• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA D"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BELA NEGARA DI WILAYAH PERBATASAN

NEGARA INDONESIA

Kelompok III/a :

1. Indah Septiasari

NIM. 13222729

2. Maria Hutami Anggorowati

NIM. 13222733

3. Novia Atika Sari

NIM. 13222740

4. Tiomarida Sinaga

NIM. 13222745

SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL

YOGYAKARTA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apakah bela negara itu? Bela Negara adalah kewajiban dasar manusia. Juga kehormatan bagi tiap warga negara yang penuh kesadaran, tanggung jawab dan rela berkorban kepada Negara dan bangsa. Dan menurut Prof. H. Kaelan, M.S bela negara itu adalah tekad, sikap, dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu, dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air serta kesadaran hidup berbangsa dan bernegara. Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro, pernah mengatakan, karakter bangsa adalah watak atau sifat hakiki suatu bangsa.Sedangkan jatidiri bangsa merupakan cirri khas yang dimiliki oleh suatu bangsa yang membedakan dengan bangsa lain.

Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang wajib bela negara yaitu :

1. TAP MPR No. VI Tahun 1973 tentang konsep wawasan Nusantara dan Keamanan Nasional.

2. Undang-undang No. 29 tahun 1954 tentang pokok-pokok perlawanan rakyat 3. Undang-undang No. 20 tahun 1982, tentang ketentuan pokok Hankam Negara RI.

Diubah oleh Undang-undang No. 1 tahun 1988

4. TAP MPR No. VI tahun 2000, tentang pemisahan TNIdengan POLRI 5. TAP MPR No. VII tahun 2000 tentang peranan TNI dan POLRI 6. Amandemen UUD 1945 pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3 7. Undang-undnag No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara 8. Undang-undang No. 56 tahun 1999 tentang Rakyat Terlatih

(3)

dapat mencukupi ketersediaan pangan daerah dan nasional, cinta produksi dalam negeri agar dapat meningkatkan hasil eksport, melestarikan budaya Indonesia dan tampil sebagai anak bangsa yang berprestasi baik nasional maupun internasional.Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata. Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.

Bela Negara biasanya selalu dikaitkan dengan militer atau militerisme, seolah-olah kewajiban dan tanggung jawab untuk membela negara hanya terletak pada Tentara Nasional Indonesia. Padahal berdasarkan Pasal 30 UUD 1945, bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara Republik Indonesia.

Semakin maju suatu bangsa akan semakin sulit juga bangsa tersebut untuk melindungi negaranya dari ancaman-ancaman yang selalu datang. Diarus globalisasi dan moderalisasi dunia ini suatu negara akan semakin mudah untuk digoyahkan, bukan di negara yang sedang berkembang saja namun negara yang sudah maju pun mendapati ancaman, ancaman tersebut ancaman dari luar maupun ancaman dari dalam Negara itu sendiri. Bangsa tersebut seharusnya mempunyai rasa nasionalisme yang kuat untuk melindungi dan membela negaranya dari negara lain yang lebih berwawasan intelektual luas.

(4)

terjadi.

Meskipun demikian, tujuan bangsa Indonesia yang terkandung dalam sila pancasila tersebut memang memerlukan proses yang sangat sulit untuk mewujudkannya, kesulitan tersebut tentunya berdasar pada kesadaran masing-masing masyarakat akan pentingnya melindungi dan membela negara ini. Namun, mereka mementingkan kepentingan mereka pribadi dibandingkan dengan kepentingan bangsanya, mereka mengira kepentingan tersebut bukan untuk mereka melainkan untuk para petinggi-petinggi daerah dan negara.

Mengacu fenomena-fenomena yang terjadi pada masyarakat umumnya saat ini, kami memandang perlu untuk mengangkat tema “Bela Negara” dalam tugas mata kuliah pendidikan Kearganegaraan ini, tentunya untuk menyadarkan masyarakat semua betapa pentingnya melindungi dan membela Negara dari berbagai ancaman.

B. Rumusan Masalah

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Beratnya Permasalahan dan Kemampuan yang Terbatas

Melalui konferensi PBB tentang Hukum Laut Internasional yang ke-3 tahun 1982, pokok-pokok asas negara kepulauan diakui dan dicantumkan dalam UNCLOS 82 (United Nation Convention On The Law Of The Sea atau Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa tentang hukum laut). Setelah itu Indonesia meratifikasi UNCLOS 1982 tersebut melalui Undang-undang No. 17 tahun 1985 pada tanggal 31 Desember 1985, tetapi belum begitu banyak tugas-tugas tersebut di atas telah dirampungkan. Masalahnya adalah, kita tidak memiliki ahli hukum laut yang cukup dan anggaran/finansial yang sangat terbatas, padahal tugas-tugas tersebut memerlukan biaya sangat besar. Di lain pihak begitu luas dan panjangnya perbatasan darat dan perairan negara-negara yang harus ditetapkan/ dikukuhkan dengan kesepakatan bersama. Ada 3 negara yang berbatasan darat dengan NKRI yaitu Malaysia, Papua Nugini dan Timor Leste, serta 10 negara yang berbatasan laut dengan NKRI yaitu : Malaysia, Singapura, Thailand, India, Singapura, Papua Nugini, Australia, Vietnam, Filipina dan Laos. Sebagian besar negara-negara tersebut berada di sebelah utara NKRI yang relatif penduduknya lebih padat dari pada penduduk pulau-pulau Indonesia yang berbatasan dengan negara-negara tersebut yaitu : Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Papua.

(6)

wilayah kedaulatan negara sekaligus merupakan sarana perekat kesatuan bangsa. Penetapan batas wilayah negara di darat lebih sulit, karena menyangkut banyak faktor kendala yaitu :

1. Sumber daya alam (SDA),

2. Kesamaan etnik penduduk, beserta tradisi masyarakat di bidang ekonomi, sosial, budaya dan agama/ kepercayaan,

3. Kondisi geografis/geomorfologis zona perbatasan dan Perbedaan pandangan dari dua negara yang berbatasan.

Namun bagaimanapun batas negara adalah sesuatu yang wajib adanya, karena menjadi satu persyaratan berdirinya sebuah negara yang menyebutkan adanya suatu wilayah yang pasti, yang tentunya jelas batas-batasnya. Bilamana batas yang legal/tetap belum dapat diwujudkan, paling tidak harus ada kesepakatan batas sementara. Tanpa adanya border lines, pelanggaran dan kejahatan yang terjadi di zona perbatasan akan sangat susah dicegah dan diberantas.

B. Faktor-faktor Penyebab Lemahnya Kondisi Perbatasan Negara.

a. Wilayah perbatasan jauh dari pusat pemerintahan, menyebabkan rentang kendali (span of control) dan pengawasan pemerintah terhadap wilayah perbatasan sangat lemah.

b. Masih ada beberapa segmen batas (darat dan laut) yang bermasalah (belum ada kesepakatan kedua belah pihak). Sementara itu garis batas yang sudah ditegaskan diukur dan diberi patok batas juga belum ditetapkan secara hukum c. Keterbatasan kemampuan dan kekuatan aparatur keamanan perbatasan

menyebabkan lemahnya pencegahan, penangkalan dan pemberantasan aktivitas pelanggaran batas dan kejahatan yang terjadi di daerah perbatasan.

(7)

trafficking, penyelundupan senjata/narkoba/miras/sembako, illegal immigration, perompakan (piracy) dan lain-lain.

e. Rendahnya kesadaran geografi maritim, sehingga masyarakat kita tidak memiliki kebanggaan atas wilayah perairan yang luas dan kaya sumberdaya. Hal ini terbukti dengan hanya sedikitnya penduduk Indonesia yang berkiprah/bermata pencaharian di laut. 10

f. Lemahnya hukum dan peraturan perundang-undangan perbatasan. Hal ini tidak lepas dari belum absahnya (legal) garis batas negara karena peraturan perundang- undangan tersebut, salah satu rujukan utamanya adalah garis batas negara yang sudah tetap/absah belum ada. 3

g. Kevakuman aktivitas di kawasan perbatasan. Penduduk perbatasan yang sangat jarang menyebabkan rendahnya aktivitas penduduk bahkan pada kawasan pedalaman perbatasan darat dan kawasan perbatasan laut yang letaknya sangat jauh dari pulau-pulau berpenduduk sama sekali tidak ada aktivitas.

Selama puluhan tahun sejak kemerdekaan, masyarakat perbatasan hampir tidak mengalami kemajuan yang berarti, selama itu pula sebagai daerah khusus tidak ada program pembangunan khusus untuk meningkatkan keberdayaan kawasan perbatasan. Selama ini kawasan perbatasan diperlakukan sebagai daerah belakang (periphery areas). Itulah yang menyebabkan penduduk perbatasan kita khususnya di Kalimantan, Sulawesi dan Maluku, tingkat kesejahteraannya jauh lebih rendah daripada penduduk perbatasan Malaysia, Vietnam dan Filipina, yang mengalami tingkat kemajuan yang lebih pesat. Oleh karena itulah dapat dipahami kalau kawasan perbatasan kita baik di darat maupun di laut sering menjadi ajang kegiatan kriminal yang dari waktu ke waktu semakin marak. Hal ini dipengaruhi oleh posisi NKRI yang strategis sebagai wilayah perlintasan perdagangan antara Barat (Eropa) dan Timur (Asia Timur).

C. Strategi Penanggulangan Pelanggaran dan Kejahatan Di Wilayah Perbatasan.

(8)

pencuri itu semakin meningkat jumlahnya, mereka menggunakan wahana dan sarana penangkapan ikan yang semakin canggih dan modern. Disisi lain aparat Keamanan Laut kita tidak mengalami kemajuan yang signifikan. Untuk itu diperlukan strategi penanggulangan kejahatan perairan perbatasan yang efektif, sistematis dan handal. Dalam strategi penanggulangan ini meliputi : pencegahan, penangkalan dan pemberantasan. Melalui strategi pencegahan dan penanggulangan bertujuan untuk mencegah atau setidaknya meminimalkan terjadinya kejahatan.

Strategi penanggulangan kejahatan maritim di kawasan perbatasan ini hanya mungkin dapat dibangun dengan melibatkan banyak pihak yang terkait dalam suatu kerjasama yang sinergis, dirancang secara konsepsional, terpadu melibatkan instansi/ lembaga departemen/nondep, perguruan tinggi dan LSM yang terkait. Keterlibatan LSM (peminat/pecinta kelautan) dan perguruan tinggi diperlukan karena dalam membangun strategi ini perlu menggunakan pendekatan kajian ilmiah dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Hal ini merupakan suatu tuntutan yang diharapkan dapat menjawab tantangan para pelaku kriminal yang menggunakan kapal, sarana dan perlengkapan yang semakin canggih. Selain mencuri ikan, mereka juga mengincar kekayaan laut yang lain seperti harta karun, endapan mineral, koral dan lain-lain. Hingga saat ini kita ketahui baru sedikit sumber kekayaan laut nusantara yang sudah dieksplorasi dan dieksploitasi, karena kemampuan kita yang rendah dihadapkan pada perairan yang begitu luas. Beberapa temuan spektakuler sumberdaya mineral bawah air seperti sumber minyak bumi bawah laut sebagian besar dilaksanakan dari hasil kerjasama dengan perusahaan negara asing. Selain minyak bumi, banyak lubuk dan palung laut kita kaya dengan endapan mangan, timah, pasir besi, cebakan emas, perak dan lain-lain dengan kandungan sangat besar.

(9)

sebagai berikut :

1. Menambah jumlah dan meningkatkan kemampuan serta pemberdayaan aparat keamanan yang ditempatkan di wilayah perbatasan darat dan laut. Untuk kesatuan TNI misalnya melalui TMMD (TNI Manunggal Masuk Desa), Karya Bhakti dan Operasi Bhakti untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat guna menumbuhkan kesadaran bela negara serta rasa kebangsaan. 2. Menuntaskan penyelesaian masalah penetapan garis perbatasan dan

masalah-masalah krusial lainnya yang sering terjadi di kawasan perbatasan darat seperti para pelintas batas tradisional dari kedua negara, kolaborasi antara penduduk perbatasan dengan cukong-cukong dari negara tetangga untuk perbuatan jahat seperti illegal logging, illegal mining, human trafficking, smugling, dan lain-lain. Untuk perbatasan laut, melanjutkan kembali pertemuan bilateral guna menyelesaikan atau mencapai kesepakatan perbatasan laut kedua negara dan meningkatkan kegiatan patroli terkoordinasi dengan negara-negara tetangga. 3. Menambah jumlah penduduk perbatasan terutama pada lokasi strategis, wilayah

rawan kejahatan dan pulau-pulau terpencil. Penambahan ini dapat dilakukan melalui program transmigrasi atau relokasi penduduk dari wilayah perbatasan yang padat ke wilayah yang kosong namun cukup potensial untuk berkembang. Program transmigrasi yang disarankan adalah program transmigrasi pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat) dan atau pola NIR (Nelayan Inti Rakyat) untuk daerah perbatasan pantai dan pulau-pulau terpencil. Dengan demikian, bersama-an dengan itu harus dibangun perusahaan inti perkebunan dan nelayan yang melibatkan perusahaan BUMN, BUMD dan Swasta nasional.

(10)

kebangsaan, cinta tanah air dan kesiapan bela negara serta kepercayaan diri dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.

5. Menambah porsi pelajaran geografi nasional, termasuk grografi maritim Indonesia pada kurikulum pendidikan mulai tingkat dasar (SD) dan lanjutan (SMP dan SMU). Tujuannya agar semua WNI sejak dini sudah mengenal wilayah tanah airnya yang luas dengan lokasinya strategis dalam konstelasi/interelasi hubungan Barat dan Timur, sehingga karenanya memiliki nilai geopolitik yang tinggi.

6. Mengembangkan produk hukum, peraturan dan perundang-undangan yang mengenai problematika daerah perbatasan, baik darat maupun laut serta perjanjian perbatasan antara RI dengan negara tetangga dalam menangani kejahatan lintas negara (transborder crimes) seperti smugling (penyelundupan), human trafficking dan terrorism. Untuk perbatasan wilayah perairan banyak produk hukum yang dapat dibuat dengan cara mengelaborasi dan menjabarkan pasal-pasal dan kaidah hukum yang bersumber dari Hukum Laut Internasional (UNCLOS 1982).

7. Pelibatan berbagai pihak (stokeholders) dari kalangan pemerintah dan masyarakat guna membangun kebersamaan dan kesatuan dalam menghadapi segala bentuk ancaman dan gangguan keamanan dan kejahatan bersenjata maupun non bersenjata. Kegiatannya dapat dilakukan dalam bentuk penyuluhan- penyuluhan di bidang hukum, keamanan, ketertiban dan ketahanan masyarakat.

D. Kondisi dan Pemberdayaan Perbatasan Negara

(11)

tata nilai, Iptek dan wilayah itu sendiri sebagai ruang. Dalam ”bahasa” Binter (pembinaan teritorial), SDA, SDB, Sarpras dan wilayah termasuk dalam ranah ”geografi”, SDM masuk dalam ranah ”demografi” dan sumberdaya yang lainnya termasuk ke dalam ranah ”kondisi sosial”. Pemberdayaan sumberdaya yang satu dengan sumberdaya yang lainnya saling mempengaruhi secara positif, demikian pula sebaliknya kerusakan terhadap salah satu sumberdaya akan berpengaruh negatif terhadap sumberdaya lainnya. Oleh karena itu perbedaan ketiga ranah Binter itu tidak bisa dilakukan secara parsial, tetapi harus secara bersamaan, sinergis, dan terkendali.

Kondisi Perbatasan

1. Kondisi Geografi (wilayah, SDA, SDB, Sarpras). Kondisi zona perbatasan darat NKRI pada umumnya relatif lemah. Wilayah yang terdiri dari medan dengan topografi kasar, terbukit/bergunung yang dicabik-cabik oleh lembah aliran sungai. SDA-nya secara homogen didominasi oleh hutan alam (primer dan sekunder) dengan kondisi lahan yang miskin. SDB nya sangat terbatas, berupa jaringan jalan sederhana dan jalan setapak. Jalan diperkeras/aspal sangat terbatas pada akses ke Poslintas Batas. Medan yang berat sangat menyulitkan pembuatan jalan raya. Sarprasnya berupa permukiman dengan prasarana yang sangat sederhana. Pilar-pilar batas sebagai sarana penegakan hukum dan kedaulatan wilayah negara (berupa pilar tipe A s/d tipe D), jumlahnya masih sangat sedikit sehingga dari satu pilar ke pilar yang lain jaraknya rata-rata > 100 m (data Ditwilhan Dephan,2003)

(12)

berladang/bertani, mengambil hasil hutan, mencari ikan, berdagang dan buruh tani/perkebunan.

3. Kondisi Sosial (Ipoleksosbud, tata nilai & Iptek). Terdiri dari masyarakat yang sederhana yang menganut pola hubungan sosial yang diikat oleh tata nilai budaya tradisional. Hanya sebagian kecil masyarakat perbatasan yang ”melek” iptek dan budaya luar yaitu mereka yang relatif lebih sejahtera dan memiliki sarana komunikasi seperti radio, TV dan HP serta sepeda motor. Mereka itulah yang memiliki mobilitas tinggi, kelompok ini umumnya berdomisili di sekitar jalan akses ke kota atau ke perbatasan. Kondisi masyarakat yang miskin dan adanya keterikatan kekerabatan/kesamaan etnik dengan penduduk negara tetangga, sering dimanfaatkan oleh cukong pelaku illegal logging dari negara tetangga (Malaysia) menjadi tenaga buruh kasar penebang kayu.

Upaya Pemberdayaan

Dalam keterbatasan potensi aspek geografi, nilai positif yang dapat dieksploitasi adalah sumberdaya air yang mengalir dari sungai-sungai yang memiliki gradien tinggi sehingga cukup kaya dengan air terjun. Air terjun ini mengalir hampir sepanjang tahun dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sederhana yang dikenal dengan pembangkit listrik mikro hidro (Pikit Hidro). Pikit Hidro ini merupakan modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perbatasan yang tersebar di pedalaman. Guna memberdayakan kondisi demografi yang begitu lemah, dapat dilakukan melalui transmigrasi terintegrasi, yaitu menggabungkan pembinaan penduduk transmigran dengan penduduk asli setempat sehingga penduduk asli dapat belajar dari pendatang trans dalam satu pola kegiatan PIR (Perusahaan Inti Rakyat) atau NIR (Nelayan Inti Rakyat).

(13)

areal lahan perkebunan/pesawahan, dan sarana produksi pertanian lainnya. Sarana pengolahan hasil dan pemasaran produksi juga harus menjadi suatu paket perencanaan dalam program transmigrasi terpadu sebagaimana dirancang dalam transmigrasi pola PIR.

Kebodohan dan kemiskinan telah membelenggu masyarakat perbatasan, sehingga mereka begitu apatis, masa bodoh dan tidak memiliki semangat juang untuk menyetarakan diri dengan penduduk negara tetangga. Maka untuk memberdayakan penduduk wilayah perbatasan harus dimulai dengan pembebasan dari dua faktor (kebodohan dan kemiskinan) itu melalui cara-cara yang pas untuk mereka. Untuk mengangkat mereka dari kemiskinan harus dilakukan dengan pendampingan dan percontohan oleh pengusaha sukses yang memiliki semangat wiraswasta dan oleh aparat pemerintah terkait sebagai fasilitator penyedia sarana, modal dan pemasaran produksi.

Dari interaksi penduduk lokal wilayah perbatasan dengan para pembimbingnya selama proses pendampingan usaha akan terjadi proses pembelajaran, yang secara bertahap akan membebaskan penduduk lokal wilayah perbatasan dari kebodohan. Sejalan dengan itu akan mempermudah proses pemberdayaan mereka dalam bidang-bidang yang lain sehingga karenanya akan terjadi akselerasi pembangunan di kawasan perbatasan.

Para pelintas batas ilegal penduduk wilayah perbatasan disebabkan oleh beberapa faktor kemudahan sarana dan prasarana yang tersedia di negara tetangga seperti jalan, pasar, Puskesmas dan lain-lain. Oleh karena itu, untuk mengurangi illegal crossing ini kita harus memperbanyak dan meningkatkan kualitas sarana prasarana tersebut di atas dan lapangan usaha baru yang sesuai dengan potensi daerah.

(14)
(15)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Wilayah perbatasan NKRI yang dibingkai oleh garis batas negara memiliki nilai strategis karena wilayah perbatasan yang merupakan pengikat dan penegas wilayah NKRI berfungsi sebagai sarana penegakan kedaulatan wilayah NKRI terhadap segala bentuk ancaman dan gangguan pihak luar negeri, baik di darat maupun di laut. Sehubungan dengan itu, wilayah perbatasan harus memiliki kemampuan dan daya tangkal yang tinggi terhadap segala bentuk ancaman dan gangguan bersenjata dan non bersenjata.

Kondisi faktual wilayah perbatasan NKRI masih jauh dari yang diharapkan. Sebagian besar wilayah perbatasan (darat) berupa hutan dengan kondisi topografi bergelombang hingga bergunung sehingga sangat jarang dihuni penduduk. Sumber daya alam yang tersedia didominasi oleh hutan primer dan sekunder, serta sungai-sungai yang mengalir hampir sepanjang tahun. Sungai-sungai-sungai ini potensial dikembangkan untuk PLTA Mikro hidro, pengairan sawah dan kolam ikan. Sumber daya buatan, sarana dan prasarana yang tersedia sangat terbatas. Jumlah penduduknya sedikit dengan sebaran tidak merata, tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat yang umumnya rendah/ miskin menyebabkan mereka apatis dan masa bodoh terhadap masalah yang terjadi di sekitarnya.

(16)

perbatasan tidak memiliki daya tangkal, sangat rentan terhadap ancaman militer maupun non militer dari luar.

Untuk meningkatkan kemampuan wilayah perbatasan agar memiliki daya tangkal yang tinggi terhadap segala ancaman dan gangguan perlu dibangun dan dibina melalui pendekatan interdepartemen dan interdisiplin dengan pendanaan dan pengelolaan secara terpadu melibatkan multi stakeholder.

B. Saran

Penyelesaian permasalahan garis batas RI - Malaysia (pada sepuluh segmen batas) yang sudah lama menggantung perlu segera dituntaskan karena hal ini menjadi kendala penetapan batas kedua negara. Perlu pelibatan Pemda dan masyarakat perbatasan dalam memelihara dan mengawasi pilar (tugu) batas negara dan penambahan pilar-pilar baru guna perapatannya yang selama ini hanya dilaksanakan pemerintah pusat.

Untuk penetapan batas laut perlu segera menentukan base points dan base lines sebagai pangkal penarikan garis batas laut dan segera mendepositkannya ke Sekjen PBB guna pengesahannya. Menjadikan kawasan perbatasan yang tidak memungkinkan dibudidayakan untuk pertanian sebagai Taman Nasional bersama dengan negara tetangga yang diawasi bersama. Contoh yang sudah ada Taman Nasional Kayan Mentarang (Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan Propinsi Kalimantan Timur)

(17)

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan dan Zubaidi Achmad, 2010. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi.Yogyakarta: Paradigma

Klinken Gerry Van, 2007. Perang Kota Kecil Kekerasan Komunal dan Demokratisasi di Indonesia.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai persepsi terhadap keterlibatan ayah dalam pengasuhan dengan intensi perilaku seksual pranikah pada

Key adalah satu atau gabungan dari beberapa atribut yang dapat membedakan semua row dalam relasi secara unik.!.

Menurut Thomas Ari (2017), konsep green port memiliki tujuan pengelolaan pelabuhan yang lebih baik, berdasarkan Standard Operating Procedure (SOP), dalam hal ini

karena orang yang hidup pada masa kenabian merupakan orang yang hidup pada

Dari penelusuran literatur yang telah dilakukan, sejauh pengetahuan peneliti belum ada pihak yang mengembangkan media pembelajaran berbasis Flash atau Adobe Animate untuk

Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah pertambahan bobot badan harian (g), konsumsi dan konversi wafer pakan untuk ternak domba ekor gemuk.Hasil penelitian menunjukkan

1) Data Primer, yakni data yang di peroleh dari sumber asli. Sumber asli yang dimaksud adalah buku-buku yang di tulis langsung oleh Ashgar Ali Engineer. Seperti buku

Berdasarkan pengamatan yang diperoleh dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan teman sejawat, pembelajaran sudah menunjukkan kemajuan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya