• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI COACHING DAN COUNSELING DAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLEMENTASI COACHING DAN COUNSELING DAL"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI COACHING DAN COUNSELING

DALAM MANAJEMEN PERUBAHAN

PENDAHULUAN

Perusahaan atau institusi yang tidak mau berubah lama kelamaan akan mati dengan sendirinya.

Bagaimana tidak, sementara perusahaan atau institusi tersebut tidak berubah, perusahaan atau institusi

pesaingnya melakukan perubahan yang akan menarik para customer, bahkan para pelanggan yang

telah dimiliki perusahaan. Oleh karena itu bagi suatu perusahaan atau institusi, perubahan kearah yang

lebih baik adalah suatu keniscayaan yang harus dilakukan secara berkesinambungan. Hal ini bukan saja

untuk menjaga eksistensi perusahaan, akan tetapi juga agar perusahaan dapat berkembang hingga

mencapai suatu tingkat yang diharapkan.

Perubahan itu sendiri akan menimbulkan banyak konsekuensi, tidak hanya dari segi sarana dan

prasarana, dana untuk atau biaya, dan yang lebih penting lagi adalah terjadinya gap kompetensi yang

dimiliki oleh karyawan dan staf dengan standar kompetensi yang harus dimiliki untuk dapat dicapai

tingkat perubahan yang diharapkan. Bahkan sering kali perubahan tersebut menimbulkan

tekanan-tekanan kepada karyawan yang pada gilirannya akan menimbulkan depresi (stress) para karyawan yang

akhirnya justru akan menggagalkan perubahan tersebut. Tanpa adanya manajemen perubahan yang

baik, mustahil suatu program perubahan yang dilakukan oleh perusahaan atau institusi akan berhasil.

Couching dan counseling adalah metode yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah gap

kompetensi dan masalah pribadi para karyawan. Dengan coaching dan counseling atasan atau

pimpinan dapat membantu bawahannya untuk menanggulangi permasalahan-permasalahan yang

dihadapi sebagai konsekuensi dari perubahan yang terjadi.

Artikel ini akan membahas bagaimana cara untuk mengelola perubahan dalam suatu

perusahaan atau institusi dan bagaimana menggunakan method coaching dan counseling untuk

mengelola perubahan tersebut agar hasil dari perubahan tersebut dapat optimal.

MANAJEMEN PERUBAHAN

Perkembangan teknologi informasi telah mendorong perubahan yang cepat pada sector dunia

usaha. Tidak itu saja teknologi informasi juga telah merubah roda-roda ekonomi baik dalam sekala

nasional maupun dunia. Sekarang ini perusahaan atau institusi dipaksa untuk beradaptasi dengan

perubahan yang lebih kompetitif dan dinamis, kalau mereka tidak melakukan perubahan maka mereka

akan mati ditengah jalan. Keadaan inilah yang memaksa para. Para pemilik dan pengelola perusahaan

berusaha untuk mengelola perubahan sebaik-baiknya agar peruahaan atau institusi yang dipimpinnya

(2)

Perubahan (change) adalah sebuah drama kehidupan yang memberikan banyak ketakutan,

sekaligus harapan (Kasali, 2005). Bagi banyak orang perubahan banyak menimbulkan ketakutan.

Dengan perubahan, maka masa depan mereka menjadi tidak menentu, bahkan dengan perubahan

mungkin saja mereka akan menjadi masyarakat marjinal yang tersisihkan. Keadaan ini tentunya juga

tidak berbeda dengan perusahaan atau institusi. Banyak perusahaan-perusahaan yang harus gulung

tikar lantaran terjadinya perubahan yang tidak dapat diantisipasinya. Namun demikian, di sisi lain, bagi

sebagaian orang perubahan adalah harapan, harapan untuk menjadi lebih baik, harapan untuk

memperoleh sesuatu yang lebih, lebih dan lebih yang berujung pada puncak kesuksesan.

Pengertian Perubahan

Untuk mdapat mengelola perubahan dengan baik, seseorang harus terlebih dahulu memahami

apa itu perubahan. Perubahan adalah sesuatu yang sulit didefinisikan. Pada hakekatnya perubahan

dapat dilihat dari karakteristiknya. Menurut Kasali (2005) ‘Perubahan’ memiliki karakteristik sebagai

berikut:

1) Sesuatu yang misterius yang dapat membuat lebih baik, tapi juga dapat membuat lebih buruk.

2) Memerlukan .change maker’.

3) Tidak semua orang bisa diajak berubah

4) Terjadi setiap saat.

5) Memiliki sisi keras, dan juga sisi lembut.

6) Memerlukan waktu, biaya dan kekuatan

7) Dibutukkan upaya khusus untuk menyentuh nilai-nilai organisasi.

8) Merlukan pengorbanan

9) Perubahan menimbulkan ekpektasi yang dapat menimbulkan kekecewaan

10) Selalu menakutkan dan menimbulkan kepanikan

Mengapa Perubahan Diperlukan?

Perubahan perlu dilakukan agar organisasi atau perusahaan agar mereka dapat terus eksis dan

berumur panjang namun tetap dalam kondisi yang sehat. Begitu banyak organisasi dan perusahaan

harus gulung tikar lantaran mereka tidak mengadaptasi perubahan. Organisasi juga seperti mahluk

hidup, mereka dilahirkan, berkembang dan menjadi tua. Mahluk hidup yang tidak dirawat dengan baik

pada saat tuanya akan sakit-sakitan dan terus mati. Bahkan banyak yang mati saat masih muda (dalam

masa perkembangan). Sebaliknya mahluk hidup yang terawat akan sehat sampai tua dan dapat

berumur panjang. Dua contoh perusahaan yang dirawat dengan baik adalah Stora dari Swedia dan

Sumitomo dari jepang. Kedua perusahaan tersebut sampai saat ini tetap eksis dan kuat walaupun sudah

berumur 700 tahun dan 400 tahun (Kasali, 2005).

Eksistensi suatu organisasi bukan dikarenakan besarnya suatu organisasi, melainkan bagaimana

mereka dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Kasali (2005) mengatakan dalam bukunya ‘Cahange!’

(3)

perusahaan-perusahaan multinasional yang bersekala besar, seperti PAN AM (perusahaan

penerbangan), dan Chrysler (perusahaan otomotif) yang mungkin sudah mati bila tidak ditolong oleh Lee

Lacocca. Di sisi lain banyak perusahaan-perusahaan besar yang pintar beradaptasi dengan lingkungan

dan tetap sukses sampai saat ini walaupun sudah berumur panjang seperti Stora dan Sumitomo.

Dari uraian di atas, nampak bahwa keberhasilan perusahaan untuk tetap eksis dan sukses lebih

dikarenakan mereka dapat beradaptasi dengan perubahan. Oleh karena itu para pengelola organisasi

dan perusahaan harus dapat mengantisipasi perubahan di masa depan. Semakin mengenal masa

depan, semakin mudah adaptasi dilakukan. Memang adaptasi bisa saja dilakukan secara reaktif, namun

hal tersebut sering membuat perusahaan ketinggalan kereta dan tidak dapat bersaing dengan para

pesaing-saingnya yang telah memahami perubahan-perubahan yang akan terjadi dimasa yang akan

datang.

Resistensi Terhadap Perubahan

Perubahan dapat menimbulkan banyak permasalahan dan permasalahan yang sangat menonjol

adalah adanya resistensi (penolakan) atas perubahan itu sendiri. Di samping itu perubahan sering kali

menuntut tambahan sumber daya, baik manusia, keuangan maupun teknologi yang oleh banyak institusi

juga merupakan permasalahan tersendiri. Perubahan dapat berdampak positif atau negatif. Oleh karena

itu perubahan harus dikelola sebaik-baiknya agar tidak berdampak negatif bagi organisasi.

Mengapa perubahan sering ditolak? Banyak alasan mengapa manusia secara pribadi atau

institusi sebagai suatu organisasi menolak perubahan, walaupun mereka tahu perubahan tersebut

mungkin akan menguntungkannya. Menurut Mustafa (2001) ada beberapa faktor yang mendorong

penolakan terhadap perubahan. Faktor-faktor penolakan yang bersifat individu adalah: kebiasaan, rasa

aman, ekonomi, takut akan sesuatu yang tidak diketahui, dan persepsi.

Bagi individu, kebiasaan mungkin telah membentuk pola kehidupan sehari-hari dan biasanya

individu maupun organisasi merasa nyaman dengan kondisi tersebut, sehingga perubahan cenderung

akan menimbulkan resistensi. Selain itu masalah rasa aman akan kondisi yang telah nyaman baik dari

segi ekonomi maupun non-ekonomi menjadi hal yang juga dapat menimbulkan resistensi tersebut. Lebih

dari itu sering kali orang takut terhadap perubahan karena akan menimbulkan ketidak pastian.

Bagi organisasi, faktor-faktor yang memicu resistensi adalah: ketidak stabilan struktural, luasnya

dampak perubahan, penolakan kelompok kerja, ancaman terhadap posisi, dan masalah alokasi sumber

daya. Perubahan mendorong dilakukannya perubahan tujuan, struktur, aturan main, uraian tugas,

disiplin, kehlian yang dapat mengganggu stabilitas. Bila instabiliatas terjadi secara meluas, maka hal ini

akan menyulitkan manajemen untuk mengelolanya. Selain itu, sering kali manajemen merasa bahwa

perubahan akan mengancam kekuasaan yang telah dimilikinya, terutama bila terkait dengan masalah

(4)

Mengatasi Resistensi

Coch dan French Jr, sebagai mana disitir oleh Mutafa (2001), mengusulkan ada enam taktik yang

bisa dipakai untuk mengatasi resistensi perubahan, yaitu:

1. Pendidikan dan Komunikasi. Disini pimpinan perlu memberikan penjelasan kepada pegawainya

tentang latar belakang, tujuan, akibat, dari diadakannya perubahan.

2. Partisipasi. Dalam membuat suatu keputusan pimpinan hendaknya mengajak semua pihak untuk

berperan serta.

3. Memberikan kemudahan dan dukungan. Jika pegawai takut atau cemas, lakukan konsultasi atau

bahkan terapi.

4. Negosiasi. Cara lain yang juga bisa dilakukan adalah melakukan negosiasi dengan pihak-pihak

yang menentang perubahan. Tawarkan alternatif yang bisa memenuhi keinginan mereka.

5. Manipulasi dan Kooptasi. Manipulasi adalah menutupi kondisi yang sesungguhnya. Kooptasi

dilakukan dengan cara memberikan kedudukan penting kepada pimpinan penentang perubahan

dalam mengambil keputusan.

6. Paksaan. Berikan ancaman dan jatuhkan hukuman bagi siapapun yang menentang dilakukannya

perubahan.

Pendekatan Pengeloaan Perubahan dalam Organisasi

Pendekatan klasik yang dikemukaan oleh Kurt Lewin mencakup tiga langkah, yaitu : Unfreezing,

Movement, dan Refreezing (Mustafa, 2001). Pada awal perubahan akan sangat banyak sekali para

penentang dan sedikit yang mendukung perubahan. Oleh karena itu dalam tahapan unfreezing

manajemen perlu melakukan upaya-upaya untuk mengatasi tekanan-tekanan dari kelompok penentang

perubahan agar resistensi tidak semakin banyak dan dapat dikurangi sedikit demi sedikit.

Dalam tahap movement, secara bertahap perubahan dilakukan. Dalam tahap ini diharapkan

jumlah penentang perubahan berkurang dan jumlah pendukung bertambah. Untuk mencapai hal

tersebut, hasil-hasil perubahan harus segera dirasakan oleh segenap individu yang teribat.

Jika kondisi yang diinginkan telah tercapai, maka dilanjutkan dengan tahap terakhir (Refreezing),

yaitu menciptakan stabilitas melalui peraturan-peraturan baru, sistem kompensasi baru, dan cara

pengelolaan organisasi yang baru lainnya. Jika tahap ini berhasil maka jumlah penentang akan semakin

banyak berkurang, sedangkan jumlah pendudung makin bertambah banyak.

Transformasi Nilai-Nilai

Setiap perubahan menuntut adanya nilai-nilai yang baru. Nilai-nilai baru tersebut dapat dibawa

oleh generasi baru yang masuk belakangan dalam sebuah organisasi, namun dapat juga dibentuk oleh

keadaan yang berasal dari luar organisasi (Kasali, 2005). Sering kali nilai-nilai yang dibawa oleh

(5)

pada saat sebelum perubahan. Oleh karena itu agar perubahan dapat berjalan dengan baik perlu

adanya transformasi nilai-nilai dari yang sudah ada pada saat sebelum perubahan ke nilai nilai yang

diperlukan untuk mendukung perubahan.

Sebelum Ibu Sri Mulyani memimpin Kementrian Keuangan nilai nilai kementrian keuangan masih

terlihat samar-samar tidak jelas nilai-nilai apa yang dimiliki Kementrian Keuangan yang harus dianut oleh

para pegawai kementrian ini. Namun setelah Beliau memimpin Kementrian Keuangan, melalui reformasi

birokrasinya, ditanamkanlah nilai-nilai kementrian keuangan. Selanjutnya Bapak Agus DW

Martowardoyo, sebagai pengganti Ibu Sri Mulyani, melakukan langkah yang lebih kongkrit dengan

menetapkan 5 nilai Kementrian Keuangan, yaitu Integritas, Profesionalisme, Sinergi, Pelayanan, dan

Kesempurnaan.

Sekali lagi, perubahan (menunju ke arah yang lebih baik) menuntut adanya transformasi

perubahan nilai. Tanpa adanya transformasi perubahan nilai tersebut, maka manusia-manusia dalam

organisasi tersebut akan tetap melakukan hal-hal yang sama dengan cara-cara sama seperti yang

dilakukan di masa yang lalu. Bahkan bisa saja perubahan ditumpangi oleh nilai-nilai baru yang sama

sekali sekali tidak dikehendaki. Sebagai contoh, terpilihnya seorang direktur baru (yang bukan berasal

dari organisasi) yang ditunjuk untuk meningkatkan daya saing suatu perusahaan, dan untuk mencapai

tuntutan tersebut, direktur baru tersebut merekrut pegawai baru yang mungkin saja membawa nilai-nilai

yang tidak dikehendaki seperti sifat materialitas, manipulatif, prilaku yang tidak loyal, ketidak percayaan

dan sebagainya. Disinilai pentingnya kepemimpinan yang kuat yang akan mengawal perubahan dengan

menanamkan nilai-nilai yang diperlukan dan menghindari mengkristalnya nilai-nilai ikutan yang tidak

dikehendaki.

Kepemimpinan yang kuat

Proes perubahan memerlukan adanya transformasi nilai-nilai organisasi atau perusahaan.

Keberhasilan pimpinan dalam mentransformasi nilai-nilai sangat tergantung pada pimpinan itu sendiri.

Pimpinan yang hanya mencari kekuasaan untuk dirinya sendiri tentunya akan mempertahankan ‘status

quo’, sehingga tidak dapat mendistribusikan kekuasaan kepada orang banyak untuk mencapai tujuan

organisasi. Bila hal ini terjadi maka transformasi nilai-nilai yang baru tentunya tidak mungkin terjadi. Jadi

transformasi nilai-nilai memerlukan adanya kepemimpinan yang kuat yang didukung oleh bawahan.

Tanpa adanya kedua hal tersebut mustahil transformasi nilai-nilai akan berhasil yang pada akhirnya

akan menggagalkan proses perubahan itu sendiri. Bagaimana menjadi pimpinan yang kuat?

Pimpinan yang kuat adalah pimpinan yang memiliki darah keteladanan, pengorbanan dan

kepedulian (Kasali, 2005). Dengan keteladanan, seorang pemimpin tidak hanya bisa memerintah

bawahan untuk melakukan sesuatu, akan tetapi juga memberikan contoh, sehingga tidak dikatakan

sebagai pimpinan yang bisanya hanya omong doing (no action, talk only). Penerapan nilai-nilai baru

tidak mungkin dapat dilaksanakan secara efektif bila pimpinan itu sendiri tidak melakukannya. Oleh

(6)

penerapan nilai-nilai baru tersebut. Lebih lagi, agar perubahan dapat berjalan dengan cepat, maka

seorang pimpinan harus dapat mengobarkan semangat bawahannya untuk melakukan perubahan yang

dikehendakinya.

Pimpinan yang kuat membutuhkan keberanian untuk menunjukkan bahwa mereka serius dalam

penerapan nilai-nilai perubahan, walupun hal tersebut harus dengan pengorbanan. Untuk ini, seorang

pimpinan juga harus dapat menunjukkan kepeduliannya kepada bawahan. Bawahan yang telah dapat

melaksanakan nilai-nilai perubahan harus diapresiasi. Tanpa kepedulian tersebut, maka bawahan juga

tidak akan peduli terhadap pemimpin.

COACHING DAN COUNSELING

Dalam pekerjaan sehari-hari, karyawan senantiasa menghadapi peluang dan hambatan yang

harus direspons secara tepat dan cepat. Mereka dituntut untuk mampu memecahkan masalah yang

ditemui dan mengambil keputusan yang paling tepat untuk situasi tertentu. Tentu tidak semua karyawan

bisa menyelesaikan hal-hal ini dengan mudah. Ketika mereka tidak dapat menyelesaikan masalah

secara efektif (tidak bisa menunjukkan kinerja optimal) maka pemimpin perlu membantu dengan

melakukan upaya-upaya yang diperlukan. Salah satu bantuan yang dapat diberikan untuk mengatasi

masalah yang dihadapi karyawan adalah dengan melakukan coaching dan counseling.

Pengertian Coaching dan Counseling

Proses coaching dan counseling memang seringkali dilakukan dalam waktu yang bersamaan.

Meskipun demikian, terdapat perbedaan yang mendasar di antara kedua proses ini. Sebagai proses

yang bertujuan membantu karyawan agar bisa menunjukkan kinerja yang

optimal, coaching dan counseling dibedakan berdasarkan jenis sumber masalah yang menghambat

kinerja seseorang yang disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor motivasi kerja dan kemampuan kerja

(Sutikno, 2007). Coaching merupakan sebuah proses bantuan yang dilakukan ketika karyawan

mengalami masalah kinerja yang disebabkan oleh keterbatasan pemahaman terhadap tugasnya (faktor

kemampuan kerja). Sedangkan Counseling, merupakan proses bantuan yang dilakukan ketika

karyawan mengalami masalah kinerja disebabkan oleh adanya masalah dalam kehidupan pribadinya

(faktor motivasi kerja).

Perbedaan Coaching VS Counseling

Kurangnya pemahaman mengenai coaching dan counseling tidak dipungkiri telah

menyebabkan banyak pemimpin melakukan kedua proses ini secara kurang tepat. Kebanyakan

pemimpin menganggap coaching dan counseling sebagai satu hal, atau bahkan tertukar antara

konsep coaching dan counseling. Untuk menghindari hal tersebut, berikut merupakan tabel

(7)

PERBANDINGAN ANTARA COACHING DAN COUNSELING

Sumber: Nur Rahmawati Lubis (2011): Membantu Karyawan dengan Coaching dan Councelling

IMPLEMENTASI COACHING DAN COUNSELING DALAM PERUBAHAN

Sebagaimana dijelaskan di muka, menurut paradigma manajmen perubahan, keberhasilan

organisasi terletak pada kemampuannya beradaptasi terhadap berbagai perubahan yang muncul di

COACH I N G

COUN SELI N G

Tu j u a n

Mem bant u kar y aw an m engat asi m asalah kiner j a kar ena kur angnya penget ahuan dan ket er am pilan

Mem bant u kar y aw an agar m am pu m engat asi m asalah pr ibadi yang m engganggu kiner j a

Pr ose s

At asan m endengar kan dan m enent ukan apakah yang diker j akan kar yaw an sudah benar at au m asih salah ; m em ber ikan um pan balik dan m em per lihat k an bagaim ana sebaiknya hal t er sebut dilakukan/ dicapai

Kar yaw an m engevaluasi sit uasi dan per ilakunya. At asan m endengar kan dan m endor ong agar per asaan t er ungkap j elas. penguat an at as pr est asinya

• Kar yaw an akan m endapat t ugas sesiper for m ance r eview

• Ter j adi r eor ganisasi, kar yaw an di-PHK

• Terj adi perubahan im balan m enj adi lebih k ecil dar i kar ena kegagalan di peker j aan

• Kar yaw an t akut dipr om osikan

M a n fa a t

• Kar yaw an lebih pr odukt if, kualit as hasil ker j a m eningkat , pr oses ker j a ber langsung lebih efisien kar ena kesalahan k er j a r elat if ber kur ang

• Mot ivasi dan inisiat if ker j a kar yaw an lebih m eningkat kar ena adanya penguat an dan um pan balik y ang posit if

• Kar yaw an lebih bebas

m engem bangkan kr eat iv it as dan inov asi k ar ena r isik o sudah diper hit ungkan m at ang

• Bagi at asan : peker j aan j adi lebih r ingan k ar ena delegasi berj alan baik , dan dim ungkinkan t er j adi k ader isasi

• Kar yaw an lebih per caya dir i dan ber inisiat if dalam beker j a

• Tingkat absensi

dan t ur noverber kur ang kar ena kar yaw an lebih puas dengan peker j aan dan sit uasi k er j a

• Konflik ant ar pr ibadi ber kur ang

(8)

lingkungan. Oleh karena itu dalam manajemen perubahan pemberdayaan karyawan menjadi penting

sebagai upaya untuk membentuk pribadi yang mampu beradaptasi terhadap perubahan.

Penerapan coaching yang efektif oleh pemimpin akan membantu karyawan untuk selalu belajar

mengatasi masalah secara mandiri, dan pada akhirnya melakukan langkah-langkah yang diperlukan

untuk meningkatkan kemampuan pribadi mereka secara berkesinambungan.

Selain itu, karyawan akan lebih percaya diri dan mudah menghadapi perubahan yang terjadi di

organisasinya apabila kebutuhan rasa aman mereka secara pribadi dapat dipenuhi. Rasa aman

karyawan dapat ditumbuhkan jika organisasi membuktikan dengan tulus bahwa karyawan selalu

mendapat perhatian secara pribadi. Hal ini bisa dicapai lewat aktivitas counseling, dimana pemimpin

membangun hubungan personal dengan membantu karyawan menghadapi masalah pribadinya.

Menjadi pemimpin saat ini tidak lagi cukup bermodalkan visi, misi, dan sistem penghargaan dan

hukuman (reward and punishment system) yang jelas. Sekarang, pemimpin juga menjadi figur yang

bertugas mengasuh anggota unit kerjanya untuk bisa bekerja secara maksimal sesuai potensinya

masing-masing. Menjadi tanggung jawab pemimpin apabila anggota unit kerja tidak bisa menunjukkan

kinerja terbaiknya. Oleh karena itu, hendaknya pemimpin bisa lebih proaktif dengan bersedia turun

tangan untuk membantu karyawan mengatasi masalah-masalahnya. Ketika karyawan telah berhasil

mengatasi satu masalahnya, maka satu beban masalah pemimpin juga ikut terangkat. Pada akhirnya,

pemimpin juga ‘kan yang diuntungkan.

Prasyarat Coach & Conselor

Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa dalam manajemen perubahan diperlukan

adanya pimpinan yang mempunyai kemampuan sebagai coach atau concellor. Atau bila hal tersebut

belum memungkinkan, maka manajemen hendaknya memiliki coach atau counselor profesional yang

dapat membantu mengatasi permasalahan-permasalah yang dihadapi karyawan.

Menurut Sulaksono (2011), untuk dapat menjadi coach atau counselor yang baik, maka pimpinan

harus memiliki cirri-ciri berikut:

1. Dapat melakukan observasi untuk menggali permasalahan-permasalahan, mencari akar

sebab dan menentukan solusinya.

2. Bisa mendukung dan mengurus anggota tim ( anak buah ).

3. Pandai menyimak mendengarkan masukan-masukan dari luar.

4. Mau berkomunikasi dengan anggota tim ( anak buah )

5. Mempunyai rasa empati yang kuat baik terhadap bawahan maupun rekan sejawat.

6. Memiliki kesabaran dalam menghadapi persoalan-persoalan.

(9)

Langkah-Langkah Melakukan Coaching dan Counseling.

Sukses tidaknya implementasi coaching maupun counseling sangat tergantung bagaimana proses

coaching dan counseling tersebut dilakukan. Untuk iti Lubis (2011) mengajukan empat langkah yang

harus dilakukan pimpinan agar proses coaching dan counseling dapat berjalan secara efektif, yaitu:

1. Langkah pertama,

Memberikan masukan yang sifatnya netral, menjelaskan kepada anggota ( anak buah ) tentang

kinerja buruknya bila dibanding dengan standar kinerja, dan minta komitment mereka untuk

memperbaiki dan merubahnya. Periksa dan nilai secara berkala peningkatan kinerja yang dicapai

dan berikan dukungan dan dorongan untuk perbaikan.

2. Langkah kedua,

Mengajak berkomunikasi ( feedback ). Bila kinerjanya tidak meningkat, dapatkan pengakuan

tentang kinerja buruknya dibanding standart kinerja yang seharusnya, dan tanyakan mengapa

demikian ? Tanyakan apakah bawahan ( anak buah ) bisa melakukan perubahan? Minta kepada

mereka untuk melakukan perubahan perilaku yang spesifik, berikan bantuan bila perlu. Periksa

secara berkala dan diperkuat serta selalu diingatkan kembali.

3. Langkah ketiga,

Bila kinerja tetap tidak berubah, berikan bimbingan untuk menganalysis kenapa masih gagal ?

dan berikan pemahaman mengapa kinerjanya seperti itu. Ambil tindakan untuk mehilangkan

faktor yang mempengaruhi kinerja buruk tadi.

4. Langkah keempat,

Lakukan diskusi bila kinerja masih buruk. Gunakan tehnik coaching discussion untuk mengatasi

permasalahan tersebut, bila perlu lakukan counseling. Dalam coaching discussion tersebut

paling tidak hal-hal berikut perlu dilakukan, yaitu:

- Mencapai persetujuan tentang adanya problem

- Menidapatkan bersama alternative solusi

- Menemukan bersama tindakan penyelesaian

- Menyusun indikator hasil, sebagai follow up

- Melakukan reinforcement untuk hasil positif

(10)

Bagi suatu perusahaan atau institusi, perubahan kearah yang lebih baik adalah suatu

keniscayaan yang harus dilakukan secara berkesinambungan. Dengan perubahan perusahaan dapat

mempertahankan eksistensinya. Sebaliknya bila tidak bisa beradaptasi dengan perubahan, maka lama

kelamaan perusahaan akan mati. Sudah banyak contoh perusahaan-perusahaan yang harus gulung

tikar, padahal tadinya mereka adalah perusahaan-perusahaan yang besar. Di sisi lain banyak juga

perusahan yang telah berumur ratusan tahun, namun tetap eksis dikarenakan mereka selalu

beradaptasi dengan perubahan, bahkan mereka dapat mengantisipasi adanya perubahan.

Peliknya perubahan mengharuskan manajemen melakukan pengelolaan secara serius dan

hati-hati atas perubahan itu sendiri, karena perubahan tersebut akan mengakibatkan perubahan dalam

aturan-aturan kerja, akan tetapi juga terhadap perubahan nilai-nilai yang dapat menimbulkan

menimbulkan resistensi bagi para pegawai.

Untuk mengeliminasi resistensi, perusahaan atau organisasi memerlukan pimpinan dengan

karakter yang kuat, yaitu memiliki darah keteladanan, pengorbanan dan kepedulian, bukan pimpinan

yang bisanya hanya menyuruh dan ngomel-ngomel bila kinerja tidak tercapai. Banyak cara untuk

menjadi pimpinan yang berkarakter kuat yang disegani, dihormati dipatuhi segala perintahnya. Salah

satunya dengan metode coaching dan counseling.

Dengan metode coching dan counseling, karyawan akan lebih percaya diri dan berinisiatif dalam

bekerja, sehingga dampak negative dari perubahan dapat dieliminasi sekecil mungkin. Selain itu, karena

coaching dan conclling akan dapat membuat mereka puas dengan pekerjaan dan situasi kerja tingkat,

maka absensi dan turnover bisa ditekan sekecil-kecilnya. Dan yang terpenting, masalah interpersonal

dapat segera teratasi sebelum membesar, begitu juga konflik antarpribadi. Oleh karena itu dalam

manajemen perubahan perlu dipikirkan implementasi dari metode coaching dan counseling yang akan

memuluskan proses perubahan.

DAFTAR PUSTAKA

Kasali, Rhenald Kasali: Change!, PT Gramedia, Jakarta, 2005

Lubis, Nur Rahmawati: Membantu Karyawan dengan Coaching dan Councelling, LPT UI, Jakarta, 2011.

Sutikno, Raja Bambang : The Power of Empathy in Leadership Kiat Mengoptimalkan Performa

Karyawan Dengan Prinsip Empati Dilengkapi Beberapa Kuesioner, Contoh SOP dan KIat

Membuatnya, PT Gramedia, Jakarta, 2007.

Hasan, Mustafa: Manajemen Perubahan, http://home.unpar.ac.id/-hasan/manajemen

(11)

Sulaksono, Suryo: Workshop Coaching and Mentoring, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan,

Referensi

Dokumen terkait

Agar pegawai dapat bekerja lebih baik, maka pihak perusahaan harus dapat menciptakan suatu sistem aplikasi yang dapat memudahkan bagi pegawai dalam melakukan

proses pelayanan yang masih manual atau sistem layanan terbuka maka. perpustakaan ini harus melakukan perubahan kearah yang lebih

Pembangunan itu telah banyak membuahkan hasil bagi kehidupan penduduk kearah yang lebih baik sehingga desa-desa tertinggal yang sebahagian besar telah mengalami

Secara lebih spesifik, crowdsourcing didefinisikan sebagai suatu aktivitas atau tindakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau institusi yang mengambil salah satu

Kinerja pengurus merupakan pencapaian suatu kegiatan yang dilakukan oleh pegawai dimana untuk membawa suatu koperasi atau perusahaan kearah yang lebih baik. Dalam

Perubahan yag bersifat direncanakan ini dilakukan bagi individu, kelompok “atau ” masyarakat yang ingin mengadakan perubahan kearah yang lebih maju atau mencapai tingkat perembangan

1) Reformasi yang Berketuhanan Yang maha Esa, yang berarti bahwa suatu gerakan ke arah perubahan harus mengarah pada suatu kondisi yang lebih baik bagi

Sistem yang telah diimplementasikan dengan baik akan menunjang kinerja suatu sistem, sehingga akan membuat perubahan pada instansi tersebut, yang tentunya perubahan kearah yang lebih