• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI DANA BAGI HASIL UNTUK MENINGKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EVALUASI DANA BAGI HASIL UNTUK MENINGKAT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Gerbang Etam Vol. 9. No.2 Tahun 2015 ISSN 1978-838X

Ida Bagus Made Agung Dwijatenaya

a)

dan Mutiara Kartika Dewi

b) a) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Kutai Kartanegara

b) Peneliti Fungsional Balitbangda Kutai Kartanegara Email :dwijatenaya@yahoo.co.id

Email : mutiarakartikadewi@gmail.com

ABSTRACT

This research aims to identify and evaluate people s under standing of the balance funds. The design of the study using a quantitative approach with quantitative descriptive format. Data data obtained from the questionnaire that describes the relationship of balance funds in order to improve the welfare of society Kutai Kartanegara. Distributing questionnaires carried out in the district of Tenggarong and respondents were taken by simple random sampling technique amounted to 42 people. Research shows that respondents tend to agree balance fund is able to raise the level of education, health status, level of investment and good governance. The majority of respondents agreed that improved balance funds and stated that the law no. 33 of 2004 revised.

Key Word:Balance Fund, UU no 33 of 2004, welfare

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui dan mengevaluasi pemahaman masyarakat terhadap DBH. Rancangan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan format deskriptif kuantitatif. Data- data diperoleh dari hasil kuisioner yang menggambarkan hubungan Dana Bagi Hasil (DBH) dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kutai Kartanegara. Penyebaran kuisioner dilakukan di Kecamatan Tenggarong dan responden diambil dengan teknik pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling) berjumlah 42 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden cenderung setuju dana bagi hasil (DBH) mampu meningkatkan tingkat pendidikan, derajad kesehatan, tingkat investasi dan tata kelola pemerintahan yang baik serta mayoritas responden setuju agar DBH ditingkatkan dan menyatakan agar Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 direvisi.

Kata Kunci:Dana Bagi Hasil, UU No 33 Tahun 2004, Kesejahteraan

PENDAHULUAN

(2)

kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang berkembang di daerah.

Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 kemudian Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 menegaskan bahwa daerah memiliki kewenangan untuk menentukan alokasi sumber daya ke dalam belanja-belanja dengan menganut asas kepatutan, kebutuhan dan kemampuan daerah. Pemerintah Daerah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat sebagai lembaga legislatif terlebih dahulu menentukan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas & Plafon Anggaran Sementara (PPAS) sebagai pedoman dalam pengalokasian sumber daya dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). UU No. 33 Tahun 2004 pasal 157 menyatakan bahwa salah satu pendapatan daerah adalah Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). DBH dibagi menjadi 2 yaitu DBH pajak dan bukan pajak/sumber daya. Diberlakukannya otonomi daerah memberikan kesempatan pemerintah Daerah untuk lebih mengembangkan potensi daerah. Untuk itu, dalam rangka mengembangkan potensi daerah tersebut, maka pemerintah daerah perlu meningkatkan anggaran belanja modal. Sumber-sumber dana yang digunakan untuk membiayai belanja modal tersebut terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH).

Wahyuni dan Adi (2009) melakukan penelitian tentang Analisis Pertumbuhan dan Kontribusi Dana Bagi Hasil terhadap pendapatan Daerah studi pada Kabupaten/Kota se-Jawa dan Bali temuannya menunjukkan bahwa DBH pajak selalu mengalami pertumbuhan positf selama periode pengamatan (2001 2005). Namun demikian, DBH SDA masih mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Secara umum potensi penerimaan daerah dari kedua sumber ini dapat diandalkan, hanya sebagian kecil saja daerah yang benar-benar harus mencari alternatif penerimaan lain diluar kedua sumber ini. Penelitian Kurniawati, dkk. (2013) tentang Kesenjangan Fiskal Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi Atas Eksploitasi Blok Cepu menunjukkan hasil bahwa kesenjangan fiskal disebabkan oleh disinkronisasi regulasi antara UU Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan PP Nomor 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan.

(3)

Gerbang Etam Vol. 9. No.2 Tahun 2015 ISSN 1978-838X Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah

Gerbang Etam [80] METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pendekatan kuantitatif dengan format deskriptif kuantitatif. Pada penelitian ini, peneliti berusaha mendeskripsikan data- data dari hasil kuisioner yang menggambarkan hubungan Dana Bagi Hasil (DBH) dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kutai Kartanegara. Lokasi penelitian adalah dalam wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara. Penetapan lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dari Delapan Belas (18) kecamatan, dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut ini.

1) Secara geografis bahwa Kecamatan Tenggarong merupakan pusat pemerintahan dan sebagai ibu kota kabupaten.

2) Kecamatan Tenggarong merupakan daerah yang penduduknya terbesar di Kabupaten Kutai Kartanegara.

Populasi penelitian adalah seluruh penduduk di Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara yang telah dewasa berusia di atas 17 tahun atau yang sudah menikah baik laki-laki maupun perempuan. Adapun sampel atau responden pada kajian ini terdiri dari masyarakat baik sebagai pegawai negeri maupun non pegawai negeri. Sampel atau responden diambil dengan teknik pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling) berjumlah 42 orang. Sampel berjumlah 42 orang sampel telah memenuhi syarat normal untuk analisis.

Penelitian ini menggunakan kuisioner yang disusun untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan. Dalam penelitian ini, terdapat variabel independen Dana Bagi Hasil (DBH) dan variabel dependen yakni kesejahteraan. Agar diperoleh data yang valid dan reliabel, maka perlu dilakukan pendefinisian terhadap setiap variabel tersebut. Pengukuran variabel-variabel dijabarkan dalam bentuk indikator-indikator sebagai pengukurnya. Selanjutnya diukur dengan menggunakan skala yang dikembangkan oleh Rensis Likert. Selanjutnya setiap variabel dikembangkan ke dalam bentuk pernyataan yang mencerminkan pemahaman terhadap dana bagi hasil (DBH) oleh responden, yakni (a) sangat mengetahui/sangat adil/sangat setuju/sangat cukup diberi skor 4, (b) mengetahui/adil/setuju/cukup diberi skor 3, (c) belum mengetahui/kurang setuju/kurang adil/ragu-ragu diberi skor 2, dan (d) tidak mengetahui/tidak setuju/tidak adil/tidak cukup diberi skor 1. Pengukuran bertujuan agar diperoleh informasi kualitas dari variabel-variabel dalam bentuk kontinum nilai total terendah (sama dengan jumlah indikator) dan nilai total tertinggi (sama dengan jumlah skor maksimum).

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

DBH Mampu Meningkatkan Pendidikan Masyarakat

Dana bagi hasil yang diterima oleh Kabupaten Kutai Kartanegara diharapkan mampu meningkatkan derajad pendidikan masyarakatnya. Upaya ini telah ditempuh oleh pemerintah Kutai Kartanegara yaitu alokasi anggaran untuk pendidikan diupayakan lebih dari 20 persen dari APBD. Langkah ini, tentu akan dirasakan oleh masyarakat pada umumnya, melalui penelusuran pendapat tentang DBH, maka akan diketahui apakah DBH memang mampu meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat di Kutai Kartanegara. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa dana bagi hasil (DBH) mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kutai Kartanegara, jawaban responden 52 persen (dibulatkan) menyatakan setuju. Walaupun mayoritas responden menyatakan setuju, akan tetapi berdasarkan hasil wawancara mendalam melalui angket diperoleh bahwa DBH yang diterima belum sepenuhnya mampu meningkatkan kesejahteraan. Oleh karena itu, tuntutan untuk meningkatkan perolehan DBH sangat didukung.

Gambar 1.Pernyataan terhadap DBH Mampu Meningkatkan Tingkat pendidikan masyarakat

DBH Mampu Meningkatkan Derajad Kesehatan

(5)

Gambar 2. Pernyataan terhadap DBH Mampu meningkatkan Derajad Kesehatan Masyarakat

DBH Mampu Meningkatkan Pendapatan Masyarakat

Pembangunan suatu daerah tidak terlepas dari sumber pendanaan, salah satunya adalah DBH. DBH merupakan sumber pendapatan potensial dan merupakan salah satu modal dasar pemerintah daerah dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah. DBH merupakan komponen pembentuk APBD, akan berperan terhadap proses pembangunan suatu daerah. Adanya pembangunan akan secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat. Semakin besar masyarakat terlibat dalam pembangunan akan berimplikasi secara ekonomis, artinya semakin besar kesempatan untuk terlibat, semakin besar pula kesempatan untuk memeroleh tambahan penghasilan. Sebagaimana disajikan pada Gambar 3 bahwa responden mayoritas menyatakan setuju bahwa dana bagi hasil (DBH) mampu meningkatkan pendapatan.

Gambar 3. Pernyataan terhadap DBH Mampu Meningkatkan Pendapat

DBH Mampu Mendorong Peningkatan Investasi

(6)

Gerbang Etam [83] berinvestasi di Kutai Kartanegara, terutama pada sektor migas dan pertambangan. Guna mendorong pertumbuhan ekonomi daerah pemerintah daerah telah berupaya meningkatkan investasi melalui perusahaan daerah yang didirikannya. Pertumbuhan investasi tidak terlepas dari besarnya dana yang dimiliki daerah. Dana tersebut salah satunya bersumber dari daba bagi hasil (DBH). Tidak dipungkiri bahwa DBH yang diperoleh akan mampu mendorong investasi di Kabupaten Kutai Kartanegara dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebagaimana hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 42,9 persen responden atau 18 responden menyatakan setuju bahwa DBH mampu mendorong investasi. Akan tetapi 40,5 persen pernyataan responden yang ragu-ragu. Hal ini mengindikasikan bahwa evaluasi DBH melalui penelusuran pendapat dengan menggunakan kuisioner, ternyata DBH masih diragukan perannya dalam rangka mendorong peningkatan investasi di Kabupaten Kutai Kartanegara.

Gambar 4. Pernyataan terhadap DBH Mampu Mendorong Peningkatan Investasi

DBH Mampu Mempertahankan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik

(7)

Gerbang Etam Vol. 9. No.2 Tahun 2015 ISSN 1978-838X Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah

Gerbang Etam [84] memiliki sumber daya alam yang besar. Akan tetapi, sumber daya alam yang dimiliki tersebut belum mampu mensejahterakan masyarakatnya.

Gambar 5. Pernyataan terhadap DBH Mampu Mempertahankan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

TUNTUTAN MASYARAKAT KUTAI KARTANEGARA AGAR DBH DITINGKATKAN

Dana perimbangan yang diterima oleh Kabupaten Kutai Kartanegara saat ini masih belum dirasakan adil oleh masyarakat. Untuk itu, tuntutan meningkatkan DBH bagi Kutai Kartanegara terus disuarakan. Berdasarkan jawaban responden terhadap pernyataan bahwa DBH perlu ditingkatkan mayoritas responden menyatakan setuju. Sebesar 95 persen menyatakan setuju, hal ini mengindikasikan bahwa dana bagi hasil memang harus segera diperjuangkan untuk ditingkatkan. Terkait masalah ini berbagai elemen masyarakat di Kutai Kartanegara telah menyuarakannya. Mulai dari kajian akademis sampai turun ke jalanan. Untuk itu, pemerintah pusat seyogyanya segera menanggapi hal ini.

(8)

Gerbang Etam [84] UNDANG UNDANG NO. 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN SUDAH CUKUP BAGI MASYARAKAT KUTAI KARTANEGARA

Dasar pemerintah dalam membagi persentase dana bagi hasil adalah Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Kemudian diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 yang menunjukkan berapa besar presentase yang diterima oleh daerah penghasil dan daerah bukan penghasil. Berdasarkan peraturan tersebut tercermin bahwa daerah penghasil diberikan persentase yang cenderung sama dari daerah yang bukan penghasil. Menurut beberapa pendapat pakar formulasi dari pengaturan persentase pembagian untuk daerah penghasil belum mencerminkan keberpihakan bagi daerah penghasil seperti Kabupaten Kutai Kartanegara. Untuk itu, pembagian yang diatur menurut undang undang ini belum dirasakan adil sehingga tuntutan untuk merevisi Undang Undang ini terus berlangsung. Berdasarkan jawaban responden terhadap apakah Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan telah cukup bagi Kabupaten Kutai Kartanegara mayoritas responden menjawab belum cukup.

Gambar 7. Pernyataan terhadap UU No.33 Tahun 2004 Sudah Cukup Bagi Kutai Kartanegara.

REVISI UU NO.33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN

(9)

Gerbang Etam Vol. 9. No.2 Tahun 2015 ISSN 1978-838X Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah

Gerbang Etam [85] Nomor 33 Tahun 2004 direvisi mengindikasikan bahwa persentase dana perimbangan yang diterima Kutai Kartanegara saat ini tidak adil. Sumber daya alam yang melimpah tidak dinikmati oleh masyarakatnya. Infrastruktur yang tidak memadai akibat dari tidak cukupnya dana untuk membangun, apalagi rentang geografis Kutai Kartanegara yang relatitif sangat luas. Untuk itu, diperlukan dana yang cukup agar pembangunan di Kutai Kartanegara dapat berjalan dengan baik.

Gambar 8. Pernyataan terhadap UU No.33 Tahun 2004 agar Direvisi.

DBH Mampu Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

(10)

Gerbang Etam [86] Gambar 9. Pernyataan DBH Meningkatkan Kesejahteraan

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Beberapa simpulan penting yang dapat ditarik dari hasil pembahasan penelitian dapat dikemukakan bahwa responden cenderung setuju bahwa dana bagi hasil (DBH) mampu meningkatkan tingkat pendidikan, derajad kesehatan, tingkat investasi dan tata kelola pemerintahan yang baik serta mayoritas responden setuju agar DBH ditingkatkan. Selain itu mayoritas responden menyatakan agar Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 direvisi.

Rekomendasi ditunjukkan bagi semua pihak yang berkepentingan terutama masyarakat agar perjuangan untuk merevisi Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan terus diperjuangkan. Untuk itu perjuangan ini jangan sampai berhenti ditengah jalan. Adapun keinginan untuk merevisi undang undang ini adalah semata-mata ingin untuk hidup lebih sejahtera.

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, H.M. Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media Group. Dailami, Elvius. Bahan Presentasi Rapat Konsulitasi DPRD Kabupaten Kutai Kartanegara dengan

Derektorat Jenderal Keuangan Daerah Kementrian Dalam Negeri. Terkait Revisi Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004.

Darmono, 2010. Analisis Dana Bagi Hasil Pajak Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah di Kabupaten Berau. Jurnal Manajemen dan Akuntasi, Vol. 11, No. 2. Oktober 2010.

Djojosoekarto. Agung, Rudiarto Sumarwono, dan Cucu Suryaman. (editor). 2008. Kebijakan Otonomi Khusus Papua. Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia.

(11)

Gerbang Etam Vol. 9. No.2 Tahun 2015 ISSN 1978-838X Jurnal Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah

Gerbang Etam [87] Johnson, Buerke dan Larry Christensen. 2008. Educational Research. Quantitative, Qualitative,

and Mixed Approaches. Third Edition. California: Sage Publication, Inc.

Kerlinger, Fred N. 2006. Asas-asas Penelitian Behavioral. (Landung R. Simatupang, Pentj). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kurniawai, Titik, Wiwik Widayati dan Sulistyowati. 2013. Kesenjangan Fiskal Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi Atas Ekploitasi Blok Cepu. Jurnal Ilmu Pemerintahan. Vol. No. 2013.

Mankiw, N. Gregory. 2007. Makroekonomi. Edisi Keenam. (Fitria Liza, SE dan Imam Nurmawan, Pentj). Jakarta: Erlangga.

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Ad Interim. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan. Jakarta: Deputi Menteri Sekretaris Negara Bidang Perundang-Undangan.

Menteri Sekretaris Negara. 1974. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1974 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Menteri Sekretaris Negara.

Menteri/Sekretris Negara Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta: Menteri/Sekretris Negara Republik Indonesia.

Mustofa. 2010. Dana Bagi Hasil dan Konservasi Sumber Daya Alam di Indonesia Periode Desentralisasi. Jurnal Ekonomi & Pendidikan. Vol.8 No.2. November 2010.

Nazir, Moh. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Pasaribu, Rowland B.F. Tata Kelola Pemerintah. Terdapat pada

http://www.Frowland_pasaribu.staff.gunadarma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles%2F36626%2

Fbab-13-tata-kelola pemerintahan. Diunduh 02 Juli 2015.

Stiglitz, Joseph E., Amartaya Sen dan Jean-Paul Fitoussi. 2011. Mengukur Kesejahteraan Mengapa Produk Domestik Bruto Bukan Tolok Ukur Yang Tepat Untuk Menilai Kemajuan. (Mutiara Arumsari dan Fitri Bintang Timur, Pentj). Bintaro: Marjin Kiri.

Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta

Suharto, Edi. 2006. Negara Kesejahteraan dan Reinventing DEPSOS. IRE. Yogyakarta.

Undang-undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah.

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Edisi Kedua. Jakarta: PT Bumi Aksara.

(12)

Gambar

Gambar 1. Pernyataan terhadap DBH Mampu Meningkatkan Tingkat pendidikan masyarakat
Gambar 2.Pernyataan terhadap DBH Mampu meningkatkan Derajad Kesehatan Masyarakat
Gambar 4. Pernyataan terhadap DBH Mampu Mendorong  Peningkatan Investasi
Gambar 5.Pernyataan terhadap DBH Mampu Mempertahankan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik
+4

Referensi

Dokumen terkait

a) Kontrak kuliah dilakukan di awal kuliah, dengan cara kesediaan mengikuti aturan perkuliahan di FIB, sekaligus dosen yang bersangkutan mendapatkan jadwal kuliah yang

Inkubasi tabung mikrosentrifus kedua selama 10 menit pada temperatur ruang (bolak-balikkan tabung 2-3 kali selama masa inkubasi) untuk melisis sel-sel darah

ASUS telah lama menjadi pemimpin dalam pertumbuhan tersebut dan walaupun memulainya sebagai produsen motherboard sederhana dengan mempekerjakan segelintir karyawan

Teradu I s.d Teradu IV mengatakan bahwa tidak melakukan pembukaan kotak suara dan melakukan penghitungan surat suara ulang di Kantor KPU Kabupaten Manokwari karena berdasarkan

Dalam perbandingan antara pasien yang menderita Np dengan asma dan yang tanpa disertai asma (kelompok 3 dan 4), pasien yang mengalami berbagai gejala akibat adanya

Keraf (1981) meninjau reduplikasi dari segi morfologis dan semantis yaitu melihat reeduplikasi dari segi bentuk, fungsi dan makna. Keempat ahli bahasa diatas mengkaji reduplikasi

Kenaikan laba bersih ditopang oleh kenaikan volume produksi dan harga jual rata-rata, serta keuntungan selisih kurs sebesar USD9 juta dan tidak adanya amortisasi goodwill,

Namun kondisi di lapangan menunjukkan banyak terjadi pelanggaran batas kecepatan, dimana kecepatan kendaraan 85 th percentile pada Jalan Gajah Mada (arah luar kota) yaitu