathalia, Deslina. 2015. Hubungan Bahaya Narkoba Dengan Kenakalan Remaja. http://deslinathalia182.blogspot.co.id/2015_02_01_archive.html

Okezonenews. 2016. Rehabiltasi Oknum jadi Bandar

http://news.okezone.com/read/2016/02/25/340/1320745/setelah-direhabilitasi-oknum-polisi-ini-malah-jadi-bandar-narkoba

Setiawan, Parta. 2015. Pengertian Dan 3 Jenis Napza Menurut Para Ahli. http://www.gurupendidikan.com/pengertian-dan-3-jenis-napza-menurut-para-ahli/

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alafabeta .

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta .

Solopos. 2016. Kasus Narkoba Polisi erang Bandar.

http://www.solopos.com/2016/01/19/kasus-narkoba-polisi-tewas-diserang-bandar-narkoba-buwas-jangan-underestimate-sama-pelaku-682485

Tribu Timur, Makassar. 2016 Cegah Peredaran Narkoba, PIP Makassar Tandangani MOU dengan BNN Sulsel. http://makassar.tribunnews.com/2016/06/26/cegah-peredaran-narkoba-pip-makassar-tandangani-mou-dengan-bnn-sulsel

(63)
(64)
(65)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 23 TAHUN 2010

TENTANG

BADAN NARKOTIKA NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 67 ayat (3) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dipandang perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Badan Narkotika Nasional;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671);

(66)

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

4. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG BADAN NARKOTIKA

NASIONAL.

(67)

2 -Presiden Republik Indonesia ini disebut BNN adalah lembaga pemerintah non kementerian yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui koordinasi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.

2. BNN dipimpin oleh Kepala.

Bagian Kedua Tugas

Pasal 2

(1) BNN mempunyai tugas :

a. menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

b. mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

c. berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Republik Negara Indonesia dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

d. meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat;

(68)

- 3 -

e. memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalah-gunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

f. memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

g. melakukan kerja sama bilateral dan multilateral, baik regional maupun internasional, guna mencegah dan memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

h. mengembangkan laboratorium Narkotika dan Prekursor Narkotika.

i. melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan tehadap perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

j. membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang.

a. Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BNN juga bertugas menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.

Bagian Ketiga Fungsi

Pasal 3

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, BNN menyelenggarakan fungsi :

(69)

- 4 -

b. penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, dan prekursor serta bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol yang selanjutnya disingkat dengan P4GN;

c. penyusunan, perumusan dan penetapan norma, standar, kriteria, dan prosedur P4GN;

d. penyusunan perencanaan, program, dan anggaran BNN;

e. penyusunan dan perumusan kebijakan teknis pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerja sama di bidang P4GN;

f. pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakan teknis P4GN di bidang Pencegahan, Pemberdayaan Masyarakat, Pemberantasan, Rehabilitasi, Hukum, dan Kerja Sama;

g. pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN kepada instansi vertikal di lingkungan BNN;

h. pengoordinasian instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat dalam rangka penyusunan dan perumusan serta pelaksanaan kebijakan nasional di bidang P4GN;

i. penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi di lingkungan BNN;

j. pelaksanaan fasilitasi dan pengoordinasian wadah peran serta masyarakat;

k. pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika;

(70)

- 5 -

k. pelaksanaan pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi di bidang narkotika, psikotropika, dan prekursor serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol;

(2) pengoordinasian instansi pemerintah terkait maupun komponen masyarakat dalam pelaksanaan rehabilitasi dan penyatuan kembali ke dalam masyarakat serta perawatan lanjutan bagi penyalahguna dan/atau pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol di tingkat pusat dan daerah;

(3) pengoordinasian peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat;

(4) peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi penyalahguna dan/atau pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol berbasis komunitas terapeutik atau metode lain yang telah teruji keberhasilannya;

(5) pelaksanaan penyusunan, pengkajian, dan perumusan peraturan perundang-undangan serta pemberian bantuan hukum di bidang P4GN;

(6) pelaksanaan kerja sama nasional, regional, dan internasional di bidang P4GN;

(7) pelaksanaan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan P4GN di lingkungan BNN;

(71)

6 -

(1) pelaksanaan koordinasi pengawasan fungsional instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat di bidang P4GN;

(2) pelaksanaan penegakkan disiplin, kode etik pegawai BNN, dan kode etik profesi penyidik BNN;

(3) pelaksanaan pendataan dan informasi nasional, penelitian dan pengembangan, dan pendidikan dan pelatihan di bidang P4GN;

(4) pelaksanaan pengujian narkotika, psikotropika, dan prekursor serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol;

(5) pengembangan laboratorium uji narkotika, psikotropika, dan prekursor serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol;

(6) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional di bidang P4GN.

Bagian Keempat Wewenang

Pasal 4

Dalam melaksanakan tugas pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika, BNN berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.

(72)

7

-BAB II

ORGANISASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

Bagian Kesatu Susunan Organisasi

Pasal 5

Badan Narkotika Nasional terdiri atas :

a. Kepala;

b. Sekretariat Utama;

c. Deputi Bidang Pencegahan;

d. Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat;

e. Deputi Bidang Pemberantasan;

f. Deputi Bidang Rehabilitasi;

g. Deputi Bidang Hukum dan Kerja Sama;

h. Inspektorat Utama;

i. Pusat; dan

j. Instansi Vertikal.

Bagian Kedua Kepala

Pasal 6

Kepala adalah pemimpin BNN.

(73)

8

-Pasal 7

Kepala mempunyai tugas :

a. Memimpin BNN dalam pelaksanaan tugas, fungsi, dan wewenang BNN.

b. Mewakili pemerintah dalam melaksanakan hubungan kerja sama dengan Pemerintah Luar Negeri dan/atau organisasi internasional di bidang P4GN.

Bagian Ketiga Sekretariat Utama

Pasal 8

(1) Sekretariat Utama adalah unsur pembantu pemimpin, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BNN.

(2) Sekretariat Utama dipimpin oleh Sekretaris Utama.

Pasal 9

Sekretariat Utama mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BNN.

Pasal 10

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Sekretariat Utama menyelenggarakan fungsi :

Referensi

Dokumen terkait

Ada beberapa tahapan yang dapat ditempuh untuk membangun kemitraan Polri dengan Masyarakat, yaitu: (1) Mengoptimalkan fungsi forum kemitraan polisi dan masyarakat

✓ Ketentuan atau petunjuk teknis yang mengatur tuntutan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial, penempatan pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika ke lembaga rehabilitasi

Rehabilitasi medis terhadap pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan narkotika yang sedang menjalani proses peradilan diselenggarakan di fasilitas rehabilitasi medis

Tyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai barang setengah jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan ban atau barang

Jika ketidak- pedulian Anda berlanjut, sehingga tekanan darah sistolik Anda akhirnya mencapai 160 mmHg atau lebih atau tekanan diastolik Anda mencapai 100 mmHg

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika, perlu

Jikapun diartikan bahwa tanah terperkara untuk dinyatakan sebagai hak milik Penggugat yang diperoleh dari Bistok Marpaung berdasarkan warisan secara turun-temurun

menyeluruh tentang dirinya, yang bersumber dari pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri maupun dari cara pandang orang lain tentang diri individu tersebut. 