ABSTRAK
Penelitian ini berjudul studi deskriptif mengenai self-efficacy dalam mengerjakan up pada mahasiswa up lanjutan di Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai derajat self-efficacy beserta hal-hal yang dipengaruhinya seperti pilihan yang dibuat, usaha yang dikeluarkan, ketekunan, daya tahan, pengalaman mengatasi stress dan derajat penyelesaian yang telah dicapai.
Sampel penelitian adalah mahasiswa UP lanjutan di Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung sebanyak 49 orang. Alat ukur yang dipakai untuk mengetahui derajat self-efficacy mahasiswa UP lanjutan adalah berupa kuesioner yang susun oleh peneliti berdasarkan teori Bandura. Melalui pengolahan data menggunakan rumus kolerasi rank Spearman pada program SPSS 10.0 diketahui bahwa validitas dari alat ukur self-efficacy ini berkisar antara 0,375-0,725, sedangkan reabilitasnya adalah sebesar 0,948 dengan mengunakan metode Alpha Cronbach pada program SPSS 10.0.
Hasil penelitian menunjukan bahwa self-efficacy pada mahasiswa UP lanjutan di Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung terbagi menjadi dua kategori yaitu, sebanyak 53,1% mahasiswa UP lanjutan memiliki self-efficacy rendah dan sebanyak 46,9% mahasiswa UP lanjutan memiliki self-efficacy yang tinggi.
DAFTAR ISI
Lembar Judul
Lembar Pengesahan
Abstrak ... ii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... viii
Daftar Bagan ... xiii
Daftar Tabel ... xiv
Daftar Lampiran ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1
1.2.Identifikasi Masalah ... 7
1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian ... 8
1.4.Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Ilmiah ... 8
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 9
1.5.Kerangka Pikir ... 9
1.6.Asumsi ... 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self-Efficacy Belief 2.1.1 Definisi Self-Efficacy ... 17
2.1.2 Konsep Reciprokal Determinism...17
2.1.3 Pengaruh self-Efficacy...20
2.1.4 Sumber-Sumber Self-Efficacy ... 20
2.1.3.1 Mastery Experience ... 20
2.1.3.2 Vicarious Experience ... 21
2.1.3.3 Verbal Persuasion ... 22
2.1.5 Proses-Proses yang Diaktifkan oleh Self-Efficacy ... 25
2.1.4.1 Proses Kognitif ... 25
2.1.4.2 Proses Motivasi ... 26
2.1.4.3 Proses Afektif ... 27
2.1.4.4 Proses Seleksi ... 28
2.2 Masa Dewasa Awal 2.2.1 Definisi Dewasa Awal... 29
2.2.2 Perkembangan fisik ... 30
2.2.2 Perkembangan Kognitif ... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 35
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.2.1 Variabel Penelitian ... 36
3.3Alat Ukur
3.3.1Self-Efficacy ... 37
3.3.2Prosedur Pengisian ... 38
3.3.3Sistem Penilaian ... 39
3.3.4Kuesioner Data Pribadi dan Data Penunjang ... 40
3.4Pengujian Alat Ukur 3.4.1Uji Validitas ... 40
3.4.2Uji Reliabilitas ... 41
3.5Populasi Sasaran 3.5.1Populasi Sasaran Penelitian ... 42
3.5.2Karakteristik Populasi ... 42
3.5.3Teknik Pengambilan Sampel... 42
3.6Teknik Analisa ... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden 4.1.1 Jenis Kelamin ... 44
4.1.1 Lama Mengontrak UP ... 44
4.1.3 Pekerjaan ... 45
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Derajat Self-Efficacy ... 46
4.1.3 Tabulasi Silang Derajat Self-efficacy Tinggi... 47
4.1.3 Tabulasi Silang Derajat Self-efficacy Rendah ... 48
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 57
5.2 Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RUJUKAN
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Skema KerangkaPikir………15
Bagan 3.1 Skema Rancangan Penelitian ………...…35
DAFTAR TABEL
Tabel 3.4 Pembagian Item Dalam Alat Ukur Self-Efficacy ... 38
Tabel 4.1 Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 44
Tabel 4.2 Persentase Responden Berdasarkan Lama Mengontrak UP ... 44
Tabel 4.3 Persentase Responden Berdasarkan IPK ... 45
Tabel 4.4 Persentase Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 45
Tabel 4.5 Persentase Derajat Self-Efficacy ... 46
Tabel 4.6 Tabulasi Silang Antara Self-Efficacy Belief Tinggi Dengan Indikator Self-Efficacy belief ... 47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Responden
Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Mengontrak UP
Frekuensi Responden Berdasarkan IPK
Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Lampiran 2 Tabel Hasil Perhitungan Uji Validitas Dan Reliabilitas
Alat Ukur Self-Efficacy
Lampiran 3 Data Responden (hasil Penelitian)
Tabel Frekuensi Responden Berdasarkan derajat Self-Efficacy Belief
Crosstab Derajat Self-Efficacy dengan Pilihan yang Dibuat
Crosstab Derajat Self-Efficacy dengan Usaha yang Dikeluarkan
Crosstab Derajat Self-Efficacy dengan Ketekunan
Crosstab Derajat Self-Efficacy dengan Daya Tahan
Crosstab Derajat Self-Efficacy dengan Pengalaman Mengatasi Stress
Lampiran 4 Crosstab Data Penunjang Dengan Derajat Self-EfficacyBelief
Lampiran 5 Kuesioner Self-Efficacy Belief
Lampiran 6 Kuesioner Data Penunjang
LAMPIRAN 1
Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
jenis kelamin
8 16.3 16.3 16.3
41 83.7 83.7 100.0
49 100.0 100.0
"L" "P" Total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Mengontrak UP
lama mengontrak up
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
bekerja
28 57.1 57.1 57.1
21 42.9 42.9 100.0
49 100.0 100.0
Frequency Percent Valid Percent
Frekuensi Responden Berdasarkan IPK
IPK
15 30.6 30.6 30.6
26 53.1 53.1 83.7
8 16.3 16.3 100.0
49 100.0 100.0 IPK
"2,01-2,50" "2,51-3,00" "3,01-3,50" Total
Frequency Percent Valid Percent
LAMPIRAN 2
Tabel Hasil Perhitungan Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Derajat Self-Efficacy
Item Validitas Keterangan Item Validitas keterangan
LAMPIRAN 3
FREKUENSI RESPONDEN BERDASARKAN DERAJAT SELF-EFFICACY
26 53.1 53.1 53.1
23 46.9 46.9 100.0
49 100.0 100.0
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
CROSSTAB DERAJAT SELF-EFFICACY DENGAN PILIHAN YANG DIBUAT
CROSSTAB DERAJAT SELF-EFFICACY DENGAN KETEKUNAN
CROSSTAB DERAJAT SELF-EFFICACY DENGAN DAYA TAHAN
CROSSTAB DERAJAT SELF-EFFICACY DENGAN DERAJAT PENYELESAIAN
23 3 26
88.5% 11.5% 100.0%
4 19 23
17.4% 82.6% 100.0%
27 22 49
55.1% 44.9% 100.0% rendah
tinggi Kategori SE
Belief
Total
rendah tinggi Derajat penyelesaian yang
telah dicapai
LAMPIRAN 4
TABEL A.1
CROSSTAB DERAJAT SELF-EFFICACY DENGAN MASTERY EXPERIENCE
FREKUENSI TOKOH PANUTAN RESPONDEN
Frequency Percent Valid Percent
TABEL A.3
CROSSTAB DERAJAT SELF-EFFICACY DENGAN VICARIOUS EXPERIENCE
TABEL A.5
CROSSTAB DERAJAT SELF-EFFICACY DENGAN PHYSIOLOGICAL AND AFFECTIVE STATES
17 9 26
65.4% 34.6% 100.0%
15 8 23
65.2% 34.8% 100.0%
32 17 49
65.3% 34.7% 100.0% rendah
tinggi Kategori SE
Belief
Total
berpengaruh
tidak berpengaruh Physiological & Affective
States
LAMPIRAN 5
KATA PENGANTAR
Dalam rangka memenuhi tugas Usulan Penelitian, maka peneliti bermaksud
melakukan penelitian pada mahasiswa Fakultas Psikologi yang tengah menempuh
mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan.
Dalam lampiran berikut terdapat kuesioner yang berhubungan dengan
penelitian saya. Sehubungan dengan keperluan tersebut saya mengharapkan bantuan
Saudara untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner yang terlampir berikut ini.
Informasi yang Saudara berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitian yang
saya buat. Oleh karena itu saya mohon kesungguhan Saudara dalam mengisi
kuesioner ini sehingga informasi yang diperoleh akan menggambarkan keadaan yang
sesungguhnya.
Atas kesediaan dan kerjasama Saudara, saya ucapkan terima kasih.
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini terdapat pernyataan yang berhubungan dengan keadaan diri
saudara. Saudara diminta untuk memberikan pendapat mengenai pernyataan tersebut
dengan cara memberikan checklist (√) pada salah satu kolom kemungkinan jawaban.
Masing-masing pernyataan mempunyai empat kemungkinan jawaban, yaitu :
Sangat yakin (SY) : Jika saudara merasa sangat yakin dengan
pernyataan tersebut.
Yakin (Y) : Jika saudara merasa yakin dengan pernyataan
tersebut.
Tidak Yakin (TY) : Jika saudara merasa tidak yakin dengan
pernyataan tersebut.
Sangat Tidak Yakin (STY) : Jika saudara merasa sangat tidak yakin
dengan pernyataan tersebut.
Setiap jawaban yang saudara pilih adalah benar, bila itu merupakan pendapat yang
sesuai dengan diri saudara
SELF EFFICACY
SAYA YAKIN MAMPU UNTUK …… SY Y TY STY
1. ….Memilih topik yang aktual daripada yang sudah
banyak diteliti oleh mahasiswa lain untuk digunakan
dalam UP.
2. ….Berusaha dan bekerja keras untuk menyelesaikan UP
tepat waktu.
3. ….Mengatasi kesulitan dalam menterjemahkan literatur
berbahasa asing dalam menyusun UP daripada harus
menyalin dari skripsi mahasiswa lain.
4. ….Tetap mempertahankan usaha untuk menyelesaikan
UP meskipun sudah melewati target waktu yang
ditentukan.
5. ….Melakukan penjadwalan ulang atas beberapa target
UP yang tidak tepat waktu.
6. ….Mengikuti perbaikan demi perbaikan UP sebagaimana
yang diarahkan pembimbing.
7. ….Melaksanakan bimbingan sesuai dengan jadwal yang
ditentukan daripada datang terlambat.
8. ….Berusaha selalu berkonsentrasi dalam mengerjakan
UP.
9. ….Mencari alternatif solusi untuk mengatasi masalah
yang timbul selama mengerjakan UP.
10. ….Bangkit kembali dalam situasi-situasi yang menekan
dan kurang menguntungkan.
mendapat tekanan dari keluarga.
12. ….Melakukan langkah-langkah tepat untuk keperluan
penyusunan UP
13. ….Secara konsisten memperbaiki hasil feed back
daripada menunda-nunda revisi.
14. ….Berusaha mencari literatur yang disarankan oleh
dosen pembimbing di perpustakaan.
15. ….Berusaha untuk merevisi UP secepatnya meskipun
feed back yang diberikan memiliki tingkat kesulitan yang
tinggi.
16. ….Tetap berpikir jernih sekalipun terdesak oleh batas
waktu penyelesaian UP.
17. ….Mengkaji sumber-sumber penyebab keterlambatan
menyusun UP.
18. ….Belajar dari kesalahan sebelumnya dalam
menyelesaikan UP.
19. ….Mengutamakan untuk mengerjakan UP dibanding
pekerjaan kantor.
20. ….Berusaha mencari bahan rujukan dari sumber lain
seperti media cetak atau internet.
21. ….Tetap konsisten dalam mempertahankan usaha untuk
mengatasi kesulitan dalam mengerjakan UP.
22. ….Tetap berpikir positif dalam menghadapi kendala
penyelesaian UP.
23. ….Mencari jalan keluar dari feed back yang diberikan
dosen.
24. ….Mengerjakan revisi dengan sebaik-baiknya.
menunggu bimbingan yang dijadwalkan di kampus.
26. ….Menyelesaikan UP untuk bimbingan berikutnya
sebelum batas waktu yang ditentukan.
27. ….Menyelesaikan UP sebelum batas waktu yang
ditentukan meskipun banyak hal lain yang harus
diselesaikan.
28. ….Tetap belajar tanpa lelah untuk mempercepat
penyelesaian UP.
29. ….Mengatasi kekecewaan karena gagal bertemu dengan
dosen pembimbing sesuai dengan jadwal yang
disepakati.
30. ….Melaksanakan bimbingan UP sesuai dengan janji
yang telah disepakati.
31. ….Memilih mengerjakan UP di perpustakaan daripada
mengerjakan hal lain yang lebih menyenangkan.
32. ….Berusaha mengerahkan kemauan untuk mengatasi
rasa malas dalam mengerjakan UP.
33. ….Memperbaiki hasil feed back dengan dosen
pembimbing meskipun merasa lelah dan kurang sehat.
34. ….Tetap bertahan meskipun menghadapi situasi yang
menekan.
35. ….Mengalihkan frustrasi karena UP tidak kunjung
selesai.
36. ….Melanjutkan tahap demi tahap penyusunan UP.
37. ….Menetapkan skala prioritas yang utama untuk
mengerjakan UP.
38. ….Berusaha untuk menjaga emosi agar tidak
39. ….Mencari sumber-sumber bacaan untuk
menyempurnakan Up meskipun harus mencari di kampus
lain.
40. ….Tetap bertahan dan berusaha mencari jalan keluar
yang terbaik untuk menyelesaikan hambatan selama
mengerjakan UP.
41. ….Berpikir jernih menghadapi sikap dosen pembimbing
yang tidak mendukung proses penyelesaian UP.
42. ….Menerapkan feed back yang diberikan dosen
pembimbing dalam penyelesaian UP.
43. ….Memilih teman yang lebih berprestasi dalam bidang
akademik untuk berdiskusi tentang UP.
44. ….Mengabaikan ajakan teman untuk bermain karena
dapat menghambat penyelesaian UP.
45. ….Menemukan solusi ketika menghadapi kesulitan
dalam mengerjakan UP.
46. ….Tetap berpikir konstruktif meskipun kurang mendapat
dukungan dari dosen pembimbing.
47. ….Berpikir positif untuk tetap mempertahankan motivasi
dalam mengerjakan UP.
48. ….Mengulangi kerja keras sebelumnya dalam
LAMPIRAN 6
DATA PENUNJANG
PERTANYAAN:
1. Apakah saudara pernah mengalami keberhasilan yang berarti bagi saudara?
a. Pernah, dalam hal ...
b. Tidak pernah
2. Seberapa sering saudara mengalami keberhasilan?
a. Sering sekali b. Jarang
3. Bagaimana perasaan saudara saat berhasil?
a. Bangga b.Puas c. Kurang puas
4. Apakah saudara pernah mengalami kegagalan?
a. Pernah, dalam hal ...
b. Tidak pernah
5. Seberapa sering anda mengalami kegagalan?
a. Sering b. Jarang
6. Bagaimana perasaan saudara saat mengalami kegagalan?
7. Siapakah tokoh yang menjadi inspirasi dan contoh bagi saudara?
a. Teman, dalam hal ...
b. Orang tua, dalam hal ...
c. ...
8. Apakah keberhasilan teman/kakak kelas mempengaruhi keyakinan diri saudara?
a. YA, dalam hal ...
b. Tidak
9. Seberapa sering keberhasilan teman/kakak kelas anda memberikan pengaruhnya
kepada saudara?
a. Sering b. Jarang
Dampaknya bagi saudara...
10. Apakah kegagalan teman/kakak kelas mempengaruhi keyakinan diri saudara?
a. YA, dalam hal...
b. Tidak
11. Seberapa sering kegagalan teman/kakak kelas mempengaruhi keyakinan diri
saudara?
a. Sering b. Jarang
12. Seberapa sering saudara menerima kritikan atas kegagalan saudara?
a. Sering b. Jarang
Dalam hal ...
13. Apa dampak kritikan tersebut bagi saudara?
a. Menurunkan semangat
b. Membangkitkan semangat
c. ...
14. Seberapa sering saudara menerima pujian atas keberhasilan saudara?
a. Sering b. Jarang
Dalam hal ...
15. Bagaimana perasaan saudara ketika menerima pujian?
a. Senang
b. Berusaha meningkatkannya lagi.
c. Biasa saja
16. Apa dampak pujian bagi saudara?
a. Meningkatkan semangat
b. Menurunkan semangat
c. Menimbulkan kepuasan
d. ...
17. Apakah kondisi fisik mempengaruhi keyakinan diri saudara?
a. YA, alasannya ...
b.Tidak
18. Kondisi fisik yang bagaimana yang mempengaruhi keyakinan diri saudara?
a. Sehat, Mengapa?...
b. Semangat, Mengapa?...
c. Sakit, Mengapa?...
d. Lelah, Mengapa?...
e...
19. Apakah suasana hati mempengaruhi keyakinan diri saudara?
a. YA,alasannya ...
20. Suasana hati yang bagaimana yang mempengaruhi saudara?
a. senang, bagaimana pengaruhnya?...
b. sedih, bagaimana pengaruhnya?...
c. ...…….
Untuk yang sudah bekerja :
21. Apakah anda sering mengalami kesulitan dalam memilih antara mengerjakan
pekerjaan kantor atau mengerjakan UP?
a. ya
b. tidak
22. Manakah yang lebih anda prioritaskan, UP atau pekerjaan kantor?
……….……… alasannya : ………
………
LAMPIRAN 7
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
Sejarah Universitas Kristen Maranatha
Bandung Ibukota Propinsi Jawa Barat adalah kota beriklim tropis dan sejuk
dengan temperatur antara 200-280 C. Paris Van Java merupakan sebutan lain dari kota
ini karena keindahannya ditambah keramahtamahan penduduknya, sehingga Bandung
merupakan tempat yang paling menyenangkan untuk belajar. Di samping terdapat
berbagai macam tempat pariwisata yang menarik, Bandung juga merupakan kota
pelajarnya Jawa Barat, sehingga tidak mengherankan jika Bandung menjadi tempat
tujuan yang banyak digemari oleh para pelajar dari berbagai penjuru tanah air. Dari
sekian banyak Universitas Swasta yang ada di Bandung, Universitas Kristen
Maranatha merupakan Universitas yang banyak menjadi pilihan generasi muda untuk
menimba ilmu.
Sejak berdirinya, yaitu pada tahun 1965, Universitas Kristen Maranatha telah
menghasilkan banyak sarjana yang berkualitas, yang telah mengabdikan ilmunya bagi
bangsa dan negara. Universitas Kristen Maranatha terletask di jalan Prof.Drg.Suria
Sumantri, MPH No.65 Bandung, terletak tidak jauh dari pusat kota Bandung,
merupakan tempat yang sangat strategis dengan berbagai fasilitas pertokoan, rumah
menjangkau tempat-tempat di kota Bandung serta tempat pemondokan yang ada di
sekitar kampus, ditambah suasana dan kondisi yang nyaman untuk belajar.
Dengan luas tanah kurang lebih 50.000m dan memiliki gedung-gedung yang
lengkap untuk setiap fakultasnya, disertai saran dan prasarana yang sangat memadai
lainnya, sangatlah mendukung kelancaran proses belajar mengajar di Universitas
Kristen Maranatha. Untuk meningkatkan fasilitas belajar mengajar di Universitas
Kristen Maranatha sekarang dibangun gedung "Grha Widya Maranatha" yang
berlantai 15.
Universitas Kristen Maranatha berkembang seiring dengan berjalannya waktu.
Sampai dengan thaun 2005 telah terdapat 7 fakultas dengan sembilan belas program
studi, serta program pasca sarjana dengan tiga program studi, yaitu:
Fakultas Kedokteran; Fakultas Teknik dengan Program Studi Teknik Sipil (S1),
Teknik Elektro (S1), Teknik Industri (S1). Fakultas Psikologi; Fakultas Sastra dengan
Program Studi Sastra Inggris (S1), Sastra Jepang (S1), Bahasa Inggris (D3), dan
Bahasa China (D3); Fakultas Ekonomi dengan Program Studi Ekonomi Akuntansi
(S1), Ekonomi Manajemen (S1) dan Program Kelas Malam Ekonomi Akuntansi (S1)
dan Manajemen (S1); Fakultas Teknologi Informasi dengan Program Studi Teknik
Informatika (S1), Sistem Informasi (S1), dan Teknologi Informasi (D3); Program
Pasca Sarjana, dengan Program Magister Manajemen (S2), Magister Psikologi (S2),
Sastra China (S1). Hal tersebut semakin menjadikan Universitas Kristen Maranatha
pilihan yang tepat bagi pelajar untuk belajar.
Visi dan Misi Universitas Kristen Maranatha
• Visi : Universitas Kristen Maranatha menjadi Perguruan Tinggi yang mandiri
dan berdaya cipta, serta mampu mengisi dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni abad ke-21 berdasarkan kasih dan
keteladanan Yesus Kristus.
• Misi : Mengembangkan cendekiawan yang handal, suasana yang kondusif,
dan nilai-nilai hidup yang Kristiani sebagai upaya pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan senia dalam penyelenggaraan Tridharma
Perguruan Tinggi Kristen Maranatha.
Fakultas Psikologi
Latar belakang Fakultas Psikologi
Sehubungan dengan permasalahan sosial, ekonomi, budaya, politik yang
melanda negara dan bangsa, dirasakan adanya peningkatan kebutuhan masyarakat
akan psikolog. Secara spesifik permasalahan tersebut terkait dengan dinamika
kehidupan manusia sebagai individu, anggota dari dunia kerja, serta dinamika relasi
Psikologi UKM selalu berupaya meningkatkan SDM maupun fasilitas pendidikannya
baik berupa perangkat keras maupun perangkat lunak.
Tujuan Pendidikan
Menghasilkan psikolog yang dapat memahami proses dasar psikologi dan
juga melakukan penilaian (assesment) psikologi sehingga dapat menginterprestasikan
tingkah laku manusia, baik perorangan maupun kelompok sesuai dengan
kaidah-kaidah psikologi.
Materi Kuliah
Untuk menyelesaikan program sarjana dan mendapat gelar Sarjana Psikologi
(S.Psi), seorang mahasiswa harus menyelesaikan 148 SKS termasuk penulisan
skripsi. Materi kuliah meliputi, antara lain, Psikologi Umum, Psikologi
Perkembangan, Psikologi Klinik, Psikologi Industri dan Organisasi, Psikologi
Sosial, Konseling, Psikoterapi. Kecuali itu diberikan pelatihan intensif dalam bentuk
pratikum, antara lain Psikodiagnostik, Psikologi Eksperimen, Psikologi Klinis, dll.
Lulusan Sarjana Psikologi (S. Psi) dapat melanjutkan pendidikannya ke
Program Magister Psikologi (S2) dengan konsentrasi Psikologi Terapan di
Universitas Kristen Maranatha. Program ini dirancang dengan total kredit 42 SKS
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Universitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni
dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas). Tujuan utama dari universitas adalah
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk memasuki dunia kerja,
oleh karena itu proses belajar di universitas sangat berbeda dengan proses belajar
pada jenjang pendidikan sebelumnya (SD, SMP, dan SMA). Mahasiswa dituntut
untuk mandiri dan aktif dalam belajar dan memperoleh pengetahuan guna
membentuk pola pikir yang sistematis untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
ditemui selama kuliah di universitas.
Tiap-tiap universitas menawarkan bermacam-macam fakultas yang berbeda
meskipun sebagian besar sama. Pada universitas ”X” Bandung, salah satu fakultas
yang ditawarkan adalah fakultas Psikologi. Pada fakultas psikologi universitas ”X”,
mahasiswa harus menyelesaikan beban sks sebanyak 145 SKS selama minimal
delapan semester untuk mendapatkan gelar sarjana. Beban SKS terakhir yang harus
diselesaikan mahasiswa adalah menyusun skripsi dan mengikuti sidang sarjana
2
menyelesaikan dan dinyatakan lulus dalam mata kuliah Usulan Penelitian (UP) yang
terdiri atas bab I dan bab III untuk kemudian mengikuti seminar usulan penelitian.
Setelah UP diseminarkan mahasiswa tersebut akan memperoleh nilai dan dapat
melanjutkan mengontrak skripsi pada semester berikutnya.
Pada semester ganjil tahun akademik 2007-2008, jumlah mahasiswa yang
mengontrak mata kuliah UP adalah 189 orang, 44% diantaranya (83 orang )
mengontrak UP lanjutan. Data ini menunjukan sebesar 44% mahasiswa gagal
menyelesaikan UP dalam satu semester. Setelah peneliti melakukan survey awal
mengenai hambatan dalam mengerjakan UP melalui metode wawancara kepada lima
orang mahasiswa dan menyebarkan angket kepada 10 orang mahasiswa yang sedang
mengontrak mata kuliah UP, diperoleh fakta bahwa selama mengerjakan UP mereka
mengalami hambatan, baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar diri
mahasiswa.
Dari hasil wawancara mengenai hambatan yang dialami dalam mengerjakan
UP terhadap lima orang mahasiswa diperoleh gambaran bahwa satu orang
mahasiswa menyatakan hambatan yang dirasakannya adalah rasa malas atau kurang
motivasi. Mahasiswa itu merasa kecewa apabila harus menunggu dosen beberapa
lama untuk bimbingan padahal proses bimbingan tersebut berlangsung tidak
sebanding dengan lamanya menunggu. Hal tersebut membuat mahasiswa menjadi
malas dan tidak termotivasi untuk melakukan bimbingan. Selain itu, kesulitan untuk
3
kurang bisa membagi waktu antara mengerjakan UP dan mengerjakan tugas-tugas
kuliah lainnya sehingga membuat salah satu mata kuliahnya harus dikorbankan.
Selain itu, hambatan yang dirasakan adalah tuntutan dari orang tua agar dirinya cepat
lulus. Ia merasa tertekan dengan tuntutan orang tuanya tersebut karena selalu
membahas masalah kelulusannya tanpa mengerti usaha yang telah dikeluarkan
mahasiswa tersebut untuk menyelesaikan UP.
Dua orang mahasiswa lainnya mengatakan bahwa hambatan yang mereka
rasakan adalah kesulitan untuk menahan diri agar tidak bermain atau berkumpul
dengan teman-temannya. Mereka mengakui bahwa saat ini mereka belum bisa fokus
untuk mengerjakan UP karena masih ingin untuk menghabiskan waktu dengan
hal-hal yang menyenangkan dengan teman-temannya seperti nongkrong-nongkrong dan
nonton di bioskop. Selain itu juga mereka tidak dapat mempertahankan mood untuk
mengerjakan UP, apabila sedang mengerjakan UP dan tiba-tiba merasa bosan maka
mereka akan langsung berhenti mengerjakan dan melakukan kegiatan lainnya.
Dua orang mahasiswa lainnya menyatakan bahwa mereka tidak punya waktu
untuk mengerjakan UP karena sibuk dengan pekerjaan kantor. Selain kuliah di
fakultas Psikologi mereka juga menjadi karyawan dari suatu bank swasta di Bandung.
Pekerjaan yang ditekuni itu sangat menyita waktu dan energi sehingga sepulang kerja
dan sampai di kost masing-masing, mereka merasa sangat lelah dan menjadi malas
untuk mengerjakan tugas kuliah. Mereka lebih memilih untuk mengerjakan pekerjaan
4
Menurut Bandura (2002) keyakinan tentang kemampuan seseorang dalam
mengatur dan melaksanakan sumber-sumber dari tindakan yang dibutuhkan untuk
mengatur situasi-situasi yang berorientasi ke masa depan disebut sebagai self-
efficacy. Derajat self-efficacy menentukan seberapa besar keyakinan akan kemampuan mahasiswa untuk melewati hambatan-hambatan dalam menyelesaikan
UP dan melanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu penyusunan skripsi. Seperti yang
diungkapkan Bandura (2002) bahwa kegagalan atau keberhasilan seseorang dapat
mempengaruhi keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri. Seberapa sering
seseorang dapat mengatasi hambatan akan mempengaruhi keyakinan terhadap
kemampuan diri sendiri. Keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri sangat
dibutuhkan untuk melewati mata kuliah Usulan Penelitian. Menurut Bandura (2002)
keyakinan pada kemampuan diri sendiri berpengaruh terhadap beberapa proses yaitu
menentukan pilihan yang dibuat oleh mahasiswa, usaha yang dikeluarkan untuk
mewujudkan pilihannya tersebut, ketekunan dalam menghadapi hambatan, resiliensi
dalam menghadapi ketidakberuntungan, pengalaman mengatasi stress dan menyadari
derajat penyelesaian yang telah dicapai dalam menyusun UP.
Untuk mengatasi hambatan yang muncul selama proses pengerjaan UP
dibutuhkan keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri yang tinggi. Apabila
mahasiswa memiliki keyakinan yang tinggi terhadap kemampuan dirinya sendiri
maka akan membuat pengerjaan UP lebih mudah karena keyakinan diri yang tinggi
5
sendiri, mereka akan menganggap bahwa mereka memang tidak mampu mengatasi
hambatan.
Berdasarkan survei awal terhadap 10 orang mahasiswa yang mengontrak UP
lanjutan mengenai gambaran keyakinan diri selama proses mengerjakan UP, dapat
digambarkan bahwa empat orang merasa yakin mereka mampu menyelesaikan UP
dan mentargetkan semester ini selesai. Mereka menjadikan UP sebagai prioritas
utama dibandingkan kegiatan yang lainnya dan juga melakukan usaha yang lebih
besar dibanding sebelumnya. Mood dan kondisi fisik yang kurang bagus dirasakan
kurang berpengaruh terhadap performance mereka., mereka selalu berusaha
melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan UP tersebut. Mereka melihat juga ada
persaingan antara sesama mahasiswa yang mengontrak UP lanjutan sebagai
pembanding apakah mereka lebih cepat atau lebih lambat bila dibandingkan dengan
temannya.
Dua orang mahasiswa lainnya merasa yakin dengan kemampuan dirinya dan
menentukan target yang sesuai dengan kemampuan dirinya dalam menyelesaikan UP
tetapi mereka tidak mengeluarkan usaha yang lebih besar dibandingkan sebelumnya.
Kondisi mood dan fisik berpengaruh terhadap performance yang mereka tampilkan.
Apabila mereka sedang merasa sedih atau marah, mereka menjadi tidak dapat
berkonsentrasi mengerjakan UP. Apabila mereka menemui hambatan mereka akan
berusaha sebisanya untuk menyelesaikan, apabila masih gagal mereka berhenti
6
menganggap adanya persaingan antara sesama mahasiswa yang sedang mengontrak
UP sehingga tidak berpengaruh apabila temannya lebih maju daripadanya.
Dua orang lainnya merasa tidak yakin akan kemampuan diri mereka, sehingga
apabila mereka menemukan hambatan selama mengerjakan UP, pada umumnya
mereka langsung beralih melakukan kegiatan yang lebih menyenangkan
dibandingkan mengerjakan UP. Mereka tidak memiliki target menyelesaikan UP dan
tidak berusaha maksimal untuk menyelesaikan UP. Mereka tidak membuat UP
sebagai prioritas utama dalam kegiatan mereka. Mereka tidak terpengaruh mood yang
sedang kurang bagus dan kondisi fisik yang kurang fit apabila sedang mengerjakan
UP. Mereka tidak menganggap harus bersaing dengan mahasiswa lainya untuk
menyelesaikan UP lebih cepat.
Satu orang menganggap bahwa ia tidak yakin mampu menyelesaikan UP. Ia
hanya menunggu bimbingan dari dosen pembimbing sepenuhnya untuk memberi
masukan dan petunjuk mengenai apa yang harus dilakukannya, apabila dosen sudah
memberikan feedback, ia pun tidak langsung merevisi hasil pekerjaannya. Kondisi
Mood dan kondisi fisik yang kurang mendukung menjadi salah satu faktor
penghambat baginya untuk mengerjakan UP. Apabila menemui hambatan, ia akan
berusaha semampunya dan apabila tidak berhasil mengatasi maka ia akan langsung
meminta bantuan pada dosen pembimbing. Ia juga merasa lebih mudah untuk lansung
meminta bantuan dari dosen pembimbing daripada harus menyelesaikan hambatan
7
Satu orang lainnya merasa tidak yakin akan kemampuan dirinya dan tidak
memiliki target kapan UP-nya harus selesai. Ia lebih memprioritaskan kegiatan
bersama-sama temannya daripada menyelesaikan UP. Ia berusaha untuk
menyelesaikan tetapi dengan usaha yang seadanya. Dapat dikatakan bahwa ia hanya
sekedar mengerjakan tetapi ia tidak memperhatikan kualitas hasil pekerjaannya. Ia
lebih mengikuti mood dan kondisi fisiknya, jadi apabila ia sedang mengerjakan UP
dan tiba-tiba moodnya hilang maka ia akan berhenti mengerjakan dan beristirahat
untuk memulihkan moodnya, biasanya istirahatnya berlangsung lebih lama daripada
waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan UP. Apabila ia menemui hambatan maka
ia akan lebih mudah menyerah tanpa berusaha untuk mencari jalan keluarnya.
Berdasarkan data hasil survey awal tersebut, peneliti menemukan adanya
variasi self-efficacy beserta hal-hal yang dipengaruhinya. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk menggambarkan self-efficacy
pada Mahasiswa psikologi yang sedang mengontrak UP Lanjutan di Fakultas
Psikologi universitas ”X” Bandung.
1.2. Identifikasi masalah
Berdasarkan uraian diatas, masalah yang ingin diteliti adalah seperti apa
gambaran derajat self-efficacy pada Mahasiswa Psikologi yang mengontrak UP
8
1.3. Maksud dan tujuan penelitian 1.3.1. Maksud penelitian
Untuk memperoleh gambaran mengenai self-efficacy pada Mahasiswa
Fakultas Psikologi yang sedang mengontrak UP Lanjutan di universitas ”X”
Bandung.
1.3.2. Tujuan penelitian
Untuk memperoleh informasi mengenai derajat self-efficacy beserta
faktor-faktor yang dipengaruhinya yaitu pilihan yang dibuat, usaha yang dikeluarkan,
ketekunan dalam menghadapi hambatan, resiliensi dalam menghadapi
ketidakberuntungan, dan derajat penyelesaian yang telah dicapai pada Mahasiswa
Fakultas Psikologi yang sedang mengontrak UP Lanjutan di Universitas ”X”
Bandung.
1.4. Kegunaan penelitian 1.4.1. Kegunaan Ilmiah
1) Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang kajian
Psikologi Pendidikan.
2) Memberikan tambahan informasi sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain
9
1.4.2. Kegunaan Praktis
1) Memberi informasi pada mahasiswa tentang self-efficacy agar mahasiswa
dapat mengenali kemampuan dirinya dalam hal pilihan yang dibuat, usaha
yang dikeluarkan, ketekunan dalam menghadapi hambatan, resiliensi dalam
menghadapi ketidakberuntungan, dan derajat penyelesaian yang telah dicapai
untuk membantu mempercepat penyelesaian penyusunan UP.
2) Memberikan informasi kepada pihak fakultas agar memiliki gambaran tentang
self-efficacy mahasiswa yang sedang mengontrak UP lanjutan.
1.5. Kerangka Pemikiran
Mahasiswa adalah individu yang berada pada tahap perkembangan early
adulthood atau biasa disebut sebagai masa dewasa awal. Beberapa ciri perkembangan yang terdapat pada masa early adulthood adalah meninggalkan dependency masa
kanak-kanak tetapi belum memiliki tanggung jawab penuh masa dewasa,
menyelesaikan studi dan memiliki pekerjaan tetap, memiliki kondisi kesehatan dan
kemampuan fisik yang sempurna, memiliki hubungan pribadi dengan lawan jenis
yang lebih intim dan mendalam, dan berusaha mewujudkan karir yang mantap pada
bidang yang disukai. (Santrock 2002)
Salah satu ciri masa early adulthood adalah menyelesaikan studi dan memiliki
pekerjaan tetap. Proses penyelesaian studi di Fakultas Psikologi Universitas “X”
10
dengan melaksanakan proses bimbingan berulang-ulang. Besarnya persentase
mahasiswa yang gagal menyelesaikan UP selama satu semester menjadi bukti bahwa
UP memerlukan kesungguhan, kerja keras, konsistensi, dan kemandirian dalam
menyelesaikannya. Untuk itu mahasiswa perlu memiliki self efficacy pada derajat
tinggi.
Self-efficacy merujuk pada seberapa besar kemampuan seseorang dalam
mengatur dan melaksanakan sumber-sumber dari tindakan yang dibutuhkan untuk
mengatur situasi-situasi yang berorientasi ke masa depan. Self-efficacy belief
menentukan bagaimana mahasiswa merasa, berpikir, memotivasi diri dan bertingkah
laku dalam melakukan kegiatan belajar. Self-efficacy juga mempengaruhi pilihan
yang dibuat, usaha yang dikeluarkan, ketekunan dalam menghadapi hambatan dan
kegagalan, resiliensi dalam menghadapi ketidakberuntungan, pengalaman mengatasi
stress, dan derajat penyelesaian yang telah dicapai.(Bandura 2002)
Hal tersebut berarti bahwa self-efficacy mempengaruhi pilihan yang dibuat
oleh mahasiswa UP lanjutan di Fakultas Psikologi, usaha yang dikeluarkan,
ketekunan dalam menghadapi hambatan selama menyelesaikan UP, ketekunan
mahasiswa dalam menghadapi tekanan, pengalaman untuk mengatasi stress yang
muncul selama mengerjakan UP dan sejauh apa mahasiswa UP lanjutan menyadari
derajat penyelesaian yang telah dicapainya.
Mahasiswa UP lanjutan yang memiliki penghayatan self-efficacy yang tinggi
11
Mahasiswa tersebut akan memilih untuk mengerjakan tugas yang lebih sulit dan
memiliki tantangan yang lebih tinggi dibanding tugas yang lainnya. Mahasiswa UP
lanjutan yang memiliki penghayatan self-efficacy yang tinggi akan menentukan tujuan
yang menantang dan berkomitmen terhadap tujuan tersebut sehingga memberikan
usaha yang penuh dengan keyakinan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Mahasiswa
UP lanjutan tersebut mengeluarkan usaha yang lebih besar apabila menemui
hambatan dalam mengerjakan tugas dan mampu mengontrol sumber stress agar tidak
mempengaruhi kesehatan fisik mahasiswa itu sendiri. Apabila mereka menemui
kegagalan, mereka akan menganggap bahwa usaha yang dikeluarkan kurang keras
bukan karena mereka tidak mampu mengerjakan tugas tersebut.
Mahasiswa UP lanjutan yang memiliki penghayatan self-efficacy yang rendah
terhadap kemampuan mereka akan memilih untuk megerjakan tugas yang lebih
mudah atau memiliki tantangan yang lebih rendah. Mahasiswa UP lanjutan yang
memiliki penghayatan self-efficacy yang rendah akan berusaha sebisa mungkin untuk
menghindari situasi-situasi yang mengharuskannya menyelesaikan dan melewati
suatu tugas dengan tantangan dan tingkat kesulitan yang tinggi. Mereka tidak
mengeluarkan usaha yang lebih untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Apabila mereka
menemui hambatan dan kegagalan, maka mereka akan menganggap bahwa memang
mereka tidak mampu untuk menyelesaikan tugas tersebut dan menyerah. Mahasiswa
UP lanjutan yang memiliki penghayatan self-efficacy yang rendah tidak mampu
12
Kondisi kesehatan mereka akan lebih mudah terganggu apabila dihadapkan pada
hambatan dan kegagalan.
Empat proses psikologi utama self-efficacy yang dapat mempengaruhi area
fungsi individu adalah proses kognitif, proses afektif, proses motivasional dan proses
seleksi (Bandura, 2002). Kebanyakan tindakan pada awalnya diatur dalam pikiran.
Self-efficacy belief yang dimiliki oleh mahasiswa Psikologi akan membentuk
anticipatory scenario. Mahasiswa UP lanjutan yang mempunyai penghayatan efficacy tinggi, membayangkan skenario sukses yang memberikan tuntutan positif dan
dukungan untuk pelaksanaan pencapaian prestasi. Sedangkan Mahasiswa UP lanjutan
yang meragukan efficacy dirinya, membayangkan skenario kegagalan. Saat
dihadapkan pada tugas-tugas yang sulit, dalam lingkungan kuliah yang membebani,
mahasiswa UP lanjutan yang tercekam oleh keraguan mengenai efficacy yang
dimiliki, aspirasinya menurun dan hasil belajarnya akan memburuk.
Self efficacy belief individu secara kognitif dapat dikembangkan melalui
empat sumber pengaruh utama, yaitu: mastery experiences, vicarious experiences,
verbal persuasion dan physiological and affective states. Ke-empat sumber tersebut
menjadi instruktif melalui penilaian kognitif. Dengan kata lain, semuanya tergantung
pada bagaimana mahasiswa Psikologi menginterpretasikan sumber-sumber informasi
yang diperolehnya tersebut.
Cara paling efektif untuk menciptakan penghayatan yang kuat mengenai
13
keyakinan akan efficacy mahasiswa UP lanjutan dan kegagalan menghambat efficacy,
terutama bila kegagalan terjadi sebelum penghayatan efficacy itu terbentuk secara
mantap. Apabila mahasiswa UP lanjutan sering mengalami kegagalan dalam
kuliahnya sebelum efficacy terbentuk secara mantap, maka mahasiswa tersebut akan
menganggap dirinya memang tidak mampu dalam mengerjakan sesuatu dan bukan
karena usaha yang dikeluarkannya kurang keras. Penghayatan efficacy yang dapat
bertahan membutuhkan pengalaman dalam mengatasi rintangan-rintangan melalui
usaha yang terus menerus dan ulet. Melalui pengalaman pribadi, mahasiswa UP
lanjutan akan belajar mengenai hal-hal yang dibutuhkan untuk bisa berhasil dalam
belajar atau menyelesaikan tugas. Setelah mahasiswa UP lanjutan yakin bahwa
dirinya memiliki apa yang dibutuhkan untuk berhasil dalam belajar, mahasiswa
tersebut akan mampu bertahan dalam menghadapi hal-hal yang tidak menyenangkan
dan cepat pulih pada waktu mengalami kegagalan.
Cara kedua untuk menciptakan dan memperkuat self-efficacy belief adalah
melalui vicarious experiences atau pengalaman yang dapat diamati dari seorang
model sosial. Melihat orang lain yang mempunyai karakteristik sama dengan dirinya
mengalami keberhasilan dalam bidang akademis melalui usaha yang terus menerus
meningkatkan kepercayaan Mahasiswa UP lanjutan bahwa mereka juga mampu
menguasai aktivitas yang kurang lebih sama untuk mencapai keberhasilan. Dengan
cara yang sama, mengamati kegagalan orang lain meskipun sudah berusaha dengan
14
yang diamati. Makin besar kesamaan yang dianggap ada, maka semakin besar
pengaruh keberhasilan dan kegagalan model. Bila mahasiswa UP lanjutan
memandang model-model sebagai sesuatu yang sangat berbeda dari dirinya, maka
self-efficacy belief pada dirinya tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh tingkah laku dan pencapaian model-model tersebut.
Social persuasion adalah cara ketiga yang dapat menguatkan keyakinan
mahasiswa UP lanjutan bahwa dirinya memiliki hal-hal yang dibutuhkan untuk
berhasil. Mahasiswa UP lanjutan yang dipersuasi secara verbal bahwa dirinya
mempunyai kemampuan untuk menguasai aktivitas tertentu, cenderung
menggerakkan usaha yang lebih besar dalam belajar dan mempertahankannya.
Mahasiswa UP lanjutan yang mengalami persuasi bahwa dirinya kurang mampu,
cenderung menghindari aktivitas-aktivitas yang menantang yang dapat
mengembangkan potensinya dan mudah menyerah bila menghadapi kesulitan saat
belajar.
Cara ke-empat untuk menguatkan self-efficacy belief adalah dengan
mengurangi reaksi stres mahasiswa UP lanjutan, mengubah kondisi emosional yang
negatif dan mengubah misinterpretasi keadaan fisik (physiological and affective
states). Sebagian mahasiswa UP lanjutan bergantung pada keadaan fisik dan keadaan emosional dalam menilai kemampuan diri sendiri. Mahasiswa UP lanjutan
menginterpretasikan reaksi stress dan ketegangan sebagai tanda-tanda kerentanan
15
dipersepsi dan diinterpretasikan. Mahasiswa UP lanjutan dengan penghayatan
efficacy yang tinggi cenderung memandang ketergugahan afektif sebagai fasilitator yang memberikan energi pada performance, sedangkan Mahasiswa UP lanjutan yang
mengalami keraguan pada diri sendiri melihatnya sebagai hal yang menghambat.
(Bandura, 2002)
Mahasiswa UP lanjutan
Indikator self efficacy : - Pilihan yang dibuat. - Usaha yang dikeluarkan. - Ketekunan
- Resiliensi
- Pengalaman mengatasi stress - Derajat penyelesaian Proses Secara
Kognitif
Self Efficacy
Beliefs
Sumber-sumber Self-Efficacy : - Mastery Experience
- Vicarious Experience - Social/verbal Persuasion - Physiological and Affective states
Tinggi
16
1.6. Asumsi-asumsi
1. Mahasiswa UP lanjutan memiliki sumber-sumber informasi yang membentuk
self-efficacy berupa mastery experience, vicarious experience, verbal
persuasion, dan physiological and affective states yang berbeda-beda
2. Mastery experiences, vicarious experiences, verbal persuasion, dan physiological and affective states dimaknakan berbeda-beda untuk kemudian
menciptakan self-efficacy beliefs yang dapat dilihat dari tingkah laku dengan
derajat self-efficacy yang berbeda-beda.
3. Derajat self-efficacy Mahasiswa yang mengontrak Up lanjutan dapat dilihat
melalui tingkah laku mahasiswa dalam hal pilihan yang dibuat, usaha yang
dikeluarkan, ketekunan dalam menyelesaikan tugas, resiliensi dalam
menghadapi ketidakberuntungan, pengalaman mengatasi stress, dan derajat
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebagian mahasiswa UP lanjutan memiliki derajat self-efficacy belief
rendah.
2. Sebagian mahasiswa UP lanjutan yang memiliki self-efficacy tinggi
menunjukan keyakinan yang tinggi akan kemampuan menentukan pilihan,
kemampuan mengerahkan usaha dalam mencapai tujuan, kemampuan
bertahan dalam menghadapi rintangan dan hambatan, kemampuan belajar
dari pengalaman dalam mengatasi stress serta kemampuan menyadari
derajat penyelesaian yang telah dicapai dalam mengerjakan UP, tetapi
untuk indikator ketekunan dalam mengerjakan UP memiliki persentase
yang hampir sama besar dengan mahsiswa yang memiliki self-efficacy
belief rendah.
3. Sebagian mahasiswa UP lanjutan memiliki self-efficacy yang rendah
menunjukan keyakinan yang rendah akan kemampuan menentukan
pilihan, kemampuan mengerahkan usaha dalam mencapai tujuan,
kemampuan mempertahankan ketekunan dalam mengerjakan UP,
kemampuan bertahan dalam menghadapi rintangan dan hambatan,
58
kemampuan menyadari derajat penyelesaian yang telah dicapai dalam
mengerjakan UP.
4. Berdasarkan faktor Mastery experience, pengalaman keberhasilan
memberikan pengaruh yang positif kepada sebagian besar mahasiswa UP
lanjutan dengan derajat self-efficacy tinggi dalam hal meningkatkan
motivasi dan menimbulkan kepuasan dalam mengerjakan UP sedangkan
pengalaman kegagalan memberikan pengaruh negatif kepada sebagian
besar mahasiswa dengan derajat self-efficacy rendah dalam hal
menurunkan motivasi dan semangat.
5. Berdasarkan faktor vicarious experience, pengalaman keberhasilan tokoh
panutan memberikan pengaruh dalam hal meningkatkan kepercayaan diri,
lebih bersemangat dan lebih merasa mampu untuk menyelesaikan UP pada
mahasiswa UP lanjutan dengan derajat self-efficacy tinggi, sedangkan
pengalaman kegagalan lebih banyak memberikan pengaruh pada
mahasiswa UP lanjutan dengan derajat self-efficacy rendah dalam hal
menurunkan kepercayaan diri, menurunkan semangat kerja dan
menurunkan keyakinan atas kemampuan dirinya sendiri.
6. Berdasarkan fakktor social/verbal persuasion, sebagian besar mahasiswa
UP lanjutan mendapat pujian maupun kritik dari dosen dan sesama
mahasiswa baik yang sedang mengontrak UP lanjutan maupun mahasiswa
59
7. Berdasarkan faktor physiological and affective states, mahasiswa dengan
derajat self-efficacy tinggi maupun rendah dipengaruhi oleh kondisi fisik
dan emosional selama mengerjakan UP.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan
beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan.
1. Bagi para peneliti lain:
• Melakukan penelitian mengenai pengaruh sumber-sumber self-efficacy
terhadap derajat self-efficacy mahasiswa yang sedang mengontrak
skripsi.
2. Guna Laksana
• Bagi mahasiswa UP lanjutan yang memiliki self-efficacy yang rendah
disarankan agar dapat mengenali kemauan dan kemampuan diri agar
dapat menentukan skala prioritas yang utama untuk mengerjakan dan
menyelesaikan UP.
• Bagi mahasiswa UP lanjutan yang memiliki self-efficacy yang rendah
disarankan agar menentukan prioritas utama untuk mengerjakan UP
dibandingkan pekerjaan lain selama kuliah.
• Bagi dosen pembimbing dan pihak fakultas disarankan untuk dapat
memberikan motivasi ataupun saran-saran yang dapat membangun
DAFTAR PUSTAKA
Bandura, Albert, 2002. Self-Efficacy, The exercise of Control. Freeman and Company: Stanford University, New York.
Graziano, Anthony M, Michael L. Raulin. 2000. Research Methods: A Process of Inquiry. Needham Heights: Allyn & Bacon.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia. Jakarta.
Siegel, Sidney. 1997. Statistik NonParametrik: Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT. Gramedia
Santrock, Jhon W. 2002. Life Span Development-Perkembangan Masa Hidup Jilid 2, terjemahan Juda Damanik,Ahmad Chusairi, Jakarta: Erlangga
DAFTAR RUJUKAN
Apriani, Miskah. 2007. Studi Deskriptif Mengenai Self-Efficacy Pada Siswa Kelas III
Yang Akan Mengikuti SPMB di SMUN ”X” Bandung. Skripsi. Bandung:
Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Deisar, Nidia. 2008. Studi Deskriptif Tentang Derajat Self-Efficacy Pada Sales Junior
Di Dealer Mobil ”X” Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Maranatha.
Bandura, A. 1997. Self-Efficacy, The Exercise of Control (online).
(http://www.des.emory.edu/mfp/Self-efficacy/html, chapter 1-2, diakses 8
Maret 2008).
Pajares, F. 2002. Efficacy, Overview of Social Cognitive Theory and
Self-Efficacy (online).(http://www.positivepractise.com/efficacy/self efficacy/html, chapter 1, diakses 8 maret 2008)