• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA. docx"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PENGERTIAN SISTEM SOSIAL BUDAYA

INDONESIA

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dengan semakin majunya zaman, seiring dengan

perkembangan teknologi yang semakin canggih,

kebudayaan atau budaya Indonesia semakin tidak di

perhatikan keberadaanya,bahkan belakangan ini

banyak sekali budaya Indonesia yang diklaim oleh

pihak lain,

dan mungkin mereka lebih peduli daripada kita yang

memilikinya.Indonesia adalah Negara yang kaya,

subur dan seharusnya juga makmur. Tapi apa yang

terjadi?. Sedikit mengenai Sistem Sosial dan Budaya

di Indonesia, dalam kurun waktu yang singkat ini

banyak penyimpangan-penyimpangan dari Sistem

Sosial dan Budaya itu sendiri, bukan orang lain yang

lakukannya, dan anehnya itu dilakukan oleh kita

sendiri sebagai bangsa Indonesia yang seharusnya

menjaga nilai-nilai kebudayaan tersebut.

Jika hal ini dibiarkan berlanjut, maka Negara

Indonesia akan hilang jatidirinya sebagai Negara

pancasila. Oleh karena itu, pentingnya kita

mengetahui tentang sistem sosial dan budaya

Indonesia menjadi pokok bahasan dalam

penyusunan makalah ini.

(2)

Agar mempermudah kita untuk lebih mengenal apa

itu Sistem Sosial dan Budaya khususnya di

Indonesia ini, maka penyusun membatasi

bahasan-bahasan yang akan dijelaskan, diantaranya:

1. Apa yang dimaksud dengan Sistem, Sistem Sosial,

Sistem Budaya, Sistem Sosial Budaya serta Sistem

Sosial dan Budaya Indonesia ?

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SISTEM

Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan

bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang

terdiri dari komponen atau elemen yang

dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran

informasi, materi atau energi. Istilah ini sering

dipergunakan untuk menggambarkan suatu setentitas

yang berinteraksi, di mana suatu model matematika

seringkali bisa dibuat.

Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang

saling berhubungan yang berada dalam suatu

(3)

Kata "sistem" banyak sekali digunakan dalam

percakapan sehari-hari, dalam forum diskusi

maupun dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk

banyak hal, dan pada banyak bidang pula, sehingga

maknanya menjadi beragam. Dalam pengertian yang

paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan

benda yang memiliki hubungan di antara mereka.

2.2.PENGERTIAN SISTEM SOSIAL

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu

tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu.

Wujud ini sering pula disebut dengan SISTEM

SOSIAL.

Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas

manusia yang saling berinteraksi, mengadakan

kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya

menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat

tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam

kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan

didokumentasikan.

Menurut Garna(1994),“sistem sosial adalah suatu

perangkat peran sosial yang berinteraksi atau

(4)

2.3 PENGERTIAN SISTEM BUDAYA

Dalam pergaulan sehari-hari kita menemukan istilah

mentalitas. Mentalitas adalah kemampuan rohani

yang ada dalam diri seseorang, yang menuntun

tingkah laku serta tindakan dalam hidupnya.

Pantulan dalam tingkah laku itu menciptakan sikap

tertentu terhadap hal-hal serta orang-orang di

sekitarnya. Sikap mental ini sebenarnya sama saja

dengan sistem nilai budaya (culture value system)

dan sikap (attitude).

Sistem nilai budaya (atau suatu sistem budaya)

adalah rangkaian konsep abstrak yang hidup dalam

alam pikiran sebagian besar suatu warga masyarakat.

Hal itu menyangkut apa

dianggapnya penting dan

bernilai

. Maka dari itu suatu sistem nilai budaya

merupakan bagian dari kebudayaan yang

memberikan arah serta dorongan pada perilaku

manusia. Sistem tersebut merupakan konsep abstrak,

tapi tidak dirumuskan dengan tegas. Karena itu

konsep tersebut biasanya hanya dirasakan saja, tidak

dirumuskan dengan tegas oleh warga masyarakat

yang bersangkutan. Itu lah sebabnya mengapa

konsep tersebut sering sangat mendarah daging, sulit

diubah apalagi diganti oleh konsep yang baru.

(5)

tersebut.

Konsep

sikap bukanlah bagian dari kebudayaan

.

Sikap merupakan daya dorong dalam diri seorang

individu untuk bereaksi terhadap seluruh

lingkungannya. Bagaimana pun juga harus dikatakan

bahwa sikap seseorang itu dipengaruhi oleh

kebudayaannya. Artinya, yang dianut oleh individu

yang bersangkutan.

Dengan kata lain, sikap individu yang tertentu

biasanya ditentukan keadaan fisik dan psikisnya

serta norma-norma dan konsep-konsep nilai budaya

yang dianutnya. Namun demikian harus pula

dikatakan bahwa dalam pengamatan tentang

sikap-sikap seseorang sulitlah menunjukkan ciri-cirinya

dengan tepat dan pasti. Itulah juga sebabnya

mengapa tidak dapat menggeneralisasi sikap

sekelompok warga masyarakat dengan bertolak

(hanya) dari asumsi yang umum saja.

(6)

2.5 PENGERTIAN SISTEM SOSIAL DAN

BUDAYA INDONESIA

Istilah sosial budaya merupakan bentuk gabungan

dari istilah soial dan budaya. Sosial dalam arti

masyarakat, budaya atau kebudayaan dalam arti

sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta

masyarakat. Sosial budaya dalam arti luas mencakup

segala aspek kehidupan. Karena itu, atas dasar

landasan pemikiran tersebut maka pengertian sistem

sosial budaya Indonesia dapat dirumuskan sebagai

totalitas tata nilai, tata sosial dan tata laku manusia

Indonesia yang merupakan manifestasi dari karya,

rasa dan cipta didalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara berdasarkan pada pancasila

dan UUD 1945.

Degan demikian, sistem sosial budaya Indonesia

memungkinkan setiap manusia mengembangkan dirinya

dan mencapai kesejahteraan lahir batinnya selengkap

mungkin secara merdeka sesuai dengan kata hatinya

dalam kerangka pola berpikir dan bertindak yang

berdasarkan pancasila.

Struktur sistem sosial budaya Indonesia dapat merujuk

pada nilai - nilai yang terkandung dalam pancasila yang

terdiri atas:

A. Tata nilai

Struktur tata nilai kehidupan pribadi atau keluarga,

masyarakat, bangsa, dan Negara meliputi berikut ini.

1. Nilai Agama

(7)

3. Nilai vital

4. Nilai material ( raga)

B. Tata Sosial

Tata sosial indonesia harus berdasarkan :

1. UUD 1945

2. peraturan perundang-undangan lainnya

3. Budi pekerti yang luhur dan cita-cita moral rakyat

yang luhur

C. Tata laku ( Karya )

Tata laku pribadi atau keluarga, masyarakat bangsa dan

Negara harus berpedoman pada ;

1. Norma Agama

2. Norma Kesusilaan/kesopanan

3. Norma Adat istiadat

4. Norma Hukum setempat

5. Norma Hukum Negara

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu H .1990, Psikologi Sosial ( edisi

revisi ),rimeka cipta.

Garna, Judistira K. 1991. Beberapa Dasar Ilmu-Ilmu

Sosial, Bandung :

.1996. Sistem Budaya Indonesia, Bandung: program

Pascasarjana Universitas Padjadjaran.

Austin, J.L. 1962. How to Do Things with Words.

Cambridge :

(8)

Anderson, Benedict. 2001. Imagined Communities

(Komunitas-komunitas Terbayang).

(terj. Omi Intan Naomi) Yogyakarta: Inist.

PLURALISME

Pluralisme atau keanekaragaman pada

hakekatnya merujuk kepada pengelolaan

perbedaan yang dapat menimbulkan konflik

dan ketegangan apabila terkait dengan

golongan-golongan

yang

memiliki

kepentingan yang berbeda. Pluralisme

memang terkait dengan berbagai

perbedaan yang seharusnya bersipat

dinamis dan bukan statis, sehingga dapat

membawa peradapan dalam kehidupan

sosial suatu masyarakat. ia harus dapat

memisahkan atau mengiliminir unsur-unsur

yang dapat memecah belah dan harus

menjadi pelekat bagi elemen-elemen

pemersatu dengan meredam konflik secara

halus.

(9)

kerangka sosio-kultural masyarakat. Konsep

pemersatu didalamnya menjamin istilah

yang dikemukakan oleh

Norcholis Madjid

yaitu harus membumi dan tidak

diawang-awang, artinya kemajemukan itu harus

dapat mewujudkan integrasi, dimana

integrasi yang dilandasi pluralisme harus

mengesampingkan

premodialisme/pengelompokan,

untuk

sementara yang selalu menyimpan konflik.

oleh karenanya seluruh elemen masyarakat

harus memiliki political will untuk

mewujudkan integrasi nasional.

KONSEP PLURALITAS MASYARAKAT

Bagi banyak negara didunia pada saat ini

kemasyarakatan dianggap sangat penting

dan menarik karena sipatnya yang

majemuk, pluralistik, yang sering merujuk

pada keragaman bahasa, agama, lapisan

sosial, kasta, ras serta kebudayaan suku

bangsa yang terdapat di negara-negara

yang sedang berkembang dan

negara-negara yang telah maju.

(10)

Negara itu hanya sekitar 17 Negara yang

memiliki masyarakat yang beragam.

Terkait dengan masalah ketentraman dan

keamanan Nasional maka negara-negara

yang multietnik

tentu lebih sulit

menjaganya daripada negara-negara yang

masyarakatnya homogen.

TIPE MASYARAKAT MULTI ETNIK

menurut Young (Koentjaraningrat 1988)

1. terdapat di sebagian besar

negara-negara maju di eropa barat, dimana

penduduknya terdiri dari sejumlah suku

bangsa yang terdiri dari suku bangsa

yang dominan dan suku bangsa yang

minoritas. suku bangsa yang dominan

merupakan kebudayaan perkotaan yang

telah berusia ratusan tahun dan di eropa

timur suku bangsa yang dominan masih

mengandalkan sektor pertanian karena

masih dianggap sektor yang sangat

penting.

(11)

lebih maju didunia seperti ,kanada,

australia dan Selandia Baru. selain itu ada

negara-negara yang tergolong kurang

berkembang ekonominya seperti

negara-negara amerika latin dan aprika selatan.

3. Negara-negara yang wilayahnya

merupakan daerah asal dari

bangsa-bangsa yang dipindahkan atau yang

berimigrasi ke Amerika atau eropa.

penduduknya pada umumnya keturunan

dari bangsa-bangsa yang dipindahkan

atau berimigrasi tadi, yang kemudian

dikembalikan ke daerah asalnya

masing-masing oleh kekuatan-kekuatan politik

dari negara-negara maju di Amerika dan

Eropa. contohnya liberia di afrika barat

dan israel dimana bangsa-bangsa yang

dipulangkan menjadi golongan yang

berkuasa dan penduduk yang sudah ada

menjadi golongan minoritas.

(12)

barat, dan kini tergolong negara dengan

ekonomi yang sedang berkembang seperti

malaysia, Maroko, Swazi, Kuwait, oman

dll dan ada pulah negaranya merdeka

setelah kerajaan di gulingkan seperti

yang terjadi di Tunisia, Rwanda, vietnam,

Burundi, Mesir dan kamboja.

5. Negara-negara yang ada di asia dan

afrika yang sama dengan tipe keempat

akan tetapi pada tipe ini negara-negara

tersebut tidak perna di jajah oleh eropa

barat dan sistem kerajaannya digulingkan

oleh revolusioner seperti di Etiofia, Iran,

afghanistan dan Cina, atau sistem

kerajaan ini beruba menikuti kemajuan

jaman modern seperti yang terjadi di

muangthai.

(13)

Trinidat, dan Suriname di Amerika latin

dan singapura di asia tenggara.

7. terdapat dinegara-negara yang batas

wilayah yang ditentukan oleh sejarah

kolonialisme dan suku bangsanya

disatukan oleh pengalaman yang sama

yaitu perna dijajah oleh salah satu bangsa

di neropa barat. semua suku bangsa

memilik kedudukan yang sama sebagai

negara yang perna dijajah. identitas

nasional, ideologi nasional, solidaritas

nasional dan kebudayaan nasional

merupakan bagian yang penting dalam

pembangunan nasionalnya. contohnya :

Negeria, Zaire, Kamerun Kenya dan

uganda di afrika sedang dia asia adalah

yordania dan Philipina.

8. Negara tipe ini adalah negara-negara

dengan batas wilayah ditentukan oleh

sejarah kolonialisme. susku-suku bangsa

yang tinggal didalamnya disatukan oleh

pengalaman yang sama yaitu perna dijaja

oleh suatu bangsa di eropa barat. semua

suku bangsa menganggap sama tinggi

kedudukan dan derajatnya sehingga

pembentukan

identitas

nasional,

(14)

hanya saja bedanya pada negara-negara

tipe ketujuh adalah suku bangsa disini

memiliki peradapan yang sangat tua serta

memiliki sejarah kebudayaan yang

panjang sehingga ada persamaan

unsur-unsur dan nilai-nilai kebudayaan yang

secara esensial

sama dengan

kebudayaan-kebudayaan dari tiap-tiap

suku bangsa yang ada. kadang-kadang

ada suatu bangsa nasional yang

dipahami oleh sebagian besar warga dari

mayoritas suku bangsa dari negara

bersangkutan. contoh dari tipe ini adalah

Tanzania, aljasair, Syria, Irak, Pakistan,

India, Sri langka, Indonesia. Dan di eropa

yaitu Czeskoslovakia dan Yogoslavia

sebagai negara yang sedanga

berkembang dan Belgia dan Swiss yang

ekonominya telah maju.

Pluralisme atau Kemajemukan suatu

masyarakat dapat dilihat dari dua sudut

pandang:

1.

Horizontal yang dilihat dari

kenyataan yang menunjukan adanya

satuan-satuan

sosial

yang

(15)

tradisi, serta unsur-unsur kedaerahan

lainnya.

2.

Vertikal

yang umumnya

digambarkan dengan adanya stratifikasi

sosial, ekonomi, dan politik.

Menurut pandangan fungsionalisme

struktural, didalam masyarakat pluralitas

menganggap bahwa semua disfungsi,

semua ketegangan, dan berbagai

penyimpangan sosial mengakibatkan

terjadinya perubahan sosial yang berupa

permasalahan sosial yang semakin

kompleks, yang merupakan akibat dari

pengaruh faktor-faktor yang datang dari

luar. Pluralitas agama, ras, budaya, bahasa

da

n adat istiadat yang seharusnya merupakan

investasi yang sangat berharga terkait dengan

konsep integrasi sering dianggap sebagai kendala

dalam menyatukan keinginan-keinginan untuk

bersama.

SEKILAS

TENTANG

PERISTIWA-PERISTIWA KONFLIK

(16)

ambon, papua dan lain-lain dan konflik yang

tidak berlatar belakang agama atau etnik

seperti dijakarta akan mudah diakhiri karena

hal tersebut terjadi karena ketidak adilan

atau kesenjangan sosial maupun ekonomi,

contohnya kerusuhan mahasiswa menuntut

keadilan Pemerintah terhadap sesuatu hal.

Lain halnya kerusuhan atau konflik yang

berlatar belakang

separatisme

atau konflik

etnik yang kemudian berkembang antar

etnik dan agama ternyata akan lebih sulit

untuk terselesaikan dan masih berlangsung

sampai sekarang seperti ambo, Aceh

merdeka, OPM di papua,

antar aliran

agama di madura, dan masih banyak yang

belum tertangani secara tuntas sampai

sekarang ini terutama konflik etnis dan

agama.

Berbagai persoalan yang menyangkut

kehidupan sosial, politik dan ekonomi yang

kemudian justru berlanjut menjadi besar

karena dikaitkan dengan persoalan yang

sangat sensitif, yaitu masalah

SARA

(17)

berangkat

dari

persoalan-persoalan

perimbangan keuangan antara pemerintah

pusat dan pemerintah daerah dimana

pemerintah pusat tidak aspiratif terhadap

keinginan daerah.

Munculnya sikap primodialistik pada

kelompok-kelompok suku bangsa ketika

berinteraksi dapat terjadi karena beberapa

hal.

1.

adanya krisis kebudayaan yang

bermula pada krisi moneter, kemudian

diikuti oleh krisis ekonomi merembet

kepada krisis politik dan akhirnya

menjadi krisis kepercayaan.

2.

adanya upaya pemerintah dalam

menyusun rencana-rencana dan

kebijakannya dan memosisikan sebagai

perumus semua rencana kebutuhan dan

seolah-olah mengetahui betul semua

kebutuhan rakyat, dengan alasan akan

memberikan nilai tambah bagi rakyat,

justru hal yang dirumuskan itu tidak

sesuai dengan kebutuhan masyarakat

dan tidak memperhitungkan nilai

manfaat yang dirasakan oleh

masyarakat luas. contohnya keputusan

UAN.

3.

Pemerintah dalam mengambil

(18)

mengutamakan

pemaksaan

kehendaknya.

Akibatnya

pintu

konsensus selalu tertutup dan

musyawara menjadi buntu. Meskipun

ada DPR dan DPD namun fungsinya

sering mandul karena lembaga tersebut

lebih banyak berpihak kepada

pemerintah dan sering lebih

memperhatikan kepentingan pribadi,

golongan atau partainya.

Dalam konteks ini, menurut Nasikun(1984)

bahwa manakala mekanesme konsensus

tidak berkembang dan pemerintah tidak

membuka saluran konsensus maka hal itu

akan

mengakibatkan

timbulnya

pemaksaan(koersif) terhadap upaya-upaya

integrasi yang sangat rentan terhadap

timbulnya konflik sosial terbuka dan

bersekala luas. dan konflik merupakan

lahan untuk tumbuhnya sikap primodialistik

karena secara sosio kultural didalamnya

terdapat benih-benih persaingan dan

perbedaan antar kelompok/golongan. walau

sisi negatif suatu pembangunan adalah

timbulnya suatu persaingan atau konflik

(Laurer 1989

). Justru disinilah peran

pemerintah, peran negara dalam

(19)

masyarakat/rakyat dan menjadi mediator

dalam penyelesaian konflik dengan

mengedepankan upaya-upaya persuasif dan

menanamkan nilai-nilai kerukunan dan

kebersamaan tanpa dibarengi

tindakan-tindakan koersif.

Barangkali yang perlu menjadi perhatian

adalah suatu upaya integrasi sosial

(masyarakat)

kedalam ikatan-ikatn

kultural yang lebih luas yang dapat

menunjang pemerintahan nasional.

(

Geertz 1973)

Untuk meredam potensi meletupnya konflik

dan disintegrasi politik yang diakibatkan

oleh SARA

(Amal dan Asnawi 1988)

harus

dapat

menepis

perbedaan-perbedaan

pluralitas masyarakat Indonesia yang

merupakan cikal bakal timbulnya sentimen

primordial yang menghambat upaya-upaya

penyatuan dan kesatuan bangsa.

PENGALAMAN

IMPIRIK

BANGSA

INDONESIA

(20)

sesuatu yang seimbang, dalam arti semua

konsep, semua wacana, dan semua realitas

mengenai pluralitas suku-suku bangsa itu

ditempatkan pada tingkatan yang sederajat.

dihubungkan dengan sikap premodialistik

dan realitas majemuk bangsa indonesia

yang melekat pada masyarakat daerah dan

kebudayaan berbagai suku bangsa maka

sifat pluralitas dan sikap premodialistik

harus ditempatkan sebagai bagian dari

tradisi atau realitas yang harus diterima

eksestensinya, karena kenyataan ini adalah

merupakan warisan sejarah bangsa

indonesia dimana aspek-aspek positif dari

tradisi tersebut harus dikelola secara tepat

dengan mengesampingkan unsur-unsur

yang

bersipat

destruktif/

pertentangan

sehingga tradisi daerah

dapat ditransformasikan menjadi tradisi

kebangsaan yang kuat demi mempertebal

rasa nasionalisme bangsa.

Hal ini senada dengan yang dikemukakan

oleh

NURCHOLIS MADJID

dalam media

indonesia Senin, 4 dan 5 September 2005

yaitu

“ Keberagaman adalah keniscayaan

bagi indonesia, keberagaman adalah

sesuatu yang indah,

keberagaman

(21)

amatlah penting untuk membangun

Indonesia. Kita harus menolak citra

Indonesia yang militeristik, yang

menghadapi perbedaan pandangan dengan

kekerasan dan merupakan kebencian.

Kami adalah benang-benang halus yang

merajut kembali Indonesia menyusup tak

terlihat, menisik harapan dibalik kebisingan

konflik dan hura-hura, Kami adalah benang

warna warni yang menenun persaudaraan,

menjalin keadilan dalam keberagaman.

Dalam usaha mengatasi persoalan konflik

diindonesia kita tidak bisa terlepas dari

PARADIKMA

yang dapat diartikan sebagai:

1.

Kumpulan tata nilai yang membentuk

pola pikir seseorang sehingga

mempengaruhi citra subyektif seseorang

mengenai realita

dan akhirnya

menentukan bagaimana seseorang

menanggapi realita tersebut.

2.

Sudut pandang

3.

Kaca mata pandang

4.

Tata nilai

5.

Tindakan.

(22)

mempengaruhi tindakan yang merupakan

reaksi dari pola pikir dan citra subyektif.

Mulai dari tata nilai sampai ke tindakan

dibentuk oleh:

1.

nilai Keluarga

2.

nilai sosial budaya lokal

3.

nilai agama

4.

nilai pendidikan

5.

nilai politik

6.

nilai hukum

7.

nilai ekonomi

(23)

KONSEP RELIGI DAN SISTEM

KEPERCAYAAN

Religi merupakan kesadaran akan adanya

hal-hal yang dianggap gaib, kemudian

menyebabkan sikap dan perasaan manusia

itu menjadi tunduk dan hormat.

Sedangkan Megi : yaitu manusia berupaya

memiliki kekuatan yang dianggap gaib

sehingga ia dapat menguasai nasibnya

sendiri dan seluruh nasib orang lain.

asal mula religi menurut para ahli seperti

Taylor, Lang, Marett, Van Gennep, Durkhein

dan lain-lain yang di uraikan

Kontjaraningrat(1985) dapat dibagi :

1.

Teori-teori

yang

menggunakan

(24)

keyakinan keagamaan

atas isi ajaran

keagamaan yang bisa melalui :

a. eksestensi/keberadaan sesuatu yang gaib yang

bisa membuat organisme itu hidup dan bergerak

dan bisa mebuat organisme itu mati dan tidak

bergerak.

b. Melalui peristiwa mimpi

c. dan menurut Tylor dalam Kontjaraningrat(1981)

asal mula keyakinan/relidi tersebut melalui

evolusionistik yaitu:

1. animisme yang tertua

2. Kepercayaan kepada dewa-dewa yang kedua

3. kepercayaan kepada dewa tertinggi yang ke

tiga

4. adanya kepercayaan kepada tuhan yang

monothiestik/ satu-satunya yang merupakan

tingkat terakhir.

2. Teori yang mengemukakan pendekatan atau sikap

para penganut serta pengikut suatu religi yang

menyangkut hal-hal gaib. Dan menurut teori ini

semua sistem religi, kepercayaan dan agama di

dunia ini berpusat pada suatu konsep tentang

hal-hal gaib.

3. Teori yang menggunakan pendekatan ritual dan

upacara-upacara keagamaan, yaitu teori yang

berangkat dari upacara dan ritual. Ada tiga

gagasan penting untuk membawa wawasan kita

mengenai azas-azas dari relegi dan agama yaitu:

a. Menurut Smith didalam banyak agama

meskipun latar belakang keyakinan serta

doktrinnya berbeda, tetapi ritualnya tetap tidak

berubah.

(25)

rohani, tetapi lebih merupakan kewajiban sosial

belaka.

c. adanya gagasan mengenai fungsi upacara sesaji

seperti menyajikan seekor binatang.

4. Teori

batas

akal

oleh

FRAZER(Kontjaraningrat(1981) yaitu Manusia

dalam memecahkan berbagai persoalan

menggunakan akal dan apabilah persoalan hidup

tidak bisa dipecahkan dengan akal maka

dipecahkan dengan menggunakan magec yaitu

menggunakan kekuatan-kekuatan gaib yang ada

didalam alam, sedang religi(religion) adalah

seluruh perbuatan manusia untuk mencari suatu

maksud tertentu dengan menyederhanakan diri

kepada mahluk-mahluk halus seperti kepada Ruh,

Dewa, Tuhan dan sebagainya.

KONSEP

ETNISITAS

DALAM

KONTEKS

MASYARAKAT INDONESIA

(26)

Pada dasarnya kelompok etnik mengacu pada

kelompok dengan kesamaan keturunan, sejarah dan

identitas budaya seperti kesamaan tradisi, nilai,

bahasa, pola perilaku secara nyata atau dibayangkan.

sedangkan menurut beberapa ahli mendefinisikan

etnisitas bukan hanya sekedar pengkategorian manusia

berdasarkan budaya namun lebih dari itu etnisitas

mengandung relasi kekuasaan dan mempunyai

peranan dalam struktur masyarakat. oleh karena itu

makna dari konsep etnisitas itu sendiri dapat dilihat

dari beberapa pandangan, seperti yang dikemukan oleh

LEO AGUSTINO dan sebagian besar kajian-kajian

tentang etnisitas:

1.

Pandangan Primordialistis. yang cenderung

menganggap etnisitas adalah sesuatu yang

inheren dalam diri manusia atau dengan kata lain

ras(ciri-ciri biologis manusia) dan etnisitas memiliki

arti yang tumpang tindih. Bagi kaum primordialis,

perbedaan-perbedaan yang bersipat genitika

merupakan sumber bagi lahirnya

benturan-benturan kepentingan etnis. Dan menurut

pandangan ini dimana banyak suku, agama atau

yang lainnya disitu pulah akan timbul pertikaian

hingga kekerasan diantara mereka yang berbeda.

Dan itu merupakan hal yang dianggap wajar.

(27)

pemimpin tersebut. selama setiap orang mau

mengala terhadap keinginan/prefrence yang

mereka kehendaki maka selama itu pulah

kekerasan antar etnis dapat dihindari bahkan tidak

terjadi. Namun kenyataan menunjukan setiap

individu memiliki pilihan dan prioritas

masing-masing. oleh karena itu, benturan atau konflik

individu dan atau antar kelompok mungkin terjadi

karena kelangkaan materi didunia (belum tentu

kepentingan individu sama dengan kepentingan

etniknya, konflik juga tidak berarti kekerasan dan

perbedaan etnis tidak serta merta menyebabkan

konflik terbuka apalagi kekerasan, ada

variabel-variabel lain, seperti apakah suatu kelompok enik

dominan atau tidak, dan apaka menunjukan kelas

sosial mereka).

3.Pandangan Konstruktivis dalam pandangan ini

kesukuan tidak bersipat kaku atau sedemikian

mudahnya diperalat oleh elite politik (seperti yang

diduga oleh instrumentalis). Melainkan kesukuan

dapat diolah sehingga membentuk suatu jaringan

(relasi) pergaulan sosial dan berbagai lapisan

pengalaman. Artinya etnisitas merupakan sumber

kekayaan hakiki yang dimiliki dunia ini untuk

saling mengenal dan dan memperkaya

budaya satu sama lain. Bagi pandangan ini

persamaan adalah anugerah dan perbedaan

adalah barokah (tidak selalu perbedaan kelompok

menimbulkan konflik terbuka yang menggunakan

kekerasan).

KESIMPULAN

(28)

sebagai suatu kelompok yang memiliki aksi sosial

yang konkret. Atau dengan kata lain keanggotaan

seseorang dalam kelompok etnik tertentu tidak serta

merta membentuk suatu kelompok etnik yang

bersangkutan dan sebaliknya kelompok kepentingan

yang mengatasnamakan etnik tertentu tidak berarti

bahwa semua arang yang secara budaya bagian dari

etnik tersebut menjadi anggota kelompok.

Contohnya : ketika terjadi konflik antar suku Dayak

dan Madura di kalimantan tidak dapat secara

sederhana diartikan bahwa seluruh masyarakat

indonesia yang bersuku madura baik yang

dikalimantan maupun yang di madura mempunyai

konflik dengan seluruh masyarakat dayak di seluruk

indonesia. anggota masyarakat indonesia yang

bersuku madura mempunyai konflik dengan seluru

masyarakat Dayak diseluruh indonesia

(29)

B.ETNISITAS DALAM KONTEK MASYARAKAT INDONESIA

Salah satu ciri masyarakat indonesia adalah

masyarakat yang multi etnik, artinya masyarakat

indonesia gabungan dari beberapa kelompok etnik baik

suku maupun agama. Dan untuk kesukuan suku

didominasi oleh jawa, sunda , lainnya, Melayu dan

bugis makasar. dan agama didominasi oleh Islam,

keristen, Hindu dan budha.

HUBUNGAN ANTAR ETNIS DI INDONESIA

Untuk melihat komposisi etnis di Indonesia kita bisa

menggunakan tiga dimensi:

1. Dimensi historis, dari dimensi ini kita bisa melihat mulai

dari penjajahan belanda, dimana peran penting kolonial

belanda menciptakan negara dengan sistem birokrasi, dan

model yang tepat untuk hubungan birokrasi pusat dan

daerah meskipun modelnya tidak begitu tepat untuk

negara-negara kepulauan seperti Indonesia. Dan

kesempatan yang diberikan kepada pribumi sangat kecil.

2. Deminsi struktural sosial etnis dilihat dengan mengaitkan

(30)

3. Deminsi intraksi kelompok, etnis dilihat dalam konteks

konflik sosial yang terdiri dari :

a. konflik komunal yaitu konflik etnis atau agama, antar

pribumi dan pendatang.

b. gerakan separatis yaitu antar kelompok etnis dengan

Negara atau kelompok etnis dominan.

Dan menurut Daniel Byman (2002) setidaknya ada

4(empat) teori penyebab konflik :

1. Delima keamanan kelompok etnik yaitu:

a. tidak ada suatu otoritas yang berkuasa untuk

menjamin keamanan suatu kelompok, misalnya suatu

kelompok memiliki rasa tidak percaya kepada

kelompok lain dari pengalaman masa lalu sehingga

dianggap musuh. Rasa tidak pecaya ini dapat

berkembang menjadi mobilisasi kekuatan untuk

mempertahankan diri jika pemerintah tidak dapat

mencega mobilisasi tersebut.

b. dalam kondisi pemerintahan yang lemah.

c. dimana pemerintah pusat adalah bagian dari konflik.

d. dalam situasi perubahan yang mendadak.

2. Perlindungan status yaitu konflik etnis muncul sebagai

konsekwensi atau hasil dari kekuatan kelompok

terhadap dominasi kelompok lain baik secara materiil

maupun budaya. Sehingga kelompok berperang

mempertahankan status karena merasa sebagai sub

dari kelompok lain.

3. ambisi hegemoni yaitu suatu kelompok yang berkuasa

tidak cukup puas dengan bertahannya nilai-nilai budaya

dan institusi mereka saja, tetapi mereka menginginkan

menjadi dominan. kelompok yang ingin berkuasa ini

sering kali menuntut perlakuan tertentu dari

pemerintah seperti menjadikan bahasa menjadi bahasa

resmi, agama resmi dan lain-lain. contohnya ingin

mendirikan negara indonesia menjadi Negara Islam.

4. aspirasi kaum ilite yaitu adanya ambisi dari kelompok

(31)

keempat penyebab konfilik etnik ini sering kali saling

menguatkan secara keseluruhan dan sering menjadi

konflik yang palig berdara dan lama.

HUBUNGAN KEBERAGAMAN ETNIK DAN ITEGRASI

NASIONAL

Dalam masyarakat di asia tenggara setelah masa kolonial

menurut David Brown (2000) menyebutkan terdapat tiga pola

pembentukan identitas nasional yaitu:

1.

Ethnocultural Nasionalim

mencerminkan bahwa

keseluruhan status dan keanggotaan dalam komunitas

bangsa hanya diberikan pada mereka yang memiliki

atribut etnik tertentu yang dianggap dominan. Dan

mereka yang dianggap mewarisi kelompok etnik yang

dominan yang mendapat setatus yang lebih tinggi.

(negara brunai)

2.

Multicultural Nasionalism

yaitu nasionalisme dibangun

berdasarkan perbedaan budaya masing-masing kelompok

pembentuknya.

dalam bentuk pemerintahan yang

otoriter

, Pemerintah

(32)

Dalam bentuk pemerintahan yang

demokratik

,

pemerintah berusaha mencerminkan keberagaman

kelompok etnik dalam struktur institusional negara

sehingga distribusi kekuasaan dan sumber daya

dilaksanakan berdasarkan aritmatik etnik yang adil. Dan di

Indonesia hal ini perna terjadi pada pemerintahan

Abdurahman Wahid, dalam pembagian kekuasaan pada

pemerintahan lokal, terbentuknya otonomi papua dan

aceh, dan perhatian terhadap kelompok minoritas kristen,

hindu dan budha dimana hak-hak mereka akan

diperhatikan.

3.

Civic Nasionalism

Dalam masyarakat ini organisasi yang

terutama adalah Negar-Bangsa, Nasionalisme dibangun

tidak berdasarkan kesadaran-kesadaran etnisitas tapi

kepada nilai-nilai universal. setiap warga negara diberikan

status yang sama dan setara tanpa melihat atribut-atribut

etnik, dengan satu kondisi dimana mereka memberikan

loyalitas terhadap institusi publik di suatu komunitas

wilaya(negara).

Dalam pemerintahan demokratis civic nasionalisme

menyukai otonomi terhadap masyarakat sipil yang plural

dan menuntut kesetaraan hak tiap warga negara yang

dilindungi oleh negara hukum dan institusi yang universal

dan tidak mengandung bias atribut-atribut etnik. Dan

yang di tonjolkan dalam civic nasionalime ini adalah

kebijakan publik.

GENDER

Latar belakang :

Semenjak lahir laki-laki dan perempuan sudah memiliki perbedaan secara biologis, yang mengacu pada konsep jenis kelamin(sexes). Artinya Tuhan memang menciptakan adanya perbedaan yang akan dibawa oleh individu itu sampai meninggal. Dan ketentuan inilah yang sering disebut dengan

kodrat seperti pada perempuan pasti akan mengalami hait, memiliki vagina, Payudara, hamil, melahirkan, dan menyusui. Sedang laki-laki memiliki penis, memiliki Skala dan memproduksi sperma.

(33)

ciri laki-laki dan perempuan yang diciptakan tidak abadi atau kekal karena akan selalu ada perubahan dari masa ke masa, serta setiap kelas sosial akan memiliki konstuksi yang berbeda antara ciri laki-laki dan perempuan.

Yang berkembang kemudian di masyarakat adalah sesuatu yang “kodrat” dari perempuan merupakan hasil konstruksi mendidik anak, mengelolah rumah tangga atau urusan domistik itu merupakan kodrat dari perempuan. Akan tetapi pada kenyataan ada juga kaum lelaki yang mengerjakan urusan domistik tersebut. Jadi jenis pekerjaan yang bisa dipertukarkan dan tidak bersipat universal, yang sering disebut kodrat perempuan dalam hal mendidik anak dan mengurus rumah sesungguhnya adalah gender (Fakih, 1996)

Kesimpulan

ciri-ciri laki-laki dan perempuan yang bersifat biologis mengacu pada konsep kodrat (kodrat laki-laki dan perempuan) sedang ciri-ciri yang diciptakan dan dikonstruksi oleh masyarakat mengacu pada konsep

gender. Yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Perbedaan jenis kelamin/Kodrat dan Gender

Sumber: Kantor menteri negara pemberdayaan perempuan RI 2001.

Konsep gender menurut para ahli:

1. Robert Stoller (1968) untuk memisahkan pencirian manusia didasarkan pada pendefinisian yang bersifat sosial budaya dengan yang bersifat fisik biologis. laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun secara kultural (Fakih 1996)

4. Sudrajad (1999) Gender adalah kategori sosial (feminim dan maskulin) yang tercermin dalam perilaku, keyakinan dan organisasi.

(34)

Jender merupakan konstruksi masyarakat sehingga seseorang dibentuk oleh masyarakat dan budayanya semenjak ia dilahirkan, kemudian muncul peran apa yang dianggap pantas dan tidak pantas untuk dilakukan oleh perempuan dan laki-laki. Hal tersebut menimbulkan pemahaman bahwa perempuan berperan diwilayah domistik dan laki-laki diwilayah publik, maka hubungan sosial yang terjadi tergantung dari peran Gendernya masing-masing.

SOSIALISASI GENDER

Dimulai dari ideologi jender dilakukan melalui corong:

Keluarga Masyarakat

-orang tua, sdr/i -Pemuka masyarakat

-Kakek/Nenek -Tradisi

-Paman/Bibi -dongeng, mitos

-sepupu/kerabat -nilai setempat

-Pembantu RT -Petata, ujaran

-kesenian Trad.

Agama Tempat kerja

-dakwa -Pimpinan

-Pemuka agama -sistem perusahaan

-ajaran agama -peraturan

-interpretasi -rekan kerja

-Trad. agama -AD/ART

Sekolah Negara

-sistem pendidikan -Pejabat Negara

-staf pendidik -Para birokrat

-Buku pelajaran

Yang akan menghasilkan Penanaman keyakinan tentang - apa yang harus dan tidak harus

- apa yang pantas dan tidak pantas

- apa yang diharapkan dan yang tidak diharapkan - apa yang baik dan buruk

- Peran yang baik dan buruk - peran yang cocok dan tak cocok

- perilaku yang sesuai dan yang tidak sesuai - apa saja yang boleh dan yang tidak boleh - dan sebagainya.

(35)

BENTUK-BENTUK KETIDAK ADILAN AKIBAT

GENDER

1. MARJINALISASI/dipingirkan a. Upah perempuan lebih kecil

b. ijin usaha perempuan harus diketahui ayah(jika masih lajang) dan diketahui suami (jika sudah menikah)

c. permohonan keridit harus seijin suami

d. pembatasan kesempatan di bidang perkerjaan terhadap

c. bagian waris perempuan lebih sedikit

d. rendahnya peran perempuan di bidang politik, jabatan, karier, pendidikan dan lain-lain.

3. STEREOTIPE/pemberian cacap, julukan a. perempuan sumur, dapur dan kasur b. perempuan macak-macak manak

d. Perempuan dan laki-laki menjadi obyek iklan e. laki-laki diperkuda sebagai pencari nafka

f. laki-laki yang gagal dibidang karir dan seksual dilecehkan g. laki-laki yang feminin dilecehkan dimana baik laki-laki dan permpuan menjadi korban dari sestem tersebut yang berbentuk marginalisasi, subordinasi, stereotipe, kekerasan dan beban kerja yang berlebihan dimana satu sama lain memiliki keterkaitan.

REALITAS GENDER DI INDONESIA

A. REALITAS GENDER DALAM SISTEM KELUARGA

(36)

Dipegangnya jabatan kepala keluara oleh laki-laki ini tidak hanya untuk memudahkan pencacahan jumlah kepala keluarga, tapi juga bagi sebagian besar pelaksana program pembangunan merasa telah melakukan tugasnya jika mereka telah berhubungan dengan kepala keluarga yaitu laki-laki, karena dengan anggapan laki-lakilah yang tahu segalanya tentang keluarganya. padahal dalam keluarga ada subyek lain, yaitu perempuan yang mungkin saja menyebabkan suatu perogram pembangunan tidak sampai pada sasarannya.

Posisi laki-laki sebagai kepala keluarga secara legal mendapat pengesahan dari Penerintah dengan dikeluarkannya UU No. I tahun

1974 tentang perkawinan, pasal 31 dan 34 yang berbunyi “suami

adalah kepala keluarga dan instri adalah Ibu rumah tangga” dan “ Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya, sementara istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya”.

Dari UU diatas muncul pertanyaan bagaimana dengan rumah tangga yang tidak ada laki-lakinya atau dikepalai oleh perempuan, apaka keluarga itu tidak mempunyai kepala keluarga. Dan menurut data statistik 1977, menyatakan tidak semua rumah tangga dikepalai oleh laki-laki, dan dari 9 rumah tangga, 1 diantaranya dikepalai oleh perempuan. berarti UU tersebut suda seharusnya diperbaharui. Karena konsep kepala keluarga bukanlah berdasarkan jenis kelamin tapi lebih mengacu kepada faktor individu yang menanggung biaya hidup anggota keluarganya.

2. Perkawinan.

Dalam siklus hidup manusia, banyak yang beranggapan bahwa perkawinan merupakan ujung dari siklus manusia, sehingga manusia berusaha untuk memiliki perkawinan seideal mungkin.

Di Indonesia selain ada perkawinan yang permanen terdapat juga perkawinan kontrak. Yang mengacu pada tafsir agama Islam yang berasal dari bahasa arab yaitu kawin mut’ah, yang ditinjau dari epestimologi memiliki pengertian antara lain kesenangan, kenikmatan untuk memiliki status hukum dari sesuatu. Secara hukum islam perkawinan mut’ah merupakan suatu kontrak antara laki-laki dan perempuan yang tidak bersuami dimana diakhir periode perkawinan dan uang mas kawin harus ditentukan, karena jika tidak ditentukan maka kontrak dianggap tidak sah. Dan perkawinan kontrak ini tidak ada campur tangan dari pihak keluara perempuan.

Dampak dari perkawinan perkawinan kontrak ini lebih banyak dialami oleh perempuan, yang menimbulkan ketidakadilan gender.

(Kinasih, 2004)

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kinasih 2004terungkap bahwa ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh perempuan ketika sudah habis masa kawin kontraknya yaitu: a. Kegiatan produktif, yang merupakan kegiatan untuk mencari

(37)

b. Kegiatan reproduktif, berkaitan denan pemeliharaan dan pengembangan sumber daya manusia dalam rumah tangga yang secara langsung tidak menghasilkan uang seperti mengasuh anak, mendidik anak, memasak, mencuci dan lain-lain.

c. Kegiatan sosial budaya, yang dilakukan oleh perempuan dalam upayanya untuk berinteraksi dengan lingkungannya dalam kegiatan sosial budaya.

3. Perceraian

Perceraian ini diatur antara lain oleh UU. No. 1 tahun 1974 Tentang perkawinan, PP No. 9 1975 tentang pelaksanaan, UU. No. 1 tahun 1974, UU No. 7 Tahun 1989 tentang peradilan agama yang menyatakan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan didepan

a. Terabaikannya hak perempuan dan anak. b. Maraknya Poligami

c. Memudarnya loyalitas Masyarakat terhadap peraturan perundangan

d. Rentannya ikatan suatu keluarga (sulit mempertahankan keutuhan keluarga)

B. REALITAS GENDER DALAM SISTEM PENDIDIKAN 1. Bahan ajar

Bahan ajar yang dipakai di sekolah-sekolah masih banyak mengandung bias gender terutama pada ilustrasi yang digunakan dalam menjelaskan suatu konsep tertentu terutama pada Buku pelajaran SD. seperti contoh dibawah ini:

‘Ibu pergi kepasar Bapak pergi ke kantor’ ‘Budi bermain bola dan Ani bermain Boneka’

‘Ani membantu Ibu di dapur dan Budi membantu Bapak di kebun’

(38)

buta aksara sekitar 12, 28% dibanding jumlah laki-laki 5, 48%

(Kompas 27 Juli 2005)

Penduduk usia 7-24 Tahun yang masih sekolah menurut kelompok umur dan jenis kelamin

Kelompok

sumber: BPS (Statistik indonesia 2002: 90) telah dimodifikasi SSBI Jurusan sosiolog UT, UI

Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan jumlah usia sekolah dari kelompok umur 7 s/d 24, dan yang paling penting di soroti dari hubungannya dengan gender ini adalah dari kelompok usia sekolah dasar (7-12) sampai dengan pendidikan tinggi (19-24) ternyata jumlah laki-laki masih lebih banyak dibanding jumlah perempuan. Fenomena ini merupakan cerminan masih berkuasanya budaya patriarki, dimana laki-laki lebih dipentingkan dibanding perempuan, Kalaupun perempuan juga memperoleh kesempatan untuk bersekolah tapi pada tingkat pendidikan tertentu saja.

C. REALITAS GENDER DALAM SISTEM POLITIK

Kehidupan Politik di Indonesia pada umumnya lebih dilihat dari kaca mata laki-laki, sehingga perspektif gender perlu untuk masuk kedalam proses pengambilan keputusan dan kebijakan Pemerintah, yang akan menciptakan suatu hubungan atar sesama manusia yang lebih baru, lebih adil dan saling menghargai.

Dan politik merupakan alat sosial yang paling memungkinkan bagi terciptanya ruang kesempatan dan wewenang, serta memungkinkan rakyat mengelola dirinya sendiri melalui berbagai aksi bersama, diskusi, sharing dalam prinsip kesetaraan dan keadilan. Politik merupakan salah satu sarana yang dapat mendorong perempuan untuk mencurahkan semua kecemasannya (wijaksana 2004) dalam SSBI UT dan UI

(39)

terhadap gender dalam arti untuk mengoreksi ruang keterwakilan perempuan maupun laki-laki. Akan tetapi kenyataannya partai politik berlomba-lomba mencari perempuan yang mau dimasukan sebagai anggota calon legislatif walaupun bukan dari simpatisan atau anggota partai, yang penting tujuan 30% terpenuhi. Sehingga rekrutmen yang terjadi tidak didasarkan untuk mengangkat isu perempuan kepermukaan tetapi lebih kepada kepentingan partai politik semata.

1. Partai Politik

Penghambat keterlibatan perempuan dalam partai politik menurut Syafiq Hasyim terdapat beberapa pendapat yang berkembang (Kusumaningtyas 2004)

a. Pandangan konservatif yang menyatakan Islam sejak kemunculannya di Mekah dan Madinah, tidak memperkenankan perempuan masuk dalam dunia politik.

b. Pandangan Liberal progresif, menyatakan islam sejak awal telah memperkenankan konsep keterlibatan perempuan dalam dunia politik.

c. Pandangan apologetis, menyatakan ada wilaya politik tertentu yang bisa dimasuki perempuan dan ada wilaya lainnya yang sama sekali tidak boleh dijamah perempuan. Pandangan diatas menimbulkan adanya dua sikap pada partai politik dengan basis islam tentang isu perempuan sebagai berikut:

a. Partai islam modernis yang lebih medern dalam menafsirkan status perempuan yang mengeluarkan program tentang persamaan kedudukan laki-laki dan perempuan dalam hukum, sosial, ekonomi dan politik. sehingga perempuan dapat bekerja di sektor publik, terlibat dalam kegiatan politik, bahkan menjadi sebagai kepala Negara.

b. Partai Islam Fondamentalis cendrung menolak persamaan laki-laki dan sensusperempuan dalam hukum, sosial dan politik. Akibatnya perempuan tidak bebas untuk beraktivitas diluar rumah karena harus dikawal oleh suami atau muhrimnya. tidak boleh bekerja di sektor publik dan secara tegas dilarang untuk menjadi kepala Negara.

selanjutnya menutut Hasym, isu keperempuanan di partai islam sangat beragam, dimana pada satu sisi memang didasarkan pada kebutuhan perempuan dan disisi lain isu-isu tersebut hanya dijadikanaksesori politik untuk membujuk pemilih perempuan sebagai jumlah terbesar di Indonesia untuk memilih partai mereka.

2. Lembaga Plitik

(40)

Perbandingan perempuan dan laki-laki dalam lembaga politik formal

Lemba

ga Jumlah perempuan JumlahLaki-laki Jumlah Perempuan %

MPR 18 177 9,2

. Komisi Perempuan Laki-laki Total

1 Pertahanan dan

keamanan 4(7%) 53(93%) 57

2 Hukum dan masalah

dalam negeri 3(4,9%) 58(95,1%) 61

3 Pangan dan pertanian 3(5,7%) 49(94,3) 52

(41)

pendidikan )

7 Kemasyarakatan dan

kesehatan 11(25%) 33(75%) 44

8 Ilmu peng, tek,dan

lingkungan hidup 4(7,2%) 51(92,8%) 55

9 Keuangan dan

pembangunan 3(5,4%) 52(94,5%) 55

TOTAL 44(8,5%) 439(91,5

%) 483(100%)

Sumber sekjen DPR 2002.

D. REALITAS GENDER DALAM SISTEM EKONOMI

Bekerja tidak hanya didominasi oleh laki-laki, bahkan semakin lama semakin banyak perempuan yang bekerja. Dan yang menjadi permasalahannya adalah ketika perempuan bekerja baik di wilayah domistik maupun di luar wilayah domistik seringkali hak-haknya tidak terlindungi dan bahkan sangat rentan terhadap kekerasan dan ketidakadilan. Padahal permintaan tenaga kerja perempuan dan pencari kerja perempuan lebih banyak dari laki-laki.

Kasus ketidak adilan ini bisa terjadi di sektor pertanian, dimana upah buruh tani perempuan lebih kecil dari laki-laki dalam komposisi yang sama, buruh migran perempuan yang sering mendapatkan kekerasan dan tidak terlindungi hak-haknya, Pembantu rumah tangga(PRT) sering mendapatkan ketidak adilan gender antara lain kekerasan dan beban kerja dan begitu juga di sektor-sektor yang lain.

(42)

HUBUNGAN INDUSTRIAL

PENGANTAR

Hubungan industral merupakan suatu sistem hubungan yang terbentuk diantara pelaku proses produksi barang atau jasa yang melibatkan sekelompok orang dalam suatu organisasi kerja. Dan di Indonesia sistem hubungan industrial telah berubah dari sistem sentralisasi ke proses desentralisasi sejalan dengan konteks sosial politik yang lebih luas dimana rakyat Indonesia sedang mengubah dirinya dari masyarakat yang dikawal ketat oleh rezim ORBA. yang otoriter menjadi masyarakat yang demokratis.

A. Pengertian Hubungan Industrial.

1. Sebelum kita mengartikan hubungan industrial, terlebih dahulu

kita memahami apa yang dimaksud dengan hubungan kerja.

Menurut Shamad hubungan kerja adalah suatu hubungan yang timbul antara pekerja dan pengusaha diadakan perjanjian sebelumnya oleh kedua belah pihak. Pekerja menyatakan kesanggupannya untuk bekerja pada pengusaha dengan menerima upah dan sebaliknya Pengusaha menyatakan kesanggupannya untuk mempekerjakan Pekerja dengan membayar upah. (Shamad 1997)

(43)

dapat dilihat hanya sekedar sistem hubungan diantara para pelaku ditempat kerja tetapi meliputi sekumpulan fenomena, baik didalam maupun diluar tempat kerja yang berkaitan dengan penetapan dan pengaturan hubungan ketenagakerjaan. Bahkan perkembangan hubungan industrial tidak terlepas dari hubungan sosial, ekonomi, dan politik yang lebih luas. (Smeru 2002)

Tujuan dari hubungan industrial adalah untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan yang seimbang antara pekerja dengan pengusaha. Peningkatan produktipitas perusahaan dan kerja tidak bisa dicapai apabilah kesejahteraan pekerja tidak diperhatikan atau diberikan harapan tentang kesejahteraan yang lebih baik di masa depan. Sebaliknya kesejahteraan Pekerja tidak bisa dipenuhi atau ditingkatkan apabilah tidak terjadi peningkatan produktivitas perusahaan dan kerja.

Untuk mencapai hubungan industrial harus ada komitmen yang sungguh-sungguh dari masing-masing pihak dan sarana hubungan industrial yang bersipat kolektif.

Sarana hubungan industrial dapat dibedakan menjadi dua kelompok:

1. Pada tingkat perusahaan ialah serikat buruh, Kesepakatan

Kerja Bersama/Perjanjian Kerja bersama, Peraturan perusahaan, lembaga kerja sama bipartit, Pendidikan, dan mekanisme penyelesaian perselisihan industrial.

2. Sarana yang bersipat makro yaitu serikat buruh, organisasi

pengusaha, lembaga kerjasama tripartit, peraturan perundang-undangan, penyelesaian perselisihan industrial dan pengenalan hubungan industrial bagi masyarakat luas.

(smeru, 2002)

B. Pelaku Hubungan Industrial. 1. Pengusaha(Manajemen)

Istilah Pengusaha atau manajemen menunjuk pada individu-individu atau kelompok yang bertanggunga jawab untuk merealisasikan tujuan-tujuan dari pada pengusaha dan organisasi kerja mereka yang sekurang-kurangnya mencakup tiga kelompok:

a. Para pemilik dan pemegang saham(shareholders) perusahaan. b. Jajaran direktur eksekutif dan manejer.

c. Personalia yaitu Human Resources Departement(HRD) dan hubungan industrial yang bertanggung jawab khusus dalam mengatur hubungan antara perusahaan dengan buruh dan serikat buruh.

Manajemen berperan penting dalam melakukan negosiasi dan menginvestasikan peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan perusahaan tentang hubungan industrial (Katz dan Kochan 1992).

2. Buruh

Istilah buruh (labor) meliputi para pekerja dan serikat buruh yang mewakili mereka. Para buruh dapat mempengaruhi perusahaan untuk memenuhi berbagai tuntutan mereka, dan mengajukan berbagai tuntutan melalui serikat buruh (Katz dan Kochan, 1992).

(44)

1. Angkatan kerja(labor force) adalah mereka yang sudah bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan atau yang dikenal dengan pengangguran terbuka.

2. Bukan angkatan kerjaadalah penduduk yang usia kerjanya (> 15 tahun) yang tidak bekerja atau tidak sedang mencari kerja seperti mereka yang sedang bersekolah, ibu rumah tangga dll. oleh karena itu yang dimaksud dengan buruh dalam konteks Indonesia adalah mereka yang termasuk dalam angkatan kerja. Namun pada umumnya, studi-studi hubungan industrial membatasi kategori buruh yang terlibat dalam hubungan antara pengusaha dan buruh, dan tidak memasukan kategori pegawai negeri (Swasono, 2000)

3. Pemerintah

Yang termasuk dalam istilah pemerintah adalah: a. Pemerintah lokal dan pemerintah pusat

b. Lembaga-lembaga pemerintah yang bertanggung jawab dalam membuat dan merubah kebijakan-kebijakan publik yang dapat mempengaruhi hubungan industrial.

c. Pemerintah sebagai represintasi dari berbagai kepentingan publik.

Pemerintah dapat berperan sebagai regulator dengan mengeluarkan berbagai peraturan perburuhan seperti peraturan tentang bagaimana para pekerja membentuk serikat buruh, dan pengaturan hak dan kewajiban yang bisa dimiliki oleh serikat buruh (Katz dan Kochan, 1992)

C. Asal-usul dan Perkembangan Hubungan Industrial.

Mulai dikenal di eropa pada pertengahan abad 18 (delapan belas) seiring dengan munculnya repolusi industri. Pada awalnya hubungan industrial merupakan hubungan yang bersipat personal antara buruh dan pengusaha, bahkan hubungan yang terjadi permainan yang mengatur hak dan kewajiban yang harus dipatuhi oleh kedua belah pihak agar tercipta ketenangan kerja dan produksi dalam perusahaan.

Pasca revolusi industri sampai akhir abad 19 (sembilan belas) di inggris dan eropa barat, hubungan industrial menjadi isu yang menonjol yang banyak dipengaruhi oleh paham liberalisme

terhadap hubungan industrial yang dapat dilihat dari beberapa pandangan:

(45)

sebesar-besarnya yang berakibat menimbulkan konflik terus penguasa. Dan menurut paham ini tidak ada pihak yang dibenarkan untuk mencampurinya sekalipun pemerintah. akibat yang timbul dari paham liberalisme tersebut adalah muncul pandangan bahwa buruh merupakan bendah atau obyek ekonomi. Dalam kondisi demikian, posisi buruh menjadi lemah ketika berhadapan dengan pengusaha.

Pada akhir abat 19 (Sembilan belas) dan permulaan abad 20 (duapuluh) terjadi pergeseran pandangan dalam hubungan industrial yaitu muncul pendekatan manajemen baru yang dikenal denan scientific management yang dipopulerkan oleh F. W. Taylor. yang mulai mengakui perbedaan di antara pekerja berdasarkan tingkat keterampilan yang dimilikii pekerja.

Pada tahun 1930-an muncul pandangan modern dalam bidang manajemen dan hubungan industrial, yang memandang para pekerja sebagai mulai dipandang sebagai mahluk individu dan juga sosial yang berinteraksi dengan sesamanya.

Pada akhir abat 19 dan permulaan abad 20 hubungan industria dipengaruhi oleh perkembangan politik, yang waktu itu perkembangan politik didominasi oleh sistem politik demokrasi, yaitu masyarakat mulai berperan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan publik melalui lembaga-lembaga perwakilan. Sehingga buruh merasa semakin terlindungai ketika berhadapan dengan pengusaha melalui peraturan perundangan yang mengatur hak dan kewajiban antara pengusaha dan pekerja seperti :

1. pengaturan tentang keselamatan kerja 2. sistem pengupahan

3. jam kerja dan lembur buruh dll.

yang tujuannya untuk menghindari pertarungan bebas antar burh dengan pengusaha karena ada pemerintah yang mempengaruhi kepentingan negara dan masyarakat.

D. Perspektif-perspektif dalam hubungan industrial.

1. Perspektif unitary memandang hubungan industrial merupakan suatu hubungan kerja sama antara pihak manajemen dan buruh yang bersipat harmonis, merupakan satu tim, satu kesatuan yang saling membutuhkan dimana manajemen adalah pihak yang menentukan kebijakan, sedang buruh merupakan pihak yang menjalankannya.

2. Perspektif konflik kelas (class conflict perspective) memandang

pihak manajemen dan buruh sebagai pihak-pihak yang memiliki kepentingan yang berbeda dan cendrung bersifat antagonis.

(46)

sedangkan Stephen J. Deery dan David H. Plowman (1991) Mengemukakan tiga perspektif yaitu:

1. Unitary tidak berbeda dengan yang dikemukakan oleh Anantaraman diatas

2. Pluralist memandang bahwa suatu arganisasi kerja (perusahaan) meliputi berbagai kelompok dengan kepentingan, tujuan, dan aspirasi yang beragam. Dan menurut pandangan ini konflik dalam hubungan kerja tidak dapat dihindari karena merupakan sipat melekat padamanusia (inherent).

3. Marxist bertolak dari pemikiran bahwa dalam masyarakat industri selalu muncul konflik yang berdasarkan kelas yaitu konflik yang terjadi antara kelas pemilik modal atau pengusaha dengan kelas buruh, yang akan berlangsung tanpa kesudahan sampai kelas buruh mengusai alat-alat produksi.

Sementara itu menurut J. Dunlop (1958) mengatakan bahwa dalam menganalisa hubungan industrial perlu mempertimbangkan peraturan-peraturan di tempat kerja(the rules of the workplace) yaitu variabel dependen yang dipengaruhi oleh peroses interaksi para pelaku hubungan industrial sebagai variabel independen yang meliputi tiga hal :

1. status relatif dari pelaku (bagaimana posisi Pemerintah, posisi manajemen dan posisi pekerja)

2. kantek dimana para pelaku berinteraksi(selain dipengaruhi oleh faktor internal hubungan industrial juga dipengaruhi oleh faktor luar seperti karakter teknologi, Hambatan pasar dan pemilikan dan distribusi kekuasaan diantara aktor dalam suatu masyarakat. 3. ideologi dari sisten hubungan industrial( hubungan antara sistem industrial dengan sistem politik seperti di negara ketiga lebih berusaha menciptakan iklim kondusif ketimbang menghimpun modal dan meningkatkan keunggulan komparatif seperti upah buruh yang rendah, maupun menciptakan stabilitas sosial dan politik di sektor perburuhan.

ketiga perspektif siatas harus dikendalikan oleh peraturan yang bersipat independen yaitu aturan di tempat kerja.

E. Perselisihan Industrial

1. Tuntutan Non-normatif yaitu tuntutan yang berhubungan hal-hal yang tidak diatur dalam peraturan perundangan dan PKB/KKB. yang timbul karena relatif rendahnya uang makan,susu, transportasi, sistem pembayaran upah, cuti haid, kejelasan status pekerja, pasilitas yang kurang memadai dan lain-lain.

(47)

3. Provokasi oleh pihak ketiga diluar perusahaan seperti oleh pekerja dari perusahaan lain, aksi solidaritas pekerja dan lain-lain.

4. Tekanan dari beberapa pekerja didalam perusahaan yang memaksa pekerja lain agar ikut berunjuk rasa. (hasil penelitian SMERU 2002)

HUBUNGAN INDUSTRIAL DI INDONESIA PASCA ORDE BARU

Berbagai gejolak yang timbul pasca kejatuhan orde baru tidak semata-mata dipicu oleh perbedaan kepentingan mendasar antara pengusaha dengan buruh, namun dapat pulah dipicu oleh masalah kecil atau kesalahpahaman seperti kurang memahaminya peraturan pemerintah dan peraturan perusahaan. Isu yang sering timbul adalah pengusaha berusaha menekan biaya produksi, sebaliknya buruh menuntut kenaikan upah yang lebih tinggi. Buruh melalui serikat buruh menilai pengusaha tidak terbuka untuk berdiskusi, merasa berkuasa dan kurang memperhatikan nasib buruh sehingga buruh kehilangan kepercayaan terhadap pengusaha dan manajemen perusahaan.

Hubungan Industrial yang harmonis adalah:

1. Hubungan kerja yang didasari oleh saling percaya 2. Saling menghargai dan dihargai

3. Saling menghargai dan dihargai

4. Saling memberi agar dapat menciptakan hubungan industrial yang harmonis

5. Menjalin komunikasi dua ara dengan buruh 6. Gaya kepemimpinan Pengusaha

7. Pengetahuan pengusaha dan buruh tentang hak dan kewajiban masing-masing serta penerapannya.

8. Iklim kerja yang mendukung

9. Kesediaan Pengusha dan Buruh untuk berunding

10. Beranggapan Buruh dan pengusaha mitra kerja dan bukan semata-mata Buruh dan majikan

11. Indikator adanya hubungan industrial yang harmonis tampak

dari kepuasan dankesejahtraan buruh, tidak adanya unjuk rasa atau mogok kerja, Harmonisasi antara hubungan perusahaan dan buruh dapat dicapai dengan melaksanakan PP, KKB, PKB yang telah disepakati.

Faktor eksternal perusahaan yang sering memicu terganggunya hubungan industrial adala kebijakan Pemerintah yang dinilai tidak memihak kepada kepentingan buruh, dan penyusunan kebijakan tersebut sering tidak melibatkan perwakilan dari buruh. (Smeru 2002)

CARA-CARA YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH PERUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN DAN MEMPERTAHANKAN HUBUNGAN INDUSTRIAL YANG LEBIH BAIK DAN LEBIH HARMONIS:

(48)

sekaligus menginformasikan kebijakan-kebijakan baru mengenai ketenagakerjaan dari perusahaan maupun dari Pemerintah.

2. Menyediakan kotak saran agar buruh dapat memberikan saran tanpa harus menyerahkan identitas. Dan bila masukan disampaikan melalui forum terbuka maka perusahaan akan memberikan insentif bagi mereka.

3. Memilih kepala bagian personalia yang mampu meredam perselisihan dan dapat mengatur perundingan antara buruh, Pengusaha dan Serikat Buruh secara adil.

4. Membuat program pendidikan dan pelatihan bagi buruh, termasuk

untuk meningkatkan pemahaman buruh terhadap peraturan Pemerintah

5. Mengusahakan peneyelesaian cara bipartit atau kesepakatan bersama melalui musyawarah antara buruh atau serikat buruh dengan pihak manajemen, Mengundang dinas tenaga kerja untuk memberikan pengarahan kepada buruh secara berkala atau mendatangi Disnaker untuk memperoleh informasi perkembangan atau kebijakan baru tentang ketenagakerjaan

6. Mengikuti pertemuan-pertemuan APINDO (asosiasi pengusaha Indonesia) untuk memecahkan atau memberikan solusi tentang masalah ketenagakerjaan

7. Mengadakan kegiatan bersama seperti rekriasi, olahraga bersama dan pemilihan Karyawan teladan.

Kesimpulan:

(49)

OTONOMI DAERAH

Sebelum kita membahas otonomi daerah terlebih dahulu harus kita pahami bahwa tujuan dari setiap Negara adalah :

1. Keamanan dalam arti Negara harus dapat menjamin seluruh Warganya untuk dapat memperoleh rasa aman dalam segala hal. 2. Kesejahteraan dalam arti dapat memenuhi kebutuhan yang di

perlukan oleh Warganegara.

Untuk mewujudkan hal tersebut diatas maka Negara-Negara di dunia ini menciptakan bentuk-bentuk Negara sebagai berikut:

1. Negara Pederal dima hukum negara bisa berbeda kecuali keuangan dan hubungan luar negeri.

2. Negara Kesatuan yang cirinya adalah yang berkuasa adala Negara pusat

Bentuk-bentuk Pemerintahan:

1. Bentuk Pemerintahan Kerajaan: a. Absulut seperti Berunai, Arab

b. Konstitusional seperti malaisia, Inggeris dan belanda

2. Republik Yaitu kekuasaan ada ditangan rakyat yang terdiri dari : a. Presidensial dimana kekuasaan pemerintahan ada ditangan

presiden

b. Parlementer dimana kekuasaan ada di tangan parlemen.

Karena tujuan Negara adala Keamanan dan kesejahteraan maka untuk mewujudkannya tidak bisa semuanya bertumpuh kepada pemerintah pusat maka di perlukanlah Otonomi Daerah yang artinya berasal dari bahasa yunani yaitu:

a. Anto artinya sendiri

b. Nomes artinya Pemerintahan sendiri

Jadi dapat disimpulkan bahwa intisari dari Otonomi Daerah adala

kemandirian, dan di Indonesia melalui UU. Otonomi daerah Pemerintah pusat memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendri, Karena yang lebih mengerti tentang daerah adalah penyelengara Pemerintahan daerah yang bersangkutan.

Gambar

Gambar di atas dapat diasumsikan :

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian ketiga sampel daging se’i babi yaitu bumbu A, bumbu B dan tanpa bumbu yang disimpan pada suhu ruang menunjukkan bahwa ulangan dan lama

Dalam upaya memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat, diperlukan Reformasi Pelayanan Publik, (Sinambela, 2010) menyatakan bahwa pelayanan publik dapat diartikan,

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang identifikasi senyawa metabolit sekunder dari ekstrak etanol Buah Dengen (Dillenia serrata) dapat

Keberhasilan fungsi ruang terbuka hijau di Karang Kajen sebagai ruang kota yang ekologis di dukung oleh unsur vegetasi yang ada, yang merupakan jenis tanaman

Berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya pada F2 didapatkan nilai heritabilitas pada beberapa karakter kuantitatif 4 populasi F2 tanaman cabai adalah nilai heritabilitas

Petaling Jaya Malaysia, August 4-6, 2004; jointly organized by : The Department of Psychology International Islamic University Malaysia and The International Institute of

Sasaran ini memiliki indikator kontribusi ekspor produk Industri elektronika dan telematika terhadap ekspor nasional dan pangsa pasar produk Industri elektronika

Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis proses manajemen perubahan yang dilakukan PT TUV Rheinland Indonesia dalam upaya implementasi SMM ISO