• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gang Motor dalam Tinjauan Psikologi Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Gang Motor dalam Tinjauan Psikologi Sosial"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

GENG MOTOR DALAM TINJAUAN PSIKOLOGI SOSIAL Leni Armayati M.Si

Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau

Jl. Kaharudin Nasution No, 113 Perhentian Marpoyan Pekanbaru

Abstract

Urgensi penelitian ini dalam aspek relevansinya di dasarkan pada fenomena maraknya aksi kekerasan yang terjadi oleh anggota geng motor di Kota Pekanbaru. Dalam ukuran hukum dan perilaku aksi kekerasan yang dilakukan geng motor tidak lagi sekedar kenakalan khas remaja tapi sudah mengarah pada tindakan kriminalitas–

merampas, menendang, melukai dengan senjata tajam, bahkan membunuh. Mereduksi perilaku geng motor, tersebut salah satu tinjauan yang dapat digunakan adalah perspektif psikologi sosialmengacu pada orientasi pemahaman bagaimana sebuah system nilai dalam suatu kelompok dengan identitas-identitas inklusif anarkis membentuk

standar nilai yang imun terhadap sumua aturan hukum, moral dan kemanusiaan. Secara metodologis penelitian ini dilakukan dalam pendekatan kualitatif dengan menggunakan dua subjekanggota geng motor di Kota Pekanbaru. Sementara metode pengumpulan data dengan wawancara dan observasi. Berdasarkan hasil temuan data penelitian dapat disimpulkan bahwa kolektivitas geng motor menjadi saluran pembenaran dari perilaku agresi yang ada pada setiap individu dengan standar-standar nilai dan perilaku yang dibentuk sendiri dalam kelompok, dalam dinamika sosial hal itu dilakukan untuk menunjukkan eksistensi, baik pada kelompok lain juga pada masyarakat. Aksi kekerasan yang dilakukan juga dimungkinkan karena mengandalkan mobilisasi massa kelompok yang memungkinkan terjadi distribusi tanggungjawab dan menciptakan sikap superior diantara anggota geng motor yang memungkinkan anggota geng motor melakukan aksi kekerasan tanpa rasa takut.

Keyword: Geng motor,agresifitas,psikologi social.

GANG MOTOR DALAM TINJAUAN PSIKOLOGI SOSIAL DI PEKANBARU - RIAU

Perilaku manusia dapat berwujud perbuatan dan perkataan, baik yang disengaja maupun yang tidak di sengaja, dapat pula bersifat fisik dan berhubungan dengan kegiatan mental. Perilaku yang mempunyai tujuan menyakiti fisik atau perasaan disebut agresi. Kecenderungan perilaku agresi adalah keinginan subjek untuk melukai fisik atau perasaan pada diri sendiri dan pada orang lain dengan kata-kata mauun dengan alat (Baron & Byrne, 1994).

Perilaku yang termanifestasi dalam bentuk pembunuhan, perampokan, kekerasan, bahkan peperangan merupakan realitas yang terjadi di muka bumi ini sejak dahulu kala sampai saat ini. Jika disimak di berbagai media massa, berita-berita mengenai kriminalitas dan tindak kekerasan selalu disajikan dalam porsi yang tinggi dan semakin meningkat (Helmi & Soedardjo, 1998). Anggota geng motor yang melakukan tindak kekerasan di Purna MTQ, jalan diponegoro, serta isu balas dendam anggota geng motor karena salah satu ketua mereka ditembak dan ditangkap polisi menjadi isu yang meresahkan masyarakat. Sampai muncul himbauan ke masyarakat untuk tidak keluar malam pada jam-jam tertentu karena isu akan terjadi perang natara geng motor dengan pihak aparat kepolisian (Riau Pos Online).

(2)

kerap kumpul di suatu tempat dekat Bapelkes Jalan HR Subrantas. Geng ini bahkan sudah memiliki tata cara perekrutan dan pelatihan termasuk diajarkan bagaimana naik motor ngebut dan memukul.

Geng motor lain yang juga berkembanga adalah geng motor Ghost Street. Anggotanya sekitar 100 orang dan termasuk di dalamnya anak SMP dan SMA. Geng ini dipimpin oleh pria bernama Iwen yang telah berhasil dibekuk pihak kepolisian. Dalam proses penangkapan Iwen yang bersangkutan terpaksa di tembak betisnya karena terlibat pengeroyokan, penjambretan, pengeroyokan dan sebagainya. Saat ditangkap Iwen menggunakan senjata. Pelaku juga baru tiga bulan keluar penjara.

Lalu ada juga genk motor Aztec dengan anggota sekitar 80 orang dan dipimpin oleh seseorang bernama Doni. Geng ini diketahui kerap beraktivitas di lapangan Hangtuah. Ada juga geng King street dengan 50 orang anggota yang kerap kumpul di dekat Fakultas Kedokteran Universitas Riau dan dekat sekretariat Partai Golkar. Mereka juga terindikasi kerap membawa senjata tajam. Terakhir yaitu, geng Ali Street yang anggotanya berjumlah sekitar 50 orang. Kelompok ini kerap nongkrong di sekitar Jalan Riau dekat Mal Ciputra (Efivanias, 2012). Decker dan Winkle (dalam Krahe, 2005) menyatakan geng motor itu sendiri dapat didefenisikan sebagai kelompok sebaya dengan umur yang relatif sama yang sering memamerkan permanensi tertentu, terlibat dalam kegiatan kriminalitas dan memiliki representase keanggotaan simbolis tertentu. Walaupun kekerasan tidak terbatas pada remaja tetapi perilaku agresif terutama pada geng motor sering ditemukan karena keanggotaan dalam geng motor bisa menjadi jalan masuk bagi tindakan kriminalitas pada masa dewasa.

Fenomena kemunculan dan merebaknya perilaku agresif geng motor tidak hanya dilihat dari internalisasi nilai peran gender yang berlangsung dalam domain keluarga dan sekolah. Maskulinitas telah menjadi keyakinan fundamental yang tertanam secara mendalam yang mengarahkan gagasan dan tindakan remaja laki-laki dalam jalinan interaksi sosial. Perilaku tidak toleran, kebut-kebutan atau aksi kekerana dinilai sebagai cara terbaik bagi remaja laki-laki dalam membuktikan kelelakiannya.

Dengan demikian perilaku agresif yang dilakukan oleh geng motor dikarenakan pencarian identitas dan pembuktian diri. Hal lain yang dapat menjadi faktor yang mempengaruhi adalah lingkungan, minuman keras, kelompok teman sebaya. Sementara fakror internal seperti watak atau sifat diri yang keras mempengaruhi seseorang melakukan perilau agresifitas.

Sedangkan Hasan (2007) dalam penelitiannya mengenai geng motor di bandung menemukan fakta bahwa pada awalnya geng motor muncul dari kumpul-kumpul para pencinta motor di Bandung, yang kemudian berubah menjadi geng yang beranggotakan puuhan bahkan ratusan anggota. Di jalanan mereka membentuk gaya hidup yang terkadang menyimpang dari kelaziman demi menanmcapkan identitas kelompok. Balapan, kebut-kebutan dan tawuran adalah upaya dalam pencarian identitas ini.

Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif banyak dilakukan dikarenakan pencarian identitas sebagai pembuktian diri. Adapun hal lain yang dapat mempengaruhi perilaku agresif adalah, yaitu yang berasal dari lingkungan (faktor dari luar dirinya) seperti minuman beralkohol, kelompok bersama dan teman sebaya. Sedangkan faktor bawaan dalam diri, seperti watak atau sifat diri yang keras mempengaruhi perilaku agresif.

(3)

Permasalahan Penelitian

Masalah utama yang menjadi fokus utama penelitian ini adalah bagaimana bentuk perilaku agresi anggota geng motor di Kota Pekanbaru, apakah faktor-faktor penyebab dari perilaku agresi anggota geng motor di Kota Pekanbaru,

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas tujuan dari penelitian ini adalah : a. Mengetahui bentuk perilaku agresi anggota geng motro di Kota Pekanbaru

b. Mengetahu faktor-faktor penyebab perilaku agresi anggota geng motor di Kota Pekanbaru

Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapakna dapat menjadi temuan yang bersifat aktual dalam kajian mengenai agresfitas manusia yang dapat menjadi perluasan wawasan secara teoritis. Dan melalui penelitian ini diharapkan berbagai akta dapat diungkap mengenai perilaku angresif anggota geng motor serta dapat dijabarkan secara lebih rinci.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi baginupaya-upaya pencegahan maupun perbaikan perilau agresif anggota geng motor di Kota Pekanbaru, supaya dapat lebih terkendali melalui pendekatan-pendelatan psikologis.

Bagi masyarakat temuan hasil penelitian ini natinya dapat menjadi informasi yang berhatga mengenai bagaimana setiap orang dapat mengendalikan diri saat menghadapi perilaku agresif anggota geng motor.

LANDASAN TEORI A. Perilaku Agresif

1. Pengertian Perilaku Agresif

Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan penghargaan, penerimaan, pengagungan dan cinta dari orang lain, begitu pula dengan anggota geng motor. Mereka ingin dihargai, diterima, dihormati dan dianggap ada oleh lingkungannya sebagai bukti bahwa mereka mempunyai konsep diri yang utuh yang berfungsi dengan baik karena telah mampu memandang dirinya sendiri dan lingkungannya secara positif. Fakta tersebut dapat dijadikan indicator bahwa pribadi yang bersangkutan telah dapat melakukan penyesuaian diri secara tepat. Apbila individu tidak gdapat melekaukan penyesuaian diri secara tepat bias saja yang bersangkutan melakukan perilaku agresif dengan berbagai dampak negative yang ditimbulkannya.

Agresi merupakan perilaku yang bertujuan menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun secara psikologis (Baron & Byrne, 1994) . Dalam hal ini, jika menyakiti orang lain karena unsur ketidaksengajaan, maka perilaku tersebut bukan kategori perilaku agresi. Rasa sakit akibat tindakan medis misalnya walaupun sengaja dilakukan namun tidak termasuk tndakan agresi. Sebaliknya nita untuk menyakiti orang lain walaupun tidak berhasil, hal ini dapat dikatakan perilaku agresif.

(4)

Moore dan Fine (dalam Koeswara, 1988) adalah tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadap indivu lain atau objek-objek lain. Sementara Myers (2002) menjelaskan bahwa agresi merupkan perilaku fisik maupun verbal yang diniatkan untuk melukai objek yang nejadi sasaran agresi.

Menurut Freud (dalam Sarwono dan Meinarno, 2009) bahwa manusia memiliki dua insting dasar, yaitu insting hidup dan insting mati. Instingmati membawa manusia pada dorngan agresi dan merupakan bagian dari kepribadian. Sedangkan menurut Sarwono dan Meinarno (2009) perilaku agresi merupakan tindakan melukai yang disengaja oleh seeorangatau institusi terhadap seseorang atau institusi lain yang dilakkan dengan sengaja. Dengan demikian setuap perilaku yang bertujuan untuk menyakiti orang lain atau organism lain, baik secara verbal, seperti mencaci, mengejek dan mengumpat atau perilaku agresi fisik seperti memukul dan menendang.

Schneiders (1955) mengngkapkan bahwa perilaku egresif merupakan luapan emosi sebagai reaksi terhadap kegegagalan individu yang ditampakakna dalam bentuk pengrusakan terhadap orang atau benda eengan unsure kesengajaan yang diseksp[resikan dengan kata-kata verbal dan perilaku non verbal.

Adapun berkowitz (1995) menyatakan bahwa perilaku agresif merupakan perilaku yang mnegacu pada beberapa jenis perilaku, baik secara verbal maupun nonverbal, yang dilakukan dengan tujuan menyakiti orang lain. Perilaku agresif verball sebagai suatu perilaku atau aksi agresi yang diungkapkan untuk menyakiti orang lain, dalam bentuk umpatan, celaan, makian, ejekan dan fitnahan serta ancaman melalui kata-kata. Sementara perilaku agresif non verbal dilakukan dalam perilaku memukul, mencubit dengan kasar, menendang, memalak, berkelahi dan mengancam orang lain dengan mengunakan senjata.

Berdasarkan pemaparan diatas gdapat disimpulkan bahwa perilaku agresif adalah perilaku yang bertujuan untuk menyakiti orang lain dengan sengaja. Tapi tidak disebut perilaku agresif apabila perilaku tersebut bertujuan untuk menolong, seperti tindakan medis yang dilakukan seorang Dokter dalam menolong pasien.

Salah satu bentuk perilaku agresif adalah perilaku agresif secara verbal yang berbentuk lisan atau ucapan yang ditujukan untuk menyakiti dan melukai perasaan orang lain, bentuknya bia dalam bentuk velaan, hinaan, umpatan, ejeken dan kata-kata fitnah serta ancaman. Sementara perilaku agresif nonverbal bias dalam bentuk aksi fisik yang bertujuan menyakiti dan melukai orang lain secara fisik, seperti memukul, menendang, mencubit dengan kasar, perkelahian dengan senjata, merampas barang milik orang lain, serangan fisik yang menimbulkan cedera, serta yang paling ekstrim kekerasan seksual danm pembunuhan.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresif

Banyak teori agresi yang berusaha menjelaskna bahwa penyebab munculnya perilaku agresi adalah prustasi. Perilaku agresi muncul karena terhalangnya seseorang dalam mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan, atau tindakan tertentu (Hanurawan, 2005). Watson.,Kulik dan Brown (dalam Soedardjo & Helmi, 1998) lebih jauh menyatakan bahwa frustasi yang muncul disebabkan oleh adanya factor dari uar yang begitu kuat menekan sehingga muncul perilaku agresi. Bandura (dalam baron & Byrne, 1994) menyatakan bahwa perilaku agresi merpakan hasil dari proses belajar social melaluyi pengamatan terhadap dunia social. Media, baik cetak maupun elektronik tiodak laha penting dalam enimbulkan egresi. Media yang menyuguhkan kekerasan seperti Smackdown, film, game dan sejenismya. Tayangan ini akan memunculkan rangsangan dalam berperilaku agresif bagi individu yang menontonnya, trelebih mereka yang relative muda.

(5)

Menurut Sears (1991) perilaku agresi disebabkan oleh dua fako utama, yaitu sebagai berikut :

a. Serangan

Meruakan salah satu factor yang paling sering menjadi penyebab perilaku agresi dan muncul dalam bentuk serangan verbal atau serangan fisik

b. Frustasi

Frustasi bterjadi ketika seseorang terhalang untuk suatu hal dalammencapai suatu tujuan , kebutuhan, keinginan, penghargaan dan tibnakan tertentu

Sarwono dan Meinarno (2009) menyatakan setidaknya terdapat enam factor yang enyebabkan perilaku agresi pada manusia, yaitu :

a) Faktor sosial

Ketika seseorang menghadapi kegagalan ia akan merasa sedih, marah bahkan defresi. Dalam kedaan seperti inib besar kemungkinan menyebabkan frustasi dan engambil tindakan-tindkan yang bernuansa agresi, seperti penyerangan terhadap orang lain.

b) Faktor personal

Setiap individu akan berbeda dalam cara dirinya untuk mendekatai dan menjauhi perilaku agresif. Seorang dengan karakter sabar, koperatif, nonkompetisi cenderung melakukan agresi instrumental, yaitu perilaku agresi yang dilakukan karena ada tujuan utma yang ditujukan tidak unuk melukai atau menyakiti seseorang

c) Faktor kebudayaan

Salah satu factor penyebab agresi adalah factor kebudayaan. Lingkungan geografis seperti pantai dan pesisir menunjukkan karakter lebih keras daripada masyarakat yang hidup di pedalaman. Selain itu nilai dan norma yang mendasari sikap dan tingkah laku masyarakat juga mempengaruhi terhadap agresifitas suatu kelompok d) Factor situasional

Ketidaknyamanan karena panas menyebabkan kerusuhan dan bentuk-bentuk agresi liannya. Penelitian di Amerika yang memiliki empat musim menunjukkan pada suhu 28, 33-29, 44 celcius menunjukkan peningkatan penyerangan, perampokan, kekieasan kolektif, dan perkosaan (Baron & Ransberger., Cohn dalam Gifford, 1997)

e) Faktor sumber daya

Manusia senatiasa ingin memenuhi kebtuhannya, salah satunya adalah sumber daya alam. Sumber daya ini sangatlah terbatas oleh karena itu dibutuhkan upaya lebih untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Diawali dengan tawar-manwar, jika tidak ada kata sepakat maka terbuka kemungkinan mengabil paksa dari pihak yang memilikinya.

f) Faktor media massa,

Kondisi sesaat yang merupakajn perwujudan dari afeksi dan kognisi, dan keterangsangan memberikan kesempatan bagi individu untuk memutuskan mlakukan tindakan egrsi atau tidak. Keslahan dalam pengambilan keputusan dapat memicu perilaku agresif yang berkepnajangan

B. Geng Motor

1. Pengertian Geng Motor

(6)

kenaggotaan dalam geng pada anak muda bias menjadi jalan masuk bagi tindakan criminal Geng seringkali lahior dari ancaman yang berasal dari individu-individu atau kelompok-kelompok lain yang berada disekitar lingkungan tempat tinggalnya. Proses ini di dukung oleh ketidakmampuan lembaga hokum dan kemasyarakatan untuk meeberikan perlindungan efektif terhadap mereka. Ancaman dapat diarahkan pada keselamatan fisik, wilayah kekuasaan atau identitas psikologispara anggotanya. Apabila geng lawan mengadpsi persepsi yang sasma mengenai ancaman gdan mencoba mendahui menyerang maka secara poensial kekerasan mungkin terjadi

Geng dapat didefeniskan sebagai sebuah kelompok teman sebaya dengan umur yang relatif sama yang memamerkan permanensi tertentu, terlibat dalam kegiatan kriminal dan memiliki representasi keanggotaan simbolis tertentu (Decker & Winkle dalam Krahe, 2005). Suatu geng mungkin memliki organisasi terstruktur, yaitu kepemimpinan yang dapat di identifikasi, memiliki teritorial, hubungan berkelanjutan, tujuan jelas dan terlibat dalam perilaku illegal.

Tindakan kekerasan geng seringkali mengasingkan para anggotanya dari lembaga-lembaga social yang sah. Marjinalisasi ini menimbulkan perasaan rentan yang menimbulkan sinifikansi psikologis dari keanggotaan individu dalam gengnya dan memperkuat kenaggotaannya dlam geng tersebut. Geng sendiri dapat di defenisiakna sebagai sebuah kelompok sebaya dengan umur yang relative sama dan memamerkan permanensi tertentu, terlibat dalam kegiatan criminal dan memeiliki representase kenaggotaan simbolis tertentu (Decker & Winkle dalam Krahe, 2005)

Suatu geng mungkin memiliki organisasi terstruktur, yaitu kepemimpinan yang dapat di identifikasi, memiliki tertorial, huungan berkelanjutan, tujuan yang jelas dan terlibat pada perilaku yang illegal, latar belakang social ekonomi yang buruk, tidak memungkinkan anggota geng ini memiliki akses ke sumber-sumber daya material dan si,bol-simbol status yang sah dalam lingkungannya.

2. Sejarah Geng Motor Di Riau 1. XTC (Exalt To Creativity)

XTC atau Exalt To Coitus lahir pada tahun 1982 oleh 7 orang pemuda. Belakangan nama itu diganti menjadi Exalt To Creativity, karena nama semula agak berbau porno. Mereka membawa bendera berwarna paling atas putih-biru muda-biru Tua. Di tengahnya ada gambar lebah yang melambangkan solidaritas antar anggota. Bila salah satu di antara mereka ada yang diserang, maka yang lainnya akan membela. Mereka kini mendirikan Sexy Road Indonesia, kumpulan gengster XTC se-Indonesia yang berpusat di Bandung sekarang tersebar di beberapa kota di Indonesia termasuk Kota Pekanbaru, untuk memfasilitasi anggotanya yang sudah melebihi 10.000 orang. Tak hanya Moonraker sebenarnya. Brigez dan GBR, juga menyatakan permusuhannya terhadap XTC.

Brigez yang paling antipati terhadap geng yang satu ini. Asal muasal terjadinya permusuhan tidak jelas sampai sekarang. Namun, baik XTC maupun Brigez menyatakan perang satu sama lain hingga saat ini.Setiap gengster ingin menjadi yang nomor satu, kenyataannya kami memang yang paling banyak anggotanya, ujar Ari Rinaldi, salah satu anggota XTC mencoba menjawab alasan mengapa XTC banyak dimusuhi oleh geng lain. Ari Rinaldi tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung. Pasukan ini juga memiliki Koordinator Perang, untuk mempermudah koordinasi jika terjadi tawuran atau pada saat akan melakukan perbutan wilayah.

(7)

identik dengan kekerasan? Menurut anggota geng motor hal itu karena aparat yang menciptakan. Mereka sering main gebuk sembarangan. Kami memang sering merampas motor milik geng lain saat bentrok, istilahnya rampasan perang. Tapi motor itu langsung kami

bakar, tidak dijual atau dimiliki oleh salah satu dari kami,” kata Iskandar. “Mungkin bagi

polisi tindakan itu termasuk kriminal, tapi menurut kami bukan,” tambahnya.Iskandar termasuk pentolan XTC, ia juga ketua sebuah lembaga yang bergerak di bidang penyediaan jasa pengamanan, Bodyguard Security Service (BOSS). Markas BOSS dulu sering dijadikan tempat nongkrong anak-anak XTC.

Geng motor XTC juga pernah mengirim 200 motor pada perayaan ulang tahun Partai Demokrasi Pembaruan di Lapangan Gasibu Bandung. Tidak menutup kemungkinan pada kampanye-kampanye atau unjuk rasa itu bertemu dengan geng motor lain. Tapi kalau dalam urusan ini, mereka memilih damai. Suatu ketika pertengahan 2003, XTC pernah melakukan penyerangan sensasional. Mereka menyerang kantor kepolisian Wilayah Kota Besar (Polwiltabes) Bandung. Semua anggotanya tumpah ruah mengepung kantor Polwiltabes. Mereka kecewa karena tidak diberi izin pada saat mau mengadakan bakti sosial, akibat ada kesalahpahaman antara poilsi dengan panitia. Polisi tak bisa berbuat banyak menghadapi ribuan massa yang memadati Jalan Merdeka sepanjang kurang lebih 3 Kilo Meter. Beberapa orang yang dituduh provokator ditahan di kantor Polwiltabes Bandung.“Kalau gak ada XTC ya gak rame, gak akan terjadi perang,” Iskandar menambahkan. Tapi ia menitip pesan untuk para aparat: “tolong rangkul kami, masa GAM dengan RI saja bisa berdamai?”

2. Ghost Night

Gost Night adalah geng motor yang dibentuk oleh Iwen. Dari pemeriksaan polisi terhadap dirinya, Wen mengaku sengaja membentuk Ghost Night untuk memberantas XTC. Dari pemeriksaan yang dilakukan, Wen mengaku Ghost Night dibentuk untuk melawan XTC ujar Kapolresta Pekanbaru, Kombes Pol Drs R Adang Ginanjar, Rabu (3/10) melalui Kasat Reskrim, AKP Arief Fajar Satria SH SIK. Dijelaskan, Wen mengaku kepada penyidik bahwa

Ghost Night memiliki anggota sekitar 100 orang. ‘’Permasalahan antara mereka dengan XTC

muncul akibat perselisihan,’’ lanjut Arief. Dikatakaannya lagi, Wen bersama gengnya biasa berkumpul di Jalan Imam Bonjol. ‘’Mereka mulai berkumpul sekitar pukul 00.00 WIB hingga dini hari. Dari berkumpul inilah mereka saling ribut,’’ jelas Kasat Reskrim (Riau Pos. co).

3. Brigez

Brigez dan GBR di didrikan pada tahun 1980. Brigez lahir di SMUN 7 Bandung, sesuai dengan namanya Brigade Seven. Sejak masih embrio pada tahun 80-an geng ini merupakan rival terberat XTC. Awal terbentuknya tak lebih dari hanya sekadar

kumpul-kumpul biasa. “Kami hanya ingin bebas menjalankan motor, tidak pakai helm, tidak pakai

lampu apalagi rambu-rambu,” kata Ilmanul, salah satu pendiri Brigez. Dulu geng ini hanya

beranggotakan tidak lebih dari 50 motor. Kini pengikutnya mencapai ribuan motor dan tersebar di berbagai daerah di Jawa Barat. Sistem pengorganisasiannya tidak jelas. Tidak ada pengurus, hanya ada ketua yang bertugas mengkoordinir saja. Warna bendera negara Irak tanpa huruf Arab di tengahnya, menjadi lambang identitas kelompok ini dengan kelelawar hitam sebagai simbolnya.

Nama Brigez acapkali diplesetkan menjadi Brigade setan atau Brigade Senja, karena mereka sering nongkrong bersamaan dengan kepulangan sang surya. Berbeda dengan XTC, Brigez identik dengan sikap anti birokrasi. Mereka menolak bersimbiosis dengan lembaga plat merah atau ormas bentukan kelompok politik tertentu. Menurut Ilmanul, lamaran dari Ormas Pemuda Pancasila untuk bergabung, ditolaknya mentah-mentah. Kalau pun ada anggotanya yang menjadi kader partai, itu lebih bersifat individu dan tidak membawa bendera Brigez.

(8)

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendektan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Poerwandari (1998) menyebutkan penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, fhoto, rekaman dll. Sedangkan Yin (2005) mendefenisikan penelitian stusi kasus sbagai salah satu strategi penelitian untuk mengembagkan analisis mendalam dengan pokok masalah apa atau apakah, bagaimana atau mengapa, tentang suatu kasus dari fenomena tertentu.

B. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan dibantu alat pengumulan data penelitian, yaitu :

1. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk memastikan proses penelitian tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedman ini disusun tidak hanya mengacu pada tujuan penelitian tapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

2. Pedoman observasi

Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Subjek penelitian sebagai responden dalam penelitian ini adalah 2 orang remaja laki-laki anggota geng motor di Kota Pekanbaru. Satu orang anggota geng motor dalam penelitian ini adalah anggota geng motor yang sedang menjalani proses hukum di LP Gobah Pekanbaru, sementara satu orang laigi anggota geng motor yang tidak sedang menjalani masalah hukum. Lokasi penelitian secara umum adalah Kota Pekanbaru sebagai pusat jaringan Geng Motor di Riau

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam hal ini peneliti menggunakan dua tekni pengumpulan data, yaitu: 1) Wawancara

Pada penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Esterberg (2002) mendefenisikan wawncara sebagai pertemuan dua orang untuk betukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat di konstruksikan maknaya dalam suat topic tertentu. Sedangkan Patton (dalam Poerwandari, 1998) menyatakan dalam proses wawancara peneliti dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum dengan memasukkan siu-isu yang akan di gali tanpa menentukan urutan pertanyaan. Pedoman wawancara digunakan untuk menggali aspek-aspek yang akan dibahas yaitu perilau agresif anggota geng motor baik verbal maupun nonverbal.

2) Observasi

(9)

E. Teknik Analisis data

Teknik analisis data dalam penelitian adalah langkah-langkah yang direkomendasikan oleh Yin (2005) yang menyatakan bahwa analisis data dilakukan dengan menelaah, katgeorisasi, tabulasi data dan mengkombinasikan bukti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Prosedur ini sejalan dengan prosedur jyang dirrekomendasikan oleh Meleong (2008) yang menayatkan bahwa proses analisis data diawali dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumbe, dalam hal ini adalah hasil wawancara, observasi dan analisis dokumentasi. Setelah ditelaah maka langkah selanjutnya adalah mengadakan apa yang disebut sebagai reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat rangkuman inti,proses dan pernyataan-pernyataan kunci yang perlu dijaga agar tetapberada di dalamnya. Selanjutnya adalah penyusunan ke dalam satuan-satuan untuk kemudian di kategoriasikan, setelah dikategorisasikan dilakukan pemeriksaan keabsahan data dan dikahiri dengan penafsuran data.

HASIL PENELITIAN

A. Profile Subjek 1. Subjek I

a. Identitas Subjek

Nama : DR

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Menikah

Usia : 27 Tahun

Agama : Islam

Anak Ke : 1 dari 2 bersaudara Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : -Suku Bangsa : Minang

Alamat : Marpoyan Damai

b. Status Praesens

DR merupakan seorang laki-laki yang memiliki tinggi badan natara 165 – 170 cm serta memiliki era badan sekitar 65 – 70 kg. Subjek memiliki kulit berwarna sawo matang, benuk wajah builat, rambut lurus serta hitam. Terdapt gambar tato di lengan kiri bagian atas bergambar Naga. Saat bertemu peneliti subjek sering kali mengenakan pakaian yang rapi gan bersih. Kebanyakan pakain yang sering digunakan subjek adalah jenis jeans berwarna biru serta mnegenakan kaos lengan pendek. Sepanjang proses wawancara subjek sangat intens merokok

c. Riwayat Hidup

(10)

2. Subjek II

a. Identitas Subjek

Nama : TH

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Belum Menikah

Usia : 26 Tahun

Agama : Islam

Anak Ke : 1 dari 5 bersaudara Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : _

Suku Bangsa : Melayu

Alamat : Kubang

b. Status Praesen

TH meupakan seorang pria yang memiliki tinggi badan antara 165 -170 cm dengan berat badan sekitar 50–60 kg. Secara umum cirri-ciri fisik hamper sama dengan subjek I;kulit sawo matang, ra,but lurus sedikit lebih panjang dari subjek I, kebiasaan pilihan pakaian pun relative sama jeans dengan stelan kaos. Pada saat wawnacra selain merokok subjek II juga ditemani segelas kopi.

c. Riwayat Hidup

Subjek merupakan anak pertama dari lima bersaudara, subjek memiliki tiga adik laki-laki dan 1 adik perempuan. Adi pertama subjek teah menikah dan tinggal dengan orangtuanya. Sednagkan subjek sendiri belum menikah an masih tinggal bersama adik-adiknya serta orangtuanya. Kedua orangtua subjek sendiri adalah bekerja. Hal yangsama juga ingin dilakukan subjek setelah lulus SMA api tidak kunjung mendapat pekerjaan dan subjek pun sempat prustasi dengan kedaan tersebut

B. Hasil Temuan Data

1. Hasil Observasi Dalam Proses Wawancara

1). Wawancara I subjek DR, 4 September 2012

Seluruh proses wawancara subjek DR dilakukan di Rumahnya, karena subjek bersedia diwawancarai penelitia di rumahnya saja. Waktu yang disediakan subek untuk proses wawancara sekitar pukul 16.00 WIB sampai 18.00 WIB. Kedatangan peneliti kerumah subjek disambut subjek dengan ramah dan mempersilahkan peneliti untuk masuk. Rumah subjek terdiri dari dua bagian ruangan, bagian dalam untuk ruang keluarga dan bagian depan tempat menerima tamu denganm satu kamar di sisinya.

2). Wawancara 2 Subjek DR, 30 September 2012

Setiap kali wawancara subjek selalu memakai pakaian yang terkesan santai, yaitu celana jenas dan kaos. DR sendiri memiliki tatao di lengan sebelah kiri dengan gambar yang cukup besar. Selama wawncara subjek selalu enjawab pertanyan dengan tersenyum ramah, namun gerak bibir ketika icara agak tertahan. Dari segi intonasi suara subjek termasuk orang yang tegas. Sikap duduk subjek sanatai dengan ntensitas yang focus untuk merespon pertanyaan wawancara

3). Wawancaa I subjek TH, 10 September 2012

(11)

4). Wawancara 2 subjek TH, 3 Oktober 2012

Dalam setiap wawancara subjek menjawab setia p pertayaan dengan ekspresi dan nada yang tegas. Responjawaban TH juga terkesan member penjelasan secara lugas dan tidak bertele-tele.

2. Hasil Temuan Penelitian

a. Perilaku Agresif (Verbal)

Subjek menceritakan bahwa dalam keakraban dengan temann-temannya sangat lazin mengunakan kata-kata yang mengumpat ketika berada diantara anggota geng dan berkomuniasi dengan mereka, bentuk-bentuk kata umpatantersebut seperti ya kaya monyet… anjing gitu ajah…. (ya seperti monyet.. anjing seperti itu saja) (W1.DR.D5.4September2012). Ya biasalah… goblog… anjing ya gitulah (W1.TH.D20.10September2012) Pernyatan tersebut menunjukkan perilaku mengumpat diantara teman sesame anggota geng sudah lumrah. Penyesuaian diri dalam diri seseorang dapat dimaknai sebagai upaya penguasaan, yaitu kemampuan unti merencanakan dan mengorgansiaisi respon dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik dan keulitan-kesulitan serta frustasi tidak terjadi.

Hurlock (1990) memebrikan perumusan tentang penyesuaian diri secara lebih umum, yaitu bilamana seseorang mampun menyesuaikan diri terhadap orang lain secara umum ataupun terhadap kelompoknya dan ia memperlihatkan sikap dan tingkah laku yang menyenagkan berarti ia diterima oleh kelompok atau lingkungannya. Dengan kata lain orang tersebut mampu menyesuaiakan diri dengan lingkungannya.

Banyak teori agresi yang menjelaskan bahwa penyebab munculnya perilaku agresi adalah prustasi. Perilau agresi muncul kaena terhalangnay seseorang terhadap tujuan, keinginan, pengharapan atau tindakan tertentu (Hanurawan, 2005). Begitu dengan Subjek DR melakukan suatu tindakanagresif yang dianggapnya sesuatu hal yang wajar dalam kelompoknya.

Biasa ajah…. anak-anak lain juga kayak gitu, jadi udah biasa kalo ama anak-anak

ngumpul (Biasa saja…anak-anak yang lain juga seperti itu, jadi sudah biasa kalau sama anak-anak ngumpul) (W1.DR.D12.4September 2012)

Temuan data tersebut menunjukkan suatu perilaku agresi dalam kelompok dapat dipicu oleh hal-hal yang sifatnya sepele yang dianggap tidak berarti apa-apa, karena setiap ndividu memiliki pemahaman yang berbeda dalam menanggapi atau engartikan suatu tindakan tertentu.

Selanjutnya konsep perilaku agresi sebagai upaya menunukkan kekuasaan. Ancaman dapat diarahkan atau duipersepsikan pada keselamatan fisik,wilayah kekuasaan atau identitas psikologis para anggotanya. Apabila geng lawan mengadopsi hal yang sama mengenai ancaman maka potemnsi agresifitas geng berpotensi untuk terjadi. Sebagaimana disebutkan oleh subjek DR,

Nunjukin kekuasaan ajah….biar ditakuti (menunjukkan kekusaan saja..biar ditakuti)

(W1.DR.D22.4September2012)

(12)

b. Perilaku Agresif (non verbal)

subkultur kekerasan muncul disebabkan oleh adanya sekelompok orang yang memiliki system nilai yang berbeda dengan subkultur dominan. Masing susbkultu memiliki aturan dan nilaiyang berbed-beda yang kemudian mengatur anggota. Salah satu system nilai yangterus diturunkan ke penerus-penenrus dalam suatu kelompok geng motor adalah pengujian terhadap keberanian,

biasa…kalo udah dijalan mang harus besar nyalinya…kalo enggak orang lian yang nindas kita (biasa..kalau sudah di jalan memang harus besar nyali…kalau tidak orang

lian yang akan menindas kita) (W2.DR.D25.30September2012)

Temuan tersebut menunjukkan bahwa untuk menjadi anggota geng motor harus memilikikeberanian ang cukup agar diterima dalamkeanggotaan geng motor. Menurut Berkowitz (1995) salah satu penyebab munculnya perilaku agresif adalah pengaruh dari kelmpok atau geng. Dalam kelompok atau geng seseorang merasa mendapatkan penerimaan atau status, merasa penting dalam geng, sementara ditempat lain tidak berharga. Dalam hal ini setiap tindakan yang dilakukan anggotanya bias any amendapat dukungan penuh dari anggotany kelompoknya sehingga tindakan mereka dianggap benar

Lagi kesal trus ada yang belagu….kalau udah gitu bawaannya mau mukul saja….atau ada yang cari ribut (W2.TH.D27.3Oktober2012)

Berdasarkan hasil temuan data penelitian dapat disimpulkan, dorngan agresifitas remaja angorta geng motor di picu oleh prustasi terhadap hal-hal tertentu yang dialami oleh remeja anggota geng motor, misalkan kekecewaan terhadap keluarga, tuntutan social yang tidak terpenuhi termasuk dalam hal ini tuntutan orangtua – yang dalam sudut pandang orangtua disadari subjek sebagai keinginan dan harapan orangtua terhadap anaknya.

Subjek mengaku di satu sisi subjek berharap bias memenui harapan orangtua terhadap dirinya namun ketika hal itu tidak tercapai subjek kecewa bukan saja pada diri sendiri tetapi juga pada sistim pada otoritas yang banyak mengendalikan kekuasaan. Bentuk-bentuk amarah tersebut dimansifestasikan melalui komunitas geng motor untuk menunjukkan identitas, bahwa system resmi sekalipun seperti hkum tidak dapat mengekang kebebasan mereka.

Penggalian lebih dalam terhadap subjek berusaha mengungkap bentuk-bntuk ketakutan dan pengabaian terhadap hak orang lain serta pada hukum, bagaimana hal itu dapat dibentuk dan dipelajari. Dalam hal ini subjek mengaku secara pribadi ia mengalami ketakutan dalam melakukan tindakan-tindakan kekerasan tersebut, dan subjek tak bias membayangkan kalau hal itu dilakukan sendiri. Keberanian dan pengabaian terhadap aturan hukum serta hak orang lain dapat dilakukan jika dalam melakukan aksi kekerasan tersebut dilakukan secara berkelompok, seseorang yang merasa berada di dalam suatu kelompok akan merasa nyaman melakukan sesuatu yang melanggar hukum.

(13)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil temuan data dan pembahasan diatas dapat dibuat beberapa kesimpulan hasil penelitian :

1. Perilaku agresif cenderung muncul dan dilakukan dalam suatu kelompok. Kta-kata umpatan digunakan dalam kelompok sebagai bagian dari keakraban sesame anggota geng karena hal tersebuit telah menjadi hal yang biasa dilakukan. Perilaku agresi cenderung dilakukan untuk menunjukkan kekauasaan pada kelompok lain dan masyarakat dengan cara memberikan rasa takut terhadap individu atau kelmpok dengan cara mengancam. Selain itu perilaku agresif dilakukan untuk membuktikan diri agar dapat diterima di dalam suatu kelomok geng motor

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi agresifitas anggota geng motor berasal dari dalam dan dariluar diri individu. Fakto yang berasal dari dalam yaitu dorongan untuk membuktikan diri dan dorongan untuk bias diterima sebagai anggota kelompok. Sedangkan factor yang dari luar adalah perilaku agresi yang dilakukan anggota geng motor secara berkelompok. Selain itu pengaruh media yang banyak mengandung unsr kekerasan secara tidak langsung mendorong perilaku agresif

SARAN

Berdasarkan hasil temuan data dan kesimpulan tersebut ditas, maka peneliti membuat beberapa saran yang relevandengan hasil penelitian tersebut. Yaitu :

1. Bagi Subjek Penelitian

Diharapkan untuk mengurangi kecenderungan agresi degngan cara belajar memahai iistem-sistem nilai yang berlaku di tengah masyarakat secara luas sehingga tidak hanya mengenal sau saja system nilai yaitu system nilaidalam keoompok sehingga dapat terbangun toleransi terhadap individu lain ntuk saling menghargai dan menghormati. 2. Bagi masyarakat & Pemerintah

Diharapkan masyarakat dan pemerintah dapat membuka berbagai jenis saluran public yang dapat digunakan oleh anggota geng motor dalam untuk mengekspresikan kebutuhan dan dorongannya terutama dorongan agresifitas kraha yang lebih positif, seperti bidang olah raga otomotif (balapan moor res,mi) sehingga dorongan agresi anggota geng motor dapat tersaliurkan

3. Bagi Parat Hukum

Diharapkan dapat menegakkan hukum terhadap setiapo tindakan agresif yang dialkukan oleh anggota eng motor yang melakukan tindakana kriminalitas dan melanggar hokum. Keseriusan aparat kemanan diperlukan dalam menunjukkan wibawa hokum di tengah masyarakat.

4. Bagi peneliti selanjutnya

(14)

SUMBER REFERENSI

Arikunto, S. (1998). Prosedur penelitian, suatu pendekatan praktek. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Baron, R.A & Byrne, D.B. (2005) Psikologi social. Jilid 2 Edisi kesepuluh. Jakarta: Erlangga Berkowitz, L. (1995). Agresi: sebab & akibatnya. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo Blanchard, D.C & Blanchard, R.J. (2003). What can animal aggression research tell us about

human aggression ? Journal of harmones and behavior. No. 44, 171–177

Breakweel, J.M (1997). Coping with aggressive behavior. Leicester: The British Psychological Sociaty.

Dariyo, A. (2003) Psikologi perkembangan dewasa muda. Jakarta: Grasindo

Efivanias, H. (2012) Polresta Ketahui Lima Geng Motor. Diunduh 4 oktober 2012. Sumber : Tribun Pekanbaru online

Hall & Linzey (1985). Introduction to theories of personality. Canada: Willey

Hasan, M. (2007). Geng motor di Bandung. Diunduh tanggal 3 Oktober 2012 sumber: http://www.mulaynihasan.wordpress.com

Helmi, A.F & Sudardjo. (1998). Beberapa perspektif perilaku agresi. Buletin Psikologi 6 (2) 9 –

15

Hurlock, E.B (1990) Developmental psychology: a lifespan approach. Boston: McGraw-Hill Khadafi, M. (2010). Perilaku agresif pada dewasa muda pengkonsumsi minuman beralkohol.

Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Ilmu pendidikan UPI Koeswara, E. (1988) Agresi manusia. Bandung: PT. Eresco

Krahe, B. (2005) Perilaku agresif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kramer, E. (2000) Art of therapy: collection papers. London: Jessika Kingsley Meleong, L.J. (2008). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya

Prasetyo, Y. (2012) Anggota geng motor XTC diciduk polisi. Diunduh tanggal 4 Oktober 2012 Sumber: www.okezone.com

Poerwandari, E.K (1998) Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Jakarta: LPSP3 Universitas Indonesia

Santrock, J.W. (2002). Lifespan development (perkembangan masa hidup) Jilid 2. Jakarta: Erlangga

(15)

Sears, D.O.,dkk (1991) Psikologi sosial. Jakarta: Erlangga

Syam (2012). Geng motor kembali beraksi. Diunduh tanggal 3 oktober 2012. Sumber: http://www.hupakuan.com/berita.detail.php

White, L.,et.al (2008). Geng remaja: fenomena dan tragedi geng remaja di dunia. Yogyakarta: Gala Ilmu Semesta

Yin, R.K (2005) Case study research; design and methods. Bevery Hill: Sage Publication

Zuriah, N (2006) Metode penelitian social dan pendidikan teori dan aplikasi. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Referensi

Dokumen terkait

a. Memastikan jam pelaksanaan praktek kerja dilakukan secara proporsional dengan jam istirahat agar tidak menimbulkan kelelahan sangat yang dapat

Terdapat beberapa layanan akademik bidang pendidikan dan pengajaran.. pada fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang meliputi: 1) KRS/KHS Online (kartu rencana studi/kartu hasil studi).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan komitmen terhadap peningkatan komitmen organisasi pada anggota organisasi Ikatan Mahasiswa Semarang

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah memberikan pengertian mengenai pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah yaitu penyediaan dana atau tagihan yang

Governance dalam setiap kegiatan usaha Bank pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. 5) Direksi dalam penyelenggaraan tugas yang bersifat strategis

Dengan hasil penelitian sebagian besar responden menilai kualitas produk yang dimiliki Honda Jazz baik, khususnya meliputi kinerja (performance), fitur (features),

1. Perusahaan dapat mengharapkan kelangsungan hidup sebagai tujuan utamanya jika terjadi kelebihan kapasitasnya, persaingan yang sangat sengit atau keinginan konsumen

Bahwa yang dimaksud dengan waktu damai adalah saat atau waktu melakukan kegiatan meninggalkan kesatuan tersebut, Negara RI tidak dalam keadaan darurat perang sebagaimana