• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS REGRESI PENGELUARAN PEMERINTAH dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS REGRESI PENGELUARAN PEMERINTAH dengan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS REGRESI PENGELUARAN PEMERINTAH DAN

PRODUK DOMESTIK BRUTO TERHADAP INDEKS

PEMBANGUNAN MANUSIA

Disusun untuk memenuhi tugas Ekonometrika

Bimbingan Bapak Putu Mahardika S.E, M.Si, M.A, P.hd

Daneta Fildza Adany NIM. 125020100111036

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(2)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengeluaran

pemerintah dan pertumbuhan ekonomi yang diwakili oleh PDB pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sebagaimana kesejahteraan masyarakat adalah tujuan akhir dari pembangunan ekonomi dan disokong oleh dana anggaran pemerintah. Untuk

mengetahui hal tersebut, alat analisis yang digunakan adalah uji regresi multi linear variabel, uji T dan uji F melalui program e-views 6.0.

Hasil dari penelitian ini mengindikasikan adanya hubungan positif antara pengeluaran pemerintah dan PDB terhadap IPM. Hail tersebut signifikan dalam tingkat a=5%. Sementara secara parsial, pengeluaran pemerintah menjadi signifikan pada tingak

a=30%, sementara pertumbuhan ekonomi signifikan pada tingkat a=5%.

Kata kunci:

pembangunan ekonomi, PDB, pengeluaran pemerintah, Indeks Pembangunan Manusia

Latar Belakang

Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sementara pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan dari

pendapatan perkapita yang dimiliki oleh sebuah negara. Maka dari itu, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu serta merta diikuti oleh pembangunan ekonomi yang baik. Ketika pertumbuhan terjadi, ada factor-faktor seperti disparitas pendapatan, yang

(3)

jumlahnya tidak lebih dari 20% total keseluruhan penduduk. Sehingga, kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan masih patut dipertanyakan.

Salah satu cara untuk mengukur pembangunan yang dirasakan oleh masyarakat adalah melalui indeks pembangunan manusia (IPM), atau Human Develompment Index (HDI). Dimana dalam indeks tersebut tercantum kebutuhan dasar yang menentukan

kesejahteraan seseorang, misalnya tingkat kesehatan yang diwakili oleh angka harapan hidup, tingkat pendidikan yang diwakili tingkat buta huruf dan tingkat partisipasi

pendidikan, serta kemampuan ekonomi yang diwakili oleh purchasing power parity. Semakin tinggi indeks pembangunan manusia maka kesejahteraan masyarakat, yang tidak hanya didapatkan melalui pertumbuhan ekonomi mereka, tetapi juga didapatkan melalui

pembangunan fasilitas public untuk menunjang kehidupan mereka, semakin baik

Berbicara tentang fasilitas public penunjang, maka hal ini menjadi erat kaitannya

dengan alokasi anggaran negara. Ketika anggaran negara dialokasikan oleh pemerintah untuk membangun human capitalnya melalui dana pendidikan, kesehatan, pembangunan infrastruktur, maupun dana sosial, maka indeks diperkirakan akan meningkat. Terutama

apabila program yang dijalankan telah efektif.

Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan antara ketiga

variable tersebut. Atau secara sepsifik :

1. Bagaimanakah pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap indeks pembangunan manusia secara nasional?

(4)

3. Bagaimanakah pengaruh pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi terhadap indeks pembangunan manusia secara nasional?

Diharapkan, melalui penelitian ini dapat ditemukan hubungan antar variabel tersebut untuk kemudian ditarik kesimpulan dan saran untuk pembangunan yang lebih baik kedepannya.

Landasan teori

Menurut G. Meier (1995), pembangunan ekonomi didefiniskan sebagai sebuah proses untuk meningkatkan pendapatan per kapita riil dalam jangka panjang dengan mendasarkan pada tujuan untuk mengurangi jumlah angka garis kemiskinan absolut dan

tingkat kesenjangan pendapatan. Secara tradisional, pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai gejala terjadinya peningkatan Produk Nasional Bruto (PNB) dan atau

peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB, dan juga ditunjukkan dengan adanya perubahan (planned alteration) dari struktur kegiatan produksi serta tenaga kerja yang bergerak di sektor pertanian ke sektor industri manufaktur dan jasa. Hal inilah yang

mendasari teori perubahan struktural. Lebih jauh lagi, pembangunan ekonomi harus mampu mengurangi atau menghapus kemiskinan, ketidakmerataan dan pengangguran

Oleh karena itu, pembangunan ekonomi bukanlah sekedar pertumbuhan ekonomi yang diukur dari peningkatan PDB saja, melainkan terdapat pengertian yang lebih luas dalam proses pembangunan yang merupakan lanjutan dari pertumbuhan atau peningkatan

satu perekonomian. Dimana faktor- faktor pendorong petumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan investasi. Dimana Investasi

(5)

2000). Investasi modal manusia atau human capital investment merupakan suatu nilai-nilai pembelajaran dan pengalaman yang ada dalam diri setiap tenaga kerja seperti

peningkatan produktivitas dan pendapatan (Scultz,1961)

Investasi modal manusia sendiri ditekankan sebagai hal yang penting dalam perekonomian, sebab manusia merupakan penggerak dari perekonomian itu sendiri.

Dalam Human Development Report yang dipublikasikan oleh United Nation Development Programme (UNDP) ditegaskan bahwa pembangunan manusia dalam skala

lokal maupun nasional adalah tujuan akhir dari pembangunan manusia itu sendiri. Sedangkan menurut Todaro, tujuan pembangunan adalah:

1. Meningkatkan ketersediaan dan memperluas distribusi dari barang kebutuhan pokok

(basic life-sustaining goods), yakni, pangan, pakaian, kesehatan dan perlindungan.

2. Meningkatkan taraf hidup (level of living), termasuk peningkatan pendapatan,

ketersediaan lapangan pekerjaan, pendidikan yang lebih baik dan perhatian yang besar terhadap nilai-nilai kemanusiaan (self-esteem).

3. Memperluas jangkauan ketersediaan kebutuhan individu dan masyarakat melalui

perbaikan dalam pola kerja dan menghindarkan masyarakat dari tekanan dan kesengsaraan hidup.

Pentingnya investasi modal manusia tersebut berjalan selaras dengan indikator yang dapat digunakan dalam melihat keberhasilan pembangunan pada sebuah negara. Antara lain, angka harapan hidup (life expectation), tingkat konsumsi protein per kapita,

rasio pendaftaran sekolah dan tingkat konsumsi energi (Todaro, 1989). Yang mana poin-poin tersebut berhubungan dengan Indeks Pembangunan Manusia. Indeks Pembangunan

(6)

pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk

mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau

negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi

terhadap kualitas hidup.

Indeks ini dipakai oleh Program pembangunan PBB pada laporan tahunannya.

Sebab Indeks ini dipandang dapat melihat kondisi suatu negara lebih dalam daripada pertumbuhan PDB nya saja. IPM mengukur pencapaian rata-rata sebuah negara dalam 3

dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu hidup sehat yang diukur dengan angka

harapan hidup saat kelahiran, Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis

pada orang dewasa dan kombinasi pendidikan dasar , menengah , dan atas (yang juga

disebut sebagai gross enrollment), dan yang terakhir adalah dari segi perekonomian yang diwakili oleh paritas daya beli.

Namun pembangunan manusia tidak hanya disokong dari pertumbuhan ekonomi saja. Sebagai negara penganut sistem ekonomi campuran, maka perlu adanya campur tangan pemerintah untuk turut mendorong pembangunan masyarakatnya. Sebagaimana

dituliskan dalam ungkapan raison d’ etre, yang ketika dihubungkan dengan kepemerintahan menyatakan bahwa eksistensi pemerintah adalah untuk menjamin

kepentingan umum dan kesejahteraan rakyatnya (John Locke, 1704) . Pemerintah dapat mewujudkan jaminan dan dorongan tersebut melalui anggaran yang diperuntukkan untuk menyokong pembangunan manusia. Anggaran tersebut dapat dirupakan sebagai fasilitas

pendidikan, kesehatan, bantuan ekonomi, maupun bantuan sosial yang sekiranya dapat mendorong produktivitas , keterampilan, ilmu pengetahuan, dan teknologi (Bossman,

(7)

Dalam penelitian Ari Budi Susanto (2011), pertumbuhan ekonomi dan indeks pembangunan manusia saling memberikan timbal balik. Tingginya pertumbuhan ekonomi

pada kota Lamongan berpengaruh positif pada indeks pembangunan manusia karena meningkatkan purchasing power parity, dan juga tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan. Semenetara tingginya Indeks pembangunan manusia akan meningkatkan

kualitas dan produktivitas pekerja yang nantinya mendorong pertumbuhan ekonomi. Penelitian Rinda Ayu (2011) dalam pola hubungan pertumbuhan ekonomi dan

pembangunan manusia juga mengindikasikan hal serupa. Namun pada lingkup Jawa Timur, ada perbedaan kekuatan antar wilayah. Wilayah tersebut kemudian diklasifikasikan menjadi tipe I dengan laju pertumbuhan ekonomi tinggi dan indeks

pembangunan tinggi, tipe II dengan laju pertumbuhan ekonomi tinggi, indeks pembangunan rendah, tipe III dengan laju pertumbuhan ekonomi rendah, indeks

pembangunan manusia tinggi, dan tipe IV dengan laju pertumbuhan ekonomi rendah, dan indeks pembangunan manusia rendah.

Sementara penelitian Andayani (2012) dalam Pengaruh Indeks Pembangunan

Manusia, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Belanja Modal di Kalimantan Barat, mendapatkan kesimpulan bahwa indeks pembangunan manusia berpengaruh signifikan

terhadap jumlah alokasi belanja modal dengan arah hubungan yang bersifat negatif, yang bermakna jika indeks pembangunan manusia satu kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat sudah tinggi maka jumlah alokasi belanja modal menjadi rendah. Pertumbuhan

Ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah alokasi belanja modal dengan arah hubungan yang positif yaitu semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin

(8)

PDB

GOVERNMENT SPENDING

HDI/IPM

Provinsi Kalimantan Barat. Belanja Operasional tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah alokasi belanja modal dengan arah hubungan yang bersifat negatif, yang

bermakna jika belanja operasional satu kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat sudah tinggi maka jumlah alokasi belanja modal menjadi rendah, begitu juga sebaliknya.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif..

Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistic. Sementara dari segi penjelasan, menggunakan metode eksplanatif dalam menjabarkan hubungan asosiatif antar variabel (Sugiono, 2010).

Skema penelitian ini tergambar dalam bagan berikut:

Dimana pengeluaran pemerintah (diwakili oleh X1) dan PDB (diwakili oleh X2) adalah variable independen, atau variable bebas. Sementara indeks pembangunan manusia

(diwakili oleh Y) merupakan variable yang terikat dengan kedua variable tersebut.

Jenis data dalam penilitan ini adalah data sekunder. Yaitu data yang tidak didapatkan langsung dari responden tetapi melakukan pihak lain sebagai pengambil data

primer dan telah diolah lebih lanjut. Dengan kata lain, penulis mengambil dari data yang telah dipublikasikan. Sumber data dari penelitian ini adalah data sekunder yang diolah dan

(9)

lain adalah data Pendapatan Domestik Bruto nasional, Data Indeks Pembangunan Manusia nasional, dan data realisasi pengeluaran pemerintah pada periode 2004-2013. Karena

cakupan berada pada tingkat nasional.

Teknik yang akan digunakan dalam mengolah data adalah regresi sederhana dalam bentuk least squares untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari variabel bebas

terhadap variable terikat dengan tingkat signifikansi sebesar 5% melalui program eviews 6.0. Formula yang digunakan dalam regresi ini adalah sebagai berikut:

Y = α + β1 X1 + β2 X2 + µi Dimana :

Y : Indeks pembangunan Manusia

α . : Konstanta

X1 : Pengeluaran pemerintah

X2 : Pendapatan Domestik Bruto β : Koefisien Regresi

µi : Nilai residu

Hipotesis Penelitian

Ho = 0 ( Pengeluaran pemerintah dan PDB tidak berhubungan dengan IPM)

Ha ≠ 0 (Pengeluaran pemerintah dan PDB berhubungan dengan IPM)

Hipotesis Parsial

1. Pengeluaran Pemerintah Ho = 0

Ho = 0 ( Pengeluaran pemerintah tidak berhubungan dengan IPM)

(10)

2. PDB

Ho = 0 ( PDB tidak berhubungan dengan IPM)

Ha ≠ 0 (PDB berhubungan dengan IPM)

Intrepretasi hasil

Berikut adalah data IPM, PDB dan Pengeluaran pemerintah dalam rentang periode 2004

hingga 2013 :

1 2004 68,7 427726 1 656 516,80 2 2005 69,57 565070 1 750 815,20 3 2006 70,10 699,099 1 847 126,70 4 2007 70,59 752373 1 964 327,30 5 2008 71,17 989494 2 082 456,10 6 2009 71,76 1000844 2 178 850,40 7 2010 72,27 1126146 2 314 458,80 8 2011 72,77 1320751 2 464 566,10 9 2012 73,29 1548310 2 618 938,40 10 2013 73,91 1583011 2 770 345,10

Data tersebut kemudian diolah dalam e-views, dan hasilnya adalah sebagai berikut:

1. Uji Regresi

(11)

c

resid 0.393967 Schwarz criterion

0.2945

Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa koefisien X2 terhadap Y adalah sebesar

0.000000347, koefisien X1 sebesar 0.0000000947, dan C sebesar 62.9. Sehingga nilai dari formula regresi Y = α + β1 X1 + β2 X2 + µi adalah Y = 62.9 + 0.0000000947 X1 + 0.000000347 X2 + 0.05. Hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan variable dependen dengan variable

independennya positif. Dimana peningkatan 1 juta rupiah dari belanja pemerintah akan meningkatkan IPM sebesar 0.0000000947, sementara peningkatan 1 juta rupiah dari PDB

(12)

konstan. Menurut Sugiyono (2007), koefisien korelasi dengan nilai dibawah 0,1 tergolong sangat rendah. Namun, hal tersebut cukup wajar mengingat IPM dinilai dari keseluruhan

penduduk Indonesia, sehingga nilai 1 juta rupiah memberikan sumbangsih yang kecil terhadap pertumbuhan IPM. Pengeluaran pemerintah dan PDB berhubungan dengan IPM

Signifikansi X1 dan X2 terhadap Y dapat terlihat dari probabilitas yang ada.

Probabilitas dari kedua variable tersebut cukup besar, yakni X1 sebesar 0.60 dan X2 sebesar 0.10. Standard Error of the Estimate adalah suatu ukuran banyaknya kesalahan

model regresi dalam memprediksikan nilai Y. Standar Error dari X1 0.000000173 sebesar dan X2 sebesar 0.000000184.

Pada hitungan diatas, diperoleh angka R2 (R Square) sebesar 0,984 atau (98,4%).

Hal ini menunjukkan bahwa prosentase sumbangan pengaruh variabel independen (PDB dan Pengeluaran) terhadap variabel dependen (IPM) sebesar 98,4%. Atau variabel

independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan sebesar 98,4% dari IPM. Sedangkan sisanya sebesar 1.6% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Adjusted R Square adalah nilai R Square yang

telah disesuaikan, nilai ini selalu lebih kecil dari R Square dan angka ini bisa memiliki nilai negatif. Menurut Santoso (2001) bahwa untuk regresi dengan lebih dari dua variabel

bebas digunakan Adjusted R2 sebagai koefisien determinasi. Pada data diatas Adjusted R2

sebesar 0,98 atau 98%. Sehingga pengaruh dari variable lain hanya sebesar 2%.

2. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variable independen (X1,X2) secara

(13)

hitung maka Ho diterima, sementara apabila F tabel > F hitung maka Ho ditolak. Pada signifikansi 0.05 atau a=5%, f tabel sebesar 2.98. Hasil perhitungan diatas menunjukkan

F hitung sebesar 224.5679, yang mana lebih besar dari F tabel. Dari hasil tersebut ditarik kesimpulan bahwa Ho ditolak, atau pengeluaran pemerintah dan PDB berhubungan dengan IPM .

3. Uji T

Uji T digunakan untuk mengetahui kebenaran parsial dari hipotesa yang ada, apabila t tabel > dari t statistik, maka Ho ditolak. Sementara apabila t tabel < t statistic

maka Ho diterima. Dalam perhituangan diatas, uji t diambil dengan tingkat signifikasi sebesar 5%, atau a = 0.05. Dengan tingkat signifikansi 0.05, t tabelnya menjadi 1.812. Dengan tingkat signifikasi tersebut hasil yang didapatkan dari X1 adalah t statistic

sebesar 0.54649, dimana t statistic tersebut lebih kecil daripada t tabel. Sehingga Ho diterima, atau Pengeluaran pemerintah tidak berhubungan dengan IPM) . Perhitungan ini

akan memiliki t statistic yang lebih besar ketika tingkat signifikansinya berada pada a = 30% atau 0.3. Sementara hasil yang didapatkan dari X2 adalah t statistic sebesar 1.88303, dimana t statistic tersebut lebih besar daripada t tabel. Sehingga Ha diterima,

(14)

Kesimpulan

1. Bagaimanakah pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap indeks

pembangunan manusia secara nasional?

Dalam Uji T, pengeluaran pemerintah dinyatakan berpengaruh terhadap IPM dalam tingkat signifikansi sebesar a 30%. Pengeluaran pemerintah

memiliki koefisien sebesar 0.0000000947. Yang menandakan setiap kenaikan pengeluaran pemerintah sebesar 1 juta rupiah akan menaikkan IPM sebesar

0.0000000947. Standard Error of Equation dari pengeluaran pemerintah sebesar 0.000000173,semantara probabilitasnya sebesar 0.6017.

2. Bagaimanakah pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap indeks pembangunan manusia secara nasional?

Dalam Uji T, pertumbuhan ekonomi dinyatakan berpengaruh terhadap IPM dalam tingkat signifikansi sebesar a 5%. Pengeluaran pemerintah memiliki koefisien sebesar 0.000000347. Yang menandakan setiap kenaikan

pengeluaran pemerintah sebesar 1 juta rupiah akan menaikkan IPM sebesar 0.0000000347. Standard Error of Equation dari pengeluaran pemerintah

sebesar 0.000000184,semantara probabilitasnya sebesar 0.1017.

3. Bagaimanakah pengaruh pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi

terhadap indeks pembangunan manusia secara nasional?

Dalam Uji F, kedua variabel tersebut berpengaruh terhadap IPM dengan

(15)

sebesar 0,984 atau (98,4%), atau variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan sebesar 98,4% dari IPM. Sedangkan sisanya

sebesar 1.6% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Adjusted R Square adalah nilai R Square yang telah disesuaikan, nilai ini selalu lebih kecil dari R Square dan

angka ini bisa memiliki nilai negatif. Pada data diatas Adjusted R2 sebesar

0,98 atau 98%. Sehingga pengaruh dari variable lain hanya sebesar 2%.

Saran

Berdasarkan hasil diatas, agaknya diperlukan adanya kajian ulang terhadap keefektifan penggunaan dana pengeluaran pemerintah. Sebab hasil dari pengeluaran

pemerintah kurang signifikan ketika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi. Sehingga dengan adanya peninjauan ulang akan pengeluaran pemerintah, pemerintah

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengeluaran rutin berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, sementara pengeluaran pembangunan berpengaruh positif

Terdapat ketidaksesuaian dengan Hipotesis Keynes yang menyatakan semakin tingginya pengeluaran pemerintah maka semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu daerah, dengan

daerah yang secara tidak langsung berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan. ekonomi melalui

 pertumbuhan ekonomi berpengaruh dan dapat memoderasi hubungan DAK pada belanja modal dengan intensitas dan arah yang berlawanan 5 Sri Cahyaning, Puspita Sari

Estimasi hasil untuk variabel pengeluaran pemerintah dampak signifikan dan positif terhadap investasi yang akan berpengaruh untuk pertumbuhan ekonomi di Indonesia Indonesia..

Belanja Modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan

Secara parsial pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan dengan terhadap belanja modal sedangkan Pendapatan Asli Daerha (PAD) memiliki pengaruh signifikan dengan arah

H1 H2 berpengaruh positif terhadap anggaran belanja modal karena semakin meningkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah maka juga akan meningkatkan nilai belanja modal daerah dan semakin