• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELUANG DAN TANTANGAN IMPLEMENTASI ANGGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PELUANG DAN TANTANGAN IMPLEMENTASI ANGGA"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

PELUANG DAN TANTANGAN

IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS KINERJA MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik Tahun Akademik 2011/2012

Oleh:

Regia Nugraha (10090110001) Dena Malsa (10090110010) Nurhalimah (10090110026) Tiara Mardiana (10090110028)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

(2)

PRAKATA Assalamualaikum wr. wb.

Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah Swt, karena atas berkat rahmat dan ridhonya-Nya lah Penulis dapat menyelesaikan Makalah ini. Shalawat serta salam tidak lupa Penulis panjatkan kepada Nabi Besar Muhammad Saw.

Makalah yang berjudul “Peluang dan Tantangan Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja” ini Penulis buat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik yang diberikan oleh Ibu Sri Fadilah, SE., M.Si.

Dalam pembuatan Makalah ini Penulis mendapatkan beberapa kendala. Penulis merasa kesulitan dalam mengumpulkan referensi yang akan dijadikan acuan dalam pembuatan Makalah ini, dalam pengumpulan data-data terkait, dan dalam pembuatan pokok-pokok bahasan setiap bab-bab yang akan dibahas.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam pembuatan Makalah ini. Oleh karena itu, dengan segala kebesaran hati Penulis menerima kritik dan saran yang membangun sebagai masukan untuk perbaikan Makalah ini.

Akhir kata, Penulis berharap agar penulisan Makalah ini bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi khususnya dan mahasiswa pada umumnya.

Wassalamualaikkum wr.wb. Bandung, 09 November 2

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PRAKATA ii

DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 2

1.3 Tujuan Pengkajian 2

1.4 Ruang Lingkup Kajian 3

1.5 Cara Memperoleh Data 3

1.6 Sistematika Penulisan 3

BAB II PEMERIAN MASALAH 5

2.1 Pengertian Anggaran dan Konsep Dasarnya 5

2.2 Pengertian Kinerja dan Konsep Dasarnya 12

2.3 Pengertian APBD 15

2.4 Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja 20

2.5 Dasar Hukum Anggaran Berbasis Kinerja 21

2.6 Prinsip-Prinsip Anggaran Berbasis Kinerja 22

2.7 Standar Analisa Belanja (SAB) 31

(4)

2.10 Prinsip Good Governance 40 BAB III PELUANG DAN TANTANGAN IMPLEMENTASI ANGGARAN

BERBASIS KINERJA 43

3.1 Anggaran Berbasis Kinerja dan Konsep Dasarnya 43 3.2 Peluang dan Tantangan Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja 46

BAB IV KESIMPULAN 48

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini telah berkembang paradigma baru di dalam masyarakat modern, antara lain adalah paradigma mengenai keterbukaan (transparansi), penigkatan efisiensi, tanggungjawab yang lebih jelas (responsibility), serta kewajaran (fairness). Paradigma tersebut mendorong adanya reformasi manajemen keuangan baik daerah maupun negara.

Hal-hal penting yang ditunjukkan oleh reformasi pengelolaan keuangan tersebut, antara lain sebagai berikut: (1) adanya tanggung gugat horizontal

(horizontal accountability); (2) penerapan anggaran kinerja; (3) penerapan konsep value for money; (4) penerapan pusat pertanggungjawaban (responsibility center); (5) penerapan audit kinerja (performance audit); (6) penerapan akuntansi berpasangan (double entry) dan tidak lagi menggunakan akuntasi dasar kas (cash basis).

(6)

sistem Anggaran Berbasis Kinerja juga memiliki keunikan, kekurangan, dan kelebihannya sendiri. Untuk itu, Anggaran Berbasis Kinerja beserta keterkaitannya dengan keuangan daerah ataupun negara menjadi hal yang sangat penting untuk dipahami, dikaji, dan dibahas.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut di atas, maka untuk

memperoleh gambaran mengenai permasalahan yang terjadi, Penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja dan bagaimana Konsep Dasarnya?

2. Bagaimana peluang dan tantangan implementasi Anggaran Berbasis Kinerja?

1.3 Tujuan Pengkajian

Dalam pengkajian ini, yang akan dicapai ada dua sasaran, yaitu:

1.3.1 Tujuan Objektif

1) Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar dan pengertian Anggaran Berbasis Kinerja.

(7)

1.3.2 Tujuan Subjektif

Secara subjektif tujuan pengkajian ini adalah untuk diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik.

1.4 Ruang Lingkup Kajian

Ruang lingkup kajian pada makalah ini meliputi pengertian anggaran dan kinerja,p pengertian dan konsep dasar Anggaran Berbasis Kinerja, serta

keterkaitannya dengan APBD dan Good Governance berbagai hal yang terkait dengan Anggaran Berbasis Kinerja. Di dalam makalah ini juga akan dikaji mengenai peluang dan tantangan penerapan Anggaran Berbasis Kinerja ini.

Dengan mengetahui dan memahami konsep dasar Anggaran Berbasis Kinerja beserta peluang dan tantangan dalam penerapannya serta hal-hal yang terkait

dengannya, maka kita akan lebih memahami tentang Anggarab Berbasis Kinerja itu sendiri.

1.5 Cara Memperoleh Data

Penulis memperoleh data dengan melakukan pengkajian pustaka melalui situs-situs internet dan buku-buku.

(8)

Penulis membuka Makalah yang berjudul “Peluang dan Tantangan

Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja” ini dengan melampirkan halaman judul. Lalu dilanjutkan dengan melampirkan halaman prakata, daftar isi, BAB I

PENDAHULUAN, BAB II PEMERIAN MASALAH, BAB III PELUANG DAN TANTANGAN IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS KINERJA, dan BAB IV KESIMPULAN.

BAB I PENDAHULUAN berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan pengkajian, ruang lingkup kajian, cara memperoleh data, dan sistematika penulisan.

BAB II PEMERIAN MASALAH menguraikan perincian pokok yang terdapat pada ruang lingkup kajian yaitu tinjauan pustaka, kajian pustaka, dan landasan teori.

BAB III PELUANG DAN TANTANGAN IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS KINERJA berisi komentar/pendapat penulis mengenai data yang sudah dirinci.

BAB IV KESIMPULAN berisikan hasil-hasil pembahasan yang dapat dijadikan jawaban persoalan.

(9)

BAB II

PEMERIAN MASALAH

2.1 Pengertian Anggaran dan Konsep Dasarnya

Anggaran merupakan suatu alat untuk perencanaan dan pengawasan operasi keuntungan dalam suatu organisasi laba dimana tingkat formalitas suatu budget tergantung besar kecilnya organisasi. Untuk melaksanakan tugas di atas, tentu saja diperlukan rencana yang matang. Dengan demikian dari gambaran tersebut dapat terasa pentingnya suatu perencanaan dan pengawasan yang baik hanya dapat diperoleh manajemen dengan mempelajari, menganalisa dan mempertimbangkan dengan seksama kemungkinan-kemungkinan, alternatif-alternatif dan konsekwensi yang ada.

 Menurut Munandar, (1985 : hal 1), pengertian anggaran yaitu:

(10)

 Menurut Y. Supriyanto, (1985:227), pengertian anggaran yaitu:

Budgeting menunjukkan suatu proses, sejak dari tahap persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan berbagai data dan informasi yang diperlukan. Pembagian tugas perencanaan, penyusunan rencana itu sendiri, implementasi dari rencana tersebut, sampai pada akhirnya tahap pengawasan dan evaluasi dari hasil-hasil pelaksanaan rencana.

Dibawah ini adalah konsep dasar pembentukan dan penyusunan anggaran :

2.1.1 Faktor-faktor dalam menyusun anggaran:

Untuk bisa melakukan penaksiran secara lebih akurat, diperlukan berbagai data, informasi dan pengalaman yang merupakan factor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun anggaran.

Menurut Munandar (2001 : 11) faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran yaitu :

1. Faktor-faktor Intern

Yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat di dalam perusahaan sendiri,

faktor tersebut antara lain :

a. Penjualan tahun-tahun yang lalu

(11)

pembayaran barang yang dijual, pemilihan saluran distribusi dan sebagianya. c. Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan.

d. Tenaga kerja yangn dimiliki perusahaan, baik jumlahnya (Kuantutatif) maupun keterampilan dan keahliannya (Kualitatif).

e. Fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki perusahaan.

Faktor-faktor intern ini masih dapat mengukur dan menyesuaikan dengan apa yang

diinginkan untuk masa yang akan datang. 2. Faktor-faktor Ekstern

Yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat di luar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap kehidupan perusahaan.

Faktor-faktor tersebut antara lain adalah : a. Keadaan persaingan.

b. Tingkat pertumbuhan penduduk c. Tingkat penghasilan masyarakat.

d. Berbagai kebijaksanaan pemerintah, baik dibidang politik, ekonomi, sosial, budaya

maupun keamanan.

e. Keadaan perekonomian nasional maupun internasional, kemajuan teknologi dan

(12)

Faktor-faktor ekstern ini tidak mampu untuk mengatur dan menyelesaikan sesuai dengan apa yang diinginkan dalam periode anggaran yang akan datang.

2.1.2 Tujuan penyusunan anggaran:

1. Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi dana.

2. Memberikan batasan atas jumlah dana yang dicari dan digunakan

3. Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana sehingga dapat memudahkan pengawasan

4. Merasionalkan sumber dana dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal.

5. Menyempurnakan rencana yang telah disusun karena dengan anggaran, lebih jelas dan nyata terlihat

6. Menampung dan menganalisis serta memutusakan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan.

2.1.3 Manfaat anggaran:

(13)

2. Dapat digunakan sebagai alat penilaian kelebihan dan kekurangan pegawai

3. Dapat memotivasi karyawan karena ada tujuan/sasaran yang akan dicapai

4. Menimbulkan rasa tanggung jawab pegawai

5. Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu

6. Sumber daya yang dapat dimanfaatkan seefisien mungkin

2.1.4 proses penyusunan Anggaran :

1. Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam menyusun anggaran.

2. Pengolahan data dan informasi yang telah dikumpulkan untuk melakukan penaksiran-penaksiran.

3. Menyusun anggaran serta menyajikannya secara sistematis.

4. Pengkoordinasian pelaksanaan anggaran

(14)

6. Pengolahan dan penganalisaan data untuk menghasilkan kesimpulan terhadap kegiatan kerja yang telah dilaksanakan serta menyusun kebijakan-kebijakan sebagai tindak lanjut dari kesimpulan yang telah di ambil.

2.1.5 Kelemahan anggaran

1. Aggaran dibuat berdasarkan taksiran dan asumsi sehingga mengandung unsur ketidakpastian.

2. Menyusun anggaran yang cermat memerlukan waktu, uang dan tenaga. Pihak yang merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran, dapat menggerutu dan menentang. Sehingga pelaksanaan anggaran menjadi kurang efektif.

2.1.6 Unsur-unsur anggaran

1. Rencana

Yaitu suatu penentuan terlebih dahulu tentang aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan di waktu yang akan datang.

2. Meliputi

(15)

3. Dinyatakan dalam unit moneter

Yaitu unit (kesatuan) yangdapat diterapkan pada berbagai kegiatan perusahaan yang beraneka ragam. Adapun unit moneter yang berlaku di Indonesia adalah unit “rupiah”.

4. Jangka waktu tertentu yang akan datang

Yaitu menunjukkkan bahwa anggaran berlaku untuk massa yang akan dating. Ini berarti Apa yang dimuat di dalam anggaran adalah taksiran-taksiran tentang apa yang akan terjadi dan yang akan dilakukan dimasa yang akan dating.

2.1.7 Jenis-jenis dan Isi anggaran

jenis-jenis anggaran dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :

1. Anggaran operasional, ialah anggaran yang berisi taksiran-taksiran tentang kegiatan-kegiatan perusahaan dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

2. Anggaran finansial, ialah anggaran yang berisitaksiran-taksiran tentang keadaan atau posisi inansial perusahaan pada suatu saat tertentu di masa yang akan datang.

Isi anggaran secara garis besar terdiri atas :

(16)

taksiran-taksiran tentang keadaan atau posisi finansial perusahaan pada suatu saat tertentu di masa yang akan datang.

2. Anggaran variabel, yaitu anggaran yang berisi tingkat perubahan biaya atau tingkat variabilitas biaya, khususnya biaya semi variabel, sehubungan dengan adanya perubahan produktivitas perusahaan.

3. Analisis statistika dan matematika pembantu, yaitu analisis yang

dipergunakan untuk membuat taksiran-taksiran serta yang dipergunakan untuk mengadakan penelitian dalam rangka megadakan pengawasan kerja.

4. Laporan anggaran, yaitu tentang realisasi pelaksanaan anggaran yang dilengkapi dengan berbagai analisis perbandingan antara anggaran dengan realisasinya, sehingga dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan, baik yang bersifat menguntungkan maupun yang bersifat merugikan, sehingga dapat ditarik kesimpulan dan beberapa tindak lanjut yang segera perlu dilakukan.

2.2 Pengertian Kinerja dan Konsep Dasarnya

A. Pengertian kinerja

(17)

1. sesuatu yang dicapai,

2. prestasi yang diperlihatkan,

3. kemampuan kerja.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Tinggi rendahnya kinerja pegawai tergantung kepada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penyebab terjadinya kinerja yang buruk, antara lain: (1) kemampuan pribadi, (2) kemampuan manajer, (3) kesenjangan proses, (4) masalah lingkungan, (5) situasi pribadi, (6) motivasi”. Kriteria kinerja setiap orang didasarkan kepada tugas dan tanggung jawab keseharian yang ditargetkan kepadanya. Kinerja berfungsi sebagai alat untuk memberi informasi bagi pekerja dan atasannya mengenai bagaimana seseorang telah melakukan pekerjaan, dan kinerja adalah fungsi dari interaksi antara kemampuan dan karakter kepribadian.

C. Kriteria Penilaian Kinerja

(18)

setiap pekerja. Tujuan penilaian kinerja, untuk mengelola dan memperbaiki kinerja karyawan, untuk membuat keputusan staf yang tepat waktu dan akurat dan untuk mempertinggi kualitas produksi dan jasa perusahaan secara keseluruhan dan untuk me-reward kinerja sebelumnya (to reward past performance) dan untuk memotivasi demi perbaikan kinerja pada masa yang akan datang (to motivate future performance improvement), serta informasi-informasi yang diperoleh dari penilaian kinerja ini dapat digunakan untuk kepentingan pemberian gaji, kenaikan gaji, promosi, pelatihan dan penempatan tugas-tugas tertentu. Berdasarkan kedua pendapat dari Bernardin & Russell dan Gomes di atas, dapat dikatakan bahwa setiap organisasi mutlak melakukan penilaian untuk mengetahui kinerja yang dicapai setiap pegawai, apakah telah sesuai atau tidak dengan harapan organisasi.

(19)

D. Kinerja Pelayanan

Pelayanan adalah setiap tindakan/kegiatan atau penampilan/manfaat yang ditawarkan oleh setiap pihak ke pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud, serta tidak menghasilkan kepemilikan terhadap sarana yang menghasilkan pelayanan tersebut. Wujud pelayanan, biasanya dapat dilihat dari keramahtamahan, pengetahuan produk, kesigapan dalam membantu, dan antusiasme para pegawai dalam menangani suatu persoalan. Masalah pelayanan pun sering dikaitkan dengan lokasi, jumlah produk jasa yang ditawarkan, serta keuntungan yang akan didapat oleh pelanggan.

E. Komponen kinerja

1. Kompetensi berarti individu atau organisasi memiliki kemampuan untuk mengidentifikasikan tingkat kinerjanya.

2. Produktifitas: kompetensi tersebut diatas dapat diterjemahkan kedalam tindakan atau kegiatan-kegiatan yang tepat untuk mencapai hasil kinerja (outcome).

(20)

tertulis. Mengingat kinerja mengandung komponen kompetensi dan produktifitas hasil, maka hasil kinerja sangat tergantung pada tingkat kemampuan individu dalam pencapaiannya.

2.3 Pengertian APBD

APBD (Anggaran pendapatan Belanja Daerah) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan distujui bersama oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Tujuan dan fungsi APBD pada prinsipnya sama dengan tujuan dan fungsi APBN.

 Pengertian Kebijakan umum APBD

Kebijakan umum memuat pertunjuk dan ketentuan-ketentuan umum yang disepakati sebagai pedoman dalam penyusunan APBD. Kebijakan APBD memuat komponen-komponen pelayanan yang akan diberikan dan tingkat pencapaian yang diharapkan. Kebijakan umum dirumuskan berdasarkan pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan Menteri dalam negeri setiap tahun. Sasaran dan kebijakan daerah dalam satu tahun anggaran yang menjadi petunjuk dan ketentuan umum yang disepakati sebagai pedoman penyusunan R-APBD dan RP-APBD.

2.3.1. Tujuan dan fungsi APBD

(21)

a) Fungsi alokasi

APBN dapat digunakan untuk mengatur alokasi dana dari seluruh pendapatan Negara kepada pos-pos belanja untuk pengadaan barang-barang dan jasa-jasa publik, serta pembangunan pembiayaan lainnya.

b) Fungsi distribusi

Bertujuan untuk pemerataan atau mengurangi kesenjangan antar wilayah, kelas social maupun sektoral. APBN selain digunakan untuk kepentingan umum yaitu untuk pembangunan dan kegiatan penyelenggaraan

pemerintahan, juga disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk subsidi, bea siswa, dan dana pensiun. Subsidi, bea siswa, dan dana pensiun merupakan bentuk dari transfer payment. Transfer payment adalah pengalihan pembiayaan dari satu sektor ke sektor yang lain.

c) Fungsi Stabilitas

d) APBN merupakan salah satu instrumen bagi pengendalian stabilitas perekonomian negara di bidang fiskal. Misalnya jika terjadi

(22)

terhadap kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah. - untuk menilai seberapa jauh pencapaian pemerintah dalam melaksanakan kebijakan dan program-program yang direncanakan.

Fungsi APBN jika ditinjau dari sisi manajemen :

- pedoman bagi pemerintah untuk melakukan tugasnya pada periode mendatang.

- alat kontrol masyarakat terhadap kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah.

- untuk menilai seberapa jauh pencapaian pemerintah dalam melaksanakan kebijakan dan

program-program yang direncanakan.

2.3.2 Tujuan APBN

Tujuan APBN sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran negara dalam melaksanakan tugas kenegaraan untuk meningkatkan produksi, memberi kesempatan kerja, dan menumbuhkan perekonomian, untuk mencapai kemakmuran masyarakat.

(23)

1. Proses yang terjadi di Eksekutif Proses penyusunan APBD secara keseluruhan berada di tangan Sekretaris Daerah yang bertanggungjawab mengkoordinasikan seluruh kegiatan penyusunan APBD, sedangkan proses penyusunan belanja rutin disusun oleh bagian keuangan Pemda. Proses penyusunan penerimaan dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah dan proses penyusunan belanja pembangunan disusun oleh Bappeda (bagian penyusunan program dan bagian keuangan).

2. Proses di legislatif Proses penyusunan APBD di tingkat legislatif dilakukan berdasarkan Tatib DPRD yang bersangkutan.

 Struktur APBD

1. Pendapatan

2. Belanja

3. Pembiayaan

 Struktur Pendapatan

1. Pendapatan Asli Daerah

2. Dana Perimbangan

(24)

Pendapatan Daerah adalah semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah dirinci menurut urusan pemerintahan, organisasi, kelompok, jenis obyek dan rincian obyek pendapatan.

 Struktur Belanja

1. Belanja Tidak Langsung : Belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan social, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, belanja tak terduga

2. Belanja Langsung : Belanja Pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal

Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi dan kab/kota. Belanja daerah disusun menurut urusan, organisasi, program dan kegiatan serta akun belanja.

 Struktur Pembiayaan

1. Penerimaan pembiayaan dan

2. Pengeluaran pembiayaan.

(25)

Anggaran ialah suatu rencana uraian tentang kegiatan yang akan dilaksanakan dinyatakan dalam bentuk uang. Tujuan Penyusunan anggaran adalah unuk

mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihak-pihak terkait sehingga anggaran dapat dimengerti, didukung dan dilaksanakan. Sedangkan langkahnya adalah negosisiasi pihak-pihak yang terlibat mengenai angka anggaran.

Anggaran dengan pendekatan kinerja adalah suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan.

Anggaran yang disusun dengan pendekatan kinerja dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja (output) dari perencanaan alokasi biaya (input) yang ditetapkan

2. Output (keluaran) menunjukkan produk (barang atau jasa) yang dihasilkan dari program atau kegiatan sesuai dengan masukan (input) yang digunakan

(26)

2.5 Dasar Hukum Anggaran Berbasis Kinerja

 UU no.17 tahun 2003 tentang keuangan negaramemuat berbagai perubahan mendasar dalam pendekatan penganggaran. Perubahan-perubahan itu didorong oleh berbagai faktor termasuk diantaranya perubahan yang begitu cepat di bidang politik, desentralisasi, dan berbagai tantangan pembangunan yang dihadapi pemerintah. Berbagai perubahan ini membutuhkan dukungan sistem penganggaran yang lebih responsive, yang dapat memfasilitasi upaya memenuhi tuntutan masyarakat atas peningkatan kinerja pemerintah dalam bidang pembangunan, kualitas layanan dan efisiensi pemanfaatan sumber daya. Sistem penganggaran yang selama ini diterapkan di Indonesia yaitu sistem anggaran tradisional yang terkesan sangat kaku, birokratis, dan hierarkis sudah tidak cocok lagi dengan perkembangan dunia internasional yang sangat pesat, sehingga sudah selayaknya kalau sistem penganggaran tersebut diganti dengan sistem penganggaran yang mampu merespon perubahan-perubahan tersebut. Sebagai gantinya adalah Anggaran Negara Berdasarkan Prestasi Kerja atau istilah yang lebih sering digunakan adalah Anggaran Berbasis Kinerja.

 UU no.1 tahun2004 tentang perbendaharaan negara

 UU no.15 tahun 2004 tentang pemeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara

(27)

 PP no 21 tahun 2004 ttg penyususan rencana kerja dan anggaran kementrian neg/lembaga

2.6 Prinsip-prinsip Anggaran Berbasis Kinerja

Secara teori, prinsip anggaran berbasis kinerja adalah anggaran yang

menghubungkan anggaran negara (pengeluaran negara) dengan hasil yang diinginkan (output dan outcome) sehingga setiap rupiah yang dikeluarkan dapat

dipertanggungjawabkan kemanfaatannya. Performance based budgeting dirancang untuk menciptakan efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas dalam pemanfaatan anggaran belanja publik dengan output dan outcome yang jelas sesuai dengan prioritas nasional sehingga semua anggaran yang dikeluarkan dapat

dipertangungjawabkan secara transparan kepada masyarakat luas. Penerapan penganggaran berdasarkan kinerja juga akan meningkatkan kualitas pelayanan publik, dan memperkuat dampak dari peningkatan pelayanan kepada publik. Untuk mencapai semua tujuan tersebut, kementerian negara/lembaga diberikan keleluasaan yang lebih besar (let’s the manager manage) untuk mengelola program dan kegiatan didukung dengan adanya tingkat kepastian yang lebih tinggi atas pembiayaan untuk program dan kegiatan yang akan dilaksanakan.

(28)

anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah. Aktivitas tersebut disusun sebagai cara untuk mencapai kinerja tahunan. Dengan kata lain, integrasi dari rencana kerja tahunan yang merupakan rencana operasional dari Renstra dan anggaran tahunan merupakan komponen dari anggaran berbasis kinerja. Elemen-elemen yang penting untuk diperhatikan dalam penganggaran berbasis kinerja adalah :

1) Tujuan yang disepakati dan ukuran pencapaiannya.

2) Pengumpulan informasi yang sistimatis atas realisasi pencapaian kinerja dapat diandalkan dan konsisten, sehingga dapat diperbandingkan antara biaya dengan prestasinya.

3) Penyediaan informasi secara terus menerus sehingga dapat digunakan dalam manajemen perencanaan, pemrograman, penganggaran dan evaluasi.

Kondisi yang harus disiapkan sebagai faktor pemicu keberhasilan implementasi penggunaan anggaran berbasis kinerja, adalah :

1) Kepemimpinan dan komitmen dari seluruh komponen organisasi.

2) Fokus penyempurnaan administrasi secara terus menerus.

3) Sumber daya yang cukup untuk usaha penyempurnaan tersebut (uang,waktu dan orang).

(29)

5) Keinginan yang kuat untuk berhasil.

Performance Based Budgeting memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut sehingga prinsip-prinsip transparansi, disiplin, adil, efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas dapat dicapai.

1) Transparansi dan akuntabilitas anggaran

APBD harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran, hasil, dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang dianggarkan. Anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk

mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat.

Masyarakat juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut.

2) Disiplin anggaran

(30)

kegiatan/proyek yang belum/tidak tersedia anggarannya dalam APBD/perubahan APBD.

3) Keadilan anggaran

Pemerintah daerah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya secara adil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam pemberian pelayanan karena pendapatan daerah pada hakekatnya diperoleh melalui peran serta masyarakat.

4) Efisiensi dan efektifitas anggaran

Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan azas efisiensi, tepat guna, tepat waktu pelaksanaan, dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan. Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan dan kesejahteraan yang maksimal untuk kepentingan masyarakat.

5) Disusun dengan pendekatan kinerja

(31)

input yang telah ditetapkan. Selain itu harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja di setiap organisasi kerja yang terkait.

Selain prinsip-prinsip secara umum seperti yang telah diuraikan di atas, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 mengamanatkan perubahan-perubahan kunci tentang penganggaran sebagai berikut:

1) Penerapan pendekatan penganggaran dengan perspektif jangka menengah Pendekatan dengan perspektif jangka menengah memberikan kerangka yang menyeluruh, meningkatkan keterkaitan antara proses perencanaan dan

penganggaran, mengembangkan disiplin fiskal, mengarahkan alokasi sumber daya agar lebih rasional dan strategis, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada perguruan tinggi dengan pemberian pelayanan yang optimal dan lebih efisien.

(32)

2) Penerapan penganggaran secara terpadu

Dengan pendekatan ini, semua kegiatan perguruan tinggi disusun secara terpadu, termasuk mengintegrasikan anggaran belanja rutin dan anggaran belanja

pembangunan. Hal tersebut merupakan tahapan yang diperlukan sebagai bagian upaya jangka panjang untuk membawa penganggaran menjadi lebih transparan, dan memudahkan penyusunan dan pelaksanaan anggaran yang berorientasi kinerja. Dalam kaitan dengan menghitung biaya input dan menaksir kinerja program, sangat penting untuk mempertimbangkan biaya secara keseluruhan, baik yang bersifat investasi maupun biaya yang bersifat operasional.

3) Penerapan penganggaran berdasarkan kinerja

Pendekatan ini memperjelas tujuan dan indikator kinerja sebagai bagian dari pengembangan sistem penganggaran berdasarkan kinerja. Hal ini akan mendukung perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam pemanfaatan sumber daya dan

memperkuat proses pengambilan keputusan tentang kebijakan dalam kerangka jangka menengah. Rencana kerja dan anggaran (RKA) yang disusun berdasarkan prestasi kerja dimaksudkan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Oleh karena itu, program dan kegiatan perguruan tinggi harus diarahkan untuk mencapai hasil dan keluaran yang telah ditetapkan sesuai dengan Rencana Kerja Tahunan (RKT).

(33)

corporate governance, termasuk adanya pertanggungjawaban para pengambil keputusan atas penggunaan uang yang dianggarkan untuk mencapai tujuan, sasaran, dan indikator yang telah ditetapkan.

No Uraian Line Item Budgeting Performance Base Budgeting

1 Sistem Anggaran Berimbang,inkremental

Tidak harus berimbang,

incremental berdasarkan kinerja tahun sebelumnya

2 Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja

4 Pinjaman (loan) Bagian dari pendapatam Bagian dari sumber pembiayaan

5

Tolok ukur kinerja (Performance measure)

Tidak dapat diterapkan

Berfokus pada hasil, manfaat dan dampak

(34)

pelayanan public

7 Laporan Laporan keuangan

Laporan keuangan laporan kinerja dan pelayanan

Prinsip Value for Money

Dalam kaitan dengan penganggaran prinsip ini digunakan untuk menilai apakah negara telah mendapatkan manfaat maksimal dari belanja yang dilakukan serta pemanfaatan sumber daya yang dimiliki. Beberapa hal memang sulit untuk diukur, tidak berwujud dan bersifat subyektif sehingga sering disalah artikan karena itu dibutuhkan pertimbangan yang matang dalam menentukan apakah prinsip value for money telah diterapkan dan dicapai dengan baik. Value for money tidak semata mengukur biaya barang dan jasa melainkan juga memasukkan gabungan dari unsur kualitas, biaya, sumber daya yang digunakan, ketepatan penggunaan, batasan waktu dan kemudahan dalam menilai apakah secara bersamaan kesemua unsur tersebut membentuk “value” (nilai) yang baik. Pencapaian value for money sering

digambarkan dalam bentuk tiga E, yaitu:

1. Ekonomis, yaitu meminimalkan biaya sumber daya untuk suatu kegiatan (mengerjakan sesuatu dengan biaya rendah);

(35)

sesuatu dengan benar);

3. Efektif, yaitu sejauh mana sasaran dicapai (melakukan hal yang benar).

Kunci pokok untuk memahami Performance Based Budgeting adalah pada kata “Performance atau Kinerja”. Untuk mendukung sistem penganggaran berbasis kinerja yang menetapkan kinerja sebagai tujuan utamanya maka diperlukan alat ukur kinerja yang jelas dan transparan berupa indikator kinerja (performance

indicators). Selain indikator kinerja juga diperlukan adanya sasaran (targets) yang jelas agar kinerja dapat diukur dan diperbandingkan sehingga selanjutnya dapat dinilai efisiensi dan efektivitas dari pekerjaan yang dilaksanakan serta dana yang telah dikeluarkan untuk mencapai output/kinerja yang telah ditetapkan.

2.7 Standar Analisa Belanja (SAB)

Analisa standar belanja merupakan instrument yang harus ada untuk

(36)

dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. Dalam PP tersebut istilah yang digunakan adalah Standar Analisis Belanja (SAB). SAB atau Standar Analisis Belanja adalah salah satu instrumen anggaran kinerja untuk menilai kewajaran besaran anggaran suatu kegiatan dengan beban kerjanya.

Penerapan SAB pada dasarnya akan memberikan manfaat antara lain: (1) Dapat menentukan kewajaran belanja untuk melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan tupoksinya; (2) Meminimalisir terjadinya pengeluaran yang kurang jelas yang menyebabkan inefisiensi anggaran; (3) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan Keuangan Daerah; (4) Penentuan anggaran berdasarkan pada tolok ukur kinerja yang jelas; dan (5) Unit kerja mendapat keleluasaan yang lebih besar untuk menentukan anggarannya sendiri. Dasar hukum penyusunan SAB yaitu:

1. UU 32 Tahun 2004 Pasal 167 ayat 3 “Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempertimbangkan Standar Analisa Belanja, standar harga, tolok ukur kinerja dan standar pelayanan minimal yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan”

(37)

maju yang telah disetujui tahun anggaran sebelumnya dan dokumen perencanaan lainnya, serta capaian kinerja, indicator kinerja, Standar Analisa Belanja, standar satan harga dan standar pelayanan minimal”

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengeolaan Keuangan Daerah Pasal 89 ayat (2) dan Pasal 100 ayat (2)

Sampai dengan saat ini pedoman untuk penyusunan SAB dari pemerintah belum ada, sehingga Pemerintah Kabupaten mulai tahun 2008 mencoba untuk menyusun Rancangan SAB tersebut akan disampaikan ke Bupati selaku Pemegang

Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah dan TPAD untuk mendapat persetujuan, setelah itu baru disosialisasikan ke SKPD.

Dasar hukum telah mensyaratkan perlunya SAB oleh Pemerintah Daerah dalam menyusun APBD. Namun, hal ini tidak diimbangi dengan bentuk perwujudan SABsecara riil yang diperkenalkan oleh peraturan-peraturan tersebut kepada

Pemerintah Daerah. Akibat dari tidak adanya wujud SAB secara riil tersebut maka timbullah berbagai macam masalah dalam penyusunan APBD. Berikut ini

akandisampaikan masalah-masalah klasik dalam penyusunan APBD:

a. Penentuan anggaran secara incremental

(38)

kajian yang mendalam terhadap data tersebut. Contoh: Tahun 2006 Badan Kepegawaian Daerah melaksanakan Kegiatan Pengadaan CPNSD sebesar Rp. 150 juta rupiah dan di tahun 2007 melaksanakan Kegiatan Pengadaan CPNSD juga. Diperkirakan pada tahun 2007 diprediksikan terjadi kenaikan hanya sebesar 8 %, maka besarnya anggaran kegiatan tersebut pada tahun 2007 adalah sebesar 150 juta x 108% = 162 juta, sedangkan rincian belanjanya adalah sama seperti tahun lalu

b. Penentuan anggaran dipengaruhi oleh ‘NAMA’ Kegiatan. Seringkali besarnya anggaran dipengaruhi oleh nama. Ketika sebuah kegiatan menggunakan istilah ‘kebarat-baratan’ maka biasanya akan mendapatkan alokasi anggaran yang lebih besar dibandingkan kegiatan yang sejenis dengan menggunakan nama lokal.

Berdasarkan masalah klasik tersebut, maka masalah-masalah yang muncul ketika SAB tidak digunakan dalam penganggaran keuangan daerah adalah:

• Plafon anggaran kegiatan pada PPAS ditetapkan menggunakan “intuisi”.

• Sulit menilai kewajaran beban kerja dan biaya suatu kegiatan.

• Penyusunan dan penentuan anggaran menjadi subjektif.

• Dua atau lebih kegiatan yang sama mendapat alokasi yang berbeda.

• Tidak memiliki argumen yang kuat jika “dituduh” melakukan pemborosan.

(39)

Anggaran daerah dalam konteks otonomi dan desentralisasi menduduki posisiyang sangat penting. Namun, saat ini kualitas perencanaan Anggaran Daerah yang digunakan masih relatif lemah. Proses perencanaan nggaran daerah dengan paradigma lama cenderung lebih dominan. Lemahnya perencanaan anggaran juga diikuti dengan ketidakmampuan Pemerintah Daerah dalam meningkatkan penerimaan Daerah secara berkesinambungan, sementara dipihak lain pengeluaran terus

meningkat secara dinamis, tetapi tidak disertai dengan penentuan skala prioritas dan besarnya plafon anggaran. Keadaan tersebut pada akhirnya memunculkan

kemungkinan underfinancing atau overfinancing, yang semuanya mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektivitas unit-unit kerja Pemerintah Daerah.

(40)

Tujuan Standar Analisa Belanja antara lain:

 Meningkatkan kemampuan unit kerja dalam menyusun anggaran berdasarkan skala prioritas anggaran daerah, tugas pokok dan fungsi, tujuan, sasaran, serta indikator kerja pada setiap program dan kegiatan yang direncanakan.

 Mencegah terjadinya duplikasi atau tumpang tindih kegiatan dan anggaran belanjanya pada tiap-tiap unit dan antarunit kerja.

 Menjamin kesesuaian antara kegiatan dan anggaran dengan arah, kebijakan, strategi, dan prioritas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan public; mengurangi tumpang tindih belanja dalam kegiatan investasi dan noninvestasi.  Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan keuangan daerah.

Manfaat yang dapat diperoleh dari Pemerintah Daerah ketika menggunakan Standar Analisa Belanja adalah sebagai berikut:

a. Penetapan plafon anggaran pada saat Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) menjadi obyektif tidak lagi berdasarkan “intuisi”.

b. Dapat menentukan kewajaran biaya untuk melaksanakan suatu kegiatan.

c. Meminimalisir terjadinya pengeluaran yang kurang jelas yang menyebabkan inefisiensi anggaran.

d. Penentuan anggaran berdasarkan pada tolok ukur kinerja yang jelas.

(41)

f. Memiliki argumen yang kuat jika “dituduh” melakukan pemborosan.

g. Penyusunan anggaran menjadi lebih tepat waktu.

2.8 Posisi SAB dalam Pengelolaan Keuangan Daerah

SAB memiliki peran yang penting dalam pengelolaan keuangan daerah, yaitu:

a. Tahap Perencanaan SAB dapat digunakan pada saat perencanaan keuangan daerah. SAB dapatdipergunakan pada saat musrenbang, rencana jangka panjang (renja), dan padasaat penentuan prioritas. Pada tahap-tahap tersebut SAB

digunakan untukmenentukan pagu indikatif dari kegiatan-kegiatan yang diusulkan olehmasyarakat.

(42)

dilakukan adalah dengan menggunakan formula perhitungan SAB yang terdapat pada masing-masing jenis SAB.

c. Tahap Pengawasan/Pemeriksaan

Pada tahap pengawasan/pemeriksaan, pengawas/pemeriksa dapat menggunakan SAB untuk menentukan batasan mengenai pemborosan / kerugian negara. Apabila penganggaran belanja melebihi SAB maka disebut pemborosan.

(43)

2.9 Peluang dan Tantangan Anggaran Berbasis Kinerja

Penerapan anggaran berbasis kinerja ditujukan untuk menciptakan tata kelola pemerintahan yang lebih baik (good governance) yaitu penyelenggaraan

kepemerintahan yang berorientasi kepada pelanggan / masyarakat. Tata kelola yang baik membuat pengelolaan urusan masyarakat dengan cara yang transparan,

(44)

Penerapan penganggaran berbasis kinerja di Indonesia mempunyai tantangan yang tidak ringan karena berubahnya sistem penganggaran. Tantangan yang lebih berat adalah mengubah mind set tidak hanya pada lingkungan Pemerintah (eksekutif), tetapi juga Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai lembaga legislatif. Mind set DPR dalam rangka pembahasan dan penetapan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) diharapkan juga berubah menjadi output base, tidak lagi input base.

Lambatnya anggaran di awal-awal tahun anggaran, menjadikan kegiatan sering tertunda dan tidak sesuai jadwal yang diharapkan. Hal ini biasanya terjadi untuk kegiatan-kegiatan kecil di daerah sehingga kegiatan menumpuk di akhir tahun anggaran yang mengakibatkanout put danout come tidak optimal. Apalagi ada anggapan bahwa “jangan sampai ada anggaran tersisa agar ada kenaikan untuk anggaran tahun depan”, sehingga masih timbul pola tradisional, bukan lagi anggaran berbasis kinerja, namun anggaran berbasis kegiatan.

Berikut adalah beberapa tantangan mendasar dari sebuah Anggaran Berbasis Kinerja, yaitu:

(45)

2. Perumusan alat ukur/ parameter kinerja yang baik. Hal ini menjadi tantangan yang berat karena di dalam sistem Anggaran Berbasis Kinerja dilakukan pengukuran kinerja. Sedangkan kinerja setiap program/kegiatan tidak

semuanya dapat di ukur dengan ukuran kuantitatif (dalam satuan moneter atau satuan lain).

2. 10 Prinsip Good Governance

Prinsip good governance telah diadopsi oleh hampir semua pemerintahan yang mengaku menjalakan administrasi publik yang modern. Good governance antara lain dipahami sebagai suatu kondisi yang mempunyai delapan karakteristik utama yaitu partisipasi, rule of law, transparansi, responsiveness, consensus

orientation, equity and inclusiveness, effectiveness and efficiency dan accountability. Selanjutnya diyakini ke delapan karakteristik utama tersebut akan mampu menjamin terciptanya pemerintahan yang bebas dari KKN, melindungi kaum minoritas dan suara masyarakat didengar dalam rangka pengambilan keputusan. Masing-masing prinsip utama ters ebut selanjutnya secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:

(46)

b. Rule of law, dalam kaitan dengan sistem penganggaran prinsip ini merupakan pusat dari proses penyusunan anggaran. APBN ditetapkan dengan Undang- Undang begitu juga atur an-aturan pelaksanaan semua harus mengacu pada Undang-undang.

c. Transparency, prinsip ini berlaku di berbagai fungsi dan tanggungjawab

pengelolaan keuangan pemerintah, termasuk dalam proses perencanaan, kebijakan keuangan, pencatatan, audit keuangan dan pelibatan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan keuangan.

d. Responsiveness, sistem penganggaran harus mampu menampung semua kebutuhan publik dalam waktu yang masuk akal.

e. Consensus orientation, penganggaran harus mengakomodir segala kepentingan yang ada pada masyarakat luas atau juga dikenal dengan istilah anggaran

partisipatif. Penganggaran partisipatif didasarkan pada pemikiran partisipasi masyarakat yang intensif dalam proses pengambilan keputusan anggaran. Hal ini juga terkait dengan perspektif jangka panjang dalam rangka terciptany a

pembangunan sumber daya manusia dan bagaimana mencapai tujuan pembangunan.

(47)

kepentingan seluruh masyarakat bukan hanya sebagian golongan. Sehingga seluruh masyarakat merasakan bagian dari kebijakan penganggaran dan tidak merasa seolah-olah anggaran yang dibuat oleh pemerintah hanyalah untuk kepentingan pemerintah.

g. Effectiveness and efficiency, anggaran berbasis kinerja merupakan cerminan kedua prinsip tersebut. Efektivitas adalah melakukan hal yang benar dan efisiensi adalah melakukan sesuatu dengan benar. Keputusan anggaran harus memilih hal- hal yang benar untuk dibiayai oleh dana masyarakat dan mengelola pengeluaran dana-dana dan sumber daya tersebut untuk memastikan bahwa hal tersebut dilaksanakan dengan benar.

h. Accountability, akuntabilitas merupakan inti dari proses anggaran. Akuntabilitas membuat pejabat yang mendapat tugas mela ksanakan dan

(48)

BAB III

PELUANG DAN TANTANGAN APLIKASI ANGGARAN BERBASIS

KINERJA

3.1 Anggaran Berbasis Kinerja dan Konsep Dasarnya

Penganggaran merupakan rencana keuangan yang secara sistimatis menunjukkan alokasi sumber daya manusia, material, dan sumber daya lainnya. Berbagai variasi dalam sistem penganggaran pemerintah dikembangkan untuk melayani berbagai tujuan termasuk guna pengendalian keuangan, rencana

manajemen, prioritas dari penggunaan dana dan pertanggungjawaban kepada publik. Penganggaran berbasis kinerja diantaranya menjadi jawaban untuk digunakan sebagai alat pengukuran dan pertanggungjawaban kinerja pemerintah.

Proses penyusunan anggaran merupakan proses akuntansi dan proses manajemen. Proses akuntansi karena penyusunan anggaran merupakan studi

(49)

mencapai tujuan organisasi. Negara/daerah sebagai suatu entitas sector public juga memanfaatkan anggaran sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Seiring dengan semakin tingginya tuntutan masyarakat terhadap transparansi penganggaran belanja publik, maka diperkenalkanlah sistem penganggaran yang berbasis kinerja (Performance Based Budgeting) sebagai pengganti sistem penganggaran lama dengan sistem Line Item Budgeting. Dalam sistem Line Item Budgeting penekanan utama adalah terhadap input, di mana perubahan terletak pada jumlah anggaran yang meningkat dibanding tahun sebelumnya dengan kurang menekankan pada output yang hendak dicapai dan kurang mempertimbangkan prioritas dan kebijakan yang ditetapkan secara nasional.

Penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut. Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kerja. Sedangkan bagaimana tujuan itu dicapai,

dituangkan dalam program, diikuti dengan pembiayaan pada setiap tingkat pencapaian tujuan.

Sistem Penganggaran Berbasis Kineja (Performance based budgeting) dirancang untuk menciptakan efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas dalam

(50)

dengan prioritas nasional sehingga semua anggaran yang dikeluarkan dapat dipertangungjawabkan secara transparan kepada masyarakat luas.

Di Indonesia sendiri saat ini masih menggunakan sistem anggaran tradisional yang terkesan sangat kaku, birokratis, dan hierarkies. Sistem ini tentu saja sudah tidak cocok lagi dengan perkembangan dunia internasional yang sangat pesat sehingga perlu diadakan pembaharuan dalam sistem pengganggaran ini menjadi sistem penganggaran yang lebih berorientasi kepada prestasi kerja bukan berorientasi pada dana.

Penganggaran berbasis kinerja yang mengutamakan pencapaian hasil yang maksimal dengan sunber daya terbatas diharapkan mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumber daya. Dengan begitu, suatu negara akan lebih berusaha untuk mencapai independensi anggaran tanpa harus mengutamakan bahkan mempertimbangkan pendanaan dari luar dalam sistem anggarannya. Pendanaan dari luar yang sangat harus dihindari misalnya adalah Utang Luar Negeri. Indonesia saat ini masih memasukkan komponen Utang Luar Negeri untuk pendanaan anggarannya.

(51)

kepada Utang Luar Negeri dan tidak akan pernah mencapai independensi anggaran karena tidak akan pernah tercapainya efisiensi.

Independensi anggaran itu sendiri adalah suatu tingkatan dimana anggaran di dalam suatu negara didanai oleh Sumber Daya Dalam Negeri sebagai komponen utamanya. Langkah awal untuk mencapai independensi itu sendiri adalah dengan perubahan sistem anggaran menjadi Anggaran Berbasis Kinerja sehingga mampu menigkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumber daya yang ada.

3.2 Peluang dan Tantangan Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja

Anggaran Berbasis Kinerja merupakan sistem penganggaran masa depan yang diharapkan mampu membawa Indonesia menjadi lebih mandiri. Indonesia saat ini sudah memiliki cukup banyak Sumber Daya Manusia yang memiliki intelektualitas yang tinggi yang mampu mengoptimalkan implementasi anggaran berbasis kinerja ini. Didukung pula oleh sumber pendapatan dalam negeri yang cukup baik sehingga pelaksanaan teknis anggaran yang berorientasi pada hasil yang maksimal dengan sumber daya yang ada tidak akan terlalu sulit untuk dilaksanakan.

Akan tetapi, Sumber Daya Manusia dengan intelektualitas yang tinggi tanpa dibarengi dengan loyalitas yang tinggi pula justru menjadi tantangan dalam

(52)

Alat ukur kinerja dalam sistem Anggaran Berbasis Kinerja sangat sulit untuk dirumuskan karena banyak dari kinerja setiap program/kegiatan tidak dapat diukur dengan ukuran kuantitatif (dalam satuan moneter atau satuan lain) melainkan harus diukur secara kualitatif. Pengukuran secara kualitatif akan menjadi sangat subjektif dan relatif tergantung siapa yang mengukur dan bagaimana sudut pandangnya. Penilian yang subjektif dan relatif sangat rentan akan penyelewengan terutama di Indonesia yang saat ini krisis akan SDM pemerintahan yang memiliki loyalitas dan kejujuran yang tinggi.

Kunci utama dalam penerapan Anggaran Berbasis Kinerja adalah Sumber Daya Manusia yang terlibat di dalamnya. Indonesia memang memiliki Sumber Daya Manusia yang lebih banyak berperan sebagai “tantangan” di dalam sistem ini. Tetapi dengan kesadaran masyarakat yang tinggi akan pemerintahan yang lebih baik

setidaknya akan terus mendorong Indonesia ke arah yang lebih baik dengan tingkat pastisipasi yang tinggi dari semua pihak, taat hukum, transparan, lebih

bertanggungjawab, berorientasi kesepakatan bersama, mementingkan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan, serta efektif dan efisien.

(53)

BAB IV

KESIMPULAN

Penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut.

Sistem Penganggaran Berbasis Kineja (Performance based budgeting) dirancang untuk menciptakan efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas dalam

pemanfaatan anggaran belanja publik dengan output dan outcome yang jelas sesuai dengan prioritas nasional sehingga semua anggaran yang dikeluarkan dapat

dipertangungjawabkan secara transparan kepada masyarakat luas.

Di dalam implementasi Anggaran Berbasis Kinerja, Sumber Daya Manusia menjadi peluang sekaligus tantangan utama. Sumber Daya Manusia dengan

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Alim, Muhidin Sambas. 2010. “Konsep Kinerja"

http://sambasalim.com/manajemen/konsep-kinerja.html/feed

Anonim1. 2011. “Prinsip Anggaran Berbasis Kinerja”.

http://www.akpol.ac.id/2011/03/prinsip-anggaran-berbasis-kinerja.html

Anonim2. 2010. “Pengertian Kebijakan Umum APBD”. http://fokusparlemen.or.id/

Anonim3. 2009. “Pengertian Anggaran Secara Umum”.

http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/07/pengertian-anggaran-secara-umum.html

Anonim4. 2006. “Peluang dan Tantangan Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja”. http://www.cariskripsi.info/wp-content/themes/cariskripsi/favicon.ico

Junaidi, Wawan. 2009. “Analisa Sttandar Belanja”.

(55)

Sarutobi, Ardiyan. 2010. “Pengertian, Fungsi, Tujuan APBN-APBD”.

http://ardiyansarutobi.blogspot.com/2010/09/pengertian-fungsi-tujuan-apbn-apbd.html

Referensi

Dokumen terkait

3.3 Perhitungan Frekuensi Alami Tangki Pada perhitungan frekuensi alami ini yang dihitung adalah tangki aktual simulasi 1 sesuai dengan maximum design liquid level,

Menimbang, bahwa Permintaan Banding dari Terdakwa maupun Penuntut Umum kemudian Permintaan Pencabutan Banding dari Terdakwa maupun Penuntut Umum tersebut oleh Ketua

Cara menghitung luas bangun datar yang tidak teratur adalah dengan menghitung banyak persegi satuan pada bangun datar tersebut.... (Kerjakan di

Program adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh Perangkat Daerah atau masyarakat, yang dikoordinasikan oleh

Program merupakan instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta

a Setiap penambahan modal melalui pengeluaran Efek Bersifat Ekuitas yang dilakukan dengan pemesanan, maka hal tersebut wajib dilakukan dengan memberikan hak memesan Efek

Proporsi penambahan pati ubi jalar Cilembu yang tepat belum diketahui untuk menghasilkan es krim yoghurt sinbiotik yang baik ditinjau dari total padatan, pH,

Perancangan form sistem login digunakan oleh pengguna untuk masuk ke dalam form menu utama untuk melakukan diagnosis, dan digunakan juga oleh seorang pakar atau administrator