UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), DANA ALOKASI
KHUSUS (DAK), DAN BELANJA MODAL TERHADAP TINGKAT
PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DI
PROVINSI SUMATERA UTARA
Oleh:
NAMA : FILZAH MAR’I ISA
NIM : 060503038
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : “Pengaruh Dana Alokasi
Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal terhadap Tingkat Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara” adalah benar hasil karya
saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti
oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program S-1 Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan
informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila
di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang
ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 20 Januari 2010
Yang membuat pernyataan
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan,
kemampuan, dan kekuatan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan pada Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi. Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Dana Alokasi Umum,
Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal Terhadap Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten dan Kota Di Provinsi Sumatera Utara”.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini,
baik dari segi isi maupun penyajiannya. Hal ini disebabkan keterbatasan dan
kemampuan penulis. Oleh karena itulah penulis selalu berusaha untuk memperbaiki
diri lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak berupa dukungan moril, materiil, spiritual, maupun administrasi.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah memberikan bantuan.
1.
Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
2.
Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si,Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi
dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.Si,Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3.
Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini.
4.
Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA dan Bapak Drs. Rustam, SE, M.Si,Ak selaku
Dosen Pembanding I dan Pembanding II yang telah membantu penulis melalui
saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.
5.
Kepada Ayahanda Mar’i Isa dan Ibunda Sorayya A.R Karim yang telah sabar
dan selalu mendukung saya untuk semuanya. Terima kasih banyak untuk semua
kasih sayang, doa, semangat, pengorbanan, serta pengertian yang sangat besar
buat saya, semoga saya bisa memberikan yang terbaik untuk Ayah dan Ibu.
6.
Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
membantu memberikan semangat dan dukungannya kepada penulis.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang memerlukannya.
Medan, 20 Januari 2010
Yang Membuat Pernyataan
Filzah Mar’i Isa
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Dana Alokasi Umum, Dana
Alokasi Khusus dan Belanja Modal tidak berpengaruh signifikan positif terhadap
pertumbuhan ekonomi kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini
merupakan penelitian replikasi.
Metode penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan desain
penelitian kausal, dengan jumlah sampel 10 kabupaten/ kota setiap tahunnya dari 29
kabupaten/ kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan untuk
periode 2004-2006. Jenis data yang dipakai adalah data sekunder. Data diperoleh
melalui situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuanga
ini diolah dari Laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data yang terlebih
dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier sederhana
dengan uji t dan dengan uji koefisien determinasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial Dana Alokasi Umum, Dana
Alokasi Khusus dan Belanja Modal tidak berpengaruh signifikan positif terhadap
Pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian ini tetap memerlukan konfirmasi lebih lanjut
melalui penelitian selanjutnya. Hal ini diperlukan karena keterbatasan yang ada pada
penelitian ini.
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the unsignificant impact of General
Allocation Fund, Special Allocation Fund and Capital Expenditure toward economic
growth in regency/ city at North Sumatera Province. This is a replica research.
The method of this minithesis is a causal research design with 12 regency/ city as
a sample for every year from 29 regency/ city at North Sumatera Province. This
research is done for 2004-2006 period. This research utilizes secondary data. The data
are taken from the website Financial Department of the Republic Indonesia
through the region budget of Revenue and Expense (APBD). The data which have
already collected are processed with classic asumption test before hypothesis test.
Hypothesis test in this research use simple linier regression with t test and with
coefficient determination.
The result of this research show that General Allocation Fund, Special Allocation
Fund and Capital Expenditure as partial have unsignificant impact toward economic
growth. The result is still need more confirmation through next research. It is
becaused of limitidness of this research.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis ... 10
1. Keuangan Daerah dan APBD ... 10
a. Pengertian dan Ruang Lingkup Keuangan Daerah ... 11
b. Pengertian dan Unsur-unsur APBD ... 11
c. Klasifikasi APBD ... 13
a.
Pengertian Dana Alokasi Umum ... 14
b.
Tujuan Dana Alokasi Umum ... 14
3. Dana Alokasi Khusus. ... 15
4. Belanja Daerah. ... 15
a. Pengertian Belanja Daerah ... 15
b. Klasifikan Belanja Daerah ... 16
5. Pertumbuhan Ekonomi ... 28
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 30
C. Kerangka Koseptual dan Hipotesis. ... 33
1. Kerangka Konseptual. ... 33
2. Hipotesis Penelitian. ... 34
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian... 35
B.
Populasi dan Sampel Penelitian ... 35
C.
Jenis dan Sumber Data ... 36
D. Teknik Pengumpulan Data ... 37
E.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 37
F.
Metode Analisis Data ... 39
G.
Jadwal Penelitian... 47
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A.
Hasil Penelitian ... 48
1. Data Penelitian. ... 48
3. Pengujian Asumsi Klasik ... 52
a. Uji Normalitas ... 52
b. Uji Heteroskedastisitas ... 56
c.
Uji Autokorelasi ... 59
4. Model dan Teknik Analisis Data. ... 60
5. Hasil Pengujian Hipotesis ... 62
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan ... 67
B.
Keterbatasan Penelitian ... 67
B.
Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 69
`DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
Tabel 1.1.
Pertumbuhan Realisasi Pertumbuhan Ekonomi (PDRB).
... 5
Tabel 2.1
Jenis Belanja Modal dan Komponen-komponennya. ... 25
Tabel 4.1
Pemerintahan Kabupaten Sumatera Utara. ... 49
Tabel 4.2
Pemerintahan Kota Sumatera Utara. ... 50
Tabel 4.3
Rasio PDRB atas Dasar Harga Berlaku. ... 50
Tabel 4.4
Statistik Deskriptif... 51
Tabel 4.5
Uji Normalitas (3) ... 55
Tabel 4.6
Uji Autokorelasi ... 59
Tabel 4.7
Hasil Analisis Regresi ... 60
Tabel 4.8
Uji statistik t ... 62
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ... 33
Gambar 4.1. Uji Normalitas (1) ... 53
Gambar 4.2. Uji Normalitas (2) ... 54
Gambar 4.3. Grafik Scatterplot ... 57
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
Lampiran i
Tabel Penentuan Sampel Penelitian. ... 70
Lampiran ii
Realisasi Dana Alokasi Umum pada Pemkab dan
Pemko di Provinsi Sumatera Utara 2004-2006 ... 71
Lampiran iii Realisasi Dana Alokasi Khusus pada Pemkab dan
Pemko di Provinsi Sumatera Utara 2004-2006 ... 72
Lampiran iv Realisasi Belanja Modal pada Pemkab dan
Pemko di Provinsi Sumatera Utara 2004-2006 ... 73
Lampiran v
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar
Harga Berlaku menurut Kabupaten dan Kota 2004-2006 ... 74
Lampiran vi Statistik Deskriptif... 75
Lampiran vii Hasil Uji Normalitas ... 76
Lampiran viii Hasil Uji Heteroskedasitas dan Uji Autokorelasi... 81
Lampiran ix Hasil Regresi. ... 84
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Dana Alokasi Umum, Dana
Alokasi Khusus dan Belanja Modal tidak berpengaruh signifikan positif terhadap
pertumbuhan ekonomi kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini
merupakan penelitian replikasi.
Metode penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan desain
penelitian kausal, dengan jumlah sampel 10 kabupaten/ kota setiap tahunnya dari 29
kabupaten/ kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan untuk
periode 2004-2006. Jenis data yang dipakai adalah data sekunder. Data diperoleh
melalui situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuanga
ini diolah dari Laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data yang terlebih
dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier sederhana
dengan uji t dan dengan uji koefisien determinasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial Dana Alokasi Umum, Dana
Alokasi Khusus dan Belanja Modal tidak berpengaruh signifikan positif terhadap
Pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian ini tetap memerlukan konfirmasi lebih lanjut
melalui penelitian selanjutnya. Hal ini diperlukan karena keterbatasan yang ada pada
penelitian ini.
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the unsignificant impact of General
Allocation Fund, Special Allocation Fund and Capital Expenditure toward economic
growth in regency/ city at North Sumatera Province. This is a replica research.
The method of this minithesis is a causal research design with 12 regency/ city as
a sample for every year from 29 regency/ city at North Sumatera Province. This
research is done for 2004-2006 period. This research utilizes secondary data. The data
are taken from the website Financial Department of the Republic Indonesia
through the region budget of Revenue and Expense (APBD). The data which have
already collected are processed with classic asumption test before hypothesis test.
Hypothesis test in this research use simple linier regression with t test and with
coefficient determination.
The result of this research show that General Allocation Fund, Special Allocation
Fund and Capital Expenditure as partial have unsignificant impact toward economic
growth. The result is still need more confirmation through next research. It is
becaused of limitidness of this research.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil output yang dibentuk oleh berbagai sektor
ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang
telah dicapai sektor ekonomi pada suatu kurun waktu tertentu. Tingkat pertumbuhan
ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan
pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Pertumbuhan merupakan ukuran
utama keberhasilan pembangunan, dan hasil pertumbuhan ekonomi akan dapat pula
dinikmati masyarakat sampai di lapisan paling bawah, baik dengan sendirinya maupun
campur tangan pemerintah. Tingkat pertumbuhan harus berjalan secara beriringan dan
terencana, mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembagian hasil-hasil
pembangunan dengan lebih merata.
Pemerintah merupakan salah satu pelaku ekonomi yang memegang peranan penting
dalam sebuah perekonomian modern. Pemerintah memiliki kekuatan serta kemampuan
untuk mengatur dan mengawasi perekonomian, disamping itu juga mampu melaksanakan
kegiatan-kegiatan ekonomi yang tidak dapat dilaksanakan oleh unit ekonomi lainnya seperti
rumah tangga dan perusahaan. Bagi Negara yang sedang berkembang, campur tangan
pemerintah relatif besar, maka peranan pemerintah dalam perekonomian juga relatif besar.
Dana Alokasi Umum,Dana Alokasi Khusus, dan Belanja Modal dapat mempengaruhi aktivitas
dalam proses pembangunan karena merupakan salah satu komponen yang kenaikannya
diharapkan mampu untuk meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB).
Fenomena yang terdapat pada struktur APBD kabupaten/ kota di Indonesia yaitu pada
sisi pendapatan terdapat ketergantungan yang cukup tinggi terhadap peranan pemerintah
pusat. Besarnya proporsi tersebut memberikan satu petunjuk bahwa pembangunan
perekonomian daerah sangat dipengaruhi oleh posisi anggaran pusat. Dengan
diberlakukannya undang Nomor 22 tahun 1999 yang diubah dengan
Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang-undang nomor 25
tahun 1999 yang diubah dengan Undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka terjadi pelimpahan
kewenangan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.
Pemerintah Pusat dan Daerah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
dalam upaya penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Misi utama dari
undang-undang tersebut bukan hanya pada keinginan untuk melimpahkan kewenangan dari
Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah, tetapi yang lebih penting adalah keinginan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya Keuangan Daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Seiring dengan
perubahan undang-undang yang berlaku maka terjadi pergeseran komposisi belanja yang
merupakan upaya logis yang dilakukan pemerintah daerah (pemda) setempat dalam rangka
meningkatkan tingkat kepercayaan publik. Pergesaran ini ditujukan untuk peningkatan
investasi modal dalam bentuk aset tetap, yakni peralatan, bangunan, infrastruktur, dan
harta tetap lainnya. Semakin tinggi tingkat investasi modal (belanja modal) diharapkan
tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap pembangunan yang tercermin dari adanya
peningkatan PAD (Mardiasmo, 2002).
Pemerintah daerah mengalokasikan Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan
Belanja Modal dalam APBD untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Alokasi
dana-dana tersebut didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik
untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik. Oleh
karena itu, dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik, pemerintah daerah
seharusnya mengubah komposisi Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja
Modalnya. Selama ini Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal lebih
banyak digunakan untuk belanja rutin yang relatif kurang produktif. Saragih (2003)
menyatakan bahwa pemanfaatan Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus , Belanja Modal
hendaknya dialokasikan untuk hal-hal produktif, misalnya untuk melakukan aktivitas
pembangunan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Stine (1994) menyatakan bahwa
penerimaan pemerintah hendaknya lebih banyak untuk program-program layanan publik.
Kedua pendapat ini menyiratkan pentingnya mengaloksikan Dana Alokasi Umum, Dana
Alokasi Khusus dan Belanja Modal untuk berbagai kepentingan publik.
Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal yang dilakukan oleh
pemerintah daerah diantaranya pembangunan dan perbaikan sektor pendidikan, kesehatan,
transportasi, sehingga masyarakat juga menikmati manfaat dari pembangunan daerah.
Tersedianya infrastruktur yang baik diharapkan dapat menciptakan efisiensi dan efektifitas
di berbagai sektor, produktifitas masyarakat diharapkan menjadi semakin tinggi dan pada
Terkait dengan hal ini, Nurlina (2004) melakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui apakah anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Nanggroe Aceh Darussalam. Berdasarkan
hasil estimasi dengan metode Ordinary Least Square (OLS) menunjukkan bahwa semua
variabel bebas (pengeluaran rutin tahun sebelumnya, dan pengeluaran pembangunan dua
tahun sebelumnya) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
NAD. Sementara itu untuk pengeluaran pembangunan memiliki pengaruh yang negatif
tetapi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi NAD selama kurun waktu
penelitian. Penelitian terdahulu ini memiliki keterbatasan dimana penggunaan sampel
kabupaten/ kota di Nanggroe Aceh Darussalam tidak sepenuhnya dapat dijadikan landasan
untuk kasus di luar Nanggroe Aceh Darussalam.
Oleh karena keterbatasan penelitian terdahulu tersebut, saya selaku peneliti merasa
tertarik untuk melakukan penelitian replikasi dengan mengambil sampel di luar Nanggroe
Aceh Darussalam. Penelitian replikasi ini akan mengambil sampel kabupaten/ kota di
Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan pengumpulan data awal dapat diperoleh gambaran
bahwa realisasi pertumbuhan ekonomi mengalami fluktuasi yang sangat bervariasi pada 5
(lima) kabupaten dan 5 (lima) kabupaten di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini dapat dilihat
Tabel 1.1 Pertumbuhan Realisasi Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
No
Kota dan Kabupaten
Tahun
PDRB atas Dasar Harga Berlaku Tahun
2000 ** (Miliaran
Rupiah) ∆ (%)
1 Binjai 2004 2.100,16 2,10
2005 2.494,77 2,49
2006 2.889,99 2,88
2 Medan 2004 33.115,35 33,11
2005 42.792,45 42,79
2006 49.056,86 49,05
3 Sibolga 2004 718,60 0,71
2005 826,27 0,82
2006 931,52 0,93
4 Tanjung Balai 2004 1.574,16 1,57
2005 1.763,00 1,76
2006 1.972,65 1,97
5 Tebing Tinggi 2004 1.091,22 1,09
2006 1.417,74 1,41
6 Toba Samosir 2004 1.748,17 1,74
2005 1.895,77 1,89
2006 2.082,10 2,08
7 Asahan 2004 14.517,68 14,51
2005 15.527,79 15,52
2006 16.648,38 16,64
8 Deli Serdang 2004 15.872,39 15,87
2005 19.136,23 19,13
2006 21.800,42 21,80
9 Tanah Karo 2004 3.270,43 3,27
2005 3.683,02 3,68
2006 3.978,80 3,97
10 Simalungun 2004 5.578,94 5,57
2005 6.256,96 6,25
2006 6.843,96 6,84
Kota Binjai pada tahun 2005 dan 2006 mengalami peningkatan PDRB dari tahun
sebelumnya yaitu masing-masing sebesar 2,49% dan 2,88%.
Kota Medan pada tahun 2005 dan 2006 mengalami peningkatan PDRB dari tahun
sebelumnya yaitu masing-masing sebesar 42,79% dan 49,05%.
Kota Sibolga pada tahun 2005 dan 2006 mengalami peningkatan PDRB dari
tahun sebelumnya yaitu masing-masing sebesar 0,82% dan 0,93%.
Kota Tanjung Balai pada tahun 2005 dan 2006 mengalami peningkatan PDRB
dari tahun sebelumnya yaitu masing-masing sebesar 1,76% dan 1,97%.
Kota Tebing Tinggi pada tahun 2005 mengalami peningkatan PDRB dari tahun
sebelumnya yaitu sebesar 1,54% dan mengalami penurunan pada tahun berikutnya
yaitu menjadi 1,41%.
Kabupaten Toba Samosir pada tahun 2005 dan 2006 mengalami peningkatan
PDRB dari tahun sebelumnya yaitu masing-masing sebesar 1,89% dan 2,08%.
Kabupaten Asahan pada tahun 2005 dan 2006 mengalami peningkatan PDRB
yaitu masing-masing sebesar 15,52% dan 16,64%.
Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2005 dan 2006 mengalami peningkatan
PDRB dari tahun sebelumnya yaitu masing-masing sebesar 19,13% dan 21,80%.
Kabupaten Tanah Karo pada tahun 2005 dan 2006 mengalami peningkatan
PDRB dari tahun sebelumnya yaitu masing-masing sebesar 3,68% dan 3,97%.
Kabupaten Simalungun pada tahun 2005 dan 2006 mengalami peningkatan
Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh DAU, DAK dan Belanja Modal terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Daerah pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara”.
B. PERUMUSAN MASALAH
1.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian
(research problem) yang akan di bahas adalah : “Apakah Dana Alokasi Umum,Dana Alokasi
Khusus, dan Belanja Modal berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi kabupaten dan
kota di Provinsi Sumatera Utara”.
C.
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memberikan
bukti empiris apakah terdapat pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus,
dan Belanja Modal terhadap pertumbuhan ekonomi pada Pemerintahan Kabupaten
dan kota di Sumatera Utara.
2. Manfaat Penelitian
a.
bagi peneliti, penelitian ini untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti
sehubungan dengan pengaruh belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi
Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara,
b. bagi Pemerintah Daerah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan dalam melaksanakan pengelolaan keuangan daerah khususnya terhadap
pengelolaan Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Belanja Modal,
c. bagi Pemerintah Pusat, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi Pemerintah Pusat dalam menetapkan kebijakan perekonomian dan
keuangan daerah terutama dalam pengalokasian bantuan pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah yang berpengaruh terhadap anggaran Dana Alokasi Umum, Dana
Alokasi Khusus, dan Belanja Modal diharapkan dapat mendorong pertumbuhan
perekonomian di daerah,
d.
bagi calon peneliti, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
salah satu referensi untuk penelitian lebih lanjut, terutama mahasiswa yang
melakukan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh Dana Alokasi Umum,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Teoritis
1. Keuangan Daerah dan APBD
a. Pengertian dan Ruang Lingkup Keuangan Daerah
Menurut Mamesah dalam Halim (2007:23), keuangan daerah dapat diartikan
sebagai “semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula
segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah
sepanjang belum dimiliki/ dikuasi oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta
pihak-pihak lain sesuai ketentuan/ peraturan perundangan yang berlaku”. Menurut Halim
(2004 : 20), ruang lingkup keuangan daerah terdiri dari “keuangan daerah yang dikelola
langsung dan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan yang termasuk dalam keuangan
daerah yang dikelola langsung adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
dan barang-barang inventaris milik daerah. Keuangan daerah yang dipisahkan meliputi
terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Oleh sebab itu, keuangan daerah identik dengan APBD” (Saragih, 2003:12).
b. Pengertian dan unsur-unsur APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan suatu rencana keuangan tahunan daerah yang memuat tentang rencana penerimaan, rencana pengeluaran serta rencana pembiayaan daerah selama satu tahun anggaran.
Menurut Mamesah dalam Halim (2007:20), APBD dapat didefinisikan sebagai:
rencana operasional keuangan Pemerintah Daerah, dimana di satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam 1 tahun anggaran tertentu, dan pihak lain menggambarkan perkiraan penerimaan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran dimaksud.
Pada era Orde Lama, definisi APBD yang dikemukakan oleh Wajong (1962:81)
dalam Halim (2002:16) adalah:
rencana pekerjaan keuangan (financial werkplan) yang dibuat untuk jangka waktu tertentu, dalam waktu mana badan legislatif (DPRD) memberikan kredit kepada badan eksekutif (kepala daerah) untuk melakukan pembiayaan guna kebutuhan rumah tangga daerah sesuai dengan rancangan yang menjadi dasar (grondslag) penetapan anggaran, dan yang menunjukkan semua penghasilan untuk menutup pengeluaran tadi.
Menurut Halim dan Nasir (2006:44), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
adalah “rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang dibahas dan disetujui
dengan Peraturan Daerah”. Menurut Bastian (2006 : 189), APBD merupakan
“pengejawantahan rencana kerja Pemda dalam bentuk satuan uang untuk kurun waktu
satu tahunan dan berorientasi pada tujuan kesejahteraan publik”. Menurut Saragih
(2003:122), “Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah dasar dari
pengelolaan keuangan daerah dalam tahun anggaran tertentu, umumnya satu tahun”.
Menurut Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002, “Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) adalah suatu rencana keuangan tahunan Daerah yang
ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD”. Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) disusun berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu suatu
sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output
dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Selanjutnya dikatakan
bahwa Pemerintah daerah bersama-sama DPRD menyusun Arah dan Kebijakan
Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang memuat petunjuk
dan ketentuan umum yang disepakati sebagi pedoman dalam penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Berkembangnya perekonomian daerah di berbagai sektor juga akan
memberikan pengaruh positif pada penciptaan lapangan kerja baru bagi
masyarakat daerah. Unsur-unsur APBD menurut Halim (2004:15-16) adalah
sebagai berikut:
1) rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci.
2) adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya-biaya sehubungan dengan aktivitas tersebut, dan adanya biaya-biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran-pengeluaran yang akan dilaksanakan.
4) periode anggaran yang biasanya 1 (satu) tahun.
c. Klasifikasi APBD
Klasifikasi APBD yang terbaru adalah berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
nomor 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah. Adapun bentuk
dan susunan APBD yang didasarkan pada Permendagri 13/ 2006 pasal 22 ayat (1) terdiri
atas 3 bagian, yaitu : “pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah”.
Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat (1) dikelompokkan atas pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Belanja menurut kelompok belanja terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung. Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan mencakup sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SILPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan penerimaan piutang daerah. Pengeluaran pembiayaan mencakup pembentukan dana cadangan, penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah, pembayaran pokok utang, dan pemberian pinjaman daerah. (Permendagri 13/ 2006)
Oleh karena penelitian ini menggunakan laporan APBD yang memakai format
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002, maka APBD yang berdasarkan
format tersebut terdiri atas 3 bagian, yaitu : “pendapatan, belanja, dan pembiayaan”.
anggaran tahun lalu, penerimaan pinjaman dan obligasi, hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan dan transfer dari dana cadangan. Sumber pembiayaan berupa pengeluaran daerah terdiri atas : pembayaran utang pokok yang telah jatuh tempo, penyertaan modal, transfer ke dana cadangan, dan sisa lebih anggaran tahun sekarang (Halim, 2004 : 18).
2. Dana Alokasi Umum
a. Pengertian Dana Alokasi Umum
Menurut Halim (2004 : 141), Dana Alokasi Umum adalah “dana yang berasal dari
APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah
untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.”
b. Tujuan Dana Alokasi Umum
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000, Mardiasmo (2002 :
157) mengungkapkan bahwa “tujuan DAU adalah untuk horizontal equity dan sufficiency.
Tujuan horizontal equity merupakan kepentingan pemerintah pusat dalam rangka
melakukan distribusi pendapatan secara adil dan merata agar tidak terjadi kesenjangan yang
lebar antar daerah. Sementara itu yang menjadi kepentingan daerah adalah kecukupan
(sufficiency), terutama adalah untuk menutup fiscal gap.”
Fiscal gap terjadi karena karakteristik daerah di Indonesia sangat beraneka ragam.
Ada daerah yang dianugerahi kekayaan alam yang sangat melimpah. Ada juga daerah yang
mereka telah tertata dengan baik maka potensi pajak dapat dioptimalkan sehingga daerah
tersebut menjadi kaya. Namun, banyak juga daerah yang secara alamiah maupun struktur
ekonomi masih sangat tertinggal. Untuk itulah maka transfer dari Pemerintahan Pusat
dalam bentuk DAU masih diberikan untuk mengatasi kesenjangan antar daerah (fiscal gap).
3. Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urutan daerah dan sesuai
dengan prioritas nasional. Diprioritaskan untuk membantu daerah-daerah dengan
kemampuan keuangan dibawah ratarata nasional, dalam rangka mendanai kegiatan
penyediaan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat yang telah
merupakan urusan daerah. DAK merupakan dana yang berasal APBN dan
dialokasikan ke daerah kabupaten/kota untuk membiayai kebutuhan tertentu yang
sifatnya khusus, tergantung tersedianya dana dalam APBN (Suparmoko:2002).
Kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang sulit diperkirakan dengan rumus alokasi
umum, dan atau kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasioanal.
4. Belanja Daerah
a. Pengertian Belanja Daerah
Menurut Halim (2003 : 145), belanja daerah adalah “pengeluaran yang dilakukan
dan pemerintah di atasnya”. Menurut Halim dan Nasir (2006 : 44), belanja daerah
adalah “semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan”. Menurut Kepmendagri Nomor 29
Tahun 2002, “belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode
tahun anggaran tertentu yang menjadi beban daerah”.
b. Klasifikasi Belanja Daerah
. Belanja daerah menurut kelompok belanja berdasarkan Permendagri 13/ 2006
terdiri atas:
belanja tidak langsung dan belanja langsung. Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga. Kelompok belanja langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal.
Menurut Halim (2004 : 18), belanja daerah digolongkan menjadi 4, yakni:
Klasifikasi belanja daerah yang sesuai dengan klasifikasi belanja daerah menurut
Kepmendagri 29/ 2002.
1)
Belanja Administrasi Umum
Menurut Halim (2004 : 70), “belanja administrasi umum adalah semua
pengeluaran pemerintah daerah yang tidak berhubungan secara langsung dengan
aktivitas atau pelayanan publik dan bersifat periodik”. Kelompok belanja
administrasi umum terdiri atas 4 jenis belanja, yaitu: belanja pegawai/ personalia,
belanja barang dan jasa, belanja perjalanan dinas dan belanja pemeliharaan.
a) Belanja pegawai/ personalia
Belanja pegawai merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk orang/
personel yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas atau dengan
kata lain biaya tetap pegawai. Jenis belanja pegawai/ personalia untuk belanja
aparatur daerah meliputi objek belanja:
(1)
gaji dan tunjangan kepala daerah/ wakil kepala daerah,
(2)
gaji dan tunjangan pegawai,
(3)
biaya perawatan dan pengobatan,
(4) biaya pengembangan sumber daya manusia.
Jenis belanja pegawai/ personalia untuk bagian belanja pelayanan publik
(a)
belanja tetap dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD,
(b) gaji dan tunjangan kepala daerah/ wakil kepala daerah,
(c) gaji dan tunjangan pegawai daerah,
(d) biaya perawatan dan pengobatan,
(e) biaya pengembangan sumber daya manusia.
b) Belanja barang dan jasa
Menurut Halim (2004 : 71), “Belanja barang dan jasa merupakan pengeluaran
pemerintah daerah untuk penyediaan barang dan jasa yang tidak berhubungan
langsung dengan pelayanan publik”. Jenis belanja barang dan jasa untuk bagian
belanja aparatur daerah terdiri atas objek belanja berikut:
(1)
biaya bahan pakai habis kantor,
(2) biaya jasa kantor,
(3) biaya cetak dan penggandaan keperluan kantor, (4) biaya sewa kantor,
(5) biaya makanan dan minuman kantor, (6) biaya pakaian dinas,
(7) biaya bunga utang,
(8) biaya depresiasi gedung (operasional), (9) biaya depresiasi alat angkutan (operasional), (10) biaya depresiasi alat kantor dan rumah tangga,
Jenis belanja ini untuk bagian belanja pelayanan publik terdiri atas objek
belanja berikut ini:
(a)
biaya bahan pakai habis kantor,
(b) biaya jasa kantor,
(c) biaya cetak dan penggandaan keperluan kantor,
(d) biaya sewa kantor,
(e) biaya makanan dan minuman kantor,
(f) biaya pakaian dinas,
(g) biaya bunga utang,
(h) biaya depresiasi gedung (operasional),
(i) biaya depresiasi alat-alat besar (operasional),
(j) biaya depresiasi alat angkutan (operasional),
(k) biaya depresiasi alat bengkel dan alat ukur (operasional),
(l) biaya depresiasi alat pertanian (operasional),
(m) biaya depresiasi alat kantor dan rumah tangga,
(n) biaya depresiasi alat studio dan alat komunikasi (operasional),
(o) biaya depresiasi alat-alat kedokteran (operasional),
(p) biaya depresiasi alat-alat laboratorium (operasional).
c) Belanja perjalanan dinas
Menurut Halim (2004 : 71), “Belanja perjalanan dinas merupakan pengeluaran
pemerintah untuk biaya perjalanan pegawai dan dewan yang tidak berhubungan
secara langsung dengan pelayanan publik”. Menurut Halim (2004 :71), “objek
perjalanan dinas, sedangkan untuk bagian belanja pelayanan publik meliputi biaya
perjalanan dinas, biaya perjalanan pindah, dan biaya pemulangan pegawai yang
gugur dan dipensiunkan”.
d) Belanja pemeliharaan
Menurut Halim (2004, 71), “Belanja pemeliharaan merupakan pengeluaran
pemerintah daerah untuk pemeliharaan barang daerah yang tidak berhubungan
secara langsung dengan pelayanan publik”. Objek belanja dari jenis belanja
pemeliharaan untuk bagian belanja aparatur daerah terdiri atas:
(1)
biaya pemeliharaan bangunan gedung,
(2) biaya pemeliharaan alat-alat angkutan,
(3) biaya pemeliharaan alat-alat kantor dan rumah tangga, (4) biaya pemeliharaan alat-alat studio dan alat komunikasi, (5) biaya pemeliharaan buku perpustakaan,
(6) biaya pemeliharaan alat-alat persenjataan.
Objek belanja untuk jenis belanja pemeliharaan untuk bagian belanja
pelayanan publik terdiri atas:
(a)
biaya pemeliharaan jalan dan jembatan,
(b) biaya pemeliharaan bangunan air (irigasi),
(c) biaya pemeliharaan instalasi,
(d) biaya pemeliharaan jaringan,
(e) biaya pemeliharaan bangunan gedung,
(f) biaya pemeliharaan monumen,
(h) biaya pemeliharaan alat-alat angkutan,
(i) biaya pemeliharaan alat-alat bengkel,
(j) biaya pemeliharaan alat-alat pertanian,
(k) biaya pemeliharaan alat-alat kantor dan rumah tangga,
(l) biaya pemeliharaan alat-alat studio dan alat komunikasi,
(m) biaya pemeliharaan alat-alat kedokteran,
(n) biaya pemeliharaan alat-alat laboratorium,
(o) biaya pemeliharaan buku perpustakaan,
(p) biaya pemeliharaan barang bercorak kesenian, kebudayaan,
(q) biaya pemeliharaan hewan, ternak, serta tanaman,
(r) biaya pemeliharaan alat-alat persenjataan.
2)
Belanja Operasi dan Pemeliharaan
Menurut Halim (2004 : 72), “Belanja operasi dan pemeliharaan merupakan
semua belanja pemerintah daerah yang berhubungan dengan aktivitas atau
pelayanan publik”. Kelompok belanja ini meliputi jenis belanja : belanja pegawai/
personalia, belanja barang dan jasa, belanja perjalanan dinas dan belanja
pemeliharaan.
a)
Belanja pegawai/ personalia
Jenis belanja pegawai/ personalia untuk bagian belanja aparatur daerah
maupun pelayanan publik meliputi objek belanja berikut :
(2)
uang lembur,
(3)
insentif.
b) Belanja barang dan jasa
Jenis belanja barang dan jasa baik untuk bagian belanja aparatur daerah
maupun pelayanan publik meliputi objek belanja :
(1)
biaya bahan/ material,
(2) biaya jasa pihak ketiga, (3) biaya cetak dan penggandaan, (4) biaya sewa,
(5) biaya makanan dan minuman, (6) biaya bunga utang,
(7) biaya pakaian kerja. c) Belanja perjalanan dinas
d) Belanja pemeliharaan
“Jenis belanja perjalanan dinas dan jenis belanja pemeliharaan memiliki klasifikasi
yang sama dengan klasifikasi jenis belanja ini pada kelompok belanja administrasi
umum, baik untuk bagian belanja aparatur daerah maupun pelayanan publik”
(Halim, 2004:73).
3)
Belanja Modal
Menurut Halim (2004 : 73), “belanja modal merupakan belanja
menambah asset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah
belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja
administrasi umum”. Belanja modal dapat dikategorikan dalam 5 (lima)
kategori utama yaitu belanja modal tanah, belanja modal peralatan dan
mesin, belanja modal gedung dan bangunan, belanja modal jalan, irigasi dan
jaringan, dan belanja modal fisik lainnya.
a) Belanja Modal Tanah
Belanja modal tanah adalah pengeluaran atau biaya yang digunakan untuk
pengadaan/ pembeliaan/ pembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa
tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan
sertipikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas
tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.
b) Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaran atau biaya yang
digunakan untuk pengadaan/ penambahan/ penggantian, dan termasuk
pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan
gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan
bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
c) Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaran atau biaya yang
digunakan untuk pengadaan/ penambahan/ penggantian, dan peningkatan
manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan sampai peralatan dan mesin
dimaksud dalam kondisi siap pakai.
d) Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan adalah pengeluaran atau biaya yang
digunakan untuk pengadaan/ penambahan/ penggantian/ peningkatan
pembangunan/ pembuatan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran
untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan
yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam
kondisi siap pakai.
e) Belanja Modal Fisik Lainnya
Belanja modal fisik lainnya adalah pengeluaran atau biaya yang digunakan
untuk pengadaan/ penambahan/ penggantian/ peningkatan pembangunan/
pembuatan serta perawatan terhadap fisik lainnya yang tidak dapat
dikategorikan kedalam kriteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin,
gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan, termasuk dalam belanja
ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelian barang-barang
kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan
tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmia
Tabel 2.1
Jenis Belanja Modal dan Komponen-komponennya
Jenis Belanja Modal
Komponen Biaya yang Dimungkinkan Di Dalam Belanja Modal
Belanja Modal Tanah
Belanja modal pembebasan tanah
Belanja modal pembayaran honor tim tanah
Belanja modal pembuatan sertifikat tanah
Belanja modal pengurugan dan pematangan tanah
Belanja modal biaya pengukuran tanah
Belanja modal perjalanan pengadaan tanah
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja modal bahan baku gedung dan bangunan
Belanja modal upah tenaga kerja dan honor pengelola teknis
gedung dan bangunan
Belanja modal sewa peralatan gedung dan bangunan
Belanja modal perencanaan dan pengawasan gedung dan
bangunan
Belanja modal perizinan gedung dan bangunan
Belanja modal pengosongan dan pembongkaran bangunan
lama gedung dan bangunan
Belanja modal honor perjalanan gedung dan bangunan
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja modal bahan baku peralatan dan mesin
Belanja modal upah tenaga kerja dan honor pengelola teknis
peralatan dan mesin
Belanja modal sewa peralatan, peralatan dan mesin
Belanja modal perencanaan dan pengawasan peralatan dan
mesin
Belanja modal perizinan peralatan dan mesin
Belanja modal pemasangan peralatan dan mesin
Belanja modal perjalanan peralatan dan mesin
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja modal bahan baku jalan dan jembatan
Belanja modal upah tenaga kerja dan honor pengelola tekhnis
jalan dan jembatan
Belanja modal sewa peralatan jalan dan jembatan
Belanja modal perencanaan dan pengawasan jalan dan
jembatan
Belanja modal pengosongan dan pembongkaran bangunan
lama jalan dan jembatan
Belanja modal perjalanan jalan dan jembatan
Belanja modal bahan baku irigasi dan jaringan
Belanja modal upah tenaga kerja dan honor pengelola teknis
irigasi dan jaringa n
Belanja modal sewa peralatan irigasi dan jaringan
Belanja modal perencanaan dan pengawasan irigasi dan
jaringan
Belanja modal perizinan irigasi dan jaringan
Belanja modal pengosongan dan pembongkaran bangunan
lama irigasi dan jaringan
Belanja modal perjalanan irigasi dan jaringan
Belanja Modal Fisik Lainnya
Belanja modal bahan baku fisik lainnya
Belanja modal upah tenaga kerja dan pengelola teknis fisik
lainnya
Belanja modal sewa peralatan fisik lainnya
Belanja modal perencanaan dan pengawasan fisik lainnya
Belanja modal perizinan fisik lainnya
Belanja modal jasa konsultan fisik lainnya
Sumber : situs www.google.go.id
4)
Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan
Menurut Halim (2004 : 73), “Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan
berbentuk kegiatan pengalihan uang atau barang dari Pemerintah Daerah”.
Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan merupakan belanja yang dibayarkan
kepada pemerintah bawahan/ desa/ lembaga keagamaan/ lembaga sosial/
organisasi profesi, belanja pemerintah dengan kriteria :
a) tidak menerima secara langsung imbal barang dan jasa seperti layaknya terjadi
dalam transaksi pembelian dan penjualan,
b) tidak mengharapkan dibayar kembali di masa yang akan datang, seperti
c) tidak mengharapkan adanya hasil pendapatan, seperti layaknya yang
diharapkan dari suatu investasi.
Kelompok belanja bagi hasil dan bantuan keuangan terkhusus bagi
kabupaten/ kota terdiri atas jenis belanja berikut (hanya untuk bagian belanja
pelayanan publik) :
(1)
belanja bagi hasil retribusi kepada Pemerintah Desa,
(2) belanja bantuan keuangan kepada Pemerintah Desa/ Kelurahan,
(3) belanja bantuan keuangan kepada organisasi kemasyarakatan,
(4) belanja bantuan keuangan kepada organisasi profesi.
5)
Belanja Tidak Tersangka
Menurut Halim (2004 : 73), “kelompok belanja tidak tersangka adalah belanja
Pemerintah Daerah untuk pelayanan publik dalam rangka mengatasi bencana alam
dan atau bencana sosial. Kelompok belanja ini terdiri atas jenis belanja tidak
tersangka”. Belanja tidak tersangka merupakan pengeluaran yang disediakan
pemerintah daerah untuk membiayai :
a) kejadian-kejadian luar biasa seperti bencana alam, kejadian yang
dapat membahayakan daerah,
b) tagihan tahun lalu yang belum diselesaikan dan atau yang tidak
c) pengembalian penerimaan yang bukan haknya atau penerimaan yang
dibebaskan (dibatalkan) dan atau kelebihan penerimaan.
5. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dipengaruhi oleh perkembangan
masing-masing sektor yang berperan dalam membentuk nilai tambah perekonomian suatu
daerah. Nilai pertumbuhan yang diperoleh tersebut merupakan dampak nyata dari
suatu kondisi ekonomi yang terjadi pada tahun yang bersangkutan. Pertumbuhan
ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk mengetahui dan
mengevaluasi hasil pembangunan yang dilaksanakan, khususnya dalam bidang ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi akan menunjukkan sejauh mana kinerja atau aktivitas dari
berbagai sektor ekonomi akan menghasilkan nilai tambah/ pendapatan masyarakat
pada suatu periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama satu periode tertentu tidak terlepas
dari perkembangan masing-masing sektor atau sub sektor yang ikut membentuk nilai
tambah perekonomian suatu daerah. Kesanggupan mencapai pertumbuhan tersebut
juga merupakan refleksi dari kondisi ekonomi pada periode yang bersangkutan.
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai suatu indikator mempunyai
peranan yang sangat penting dalam mengukur keberhasilan pembangunan yang telah
Menurut Sirojuzilam (2003:4), “Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran
mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam
bidang ekonomi”. Menurut Kuznets (1966) dalam Sirojuzilam (2003:5), definisi
pertumbuhan ekonomi adalah “kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu
Negara untuk menyediakan semakin banyak barang kepada penduduknya, kemampuan
ini bertambah sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan
ideologis yang diperlukan”.
Delapan perbedaan yang mempengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi dan
syarat-syarat terlaksananya pembangunan ekonomi modern :
a.
perbedaan kekayaan sumber daya alam dan kualitas modal manusia,
b. pendapatan per kapita dan tingkat GNP di saat mulai membangun, bila dibandingkan dengan negara-negara lainnya,
c. perbedaan iklim,
d. perbedaan jumlah penduduk, distribusi, serta laju pertumbuhannya, e. peranan sejarah migrasi internasional,
f. perbedaan dalam memperoleh keuntungan dari perdagangan internasional, g. Kemampuan melakukan penelitian dan pengembangan dalam bidang ilmiah
dan teknologi dasar,
h. Stabilitas dan fleksibilitas lembaga-lembaga politik.
PDRB yang digunakan yaitu PDRB atas dasar harga berlaku. Distribusi PDRB atas
dasar harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian atau peranan
setiap sektor ekonomi dalam suatu daerah. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai
persentase setiap sektor tersebut, selain dapat diketahui sumbangan atau kontribusi
masing-masing sektor, juga dapat dilihat struktur perekonomian daerah yang
bersangkutan. Dengan demikian dapat diketahui apakah perekonomian daerah bersifat
agraris atau non agraris. Apabila pendapatan regional dikumpulkan dari waktu ke
waktu, maka akan terlihat perubahan kontribusi masing-masing sektor serta perubahan
struktur ekonominya. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan
perekonomian, sebaliknya apabila negatif menunjukkan terjadinya penurunan
pembangunan yang dilaksanakan.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berikut tabel 2.2 yaitu tabel tinjauan penelitian terdahulu yang terlihat sebagai
berikut:
Tabel 2.2
TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU
No Peneliti (Tahun Penelitian)
Variabel Penelitian
Metode Penelitian
1. Armin Armansyah (2004) Variabel Independen : Pengeluaran pemerintah daerah Variabel dependen : Pertumbuhan Ekonomi Analisis regresi sederhana (simple regression) dan regresi berganda (multiple regression) Hasil penelitian Armin Armansyah menunjukkan bahwa pengaruh pembangunan lebih besar dari pengeluaran rutin.
2. Nurlina (2004) Variabel Independen : anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan Variabel dependen : Pertumbuhan Ekonomi Metode Ordinary Least Square (OLS)
Hasil penelitian yang dilakukan Nurlina menunjukkan bahwa pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan menunjukkan trend peningkatan yang hampir sama
3. Priyo Hardi Adi (2006) Variabel independen: Hubungan Variabel dependen: Pertumbuhan Ekonomi, Belanja pembangunan dan Pengeluaran Asli Daerah Analisis regresi sederhana (simple regression) dan regresi berganda (multiple regression)
Penelitian yang merujuk pada beberapa penelitian sebelumnya, yang diantaranya
adalah sebagai berikut:
1.
Armin Armansyah (2004)
Judul penelitiannya tentang Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah
Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Propinsi-propinsi di Indonesia.
Hasil penelitiannya untuk di setiap propinsi menunjukkan bahwa pengeluaran
pembangunan memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan pengeluaran
rutin terhadap pertumbuhan ekonomi di masing-masing propinsi di Indonesia.
2.
Nurlina (2004)
Judul penelitiannya tentang Analisis pengaruh anggaran belanja rutin dan
anggaran belanja pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi Nanggroe
Aceh Darussalam.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan menunjukkan trend peningkatan yang hampir sama dan hukum
Wagner tidak sesuai dengan kondisi yang ada di Propinsi NAD.
Berdasarkan hasil estimasi dengan metode Ordinary Least Square (OLS)
menunjukkan bahwa semua variabel bebas (pengeluaran rutin, pertumbuhan
ekonomi tahun sebelumnya, dan pengeluaran pembangunan dua tahun
sebelumnya) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di NAD. Sementara itu untuk pengeluaran pembangunan memiliki
pengaruh yang negatif tetapi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Propinsi NAD selama kurun waktu penelitian.
3.
Priyo Hari Adi (2006)
Judul penelitiannya tentang Hubungan antara pertumbuhan ekonomi daerah,
belanja pembangunan dan pendapatan asli daerah (Studi kasus pada Kabupaten dan
Kota se Jawa - Bali). Hasil penelitiannya yaitu :
a.
hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi daerah
mempunyai dampak yang signifikan terhadap peningkatan PAD.
Sayangnya pertumbuhan ekonomi pemda kabupaten dan kota masih kecil,
akibatnya penerimaan PAD-nya pun kecil. Terkait dengan PAD,
penerimaan yang menjadi andalan adalah retribusi dan pajak daerah.
Tingginya retribusi bisa jadi merupakan indikasi semakin tingginya itikad
pemerintah untuk memberikan layanan publik yang lebih berkualitas.
Belanja pembangunan diarahkan pada sektor yang langsung dinikmati
oleh publik (Mardiasmo, 2002).
b.
belanja pembangunan memberikan dampak yang positif dan signifikan
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis
1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang memberi kesimpulan bahwa
ada pengaruh belanja pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, maka
penulis membuat kerangka konseptual atas penelitian ini sebagai berikut :
[image:48.612.127.510.222.422.2]
Gambar 2.1.
Kerangka Konseptual
Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran belanja modalnya di dalam APBD untuk
melaksanakan rencana pembangunan di daerah dalam bentuk proyek-proyek dari Belanja Modal
DAK DAU
berbagai sektor pembangunan dengan tujuan untuk melakukan investasi dan
diharapkan benar-benar langsung menyentuh sektor ekonomi produktif masyarakat dan
pertumbuhan ekonomi di daerah. APBD merupakan instrument kebijakan yang
dijalankan pemerintah daerah untuk menentukan arah dan tujuan pembangunan.
Instrumen ini diharapkan berfungsi sebagai salah satu komponen pemicu tumbuhnya
perekonomian suatu daerah.
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian
oleh karena jawaban yang diberikan masih berdasar pada teori yang relevan belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiono,
2003 :51). Dari kerangka konseptual dan uraian teoritis tersebut, maka peneliti
mengajukan hipotesis sebagai berikut :
Dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan belanja modal berpengaruh
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kausal,
“Desain kausal berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel riset
atau berguna untuk menganalisis bagaimana satu variabel mempengaruhi variabel
lain” (Umar, 2003:30). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan belanja modal terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004:72). Populasi pada
penelitian ini adalah laporan Realisasi APBD dari 22 Kabupaten dan 7 Kota yang ada di
Sumatera Utara tahun 2004-2006, sehingga jumlahnya (29 dikali 3 tahun = 87).
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan
adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu (Sugiono, 2004:78). Adapun pertimbangan yang ditentukan oleh penulis dalam
pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
a. kabupaten/ kota di Provinsi Sumatera Utara yang mempublikasikan laporan Product
Domestik Regional Bruto (PDRB) selama periode 2004-2006,
b. kabupaten/ kota di Provinsi Sumatera Utara yang mempublikasikan laporan realisasi
APBDnya selama periode 2004-2006.
Berdasarkan kedua kriteria didapatkan hanya sebanyak 10 sampel yang memenuhi
kriteria tersebut yang terdiri dari 5 Kabupaten dan 5 Kota di Sumatera Utara, sehingga
jumlahnya (10 dikali 3 tahun = 30 sampel).
C. Jenis Data dan Sumber Data
Peneliti hanya menggunakan data sekunder dalam penelitian ini. Data sekunder
adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak
pengumpul data primer atau data oleh pihak lain (Umar, 2001 : 69). Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan pooled data yaitu kombinasi antaradata time series dengan
data cross section. Data time series merupakan sekumpulan data untuk meneliti suatu
fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu tertentu, misalnya
dalam mingguan, bulanan atau tahunan. Sedangkan data cross section adalah
sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu dalam satu kurun waktu
Sumber data dalam penelitian ini adalah laporan realisasi APBD pada
Pemerintahan Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara yang diambil dari
situs
(PDRB) pada Pemerintahan Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara yang
di kutip dari buku BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Sumatera Utara.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan dan pengolahan data dalam penelitian ini adalah teknik
dokumentasi, yakni peneliti melakukan pengumpulan data sekunder atau data
yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara yaitu internet yang
diperoleh dari situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat
Jenderal Perimbangan Keuangan
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah variabel
independen dan variabel dependen.
1. Variabel Independen (bebas)
yaitu variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain (Umar, 2003 :
50). Yang termasuk variabel independen dalam penelitian ini yaitu, dana alokasi
Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai
kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urutan daerah dan sesuai dengan prioritas
nasional. Diprioritaskan untuk membantu daerah-daerah dengan kemampuan
keuangan dibawah ratarata nasional, dalam rangka mendanai kegiatan penyediaan
sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat yang telah merupakan
urusan daerah
Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan
modal yang sifatnya menambah aset tetap/ inventaris yang memberikan manfaat
lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalam nya adalah pengeluaran untuk
biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa
manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas asset (Syaiful, 2006).
Di dalam penelitian ini belanja modal dinyatakan dalam nilai rupiah. Skala
pengukuran yang dipakai belanja modal dalam penelitian ini adalah skala rasio.
2. Variabel dependen (tidak bebas)
yaitu variabel yang tergantung atas variabel lain atau variabel independen (Nazir,
2005 : 124). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi
PDRB adalah jumlah produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit
produksi dalam suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk dalam jangka waktu
tertentu (BPS, 2006). Dalam penelitian ini PDRB yang digunakan adalah PDRB atas
dasar harga berlaku tahun 2000 yang dinyatakan dalam rupiah.
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Di dalam penelitian
ini PDRB dinyatakan dalam nilai rupiah. Skala pengukuran yang dipakai
belanja modal dalam penelitian ini adalah skala rasio.
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
statistik dengan menggunakan SPSS. Peneliti melakukan terlebih dahulu uji asumsi klasik
sebelum melakukan pengujian hipotesis.
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2005 : 110), ”uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti
distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk
jumlah sampel kecil”. Uji ini ditujukan untuk mendapatkan kepastian terpenuhinya
langkah-langkah analisis statistik sehingga kesimpulan yang diambil dapat dipertanggung
jawabkan.
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak
yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik.
1)
Analisis grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan
melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan
distribusi yang mendekati distribusi normal. Metode yang lebih handal adalah
dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif
dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus
diagonal dan plotnya data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika
distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
Dasar pengambilan keputusan normal probability plot tersebut adalah
sebagai berikut:
a)
jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,
b)
jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
Analisis statistik dilakukan dengan uji statistik nonparametrik Kolmogorov
Smirnov (K-S). Pedoman pengambilan keputusan tentang data tersebut mendekati
atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov dapat
dilihat dari :
a)
nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data
adalah tidak normal,
b) nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah
normal.
Distribusi yang melanggar asumsi normalitas dapat dijadikan menjadi bentuk
yang normal dengan beberapa cara.
(1)
Transformasi data
Transformasi data dapat dilakukan dengan logaritma natural (ln), log10,
maupun akar kuadrat. Jika ada data yang bernilai negatif, transformasi
data dengan logaritma akan menghilangkannya sehingga jumlah sampel
(n) akan berkurang.
(2)
Trimming
Trimming adalah memangkas (membuang) observasi yang bersifat
outlier, yaitu yang nilainya lebih kecil dari µ-
2σ atau lebih besar dari
µ+2σ. Metode ini juga mengecilkan juml
ah sampelnya.
(3)
Winzorising
Winzorising mengubah nilai-nilai outliers menjadi nilai-nilai minimum
Nilai-nilai observasi yang lebih kecil dari µ-
2σ
akan diubah nilainya
menjadi µ-
2σ dan nilai
-nilai yang lebih besar dari
µ+2σ
akan diubah
nilainya menjadi µ+2σ
.
b. Uji Heterokedasitas
Heterokedesitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatn yang lain tetap, maka disebut
homokedesitas dan jika berbeda disebut heterokedsitas. Model regresi yang baik dalah
yang tidak terjadi heterokedesitas. Suatu model dikatakan terdapat gejala
heterokedesitas jika koefisien parameter beta dari persamaan regresi tersebut signifikan
secara statistik. Sebaliknya, jika parameter beta tidak signifikan secara statisik, hal ini
menunjukkan bahwa data model empiris yang diestimasi tidak terdapat heterokedesitas
(Erlina,2007:108).
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk:
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskesdatisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskesdatisitas (Ghozali, 2005:105).
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan cara melihat grafik scatterplot
antara variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Dasar
1)
jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertent