• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR SOSIOLOGI EKONOMI .docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS AKHIR SOSIOLOGI EKONOMI .docx"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Etnis Tionghoa atau etnis Cina yang berada di Indonesia memang merupakan suku bangsa perantau yang telah beraabad-abad lamanya yang telah berinteraksi drngansuku bangsa lain. Etnis Tionghoa bahkan telah hidup membaur baik dalam mennjalankan aktivitas yang berhubungan dengan kebudayaan. Masyarakat Tionghoa selalu diidentifikasikan sebgai pedagang atau wirausahawan. Orang Tionghoa yang berada di Indonesia, sebenarnya tidak merupakan satu kelompak yang berasal dari satu daerah di negara Cina, tetapi terdiri dari beberapa suku bangsa yang berasal dari dua provinsi yaitu Fukien dan Kwangtung, yang sangat terpencar daerah-daerahnya. Setipa imigran Cina ke Indonesia membawa kebudayaan suku bangsanya sendiri-sendiri bersama dengan perbedaan bahasanya yaitu, Hokkien, Teo-Chiu, dan Hakka.(Vasanty dalam Yulianti, )

Para imigran Tionghoa terbesar di Indonesia mulai abad ke-16 sampai kira-kira pertengahan abad ke-19, yaitu suku bangsa Hokkienyang berasal dari provinsi Fukien dari bagian selatan. Daerah itu merupakan daerah yang sangat penting dalam pertumbuhan perdagangan orang-orang Cina ke seberang lautan. Kepandaian berwirausaha yang ada di dalam kebudayaan suku bangsa Hokkien memang telah terendap berabad-abad lamanya dan masih tampak jelas pada orang Tionghoa di Indonesia, karena etnis Tionghoa tersebut memiliki kemampuan dan keterampilan dalam hal berwirausaha.(Vasanty dalam Yulianti, )

(2)

Tionghoa berjalan dengan baik dan sukses. Seorang wirausaha etnis Tionghoa tersebut memiliki karakteristik personal, gaya manajerial sertaa nilai-nilai sosial dan kultural yang memberikan kontribusi kepada wirausaha Tiongho secara umum.(Nasir,2008)

Secara umum wirausaha keturunan Tionghoa memiliki empat karakteristik dan nilai lebih baik daripada wirausaha pribumi. Keempat karakteristik dan nilai lebih ini adalah sifat pantang menyerah, berani mengambil resiko, kecepatan dan fleskibilitas seta kemampuan keluarga sebagai lahan mendidik anak-anaknya menjadi wirausaha.(Liao,2001)

Selain itu orang Tionghoa yang selalu identitikkan dengan sebagai pedagang atau pengusaha, dalam menjalankan usahanya tersebut seorang pengusaha harus mempunyai modal sosial yang dilakukan. Adapun modal sosialnya ini bergunan sebagai penunjang berjalannya usaha atau bisnis yang sedang dijalankan. Modal sosial juga menjadi sangat pentingusaha ekonomi akan sukses tidak hanya berbekal modal secara finansial saja, namun juga perlu faktor pendudukung seperti sumber daya manusia dan modal sosial. Modal sosial awalnya dipahami sebagai bentuk dimana masyarakat menaruh kepercayaan terhadap individu atau kelompok di dalamnya.

Modal sosial berperan sebagai perekat yang mengikat semua orang dalam masyarakat. Agar modal sosial tumbuh baik dibutuhkan adanya saling berbagi (share values) serta pengorganisasian peran (rules) yang diekspresikan dalam hubungan personal (personal relationships), kepercayaan (trust), common sense tentang tanggung jawab bersama, sehingga masyarakat menjadi lebih dari sekumpulan individu belaka.(Syahyuti, 2010). Modal sosial tersebut mengacu pada aspek-aspek utama organisasi sosial seperti kepercayaan (trust) norma-norma (norms), jejaring (networks), yang mampu menggerakkan partisipasi anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

(3)

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana modal sosial dalam mengembangkan bisnis pengusaha emas etnis Tionghoa di Jombang?

1.3.Tujuan

1. Untuk mengetahui peran modal sosial dalam mengembangkan bisnis pengusaha emas etnis Tionghoa.

1.4.Manfaat

1. Manfaat Teoritik

a. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan teori yang sudah ada sebelumnya dan sudah dipelajari khusunya di program studi sosiologi. b. Dapat memberikan gambaran dan penjelasan tentang modal sosial

yang dilakukan oleh pengusaha etnis Tionghoa sebagai upaya untuk mengembangkan bisnis emas di daerah jombang.

2. Manfaat Praktis

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori 2.1.1. Modal Sosial

Piere Bourdie(dalam Damsar,2009) mendefinisikan kapital sosial sebagai “sumberdaya aktual dan potensial yang dimiliki oleh seseorang berasal dari jaringan yang terlembaga serta berlangsung tetus menerus dalm bentuk pengakuan dan perkenalan timbal balik(dengan kata lain, keanggotaan dalam kelompok sosial) yang memberikan kepada anggotanya berbagai bentuk dukungan kolektif).

Sementara Alenjandro Portes (dalam Damsar,2009) membatasi kapital sosial sebagai “kemampuan individu-individu untuk mengatur sumber-sumber langka berdasarkan keeaanggotaan mereka dalam jaringan atau struktur sosial yang lebih luas”. Sumber-sumber langka tersebut dapat bersifat nyata secara ekonomi seperti potongan harga dan utang bebas bunga, atau tidak nyata seperti informasi tentang kondisi bisnis.

Sedangkan seorang ilmuwan politik Robert Putnam (dalam Damsar, 2009) memberi definisi kapital sosial sebagaio “jaringan-jaringan, nilai-nilai, dan kepercayaan yang timbul diantara para anggota perkumpulan, yang memfasilitasi koordinasi dan kerjasama untuk manfaat bersama.”

Lain lagi definisi seseorang sosiolog lain bernama Jonathan H.Turner (dalam Damsar,2009) berpendapat bahwa kapital sosial menunjukkan pada kekuatan-kekuatan yang menungkatkan potensi untuk perkembangan ekonomi dalam suatu masyarakat dengan menciptakan dan mempertahankan hubungan sosial dan pola organisasi sosial.

(5)

kepercayaan, nilai ddan norma serta kekuatan menggerakkan, dalam struktur hubungan sosial untuk mencapai tujuan individual dan/ataau kelompok secara efesien dan efektif dengan kapaital lainnya.(Damsar,2009).

Jaringan sosial merupakan salah satu unsur dari modal sosial, dimana jaringan digunakan sebagai sumber daya untuk mendapatkan sesuatu dalam lingkungan sosialnya melalui hubungan sosial. Jaringan memiliki peran penting dalam modal sosial yang dimiliki seseorang.

Analisis jaringan juga mengatakan bahwasanya individu dapat memanipulasi jaringan untuk mencapai tujuan tertentu. Individu mencari dan membuat jaringan dengan individu lain adalah untuk mencapai tujuan tertentu. Jaringan ini digunakan sebagai saluran untuk mendapatkan sesuatu entah itu berupa barang ataupun jasa dari individu lain. Tidak hanya individu yang dapat memanipulasi jaringan yang dia miliki, namun juga jaringan dapat berdampak atau memanipulasi perilaku seseorang yang ada dalam suatu komunitas (Granovetter dalam Wibowo, 2012).

Sementara itu kepercayaan merupakan keyakinan akan realibitas seseorang atau sistem, terkait dengan berbagai hasil atau peristiwa, dimana keyakinan itu mengekspresikan suatui iman (faith) terhadap integritas atau cinta kasih orang lain, atau terhadap ketepatan prinsip abstrak (pengetahuan tehnis). (Damsar,2009)

(6)

konsekuensi dari suatu tindakan bisnis yang dilakukannya dapat mempertahankan bahkan meniungkatkan kepercayaan orang lain.(Damsar,2009)

Norma, sebagai sumber daya terakhir, dipahami sebagai aturan main bersama yang menuntun perilaku seseorang. Norma memberikan kita suatu cara dimana kita mengorientasikan diri kita terhadap orang lain. Norma menuntun kita dala,m melakukan definisi situasi.(Damsar,2009)

2.2.Kerangka Konseptual 2.2.1.Bisnis Emas

Emas dalah salah satu bentuk perhiasan yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Emas biasanya digunakan untuk mmerintah tubuh atau sebagai bentuk investasi kekayaan. Emas perhiasan adalah emas yang dilebur dan dicampur dengan logam lain, kemudian dibentuk menjadi cincin, gelang, anting, dan lain-lain.harha emas biasanya ditentukan oleh bebrapa macam faktor, anatar lain warna, kadar emas, dan bentuk perhiasan. Bisnis emas berati suatu usaha untuk memperjualbelikan emas perhiasan.(Salim,2011)

2.2.2. Etnis Tionghoa

(7)

Etnis Tionghoa menurut Suryadinata (2000:17) merupakan etnis keturunan Cina yang di Indonesia bukan merupakan minoritas homogen. Etnis Tionghoa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah para pengusaha toko emas dari etnis Tionghoa yang ada di jombang.

2.3. Penelitian Yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan dengan peneliti lakukan adalah skripsi dari Ichsan Pramatiya, Mahasiswa Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Maritim Raha Ali Haji Tanjung Pinang. Yang berjudul “Modal Sosial Pedagang Kaki Lima di Jalan Gambir Tanjung Pinang.

Dalam penelitian yang dilakuak oleh Ichsan ini membahas tentang modal sosial yang diguanak para pedagang kaki lima di Jalan Gambir dalam mempertahankan usahanya. Serta adanya kerjasama dengan pihak-pihak yang lain sebagai faktor pndukung untuk mempertahankan usaha penjual sayur di Jalan Gambir Tanjung Pinang.

(8)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalaah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivism, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, tehnik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Metode penelitian kualitatif ini sering juga disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya.

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yang merumuskan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail. Subyek yang diselidiki terdiri dari satu unit atau satu kesatuan unit yang dipandang sebagai kasus. Karena sifat yang mendalam dan mendetail itu, studi kasus umumnya menghasilkan gambaran yang longitudinal, yakni hasil pengumpulan dan analisa data kasus dalam satu jangka waktu. Kasus dapat terbatas pada satu orang, satu lembaga, satu keluarga, satu peristiwa atau satu kelompok manusia, yang dipandang sebagai satu kesatuan dalam hal itu, segala aspek kasus tersebut mendapat perhatian sepenuhnya dari peneliti.

3.2. Tehnik Penentuan Informan

(9)

penyanyi dangdut yang telah mengalami pelecehan seksual baik yang bersifat verbal maupun non verbal. Sehingga sampel yang telah ditentukan ini dilakukan agar peneliti dalam melakukan penelitian tidak terjadi keracuan dalam memperoleh data.

Dalam pengambilan sampel purposive sampling tidak ada kriteria baku mengenai berapa jumlah responden yang harus diwawancarai. Sebagai aturan umum, peneliti berhenti melakukan wawancara sampai data menjadi jenuh. Artinya, peneliti menemukan aspek baru dalam fenomena yang diteliti. Dengan kata lain, sebagaimana ditegaskan et al. Peneliti berhenti mewancarai, hingga mereka bertindak dan berpikit sebagai anggota-anggota kelompok yang sedang diteliti. (Mulyana, 2013)

3.3. Tehnik pengambilan Data.

Sugiyono (2014) Tehnik dalam pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut :

3.3.1 Observasi

Observasi adalah sebuah aktivitas yang dilakukan individu atau kelompok terhadap suatu obyek yang diteliti guna untuk mengetahui dan memahami obyek tersebut yang mana sudah diketahui sebelumnya untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan penelitian.

Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis observasi terus terang atau tersamar, dimana peneliti dalam melakukan pengupulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan penelitian. Jadi informan mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalm observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.

3.2.2 Wawancara

(10)

untuk memperkuat penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancara tidak terstruktur (unstructured interview), dimana wawancara yang peneliti lakukan bersifat bebas dan tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Dalam wawancara tidak tersruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang akan diceritakan oleh informan. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari informan tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan.

4.3. Tehnik Analisis Data.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tehnik analisis data Triangualasi. Menurut Sugiyono (2014), tehnik analisis triangulasi diartikan sebagai tehnik analisis data yang bersifat menggabungkan dari berbagai tehnik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Selain itu triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diarikan juga sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Menurut Sugiyono ada tiga macam triangulasi.

- Triangulasi Sumber, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

- Triangulasi Tehnik, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan tehnik yang berbeda. - Triangulasi Waktu, waktu juga mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

(11)

pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau tehnik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilakan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.

Sedangkan menurut Norman K. Denkin dalam Moleong (2008), mengungkapkan bahwa ada empat konsep atau tipe dasar triangulasi, antara lain :

- Triangulasi Metode, dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda. Sebagamana dikenal, delam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, observasi dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Atau peneliti menggunakan wawancara dan observasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. melalui pers[ektif atau pandangan diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu, triangulasi dalam tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informasi penelitian diragukan kebenarannya. Dengan demikian, jika data itu sudah jelas, triangulasi tidak perlu dilakukan. Namun demikian, triangulasi aspek lainnya tetap dilakukan.

(12)

- Triangulasi sumber data, menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa mengunakan observasi partisipan, dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, cacatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Tentu masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.

(13)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penulis melakukan penelitian di daerah Jombaang. Jombang sendiri terletak diantara kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Nganjuk, dimana penduduk jombang sendiri tidak murni asli jombang, melainkan banyak juga yang hasil dari imigrasi. Selain itu kabupaten jombang sendiri masyarakatnya terdiri dari berbagai macam agama, diantaranya islam, kristen, katolik, dan tionghoa. Dimana mereka sattu sama lain berinterasksi seprtio layaknya masyarakat pada umumnya. Di jombang sendiri orang Tionghoa selalu identik dengan bekerja sebagao pedagang baik dari pedagang sektor kecil samapi besar. Salah satunya membuka usaha atau bisnis toko perhiasan emas. Dimana toko emas selau berada tidak jauh dari kawasan pasar tradisional. Disini penulis melihat dalam dua tempat yaitu pasar cukir dan pasar legi di daerah jombang. Disana terlihat banyak sekali pengusaha toko perhiasan emas yang hampir mayoritas pemiliknya adalah orang dari eynis Tionghoa.

4.2. Sejarah Pendirian Bisnis Toko Emas.

(14)

Etnis Tionghoa yang membuka usaha sebagai pengusaha perhiasan toko emas di daerah Pasar tradisional Di Desa Cukir Kecamatan Diwek akabupaten jombang. Dalam sejarahnya memang usaha ini didirikan karena kebutuhan masayakat akan perlunya bentuk kebutuhan primer dalam masyakarat sehingga menjadi suatu peluang bagi penguasaha khususnya bapak hariyono untuk membuka usaha. Toko emas Perhiasan “Kencana Putera” didaerah pasar Legi Jombang. Adapun Bisnis ini didrikan sejak tahun 2010 oleh Bapak Ivan yang kebetulan juga pengusaha keturunan Tionghoa. Dimana beliau dalam mendirikan usahanya di bantu oleh orang tuanyanya yaitu ayahnya yang memang kebetulan juga penguasaha toko emas “Gincang” yang letaknya tidak jaug dari Toko “Kecana Putera” ini. selain itu ada faktor kekeluargaan dimana hampir semua keluarganya juga berprofesi sebagai pengusaha. Selama ini usahanya memang masih dibawah pengarih dari orang tuanya tapi tidak membuat beliau terus untuk mengembagkan bisnisnya tersebut.

4.3. Peran Modal Sosial dalam Mengembangkan Bisnis Toko Emas.

Etnis Tionghoa atau etnis Cina yang berada di Indonesia memang merupakan suku bangsa perantau yang telah beraabad-abad lamanya yang telah berinteraksi dengan suku bangsa lain. Etnis Tionghoa bahkan telah hidup membaur baik dalam mennjalankan aktivitas yang berhubungan dengan kebudayaan. Masyarakat Tionghoa selalu diidentifikasikan sebgai pedagang atau wirausahawan. Orang Tionghoa yang berada di Indonesia, sebenarnya tidak merupakan satu kelompak yang berasal dari satu daerah di negara Cina, tetapi terdiri dari beberapa suku bangsa yang berasal dari dua provinsi yaitu Fukien dan Kwangtung, yang sangat terpencar daerah-daerahnya. Setipa imigran Cina ke Indonesia membawa kebudayaan suku bangsanya sendiri-sendiri bersama dengan perbedaan bahasanya yaitu, Hokkien, Teo-Chiu, dan Hakka.(Vasanty dalam Yulianti, )

(15)

kecil sampai sektot besar. Selain itu dilihat dari tingkat keuletan dan tidak gampang mnyerah menjadio salah satu faktor yang selalu diutamkan dalam menjalankan suatu bisnis. Hal ini juga ada pengaruh yang sangat besar dari pihak keluarga yang memang selalu memberikan pelajaran cara berwirausaha sebagai mana yang di jelasakna oleh informan pertama kita pak Hariyono sebagai berikut.

“ee ada sih, di surabaya, adik saya. Di bangkalan ada. Toko ini, toko bangunan.”

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bukan hanya pak hariyono saja yang menjadi pengusaha tapi adiknya juga mebuka usaha, tetapi tidak sebagai peengusaha perhiasan emas melainkan toko usaha bangunan yang ada di daerah bangkan madura. hal ini juga disampikan oleh pak ivan sebagai informan kedua penulis sebagai berikut.

“ya modalnya ya dari bapak. Iya kan ini dibukakan sama bapak,”

Hal tersebut juga menjelaskan bahwa dalam usaha yang dilakukan oleh orang Tionghoa tidak jauh-jauh dari pengaruh keluarganya. hal tersebut juga di tambahi dengan pernyataan sebagai berikut.

“kalau masalah kerjasama ya atau jaringan toko lain masih dalam cabang mbak, kan bapak punya tiga cabang toko gincang bapak, kencana putera saya, dan toko kencanan wungu.”

Dari penjelasan kedua indforman tersebut hampir modalnya dari faktor kultur dan bantuan dari bank. Hal ini menjadi suatu labeling bahwa oraang Tionghoa itu sebagai seorang pedagang.

(16)

Dari penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa sumber daya aktual dan potensi yang dimiliki oleh penguasaha emas tionghoa yaitu sumber daya dari keturunan atau orang tuanya yang sudah dijelaskan dalam kutipanm wawncara diatas oleh kedua informan. Selain itu adanya jaringan yang dimiliki oleh pengusaha dengan pihak-pihan yang berkaitan dengn bisnisnya tersebut dan adanya hubungan timbal balik yang diperoleh. Seperti dalam kutipan informan perytama sebagai berikut.

“dari pabrik, dari pabrik sales, bukan kita yang ke pabrik. Kalau kita yang ke pabrik, jarang, jarang banget . biasanya he.em sales. Kita biasanya salaes. Jarang kalau kita ke pabrik, itu jarang ada. Biasanya lewat konter..” Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa jaringan yang dilakukan oleh pengusaha emas dilakukan dengan pabrik dan pabrik melakuakn perantara melalui sales yang akan mengantarkan ke toko-toko. Hal ini akan menjadi suatu jaraingan yang begubungan, dimana didalamnya ada hubungna timaban balik yang dilakukan antara pengusaha toko emas dengan sales. Dimana pengusaha toko emas memperoleh barang yang diperlukan dan sales memperoleh sejumlah uang yang dihasilkan dari oenjualan ke pengusaha toko emas. Hal ini akan terjadi selama hubungan ini terus belangsung.

Analisis jaringan juga mengatakan bahwasanya individu dapat memanipulasi jaringan untuk mencapai tujuan tertentu. Individu mencari dan membuat jaringan dengan individu lain adalah untuk mencapai tujuan tertentu. Jaringan ini digunakan sebagai saluran untuk mendapatkan sesuatu entah itu berupa barang ataupun jasa dari individu lain. Tidak hanya individu yang dapat memanipulasi jaringan yang dia miliki, namun juga jaringan dapat berdampak atau memanipulasi perilaku seseorang yang ada dalam suatu komunitas (Granovetter dalam Wibowo, 2012).

(17)

“oh kita gak gitu gita pakek holdsaler, kita itu ini pabrik satu, pabrik dua, nah, terus ada holdsaler. Holdsaler, holdsaler ini, holdsaler ke ke toko-toko. Jadi ngambilnya itu gak pariknya satu.”

Dari informan keedua juga dijelaskan bahwa jaringan yang dibangun juga terdapat pada sales atau biasanya yang disebut Hold Sales dimana keduanya juga memiliki hubungan timbal balik dimana afdda tujuan tertentu untuk melakukan jringan tersebut. pengusaha yang meebeutuhkan barang berupa emas ddan holdsales sebagai pengantar atau penjual mendapat uang sebagai imbalanya jadi keduanya sama-sama diuntungkan. Selain itu ada sstem kepercayan yang dibangun baik adari pihak holdsaler dan pelanggan. Diamana pelanggan akan dikasi sebuah potongan harga dan itu sebagai reward atas kepercayaan pelanghan klarena telah mempercayai toko emas ini sebagai pilihannya. Hal ini juga dijelaskan oleh informaan kedua kita sebagai berikut.

“ya sistem pelayananya ramah, gaak cemberut atau metotok ae, terus potongan kan misalkan untunga 3 %, terus gara-gara pelanggaan dipotong sak persen-persen talah gak popo. Terus waktu ramah after sales.”

Norma, sebagai sumber daya terakhir, dipahami sebagai aturan main bersama yang menuntun perilaku seseorang. Norma memberikan kita suatu cara dimana kita mengorientasikan diri kita terhadap orang lain. Norma menuntun kita dala,m melakukan definisi situasi.(Damsar,2009)

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dari temuan penulis yang didapatkan yaitu adnya norma atau norma yang semi terikat. Diman dalm penjualan emas pengusaha mengelurkan buklti penjualan dan pada waktu pelaanggan ingin menjual emas tersebut, maka pelanggan harus balik ke toko emas tersebut dengan membawa bukti surat penjualan tersebut. hal ini juga disampikan dalam kutipan sebagai berikut.

(18)
(19)

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Etnis Tionghoa atau etnis Cina yang berada di Indonesia memang merupakan suku bangsa perantau yang telah beraabad-abad lamanya yang telah berinteraksi drngansuku bangsa lain. Etnis Tionghoa bahkan telah hidup membaur baik dalam mennjalankan aktivitas yang berhubungan dengan kebudayaan. Masyarakat Tionghoa selalu diidentifikasikan sebgai pedagang atau wirausahawan. Orang Tionghoa yang berada di Indonesia, sebenarnya tidak merupakan satu kelompak yang berasal dari satu daerah di negara Cina, tetapi terdiri dari beberapa suku bangsa yang berasal dari dua provinsi yaitu Fukien dan Kwangtung, yang sangat terpencar daerah-daerahnya. Setipa imigran Cina ke Indonesia membawa kebudayaan suku bangsanya sendiri-sendiri bersama dengan perbedaan bahasanya yaitu, Hokkien, Teo-Chiu, dan Hakka.(Vasanty dalam Yulianti, )

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Moleong J. Lexy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Nasir. 2008. Budaya Organisasi Perusahaan Tionghoa.

Pramatiya, Ichsan. 2013.Modal Sosial pedagang Kaki Lima di Jaklan Gambir. Studi kasus PKL Sayur-sayuran. Program STUDI Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Alfabeta : Bandung.

Suryana, Leo.2002. Negara dan Etnis Tiongho. Jakarta : Pustaka Belajar..

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab terdahulu, baik hasil wawancara, hasil observasi, maupun hasil angket tentang kinerja guru PKn SMP

Lain halnya yang tejadi pada masyarakat Desa Saroha Kanagarian Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman , walaupun perkembangan teknologi tentang

Rata-rata penulis menemukan penelitian yang telah dilakukan memperoleh hasil yang sigifikan menyangkut masalah kualitas informasi laporan keuangan dalam mempengaruhi

Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas kimia minyak buah merah yang dihasilkan dengan metode ekstraksi kering secara nyata (P<0,05) lebih baik dibandingkan

Simpulan dari penelitian ini adalah kesembilan blok BMC ( Value Propositions, Customer Segments, Customer Relationship, Channel, Key Resources, Key Activities, Key Partnership,

Setiap awal pelajaran, guru mewajibkan siswa untuk membaca terlebih dahulu tentang materi yang akan diajarkan pada saat itu. Kegiatan tersebut diwajibkan oleh guru agar siswa

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: “untuk mengetahui pengaruh Saluran distribusi terhadap tingkat pendapatan pada pengusaha kripik pisang di