• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Self-Efficacy dalam Mengerjakan Up pada Mahasiswa Up Lanjutan di Fakultas Psikologi Universitas "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Self-Efficacy dalam Mengerjakan Up pada Mahasiswa Up Lanjutan di Fakultas Psikologi Universitas "X" Bandung."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul studi deskriptif mengenai self-efficacy dalam mengerjakan up pada mahasiswa up lanjutan di Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai derajat self-efficacy beserta hal-hal yang dipengaruhinya seperti pilihan yang dibuat, usaha yang dikeluarkan, ketekunan, daya tahan, pengalaman mengatasi stress dan derajat penyelesaian yang telah dicapai.

Sampel penelitian adalah mahasiswa UP lanjutan di Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung sebanyak 49 orang. Alat ukur yang dipakai untuk mengetahui derajat self-efficacy mahasiswa UP lanjutan adalah berupa kuesioner yang susun oleh peneliti berdasarkan teori Bandura. Melalui pengolahan data menggunakan rumus kolerasi rank Spearman pada program SPSS 10.0 diketahui bahwa validitas dari alat ukur self-efficacy ini berkisar antara 0,375-0,725, sedangkan reabilitasnya adalah sebesar 0,948 dengan mengunakan metode Alpha Cronbach pada program SPSS 10.0.

Hasil penelitian menunjukan bahwa self-efficacy pada mahasiswa UP lanjutan di Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung terbagi menjadi dua kategori yaitu, sebanyak 53,1% mahasiswa UP lanjutan memiliki self-efficacy rendah dan sebanyak 46,9% mahasiswa UP lanjutan memiliki self-efficacy yang tinggi.

(2)
(3)

DAFTAR ISI

Lembar Judul

Lembar Pengesahan

Abstrak ... ii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... viii

Daftar Bagan ... xiii

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 7

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian ... 8

(4)

1.4.Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Ilmiah ... 8

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 9

1.5.Kerangka Pikir ... 9

1.6.Asumsi ... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self-Efficacy Belief 2.1.1 Definisi Self-Efficacy ... 17

2.1.2 Konsep Reciprokal Determinism...17

2.1.3 Pengaruh self-Efficacy...20

2.1.4 Sumber-Sumber Self-Efficacy ... 20

2.1.3.1 Mastery Experience ... 20

2.1.3.2 Vicarious Experience ... 21

2.1.3.3 Verbal Persuasion ... 22

(5)

2.1.5 Proses-Proses yang Diaktifkan oleh Self-Efficacy ... 25

2.1.4.1 Proses Kognitif ... 25

2.1.4.2 Proses Motivasi ... 26

2.1.4.3 Proses Afektif ... 27

2.1.4.4 Proses Seleksi ... 28

2.2 Masa Dewasa Awal 2.2.1 Definisi Dewasa Awal... 29

2.2.2 Perkembangan fisik ... 30

2.2.2 Perkembangan Kognitif ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 35

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.2.1 Variabel Penelitian ... 36

(6)

3.3Alat Ukur

3.3.1Self-Efficacy ... 37

3.3.2Prosedur Pengisian ... 38

3.3.3Sistem Penilaian ... 39

3.3.4Kuesioner Data Pribadi dan Data Penunjang ... 40

3.4Pengujian Alat Ukur 3.4.1Uji Validitas ... 40

3.4.2Uji Reliabilitas ... 41

3.5Populasi Sasaran 3.5.1Populasi Sasaran Penelitian ... 42

3.5.2Karakteristik Populasi ... 42

3.5.3Teknik Pengambilan Sampel... 42

3.6Teknik Analisa ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden 4.1.1 Jenis Kelamin ... 44

4.1.1 Lama Mengontrak UP ... 44

(7)

4.1.3 Pekerjaan ... 45

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Derajat Self-Efficacy ... 46

4.1.3 Tabulasi Silang Derajat Self-efficacy Tinggi... 47

4.1.3 Tabulasi Silang Derajat Self-efficacy Rendah ... 48

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 57

5.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RUJUKAN

(8)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Skema KerangkaPikir………15

Bagan 3.1 Skema Rancangan Penelitian ………...…35

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.4 Pembagian Item Dalam Alat Ukur Self-Efficacy ... 38

Tabel 4.1 Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 44

Tabel 4.2 Persentase Responden Berdasarkan Lama Mengontrak UP ... 44

Tabel 4.3 Persentase Responden Berdasarkan IPK ... 45

Tabel 4.4 Persentase Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 45

Tabel 4.5 Persentase Derajat Self-Efficacy ... 46

Tabel 4.6 Tabulasi Silang Antara Self-Efficacy Belief Tinggi Dengan Indikator Self-Efficacy belief ... 47

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Responden

Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Mengontrak UP

Frekuensi Responden Berdasarkan IPK

Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Lampiran 2 Tabel Hasil Perhitungan Uji Validitas Dan Reliabilitas

Alat Ukur Self-Efficacy

Lampiran 3 Data Responden (hasil Penelitian)

Tabel Frekuensi Responden Berdasarkan derajat Self-Efficacy Belief

Crosstab Derajat Self-Efficacy dengan Pilihan yang Dibuat

Crosstab Derajat Self-Efficacy dengan Usaha yang Dikeluarkan

Crosstab Derajat Self-Efficacy dengan Ketekunan

Crosstab Derajat Self-Efficacy dengan Daya Tahan

Crosstab Derajat Self-Efficacy dengan Pengalaman Mengatasi Stress

(11)

Lampiran 4 Crosstab Data Penunjang Dengan Derajat Self-EfficacyBelief

Lampiran 5 Kuesioner Self-Efficacy Belief

Lampiran 6 Kuesioner Data Penunjang

(12)

 

 

(13)

LAMPIRAN 1

Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

jenis kelamin

8 16.3 16.3 16.3

41 83.7 83.7 100.0

49 100.0 100.0

"L" "P" Total

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Mengontrak UP

lama mengontrak up

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

bekerja

28 57.1 57.1 57.1

21 42.9 42.9 100.0

49 100.0 100.0

Frequency Percent Valid Percent

(14)

Frekuensi Responden Berdasarkan IPK

IPK

15 30.6 30.6 30.6

26 53.1 53.1 83.7

8 16.3 16.3 100.0

49 100.0 100.0 IPK

"2,01-2,50" "2,51-3,00" "3,01-3,50" Total

Frequency Percent Valid Percent

(15)

LAMPIRAN 2

Tabel Hasil Perhitungan Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Derajat Self-Efficacy

Item Validitas Keterangan Item Validitas keterangan

(16)

LAMPIRAN 3

FREKUENSI RESPONDEN BERDASARKAN DERAJAT SELF-EFFICACY

26 53.1 53.1 53.1

23 46.9 46.9 100.0

49 100.0 100.0

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

CROSSTAB DERAJAT SELF-EFFICACY DENGAN PILIHAN YANG DIBUAT

(17)

CROSSTAB DERAJAT SELF-EFFICACY DENGAN KETEKUNAN

CROSSTAB DERAJAT SELF-EFFICACY DENGAN DAYA TAHAN

(18)

CROSSTAB DERAJAT SELF-EFFICACY DENGAN DERAJAT PENYELESAIAN

23 3 26

88.5% 11.5% 100.0%

4 19 23

17.4% 82.6% 100.0%

27 22 49

55.1% 44.9% 100.0% rendah

tinggi Kategori SE

Belief

Total

rendah tinggi Derajat penyelesaian yang

telah dicapai

(19)

LAMPIRAN 4

TABEL A.1

CROSSTAB DERAJAT SELF-EFFICACY DENGAN MASTERY EXPERIENCE

FREKUENSI TOKOH PANUTAN RESPONDEN

Frequency Percent Valid Percent

(20)

TABEL A.3

CROSSTAB DERAJAT SELF-EFFICACY DENGAN VICARIOUS EXPERIENCE

(21)

TABEL A.5

CROSSTAB DERAJAT SELF-EFFICACY DENGAN PHYSIOLOGICAL AND AFFECTIVE STATES

17 9 26

65.4% 34.6% 100.0%

15 8 23

65.2% 34.8% 100.0%

32 17 49

65.3% 34.7% 100.0% rendah

tinggi Kategori SE

Belief

Total

berpengaruh

tidak berpengaruh Physiological & Affective

States

(22)

LAMPIRAN 5

KATA PENGANTAR

Dalam rangka memenuhi tugas Usulan Penelitian, maka peneliti bermaksud

melakukan penelitian pada mahasiswa Fakultas Psikologi yang tengah menempuh

mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan.

Dalam lampiran berikut terdapat kuesioner yang berhubungan dengan

penelitian saya. Sehubungan dengan keperluan tersebut saya mengharapkan bantuan

Saudara untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner yang terlampir berikut ini.

Informasi yang Saudara berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitian yang

saya buat. Oleh karena itu saya mohon kesungguhan Saudara dalam mengisi

kuesioner ini sehingga informasi yang diperoleh akan menggambarkan keadaan yang

sesungguhnya.

Atas kesediaan dan kerjasama Saudara, saya ucapkan terima kasih.

(23)

PETUNJUK PENGISIAN

Berikut ini terdapat pernyataan yang berhubungan dengan keadaan diri

saudara. Saudara diminta untuk memberikan pendapat mengenai pernyataan tersebut

dengan cara memberikan checklist (√) pada salah satu kolom kemungkinan jawaban.

Masing-masing pernyataan mempunyai empat kemungkinan jawaban, yaitu :

ƒ Sangat yakin (SY) : Jika saudara merasa sangat yakin dengan

pernyataan tersebut.

ƒ Yakin (Y) : Jika saudara merasa yakin dengan pernyataan

tersebut.

ƒ Tidak Yakin (TY) : Jika saudara merasa tidak yakin dengan

pernyataan tersebut.

ƒ Sangat Tidak Yakin (STY) : Jika saudara merasa sangat tidak yakin

dengan pernyataan tersebut.

Setiap jawaban yang saudara pilih adalah benar, bila itu merupakan pendapat yang

sesuai dengan diri saudara

(24)

SELF EFFICACY

SAYA YAKIN MAMPU UNTUK …… SY Y TY STY

1. ….Memilih topik yang aktual daripada yang sudah

banyak diteliti oleh mahasiswa lain untuk digunakan

dalam UP.

2. ….Berusaha dan bekerja keras untuk menyelesaikan UP

tepat waktu.

3. ….Mengatasi kesulitan dalam menterjemahkan literatur

berbahasa asing dalam menyusun UP daripada harus

menyalin dari skripsi mahasiswa lain.

4. ….Tetap mempertahankan usaha untuk menyelesaikan

UP meskipun sudah melewati target waktu yang

ditentukan.

5. ….Melakukan penjadwalan ulang atas beberapa target

UP yang tidak tepat waktu.

6. ….Mengikuti perbaikan demi perbaikan UP sebagaimana

yang diarahkan pembimbing.

7. ….Melaksanakan bimbingan sesuai dengan jadwal yang

ditentukan daripada datang terlambat.

8. ….Berusaha selalu berkonsentrasi dalam mengerjakan

UP.

9. ….Mencari alternatif solusi untuk mengatasi masalah

yang timbul selama mengerjakan UP.

10. ….Bangkit kembali dalam situasi-situasi yang menekan

dan kurang menguntungkan.

(25)

mendapat tekanan dari keluarga.

12. ….Melakukan langkah-langkah tepat untuk keperluan

penyusunan UP

13. ….Secara konsisten memperbaiki hasil feed back

daripada menunda-nunda revisi.

14. ….Berusaha mencari literatur yang disarankan oleh

dosen pembimbing di perpustakaan.

15. ….Berusaha untuk merevisi UP secepatnya meskipun

feed back yang diberikan memiliki tingkat kesulitan yang

tinggi.

16. ….Tetap berpikir jernih sekalipun terdesak oleh batas

waktu penyelesaian UP.

17. ….Mengkaji sumber-sumber penyebab keterlambatan

menyusun UP.

18. ….Belajar dari kesalahan sebelumnya dalam

menyelesaikan UP.

19. ….Mengutamakan untuk mengerjakan UP dibanding

pekerjaan kantor.

20. ….Berusaha mencari bahan rujukan dari sumber lain

seperti media cetak atau internet.

21. ….Tetap konsisten dalam mempertahankan usaha untuk

mengatasi kesulitan dalam mengerjakan UP.

22. ….Tetap berpikir positif dalam menghadapi kendala

penyelesaian UP.

23. ….Mencari jalan keluar dari feed back yang diberikan

dosen.

24. ….Mengerjakan revisi dengan sebaik-baiknya.

(26)

menunggu bimbingan yang dijadwalkan di kampus.

26. ….Menyelesaikan UP untuk bimbingan berikutnya

sebelum batas waktu yang ditentukan.

27. ….Menyelesaikan UP sebelum batas waktu yang

ditentukan meskipun banyak hal lain yang harus

diselesaikan.

28. ….Tetap belajar tanpa lelah untuk mempercepat

penyelesaian UP.

29. ….Mengatasi kekecewaan karena gagal bertemu dengan

dosen pembimbing sesuai dengan jadwal yang

disepakati.

30. ….Melaksanakan bimbingan UP sesuai dengan janji

yang telah disepakati.

31. ….Memilih mengerjakan UP di perpustakaan daripada

mengerjakan hal lain yang lebih menyenangkan.

32. ….Berusaha mengerahkan kemauan untuk mengatasi

rasa malas dalam mengerjakan UP.

33. ….Memperbaiki hasil feed back dengan dosen

pembimbing meskipun merasa lelah dan kurang sehat.

34. ….Tetap bertahan meskipun menghadapi situasi yang

menekan.

35. ….Mengalihkan frustrasi karena UP tidak kunjung

selesai.

36. ….Melanjutkan tahap demi tahap penyusunan UP.

37. ….Menetapkan skala prioritas yang utama untuk

mengerjakan UP.

38. ….Berusaha untuk menjaga emosi agar tidak

(27)

39. ….Mencari sumber-sumber bacaan untuk

menyempurnakan Up meskipun harus mencari di kampus

lain.

40. ….Tetap bertahan dan berusaha mencari jalan keluar

yang terbaik untuk menyelesaikan hambatan selama

mengerjakan UP.

41. ….Berpikir jernih menghadapi sikap dosen pembimbing

yang tidak mendukung proses penyelesaian UP.

42. ….Menerapkan feed back yang diberikan dosen

pembimbing dalam penyelesaian UP.

43. ….Memilih teman yang lebih berprestasi dalam bidang

akademik untuk berdiskusi tentang UP.

44. ….Mengabaikan ajakan teman untuk bermain karena

dapat menghambat penyelesaian UP.

45. ….Menemukan solusi ketika menghadapi kesulitan

dalam mengerjakan UP.

46. ….Tetap berpikir konstruktif meskipun kurang mendapat

dukungan dari dosen pembimbing.

47. ….Berpikir positif untuk tetap mempertahankan motivasi

dalam mengerjakan UP.

48. ….Mengulangi kerja keras sebelumnya dalam

(28)

LAMPIRAN 6

DATA PENUNJANG

PERTANYAAN:

1. Apakah saudara pernah mengalami keberhasilan yang berarti bagi saudara?

a. Pernah, dalam hal ...

b. Tidak pernah

2. Seberapa sering saudara mengalami keberhasilan?

a. Sering sekali b. Jarang

3. Bagaimana perasaan saudara saat berhasil?

a. Bangga b.Puas c. Kurang puas

4. Apakah saudara pernah mengalami kegagalan?

a. Pernah, dalam hal ...

b. Tidak pernah

5. Seberapa sering anda mengalami kegagalan?

a. Sering b. Jarang

6. Bagaimana perasaan saudara saat mengalami kegagalan?

(29)

7. Siapakah tokoh yang menjadi inspirasi dan contoh bagi saudara?

a. Teman, dalam hal ...

b. Orang tua, dalam hal ...

c. ...

8. Apakah keberhasilan teman/kakak kelas mempengaruhi keyakinan diri saudara?

a. YA, dalam hal ...

b. Tidak

9. Seberapa sering keberhasilan teman/kakak kelas anda memberikan pengaruhnya

kepada saudara?

a. Sering b. Jarang

Dampaknya bagi saudara...

10. Apakah kegagalan teman/kakak kelas mempengaruhi keyakinan diri saudara?

a. YA, dalam hal...

b. Tidak

11. Seberapa sering kegagalan teman/kakak kelas mempengaruhi keyakinan diri

saudara?

a. Sering b. Jarang

(30)

12. Seberapa sering saudara menerima kritikan atas kegagalan saudara?

a. Sering b. Jarang

Dalam hal ...

13. Apa dampak kritikan tersebut bagi saudara?

a. Menurunkan semangat

b. Membangkitkan semangat

c. ...

14. Seberapa sering saudara menerima pujian atas keberhasilan saudara?

a. Sering b. Jarang

Dalam hal ...

15. Bagaimana perasaan saudara ketika menerima pujian?

a. Senang

b. Berusaha meningkatkannya lagi.

c. Biasa saja

(31)

16. Apa dampak pujian bagi saudara?

a. Meningkatkan semangat

b. Menurunkan semangat

c. Menimbulkan kepuasan

d. ...

17. Apakah kondisi fisik mempengaruhi keyakinan diri saudara?

a. YA, alasannya ...

b.Tidak

18. Kondisi fisik yang bagaimana yang mempengaruhi keyakinan diri saudara?

a. Sehat, Mengapa?...

b. Semangat, Mengapa?...

c. Sakit, Mengapa?...

d. Lelah, Mengapa?...

e...

19. Apakah suasana hati mempengaruhi keyakinan diri saudara?

a. YA,alasannya ...

(32)

20. Suasana hati yang bagaimana yang mempengaruhi saudara?

a. senang, bagaimana pengaruhnya?...

b. sedih, bagaimana pengaruhnya?...

c. ...…….

Untuk yang sudah bekerja :

21. Apakah anda sering mengalami kesulitan dalam memilih antara mengerjakan

pekerjaan kantor atau mengerjakan UP?

a. ya

b. tidak

22. Manakah yang lebih anda prioritaskan, UP atau pekerjaan kantor?

……….……… alasannya : ………

………

(33)

LAMPIRAN 7

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Sejarah Universitas Kristen Maranatha

Bandung Ibukota Propinsi Jawa Barat adalah kota beriklim tropis dan sejuk

dengan temperatur antara 200-280 C. Paris Van Java merupakan sebutan lain dari kota

ini karena keindahannya ditambah keramahtamahan penduduknya, sehingga Bandung

merupakan tempat yang paling menyenangkan untuk belajar. Di samping terdapat

berbagai macam tempat pariwisata yang menarik, Bandung juga merupakan kota

pelajarnya Jawa Barat, sehingga tidak mengherankan jika Bandung menjadi tempat

tujuan yang banyak digemari oleh para pelajar dari berbagai penjuru tanah air. Dari

sekian banyak Universitas Swasta yang ada di Bandung, Universitas Kristen

Maranatha merupakan Universitas yang banyak menjadi pilihan generasi muda untuk

menimba ilmu.

Sejak berdirinya, yaitu pada tahun 1965, Universitas Kristen Maranatha telah

menghasilkan banyak sarjana yang berkualitas, yang telah mengabdikan ilmunya bagi

bangsa dan negara. Universitas Kristen Maranatha terletask di jalan Prof.Drg.Suria

Sumantri, MPH No.65 Bandung, terletak tidak jauh dari pusat kota Bandung,

merupakan tempat yang sangat strategis dengan berbagai fasilitas pertokoan, rumah

(34)

menjangkau tempat-tempat di kota Bandung serta tempat pemondokan yang ada di

sekitar kampus, ditambah suasana dan kondisi yang nyaman untuk belajar.

Dengan luas tanah kurang lebih 50.000m dan memiliki gedung-gedung yang

lengkap untuk setiap fakultasnya, disertai saran dan prasarana yang sangat memadai

lainnya, sangatlah mendukung kelancaran proses belajar mengajar di Universitas

Kristen Maranatha. Untuk meningkatkan fasilitas belajar mengajar di Universitas

Kristen Maranatha sekarang dibangun gedung "Grha Widya Maranatha" yang

berlantai 15.

Universitas Kristen Maranatha berkembang seiring dengan berjalannya waktu.

Sampai dengan thaun 2005 telah terdapat 7 fakultas dengan sembilan belas program

studi, serta program pasca sarjana dengan tiga program studi, yaitu:

Fakultas Kedokteran; Fakultas Teknik dengan Program Studi Teknik Sipil (S1),

Teknik Elektro (S1), Teknik Industri (S1). Fakultas Psikologi; Fakultas Sastra dengan

Program Studi Sastra Inggris (S1), Sastra Jepang (S1), Bahasa Inggris (D3), dan

Bahasa China (D3); Fakultas Ekonomi dengan Program Studi Ekonomi Akuntansi

(S1), Ekonomi Manajemen (S1) dan Program Kelas Malam Ekonomi Akuntansi (S1)

dan Manajemen (S1); Fakultas Teknologi Informasi dengan Program Studi Teknik

Informatika (S1), Sistem Informasi (S1), dan Teknologi Informasi (D3); Program

Pasca Sarjana, dengan Program Magister Manajemen (S2), Magister Psikologi (S2),

(35)

Sastra China (S1). Hal tersebut semakin menjadikan Universitas Kristen Maranatha

pilihan yang tepat bagi pelajar untuk belajar.

Visi dan Misi Universitas Kristen Maranatha

Visi : Universitas Kristen Maranatha menjadi Perguruan Tinggi yang mandiri

dan berdaya cipta, serta mampu mengisi dan mengembangkan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni abad ke-21 berdasarkan kasih dan

keteladanan Yesus Kristus.

Misi : Mengembangkan cendekiawan yang handal, suasana yang kondusif,

dan nilai-nilai hidup yang Kristiani sebagai upaya pengembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan senia dalam penyelenggaraan Tridharma

Perguruan Tinggi Kristen Maranatha.

Fakultas Psikologi

Latar belakang Fakultas Psikologi

Sehubungan dengan permasalahan sosial, ekonomi, budaya, politik yang

melanda negara dan bangsa, dirasakan adanya peningkatan kebutuhan masyarakat

akan psikolog. Secara spesifik permasalahan tersebut terkait dengan dinamika

kehidupan manusia sebagai individu, anggota dari dunia kerja, serta dinamika relasi

(36)

Psikologi UKM selalu berupaya meningkatkan SDM maupun fasilitas pendidikannya

baik berupa perangkat keras maupun perangkat lunak.

Tujuan Pendidikan

Menghasilkan psikolog yang dapat memahami proses dasar psikologi dan

juga melakukan penilaian (assesment) psikologi sehingga dapat menginterprestasikan

tingkah laku manusia, baik perorangan maupun kelompok sesuai dengan

kaidah-kaidah psikologi.

Materi Kuliah

Untuk menyelesaikan program sarjana dan mendapat gelar Sarjana Psikologi

(S.Psi), seorang mahasiswa harus menyelesaikan 148 SKS termasuk penulisan

skripsi. Materi kuliah meliputi, antara lain, Psikologi Umum, Psikologi

Perkembangan, Psikologi Klinik, Psikologi Industri dan Organisasi, Psikologi

Sosial, Konseling, Psikoterapi. Kecuali itu diberikan pelatihan intensif dalam bentuk

pratikum, antara lain Psikodiagnostik, Psikologi Eksperimen, Psikologi Klinis, dll.

Lulusan Sarjana Psikologi (S. Psi) dapat melanjutkan pendidikannya ke

Program Magister Psikologi (S2) dengan konsentrasi Psikologi Terapan di

Universitas Kristen Maranatha. Program ini dirancang dengan total kredit 42 SKS

(37)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Universitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan

akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas). Tujuan utama dari universitas adalah

mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk memasuki dunia kerja,

oleh karena itu proses belajar di universitas sangat berbeda dengan proses belajar

pada jenjang pendidikan sebelumnya (SD, SMP, dan SMA). Mahasiswa dituntut

untuk mandiri dan aktif dalam belajar dan memperoleh pengetahuan guna

membentuk pola pikir yang sistematis untuk menyelesaikan masalah-masalah yang

ditemui selama kuliah di universitas.

Tiap-tiap universitas menawarkan bermacam-macam fakultas yang berbeda

meskipun sebagian besar sama. Pada universitas ”X” Bandung, salah satu fakultas

yang ditawarkan adalah fakultas Psikologi. Pada fakultas psikologi universitas ”X”,

mahasiswa harus menyelesaikan beban sks sebanyak 145 SKS selama minimal

delapan semester untuk mendapatkan gelar sarjana. Beban SKS terakhir yang harus

diselesaikan mahasiswa adalah menyusun skripsi dan mengikuti sidang sarjana

(38)

2

menyelesaikan dan dinyatakan lulus dalam mata kuliah Usulan Penelitian (UP) yang

terdiri atas bab I dan bab III untuk kemudian mengikuti seminar usulan penelitian.

Setelah UP diseminarkan mahasiswa tersebut akan memperoleh nilai dan dapat

melanjutkan mengontrak skripsi pada semester berikutnya.

Pada semester ganjil tahun akademik 2007-2008, jumlah mahasiswa yang

mengontrak mata kuliah UP adalah 189 orang, 44% diantaranya (83 orang )

mengontrak UP lanjutan. Data ini menunjukan sebesar 44% mahasiswa gagal

menyelesaikan UP dalam satu semester. Setelah peneliti melakukan survey awal

mengenai hambatan dalam mengerjakan UP melalui metode wawancara kepada lima

orang mahasiswa dan menyebarkan angket kepada 10 orang mahasiswa yang sedang

mengontrak mata kuliah UP, diperoleh fakta bahwa selama mengerjakan UP mereka

mengalami hambatan, baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar diri

mahasiswa.

Dari hasil wawancara mengenai hambatan yang dialami dalam mengerjakan

UP terhadap lima orang mahasiswa diperoleh gambaran bahwa satu orang

mahasiswa menyatakan hambatan yang dirasakannya adalah rasa malas atau kurang

motivasi. Mahasiswa itu merasa kecewa apabila harus menunggu dosen beberapa

lama untuk bimbingan padahal proses bimbingan tersebut berlangsung tidak

sebanding dengan lamanya menunggu. Hal tersebut membuat mahasiswa menjadi

malas dan tidak termotivasi untuk melakukan bimbingan. Selain itu, kesulitan untuk

(39)

3

kurang bisa membagi waktu antara mengerjakan UP dan mengerjakan tugas-tugas

kuliah lainnya sehingga membuat salah satu mata kuliahnya harus dikorbankan.

Selain itu, hambatan yang dirasakan adalah tuntutan dari orang tua agar dirinya cepat

lulus. Ia merasa tertekan dengan tuntutan orang tuanya tersebut karena selalu

membahas masalah kelulusannya tanpa mengerti usaha yang telah dikeluarkan

mahasiswa tersebut untuk menyelesaikan UP.

Dua orang mahasiswa lainnya mengatakan bahwa hambatan yang mereka

rasakan adalah kesulitan untuk menahan diri agar tidak bermain atau berkumpul

dengan teman-temannya. Mereka mengakui bahwa saat ini mereka belum bisa fokus

untuk mengerjakan UP karena masih ingin untuk menghabiskan waktu dengan

hal-hal yang menyenangkan dengan teman-temannya seperti nongkrong-nongkrong dan

nonton di bioskop. Selain itu juga mereka tidak dapat mempertahankan mood untuk

mengerjakan UP, apabila sedang mengerjakan UP dan tiba-tiba merasa bosan maka

mereka akan langsung berhenti mengerjakan dan melakukan kegiatan lainnya.

Dua orang mahasiswa lainnya menyatakan bahwa mereka tidak punya waktu

untuk mengerjakan UP karena sibuk dengan pekerjaan kantor. Selain kuliah di

fakultas Psikologi mereka juga menjadi karyawan dari suatu bank swasta di Bandung.

Pekerjaan yang ditekuni itu sangat menyita waktu dan energi sehingga sepulang kerja

dan sampai di kost masing-masing, mereka merasa sangat lelah dan menjadi malas

untuk mengerjakan tugas kuliah. Mereka lebih memilih untuk mengerjakan pekerjaan

(40)

4

Menurut Bandura (2002) keyakinan tentang kemampuan seseorang dalam

mengatur dan melaksanakan sumber-sumber dari tindakan yang dibutuhkan untuk

mengatur situasi-situasi yang berorientasi ke masa depan disebut sebagai self-

efficacy. Derajat self-efficacy menentukan seberapa besar keyakinan akan kemampuan mahasiswa untuk melewati hambatan-hambatan dalam menyelesaikan

UP dan melanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu penyusunan skripsi. Seperti yang

diungkapkan Bandura (2002) bahwa kegagalan atau keberhasilan seseorang dapat

mempengaruhi keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri. Seberapa sering

seseorang dapat mengatasi hambatan akan mempengaruhi keyakinan terhadap

kemampuan diri sendiri. Keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri sangat

dibutuhkan untuk melewati mata kuliah Usulan Penelitian. Menurut Bandura (2002)

keyakinan pada kemampuan diri sendiri berpengaruh terhadap beberapa proses yaitu

menentukan pilihan yang dibuat oleh mahasiswa, usaha yang dikeluarkan untuk

mewujudkan pilihannya tersebut, ketekunan dalam menghadapi hambatan, resiliensi

dalam menghadapi ketidakberuntungan, pengalaman mengatasi stress dan menyadari

derajat penyelesaian yang telah dicapai dalam menyusun UP.

Untuk mengatasi hambatan yang muncul selama proses pengerjaan UP

dibutuhkan keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri yang tinggi. Apabila

mahasiswa memiliki keyakinan yang tinggi terhadap kemampuan dirinya sendiri

maka akan membuat pengerjaan UP lebih mudah karena keyakinan diri yang tinggi

(41)

5

sendiri, mereka akan menganggap bahwa mereka memang tidak mampu mengatasi

hambatan.

Berdasarkan survei awal terhadap 10 orang mahasiswa yang mengontrak UP

lanjutan mengenai gambaran keyakinan diri selama proses mengerjakan UP, dapat

digambarkan bahwa empat orang merasa yakin mereka mampu menyelesaikan UP

dan mentargetkan semester ini selesai. Mereka menjadikan UP sebagai prioritas

utama dibandingkan kegiatan yang lainnya dan juga melakukan usaha yang lebih

besar dibanding sebelumnya. Mood dan kondisi fisik yang kurang bagus dirasakan

kurang berpengaruh terhadap performance mereka., mereka selalu berusaha

melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan UP tersebut. Mereka melihat juga ada

persaingan antara sesama mahasiswa yang mengontrak UP lanjutan sebagai

pembanding apakah mereka lebih cepat atau lebih lambat bila dibandingkan dengan

temannya.

Dua orang mahasiswa lainnya merasa yakin dengan kemampuan dirinya dan

menentukan target yang sesuai dengan kemampuan dirinya dalam menyelesaikan UP

tetapi mereka tidak mengeluarkan usaha yang lebih besar dibandingkan sebelumnya.

Kondisi mood dan fisik berpengaruh terhadap performance yang mereka tampilkan.

Apabila mereka sedang merasa sedih atau marah, mereka menjadi tidak dapat

berkonsentrasi mengerjakan UP. Apabila mereka menemui hambatan mereka akan

berusaha sebisanya untuk menyelesaikan, apabila masih gagal mereka berhenti

(42)

6

menganggap adanya persaingan antara sesama mahasiswa yang sedang mengontrak

UP sehingga tidak berpengaruh apabila temannya lebih maju daripadanya.

Dua orang lainnya merasa tidak yakin akan kemampuan diri mereka, sehingga

apabila mereka menemukan hambatan selama mengerjakan UP, pada umumnya

mereka langsung beralih melakukan kegiatan yang lebih menyenangkan

dibandingkan mengerjakan UP. Mereka tidak memiliki target menyelesaikan UP dan

tidak berusaha maksimal untuk menyelesaikan UP. Mereka tidak membuat UP

sebagai prioritas utama dalam kegiatan mereka. Mereka tidak terpengaruh mood yang

sedang kurang bagus dan kondisi fisik yang kurang fit apabila sedang mengerjakan

UP. Mereka tidak menganggap harus bersaing dengan mahasiswa lainya untuk

menyelesaikan UP lebih cepat.

Satu orang menganggap bahwa ia tidak yakin mampu menyelesaikan UP. Ia

hanya menunggu bimbingan dari dosen pembimbing sepenuhnya untuk memberi

masukan dan petunjuk mengenai apa yang harus dilakukannya, apabila dosen sudah

memberikan feedback, ia pun tidak langsung merevisi hasil pekerjaannya. Kondisi

Mood dan kondisi fisik yang kurang mendukung menjadi salah satu faktor

penghambat baginya untuk mengerjakan UP. Apabila menemui hambatan, ia akan

berusaha semampunya dan apabila tidak berhasil mengatasi maka ia akan langsung

meminta bantuan pada dosen pembimbing. Ia juga merasa lebih mudah untuk lansung

meminta bantuan dari dosen pembimbing daripada harus menyelesaikan hambatan

(43)

7

Satu orang lainnya merasa tidak yakin akan kemampuan dirinya dan tidak

memiliki target kapan UP-nya harus selesai. Ia lebih memprioritaskan kegiatan

bersama-sama temannya daripada menyelesaikan UP. Ia berusaha untuk

menyelesaikan tetapi dengan usaha yang seadanya. Dapat dikatakan bahwa ia hanya

sekedar mengerjakan tetapi ia tidak memperhatikan kualitas hasil pekerjaannya. Ia

lebih mengikuti mood dan kondisi fisiknya, jadi apabila ia sedang mengerjakan UP

dan tiba-tiba moodnya hilang maka ia akan berhenti mengerjakan dan beristirahat

untuk memulihkan moodnya, biasanya istirahatnya berlangsung lebih lama daripada

waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan UP. Apabila ia menemui hambatan maka

ia akan lebih mudah menyerah tanpa berusaha untuk mencari jalan keluarnya.

Berdasarkan data hasil survey awal tersebut, peneliti menemukan adanya

variasi self-efficacy beserta hal-hal yang dipengaruhinya. Oleh karena itu peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk menggambarkan self-efficacy

pada Mahasiswa psikologi yang sedang mengontrak UP Lanjutan di Fakultas

Psikologi universitas ”X” Bandung.

1.2. Identifikasi masalah

Berdasarkan uraian diatas, masalah yang ingin diteliti adalah seperti apa

gambaran derajat self-efficacy pada Mahasiswa Psikologi yang mengontrak UP

(44)

8

1.3. Maksud dan tujuan penelitian 1.3.1. Maksud penelitian

Untuk memperoleh gambaran mengenai self-efficacy pada Mahasiswa

Fakultas Psikologi yang sedang mengontrak UP Lanjutan di universitas ”X”

Bandung.

1.3.2. Tujuan penelitian

Untuk memperoleh informasi mengenai derajat self-efficacy beserta

faktor-faktor yang dipengaruhinya yaitu pilihan yang dibuat, usaha yang dikeluarkan,

ketekunan dalam menghadapi hambatan, resiliensi dalam menghadapi

ketidakberuntungan, dan derajat penyelesaian yang telah dicapai pada Mahasiswa

Fakultas Psikologi yang sedang mengontrak UP Lanjutan di Universitas ”X”

Bandung.

1.4. Kegunaan penelitian 1.4.1. Kegunaan Ilmiah

1) Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang kajian

Psikologi Pendidikan.

2) Memberikan tambahan informasi sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain

(45)

9

1.4.2. Kegunaan Praktis

1) Memberi informasi pada mahasiswa tentang self-efficacy agar mahasiswa

dapat mengenali kemampuan dirinya dalam hal pilihan yang dibuat, usaha

yang dikeluarkan, ketekunan dalam menghadapi hambatan, resiliensi dalam

menghadapi ketidakberuntungan, dan derajat penyelesaian yang telah dicapai

untuk membantu mempercepat penyelesaian penyusunan UP.

2) Memberikan informasi kepada pihak fakultas agar memiliki gambaran tentang

self-efficacy mahasiswa yang sedang mengontrak UP lanjutan.

1.5. Kerangka Pemikiran

Mahasiswa adalah individu yang berada pada tahap perkembangan early

adulthood atau biasa disebut sebagai masa dewasa awal. Beberapa ciri perkembangan yang terdapat pada masa early adulthood adalah meninggalkan dependency masa

kanak-kanak tetapi belum memiliki tanggung jawab penuh masa dewasa,

menyelesaikan studi dan memiliki pekerjaan tetap, memiliki kondisi kesehatan dan

kemampuan fisik yang sempurna, memiliki hubungan pribadi dengan lawan jenis

yang lebih intim dan mendalam, dan berusaha mewujudkan karir yang mantap pada

bidang yang disukai. (Santrock 2002)

Salah satu ciri masa early adulthood adalah menyelesaikan studi dan memiliki

pekerjaan tetap. Proses penyelesaian studi di Fakultas Psikologi Universitas “X”

(46)

10

dengan melaksanakan proses bimbingan berulang-ulang. Besarnya persentase

mahasiswa yang gagal menyelesaikan UP selama satu semester menjadi bukti bahwa

UP memerlukan kesungguhan, kerja keras, konsistensi, dan kemandirian dalam

menyelesaikannya. Untuk itu mahasiswa perlu memiliki self efficacy pada derajat

tinggi.

Self-efficacy merujuk pada seberapa besar kemampuan seseorang dalam

mengatur dan melaksanakan sumber-sumber dari tindakan yang dibutuhkan untuk

mengatur situasi-situasi yang berorientasi ke masa depan. Self-efficacy belief

menentukan bagaimana mahasiswa merasa, berpikir, memotivasi diri dan bertingkah

laku dalam melakukan kegiatan belajar. Self-efficacy juga mempengaruhi pilihan

yang dibuat, usaha yang dikeluarkan, ketekunan dalam menghadapi hambatan dan

kegagalan, resiliensi dalam menghadapi ketidakberuntungan, pengalaman mengatasi

stress, dan derajat penyelesaian yang telah dicapai.(Bandura 2002)

Hal tersebut berarti bahwa self-efficacy mempengaruhi pilihan yang dibuat

oleh mahasiswa UP lanjutan di Fakultas Psikologi, usaha yang dikeluarkan,

ketekunan dalam menghadapi hambatan selama menyelesaikan UP, ketekunan

mahasiswa dalam menghadapi tekanan, pengalaman untuk mengatasi stress yang

muncul selama mengerjakan UP dan sejauh apa mahasiswa UP lanjutan menyadari

derajat penyelesaian yang telah dicapainya.

Mahasiswa UP lanjutan yang memiliki penghayatan self-efficacy yang tinggi

(47)

11

Mahasiswa tersebut akan memilih untuk mengerjakan tugas yang lebih sulit dan

memiliki tantangan yang lebih tinggi dibanding tugas yang lainnya. Mahasiswa UP

lanjutan yang memiliki penghayatan self-efficacy yang tinggi akan menentukan tujuan

yang menantang dan berkomitmen terhadap tujuan tersebut sehingga memberikan

usaha yang penuh dengan keyakinan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Mahasiswa

UP lanjutan tersebut mengeluarkan usaha yang lebih besar apabila menemui

hambatan dalam mengerjakan tugas dan mampu mengontrol sumber stress agar tidak

mempengaruhi kesehatan fisik mahasiswa itu sendiri. Apabila mereka menemui

kegagalan, mereka akan menganggap bahwa usaha yang dikeluarkan kurang keras

bukan karena mereka tidak mampu mengerjakan tugas tersebut.

Mahasiswa UP lanjutan yang memiliki penghayatan self-efficacy yang rendah

terhadap kemampuan mereka akan memilih untuk megerjakan tugas yang lebih

mudah atau memiliki tantangan yang lebih rendah. Mahasiswa UP lanjutan yang

memiliki penghayatan self-efficacy yang rendah akan berusaha sebisa mungkin untuk

menghindari situasi-situasi yang mengharuskannya menyelesaikan dan melewati

suatu tugas dengan tantangan dan tingkat kesulitan yang tinggi. Mereka tidak

mengeluarkan usaha yang lebih untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Apabila mereka

menemui hambatan dan kegagalan, maka mereka akan menganggap bahwa memang

mereka tidak mampu untuk menyelesaikan tugas tersebut dan menyerah. Mahasiswa

UP lanjutan yang memiliki penghayatan self-efficacy yang rendah tidak mampu

(48)

12

Kondisi kesehatan mereka akan lebih mudah terganggu apabila dihadapkan pada

hambatan dan kegagalan.

Empat proses psikologi utama self-efficacy yang dapat mempengaruhi area

fungsi individu adalah proses kognitif, proses afektif, proses motivasional dan proses

seleksi (Bandura, 2002). Kebanyakan tindakan pada awalnya diatur dalam pikiran.

Self-efficacy belief yang dimiliki oleh mahasiswa Psikologi akan membentuk

anticipatory scenario. Mahasiswa UP lanjutan yang mempunyai penghayatan efficacy tinggi, membayangkan skenario sukses yang memberikan tuntutan positif dan

dukungan untuk pelaksanaan pencapaian prestasi. Sedangkan Mahasiswa UP lanjutan

yang meragukan efficacy dirinya, membayangkan skenario kegagalan. Saat

dihadapkan pada tugas-tugas yang sulit, dalam lingkungan kuliah yang membebani,

mahasiswa UP lanjutan yang tercekam oleh keraguan mengenai efficacy yang

dimiliki, aspirasinya menurun dan hasil belajarnya akan memburuk.

Self efficacy belief individu secara kognitif dapat dikembangkan melalui

empat sumber pengaruh utama, yaitu: mastery experiences, vicarious experiences,

verbal persuasion dan physiological and affective states. Ke-empat sumber tersebut

menjadi instruktif melalui penilaian kognitif. Dengan kata lain, semuanya tergantung

pada bagaimana mahasiswa Psikologi menginterpretasikan sumber-sumber informasi

yang diperolehnya tersebut.

Cara paling efektif untuk menciptakan penghayatan yang kuat mengenai

(49)

13

keyakinan akan efficacy mahasiswa UP lanjutan dan kegagalan menghambat efficacy,

terutama bila kegagalan terjadi sebelum penghayatan efficacy itu terbentuk secara

mantap. Apabila mahasiswa UP lanjutan sering mengalami kegagalan dalam

kuliahnya sebelum efficacy terbentuk secara mantap, maka mahasiswa tersebut akan

menganggap dirinya memang tidak mampu dalam mengerjakan sesuatu dan bukan

karena usaha yang dikeluarkannya kurang keras. Penghayatan efficacy yang dapat

bertahan membutuhkan pengalaman dalam mengatasi rintangan-rintangan melalui

usaha yang terus menerus dan ulet. Melalui pengalaman pribadi, mahasiswa UP

lanjutan akan belajar mengenai hal-hal yang dibutuhkan untuk bisa berhasil dalam

belajar atau menyelesaikan tugas. Setelah mahasiswa UP lanjutan yakin bahwa

dirinya memiliki apa yang dibutuhkan untuk berhasil dalam belajar, mahasiswa

tersebut akan mampu bertahan dalam menghadapi hal-hal yang tidak menyenangkan

dan cepat pulih pada waktu mengalami kegagalan.

Cara kedua untuk menciptakan dan memperkuat self-efficacy belief adalah

melalui vicarious experiences atau pengalaman yang dapat diamati dari seorang

model sosial. Melihat orang lain yang mempunyai karakteristik sama dengan dirinya

mengalami keberhasilan dalam bidang akademis melalui usaha yang terus menerus

meningkatkan kepercayaan Mahasiswa UP lanjutan bahwa mereka juga mampu

menguasai aktivitas yang kurang lebih sama untuk mencapai keberhasilan. Dengan

cara yang sama, mengamati kegagalan orang lain meskipun sudah berusaha dengan

(50)

14

yang diamati. Makin besar kesamaan yang dianggap ada, maka semakin besar

pengaruh keberhasilan dan kegagalan model. Bila mahasiswa UP lanjutan

memandang model-model sebagai sesuatu yang sangat berbeda dari dirinya, maka

self-efficacy belief pada dirinya tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh tingkah laku dan pencapaian model-model tersebut.

Social persuasion adalah cara ketiga yang dapat menguatkan keyakinan

mahasiswa UP lanjutan bahwa dirinya memiliki hal-hal yang dibutuhkan untuk

berhasil. Mahasiswa UP lanjutan yang dipersuasi secara verbal bahwa dirinya

mempunyai kemampuan untuk menguasai aktivitas tertentu, cenderung

menggerakkan usaha yang lebih besar dalam belajar dan mempertahankannya.

Mahasiswa UP lanjutan yang mengalami persuasi bahwa dirinya kurang mampu,

cenderung menghindari aktivitas-aktivitas yang menantang yang dapat

mengembangkan potensinya dan mudah menyerah bila menghadapi kesulitan saat

belajar.

Cara ke-empat untuk menguatkan self-efficacy belief adalah dengan

mengurangi reaksi stres mahasiswa UP lanjutan, mengubah kondisi emosional yang

negatif dan mengubah misinterpretasi keadaan fisik (physiological and affective

states). Sebagian mahasiswa UP lanjutan bergantung pada keadaan fisik dan keadaan emosional dalam menilai kemampuan diri sendiri. Mahasiswa UP lanjutan

menginterpretasikan reaksi stress dan ketegangan sebagai tanda-tanda kerentanan

(51)

15

dipersepsi dan diinterpretasikan. Mahasiswa UP lanjutan dengan penghayatan

efficacy yang tinggi cenderung memandang ketergugahan afektif sebagai fasilitator yang memberikan energi pada performance, sedangkan Mahasiswa UP lanjutan yang

mengalami keraguan pada diri sendiri melihatnya sebagai hal yang menghambat.

(Bandura, 2002)

Mahasiswa UP lanjutan

Indikator self efficacy : - Pilihan yang dibuat. - Usaha yang dikeluarkan. - Ketekunan

- Resiliensi

- Pengalaman mengatasi stress - Derajat penyelesaian Proses Secara

Kognitif

Self Efficacy

Beliefs

Sumber-sumber Self-Efficacy : - Mastery Experience

- Vicarious Experience - Social/verbal Persuasion - Physiological and Affective states

Tinggi

(52)

16

1.6. Asumsi-asumsi

1. Mahasiswa UP lanjutan memiliki sumber-sumber informasi yang membentuk

self-efficacy berupa mastery experience, vicarious experience, verbal

persuasion, dan physiological and affective states yang berbeda-beda

2. Mastery experiences, vicarious experiences, verbal persuasion, dan physiological and affective states dimaknakan berbeda-beda untuk kemudian

menciptakan self-efficacy beliefs yang dapat dilihat dari tingkah laku dengan

derajat self-efficacy yang berbeda-beda.

3. Derajat self-efficacy Mahasiswa yang mengontrak Up lanjutan dapat dilihat

melalui tingkah laku mahasiswa dalam hal pilihan yang dibuat, usaha yang

dikeluarkan, ketekunan dalam menyelesaikan tugas, resiliensi dalam

menghadapi ketidakberuntungan, pengalaman mengatasi stress, dan derajat

(53)

57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian mahasiswa UP lanjutan memiliki derajat self-efficacy belief

rendah.

2. Sebagian mahasiswa UP lanjutan yang memiliki self-efficacy tinggi

menunjukan keyakinan yang tinggi akan kemampuan menentukan pilihan,

kemampuan mengerahkan usaha dalam mencapai tujuan, kemampuan

bertahan dalam menghadapi rintangan dan hambatan, kemampuan belajar

dari pengalaman dalam mengatasi stress serta kemampuan menyadari

derajat penyelesaian yang telah dicapai dalam mengerjakan UP, tetapi

untuk indikator ketekunan dalam mengerjakan UP memiliki persentase

yang hampir sama besar dengan mahsiswa yang memiliki self-efficacy

belief rendah.

3. Sebagian mahasiswa UP lanjutan memiliki self-efficacy yang rendah

menunjukan keyakinan yang rendah akan kemampuan menentukan

pilihan, kemampuan mengerahkan usaha dalam mencapai tujuan,

kemampuan mempertahankan ketekunan dalam mengerjakan UP,

kemampuan bertahan dalam menghadapi rintangan dan hambatan,

(54)

58

kemampuan menyadari derajat penyelesaian yang telah dicapai dalam

mengerjakan UP.

4. Berdasarkan faktor Mastery experience, pengalaman keberhasilan

memberikan pengaruh yang positif kepada sebagian besar mahasiswa UP

lanjutan dengan derajat self-efficacy tinggi dalam hal meningkatkan

motivasi dan menimbulkan kepuasan dalam mengerjakan UP sedangkan

pengalaman kegagalan memberikan pengaruh negatif kepada sebagian

besar mahasiswa dengan derajat self-efficacy rendah dalam hal

menurunkan motivasi dan semangat.

5. Berdasarkan faktor vicarious experience, pengalaman keberhasilan tokoh

panutan memberikan pengaruh dalam hal meningkatkan kepercayaan diri,

lebih bersemangat dan lebih merasa mampu untuk menyelesaikan UP pada

mahasiswa UP lanjutan dengan derajat self-efficacy tinggi, sedangkan

pengalaman kegagalan lebih banyak memberikan pengaruh pada

mahasiswa UP lanjutan dengan derajat self-efficacy rendah dalam hal

menurunkan kepercayaan diri, menurunkan semangat kerja dan

menurunkan keyakinan atas kemampuan dirinya sendiri.

6. Berdasarkan fakktor social/verbal persuasion, sebagian besar mahasiswa

UP lanjutan mendapat pujian maupun kritik dari dosen dan sesama

mahasiswa baik yang sedang mengontrak UP lanjutan maupun mahasiswa

(55)

59

7. Berdasarkan faktor physiological and affective states, mahasiswa dengan

derajat self-efficacy tinggi maupun rendah dipengaruhi oleh kondisi fisik

dan emosional selama mengerjakan UP.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan

beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak

yang berkepentingan.

1. Bagi para peneliti lain:

Melakukan penelitian mengenai pengaruh sumber-sumber self-efficacy

terhadap derajat self-efficacy mahasiswa yang sedang mengontrak

skripsi.

2. Guna Laksana

Bagi mahasiswa UP lanjutan yang memiliki self-efficacy yang rendah

disarankan agar dapat mengenali kemauan dan kemampuan diri agar

dapat menentukan skala prioritas yang utama untuk mengerjakan dan

menyelesaikan UP.

• Bagi mahasiswa UP lanjutan yang memiliki self-efficacy yang rendah

disarankan agar menentukan prioritas utama untuk mengerjakan UP

dibandingkan pekerjaan lain selama kuliah.

• Bagi dosen pembimbing dan pihak fakultas disarankan untuk dapat

memberikan motivasi ataupun saran-saran yang dapat membangun

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Bandura, Albert, 2002. Self-Efficacy, The exercise of Control. Freeman and Company: Stanford University, New York.

Graziano, Anthony M, Michael L. Raulin. 2000. Research Methods: A Process of Inquiry. Needham Heights: Allyn & Bacon.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia. Jakarta.

Siegel, Sidney. 1997. Statistik NonParametrik: Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT. Gramedia

Santrock, Jhon W. 2002. Life Span Development-Perkembangan Masa Hidup Jilid 2, terjemahan Juda Damanik,Ahmad Chusairi, Jakarta: Erlangga

(57)

DAFTAR RUJUKAN

Apriani, Miskah. 2007. Studi Deskriptif Mengenai Self-Efficacy Pada Siswa Kelas III

Yang Akan Mengikuti SPMB di SMUN ”X” Bandung. Skripsi. Bandung:

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Deisar, Nidia. 2008. Studi Deskriptif Tentang Derajat Self-Efficacy Pada Sales Junior

Di Dealer Mobil ”X” Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha.

Bandura, A. 1997. Self-Efficacy, The Exercise of Control (online).

(http://www.des.emory.edu/mfp/Self-efficacy/html, chapter 1-2, diakses 8

Maret 2008).

Pajares, F. 2002. Efficacy, Overview of Social Cognitive Theory and

Self-Efficacy (online).(http://www.positivepractise.com/efficacy/self efficacy/html, chapter 1, diakses 8 maret 2008)

Gambar

Tabel Hasil Perhitungan Uji Validitas dan Reliabilitas
TABEL A.2
TABEL A.3 CROSSTAB DERAJAT SELF-EFFICACY DENGAN VICARIOUS
TABEL A.5 CROSSTAB DERAJAT SELF-EFFICACY DENGAN PHYSIOLOGICAL AND

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti menyarankan kepada kepala program studi S1 Fakultas Psikologi Universitas “X” di Kota Bandung, untuk mens osialisasikan ulang sistem kurikulum kepada mahasiswa

Universitas Kristen Maranatha demikian mahasiswa tidak dapat memberikan kontribusi bagi lingkunganya, meskipun sebenarnya mereka memiliki potensi yang besar untuk membangun

Setelah keempat sumber self efficacy belief diolah dalam cognitive processes , terbentuklah self efficacy belief yang dapat mempengaruhi besar keyakinan dalam

Sebagai pesulap diharapkan memiliki keyakinan diri yang tinggi untuk mampu menguasai kemampuan public speaking serta mampu untuk menguasai kemampuan untuk memainkan

Berdasarkan survey mengenai keyakinan akan kemampuan mereka dalam mengeluarkan usaha untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris mereka agar dapat lulus tes

Saran yang dapat diberikan bagi pihak-pihak terkait yang memiliki kesempatan untuk mengembangkan perilaku prososial mahasiswa (dosen wali, dosen pembimbing dan

Ciri-ciri siswa dengan self-esteem tinggi yaitu mampu mengerjakan dan menyelesaikan tugas dengan keyakinan bahwa mereka akan berhasil dan dihargai, memiliki kepercayaan diri

Hambatannya mahasiswa sulit dalam mengatur waktu belajar.Selain itu kurangnya motivasi dan keyakinan diri juga dapat menghambat mereka untuk mencapai tujuan yang telah