• Tidak ada hasil yang ditemukan

ACARA I (1) ACARA I (1) ACARA I (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan " ACARA I (1) ACARA I (1) ACARA I (1)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ACARA I

PENGOLAHAN ANEKA TEPUNG BERBAHAN BAKU KOMODITAS LOKAL

A. Pendahuluan 1. Latar Belakang

Bahan pangan lokal tersebut bisa diman faatkan sebagai pengganti tepung terigu. Komoditas pangan sumber karbohidrat di negeri inisangat beragam, baik yang tergolong serealia seperti jagung, sorgum, serta aneka umbi seperti ubi kayu , ubi jalar, talas, gadung, iles-iles, kentang. Tepung dibuat dari jenis padi-padian dan umbi-umbian yang melalui proses beberapa tahap sampai menjadi tepung kering. Tepung bila dilihat dibawah mikroskop akan terlihat zat tepung yang terdiri atas butir-butir granula. Tiap tepung mempunyai bentuk granula yang berbeda. Tepung tidak larut dalam air sehingga tepung akan mengendap didalam air dan bila dipanaskan sambil diaduk-aduk akan mengembang dan mengental. Proses ini disebut gelantinisasi

(2)

.

2. Tujuan

Tujuan praktikum Acara 1 Pengolahan Aneka Tepung Berbahan Baku Komoditas Lokal adalah :

1. Mahasiswa mampu memahami dan melakukan pembuatan tepung dengan berbagai komoditi.

2. Mahasiswa dapat mengetahui proses ekstraksi pati pada singkong, ubi ungu, beras, dan jagung.

3. Mahasiswa dapat menghitung besarnya randemen pada pembuatan tepung dan pengekstrakan pati untuk beberapa komoditi.

B. Tinjauan Pustaka

Tepung dibuat dari jenis padi-padian dan umbi-umbian yang melalui proses beberapa tahap sampai menjadi tepung kering. Tepung bila dilihat dibawah mikroskop akan terlihat zat tepung yang terdiri atas butir-butir granula. Tiap tepung mempunyai bentuk granula yang berbeda. Tepung tidak larut dalam air sehingga tepung akan mengendap didalam air dan bila dipanaskan sambil diaduk-aduk akan mengembang dan mengental. Proses ini disebut gelantinisasi (Tarwotjo, 2009).

(3)

Pada proses pembuatan tepung tapioka dapat dicapai randemen 25%, artinya setiap 100 kg singkong dapat dihasilkan tepung tapioka sebanyak 25 kg. Beberapa hal yang mempengaruhi pencapaian randemen tersebut adalah umur singkong kurang dari 9 bulan; mesin/alat parut kurang baik sehingga hasil parutan kurang halus; proses pemerasan kurang sempurna sehingga tidak seluruh bagian tepung terekstrasi; dalam proses pemisahan tepung tapioka dengan airnya, banyak tepung yang terbuang; kualitas bahan baku singkong kurang baik atau banyak bagian yang rusak dan terbuang dan terlalu lama menunggu waktu pemarutan sehingga singkong yang sudah dikupas menadi rusak dan berwarna kecoklatan dengan noda hijau, biru, dan hitam yang dapat menyebabkan warna tepung tapioka tidak putih. Daya simpan produk tepung tapioka dipengaruhi kadar air produk dan pengemasan. Pada umumnya, tepung tapioka hanya dikemas dalam karung goni berlubang-lubang kecil yang dapat ditembus dengan mudah oleh mikroba, air, debu, dan kotoran, serta mudah terpengaruh oleh kelembapan udara sekitarnya (Suprapti, 2005).

(4)

Jagung juga berperan penting dalam perkembangan industri pangan. Hal ini ditunjang dengan teknik budi daya yang cukup mudah dan berbagai varietas unggul. Kandungan nutrisi jagung tidak kalah dengan terigu, bahkan jagung memiliki keunggulan karena mengandung pangan fungsional seperti serat pangan. Hal ini menunjukkan konsumen sudah menerima bahan pangan berbasis jagung sehingga membuka peluang pemanfaatan tepung jagung sebagai bahan dasar dalam pembuatan kue kering. Pengembangan kue kering berbasis tepung jagung dapat mengurangi penggunaan terigu yang harganya makin mahal. Kelebihan tepung jagung sebagai bahan pangan adalah kandungan serat pangannya lebih tinggi dibandingkan dengan terigu. Serat pangan ada yang larut dan tidak larut dalam air. Serat pangan yang larut dalam air terutama berperan dalam memperlambat kecepatan pencernaan bahan pangan dalam usus, memberikan rasa kenyang lebih lama, serta memperlambat kemunculan glukosa darah sehingga insulin yang dibutuhkan untuk mentransfer glukosa ke dalam sel-sel tubuh dan diubah menjadi energi makin sedikit (Suarni, 2009).

(5)

adalah proses modifikasi pati secara fisik menggunakan metode pemanasan pada suhu di atas kisaran suhu gelatinisasi pati (Hidayat, 2009).

Komponen utama tepung beras adalah kandungan nutrisi yang terdiri dari vitamin, protein, lemak, mineral, abu, dan pati. Kelemahan penggunaan 100 % tepung beras akan menghasilkan dodol yang teksturnya keras, karena gelatinisasi pati yang tersusun oleh amilopektin menghasilkan viskositas gel yang tinggi, akibatnya produk pangan menjadi keras. Tepung tapioka dibuat dari hasil penggilingan ubi yang dibuang ampasnya. Ubi tergolong polisakarida yang mengandung pati dengan kandungan amilopektin yang tinggi tetapi lebih rendah daripada ketan yaitu amilopektin 83 % dan amilosa 17 %, sedangkan buah-buahan termasuk polisakarida yang mengandung selulosa dan pektin ( Lestari, 2012).

Tepung tapioka (kanji) dibuat secara langsung dari singkong segar. pada proses pembuatan tepung tapioka, tersisa limbah yang masih dapat dimanfaatkan yaitu ampas singkong hasil ekstraksi meskipun hanya sedikit, ampas tersebut dapat diproses menjadi tepung singkong/kasava. Tepung tapioka adalah pati dari umbi singkong yang dikeringkan dan dihaluskan. Tepung tapioka merupakan produk awetan singkong yang memiliki peluang pasar yang sangat luas. Singkong yang telah diolah menjadi tepung tapioka dapat bertahan selama 1-2 tahun dalam penyimpanan (apabila dikemas baik). Tepung tapioka yang dibuat dari singkong berwarna putih ataupun kuning akan menghasilkan tepung berwarna putih lembut dan licin (Suprapti, 2010).

(6)

dikeringkan dengan sinar matahari atau pengering buatan. (6) Bahan yang kering, siap untuk ditepungkan (dengan ayakan 70-80 mesh) (Suryana, 2013).

Metode pembasahan sederhana melibatkan menyeluruh pencampuran tepung singkong dengan air, berdiri campuran dalam wadah terbuka selama sekitar 5 jam dan kemudian menggunakan tepung basah untuk memasak. Asalkan tepung ini memiliki sejenis linamarase konten ke sampel tepung Mozambik, maka konten linamarin akan dikurangi menjadi kurang dari sepertiga dari nilai sebelumnya setelah 5 jam pencampuran dengan air. Metode pembasahan sederhana akan memiliki efek mengurangi nilai rata-rata total sianida dalam tepung di Mozambik pada tahun normal dari nilai saat ini dari 40-46 ppm sampai 12-14 ppm bila dikonsumsi (Bradburry, 2005).

Tepung jagung atau maizena merupakan butiran-butiran halus yang berasal dari endosperma biji jagung yang telah mengering dan dihancurkan. Tepung jagung adalah bahan makanan yang biasa digunakan untuk bahan pengental sup atau saus serta dapat digunakan juga untuk membuat sirup jagung dan pemanis lainnya. Pemanfaatan dalam tepung jagung adalah sebagai bahan pengental makanan berkuah atau bercair. Pengolahan jagung dalam bentuk tepung sangatlah baik daripada produk-produk setengah jadi yang lainnya, karena tepung jagung lebih tahan lama saat penyimpanan, mudah dicampur, diperkaya dengan zat gizi fortifikasi dan lebih praktis saat digunakan dalam proses pengolahan lanjutan. Tanaman jagung yang sering diolah menjadi tepung adalah jagung kuning ataupun jagung putih (Lopez, 2004).

(7)

mempertahankan warna, cita rasa dan vitamin A.Perendaman dalam natrium metabisulfit mengakibatkan sel-sel jaringan pada bahan menjadi berlubang sehingga mempercepat proses pengeringan, proses pengeringan yang cepat tersebut menyebabkan air dalam bahan cepat teruapkan (Prabasini, 2013).

Tepung termodifikasi adalah olahan-olahan umbi-umbian yang dilakukan dengan memfermentasikan umbi dengan enzim amilase. Keuntungan tepung termodifikasi ini adalah daya cerna tinggi, serat larut (soluble fiber) lebih tinggi, senyawa oligosakarida lebih rendah, tidak mengandung gluten dan karakteristiknya yang menyerupai tepung terigu sehingga bisa digunakan untuk mensubstitusi tepung terigu dalam produk makanan. Bagi penderita autis yang harus menghindari penggunaan terigu, cukup baik memanfaatkan tepung termodifikasi ini karena tepung tersebut tidak mengandung gluten. Pengembangan teknologi pengolahan tepung ubi kayu secara fermentasi, dalam bentuk tepung mocaf/mocal (modified cassava flour). Tepung mocal diproses menggunakan prinsip memodifikasi sel singkong secara fermentasi menggunakan bakteri asam laktat. Perbaikan karakteristik tepung terjadi akibat adanya proses liberasi pati dan hidrolisis pati (Tamam, 2010).

Pada pembuatan tepung termodifikasi dilakukan perendaman dengan larutan NaOH berfungsi mengikat kadar air dalam bahan, menimbulkan suasana alkali pada perendaman beras sehingga bersifat higroskopis karena terjadinya dispersi protein beras menjadi besar sehingga akan melonggarkan ikatan antara pati dan protein yang menyebabkan meningkatkan kapasitas mengikakat atau menyerap air. Sedangkan pada pada pembuatan tepung jagung dilakukan perendaman menggunakan larutan NaOH 3% dapat meningkatkan suhu, mengikat air dalam bahan dan waktu gelatinisasi maksimum (Robert, 1992).

(8)

tepung terigu sehingga dapat mengurangi ketergantungan akan tepung terigu yang cukup tinggi. Selain itu dapat memperluas penggunaanya menjadi berbagai bentuk olahan Ubi ungu banyak mengandung berbagai zat yang berguna bagi kesehatan. Tepung ubi jalar relatif tahan lama disimpan yaitu sampai 2 bulan tanpa menimbulkan bau, perubahan warna, serangan jamur, dan serangga. Tepung ubi jalar ini sangat potensial sebagai bahan baku produk-produk pangan berbasis tepung dan mampu bersaing dari segi kualitas produk-produk yang dihasilkan (Iriyanti, 2012).

C. Metodologi Percobaan 1. Alat

a. Ayakan b. Baskom c. Blender d. Cabinet dryer e. Kain saring f. Pemarut g. Pengepres h. Pisau i. Plastik

j. Timbangan analitik 2. Bahan

a. Aquades b. Beras c. Beras ketan d. Etanol 95% e. Jagung

(9)

Penimbangan 1000 gram ubi

Pengupasan kulit ubi ungu dan di cuci bersih

Pemotongan tpis

Penataan diatas tray

Pengeringan dalam kabinet drayer dengan suhu 600Cselama

Penggilingan hingga halus 2. Cara Kerja

a. Pengolahan tepung ubi ungu

(10)

Pencucian singkong dari lendir sampai bersih

Pengupasan dan pemotongan singkong

Perendaman dalam larutan Na2S2O5 1000 ppm selama 10 menit

Pemarutan singkong

Penambahan air hasil pemarutan, disaring kain saring

Pengendapan campuran pati dan air yang diperoleh

Penampungan endapan pati dalam loyang alumunium

Pengeringan dalam cabinet dryer suhu 60oC selama 8 jam

Endapan pati diblender, diayak dengan ayakan 80 mesh b. Pengolahan pati singkong

(11)

b. Pembuatan tepung beras/beras ketan

Pencucian 1000 gram beras/beras ketan

Perendaman dalam air diberi larutan NaOH 10ml

Pembersihan air setelah 24 jam dan perendaman kembali

Penggilingan beras yang lunak

Penyaringan tepung kasar diberi air dengan kain saring

Pengendapan tepung halus dalam air

Pembuangan airnya, terbentuk gumpalan tepung basah

Dikeringkan gumpalan tepung basah

(12)

Pencucian 1000 gram jagung

Penggilingan sambil ditambahkan air

Penampungan biji yang halus dalam panci

Penyaringan tepung jagung yang terdapat dalam air

Pembuangan air yang mengendap pada tepung halus mengendap

Penambahan air, dan larutan NaOH 3% pada tepung basah

Pemberian air lebih banyak pada campuran itu dan dialirkan ke baskom

Pemisahan tepung yang bersih dan dibersihkan air

Penyaringan dengan kain saring c. Pembuatan tepung jagung

Pengendapan tepung hasil saringan dan dibuang airnya

Pengeringan tepung suhu 37oC kemudian 60oC

(13)
(14)

D. Hasil dan Pembahasan

Tabel 1.1 Hasil Rendemen Tepung Umbi- umbian

No Jenis

Tepung kel awal (gr)Berat akhir (gr)Berat Rendemen(%) rendemenRata-rata

1. Ubi ungu 1 500 212,7 42,54 25,53

4 1000 268,6 26,86

3. Beras 2 1000 392,7 39,27 114,616

3 1000 4100 410

5 1000 382,7 38,27

10 1000 442,7 44,27

9 1000 482,7 48,27

4 Jagung 1 1000 632,7 63,27 56,108

4 1000 392,7 39,27

6 1000 560 56

8 1000 700 70

10 1000 520 52

Sumber : Laporan sementara

(15)

Menurut Hidayat dkk (2009), pengembangan teknologi pengolahan tepung ubi kayu secara fermentasi antara lain, dalam bentuk tepung mocaf/mocal (modified cassava flour). Tepung mocal diproses menggunakan prinsip memodifikasi sel singkong secara fermentasi menggunakan bakteri asam laktat (bal). Perbaikan karakteristik tepung terjadi akibat adanya proses liberasi pati dan hidrolisis pati. Tepung mocal yang dihasilkan dapat digunakan untuk membuat aneka produk pangan, antara lain kue lapis maupun produk bihun. Pati merupakan komponen terbesar pada tepung ubi kayu sehingga upaya perbaikan karakteristik tepung dapat dilakukan melalui perbaikan karakteristik patinya.

(16)

secara kimiawi mungkin dapat dilakukan untuk mendapat sifat tepung kasava yang lebih putih, dan dapat disubstitusikan pada produk bakeri yang dikehendaki pengembangan besar.

(17)

pemanasan pada suhu tertentu (blanching) dapat menjadi alternatif perlakuan dalam upaya mengurangi penurunan gizi. Proses ini bertujuan untuk mempertahankan warna, cita rasa dan vitamin A. Perendaman dalam larutan natrium metabisulfit (Na2S2O5) dapat mencegah reaksi pencoklatan non enzimatis karena gugus sulfit pada natrium metabisulfit berikatan dengan gugus karbonil pada gula tepung singkong yang mencegah pembentukan senyawa melanoidin penyebab warna coklat sehingga warna yang lebih baik meliputi kecerahan dan tingkat kekuningann lebih tinggi.

Pada pembuatan tepung termodifikasi dilakukan perendaman dengan larutan NaOH berfungsi mengikat kadar air dalam bahan, menimbulkan suasana alkali pada perendaman beras sehingga bersifat higroskopis karena terjadinya dispersi protein beras menjadi besar sehingga akan melonggarkan ikatan antara pati dan protein yang menyebabkan meningkatkan kapasitas mengikakat atau menyerap air. Sedangkan pada pada pembuatan tepung jagung dilakukan perendaman menggunakan larutan NaOH 3% dapat meningkatkan suhu, mengikat air dalam bahan dan waktu gelatinisasi maksimum (Robert, 1992).

Menurut Liu et al (2009) dalam Wulandari dkk (2013), rendemen adalah persentase bahan baku utama yang menjadi produk akhir. Persentase rendemen gelatin dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

rendemen( )=berat akhir berat awal ×100

Rendemen dihitung berdasarkan perbandingan antara berat akhir tepung tapioka yang dihasilkan dengan berat awal dari singkong. Perhitungan rendemen dilakukan untuk mengetahui persentase tepung pati singkong yang dihasilkan, semakin besar persentase rendemen yang diperoleh maka menunjukkan semakin efektif dan efisien perlakuan yang digunakan.

(18)

41,47% tidak sesuai dengan teori yang ada. kemudian pada kelompok 2 dan 3 bahan yang digunakan singkong randemen yang dihasilkan 7,77% dan 7,8598% dan rata-rata rendemen sebesar 7,815%. menurut Suprapti (2005) proses pembuatan tepung tapioka dapat dicapai randemen 25%, artinya setiap 100 kg singkong dapat dihasilkan tepung tapioka sebanyak 25 kg hasil praktikum menggunakan 1000 gram hasil yang didapatkan pada praktikum sudah sesuai dengan teori. Pada kelompok 5 dan 6 bahan yang digunakan beras randemen yang dihasilkan 39,27% dan 12,4% menurut Lumba (2012) randemen tepung beras sebesar 53,52% tidak sesuai dengan teori yang ada. Pada kelompok 7 dan 8 bahan yang digunakan jagung randemen yang dihasilkan 632,7% dan 392,7 dan rata-rata rendemen sebesar 51,27 menurut Merdianti (2008) randemen tepung jagung sebesar 24,80% sehingga dapat diketahui hasil praktikum randemen tepung jagung tidak sesuai dengan teori, karna rendemen yang didapatkan melebihi rendemen pada teori. Menurut Suprapti (2005), beberapa hal yang mempengaruhi pencapaian randemen tersebut adalah mesin/alat parut kurang baik sehingga hasil parutan kurang halus; proses pemerasan kurang sempurna sehingga tidak seluruh bagian tepung terekstrasi; dalam proses pemisahan tepung dengan airnya, banyak tepung yang terbuang; kualitas bahan baku kurang baik atau banyak bagian yang rusak dan terbuang dan terlalu lama menunggu waktu pemarutan.

Menurut Iriyanti (2012), ubi ungu mempunyai potensi sebagai bahan baku tepung mengingat kandungan karbohidratnya yang cukup tinggi. Tepung umbi-umbian dapat digunakan sebagai bahan baku, baik dalam bentuk tepung dan tepung campuran.. Selain itu dapat memperluas penggunaanya menjadi berbagai bentuk olahan Ubi ungu banyak mengandung berbagai zat yang berguna bagi kesehatan, dan sekarang ini tepung ubi jalar ungu juga bisa di dapat dari produsen. Disamping itu, dalam kehidupan sehari-hari masyarakat kurang memanfaatkan tepung ubi ungu menjadi produk yang bernilai ekonomis. Tepung ubi ungu dapat dimanfaatkan sebagai subtitutor tepung terigu dalam pengolahan produk bakery.

(19)

Kesimpulan Dari Acara I Pengolahan Aneka Tepung Berbahan Baku Komoditas Lokal adalah

1. Tepung termodifikasi adalah olahan-olahan umbi-umbian yang dilakukan dengan memfermentasikan umbi dengan enzim amilase.

2. Larutan Na2S2O5 (Natrium metasulfat) agar memiliki warna yang baik, karena sulfat dapat menghambat reaksi pencoklatan yang dikatalis enzim fenolase dan dapet memblokir reaksi pembentukan senyawa hidroksil metal furfural dari D-glukosa yang menyebabkan warna coklat.

3. Pada pembuatan tepung beras dilakukan perendaman dengan larutan NaOH berfungsi mengikat kadar air dalam bahan, menimbulkan suasana alkali pada perendaman beras sehingga bersifat higroskopis karena terjadinya dispersi protein beras menjadi besar sehingga akan melonggarkan ikatan antara pati dan protein yang menyebabkan meningkatkan kapasitas mengikakat atau menyerap air

4. Endapan supernatan yang terbentuk terjadi dari hasil sentrifugasi yang memiliki bobot jenis yang lebih rendah.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Barbajide, J. M. dan Olowe, S. 2012. Chemical, functional and sensory properties of water yam – cassava flour and its paste International Food Research Journal 20(2): 903-909 (2013) Department of Food Science and Technology, Federal University of Agriculture, P.M.B. 2240, Abeokuta, Nigeria

Bradburry. 2005. Simple wetting method to reduce cyanogen content of cassava flour Journal of Food Composition and Analysis 19 (2006) 388–393 School of Botany and Zoology, Australian National University, Canberra, ACT 0200, Australia.

Damardjati, D.S, Widowati, A. dan Dimyati, A. (1990). Present status of cassava processing and utilizaton in Indonesia. Paper presented at the third Asian Regional Workshop on Cassava Research, Malang, Indonesia, 21-28 October.

Haryadi, 2011. Teknologi Modifikasi Tepung Kasava. Agritech, Vol. 31, No. 2, Mei 2011.

Herudiyanto, Marleen., Debby M. Sumanti dan Ria Nurul Ahadlyah. 2007. Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam Larutan Natrium Metabisulfit (Na2S2O5) terhadap Karakteristik Tepung Bawang Merah (Allium ascalonicum L) Varietas Sumenep. Jurnal Teknotan Vol. 1 No. 1 Januari 2007.

Hidayat, B, WidodoY R, Wirawati CU. 2006. Pengaruh Jenis Ubi Kayu terhadap Karakteristik Tepung Ubi Kayu (Cassava flour) yang Dihasilkan. Laporan Penelitian Hibah Kompetisi Pemda Propinsi Lampung Tahun Anggaran 2006. Politeknik Negeri Lampung.

Hidayat, Beni., Nurbani Kalsum dan Surfiana. 2009. Karakteristk Tepung Ubi Kayu Modifikas yang Diproses Menggunakan Metode Pragelatnsas Parsial. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 14, Nomor 2, September 2009.

Hidayat, dkk. 2009. Karakterisasi Tepung Ubi Kayu Modifikasi Yang Diproses Menggunakan Metode Pragelatinisasi Parsial Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 14, No 2 Lampung.

(21)

Koswara, Sutrsno. 2009. Teknolog Pengolahan Singkong (Teori dan Praktek). eBookPangan.

Lestari, dkk. 2012. Pengaruh Substitusi Tepung Tapioka Terhadap Tekstur Dan Nilai Organoleptik Dodol Susu (The Effect Of Substitution Tapioca Flour On Texture And Organoleptic Value Of Milk Sweet Pastry). Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang.

Liu, H.Y., J. Han dan S.D. Guo. 2009. Characteristics of the gelatin extracted from channel catfish (Ictalurus punctatus) head bones. Food Sci. Technol. 52:540-544.

Lopez, Ana Cristina Ballesteros. 2004. Flour Mixture of Rice Flour, Corn and Cassava Starch in the Production of Gluten-Free White Bread. Jurnal Brazilian Archives of Biology and Technology.

Prabasini, Hehmaning., Dwi Ishartani., Dimas Rahadian. 2013. Kajian Sifat Kmia dan Fisik Teoung Labu Kuning (Cucurbita moschata) dengan Perlakuan Blanching dan Perendaman dalam Natrium Metabisulfit (Na2S2O5). Jurnal

Teknosains Pangan Vol 2 No 2 April 2013. ISSN: 2302-0733. Robert, G. 1992. Chittin Chemistry. The Macmillan Press Ltd. London.

Slamet, Agus. 2010. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan pada Pembuatan Tepung Ganyong (Canna edulis) terhadap Sifat Fisik dan Amilografi Tepung yang Dihasilkan. Agrointek Vol 4, No. 2 Agustus 2010.

Suarni. 2009. Prospek Pemanfaatan Tepung Jagung Untuk Kue Kering (Cookies) Jurnal Penelitian Tanaman Serealia, SamRatulang.

Suprapti, Lies. 2005. Tepung Tapioka. Kanisius. Yogyakarta.

Suprapti, M. Lies. 2010. Tepung Tapioka Pembuatan dan Pemanfaatannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Suryana, Dayat. 2013. Membuat Tepung. Kanisius. Yogyakarta.

Tamam, Badrut., Ni Putu Agustini dan AA Nanak Antarini. 2010. Karakteristik Gizi dan Fisik Tepung Ubi Jalar dan Talas Termodifikasi dengan Fermentasi Enzim Amilase. Jurnal Skala Husada Volume 11, Nomor 1 April 2014 : 24-28.

Tarwotjo, C. 2009. Dasar-dasar Gizi Kuliner. Grasindo. Jakarta.

(22)

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI TEPUNG, MIE DAN PASTA ACARA 1

ANEKA TEPUNG BERBAHAN BAKU KOMODITAS LOKAL

Disusun Oleh :

Disusun oleh:

Kelompok 2

1. Ammar F (H3113010)

2. Ani Ulfa (H3113014)

3. Atin Jili P (H3113022)

4. Fakhrudin (H3113040)

5. Muh Afif Z (H3113065)

6. Moch. Lutfi (H3113062)

7. Rastri F (H3113077)

8. Septi S (H3113084)

9. Utfa Syahrifatul I (H3113092)

(23)

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

LAMPIRAN PERHITUNGAN

KELOMPOK 2 Pati Singkong

Dik: berat awal: 1 kg= 1000 gram

Berat akhir = 77,7 gr

Dit: Rendemen.. ?

Jawab : Rendemen pati singkong = berat ak h irberat awal x 100%

= 100077,7 x 100%

=7,77 %

Beras

Dik: berat awal: 1 kg= 1000 gram

Berat akhir = 392,7 gr

Dit: Rendemen.. ?

Jawab : Rendemen pati singkong = berat a k h ir

berat awal x 100%

= 392,7

1000 x 100%

(24)

Gambar

Tabel 1.1 Hasil Rendemen Tepung Umbi- umbian

Referensi

Dokumen terkait

Tes dilakukan secara online melalui link tes PMB yang terdapat di website https://poltekamangun.ac.id/ Siswa/ Pendaftar Daftar Online Melampirkan syarat pendaftaran

Kelompok arisan tersedia “melimpah”, selain itu juga dianggap sebagai asset sosial yang dapat dimobilisasi menjadi modal sosial yang mampu mendukung sistem kehidupan para

Hasil belajar tersebut seperti yang dikemukakan bahwa tercapainya hasil belajar seseorang disebabkan karena adanya faktor-faktor tertentu, yakni faktor dari dalam diri

8.2.4 Guru kelas perlu mengambil tindakan kepada murid yang tidak hadir ke sekolah 3 hari berturut-turut tanpa sebab dan makluman dari waris.. 8.2.5 Membudayakan ucapan salam

Sebab mutu sendiri memilik pengertian yang berbeda-beda, di antaranya mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan atau keinginan (Deming dalam Rubaman, Maman. Mei, 2008), Ace

Pemodelan penyelesaian permasalahan penjadwalan ujian Program Studi S1 Sistem Mayor-Minor IPB menggunakan ASP efektif dan efisien untuk data per fakultas dengan mata

kot ke pelaku pasar (Identifikasi Persoalan) Pembentukan lembaga khusus Penataan Terpadu Kawasan Arjuna sbd perwakilan stakeholder Persiapan Penilaian (Tahap Perencanaan)

Pada lagu terakhir penulis menggunakan modus phrygian yang mempunyai karakter warna suara yang gelap, karena ingin menggambarkan sebuah penderitaan yang