(Studi Deskriptif Tentang Daya Tarik Penyanyi Dangdut Dalam Saweran Pada Hiburan Dangdut Di Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana (S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas
Oleh :
TATANG KARTIWA
NIM. 41808180
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
iv
Hiburan Dangdut Di Kota Bandung)
Oleh:
Tatang Kartiwa NIM. 41808180
Penelitian ini di bawah Pembimbing :
Desayu Eka Surya., S.Sos., M.Si
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana Daya Tarik Penyanyi
Dangdut Dalam Saweran Pada Hiburan Dangdut di Kota Bandung. Untuk menjawab masalah diatas, maka diangkat sub fokus-sub fokus penelitian berikut ini : Daya tarik
fisik, kesamaan dan keakraban. Sub fokus tersebut untuk mengukur fokus penelitian,
yaitu : Daya tarik penyanyi dangdut dalam saweran pada hiburan dangdut.
Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan studi deskriptif. Subjek
penelitiannya adalah penonton atau penyawer. Informan dipilih dengan teknik purposive sampling, untuk informan utama penelitian berjumlah 5 (lima) orang dari penonton atau penyawer, dan untuk memperjelas serta memperkuat data adanya informan kunci yang berjumlah 2 (dua) orang. Data penelitian diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dokumentasi, studi pustaka dan penelusuran data online (internet searching). Untuk uji keabsahan data dilakukan dengan triangulasi dan pengecekan anggota. Adapun teknik analisa data dengan mereduksi data, mengumpulkan data, menyajikan data, menarik kesimpulan, dan evaluasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1. Daya tarik fisik seorang penyanyi
dangdut didasari atas faktor cantik, tampan, memiliki suara bagus, komunikatif dan berpenampilan semenarik mungkin serta sopan, 2. Kesamaan antara penyanyi dan penonton akan kegemarannya pada musik dangdut, bernyanyi, dan bergoyang menjadi ketertarikan satu sama lainnya, 3. Keakraban yang terjalin diantara penyanyi dan penonton dikarenakan faktor pendekatan penyanyi pada penonton, semakin dekat penyanyi dengan penonton, maka akan mendapat respon positif dan akan semakin akrab diantara keduanya.
Kesimpulan daya tarik penyanyi dangdut dalam saweran menunjukkan bahwa
seorang penonton rela memberikan uang saweran dikarenakan kemampuan dari seorang penyanyi yang memiliki daya tarik didalamnya sebagai komunikator yang mampu membuat simpati terhadapnya.
Saran untuk penyanyi dangdut agar selalu mengutamakan suara karena sebagai
seorang penyanyi itu merupakan faktor utama disamping faktor fisik, untuk masyarakat agar lebih menghormati sosok penyanyi saat pentas juga para penonton yang ada dalam lingkungan hiburan tersebut berlangsung, untuk peneliti selanjutnya lebih spesifik misalnya mengkaji sikap atau perilaku seorang penyanyi dangdut, komunikasi verbal dan nonverbal yang dilakukan oleh penyanyi dangdut dan lain sebagainya serta meneliti follow up dari para penggagas-penggagas musik dangdut dan kaya akan referensi sebagai literatur.
v
ABSTRACT
THE ATTRACTION OF DANGDUT SINGERS OF TIPPING IN DANGDUT ENTERTAINMENT
(A Descriptive Study In The Attraction Of Dangdut Singers Of Tipping In Dangdut Entertainment In Bandung) dangdut entertainment in Bandung. To do this, the writer takes the following sub- focuse of the study: Physical attraction, similarity and intimacy. This sub-focuse is to measure the focuse of the study: The attraction of dangdut singer of tipping in Dangdut reseach data is obtained from the interview, observation, documentation, bibliography study and internet searching. To validate the data,the writer does it triangulation and member checking. While the techniques of data analysis are reducing data, collecting data, presenting data, making a conclusion and evaluating.
The findings of the reseach show: 1. Physical attractions of dangdut singers are beauty, good voice,communication, attrative appearance and politeness. 2. The similarity between the singer’s and the audience’s hobby of dangdut music, singing and dancing become a mutual attraction. 3. The intimacy between the singers and the audience is due
to the singer’s approach to the audience: the closer the singer toward the audience, the
more positive response and the more intimate among them.
Conclusion The attraction of dangdut singer of tipping shows that an audience is willingly to tip the singer due to the ability of the singer in communicating and making the audience sympathy.
Suggestion dangdut singers are expected to always put the priority on voice as it is the main factor of the singer beside physical factor. all the people and the audience are expected to respect the singers on the stage. The researchers are expected to focuse more specific on attitude of dangdut singers, their verbal and non-verbal communication etc and study the follow up from the founders of dangdut music and a lot of references as literaure.
vi
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Alhamdulillah wa syukurillah puji syukur segala rahmat dan karuniaNya
yang telah meridhoi segala upaya peneliti dalam menyelesaikan usulan penelitian
dengan judul “Daya Tarik Penyanyi Dangdut Dalam Saweran Pada Hiburan
Dangdut (Studi Deskriptif Tentang Daya Tarik Penyanyi Dangdut Dalam
Saweran Pada Hiburan Dangdut di Kota Bandung”.
Atas ridho Allah SWT, dan berkat kegigihan yang dicanangkan oleh
peneliti, doa, semangat, bimbingan serta bantuan yang peneliti terima baik secara
langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, sehingga pada akhirnya
peneliti pun dapat menyelesaikan penulisan usulan penelitian tersebut.
Dimata peneliti keberkahan ini adalah sebuah anugerah yang selalu
memotivasi agar terus melangkah maju tanpa mengenal putus asa karena apa
yang sudah menjadi prinsip peneliti, “berjuanglah tanpa mengenal putus asa,
karena hidup adalah sebuah perjuangan”.
Tidak lupa ucapan terima kasih yang tiada taranya peneliti sampaikan
untuk Mamah, Bapak tercinta dan terkasih yang selalu ada untuk peneliti dalam
doa, dukungan baik spiritual maupun moral, serta materi untuk peneliti yang tak
terhingga besarnya dan tak terukur oleh apapun. Serta seluruh keluarga peneliti
vii
Selain itu, berhasilnya penelitian ini tak luput berkat bantuan dari banyak
pihak. Melalui kesempatan ini, dengan hormat peneliti untuk menyampaikan
terima kasih yang tak terhingga dan tak terukur, serta penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Yth. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia sekaligus Entrepreneur, yang turut memberikan ilmunya secara
khusus Entrepreneurship kepada peneliti, menyediakan sarana prasarana
dalam kegiatan belajar mengajar maupun inspirasi-inspirasinya dalam
berwirausaha.
2. Yth. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A, selaku Dekan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, yang telah
memberikan izin melalui surat penelitian.
3. Yth. Drs. Manap Solihat, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Komunikasi dan Public Relations, yang telah memberikan ilmunya selama
perkuliahan dan memberikan izin mengikuti seminar usulan penelitian dan
memberikan pengesahan usulan penelitian ini untuk diseminarkan.
4. Yth. Melly Maulin P, S.Sos., M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Komunikasi dan Public Relations dan selaku dosen wali dari peneliti, yang
telah memberikan pengetahuan dan berbagi ilmu juga wawasan selama
peneliti melakukan perkuliahan, serta yang selalu sabar menghadapi semua
sikap anak didiknya untuk motivasi, nasehat, waktu dan tempat yang selalu
viii kepada peneliti selama ini.
6. Yth. Ibu dan Bapak Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi & Public
Relations: Rismawaty, S.Sos., M.Si., Sangra Juliano P., S.I.Kom., Inggar
Prayoga, S.I.Kom., Iin Rahmi Handayani, S.Sos., M.I.Kom., Adiyana
Slamet, S.I.P., M.Si., Ari Prasetyo, S.Sos., M.I.Kom., Tine Agustin
Wulandari, S.I.Kom., Olih Solihin S.Sos., M.I.Kom serta seluruh
dosen-dosen yang telah memberikan ilmunya selama ini yang tidak dapat peneliti
sebutkan satu persatu. Terima kasih yang tiada tara untuk segala jasanya
serta dukungan yang telah diberikan kepada peneliti selama ini.
7. Ibu Ratna W., A.Md., selaku sekretariat Dekan FISIP, Ibu Astri Ikawati.,
A.Md,.Kom., dan Ibu Rr. Sri Intan Fajarini, S.I.Kom Selaku Sekretariat
Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNIKOM, yang telah membantu
kelancaran proses administrasi skripsi penulis dari pra hingga pasca usulan
penelitian.
8. Para Informan Penelitian, terima kasih sebesar-besarnya telah meluangkan
waktu serta memberikan apa yang telah dialami, dirasakan, dilihat, serta
pemikiran-pemikiran lainnya sebagai data penelitian yang dibutuhkan oleh
ix
9. Kakak dan adikku tercinta, Fitrianingsih (teteh fitri), Siti Juariah (teteh
ade/eumon), Ahmad Saefuddin (A Ahmad), Sutrimo (Emo), Devi Oktaviani
Putri (Epot) yang telah memberikan dukungan, semangat, serta arahan dan
senyum canda tawa dalam kebersamaan.
10.Sahabat terbaik, D’Ubs (Ericza Merdiana, Dara Tressia, Yona Dwi Ayu
Lestari, Indri Andriani, Fachrul Ramdhani, Entry Noerdiawanty, Yayuk)
semoga persahabatan dan kebersamaan kita abadi dan semangat untuk
meraih gelar yang kita cita-citakan.
11.Kawan-kawan terdekat, Imaddudin, Teguh Sudrajat, Mauludin Dwiyanda
Okiawan, Mohamad Riski Rahardianto, Harry Zandra, Dita Gita Listian,
Azshar Afriansyah Suwarno, dan Dine, terima kasih untuk kebersamaan dan
segala bantuan moril selama ini. Insya Allah tahun kita lulus bersama.
12.Teman–teman 3/2008, 4/2008, Humas 1, 2 dan 3 serta
IK-Jurnal, Semangat selalu teruskan langkah kita meraih harapan dan cita-cita
menuju masa depan yang cemerlang.
13.Teman-teman KDI 2 (Gita, Adi, Ekabima, Genta, Yuli, Andi, Kiki,
Dessy, Arya, Rika, Davi, Imelda, Afriza, Fanny, Andrey, Novi, Citra,
Renny dan Rizal) juga tidak lupa Rya Fitria KDI 3 yang tidak ada
henti-hentinya memberikan dukungan dan semangat kepada peneliti untuk
menggapai segala cita dan untuk kebersamaan kita selama ini.
14.Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
x dan dapat memberikan manfaat yang berarti.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Bandung, Agustus 2012
Peneliti
xi
DAFTAR ISI
Hal.
LEMBAR PENGESAHAN... i
SURAT PERNYATAAN... ii
LEMBAR PERSEMBAHAN... iii
ABSTRAK... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR GAMBAR... xvi
DAFTAR LAMPIRAN... xviii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Rumusan Masalah... 17
1.2.1 Pertanyaan Makro... 17
1.2.2 Pertanyaan Mikro... 17
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... 18
1.3.1 Maksud Penelitian... 18
1.3.2 Tujuan Penelitian... 18
1.4 Kegunaan Penelitian... 19
1.4.1 Kegunaan Teoritis... 19
1.4.2 Kegunaan Praktis... 19
1.4.2.1 Bagi Peneliti... 19
1.4.2.2 Bagi Akademik... 20
xii
2.1.1.1 Definisi Ilmu Komunikasi... 23
2.1.1.2 Unsur-Unsur Dasar Komunikasi... 25
2.1.1.3 Proses Komunikasi... 28
2.1.1.4 Karakteristik Komunikasi... 28
2.1.1.5 Fungsi Komunikasi... 30
2.1.1.6 Tujuan Komunikasi... 31
2.1.1.7 Sifat Komunikasi... 33
2.1.1.8 Tatanan Komunikasi... 33
2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi... 34
2.1.2.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi... 35
2.1.2.2 Komponen-Komponen Komunikasi Antar Pribadi... 36
2.1.2.3 Ciri-Ciri Komunikasi Antar Pribadi... 37
2.1.2.4 Jenis-Jenis Komunikasi Antar Pribadi... 39
2.1.2.5 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi... 40
2.1.2.6 Fungsi Komunikasi Antar Pribadi... 41
2.1.3 Komunikasi Verbal dan Nonverbal... 44
2.1.3.1 Komunikasi Verbal... 44
2.1.3.2 Fungsi Bahasa... 45
2.1.3.3 Keterbatasan Bahasa... 46
2.1.3.4 Komunikasi Nonverbal... 49
2.1.3.5 Jenis Komunikasi Nonverbal... 51
2.1.3.6 Fungsi Komunikasi Nonverbal... 52
2.1.4 Tinjauan Tentang Interaksi Sosial... 53
2.1.4.1 Pengertian Interaksi Sosial... 54
2.1.4.2 Ciri-Ciri Interaksi Sosial... 55
2.1.4.3 Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial... 56
2.1.4.4 Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial... 57
xiii
2.2 Kerangka Pemikiran... 61
2.2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis... 61
2.2.2 Kerangka Pemikiran Konseptual... 63
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian... 67
3.1.1 Sejarah Kota Bandung... 67
3.1.2 Tinjauan Tentang Musik Dangdut... 72
3.1.2.1 Definisi Musik Dangdut... 72
3.1.2.2 Sejarah Musik Dangdut... 73
3.1.2.3 Bangsa Dangdut... 84
3.1.2.4 Jenis Musik Dangdut... 87
3.1.2.5 Dangdut Daerah... 91
3.1.2.6 Pong-Dut (Jaipong Dangdut)... 92
3.1.3 Tinjauan Tentang Penyanyi... 93
3.1.3.1 Definisi Penyanyi... 93
3.1.3.2 Eksistensi Penyanyi Saat Ini... 94
3.1.4 Tinjauan Tentang Saweran... 96
3.2 Metode Penelitian... 99
3.2.1 Desain Penelitian... 99
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data... 101
3.2.2.1 Studi Pustaka... 101
3.2.2.2 Studi Lapangan... 103
3.2.3 Teknik Penentuan Informan... 106
3.2.3.1 Informan Penelitian... 106
3.2.3.2 Informan Pendukung... 108
3.2.4 Teknik Analisa Data... 109
3.2.5 Uji Keabsahan Data... 112
3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian... 115
3.2.6.1 Lokasi Penelitian... 115
xiv
4.1.1 Informan Penelitian... 122
4.1.2 Informan Pendukung... 130
4.2 Analisis Deskriptif Hasil Penelitian... 133
4.2.1 Daya Tarik Fisik Penyanyi Dangdut Dalam Saweran Pada Acara Hiburan Dangdut di Kota Bandung... 133
4.2.2 Kesamaan Antara Penyanyi Dangdut dan Penonton Dalam Saweran Pada Acara Hiburan Dangdut di Kota Bandung... 144
4.2.3 Keakraban Antara Penyanyi Dangdut dan Penonton Dalam Saweran Pada Acara Hiburan Dangdut di Kota Bandung... 152
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian... 163
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan... 184
5.2 Saran... 186
5.2.1 Saran Untuk Penyanyi... 186
5.2.2 Saran Untuk Masyarakat... 187
5.2.3 Saran Untuk Peneliti Selanjutnya... 188
DAFTAR PUSTAKA... 189
LAMPIRAN-LAMPIRAN... 194
xv
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 3.1 : Kronologi Sejarah Kota Bandung... 71
Tabel 3.2 : Informan Penelitian... 107
Tabel 3.3 : Informan Pendukung... 108
Tabel 3.4 : Waktu Penelitian 2012... 116
Tabel 4.1 : Jadwal Wawancara Informan (Penyawer)... 119
Tabel 4.2 : Jadwal Wawancara Informan Pendukung... 119
Tabel L.12.1 : Pedoman Observasi... 225
xvi
Gambar 2.1 : Model Alur Kerangka Pemikiran... 66
Gambar 3.1 : Tabla India... 72
Gambar 3.2 : Komponen-Komponen Analisa Data Model Kualitatif.. 110
Gambar 4.1 : Informan Penelitian (Dave Alle)... 123
Gambar 4.2 : Informan Penelitian (Rian Diana)... 125
Gambar 4.3 : Informan Penelitian (Ipan Suparman)... 126
Gambar 4.4 : Informan Penelitian (Sony Surahman)... 128
Gambar 4.5 : Informan Penelitian (Lilis Djuhaeni)... 129
Gambar 4.6 : Informan Pendukung (Putri Mahesa)... 131
Gambar 4.7 : Informan Pendukung (Taufik Hidayat)... 132
Gambar 4.8 : Interaktif antara Penyanyi dengan Penonton di atas Panggung... 165 Gambar 4.9 : Kostum Penyanyi Dangdut Pada Acara Hajatan 1... 169
Gambar 4.10 : Kostum Penyanyi Dangdut Pada Acara Hajatan 2... 171
Gambar 4.11 : Penyanyi Dangdut dan Salah Satu Penonton Saat Bernyanyi Bersama Di atas Panggung... 175
Gambar 4.12 : Keakraban yang Terjalin antara Penyanyi dengan Penonton Saat Diatas Panggung... 180
Gambar 4.13 : Saweran Efek Dari Adanya Ketertarikan yang Ditimbulkan oleh Keakraban... 181
Gambar L.17.1 : Daya Tarik Fisik Penyanyi Dangdut Saat di Atas Panggung... 306
Gambar L.17.2 : Keakraban dan Kesamaan antara Penyanyi Dangdut dan Penonton di pertunjukkan diatas Panggung Melalui Bernyanyi dan Bergoyang Bersama... 306
Gambar L.17.3 : Salah Satu Cara Penonton Memberikan Uang Saweran.. 307
xvii
Gambar L.17.5 : Peneliti dengan Rian Diana... 307
Gambar L.17.6 : Peneliti dengan Ipan Suparman... 308
Gambar L.17.7 : Peneliti dengan Sony Surahman... 308
Gambar L.17.8 : Peneliti dengan Ibu Lilis Djuhaeni... 308
Gambar L.17.9 : Peneliti dengan Informan Pendukung... 309
xviii
Lampiran 2 : Persetujuan Pembimbing... 196
Lampiran 3 : Berita Acara Bimbingan Skripsi... 197
Lampiran 4 : Rekomendasi Pembimbing Untuk Mengikuti Seminar Usulan Penelitian ... 189
Lampiran 5 : Izin Seminar Usulan Penelitian dari Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi... 199
Lampiran 6 : Lembar Revisi Usulan Penelitian... 200
Lampiran 7 : Rekomendasi Pembimbing Untuk Mengikuti Sidang Sarjana... 201
Lampiran 8 : Izin Sidang Sarjana dari Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi... 202
Lampiran 9 : Lembar Revisi Skripsi... 203
Lampiran 10 : Surat Pengantar Wawancara... 204
Lampiran 11 : Pedoman Wawancara Informan... 205
Lampiran 12 : Pedoman Wawancara Informan Pendukung... 215
Lampiran 13 : Pedoman Observasi... 225
Lampiran 14 : Transkrip Observasi... 226
Lampiran 15 : Identitas Informan dan Informan Pendukung... 230
Lampiran 16 : Hasil Wawancara... 237
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Dewasa ini perkembangan musik tanah air meningkat dengan pesat.
Hal ini terbukti dengan munculnya berbagai jenis aliran musik disertai
bintang-bintang baru yang menambah semaraknya jagat musik nusantara.
Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa musik merupakan salah satu
kebutuhan manusia selain kebutuhan-kebutuhan penting lainnya seperti
makan dan minum. Selain sebagai hiburan untuk melepas segala penat setelah
menjalani berbagai aktivitas, saat ini musik telah menjadi sebuah industri
yang menjanjikan bagi sebagian orang, baik industri rekaman, industri pentas
maupun industri musik lainnya. Bagaimana tidak, musik telah menjadi bagian
dalam kehidupan masyarakat kita bahkan dunia.
Musik yang kita ketahui selama ini memiliki berbagai macam jenis
aliran. Diantara jenis musik yang di kenal oleh lapisan masyarakat adalah
Pop, Jazz, Rock, Blues, R&B (rhythm and blues), Country, Reggae, Hip Hop,
Funk, Latin, Keroncong, Dangdut dan lainnya. Namun dalam penelitian ini,
peneliti hanya akan memfokuskan pada salah satu jenis aliran musik yang
berkembang dan diyakini sebagai musik khas bangsa Indonesia yaitu
Dangdut.
Dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik yang
tahun 1940-an. Dalam evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk
pengaruh unsur-unsur musik India (terutama dari penggunaan tabla) dan
Arab (pada cengkok dan harmonisasi). Perubahan arus politik Indonesia di
akhir tahun 1960-an membuka masuknya pengaruh musik barat yang kuat
dengan masuknya penggunaan gitar listrik dan juga bentuk pemasarannya.
Sejak tahun 1970-an dangdut boleh dikatakan telah matang dalam bentuknya
yang kontemporer. Sebagai musik populer, dangdut sangat terbuka terhadap
pengaruh bentuk musik lain, mulai dari keroncong, langgam, degung,
gambus, rock, pop, bahkan housemusic.1
Memang tidak dapat kita pungkiri, meskipun musik dangdut menjadi
musik yang berkembang dan diminati di negeri ini, tidak sedikit orang yang
“mencibir” terhadap musik dangdut ini. Terkadang dangdut selalu
diasosiasikan dengan keberadaan masyarakat kelas bawah yang miskin,
kampungan, tak berpendidikan dan sebagainya.2 Dahulu pada tahun 50
sampai 70-an, masih dalam kategori musik “kampungan”, mungkin orang
akan serta-merta lari menjauh, takut dengan cap itu. (Suseno, 2006:9)
Cemoohan terhadap musik dangdut dikemukakan Pono Banoe dalam
kamus musiknya yang menyatakan dangdut adalah :
“Cemooh atau kata ejekan bagi orkes melayu dengan gaya Hindustan
yang mengikuti suara tabla (gendang India) dengan cara membunyikan suara tertentu sehingga terdengar suara “...dangduuut”.
1
http://pubdok-sumedang.blogspot.com/2011/07/jenis-jenis-musik.html/ dikutip pada hari Minggu, 26 Februari 2012/pukul 19:13 WIB
2
3
Musik dangdut dikenal sebagai orkes melayu gaya baru guna membedakan dengan orkes melayu asli dari pantai timur Sumatra (Deli, Riau, dan sekitarnya disamping Malaysia). Pengganti tabla dipergunakan bongo atau kendang tradisional setempat.” (Banoe, 2003:108)
Seiring berjalannya waktu dengan masuknya era modernisasi, musik
dangdut menjadi aliran musik kontemporer yang diminati dan digemari oleh
berbagai kalangan. Mulai dari kalangan masyarakat tingkat bawah hingga
masyarakat tingkat tinggi, dari anak-anak hingga orang tua, dari pedagang
kaki lima hingga pejabat tinggi. Sehingga hal tersebut membawa citra
dangdut naik dan melambung.
Hingga saat ini, hiburan dangdut dapat kita nikmati dan saksikan
diberbagai kesempatan acara, misalkan seperti resepsi pernikahan atau
khitanan (hajatan), kampanye partai atau pemilihan kepala daerah, ulang
tahun baik perusahaan, hari jadi kota ataupun seseorang, promosi suatu
produk, hiburan cafe dan karaoke, hiburan rakyat, acara televisi juga radio,
hingga acara suatu kenegaraan. Namun untuk memfokuskan penelitian ini,
peneliti hanya akan membahas mengenai hiburan dangdut pada acara resepsi
atau hajatan, baik itu resepsi pernikahan maupun khitanan di Kota Bandung.
Pada umumnya, masyarakat Indonesia baik yang berada di kota besar
maupun di pelosok selalu menghadirkan hiburan musik dangdut setiap kali
mengadakan suatu acara resepsi pernikahan ataupun khitanan. Ini
dikarenakan musik dangdut sudah menjadi musik kontemporer yang sangat
diminati oleh semua kalangan dan juga musik dangdut dapat menjadi suatu
masyarakat sekitar dapat terhibur serta acara resepsi menjadi meriah, dengan
begitu musik dangdut diidentikkan dengan “Musik Rakyat”.
Seperti halnya kota-kota besar di Indonesia, Kota Bandung
merupakan salah satu kota tempat menjamurnya berbagai group dangdut atau
yang sering disebut dengan Orkes Melayu (OM). Pendapat serupa
dikemukakan oleh Hasan Timoer dalam sebuah situs internet, "Di Bandung,
Perkembangan orkes Melayu tumbuh bagai jamur", kata lelaki yang
memimpin OM dangdut King Cobra.3 Penduduk Bandung asli berasal dari
etnis sunda. Tidak semua penduduk Bandung berasal dari suku Sunda, ini
didukung karena Bandung merupakan kota pendidikan, kota belanja dan
tujuan wisata. Penduduk Bandung yang berasal dari berbagai macam suku
pendatang, baik dari dalam dan luar negeri, membuat Penduduk Bandung
sangat Kreatif.4 Dengan banyaknya pendatang yang berasal dari berbagai kota
di seluruh pelosok Indonesia dan bahkan mancanegara, menjadikan Kota
Bandung memiliki karakteristik masyarakat yang heterogen. Dan dengan
tidak menutup kemungkinan pendatang tersebut yang sebagian besar berasal
dari pelosok yang notabene pasti menyukai dan penikmat musik dangdut,
sehingga menimbulkan banyaknya permintaan hiburan dangdut dalam
berbagai kesempatan. Dengan alasan tersebutlah, peneliti akan mengangkat
Kota Bandung sebagai lokasi dalam penelitian ini.
3
http://mellowtone.multiply.com/journal/item/754/Dangdut_setelah_halal_di_TVRI?&show_ interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem/ di kutip pada hari Selasa, 27 Maret 2012/pukul 20:30 WIB.
4
5
Hiburan musik dangdut pada umumnya terdiri atas pemain musik dan
penyanyi. Pemusik dalam setiap acara hiburan dangdut terkadang
berbeda-beda di setiap kesempatan yang disesuaikan dengan permintaan atau jenis
acara. Ada pemusik yang hanya menggunakan organ saja yang sering disebut
hiburan organ atau electone tunggal yaitu musik dangdut yang hanya
dimainkan satu orang, semua musik iringan lagu disimpan atau sudah
diprogram dalam keyboard. Ada yang berformat ideal pada umumnya yaitu
format Group OM (orkes melayu) yang sering digunakan dalam pentas live
yang terdiri dari 6-7 orang (keyboard, gitar, bass, drum, gendang, seruling).
Serta yang terakhir adalah format Orkestra atau Big Band, yaitu format band
yang melibatkan berpuluh-puluh musisi dengan berbagai instrumen. (Suseno,
2006:54-55)
Keberadaan group dangdut, tidak akan lepas dari peranan seorang
penyanyi dangdut. Karena tanpa kehadiran seorang penyanyi suatu hiburan
takkan berjalan dan rendah nilai hiburannya, begitupun sebaliknya. Penyanyi
merupakan salah satu profesi yang ditekuni sejumlah orang. Tidak hanya
sebatas perempuan saja laki-laki pun banyak yang menekuni profesi ini, entah
itu sebagai hobi maupun sebagai mata pencaharian mereka.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, penyanyi adalah orang
yang menyanyi; biduan. (2003:868). Sedangkan dalam definisi umum,
penyanyi adalah orang yang melantunkan lagu atau nyanyian (My, 2008:4).
dangdut adalah seseorang baik pria maupun wanita yang melantunkan sebuah
lagu atau nyanyian dengan genre musik dangdut.
Seorang penyanyi sudahlah tentu harus memiliki kemampuan
bernyanyi (olah vokal) dengan baik. Namun seiring perkembangan jaman,
seorang penyanyi dituntut untuk menjadi seorang yang multi talented. Bukan
saja berkemampuan menyanyi yang harus ditonjolkan, seorang penyanyi pun
dituntut harus bisa menari dan berakting di atas pentas. Seperti pendapat yang
dikemukakan oleh artis kawakan Indonesia “Titiek Puspa” pada saat peneliti
diarahkan oleh beliau dalam suatu acara ajang pencarian bakat di salah satu
stasiun televisi swasta beberapa waktu yang lalu, beliau mengatakan “menjadi
seorang penyanyi bukan sekedar singing saja, tapi harus bisa dancing dan
acting juga”. (Komentar, Jakarta, 2005)
Merujuk pada pendapat Titiek Puspa diatas, maka dapat dijelaskan
sebagai berikut : yang pertama adalah Singing, yang merupakan kemampuan
bernyanyi seorang penyanyi saat melantunkan lagu haruslah sebaik mungkin
agar pesan dari lagu yang hendak disampaikan dan dimengerti oleh audiens
(penonton). Kedua dancing, seorang penyanyi pada saat ini dituntut untuk
bisa menari di atas pentas. Terlebih penyanyi dangdut yang sangat identik
dengan goyangan, karena musiknya yang memang enak di dengar dan dapat
membuat semua orang yang mendengarkannya menggerakkan anggota
badannya.
Terakhir adalah acting, maksudnya yaitu seorang penyanyi harus bisa
7
sedih. Sehingga para penonton ikut larut dalam nyanyiannya. Acting juga
dapat bermakna bahwa seorang penyanyi harus bisa berkomunikasi secara
efektif dengan para penonton.
Pada saat akan memulai pertunjukkannya sudahlah pasti seorang
penyanyi dangdut akan berinteraksi dengan para penonton yang hadir pada
saat acara berlangsung. Misalkan dengan menyapa para hadirin sampai
mengajak para penonton untuk bernyanyi bersama dan bahkan mengajak
salah seorang penonton berjoget diatas pentas. Hal tersebut dilakukan sebagai
bentuk pendekatan diri seorang penyanyi pada penonton agar terjadi
keakraban diantara mereka. Disini penyanyi dangdut bertindak sebagai
komunikator yang menyampaikan pesan-pesannya kepada sekelompok orang
atau penonton yang menjadi komunikannya.
Dalam Buku Kantong Sosiologi SMA IPS, Raharjo mengemukakan
bahwa interaksi sosial adalah : “Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik
(sosial) berupa aksi saling memengaruhi”. (Raharjo, 2009:16)
Sama halnya dengan Raharjo, Tim Guru Indonesia mendefinisikan
interaksi sosial sebagai berikut : “Interaksi sosial adalah hubungan sosial
yang saling memengaruhi (hubungan timbal balik) antara individu dengan
individu, antara kelompok dengan kelompok, maupun antara individu dengan
kelompok. (Tim Guru Indonesia, 2011:302)
Homans (dalam Ali, 2004:87) mendefinisikan interaksi sebagai suatu
individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu
tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya.5
Merujuk pada uraian diatas mengenai definisi interaksi sosial, dapat
dijelaskan bahwa dalam proses berinteraksi yang terjadi diantara para pelaku
komunikasi (komunikator) yang ingin menyampaikan maksud dan tujuannya
kepada komunikan sebagai sasaran dengan saling memberikan stimulus
terhadap tindakan yang dilakukannya secara aktif dan juga saling
memengaruhi satu sama lain.
Maka dalam suatu hiburan dangdut pun berlaku seperti apa yang
didefinisikan para ahli diatas. Seorang penyanyi akan bertindak sebagai
komunikator ketika berada diatas pentas dan akan berinteraksi dengan para
penontonnya dengan melakukan komunikasi baik verbal maupun nonverbal
untuk menarik minat dan simpati para audience-nya dengan harapan agar
komunikasi yang dilakukan berhasil dan para audience atau penonton
mengikuti setiap pesan yang disampaikan penyanyi tersebut.
Menurut Hardjana dalam bukunya yang berjudul Komunikasi
Intrapersonal & Interpersonal mendefinisikan komunikasi verbal sebagai
berikut : “Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata
-kata, entah lisan maupun tertulis”. (Hardjana, 2007:22)
Senada dengan apa yang diungkapkan oleh Hardjana diatas, Barata
pun mengungkapkan bahwa komunikasi verbal yaitu : “Komunikasi yang
dilakukan secara lisan maupun tertulis”. (Barata, 2003:82)
5
9
Dua dari definisi mengenai komunikasi verbal diatas merupakan
beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli komunikasi. Sehingga
dengan demikian komunikasi verbal dapat disimpulkan sebagai proses
komunikasi yang dilakukan oleh seorang komunikator dengan menggunakan
kata-kata baik lisan maupun tertulis dalam menyampaikan pesan atau
informasinya untuk memengaruhi komunikannya. Dalam hiburan dangdut,
penyanyi dangdut mengaplikasikan komunikasi verbalnya dengan cara
mengucapkan salam, menyapa penonton, mengajaknya untuk bernyanyi dan
bergoyang bersama serta lainnya secara interaktif.
Selain berinteraksi dengan melakukan komunikasi secara verbal,
seorang penyanyi dalam berinteraksi dengan penonton selalu mengandalkan
komunikasi nonverbalnya di setiap aksi panggungnya. Komunikasi nonverbal
merupakan kebalikan dari komunikasi verbal. Dalam prosesnya, komunikasi
nonverbal tidak mengandalkan kata-kata seperti pada komunikasi verbal.
Komunikasi nonverbal merupakan suatu proses komunikasi dimana
pesan yang disampaikan tidak menggunakan kata-kata melainkan dengan
menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata,
penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, simbol-simbol, serta
cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan
gaya berbicara. Maka dapat disimpulkan, komunikasi nonverbal merupakan
komunikasi yang menggunakan isyarat yang bukan kata-kata.
Dari penjelasan komunikasi nonverbal diatas, disebutkan bahwa
penyanyi dangdut dalam suatu hajatan untuk menarik perhatian penontonnya
sudahlah tentu akan berpenampilan semenarik mungkin untuk memikat
simpati dan terkagum-kagum kepadanya. Komunikasi secara nonverbal yang
dilakukan oleh penyanyi dangdut dalam setiap pentas ditunjukkannya melalui
cara mereka berpakaian, menggoyangkan pinggulnya, memandang para
penonton, gaya rambut, make up, menggerak-gerakkan jari-jari tangannya
seraya menurunkannya dari atas ke bawah ketika bernyanyi, melambaikan
tangan pada penonton, hingga mengarahkan microphone kepada penonton
untuk mengikuti lagu yang dibawakannya.
Ada hal yang menarik dalam hiburan dangdut ini, yaitu “saweran”.
Saweran sudah menjadi salah satu identik atau ciri khas dalam suatu hiburan
dangdut. Saweran berasal dari bahasa Sunda yaitu "sawer" yang artinya
melempar uang biasanya dilakukan pada saat upacara kebesaran tradisional
seperti, sunatan, kawinan dan sebagainya. Di dalam musik dangdut dari
pendengar musik dangdut atau pengunjung dari pagelaran dangdut itu. Disini
dapat dilihat mengapa saweran dalam musik dangdut cukup menarik? Karena
kita tahu bahwa untuk jenis musik lain tidak ada istilah saweran apalagi uang
tip yang kadang bisa melebihi bayaran dari biduan itu sendiri dan Indonesia
banyak group-group dangdut yang selalu mengandalkan saweran dalam setiap
pertunjukan panggung grup-grup tersebut.6 Sehingga ciri khas saweran ini
menjadi daya tarik tersendiri dalam setiap hiburan dangdut bagi siapapun
6
11
yang menyaksikannya dan dimana pun hiburan itu berlangsung termasuk di
Kota Bandung.
Menurut pendapat salah seorang penonton hiburan dangdut, Ilham
Manan yang dihubungi melalui telepon selularnya menjelaskan bahwa :
“Saweran dalam acara dangdutan memang sudah menjadi ciri khas
dan lumrah. Sebetulnya tidak harus ada saweran, tapi biasanya pada acara hajatan saweran dangdut selalu ada dan menjadi daya tarik tersendiri bagi penonton. Karena saweran tidak dapat kita temui pada jenis musik yang lain, hanya dangdutan dan di acara hajatan saja yang biasanya penonton mau menyawer si biduan. Kita pun sebagai penonton merasa terhibur, karena terkadang ada saja kejadian-kejadian lucu saat si penonton menyawer. Bahkan si biduan pun menjadi tambah enerjik kalau di sawer, dan tentunya kita menjadi
senang, gembira melihatnya”. (Wawancara, Bandung, 28 Maret 2012, pukul 14:53 WIB)
Dapat disimpulkan secara sederhana bahwa saweran dalam hiburan
dangdut merupakan interaksi antara penyanyi dangdut atau biduan dengan
salah seorang penonton (penyawer) yang memiliki simbol-simbol makna
tertentu yang menunjukkan tingkat kedalaman hubungan antara penyanyi
tersebut dengan penyawer.
Saweran dapat dilayangkan kepada si penyanyi (biduan) karena
sebagai komunikator, seorang penyanyi akan menunjukkan keahliannya
dalam menghibur (menyanyi dan bergoyang) yang menjadi daya tarik bagi
penonton yang menyaksikannya. Sehingga apabila seorang penyanyi
memiliki daya tarik dimata penontonnya, maka akan timbul rasa suka
terhadap si penyanyi tersebut.
Menurut Jalaluddin Rakhmat dalam buku Psikologi Komunikasi,
sebagai atraksi interpersonal (Atraksi berasal dari bahasa Latin attrahere - ad:
menuju; trahere: menarik). (Rakhmat, 2008:110-111)
Dalam situs www.artikata.com didapat definisi Daya Tarik sebagai
berikut :
“Attraction an invisible power in a body by which it draws anything to itself; the power in nature acting mutually between bodies or ultimate particles, tending to draw them together, or to produce their cohesion or combination, and conversely resisting separation”.
(daya tarik merupakan kekuatan dalam tubuh yang mana kekuatan ini menarik segala sesuatunya sendiri, kekuatan alami yang saling berhubungan antara tubuh dan bagian-bagian kecil lainnya, yang cenderung untuk saling menyatu atau menghasilkan ikatan atau perpaduan, dan sebaliknya akan menahannya dari perpecahan atau pemisahan).7
Masih dalam situs yang sama, definisi daya tarik adalah :
“Attraction an entertainer who attracts large audiences he was the biggest drawing card they had”. (Daya tarik seorang penghibur yang bisa menyedot perhatian pemirsanya dalam jumlah yang banyak berarti memiliki kartu atau kemampuan daya tarik terbesar)8
Dalam buku Komunikasi Interpersonal, Suranto Aw mengemukakan
bahwa daya tarik seorang komunikator di mata komunikan merupakan modal
penting untuk ketercapaian tujuan komunikasi. Hal ini disebabkan dengan
daya tarik yang memadai, komunikator lebih mudah mendekatkan diri kepada
komunikan, dan pada gilirannya dapat lebih mudah meyakinkan komunikan.
Daya tarik komunikator meliputi :
1. Daya tarik fisik
Daya tarik fisik (physical attractivenes) memudahkan tercapainya simpati dan peratian orang. Terdapat kecenderungan bahwa orang cantik atau tampan akan lebih menarik, sehingga lebih efektif dalam
7
http://www.artikata.com/arti-12510-attraction.html/di kutip pada hari minggu, 25 maret 2012/ pukul 22:32 WIB
8
13
mempengaruhi pendapat orang lain, diperlakukan lebih sopan dan menjadi pusat perhatian.
2. Kesamaan
Pada umumnya orang akan lebih tertarik kepada orang lain yang berpandangan sama dengan dirinya. Prinsip adanya kebersamaan ini menjadi salah satu faktor keberhasilan komunikasi. Seorang komunikator mempunyai kesamaan dengan komunikan akan memberi daya tarik tersendiri bila dibandingkan dengan komunikator yang memiliki perbedaan pada banyak hal dengan komunikan. Jika komunikan merasa bahwa komunikator mempunyai sifat yang menarik maka akan mendorong keterlibatan keduanya dalam komunikasi yang memuaskan.
3. Keakraban
Familiaritas atau sikap akrab merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya tarik komunikator di mata komunikan. Pada dasarnya seorang komunikan akan lebih menyenangi komunikator yang memiliki ubungan erat dengan dirinya. Komunikator yang berhasil mendekatkan hubungan lebih memperoleh tanggapan positif, sementara orang yang berusaha menjauhkan diri, tidak diperhatikan. (Suranto, 2011:121-122)
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa daya tarik
merupakan proses awal terhadap kesan dari suatu bentuk komunikasi dan
sangat berperan dalam bentuk kesan dari komunikan. Berdasarkan
pengertiannya, daya tarik merupakan kekuatan yang dapat memikat perhatian,
sehingga seseorang mampu mengungkapkan kembali stimuli (rangsangan)
yang ia peroleh dari apa yang ia lihat.
Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa saweran dalam hiburan
dangdut menjadikan hiburan tersebut beda dari yang lain dan mempunyai
daya tarik tersendiri bagi para penggemar atau penontonnya. Saweran itu
sendiri menjadi suatu fenomena yang menarik meskipun menimbulkan suatu
Banyaknya gejala dari proses saweran akibat adanya daya tarik yang
ditimbulkan oleh sosok penyanyi dangdut dalam hiburan dangdut tersebut
menjadi suatu pembicaraan yang mengundang pro dan kontra di kalangan
masyarakat. Bila ditinjau dari sisi kontra atau negatifnya, saweran menjadi
sebuah ajang “perang sawer” atau ajang “saing-saingan” status sosial diantara
penyawer. Seorang penyawer akan terasa terpancing apabila ada penyawer
lain yang memberikan uang saweran lebih besar dan lebih banyak dari
dirinya.
Sebenarnya saweran itu sudah merupakan suatu pelanggaran dari
estetika kesenian, karena dengan saweran di dalam musik dangdut dapat
terjadi perubahan dari keaslian atau originalitas (pure art) musik dangdut
sendiri, dengan mengganti lirik lagu dangdut dengan lirik yang dibuat sendiri
oleh biduanita dangdut itu dan biasanya lagu dangdut itu sudah jauh dari
aslinya kalau sudah menghadapi para penyawer yang notabenenya ingin
"kesohor" atau populer. Ada pepatah mengatakan biar tekor asal kesohor.
Mungkin ini banyak yang menjadi alasan para penyawer di
panggung-panggung dangdut hiburan kita. Ada yang beralasan rela menghamburkan
uang untuk sekedar menyawer bukan hanya ingin kesohor, melainkan
mencari kepuasan batin semata. Memang sungguh fenomenal "saweran"
dalam musik dangdut kita.9
Saweran pada hiburan dangdut pun dinilai seakan menurunkan nilai
estetika hiburan itu sendiri. Bagaimana tidak, seorang penyanyi (dalam hal ini
9
15
penyanyi wanita) seolah-olah menghalalkan segala cara dengan berpakaian
yang sexy (minim) dan goyangan yang terlihat erotis untuk menarik simpatik
dan menjadikannya daya tarik tersendiri di hadapan penontonnya demi
mendapatkan uang saweran. Namun hal tersebut dapat mengundang efek
yang kurang menarik dan bahkan seolah merendahkan penyanyi atau
biduanita tersebut, misalkan seperti pelecehan dengan memasukkan uang
saweran pada sela-sela tubuh atau pakaian biduanita, memegang atau
meraba-raba salah satu anggota badan, hingga memeluk biduanita tersebut dengan
tidak ada rasa canggung dan malu. Terlebih hal tersebut dapat mengundang
pertikaian atau kericuhan diantara para penyawer yang saling berebut sang
biduanita. Sehingga tontonan yang disajikan tidak lagi bernilai hiburan
namun terkesan seperti pornoaksi dan kekerasan.
Akan tetapi, dibalik itu semua terdapat gejala positif dalam suatu
saweran. Seorang penyawer yang dengan sukarela memberikan uang saweran
kepada penyanyi memang tidak semuanya seperti apa yang dijelaskan diatas,
ada pula penyawer yang memang merasa terhibur dan terpenuhi kepuasan
batinnya sehingga dengan perasaan gembira mereka memberikan uang
saweran pada penyanyi tersebut sebagai imbalan dari permintaan yang telah
terpenuhi. Dan tentunya hal itu tidak terlepas karena adanya suatu daya tarik
yang dimunculkan dalam diri seorang penyanyi dangdut tersebut. Disatu sisi,
saweran sangat berarti bagi penyanyi dan orkes melayu yang mengiringi.
Karena dapat dirasakan bahwa saweran merupakan penghasilan tambahan
Untuk grup-grup musik dangdut papan atas dan penyanyi dangdut
papan atas, saweran memang tidak diperlukan untuk mereka karena biasanya
bayaran per grup mereka sudah melebihi standar hidup mereka. Karena itulah
saweran diperlukan oleh pemusik dan penyanyi sebagai tambahan
penghasilan mereka.10
Seorang biduantita biasanya lebih banyak mendapat hasil dari saweran
itu daripada bayarannya di panggung musik dangdut, karena itu menurut
beberapa biduanita saweran itu merupakan seni dari musik dangdut itu
sendiri. Tanpa saweran, itu bukan musik dangdut. Sebenarnya kalau kita
membanding dari sudut etika, benar atau salah saweran itu sudah melanggar
suatu etika kesenian karena kesenian itu harus benar-benar murni tanpa ada
tambahan atau embel-embel apapun, tapi seperti yang sudah diuraikan di atas
bahwa saweran itu perlu untuk kelangsungan hidup para pemusik dan
penyanyi dangdut, karena itu disini etika dikesampingkan walaupun
sebenarnya saweran itu melanggar etika.11
Bertolak dari uraian diatas, maka peneliti menilai seorang penyanyi
dangdut pada hiburan dangdut yang diiringi dengan adanya saweran adalah
fenomena yang menarik untuk diangkat ke dalam sebuah penelitian dan ada
dalam realitas kehidupan ini. Peneliti memiliki keyakinan dan harapan akan
penelitian ini untuk mengkaji dan menelaah secara mendalam mengenai daya
tarik seorang penyanyi dangdut dalam suatu hiburan pada acara hajatan yang
10
http://www.iniunik.web.id/2011/06/dangdut-musik-asli-indonesi-sejarah.html#axzz1o8REofVx/ dikutip pada hari Minggu, 4 Maret 2012/ pukul 15:43 WIB.
11
17
dapat menarik simpatik penontonnya untuk memberikan saweran kepadanya
yang selama ini berkembang dalam hiburan musik dangdut tersebut.
Dalam penelitian ini pun peneliti memiliki harapan dapat menambah
referensi atau gambaran mengenai daya tarik seorang penyanyi dangdut
dalam saweran pada suatu hiburan dangdut, karena banyak hal yang belum
kita ketahui dibalik saweran itu sendiri serta perilaku komunikasi dari
penyanyi dalam hiburan dangdut. Dalam penelitian yang akan dikaji ini pun
memiliki nilai tambah secara khusus untuk perkembangan ilmu komunikasi.
1.2Rumusan Masalah
Maka, dari latar belakang yang dikemukakan di atas, peneliti dapat
menarik rumusan masalah sebagai berikut :
1.2.1 Pertanyaan Makro
“Bagaimana Daya Tarik Penyanyi Dangdut Dalam Saweran
Pada Hiburan Dangdut (Studi Deskriptif tentang Daya Tarik
Penyanyi Dangdut dalam Saweran Pada Hiburan Dangdut di
Kota Bandung)?”
1.2.2 Pertanyaan Mikro
Pada penelitian ini, peneliti merinci secara jelas dan tegas
dari fokus pada rumusan masalah yang masih bersifat umum
dengan subfokus-subfokus terpilih dan dijadikannya sebagai
1. Bagaimana Daya Tarik Fisik penyanyi dangdut di
mata penonton dalam saweran pada hiburan dangdut di
Kota Bandung?
2. Bagaimana Kesamaan antara penyanyi dangdut dan
penonton dalam saweran pada hiburan dangdut di Kota
Bandung?
3. Bagaimana Keakraban antara penyanyi dangdut dan
penonton dalam saweran pada hiburan dangdut di Kota
Bandung?
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
Pada penelitian ini pun memiliki maksud dan tujuan yang menjadi
bagian dari penelitian sebagai ranah kedepannya, adapun maksud dan
tujuannya sebagai berikut:
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih jelas
tentang “Daya Tarik Penyanyi Dangdut Dalam Saweran Pada Hiburan
Dangdut (Studi Deskriptif Tentang Daya Tarik Penyanyi Dangdut
Dalam Saweran Pada Hiburan Dangdut di Kota Bandung)”.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui Daya Tarik Fisik penyanyi dangdut di mata
19
2. Untuk mengetahui Kesamaan antara penyanyi dangdut dan
penonton dalam saweran pada hiburan dangdut di Kota Bandung.
3. Untuk mengetahui Keakraban antara penyanyi dangdut dan
penonton dalam saweran pada hiburan dangdut di Kota Bandung.
1.4Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini dapat dilihat dari segi teoritis dan
praktis, sebagai berikut :
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Secara teoritis peneliti berharap agar penelitian ini dapat
mengembangkan kajian studi ilmu komunikasi secara umum dan
komunikasi antarpribadi (interpersonal communication), baik
komunikasi verbal dan non verbal secara khusus.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Adapun kegunaan penelitian ini secara praktis, diharapkan bisa
memberikan suatu masukan atau referensi tambahan yang dapat
diaplikasikan dan menjadi pertimbangan.
Kegunaan secara praktis pada penelitian ini, sebagai berikut:
1.4.2.1Bagi Peneliti
Dapat dijadikan bahan referensi sebuah pengetahuan
dan pengalaman serta penerapan ilmu yang diperoleh peneliti
daya tarik penyanyi dangdut dalam saweran pada hiburan
dangdut ditinjau dari kajian ilmu komunikasi.
1.4.2.2Bagi Akademik
Secara praktis penelitian ini dapat berguna bagi
mahasiswa UNIKOM secara umum, dan mahasiswa Program
Studi Ilmu Komunikasi secara khusus yang dapat dijadikan
sebagai literatur dan referensi tambahan terutama bagi peneliti
selanjutnya yang akan melakukan penelitian pada kajian yang
sama.
1.4.2.3 Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat berguna sebagai informasi, referensi
dan evaluasi bagi para penyanyi dangdut mengenai daya tarik
penyanyi dangdut dalam saweran pada hiburan dangdut di
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tinjauan Tentang Komunikasi
Istilah komunikasi kian hari kian populer. Begitu populernya
sampai muncul berbagai macam istilah komunikasi. Ada komunikasi
timbal balik, ada komunikasi tatap muka, ada komunikasi langsung,
komunikasi tidak langsung, komunikasi vertikal, komunikasi
horizontal, komunikasi dua arah dan lain sebagainya.
Komunikasi yang semula merupakan fenomena sosial,
kemudian menjadi ilmu yang secara akademik berdisiplin mandiri,
dewasa ini dianggap amat penting sehubungan dengan dampak sosial
yang menjadi kendala bagi kemaslahatan umat manusia akibat
perkembangan teknologi.
Ilmu komunikasi, apabila diaplikasikan secara benar akan
mampu mencegah dan menghilangkan konflik antarpribadi,
antarkelompok, antarsuku, antarbangsa dan antarras, membina kesatuan
dan persatuan umat manusia penghuni bumi.
Pentingnya studi komunikasi karena
permasalahan-permasalahan yang timbul akibat komunikasi. Manusia tidak bisa hidup
baik demi kelangsungan hidupnya, keamanan hidupnya, maupun demi
keturunannya. Jelasnya, manusia harus hidup bermasyarakat.
Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antarmanusia.
Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.
Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan
(message). Orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator
(communicator) sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi
nama komunikan (communicate). Untuk tegasnya, komunikasi berarti
proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan.
Komunikasi secara etimologis berasal dari perkataan Latin
“communicatio”. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang
berarti sama; sama disini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi
komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu
pesan yang disampaikan ole komunikator dan diterima oleh komunikan.
Untuk mengetahui lebih dalam dan jelas tentang Ilmu
Komunikasi, diawali dengan pengertian dan asal kata dari para ahli
23
2.1.1.1 Definisi Ilmu Komunikasi
Definisi komunikasi sendiri telah mengalami kemajuan dalam
perumusannya. Sebelum awal tahun 1970-an, komunikan dianggap
sebagai individu yang pasif dan komunikator lebih berperan dalam suatu
proses komunikasi. Namun sejalan dengan perkembangan ilmu
komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner,
definisi-definisi yang diberikan para ahli pun menjadi semakin banyak dan
beragam. Masing-masing punya penekanan arti, cakupan dan konteksnya
yang berbeda satu sama lainnya.
Menurut Sendjaja yang dikutip dalam Webster’s New Collegiate
Dictionary edisi tahun 1977 dijelaskan bahwa komunikasi adalah :
“Suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui
sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku”.
(Sendjaja, 2004:1.10)
Definisi lain mengenai komunikasi dari C.I. Hovland. Menurut
Hovland komunikasi dapat didefinisikan:
“As the process by which an individuals-the communicator-transmits stimuli (ussualy verbal symbols) to modify the behavior of other individuals communicateest.”(komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan
mengubah atau membentuk perilaku orang-orang
lainnya/khalayak).(Budyatna & Mutmainnah, 2004 : 2.3)
Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah: upaya yang
sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian
Definisi Hovland di atas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek
studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga
pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public
attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan
peranan yang amat penting. Bahkan dalam definisinya secara khusus
mengenai pengertian komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa
komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. (Effendy, 2003
:10)
Pada tahun 1981 Everett M. Rogers dan D. Lawrence Kincaid
dalam buku Communication Networks merumuskan komunikasi adalah
sebagai berikut :
“Communicationas a process in which the participants create and share information with one another in order to reach a mutual understanding” (komunikasi sebagai proses di mana para peserta membuat dan berbagi informasi dengan satu sama lain untuk mencapai saling pengertian). (Budyatna & Mutmainnah, 2004 : 2.3)
Sedangkan menurut Gerald R. Muler dan Mark Steinberg
merumuskan definisi komunikasi, adalah :
“That communication involves an intentional, transactional,
symbolic process” (bahwa komunikasi melibatkan penyampaian
pesan yang disengaja, transaksional, dan proses simbolik).
(Budyatna & Mutmainnah, 2004 : 2.4)
Definisi diatas begitu singkat tetapi padat dan sarat akan makna.
Maka dari itu, unsur-unsur yang terdapat Intensional, transaksional dan
25
karena faktor kesengajaan yang melibatkan antara komunikator dengan
komunikan dimana komunikasi terjalin melalui simbol-simbol yang
mendukung tercapainya tujuan bersama.
Untuk lebih memahami ilmu Komunikasi lebih mendalam,
diabawah ini akan dijelaskan mengenai unsur-unsur dasar yang terkandung
dalam suatu komunikasi.
2.1.1.2 Unsur-Unsur Dasar Komunikasi
Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, jelas bahwa
komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang
menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya
komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan,
media, penerima dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen
atau elemen komunikasi.
Menurut Daryanto dalam bukunya yang berjudul Ilmu
Komunikasi, unsur komunikasi, antara lain :
1. Sumber/komunikator, 2. Isi pesan,
3. Media/saluran,
4. Penerima/komunikan,
5. Umpan balik/feedback. (Daryanto, 2001:147)
Sedangkan menurut Cangara dalam bukunya, menjelaskan
unsur-unsur komunikasi sebagai berikut :
5. Pengaruh,
6. Tanggapan Balik, dan
7. Lingkungan. (Cangara, 2011:22-28)
Merujuk pada unsur-unsur komunikasi menurut Cangara diatas,
dapat dijelaskan satu persatu mengenai unsur-unsur tersebut adalah
sebagai berikut :
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai
pembuat atau pengirim informasi. Sumber sering disebut pengirim,
komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender atau
encoder.
Seorang komunikator dalam proses komunikasi akan
menyampaikan berbagai macam pesan. Pesan yang dimaksud dalam
proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada
penerima. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan
kata message, content atau information.
Dalam menyampaikan pesannya tersebut seorang komunikator
membutuhkan suatu perantara atau media. Media yang dimaksud di sini
ialah yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada
penerima.
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim
oleh sumber. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah
seperti khalayak, sasaran, komunikan atau dalam bahasa Inggris disebut
27
Dari penyampaian suatu pesan yang dilakukan oleh komunikator
pada komunikan, diharapakan adanya pengaruh atau efek. Pengaruh atau
efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan
oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh bisa juga
diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap
dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.
Dengan adanya pengaruh atau efek tersebut, maka suatu proses
komunikasi akan menimbulkan suatu tanggapan balik atau sering disebut
dengan umpan balik diantara komunikator dan komunikan. Ada yang
beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk
daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya
umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media,
meski pesan belum sampai pada penerima.
Suatu kegiatan komunikasi tentunya akan melibatkan lingkungan
atau situasi, karena tanpa hal tersebut suatu kegiatan komunikasi tidaklah
berjalan sesuai dengan kehendak. Lingkungan atau situasi ialah
faktor-faktor tertentu yang dapat memengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini
dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan
sosila budaya, lingkungan psikologis dan dimensi waktu.
Jadi, setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam
membangun proses komunikasi. Bahkan ketujuh unsur ini saling
bergantung satu sama lainnya. Artinya, tanpa keikutsertaan satu unsur
2.1.1.3 Proses Komunikasi
Diatas tadi telah diungkapkan bahwa komunikasi pada hakikatnya
adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan.
Menurut Onong Uchjana Effendy, Proses komunikasi dalam
bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, proses komunikasi terbagi
menjadi dua tahap, yakni :
1. Proses komunikasi secara primer, Proses ini adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial (gesture), isyarat, gambar, warna, dan lain
sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan”
pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.
2. Proses komunikasi secara sekunder, adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seseorang menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. (Effendy, 2003:11&16)
Proses yang dijalani memiliki suatu karakteristik dari komunikasi
tersebut, seperti halnya karakteristik komunikasi dibawah ini.
2.1.1.4Karakteristik Komunikasi
Dalam setiap proses berkomunikasi, seperti contoh-contoh definisi
komunikasi yang diungkapkan sebelumnya komunikasi memiliki
karakteristik tersendiri. Menurut Sasa Djuarsa Sendjaja dalam bukunya
Pengantar Ilmu Komunikasi diperoleh gambaran bahwa pengertian
29
1. Komunikasi adalah suatu proses, Artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Sebagai suatu proses, komunikasi tidak statis tetapi dinamis dalam arti kata akan selalu mengalami perubahan dan berlangsung terus-menerus. 2. Komunikasi dalam upaya yang disengaja serta mempunyai
tujuan, Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar (tidak bermimpi), disengaja (sesuai kemauan) serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya (hasil/akibat yang ingin dicapai.
3. Komunikasi menurut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat, Kegiatan komunikasi akan berlangsung baik, apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang dikomunikasikan.
4. Komunikasi bersifat simbolis, Dimana komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang (verbal dan non verbal).
5. Komunikasi bersifat transaksional, Pada dasarnya menuntut dua tindakan: memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya pula dilakukan secara seimbang atau proporsional oleh masing-masing, pelaku yang terlibat dalam komunikasi. Apa yang kita terima, nilai besar kecilnya tergantung pada apa yang kita berikan.
6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu,Komunikasi menembus faktor waktu dan ruang maksudnya bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi seperti telepon, faksimili, teleks, video-text, dan lain-lain, kedua faktor tersebut (ruang dan waktu) bukan lagi menjadi persoalan dan hambatan dalam berkomunikasi. (Sendjaja, 2004:1.13-1.16)
Dari penjelasan karakteristik diatas, komunikasi tentunya memiliki
fungsi agar pesan yang hendak disampaikan dapat diterima dengan baik.
2.1.1.5 Fungsi Komunikasi
Begitu pentingnya komunikasi dalam hidup manusia, sehingga
komunikasi itu sendiri memiliki fungsi-fungsi dalam kehidupan manusia.
Maka menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi
Teori dan Praktek, fungsi komunikasi terdiri sebagai berikut :
1. Menyampaikan informasi (to inform) 2. Mendidik (to educate)
3. Menghibur (to entertain)
4. Mempengaruhi (to influence). (Effendy, 2003:8)
Berbeda dengan pendapat Harold D. Lasswell dalam Cangara,
yang mengemukakan bahwa fungsi komunikasi antara lain :
1. Manusia dapat mengontrol lingkungannya,
2. Beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka berada,
3. Melakukan transformasi warisan sosial kepada generasi berikutnya. (Cangara, 2011:59)
Adapun dalam buku Ilmu Komunikasi oleh Daryanto,
menjelaskan beberapa fungsi komunikasi diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Fungsi Pertama : Komunikasi Sosial
Fungsi ini mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, serta terhindar dari tekanan dan ketegangan.
b. Fungsi Kedua : Komunikasi Ekspresif
31
c. Fungsi Ketiga : Komunikasi Ritual
Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan seoanjang tahun dan sepanjang hidup yang disebut para antropolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun (nyanyi Happy Birthday dan pemotongan kue), pertunangan (melamar, tukar cincin), siraman, pernikahan (ijab-qabul, sungkem kepada orang tua dan sebagainya), ulang tahun perkawinan, upacara kematian hingga kegiatan olahraga (olimpiade, PON dan sebagainya). Dalam acara-acara itu, orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik.
d. Fungsi Keempat : Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan dan juga untuk menghibur. Apabila diringkas ke semua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (besifat persuasif). Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan (to inform) mengandung muatan persuasi dalam arti pembicara menginginkan pendengarannya memercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikan akurat dan layak untuk diketahui. Bahkan komunikasi yang menghibur (to intertain) pun secara tidak langsung membujuk khalayak untuk melupakan persoalan hidup mereka.(Daryanto, 2001:129-132)
Dari fungsi-fungsi komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli
diatas, maka komunikasi pun memiliki tujuan penting dalam kehidupan
manusia.
2.1.1.6 Tujuan Komunikasi
Suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh seorang
komunikator terhadap komunikan sudahlah tentu mempunyai tujuan yang
hendak di capai. Tujuan utama dari komunikasi adalah untuk membangun