• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daya tarik pariwisata di bali kota.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Daya tarik pariwisata di bali kota.docx"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS

GEOGRAFI PERKOTAAN

(GEL 2304)

Review Jurnal Pemukiman Penduduk Perkotaan

Disusun Oleh

Nama : Inung Sulistyo Dewi NIM : 15/377519/GE/07960 Hari, Jam : Rabu, 11.00-12.40 WIB

Dosen pengampu : Dr. Sri Rum Giyarsih, S.Si., M.Si.

FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

(2)

Review jurnal

Menurut Bintarto,1984 dalam Pasya 2012 urbanisasi dari segi keruangan dan ekologis , merupakan gejala geografis. Pertama, karena adanya gerakan/ perpindahan penduduk dalam suatu wilayah atau perpindahan keluar wilayahnya. Kedua, perpindahan penduduk terjadi disebabkan salah satu komponen dari ekosistemnya kurang/tidak berfungsi secara baik sehingga terjadi ketimpangan dalam ekosistem setempat. Ketiga, terjadinya adaptasi ekologis yang baru bagi penduduk yang pindah dari daerah ke daerah baru, dalam hal ini kota.

Pembangunan yang terus berlangsung di kota menyebabkan adanya sebuah daya tarik bagi mereka penduduk desa yang menginginkan adanya perubahan struktur kehidupan. Ketimpangan yang terjadi dalam sektor ekonomi juga merupakan salah satu faktor pendorong utama yang menyebabkan terjadinya urbanisasi dari suatu daerah ke daerah lainnya yaitu kota. Biasanya, mereka yang merupakan penduduk desa yang berpindah ke kota adalah mereka yang tidak memiliki keahlian khusus bahkan cenderung memiliki pendidikan yang rendah. Mereka yang memiliki pendidikan yang rendah, akan tertarik dengan kota karena hanya melihat sisi positifnya saja. Pertimbangan terhadap suatu hal buruk yang akan terjadi jika mereka berangkat tanpa memiliki keahlian apapun dapat dikatakan kurang.

Banyaknya migran yang datang ke perkotaan membuat ruang yang tersedia tidak mampu memenuhi kebutuhan akan rumah tinggal. Terkadang tempat tinggal yang ditempati tidak dalam kondisi layak, dan bahkan ada yang tidak memiliki tempat tinggal sama sekali. Mereka yang tidak mendapatkan rumah yang layak ini dapat menyebabkan banyaknya gelandangan.

(3)

kultural, lingkungan,dan agama. 1). Faktor ekonomi : kurangnya lapangan pekerjaan; kemiskinan akibat rendahnya pendapatan perkapita;dan tidak mencukupi kebutuhan hidup; 2). Faktor geografi : daerah asal yang minus dan tandus, sehingga tidak memungkinkan mengolah tanahnya; 3). Faktor sosial : arus urbanisasi yang semakin meningkat, dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam usaha kesejahteraan sosial.; 4). Faktor pendidikan : relatif rendahnya pendidikan menyebabkan kurangnya bekal dan keterampilan untuk hidup yang layak; kurangnya pendidikan informal dalam keluarga dan masyarakat; 5). Faktor psikologis : adanya perpecahan/keretakan dalam keluarga, dan keinginan melupakan kejadian masa lampau yang menyedihkan, serta kurangnya gairah kerja; 6). Faktor kultural : pasrah kepada nasib; dan adat istiadat yang merupakan rintangan dan hambatan mental; 7). Faktor lingkungan : khususnya pada gelandangan yang sudah berkeluarga atau mempunyai anak, secara tidak langsung sudah tampak adanya pembibitan gelandangan; 8). Faktor agama : kurangnya dasar-dasar ajaran agama, sehingga menyebabkan tipisnya iman, membuat mereka tidak tahan menghadapi cobaan dan tidak mau berusaha.

Pemukiman penduduk spontan /liar pada mulanya merupakan dampak dari urbanisasi yang ada. Migran yang berasal dari berbagai daerah itu akan menempati wilayah yang masih kosong yang pemiliknya tidak diketahui. Banyaknya migran yang melakukan tindakan tersebut dan tanpa adanya pengendalian dari pemerintah menyebabkan timbulnya pemukiman padat penduduk yang dapat dikatakan pemukiman spontan yang bersifat liar.

(4)

pada mulanya dibuat kios rokok atau barang kebutuhan sederhana penduduk, kemudian menjadi warung akhirnya menjadi tempat tinggal.

Keadaan pemukiman terus berkembang sejalan dengan urbanisasi dan pertumbuhan penduduk perkotaan, pemukiman padat penduduk tidak lagi hanya dihuni oleh mereka yang miskin, akan tetapi juga dihuni oleh penduduk yang secara ekonomi sudah mapan. Pemukiman spontan ini juga menjadi masalah bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk pembebasan lahan. Mereka yang tinggal secara liar telah menempati lahan milik pemerintah, tidak dapat digusur sewaktu-waktu dengan pertimbangan nilai-nilai kemanusiaan. Pemerintah harus menggunakan pendekatan yang manusiawi, apabila hendak melakukan sebuah penggusuran demi kepetingan lain.

Penduduk kota yang senantiasa terus bertambah tentu akan memerlukan tempat tinggal, bagi mereka yang secara ekonomi memiliki kemampuan finansial akan sangat memerlukan tempat tinggal yang layak sesuai dengan perencanaan dan tata lingkungan kota. Pemukiman penduduk yang ada di perkotaan biasanya diprioritaskan pada mereka yang mampu baik secara lunas maupun dicicil. Akan tetapi dilihat dari segi kemanusiaan, mereka yang dikatakan miskin juga sebenarnya memerlukan pemukiman untuk berlindung meskipun tidak menjadi prioritas utama.

Perumahan bagi kaum miskin yang ada di perkotaan tidak mudah dilaksanakan, karena adanya kendala yang harus diatasi oleh pemerintah setempat, antara lain :1). Lahan kosong di perkotaan sudah sulit untuk didapatkan, 2). Membangun perumnas sulit dilaksanakan mengingat keterbatasan lahan yang ada, 3). Walaupun lahan kosong masih ada pasti harganya sudah sangat mahal, 4). Lahan kosong di pinggiran kota apabila dijadikan perumahan belum tentu akan terisi, karena penghuni untuk menuju tempat kerja memerlukan biaya transportasi yang tidak murah, 5). Tempat tinggal penduduk sulit direlokasi, walaupun berada di lahan milik pemerintah karena berbagai alasan.

(5)

yang ditimbulkan akibat kemenarikan tersebut. Daya tarik yang dimiliki oleh sebuah kota, akan menyebabkan orang-orang yang berada di luar daerah menjadi ingin tinggal di daerah tersebut. Kemudian, seiring dengan banyaknya penduduk desa yang melakukan urbanisasi ke kota maka akan terjadi pula berbagai masalah sosial di daerah perkotaan.

Mayoritas masalah yang ditimbulkan dari banyaknya urbanisasi ini dilatarbelakangi oleh keadaan ekonomi yang pas-pasan bahkan terkadang di bawah rata-rata. Mereka yang melakukan urbanisasi biasanya memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan kemampuan yang kurang memadai. Kurangnya pendidikan juga menjadi latar belakang sulitnya pemerintah menjalankan peraturan dan menegakkan ketertiban.

Kemampuan yang kurang memadai dan pendidikan yang rendah, mendorong timbulnya banyak kaum gelandangan. Berdasarkan teori yang telah disampaikan bahwa timbulnya gelandangan dikarenakan adanya faktor internal yaitu adanya cacat-cacat fisik. Menurut saya, hal ini kurang sesuai karena mereka yang memiliki keterbatasan fisik serta memiliki semangat juang yang tinggi, akan terhindar dari kehidupan gelandangan. Sebenarnya mereka yang memiliki keterbatasan fisik dapat memiliki semangat yang lebih tinggi apabila lingkungan sekitar terutama keluarganya memberi dorongan agar ia bangkit. Sehingga menurut saya, keterbatasan fisik dapat dimasukkan ke dalam faktor eksternal yaitu karena kurangnya dorongan dari lingkungan sekitar.

Tulisan ini menjelaskan bahwa seiring dengan bertambahnya penduduk, kebutuhan akan pemukiman juga semakin bertambah. Bertambahnya kebutuhan akan pemukiman mau tidak mau akan menyebabkan munculnya kawasan pemukiman padat kumuh yang menimbulkan adanya diferensiasi antarwarga dan menunjukkan adanya strata sosial. Menurut kenyataan yang ada, lahan-lahan kosong yang dijadikan pemukiman ini diprioritaskan untuk warga yang mampu secara finansial.

(6)

pemukiman untuk rakyat miskin. Mereka sudah dapat memprediksi kira-kira hal yang akan terjadi ketika mereka membangun rumah untuk kalangan miskin. Lahan yang semakin sulit diperoleh menjadi salah satu alasan terbesarnya, kemudian jikalaupun ada lahan kosong maka dipastikan harganya sudah sangat mahal.

Menurut pendapat saya, penulis sudah sangat baik dalam menyampaikan teori yang ada. Teori yang diusung juga sangat relevan sehingga diperoleh kemudahan dalam memahami jurnal ini. Bahasa yang digunakan juga merupakan bahasa yang umum digunakan sehari-hari sehingga tidak sulit untuk memahami maksud dari tulisan yang ditulis oleh penulis ini.

Jurnal yang ditulis oleh penulis ini memiliki sistematika yang sedikit berbeda dari jurnal pada umumnya. Tidak ditemukan sistematika yang runtut seperti misalnya metode yang digunakan, hasil peneilitian ataupun pembahasan mengenai penelitian. Perbedaan sistematika ini tentu menjadikan pembaca memiliki tanda tanya besar apakah tulisan ini jurnal atau bukan.

(7)

Alfana, M. A. F., Giyarsih, S. R., Aryekti, K., & Rahmaningtias, A. (2016). DAN BUDAYA MASYARAKAT BUKIT INTAN. Jurnal Bumi Indonesia, 2(2). Dantie, A. N., & Giyarsih, S. R. (2013). Rencana Aksi Komunitas Untuk Pengurangan

Risiko Bencana di Kawasan Pesisir Studi Kasus Desa Tangguh Bencana Poncosari, Srandakan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

DWIANDITHA, N., & Giyarsih, S. R. (2014). PENGARUH PERPINDAHAN

PENGHUNI NON RUMAH SUSUN KE RUMAH SUSUN TERHADAP KONDISI SOSIAL KONOMI PENGHUNI DI RUMAH SUSUN SARIJADI KOTA

BANDUNG (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

DWIHATMOJO, R., Luthfi Muta'ali, M. T., & Giyarsih, S. R. (2015). Kajian Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

Giyarsih, S. R. (1999). Mobilitas Penduduk Daerah Pinggiran Kota. Majalah Geografi Indonesia, 13(1999).

--- (2010). Pola Spasial Transformasi Wilayah di Koridor Yogyakarta Surakarta.

--- (2010). URBAN SPRAWL OF THE CITY OF YOGYAKARTA, SPECIAL REFERENCE TO THE STAGEOF SPATIAL TRANSFORMATION (Case Study at Maguwoharjo Village, Sleman District). Indonesian Journal of Geography, 42(1), 49-60.

--- (2011). IDENTIFIKASI TIPOLOGI WILAYAH PENGEMBANGAN PRASARANA DAN SARANA DASAR PEKERJAAN UMUM DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 11(3), 115-124.

(8)

--- (2012). PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG JOGOYUDAN DAN RATMAKAN DI BANTARAN SUNGAI CODE KOTA YOGYAKARTA (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

---2014). PERAN STRATEGIS KPU KABUPATEN BULUNGAN DALAM VALIDASI REGISTRASI PENDUDUK DAN PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK PEMILUKADA TAHUN 2015 (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

--- (2015). DAMPAK TRANSMIGRASI TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN WARGA TRANSMIGRAN DI DESA TANJUNG KUKUH KECAMATAN SEMENDAWAI BARAT KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR PROVINSI SUMATERA SELATAN (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

--- (2015). Pemetaan Kelembagaan dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis DAS Bengawan Solo Hulu. Jurnal Sains&Teknologi Lingkungan, 2(2). --- (2016). Koridor Antar Kota Sebagai Penentu Sinergisme Spasial: Kajian

Geografi Yang Semakin Penting. TATALOKA, 14(2), 90-97.

Giyarsih, S. R., & Alfana, M. A. F. (2013). The Role of Urban Area as the Determinant Factor of Population Growth. Indonesian Journal of Geography, 45(1).

Giyarsih, S. R., & Dalimunthe, S. A. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Permukiman Pasca Gempa Bumi Di Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul. Gadjah Mada Tentang Bahaya Penyakit AIDS. Jurnal Bumi Indonesia, 1(2). JULIANDI, N., & Giyarsih, S. R. (2014). PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI KECAMATAN MUNGKID DAN KECAMATAN DUKUN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2000-2011 (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

(9)

Ramdani, D., & Giyarsih, S. R. (2014). PELAKSANAAN PROGRAM PEMUDA SARJANA PENGGERAK PEMBANGUNAN DI PEDESAAN (PSP-3) DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN KEWIRAUSAHAAN PEMUDA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KETAHANAN EKONOMI WILAYAH (Studi di Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul DI Yogyakarta) (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

Ridwan, U. H., & Giyarsih, S. R. (2012). Kualitas Lingkungan Permukiman Masyarakat Suku Bajo di Daerah yang Berkarakter Pinggiran Kota dan Daerah Berkarakter Pedesaan di Kabupaten Muna. JURNAL PEMBANGUNAN WILAYAH & KOTA, 8(2), 118-125.

Rum Giyarsih, S. (2011). Gejala Urban Sprawl sebagai Pemicu Proses Densifikasi Permukiman di Daerah Pinggiran Kota (Urban Fringe Area) Kasus Pinggiran Kota Yogyakarta. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 12(1), 39-45.

SAPUTRA, I. A., & Giyarsih, S. R. (2014). STUDI KOMPARATIF TRANSFORMASI WILAYAH DI KABUPATEN KLATEN (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

SARMITA, I., GIYARSIH, S. R., & LISTYANINGSIH, U. (2013). MIGRATION INTENTIONS OF CIRCULAR MIGRANTS FROM JAVA TO SOUTH KUTA DISTRICT-BALI. Romanian Review of Regional Studies, 9(2).

Setyaningrum, P., & Giyarsih, S. R. (2012). IDENTIFIKASI TINGKAT KERENTANAN SOSIAL EKONOMI PENDUDUK BANTARAN SUNGAI CODE KOTA YOGYAKARTA TERHADAP BENCANA LAHAR MERAPI. Jurnal Bumi Indonesia, 1(3).

Setyono, J. S., Yunus, H. S., & Giyarsih, S. R. (2016). THE SPATIAL PATTERN OF URBANIZATION AND SMALL CITIES DEVELOPMENT IN CENTRAL JAVA: A CASE STUDY OF SEMARANG-YOGYAKARTA-SURAKARTA REGION. Geoplanning: Journal of Geomatics and Planning, 3(1), 53-66.

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif, yang bertujuan memberikan gambaran secara jelas suatu fenomena atau kenyataan sosial yang

Sink dapat memiliki lebih dari satu inflow , tetapi tidak ada outflow. Sinks digunakan untuk merepresentasikan titik terendah dari suatu area drainase atau outlet dari suatu

Bagian materi yang sering ditanyakan adalah bagaimana memilih rumus yang tepat untuk menentukan kuartil data tunggal, simpangan baku, menafsirkan ukuran pemusatan, ukuran letak

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,dimana penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan keadaan yang terjadi (ketika penelitian berlangsung)

Nama pihak, tugas dan tanggung jawab masing- masing pihak tercantum pada Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam

Untuk menguatkan dugaan awal, kebocoran yang terjadi pada sambungan molding pipa apung pada pipa baja pengikat lebih disebabkan karena adanya permukaan tegangan siklis

Sekolah Tinggi Teknologi Garut (STT Garut) sebagai PT yang juga memiliki sistem penelusuran alumni sering mengalami kendala dalam pengumpulan data alumni padahal

DVR atau Digital Video Recorder merupakan peralatan mutlak dari perkembangan CCTV sekarang, karena fungsinya sebagai spliter (pembagi gambar) di monitor, perekaman,