• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN RETA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN RETA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN RETARDASI MENTAL

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Keperawatan Anak

Dosen Pembimbing : M.Tarisia Rini, S.Kep,.Ners,M.Kes

Disusun oleh:

1.Deko Pirnando (30.01.1200) 2.Nyoman Lusiawati (30.0.12.0033) 3.Renalia Sari Nastiti (30.01.12.00)

4.Sariah Damayanti ( 30.01.12.00)

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN PERDHAKI CHARITAS PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji serta rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkah dan rahmat-Nyalah serta ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang “Asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental”. Dengan harapan makalah ini dapat membantu mahasiswa/i dalam mempelajari mata kuliah keperawatan Anak.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami dalam rangka pengembangan dasar ilmu keperawatan anak yang berkaitan dengan retardasi mental pada anak. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan keperawatan anak secara meluas. Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat menjadi konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna dan masih perlu perbaikan serta penyempurnaan, baik dari segi materi maupun pembahasan. Oleh sebab itu dengan lapang dada penulis akan menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini dimasa mendatang.

Demikianlah, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat ikut memberikan sumbangan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Palembang, Mei 2015

(3)

DAFTAR ISI 2.1 Konsep Dasar Medis... 4

2.1.1 Pengertian... 4

2.1.2 Etiologi... 5

2.1.3 Manisfestasi Klinik... 6

2.1.4 Patofisiologi... 6

2.1.5 Klasifikasi... 7

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang ... 10

2.1.7 Pencegahan... 11

2.1.8 Penatalaksanaan... 12

2.1.9 Komplikasi... 14

2.1.10.Perencanaan Pulang ... 15

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan... 15

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keterbelakangan mental ( Retardasi Mental, RM ) atau di sebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental.adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang dibawah rata – rata disertai dengan kekurangan kemampuannya untuk menyesuaikan diri (berprilaku adaptif), yang mulai timbul sebelum usia 18 tahun atau keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang. Pembatasan ini akan menyebabkan anak belajar dan berkembang dengan lambat daripada anak lain.

Anak dengan retardasi mental membutuhkan waktu lebih lama untuk berbicara, berjalan, dan menjaga kebutuhan personalnya seperti memakai baju dan makan. Mereka punya masalah belajar disekolah, mereka akan belajar tetapi itu akan makan waktu lebih lama dan ada beberapa hal yang mereka tidak bisa pelajari.Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0,3% dari seluruh populasi dan hampir 3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bias dimanfaatkan karena 0,1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya.(Swaiman KF, 1989).

(5)

sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun. Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil. Dari penjelasan tersebut, penulis tertarik untuk membuat makalah asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental.

1.2. Rumusan Masalah

1) Apa pengertian dari retardasi mental ? 2) Apa etiologi dari retardasi mental ?

3) Bagaimana manisfestasi klinik dan patofisologi dari retardasi mental pada anak?

4) Apa pemeriksaan penunjang yang dapat di lakukan pada anak dengan retardasi mental ?

5) Bagaimana penatalaksanaan dari anak dengan retardasi mental ? 6) Apa saja komplikasi yang terjadi pada anak dengan retardasi mental ? 7) Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental ? 1.3. Tujuan

1.3.1.Tujuan umum

(6)

1.3.2.Tujuan Khusus

1) Mengetahui landasan teori dari anak dengan retardasi mental (pengertian, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, prognosis, komplikasi, dan penatalaksanaan)

2) Mengetahui WOC pada anak dengan retardasi mental .

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.KONSEP DASAR MEDIS

2.1.1Pengertian

American Association on Mental Deficiency(AAMD)membuat definisi retardasi mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961) sebagai suatu penurunan fungsi intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi sosial. Ada 3 hal penting yang merupakan kata kunci dalam definisi ini yaitu penurunan fungsi intelektual, adaptasi sosial, dan masa perkembangan.

Retardasi mental ialah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai dengan adanya rendahnya ( impairment) keterampilan ( kecakapan, skill ) selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh terhadap intelegensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. ICG ( WHO, 1992 )

Menurut Crocker AC 1983, retadarsi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku, dan gejalanya timbul pada masa perkembangan.

Retardasi Mental adalah kelainan fungsi intelektual yang subnormal terjadi pada masa perkembangan dan berhubungan dengan satu atau lebih gangguan dari:

(8)

b. Proses belajar

c. Penyesuaian diri secara social

2.1.2 Etiologi

Kelainan ini dapat digolongkan menjadi : a. Penyebab Organik

1). Faktor prenatal :

a) Penyakit kromosom ( Trisomi 21 ( Sindrom Down) b) Kelainan genetik/herediter

c) Intoksikasi

d) Gangguan metabolisme sejak lahir ( Fenilketonuria ) 2). Faktor Perinatal :

a) Abrupsio plasenta b) Diabetes maternal c) Kelahiran premature

d) Kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intracranial 3). Faktor Pasca natal :

a) Cedera kepala b) Infeksi

c) Gangguan degeneratif

b. Penyebab non organik

a) Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis b) Sosial cultural

(9)

d) Penelantaran anak

c. Penyebab lain :

Keturunan,pengaruh lingkungan dan kelainan mental lain

Retardasi mental dapat juga disebabkan oleh gangguan psikiatris berat dengan deviasi psikososial atau lingkungan ( Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Jakarta )

2.1.3. Manisfestasi Klinik

a. Gangguan kognitif ( pola, proses pikir )

b. Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa c. Gagal melewati tahap perkembangan yang utama

d. Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih besar atau lebih kecil dari ukuran normal )

e. Kemungkinan lambatnya pertumbuhan

f. Kemungkinan tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah ) g. Kemungkinan ciri-ciri dismorfik

h. Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar

2.1.4 Patofisiologi

(10)

diri , kesehatan dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja. Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.

2.1.5 Klasifikasi

Berdasarkan The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders , WHO, Geneva tahun 1994 retardasi mental dibagi menjadi 4 golongan yaitu :

a. Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-69

Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dididik (educable). Anak mengalami gangguan berbahasa tetapi masih mampu menguasainya untuk keperluan bicara sehari-hari dan untuk wawancara klinik. Umumnya mereka juga mampu mengurus diri sendiri secara independen (makan, mencuci, memakai baju, mengontrol saluran cerna dan kandung kemih), meskipun tingkat perkembangannya sedikit lebih lambat dari ukuran normal. Kesulitan utama biasanya terlihat pada pekerjaan akademik sekolah, dan banyak yang bermasalah dalam membaca dan menulis. Dalam konteks sosiokultural yang memerlukan sedikit kemampuan akademik, mereka tidak ada masalah. Tetapi jika ternyata timbul masalah emosional dan sosial, akan terlihat bahwa mereka mengalami gangguan, misal tidak mampu menguasai masalah perkawinan atau mengasuh anak, atau kesulitan menyesuaikan diri dengan tradisi budaya.

a. Moderate retardation (retardasi mental sedang), IQ 35-49

(11)

ketrampilan motor juga mengalami keterlambatan, dan beberapa diantaranya mem- butuhkan pengawasan sepanjang hidupnya. Kemajuan di sekolah terbatas, sebagian masih ssbisa belajar dasar- dasar membaca, menulis dan berhitung.

b. Severe retardation (retardasi mental berat), IQ 20-34

Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan yang terkait. Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat ini biasanya mengalami kerusakan motor yang bermakna atau adanya defisit neurologis. Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan yang terkait. Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat ini biasanya mengalami kerusakan motor yang bermakna atau adanya defisit neurologis.

c. Profound retardation (retardasi mental sangat berat), IQ <20

(12)
(13)

69 keterampilan

(14)

g. Mikrosefali

5. Serum asam urat ( uric acid serum)

a. Gout

b. Sering mengamuk

6. Laktat dan piruvat darah

a. Asidosis metabolik

b. Kejang mioklonik

Beberapa uji tumbuh kembang:

 Uji intelegensi standar ( stanford binet, weschler, Bayley Scales of infant development )

 Uji perkembangan seperti DDST II

 Pengukuran fungsi adaftif ( Vineland adaftive behaviour scales, Woodcock-Johnson Scales of independent Behaviour, School edition of the adaptive behaviour scales ).

2.1.7 Pencegahan 1.Pencegahan primer

Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan keadaan-sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran (umpamanya perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang baik, kehamilan pada wanita adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak pada anak-anak).

2.Pencegahan sekunder

Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka dengan kraniotomi; pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak menolong). 3.Pencegahan tersier

(15)

dengan tujuan antara lain membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan Retardasi mental.

2.1.8 Penatalaksanaan 1.) Farmakologi

Anak Retardasi mental biasanya disertai dengan gejala hyperkinetik (selalu bergerak, konsentrasi kurangdan perhatian mudah dibelokkan). Obat-obat yang sering digunakan dalam bidang retardasi mental adalah terutama untuk menekan gejala-gejala hyperkinetik, misalnya :

a. Amphetamin dosis 0,2 - 0,4 mg/kg/hari

b. Imipramin dosis ± 1,5 mg/kg/hariEfek sampingan kedua obat diatas dapat menimbulkan convulsi

c. Valium, Nobrium, Haloperidol dsb. dapat juga menekan gejala hyperkinetik

Obat-obatan untuk konvulsi :

a. Dilantin dosis 5 - 7 mg/kg/hari (Dilantin dapat juga menurunkan gejala hyperkinetik, gejalagangguan emosi dan menaikkan fungsi berfikir). b. Phenobarbital dosis 5 mg/kg/hari (Phenobarbital dapat menaikkan gejala

hyperkinetik).

c. Cofein : baik untuk convulsi dan menurunkan gejala hyperkinetik Obat-obatan untuk menaikkan kemampuan belajar :

a. Pyrithioxine (Encephabol, Cerebron). b. Glutamic acid.

c. Gamma amino butyric acid (Gammalon). d. Pabenol.

e. Nootropil.

f. Amphetamin dsb.

(16)

Psikoterapi dapat diberikan baik pada anaknya sendiri maupun pada orang tuanya. Untuk anak yang terbelakang dapat diberikan psikoterapi individual, psikoterapi kelompok dan manipulasi lingkungan(merubah lingkungan anak yang tidak menguntungkan bagi anak tersebut).

Walaupun tak akan dapat menyembuhkan keterbelakangan mental, tetapi dengan psikoterapi dan obat-obatan dapat diusahakanperubahan sikap, tingkah laku, kemampuan belajar dan hasil kerjanya. Yang penting adalah adanya ketekunan, kesadaran dan minat yang sungguh dari pihak terapis (yang mengobati).

Terapis bertindak sebagai pengganti orang tua untuk membuat koreksi-koreksi terhadaphubungan yang tak baik ini. Dari pihak perawat diperlukan juga ketekunan dan kesadaran dalam merawatanak-anak dengan retardasi mental serta melaporkan kepada dokter bila dalam observasi terdapattingkah laku anak maupun orang tua yang negatif, merugikan bagi anak tersebut maupun lingkungannya(teman-teman disekitarnya).

Social worker (pekerja sosial) melakukan kunjungan rumah untuk melihat hubungan anak denganorang tua, saudara-saudaranya maupun dengan masyarakat sekitarnya. Tugasnya utama mencari data-data anak dan orang tua serta hubungan anak dengan orang-orang disekitarnya. Untuk ibu atau orangtua anak dengan retardasi mental dapat diberikan family terapi (terapi keluarga) untuk mengubah sikaporang tua atau saudaranya yang kurang baik terhadap penderita. Dapat diberikan juga terapi kelompok dengan ibu-ibu.

Anak retardasi mental lainnya, seminggu sekali selama 12 kali. Tujuannya untuk mengurangi sikaprendah diri, perasaan kecewa dari ibu tersebut karena ternyata banyak ibu lain yangmengalami nasib serupa, mempunyai anak dengan retardasi mental. Dengan demikian ibu dapatbersikap lebih realistik dan lebih dapat menerima anaknya serta dapat merencanakan program yang baikbagi anaknya. Di luar negeri social worker yang bertugas memberi terapi kelompok untuk ibu-ibu tersebut di atas.

(17)

a. Serebral palcy b. Gangguan kejang c. Gangguan kejiwaan

d. Gangguan konsentrasi /hiperaktif e. Defisit komunikasi

f. Konstipasi

2.1.10 Perencanan Pulang dan Perawatan di Rumah

a) Rujuk anak dan keluarga ke lembaga dan ahki yang dapat memberi bantuan khusus sehubungan dengan perawatan anak serta perawatan dan hygene gigi

b) Rujuk keluarga ke lembaga-lembaga kemasyarakatan untuk konseling genetik, bantuan keuangan, peralatan adaptif, dan layanan-layanan pendukung

c) Bekerja sama dengan kelurga dalam membentuk dan mengimplementasikan renacana perbaikan perilaku

d) Fasilitas pembelajaran keterampilan yang benar dalam hal sosial, kemasyarakatan, komunikasi, keamamanaan masyarakat, dan menghindari orang asing ,serta perkembangan minat berhubungan dengan kelompok sebaya dan bersantai dan berekreasi.

e) Fasilitas keikutsertaan anak dalam program sekolah, program rekreasi, dan lingkungan masyarakat.

2.2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN 2.2.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian terdiri atas evaluasi komprehensif mengenai kekurangan dan kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan adaptif ; komunikasi, perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan sarana-sarana di masyarakat pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, pembentukan ketrampilan rekreasi dan ketenangan dan bekerja.

(18)

a. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien menunjukkan Gangguan kognitif ( pola, proses pikir ), Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa, Gagal melewati tahap perkembangan yang utama, Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih besar atau lebih kecil dari ukuran normal ), lambatnya pertumbuhan, tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah ), ciri-ciri dismorfik, dan terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan besar pasien pernah mengalami Penyakit kromosom ( Trisomi 21 ( Sindrom Down), Sindrom Fragile X, Gangguan Sindrom ( distrofi otot Duchene ), neurofibromatosis ( tipe 1), Gangguan metabolisme sejak lahir ( Fenilketonuria ), Abrupsio plasenta, Diabetes maternal, Kelahiran premature, Kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intracranial, Cedera kepala, Infeksi, Gangguan degenerative.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Ada kemungkinan besar keluarga pernah mengalami penyakit yang serupa atau penyakit yang dapat memicu terjadinya retardasi mental, terutama dari ibu tersebut.

2.)Pemeriksaan fisik

a. Kepala :Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris) b. Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan

cepat berubah

c. Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll

d. Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke atas, dll

e. Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/melengkung tinggi

(19)

g. Telinga : keduanya letak rendah; dll

h. Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia

i. Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna j. Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari

gemuk dan lebar, klinodaktil, dll

k. Dada & Abdomen : tdp beberapa putting, buncit, dll l. Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll

m. Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang kecil meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi kognitif 2) Gangguan komunikasi verbal b.d. kelainan fungsi kognitif

3) Risiko cedera b.d. perilaku agresif ketidakseimbangan mobilitas fisik 4) Gangguan interaksi social b.d. kesulitan bicara/ kesulitan adaptasi sosial 5) Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak retardasi mental

6) Deficit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya kematangan perkembangan.

2.2.3 Intervensi Keperawatan

1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi kognitif

Tujuan : Tidak mengalami kegagalan tumbang Kriteria Hasil :

-Tak ada kemunduran mental

(20)

Intervensi :

1. Kaji tingkat perkembangan anak

2. Dorong / libatkan anak dalam melakukan aktivitas 3. Berikan aktivitas sesuai dengan kemampuan anak

4. Ajarkan hal-hal yang perlu diketahui anak (aktivitas dasar) 5. Pantau tingkat perkembangan anak

Rasional :

1. Informasi data dlm menentukan intervensi 2. Melatih kemampuan meningkatkan harga diri 3. Menstimulasi kemampuan fisik, kognitif anak 4. Meningkatkan kemampuan

5. Mengetahui kemajuan / perkembangan anak

2. Gangguan interaksi social b.d. kesulitan bicara/ kesulitan adaptasi sosial

Tujuan : Anak mampu berinteraksi social Kriteria Hasil :

-Anak tidak mengisolasi diri

-Anak mapu bergaul dengan lingkungan Intervensi :

1) Kaji factor penyebab gangguan perkembangan dan isolasi sosial 2) Tingkatkan komunikasi verbal

(21)

1) Informasi data dlm menentukan intervensi 2) Melatih anak dalam berkomunikasi

3) Meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi 4) Meningkatkan harga diri anak

5) Meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi

3. Deficit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya kematangan perkembangan.

Tujuan : Perawatan diri terpenuhi Kriteria Hasil :

-Anak tampak bersih

-Anak mampu berperan dalam perawatan dirinya Intervensi :

1) Kaji tingkat kemampuan anak

2) Pantau anak dalam memenuhi kebutuhannya 3) Libatkan anak dalam memenuhi kebutuhannya

4) Jelaskan secara berulang-ulang tentang perawatan diri 5) Beri dorongan anak untuk merawat dirinya

Rasional :

1) Untuk menentukan intervensi 2) Kebutuhan sehari-hari terpenuhi

3) Meningkatkan kemampuan dan harga diri anak 4) Meningkatkan pemahaman anak ttg perawatan diri 5) Meningkatkan motivasi anak.

2.2.4 Implementasi Keperawatan

(22)

ditetapkan dan hasil yang di harapakan. Tindakan keperawatan harus mendetail. Agar semua tenaga keperwatan dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dan di lakukan sesuai dengan kondisi pasien. 2.2.5 Evalusi Keperawatan

Evaluasi atau hasil penilaian yang dapat di capai setelah tindakan keperawatan antara lain:

-Tidak mengalami kegagalan tumbang -Anak mampu berinteraksi social -Perawatan diri terpenuhi

(23)

BAB III PENUTUP 3.1.Kesimpulan

Retardasi mental merupakan suatu penurunan fungsi intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi sosial. Ada 3 hal penting yang merupakan kata kunci dalam definisi ini yaitu penurunan fungsi intelektual, adaptasi sosial, dan masa perkembangan. Kelainan ini dapat digolongkan menjadi :penyebab organik ( faktor prenatal,intratal dan pascanatal) dan penyebab non organik. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.retardasi mental dapat di klasifikasikan dalam 4 bagian yaitu : Retardasi mental ringan (mampu didik) 52-69, retardasi mental sedang (mampu latih ) 36-51, retardasi mental berat 20-35 ,retardasi mental sangat berat dibawah 20.

3.2.Saran

Peran orang tua sangatlah penting dalam perawatan anak dengan retardasi mental, di dalam setiap kehidupan sehari-hari anak. Dan sebaiknya orang tua ataupun keluarga menerima apapun kekurangan dari seorang anak dengan retardasi mental, serta lebih memberikan support atau pujian yang dapat membuat anak menjadi lebih baik. Serta peran serta perawat dalam memberikan dukungan pendidikan kesehatan dan pelayanan keperawatan yang dapat berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu dalam merawat anak dengan retardasi mental.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih.1995.Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC Nelson. 1994. Ilmu kesehatan anak, Jilid I. Jakarta: EGC

Betz and Sowden. 2002. Buku saku keperawatan pediatri. Jakarta : EGC Marlynn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse.1999. Rencana asuhan keperawatan. Jakarta : EGC

http://haerulanwar6.blogspot.com/2014/04/asuhan-keperawatan-anak-dengan.html Di akses pada 15 Mei 2015

http://stikesaisyiyahsurakarta-kepanak.blogspot.com/p/retardasi-mental.html Di akses pada 15 Mei 2015

http://www.slideshare.net/yabniellitjingga/lp-rm Di akses pada 15 Mei 2015

Gambar

Tabel 1: Klasifikasi retardasi mental dalama setiap usia perkembangan

Referensi

Dokumen terkait

katarak pada sekitar 10% orang, dan angka kejadian ini meningkat hingga sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara 65 sampai 74 tahun, dan.. hingga sekitar 70% untuk mereka

Sekitar 70% jatuh pada lansia terjadi di rumah, 10% terjadi di tangga, dengan kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak dibanding saat naik, yang lainnya terjadi karena tersandung

Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan Kejang demam adalah kejadian pada bayi atau anak yang mengalami peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal yaitu ≥ 38,8°C

Hasil dari penelitian menunjukkan sebagian besar responden mengalami mengalami retardasi mental ringan 16 (55,2 %), dan hampir setengah responden mengalami

• Sementara menurut U.S Departement of Health, Education and Wolfare memberikan definisi Child abuse sebagai kekerasan fisik atau mental, kekerasan seksual dan penelantaran

1) Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret. 2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan kapiler alveoli. 3) Defisit volume

Hasil tersebut menyatakan bahwa keeratan hubungan antara tingkat pengetahuan tentang retardasi mental dengan mekanisme koping pada orang tua anak penyandang retardasi mental di

2 Palpasi : Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat, nyeri tekan pada luka Post Op 3 Perkusi : Timpani 4 Auskultasi : Bising usus 10x/menit Menurut pendapat penulis, setelah