• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN IPA DI SMP

Noviana Anjar Hastuti noviana_anjar@ymail.com

Jurusan Pendidikan IPA Fakultas MIPA UNY

Abstrak

Penelitian Research and Development (R&D) dengan judul Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran IPA di SMP ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas LKS hasil pengembangan serta peningkatan aktivitas pembelajaran IPA di SMP yang menggunakan LKS hasil pengembangan. Penelitian ini merupakan penelitian R&D yang menggunakan langkah pengembangan Borg and Gall yang dibatasi hingga 5 tahap. Pengumpulan data dilakukan melalui lembar penilaian produk dan lembar observasi. Data yang diperoleh merupakan data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan mengkonversi skor pada lembar penilaian produk menjadi skala lima serta mempresentase skor yang diperoleh dari lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas LKS hasil pengembangan berdasarkan penilaian dosen ahli, peer viewer, dan guru IPA berada dalam kategori “baik” untuk untuk aspek pendekatan penulisan, aspek penyajian tema, aspek kejelasan kalimat, aspek kegiatan/eksperimen, dan aspek penampilan fisik, dan berada pada kategori “sangat baik” untuk aspek kebahasaan dan keterlaksanaan. Kualitas LKS hasil pengembangan berdasarkan hasil uji respon siswa berada dalam kategori “baik” untuk aspek Aspek pendekatan penulisan, aspek penyajian tema, aspek kejelasan kalimat, aspek kebahasaan aspek kegiatan/eksperimen, dan aspek penampilan fisik, dan berada dalam kategori “sangat baik” untuk aspek keterlaksanaan. Peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan LKS hasil pengembangan adalah berupa berupa visual activities sebesar 3,97%, oral activities sebesar 2,73%, listening activities sebesar 12,07%, writing activities sebesar 13,64%, drawing ativities sebesar 19,09%, motor activities sebesar 13,64%, mental activities sebesar 9,70%, dan emotional activities sebesar 6,66%.

Pendahuluan

(2)

Perkembangan pendidikan tidak terlepas dari perkembangan kurikulum. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Dalam KTSP Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk Sekolah Menegah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs), merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang suatu konsep, proses, dan fakta yang ada di alam. Berdasarkan objek kajiaannya IPA dipisahkan menjadi 3 disiplin ilmu, yaitu fisika, kimia, dan biologi. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan manusia dalam mengkaji alam. Seperti yang dikatakan oleh Darliana dalam buku IPA Terpadu bahwa: alam semesta terbentuk dari objek dan interaksinya yang menimbulkan fenomena. Fenomena tersebut tidaklah terkotak-kotak seperti disiplin ilmu-ilmu dasar atau terapan. Hanya keterbatasan kompetensi manusialah yang menyebabkan ilmu mengenai alam terkotak-kotak dalam berbagai disiplin ilmu (Darliana, 2007: 1)

Lebih lanjut Darliana (2007: 2) mengungkapkan bahwa IPA untuk tingkat SD dan SMP masih berupa ilmu yang disederhanakan, karena itu peninjauan objek/fenomena dari segi fisika, kimia dan biologi masih mungkin dilakukan oleh siswa tingkat SD dan SMP. Penyederhanaan ilmu IPA itulah yang kemudian membuat pembelajaran IPA di tingkat SD dan SMP dilaksanakan secara terpadu atau yang sekarang dikenal sebagai IPA terpadu.

Pelaksanaan suatu kebijakan belum tentu sesuai dengan yang tertulis dalam kebijakan tersebut. Begitu pula dengan kebijakan pelaksanaan pembelajaran IPA secara terpadu untuk tingkat SD dan SMP. Pembelajaran IPA terpadu belum dapat berjalan maksimal, hal tersebut disebabkan karena belum ada guru lulusan pendidikan IPA. Seperti yang dikemukakan oleh Paul Suparno (2007: 54)

Pada kurikulum baru KTSP, pembelajaran IPA sekarang terpadu, gabungan menyatu dari life science dan physical science, gabungan biologi dan fisika. Sedangkan lulusan guru IPA SMP yang khusus belum ada, yang ada adalah guru biologi dan fisika. Maka kedua guru itu dalam sekolah harus bekerjasama dalam menyusun kurikulum dan pembagian waktu mengajar; agar tidak banyak terjadi persoalan.

Selain itu, idealisme pelaksanaan pembelajaran IPA yang sebaiknya dilakukan dengan pendekatan inkuiri pun belum banyak diterapkan. Banyak dijumpai kenyataan di lapangan bahwa pembelajaran IPA masih dilakukan dengan pendekatan konvensional, salah satu pendekatan konvensional yang dilakukan adalah dengan metode ceramah. Sardjono dalam makalahnya pada seminar nasional Pendidikan IPA mengatakan bahwa pola konvensional kegiatan mengajar sering diarahkan pada aliran informasi dari guru ke siswa, lebih lanjut dijelaskan:

Berdasarkan penelitian proyek JSE (Junior Secondary Education) terhadap Performansi Guru IPA dan siswa SLTP di Indonesia pada tahun 1997, ditemukan bahwa sebagian besar guru IPA merasa nyaman dengan materi pelajaran IPA yang mereka ajarkan dan merasa mampu dalam strategi pengajaran yang memfokuskan pada membuat siswa menghafalkan informasi atau rumus (Sardjono, 2009: 29).

(3)

bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting dalam kecakapan hidup. Pendekatan inkuiri dapat dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya melalui kegiatan laboratorium, dimana siswa diposisikan sebagai seorang scientist yang melakukan satu eksperimen dalam upaya menemukan hubungan antar gejala alam. Pendekatan inkuiri yang mungkin dilakukan di sekolah adalah inkuiri terbimbing.

Pendekatan inkuiri terbimbing dapat berjalan jika tersedia media yang mendukungnya. Salah satu media yang dapat digunakan adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Menurut Poppy Kamalia, dkk (2009: 39) LKS adalah lembaran berisi tugas yang biasanya berupa petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Pada umumnya LKS yang beredar di pasaran hanya berupa rangkuman materi dan kumpulan soal-soal yang kemudian hanya menjadi bahan tugas atau bahan pembelajaran pada saat jam kosong. Seperti yang diungkapkan oleh Depdiknas (2008: 42) dalam panduan pelaksanan materi pembelajaran SMP, bahwa selama ini sering terdengar keluhan bahwa LKS hanya berisi latihan soal-soal, dan siswa diminta mengerjakannya pada saat jam kosong atau alat untuk PR. Dengan demikian dilakukanlah penelitian pengembangan Lembar Kerja Siswa berbasis Inkuiri Terbimbing, dengan harapan dapat menciptakan suatu media yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir, meningkatkan keingintahuan, menuntun siswa untuk memecahkan masalah dari materi yang diajarkan, serta dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA sehingga dapat mencapai kompetensi yang diinginkan.

Penelitian pengembangan LKS yang pernah dilakukan diantaranya adalah penelitian Sunyono (2008) tentang pengembangan LKS berbasis lingkungan untuk IPA-SMP pada materi asam, basa dan garam menyatakan bahwa guru mudah menilai hasil kegiatan praktikum siswa menggunakan LKS IPA berbasis lingkungan hasil pengembangan. Selain itu, hasil penelitian Fajar Fitri (2010) mengenai pengembangan Lembar Kerja Siswa untuk pelajaran IPA Kelas V SD pada materi pokok cahaya dengan pendekatan I2M3 menyatakan bahwa hasil belajar IPA dari aspek kognitif siswa kelas V SD yang menggunakan LKS lebih tinggi dan signifikan dibandingkan siswa kelas V SD yang menggunakan LKS konvensional.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMPN 12 Yogyakarta selama 5 kali pertemuan dengan 33 peserta didik. Penelitian pengembangan ini mengacu pada model penelitian pengembangan Borg and Gall. Menurut Borg dan Gall (1989: 775) dalam bukunya yang berjudul Educational Research, ada sepuluh langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan. Dari kesepuluh langkah penelitian tersebut, penelitian pengembangan ini dibatasi hingga tahap 5, yaitu (1) Research and information (pencarian dan pengumpulan informasi); (2) Planning (perencanaan); (3) Develop preliminary form of product (pengembangan draf produk); (4) Preliminary field testing (uji coba lapangan awal); (5) Main product revision (merevisi hasil uji coba) yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji coba terbatas pada satu sekolah terhadap minimal 6-12 siswa. Berikut diagram pengembangan LKS:

Pencarian dan pengumpulan

(4)

Penyusunan LKS

LKS IPA (tahap awal) 1. Konsultasi dosen pembimbing 2. Penilaian dosen ahli, peer viewer, dan guru IPA

Revisi I

LKS hasil revisi I

Tahap pencarian dan pengumpulan informasi dilakukan dengan mengobservasi kondisi belajar dan kurikulum dan instruksional. Tahap perencanaan dilakukan dengan melakukan perancangan kerangka dan sistematika LKS, yaitu menentukan urutan bagian-bagian yang akan disajikan dalam LKS. Tahap pengembangan produk dilakukan dengan melakukan penyusunan draft produk, draft produk yang sudah jadi kemudian divalidasi/dilakukan penilaian kepada 2 dosen ahli, 2 peer viewer, dan 2 guru IPA. Draft produk yang sudah divalidasi kepada dosen ahli, peer viewer, dan guru IPA akan memperoleh penilaian dan masukan untuk dijadikan perbaikan sebelum dilakukan uji coba ke lapangan. Tahap uji coba lapangan dilakukan setelah draft produk yang divalidasi telah diperbaiki, kemudian draft tersebut diujicobakan coba untuk mengetahui respon dan keaktifan siswa selama menggunakan LKS dalam pembelajaran. Tahap uji coba lapangan awal ini akan menghasilkan data berupa penilaian LKS oleh siswa dan peningkatan aktivitas siswa terhadap pembelajaran IPA. Tahap revisi hasil uji coba merupakan tahap dimana maka dilakukan revisi kedua terhadap LKS tersebut. Revisi ini dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari respon siswa terhadap LKS dan kesalahan/kekurangan yang ditemui peneliti saat melakukan uji coba lapangan awal. Sehingga dihasilkan produk akhir berupa LKS berbasis inkuiri terbimbing. Langkah terakhir yaitu diseminasi terbatas yang dilakukan setelah revisi produk revisi hasil uji coba lapangan awal telah selesai dilakukan. Diseminasi melakukan penyebaran produk akhir yang telah direvisi oleh peneliti.

Perencanaan

Pengembangan draft produk

Uji Coba lapangan awal

Perancangan LKS

1. Uji respon siswa 2. Uji keaktifan siswa

Revisi hasil uji coba

(5)

Dalam penelitian pengembangan ini data yang diperoleh terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif, yaitu :

a. Data kualitatif berupa saran dari dosen pembimbing, dosen ahli, peer viewer, dan guru IPA yang bersangkutan.

b. Data kuantitatif adalah data hasil penilaian oleh dosen ahli, peer viewer, guru, dan siswa, serta hasil observasi keaktifan.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar penilaian produk dan lembar observasi. Lembar penilaian produk digunakan untuk mengetahui kualitas LKS hasil pengembangan, sedangkan lembar observasi digunakan untuk melihat keaktifan siswa selama pembelajaran menggunakan LKS. Berikut tabel kisi-kisi instrumen penilaian kualitas LKS IPA oleh dosen dan guru IPA

No Aspek Penilaian Kriteria Nilai

SB B C K TB

4. Aspek Kejelasan Kalimat 5. Aspek Kebahasaan

Syarat Teknis

6. Aspek Penampilan Fisik Syarat Lain

7. Aspek kelerlaksanaan Keterangan : SB = Sangat Baik

B = Baik C = Cukup K = Kurang Baik SK = Tidak Baik

Lembar observasi melihat keaktifan siswa dari beberapa aspek. Berikut tabel aspek penilaian dalam lembar observasi keaktifan:

No Aspek Kriteria skor

1. Visual activities 2. Oral activities 3. Listening activities 4. Writing activities 5. Drawing activities 6. Motor activities 7. Mental activities 8. Emotional activities

Analisis data kualitatif dilakukan dengan penyeleksian relevansi masukan, koreksi, saran, dan kritik yang diberikan oleh dosen pembimbing, dosen ahli, peer viewer dan guru IPA terhadap perangkat pembelajaran yang selanjutnya digunakan sebagai bahan revisi LKS. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan pengubahan nilai kualitatif menjadi kuantitatif dengan ketentuan sebagai berikut:

(6)

Nilai kualitatif Nilai kuantitatif

Kualitas LKS dan respon siswa terhadap LKS dilakukan setelah melakukan tabulasi semua data untuk setiap aspek penilian, kemudian dilanjutkan dengan menghitung skor total rata-rata dari setiap aspek penilaian dengan rumus:

X

kemudian mengubah skor rata-rata menjadi nilai dengan acuan pengubahan skor menjadi skala lima, menurut Sukardjo (2009: 84) adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Konversi Skor Menjadi skala 5 N

o Rentang Skor Nilai Kategori

1. X > Mi + 1,80 Sbi A Sangat Baik

= ½ ( skor maksimal ideal + skor minimal ideal ) SBi = Simpangan Baku Ideal

= 1/6 ( skor maksimal ideal – skor minimal ideal ) Skor maksimal ideal = Σ butir kriteria x skor tertinggi Skor minimal ideal = Σ butir kriteria x skor terendah

Nilai kelayakan ditentukan dengan nilai minimal “C” yaitu kategori Cukup Baik. Jadi, jika hasil penilaian oleh reviewer memberikan nilai akhir “C”, maka produk pengembangan LKS pembelajaran IPA ini sudah dianggap layak digunakan.

Analisis data lembar observasi dilakukan dengan menghitung jumlah skor yang diperoleh dibagi dengan jumlah skor ideal untuk seluruh item dikalikan 100%. Seperti yang tertera dalam buku Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan oleh Suharsmimi Arikunto (2007:236) secara matematis ditulis dengan persamaan:

Hasil

Skor yang diperoleh

(7)

Penelitian pengembangan ini melalui enam tahap yaitu tahap penelitian dan mencari informasi, tahap perencanaan, tahap pengembangan draft produk, uji coba lapangan awal, revisi hasil uji coba lapangan awal, dan diseminasi terbatas. Berikut hasil dari setiap tahap tersebut:

1. Hasil tahap pencarian dan pengumpulan informasi a. Hasil observasi kondisi belajar

Pengumpulan informasi dilakukan dengan wawancara. Hasil wawancara mengungkapkan mengenai proses pembelajaran IPA di SMPN 12 Yogyakarta. Pembelajaran IPA di SMPN 12 Yogyakarta masih dilakukan secara terpisah, ada dua guru yang memegang kelas VII, yaitu guru fisika dan guru biologi. Secara garis besar proses pembelajaran IPA di kelas VII SMPN 12 Yogyakarta masih menggunakan metode ceramah. Selain itu, berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peserta didik, peserta didik belum pernah melakukan eksperimen untuk materi fisika, sesekali guru hanya melakukan eksperimen untuk materi biologi. Hambatan yang dihadapi guru adalah belum adanya Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang menjadi petunjuk siswa melakukan eksperimen.

2. Hasil tahap perencanaan

Hasil tahap perencanaan diperoleh format LKS yang dengan mengikuti panduan dari Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPTKIPA) tentang struktur LKS Eksperimen. Deskripsi rancangan kerangka dan sistematika pengembangan LKS ini meliputi : (a) tujuan; (b) pengantar (kasus dan dugaan); (c) alat dan bahan; (d) langkah kegiatan; (e) tabel pengamatan; (f) pertanyaan; (g) kesimpulan.

3. Hasil Tahap Pengembangan Draft Produk

Setelah terdapat kerangka dan sistematika LKS, dilakukan pengisian materi dari tema pemisahan campuran. Sehingga dari pengembangan draft produk dihasilkan susunan dan desain LKS yang kemudian digunakan dalam penelitian. Draft produk LKS tersebut kemudian digunakan untuk menentukan kualitas produk yang diperoleh melalui evaluasi yang dilakukan oleh dosen ahli, peer viewer, dan guru IPA. Data hasil penilaian yang berupa skor dari ketujuh tersebut kemudian dikonversikan menjadi nilai skala lima. Hasil konversi skor menjadi nilai skala lima dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 5. Konversi Skor Penilaian Menjadi Skala Lima

Aspek Interval skor Nilai Kategori

Pendekatan penulisan X > 46,19 A Sangat Baik

(8)

28,60 < X ≤ 37,39 C Cukup Baik 19,80 < X ≤ 28,60 D Kurang Baik

X ≤ 19,80 E Sangat Kurang Baik

Penyajian tema

X > 25,2 A Sangat Baik

20,4 < X ≤ 25,2 B Baik

15,6 < X ≤ 20,4 C Cukup Baik 10,8 < X ≤ 15,6 D Kurang Baik

X ≤ 10,8 E Sangat Kurang Baik

Kejelasan kalimat

X > 16,80 A Sangat Baik

13,60 < X ≤ 16,80 B Baik

10,4 < X ≤ 13,60 C Cukup Baik 7,2 < X ≤ 10,4 D Kurang Baik

X ≤ 7,2 E Sangat Kurang Baik

Kebahasaan

X > 12,6 A Sangat Baik

10,2 < X ≤ 12,6 B Baik

7,8 < X ≤ 10,2 C Cukup Baik 5,4 < X ≤ 7,8 D Kurang Baik

X ≤ 5,4 E Sangat Kurang Baik

Kegiatan/eksperimen

X > 25,2 A Sangat Baik

20,4 < X ≤ 25,2 B Baik

15,6 < X ≤ 20,4 C Cukup Baik 10,8 < X ≤ 15,6 D Kurang Baik

X ≤ 10,8 E Sangat Kurang Baik

Keterlaksanaan

X > 8,39 A Sangat Baik

6,79 < X ≤ 8,39 B Baik

5,20 < X ≤ 6,79 C Cukup Baik 3,60 < X ≤ 5,20 D Kurang Baik

X ≤ 3,60 E Sangat Kurang Baik

Penampilan fisik

X > 16,80 A Sangat Baik

13,60 < X ≤ 16,80 B Baik

10,4 < X ≤ 13,60 C Cukup Baik 7,2 < X ≤ 10,4 D Kurang Baik

X ≤ 7,2 E Sangat Kurang Baik

a. Hasil evaluasi produk dari dosen ahli

(9)

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00

50.00 46.5

24

16

11

23.5

8.5

17

b. Hasil evaluasi produk dari peer viewer

Hasil penilaian dari tujuh aspek LKS oleh peer viewer dapat dilihat dalam bentuk diagram sebagai berikut:

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00

46

26.5

17.5

14

28

9

18.5

c. Hasil Evaluasi produk dari guru IPA

Hasil penilaian dari tujuh aspek LKS oleh guru IPA dapat dilihat dalam bentuk diagram sebagai berikut:

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00

45.5

24

16

14

23.5

8

14.5

(10)

Dalam uji coba ini, diperoleh data respon siswa terhadap LKS yang dapat jadi masukan juga bagi LKS yang dikembangkan. Selain itu juga diperoleh data mengenai keaktifan peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan LKS melalui pengamatan dan lembar observasi.

a. Hasil evaluasi produk dari siswa

Hasil penilaian dari tujuh aspek LKS oleh siswa dapat dilihat dalam bentuk

b. Hasil observasi keaktifan peserta didik

Data hasil observasi keaktifan dapat dilihat dalam tabel berikut:

No Aspek Rerata skor

1. Visual activities 3.15 63,03% 3,35 66,97%

2. Oral activities 3.00 60,00% 3,13 62,73%

3. Listening activities 3.42 68,48% 4,05 80,91%

4. Writing activities 3.61 72,12% 4,29 85,76%

5. Drawing activities 3.39 67,88% 3,76 86,97%

6. Motor activities 2.91 58,18% 3,59 71,82%

7. Mental activities 2.97 59,39% 3,45 69,09%

8. Emotional activities 3.88 77,58% 4,21 84,24%

5. Hasil Revisi Hasil Uji Coba Lapangan

Dari hasil uji coba lapangan tidak banyak yang dilakukan pada revisi ini, hanya ada beberapa kata yang belum sesuai EYD/kaidah Bahasa Indonesia.

6. Hasil diseminasi terbatas

(11)

Pembahasan

Penentuan kualitas dan keefektifan LKS didasarkan pada hasil evaluasi draft produk dan juga hasil evaluasi uji coba lapangan awal.

1. Kualitas produk hasil pengembangan a. Aspek pendekatan penulisan

Berdasarkan tabel skala penilaian maka dapat dinyatakan bahwa LKS IPA berbasis Inkuiri Terbimbing dengan tema “Pemisahan campuran” berdasarkan hasil penilaian dosen ahli diperoleh nilai A dengan kategori “Sangat Baik”. Sedangkan hasil penilaian peer viewer dan guru IPA diperoleh nilai B dengan kategori “Baik”. Hasil penilaian aspek penulisan dari dosen ahli, peer viewer, dan guru IPA bila disajikan dalam bentuk diagram maka hasilnya sebagai berikut:

Dosen Ahli Peer Viewer Guru IPA 0

10 20 30 40 50

Berdasarkan diagram tersbut terlihat bahwa LKS hasil pengembangan ini telah memenuhi kriteria pendekatan inkuiri terbimbing karena berada dalam kategori “Baik” dari hasil penilain ketiga reviewer. Aspek pendekatan penulisan masuk ke dalam syarat didaktik penyusunan LKS. Syarat didaktik berhubungan dengan asas pembelajaran efektif. Dengan terpenuhinya syarat tersebut maka dapat dikatakan bahwa LKS ini dapat dijadikan media pembelajaran yang efektif.

b. Aspek Penyajian tema

Berdasarkan tabel skala penilaian maka dapat dinyatakan bahwa aspek penyajian tema pada LKS IPA berbasis Inkuiri Terbimbing dengan tema “Pemisahan campuran” memperoleh nilai B dengan kategori “baik” dari penilaian dosen ahli dan guru IPA. Sedangkan hasil penilaian dari peer viewer menunjukkan bahwa aspek ini memperoleh nilai A dengan kategori “Sangat Baik”. Bila hasil penilaian dosen ahli, peer viewer, dan guru IPA tersebut disajikan dalam bentuk diagram maka hasilnya sebagai berikut:

Dosen Ahli Peer Viewer Guru IPA 0

(12)

c. Aspek kejelasan kalimat

Berdasarkan tabel skala penilaian maka dapat dinyatakan bahwa aspek kejelasan kalimat pada LKS IPA berbasis Inkuiri Terbimbing dengan tema “Pemisahan campuran” memperoleh nilai B dengan kategori “Baik” dari hasil penilaian dosen ahli dan guru IPA. Sedangkan dari hasil penilaian peer viewer diperoleh nilai A dengan kategori “Sangat Baik”. Bila hasil penilaian dosen ahli, peer viewer, dan guru IPA tersebut disajikan dalam bentuk diagram maka hasilnya sebagai berikut:

Dosen Ahli Peer Viewer Guru IPA 0

10 20 30

d. Aspek kebahasaan

Berdasarkan tabel skala penilaian maka dapat dinyatakan bahwa aspek kebahasaan dalam LKS IPA berbasis Inkuiri Terbimbing dengan tema “Pemisahan campuran” hasil pengembangan ini memperoleh nilai A dengan kategori “Sangat Baik” dari penilaian peer viewer dan guru IPA. Sedangkan dari hasil penilaian dosen ahli, aspek ini memperoleh nilai B dengan kategori “Baik”. Bila hasil penilaian dosen ahli, peer viewer, dan guru IPA tersebut disajikan dalam bentuk diagram maka hasilnya sebagai berikut:

Dosen Ahli Peer Viewer Guru IPA 0

5 10 15 20

e. Aspek kegiatan/eksperimen

(13)

Dosen Ahli Peer Viewer Guru IPA 0

5 10 15 20 25 30

f. Aspek keterlaksanaan

Berdasarkan tabel skala penilaian maka dapat dinyatakan bahwa aspek keterlaksanaan pada LKS IPA berbasis Inkuiri Terbimbing dengan tema “Pemisahan campuran” memperoleh nilai A dengan kategori “Sangat Baik” dari penilaian dosen ahli dan peer viewer. Sedangkan hasil penilaian guru IPA menunjukkan bahwa aspek ini memperoleh nilai B dengan kategori “Baik”. Bila hasil penilaian dosen ahli, peer viewer, dan guru IPA tersebut disajikan dalam bentuk diagram maka hasilnya sebagai berikut:

g. Aspek penilaian fisik

(14)

2. Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran IPA

Peningkatan keaktifan peserta didik berdasarkan data observasi bila disajikan dalam diagram adalah sebagai berikut:

5%

3% 15%

17%

23% 17%

12%

8%

visual activities oral activities listening activities writing activities drawing activities motor activities mental activities emotional activities

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, kualitas produk LKS hasil pengembangan ini secara keseluruhan memperoleh nilai B yang berarti berada pada kategori “baik”. Bahkan untuk aspek kebahasaan dan aspek keterlaksanaan memperoleh nilai A yang berarti berada dalam kategori “sangat baik”. Hal tersebut mengindikasikan bahwa LKS hasil pengembangan ini layak untuk dikembangkan. Selain itu, hasil observasi keaktifan peserta didik selama menggunakan LKS menunjukkan hasil yang positif, terbukti dengan terdapatnya peningkatan keaktifan peserta didik.

Simpulan

Berdasarkan pembahasan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut:

(15)

kualitas LKS berada pada kategori “sangat baik” untuk aspek keterlaksanaan. Aspek pendekatan penulisan, aspek penyajian tema, aspek kejelasan kalimat, aspek kebahasaan aspek kegiatan/eksperimen, dan aspek penampilan fisik berada dalam kategori “baik”. 2. LKS berbasis inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen pada tema “pemisahan

campuran” hasil pengembangan dapat meningkatkan keaktifan peserta didik pada pembelajaran IPA di SMP. Peningkatan keaktifan berupa visual avtivities sebesar 3,97%, oral activities sebesar 2,73%, listening activities sebesar 12,07%, writing activities sebesar 13,64%, drawing ativities sebesar 19,09%, motor activities sebesar 13,64%, mental activities sebesar 9,70%, dan emotional activities sebesar 6,66%.

Daftar Pustaka

---. (2008). Panduan Pelaksanaan Materi Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP) Tahun 2008. Jakarta: Depdikna

BBC. 2012. Peringkat Sistem Pendidikan Indonesia Terendah di Dunia. Diakses pada tanggal 15 Maret 2013 dari www.bbc.co.uk

Borg Walter and Gall Meridith.(1989). Educational Research. New York: Longman Inc

Darliana. (2007). IPA Terpadu. Bandung: Depdiknas (Science Education Development Center)

Paul Suparno. (2007). Kajian dan Pengantar Kurikulum IPA SMP dan MT. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Poppy Kamalia Devi, dkk. (2009). Pengembangan Perangkat Pembelajaran untuk Guru SMP. Bandung : PPPPTK IPA

Sardjono. (2000). Permasalahan Pendidikan MIPA di Sekolah dan Upaya Pemecahannya. Jurnal Proceeding National Science Education Seminar on the Problems of Mathematics and Science Education and Alternatives to Solve the Problems. Surabaya: JICA-IMSTEP FMIPA UM

Suharsimi Arikunto. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.Bumi Aksara

Gambar

Tabel 3.  Ketentuan Pengubahan Nilai Kualitatif Menjadi Kuantitatif
Tabel 4. Konversi Skor Menjadi skala 5

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan Perilaku Disiplin Siswa melalui Pemberian Reward dan Punishment dalam Pembelajaran Penjasorkes pada Siswa Kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Lamongan..

Keseluruhan data – data tersebut dapat ditunjukan bukti asli atau legalisir dari yang berwenang serta diserahkan 1 (satu) berkas fotocopynya kepada Pokja Panitia. Adapun

dengan daftar isian dokumen kualifikasi perusahaan saudara pada aplikasi SPSE, yang akan. dilaksanakan

Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya khususnya Program Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis

Berdasarkan pemaparan diatas, ketika pengamatan awal dilakukan pada lingkungan Kantor camat &amp; Kelurahan Se-Kecamatan Medan Sunggal diketahui bahwa beberapa PNS

1) Pikeun pihak pamaréntah, utamana Dinas Pendidikan Jawa Barat kudu mikaweruh kana kapamalian-kapamalian anu masih kénéh tumuwuh sarta dipaké kénéh ku masarakat, ulah

Kasus Tiket Pesawat Ragukan Kejagung, ICW Desak KPK Usut Pejabat Kemenlu Sahabat MQ/ Indonesia Corruption Watch -ICW/ pesimistis terhadap langkah Kejaksaan Agung/ yang

Sahabat MQ/ pengolahan karbondioksida atau CO2/ merupakan area bisnis yang menjanjikan// Hal tersebut disampaikan Dosen FMIPA Kimia Universitas Gadjah Mada