• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL PPUK BUDIDAY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL PPUK BUDIDAY"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

BANK INDONESIA

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM

(2)

DAFTAR ISI

1. Pendahuluan... 2

a. Latar Belakang ... 2

b. Tujuan ... 3

2. Kemitraan Terpadu ... 4

a. Organisasi ... 4

b. Pola Kerjasama ... 6

c. Penyiapan Proyek ... 7

d. Mekanisme Proyek ... 8

e. Perjanjian Kerjasama ... 9

3. Aspek Pemasaran ... 11

a. Permintaan ... 11

b. Penawaran/Peluang ... 12

4. Aspek Produksi ... 14

a. Umum ... 14

b. Lahan dan Tanah ... 14

c. Penanaman ... 15

d. Panen Dan Pasca Panen ... 16

5. Aspek Keuangan ... 18

a. Data Dan Asumsi Dasar Perhitungan ... 18

b. Analisa Total Penjualan ... 19

6. Penutup ... 21

a. PKT Unggulan ... 21

b. Titik Kritis ... 23

(3)

1. Pendahuluan

a.Latar Belakang

Untuk memenuhi permintaan akan buah-buahan segar, Indonesia di samping mengupayakan agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut dari buah-buahan hasil produksi dalam negeri, juga sampai dengan batas-batas tertentu masih harus mendatangkan dari luar negeri. Besarnya permintaan tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor, antara lain besarnya pendapatan per kapita sebagai dampak keberhasilan pembangunan dan harga-harga buah-buahan lainnya di tingkat konsumen. Kebiasaan menurunnya harga pada saat penawaran yang berlimpah-sampai pada tingkat harga keseimbangan yang terjadi, sebenarnya merupakan kondisi yang sangat baik bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Karena dengan demikian buah-buahan yang tersedia di pasar eceran dapat dijangkau oleh daya beli sebagian besar masyarakat. Rendahnya harga buah-buahan disamping dikaitkan dengan penawaran yang berlimpah, juga disebabkan karena semakin banyaknya pilihan yang dihadapi oleh para konsumen.

Dalam kondisi kelangkaan buah-buahan yang sangat diminati masyarakat, menyebabkan harga buah-buahan yang bersangkutan relatif sangat tinggi. Contoh buah-buahan yang berkecenderungan (berfenomena) seperti tersebut sangat terkait dengan buah-buahan tertentu, misalnya mangga. Pada kondisi dimana penawaran buah mangga relatif banyak dibandingkan dengan buah-buahan lainnya, maka dapat mengakibatkan harga buah yang lain berada pada tingkat harga yang lebih rendah. Periode ketersediaan buah mangga di pasar juga relatif sangat pendek bilamana dibandingkan dengan buah-buahan impor seperti anggur dan apel, yang sebagian besar saat ini masih dipasok/didatangkan dari negara penghasil utama yang berada di belahan atas dan bawah katulistiwa (negara-negara sub tropis).

(4)

dan ekspor), tidak lepas dari kondisi yang kondusif saat-saat ini. Disamping untuk perbaikan kondisi perekonomian masyarakat kecil juga untuk menempatkan Indonesia dalam posisi yang relatif lebih kuat pada situasi global.

Sehubungan dengan itu, diperlukan upaya yang dapat menyatukan semua unsur yang terkait (Pemda, Bappeda, BPN, Dinas Teknis, Swasta Besar, Para Petani Mangga, Perbankan) agar dapat terpicu untuk mengupayakan keberhasilan peningkatan produktivitas buah mangga.

Upaya yang dipandang sangat cocok untuk dapat menampung peranan positif dan pro aktif unsur-unsur yang dimaksud, adalah dengan mengembangkan proyek peningkatan produktivitas buah mangga melalui pola/pendekatan pengembangan yang retatif dapat diterima, aman dan diminati oleh unsur-unsur dimaksud.

Sehubungan dengan itu, BI/Urusan Kredit Bank Indonesia dalam rangka ikut serta membantu mengembangkan usaha kecil khususnya dalam pengembangan buah mangga, yaitu ditempuh melalui penyusunan suatu taporan kajian terhadap pengembangan buah mangga melalui pendekatan yang dikenal dengan Pola Kemitraan Terpadu (PKT).

b. Tujuan

Tujuan utama dari penyajian Model Kelayakan PKT "Budidaya Tanaman

Mangga Unggul" ini, yaitu untuk :

1. akan suatu referensi bagi perbankan tentang kelayakan budidaya

tanaman mangga unggul bilamana ditinjau dari segi-segi : (i) prospek atau kelayakan Dasar/Pemasarannya. (ii) kelayakan budidayanya yang dilaksanakan dengan penerapan teknologi maju, (iii) kelayakan dari segi keuangan terutama bilamana sebagian dari biaya yang diperlukan akan dibiayai oleh bank dan (iv) format pengorganisasian pelaksanaan proyeknya yang dapat menjamin lancar dan amannya pelaksanaan proyek serta menjamin keuntungan bagi semua unsur yang ikut serta dalam pelaksanaan proyek;

2. gan referensi kelayakan tersebut, diharapkan perbankan dapat

(5)

2. Kemitraan Terpadu

a. Organisasi

Proyek Kemitraan Terpadu ini merupakan kerjasama kemitraan dalam bidang usaha melibatkan tiga unsur, yaitu (1) Petani/Kelompok Tani atau usaha kecil, (2) Pengusaha Besar atau eksportir, dan (3) Bank pemberi KKPA.

Masing-masing pihak memiliki peranan di dalam PKT yang sesuai dengan bidang usahanya. Hubungan kerjasama antara kelompok petani/usaha kecil dengan Pengusaha Pengolahan atau eksportir dalam PKT, dibuat seperti halnya hubungan antara Plasma dengan Inti di dalam Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Petani/usaha kecil merupakan plasma dan Perusahaan Pengelolaan/Eksportir sebagai Inti. Kerjasama kemitraan ini kemudian menjadi terpadu dengan keikut sertaan pihak bank yang memberi bantuan pinjaman bagi pembiayaan usaha petani plasma. Proyek ini kemudian dikenal sebagai PKT yang disiapkan dengan mendasarkan pada adanya saling berkepentingan diantara semua pihak yang bermitra.

1. Petani Plasma

Sesuai keperluan, petani yang dapat ikut dalam proyek ini bisa terdiri atas (a) Petani yang akan menggunakan lahan usaha pertaniannya untuk penanaman dan perkebunan atau usaha kecil lain, (b) Petani /usaha kecil yang telah memiliki usaha tetapi dalam keadaan yang perlu ditingkatkan dalam untuk itu memerlukan bantuan modal.

Untuk kelompok (a), kegiatan proyek dimulai dari penyiapan lahan dan penanaman atau penyiapan usaha, sedangkan untuk kelompok (b), kegiatan dimulai dari telah adanya kebun atau usaha yang berjalan, dalam batas masih bisa ditingkatkan produktivitasnya dengan perbaikan pada aspek usaha.

Luas lahan atau skala usaha bisa bervariasi sesuai luasan atau skala yang dimiliki oleh masing-masing petani/usaha kecil. Pada setiap kelompok tani/kelompok usaha, ditunjuk seorang Ketua dan Sekretaris merangkap Bendahara. Tugas Ketua dan Sekretaris Kelompok adalah mengadakan koordinasi untuk pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan oleh para petani anggotanya, didalam mengadakan hubungan dengan pihak Koperasi dan instansi lainnya yang perlu, sesuai hasil kesepakatan anggota. Ketua kelompok wajib menyelenggarakan pertemuan kelompok secara rutin yang waktunya ditentukan berdasarkan kesepakatan kelompok.

2. Koperasi

(6)

melakukan kegiatan-kegiatan untuk membantu plasma di dalam pembangunan kebun/usaha sesuai keperluannya. Fasilitas KKPA hanya bisa diperoleh melalui keanggotaan koperasi. Koperasi yang mengusahakan KKPA harus sudah berbadan hukum dan memiliki kemampuan serta fasilitas yang cukup baik untuk keperluan pengelolaan administrasi pinjaman KKPA para anggotanya. Jika menggunakan skim Kredit Usaha Kecil (KUK), kehadiran koperasi primer tidak merupakan keharusan.

3. Perusahaan Besar dan Pengelola/Eksportir

Suatu Perusahaan dan Pengelola/Eksportir yang bersedia menjalin kerjasama sebagai inti dalam Proyek Kemitraan terpadu ini, harus memiliki kemampuan dan fasilitas pengolahan untuk bisa menlakukan ekspor, serta bersedia membeli seluruh produksi dari plasma untuk selanjutnya diolah di pabrik dan atau diekspor. Disamping ini, perusahaan inti perlu memberikan bimbingan teknis usaha dan membantu dalam pengadaan sarana produksi untuk keperluan petani plasma/usaha kecil.

Apabila Perusahaan Mitra tidak memiliki kemampuan cukup untuk mengadakan pembinaan teknis usaha, PKT tetap akan bisa dikembangkan dengan sekurang-kurangnya pihak Inti memiliki fasilitas pengolahan untuk diekspor, hal ini penting untuk memastikan adanya pemasaran bagi produksi petani atau plasma. Meskipun demikian petani plasma/usaha kecil dimungkinkan untuk mengolah hasil panennya, yang kemudian harus dijual kepada Perusahaan Inti.

Dalam hal perusahaan inti tidak bisa melakukan pembinaan teknis, kegiatan pembibingan harus dapat diadakan oleh Koperasi dengan memanfaatkan bantuan tenaga pihak Dinas Perkebunan atau lainnya yang dikoordinasikan oleh Koperasi. Apabila koperasi menggunakan tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), perlu mendapatkan persetujuan Dinas Perkebunan setempat dan koperasi memberikan bantuan biaya yang diperlukan.

Koperasi juga bisa memperkerjakan langsung tenaga-tenaga teknis yang memiliki keterampilan dibidang perkebunan/usaha untuk membimbing petani/usaha kecil dengan dibiayai sendiri oleh Koperasi. Tenaga-tenaga ini bisa diberi honorarium oleh Koperasi yang bisa kemudian dibebankan kepada petani, dari hasil penjualan secara proposional menurut besarnya produksi. Sehingga makin tinggi produksi kebun petani/usaha kecil, akan semakin besar pula honor yang diterimanya.

4. Bank

(7)

Disamping mengadakan pengamatan terhadap kelayakan aspek-aspek budidaya/produksi yang diperlukan, termasuk kelayakan keuangan. Pihak bank di dalam mengadakan evaluasi, juga harus memastikan bagaimana pengelolaan kredit dan persyaratan lainnya yang diperlukan sehingga dapat menunjang keberhasilan proyek. Skim kredit yang akan digunakan untuk pembiayaan ini, bisa dipilih berdasarkan besarnya tingkat bunga yang sesuai dengan bentuk usaha tani ini, sehingga mengarah pada perolehannya pendapatan bersih petani yang paling besar.

Dalam pelaksanaanya, Bank harus dapat mengatur cara petani plasma akan mencairkan kredit dan mempergunakannya untuk keperluan operasional lapangan, dan bagaimana petani akan membayar angsuran pengembalian pokok pinjaman beserta bunganya. Untuk ini, bank agar membuat perjanjian kerjasama dengan pihak perusahaan inti, berdasarkan kesepakatan pihak petani/kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada bank. Besarnya potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani/Kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada Bank. Besarnya potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani plasma dengan bank.

b. Pola Kerjasama

Kemitraan antara petani/kelompok tani/koperasi dengan perusahaan mitra, dapat dibuat menurut dua pola yaitu :

a. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani mengadakan

perjanjian kerjasama langsung kepada Perusahaan Perkebunan/ Pengolahan Eksportir.

(8)

b. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani, melalui koperasinya mengadakan perjanjian yang dibuat antara Koperasi (mewakili anggotanya) dengan perusahaan perkebunan/pengolahan/ eksportir.

Dalam bentuk kerjasama seperti ini, pemberian KKPA kepada petani plasma dilakukan dengan kedudukan koperasi sebagai Executing Agent. Masalah pembinaan teknis budidaya tanaman/pengelolaan usaha, apabila tidak dapat dilaksanakan oleh pihak Perusahaan Mitra, akan menjadi tanggung jawab koperasi.

c. Penyiapan Proyek

Untuk melihat bahwa PKT ini dikembangkan dengan sebaiknya dan dalam proses kegiatannya nanti memperoleh kelancaran dan keberhasilan, minimal dapat dilihat dari bagaimana PKT ini disiapkan. Kalau PKT ini akan mempergunakan KKPA untuk modal usaha plasma, perintisannya dimulai dari :

1. Adanya petani/pengusaha kecil yang telah menjadi anggota koperasi

dan lahan pemilikannya akan dijadikan kebun/tempat usaha atau lahan kebun/usahanya sudah ada tetapi akan ditingkatkan produktivitasnya. Petani/usaha kecil tersebut harus menghimpun diri dalam kelompok dengan anggota sekitar 25 petani/kelompok usaha. Berdasarkan persetujuan bersama, yang didapatkan melalui pertemuan anggota kelompok, mereka bersedia atau berkeinginan

untuk bekerja sama dengan perusahaan perkebunan/

pengolahan/eksportir dan bersedia mengajukan permohonan kredit (KKPA) untuk keperluan peningkatan usaha;

2. Adanya perusahaan perkebunan/pengolahan dan eksportir, yang

bersedia menjadi mitra petani/usaha kecil, dan dapat membantu memberikan pembinaan teknik budidaya/produksi serta proses pemasarannya;

3. Dipertemukannya kelompok tani/usaha kecil dan pengusaha

(9)

pihak kelompok tani/usaha kecil yang potensial dengan perusahaan yang dipilih memiliki kemampuan tinggi memberikan fasilitas yang diperlukan oleh pihak petani/usaha kecil;

4. Diperoleh dukungan untuk kemitraan yang melibatkan para

anggotanya oleh pihak koperasi. Koperasi harus memiliki kemampuan di dalam mengorganisasikan dan mengelola administrasi yang berkaitan dengan PKT ini. Apabila keterampilan koperasi kurang, untuk peningkatannya dapat diharapkan nantinya mendapat pembinaan dari perusahaan mitra. Koperasi kemudian mengadakan langkah-langkah yang berkaitan dengan formalitas PKT sesuai fungsinya. Dalam kaitannya dengan penggunaan KKPA, Koperasi harus mendapatkan persetujuan dari para anggotanya, apakah akan beritndak sebagai badan pelaksana (executing agent) atau badan penyalur (channeling agent);

5. Diperolehnya rekomendasi tentang pengembangan PKT ini oleh pihak

instansi pemerintah setempat yang berkaitan (Dinas Perkebunan, Dinas Koperasi, Kantor Badan Pertanahan, dan Pemda);

6. Lahan yang akan digunakan untuk perkebunan/usaha dalam PKT ini,

harus jelas statusnya kepemilikannya bahwa sudah/atau akan bisa diberikan sertifikat dan buka merupakan lahan yang masih belum jelas statusnya yang benar ditanami/tempat usaha. Untuk itu perlu adanya kejelasan dari pihak Kantor Badan Pertanahan dan pihak Departemen Kehutanan dan Perkebunan.

d. Mekanisme Proyek

(10)

Bank pelaksana akan menilai kelayakan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip bank teknis. Jika proyek layak untuk dikembangkan, perlu dibuat suatu nota kesepakatan (Memorandum of Understanding = MoU) yang mengikat hak dan kewajiban masing-masing pihak yang bermitra (inti, Plasma/Koperasi dan Bank). Sesuai dengan nota kesepakatan, atas kuasa koperasi atau plasma, kredit perbankan dapat dialihkan dari rekening koperasi/plasma ke rekening inti untuk selanjutnya disalurkan ke plasma dalam bentuk sarana produksi, dana pekerjaan fisik, dan lain-lain. Dengan demikian plasma tidak akan menerima uang tunai dari perbankan, tetapi yang diterima adalah sarana produksi pertanian yang penyalurannya dapat melalui inti atau koperasi. Petani plasma melaksanakan proses produksi. Hasil tanaman plasma dijual ke inti dengan harga yang telah disepakati dalam MoU. Perusahaan inti akan memotong sebagian hasil penjualan plasma untuk diserahkan kepada bank sebagai angsuran pinjaman dan sisanya dikembalikan ke petani sebagai pendapatan bersih.

e.Perjanjian Kerjasama

(11)

Perjanjian tersebut memuat ketentuan yang menyangkut kewajiban pihak Mitra Perusahaan (Inti) dan petani/usaha kecil (plasma) antara lain sebagai berikut :

1. Kewajiban Perusahaan Perkebunan/Pengolahan/Eksportir sebagai mitra (inti)

a. Memberikan bantuan pembinaan budidaya/produksi dan penaganan

hasil;

b. Membantu petani di dalam menyiapkan kebun, pengadaan sarana

produksi (bibit, pupuk dan obat-obatan), penanaman serta pemeliharaan kebun/usaha;

c. Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pasca

panen untuk mencapai mutu yang tinggi;

d. Melakukan pembelian produksi petani plasma; dan

e. Membantu petani plasma dan bank di dalam masalah pelunasan kredit

bank (KKPA) dan bunganya, serta bertindak sebagai avalis dalam rangka pemberian kredit bank untuk petani plasma.

2. Kewajiban petani peserta sebagai plasma

a. Menyediakan lahan pemilikannya untuk budidaya;

b. Menghimpun diri secara berkelompok dengan petani tetangganya yang

lahan usahanya berdekatan dan sama-sama ditanami;

c. Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan

pasca-panen untuk mencapai mutu hasil yang diharapkan;

d. Menggunakan sarana produksi dengan sepenuhnya seperti yang

disediakan dalam rencana pada waktu mengajukan permintaan kredit;

e. Menyediakan sarana produksi lainnya, sesuai rekomendasi budidaya

oleh pihak Dinas Perkebunan/instansi terkait setempat yang tidak termasuk di dalam rencana waktu mengajukan permintaan kredit;

f. Melaksanakan pemungutan hasil (panen) dan mengadakan perawatan

sesuai petunjuk Perusahaan Mitra untuk kemudian seluruh hasil panen dijual kepada Perusahaan Mitra; dan

g. Pada saat pernjualan hasil petani akan menerima pembayaran harga

(12)

3. Aspek Pemasaran

a. Permintaan

Permintaan Dalam Negeri

Sebagian besar (kalau tidak dapat dikatakan seluruhnya) buah mangga yang masak segar, didistribusikan dan dipasarkan guna memenuhi permintaan dalam negeri. Permintaan dalam negeri tersebut cenderung meningkat sepanjang tahun. Data pada tahun 1990 menunjukkan bahwa total konsumsi terhadap buah mangga mencapai 12 ribu ton. Besaran konsumsi ini diperkirakan akan terus meningkat sepanjang tahun dan sampai tahun 2000 besaran konsumsi tersebut diperkirakan akan mencapai 533 ribu ton.

Bila dibandingkan dengan angka perkiraan FAO pada tahun 2000 yaitu bahwa konsumsi buah-buahan akan mencapai 60 kg per kapita per tahun, maka konsumsi buah-buahan di Indonesia masih relatif sangat rendah yaitu baru akan mencapai 36 kg per kapita dengan 2.5 kg di antaranya berasal dari buah mangga.

Faktor penentu peningkatan permintaan terhadap buah-buahan khususnya buah mangga, adalah peningkatan jumlah penduduk terutama penduduk perkotaan dan wilayah industri, semakin membaiknya pendapatan masyarakat pada umumnya, serta meningkatnya arus kedatangan wisatawan mancanegara serta pemintaan yang datang dari industri olah lanjut yang cenderung memerlukan pasokan bahan baku yang tepat jumlah dan waktu serta kepastian kesinambungan pasokannya. Besaran konsumsi tersebut dipenuhi langsung melalui para produsen, pedagang pengumpul, pedagang ditingkat pasar eceran baik di pasar-pasar tradisional, maupun melalui pasar supermarket, hotel, restoran dan melalui bentuk produk olahan.

Permintaan Luar Negeri

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB (Maret, 1998), Indonesia berpotensi dan berpeluang untuk melakukan ekspor komoditas buah-buahan. Secara garis besar terdapat tiga kawasan yang berpotensi untuk pemasaran buah-buahan tropis termasuk yang dari Indonesia, yaitu :

1. Kawasan Eropa yang terdiri dari Jerman, Perancis, Inggris, dan

Benelux yang menyerap sebesar 58% dari pasar dunia;

2. Kawasan Amerika yang terdiri dari Amerika Serikat dan Kanada yang

menyerap sebesar 10,2% dari pasar dunia;

3. Kawasan Asia Pasifik yang terdiri dari Jepang, Hongkong, Singapura

(13)

Andil Indonesia sebagai salah satu negara pemasok buah tropis segar dunia masih sangat kecit yakni kurang dari 1%. Sebenarnya buah-buahan tropis asal Indonesia telah mampu memenuhi pasaran dunia termasuk Eropa Barat. Tetapi jumlah pasokan masih sangat kecil/terbatas akibat kemampuan untuk memasok yang masih rendah dan belum mampu menjamin kesinambungan pasokan. Bilamana proses pasca panen dapat menjamin mutu buah mangga yang diminta pasar dunia maka peluang ekspor dari Indonesia akan lebih besar.

b. Penawaran/Peluang

Penawaran

Secara geografis, mangga (Mangifera indica) terdapat di semua propinsi di Indonesia. Namun pulau Jawa merupakan tempat produksi dan pasar yang paling dominan. Dari total luas tanaman 160.000 ha, sebesar 50,32% dari total luas tanam berada di pulau Jawa dan Madura. Sementara itu berturut-turut diikuti oleh Bati dan Nusa Tenggara sebesar 32,8%, Sulawesi sebesar 12%, dan sisanya terdapat di Sumatra (3%), Maluku dan Irian Jaya (1.88%) dan Kalimantan sebesar 1%.

Perkebunan Mangga secara komersial telah berkembang di beberapa kota di Jawa Timur yaitu di Gresik, Pasuruan dan Probolinggo, sedangkan di daerah Jawa Barat terletak di kota-kota Cirebon, Indramayu, dan Majalengka.

Peluang Pengembangan

Peluang pengembangan tanaman mangga dapat dipicu oleh adanya potensi Dermintaan terhadap buah ini, baik yang datang dari permintaan dalam negeri sendiri maupun yang datang dari luar negeri. Adanya peluang permintaan terhadap buah mangga dapat di cerminkan dari kecenderungan peningkatan nilai ekspor buah mangga selama 5 tahun terakhir semenjak tahun 1991. Nilai ekspor tertinggi dicapai pada tahun 1995 yaitu sebesar US $ 1.311.728. Dan nilai ekspor yang terendah pada kurun waktu lima tahun tersebut terjadi pada tahun 1993 yaitu sebesar US $ 586.123.

(14)

Upaya untuk meningkatkan ekspor/substitusi impor buah mangga secara riil akan sangat tergantung dari beberapa faktor pelaksanaan suatu proyek budidaya yang ditunjang dengan skim kredit diatas, yaitu :

1. Perlunya kehadiran perusahaan dan atau koperasi yang mampu

melaksanakan ekspor buah mangga;

2. Adanya kemampuan dan kesungguhan perusahaan dan atau koperasi

tersebut, dengan cara bermitra usaha, dapat bekerjasama dan membantu para petani mangga pada total luasan tertentu (300-500 ha), untuk melaksanakan proses produksi dan proses panen serta proses pasca panen yang baik dan benar;

3. Bahwa dengan perencanaan penyediaan produksi dari total luasan

tertentu tersebut, diduga dapat menjamin kesinambungan pasokan untuk ekspor;

4. Produksi mangga pada areal tersebut harus dapat dilaksanakan

dengan unit biaya yang menyebabkan produk mangga dari Indonesia mampu bersaing di pasar global;

5. Diusahakan agar rantai distribusi dan pemasaran dapat dilaksanakan

sependek mungkin sehingga dengan demikian harga buah dari tingkat produsen s/d tingkat pasar eceran di dalam negeri, dapat dijangkau oleh para konsumen dengan berbagai tingkat pendapatan;

6. Sedangkan untuk menunjang ekspor, disamping penanganan pasca

(15)

4. Aspek Produksi

a.Umum

Berkebun mangga dalam skala usaha yang cukup besar, perlu sekali melihat kondisi lahan yang akan ditanami yaitu harus memperhatikan kesesuaian lahan. Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu jenis tanah, ketebalan lapisan tanah, kondisi air tanah, pH tanah, serta derajat kemiringan tanah. Berdasarkan jenis tanahnya, tanaman mangga dapat tumbuh dengan baik pada macam-macam jenis tanah, baik pada tanah vulkanis tua, vulkanis muda, tanah aluvial, tanah dengan struktur ringan maupun berat. Lahan untuk budidaya tanaman mangga sebaiknya merupakan satu hamparan yang cukup luas, sehingga pengolahannya dapat dilakukan secara mekanis dan serempak. Namun kenyataan di lapangan untuk mendapatkan hamparan lahan seperti itu cukup sulit, terutama untuk daerah di Pulau Jawa. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka dalam analisa baik teknik, maupun finansial disajikan model dengan luasan 1 (satu) ha.

Tanaman mangga yang akan dibudidayakan adalah tanaman mangga jenis unggul, seperti arumanis dan gadung klon 143,210 dan Gedong Gincu.

Varietas mangga komersial di Indonesia diantaranya mangga arumanis, manalagi jenis besar dan manalagi jenis kecil, goiek, gedong gincu, gedong biasa, dan cengkir. Adapun beberapa varietas mangga eks-import, diantaranya namdokmai, thongdam, nangkiawan (semuanya dari Thailand), irwin, julie, haden (Amerika), dan lain-lain.

Pengadaan bibit sangat penting sekali dan merupakan faktor penentu keberhasilan usaha. Bibit mangga yang tidak baik akan diketahui setelah memakan waktu cukup lama, dan kalau diganti tentunya akan memakan biaya dan tidak efisien. Maka atas dasar pertimbangan tersebut pengadaan bibit mangga sepenuhnya menjadi tangung jawab INTI, petani plasma hanya menerima bibit yang sudah siap tanam.

b. Lahan dan Tanah

Persiapan Lahan

(16)

pengorganisasian proyek di tingkat petani dan inventarisasi lahan, serta pelatihan.

Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan cangkul, bajak, garu, ataupun secara mekanis dengan traktor. Pengolahan tanah hendaknya dilakukan pada musim kemarau atau awal musim hujan, dimana pada saat itu tanah

tersebut masih berupa gumpalan yang mudah untuk

dihancurkan/digemburkan dengan penambahan air.

Setelah pencangkulan/pembajakan/pentraktoran, tanah dibiarkan beberapa hari untuk memberikan kesempatan tumbuh bagi rerumputan, yang akhirnya rerumputan tersebut dikumpulkan, ditumpuk pada tempat tertentu, kemudian dibenam atau dibakar. Pada tanah yang derajat keasamannya tinggi (pH rendah), maka pada tanah yang telah dicangkul tersebut disebarkan kapur/dolomit secara merata.Dalam pengolahan tanah mulai dari pembukaan lahan, pencangkulan, pembajakan, penggaruan, pembuatan bedengan, guludan, pembuatan saluran irigasi dan pembuangan/drainase, serta pembuatan lobang tanam, sampai dengan siap tanam memerlukan tenaga kerja kurang lebih 200 HOK.

c. Penanaman

Lubang tanam dibuat/disediakan sesuai dengan jarak tanam, di mana jarak tanam tersebut diantaranya ditentukan oleh kesuburan tanah dan lapangan. Jarak tanam bervariasi yaitu diantaranya 4 x 6 m, 6 x 6 m, 10 x 10m.

Pada lobang tanam yang telah tersedia dimasukan pupuk kandang dan dicampur dengan pupuk dasar lainnya seperti TSP, Urea, dan KCI, setelah itu barulah bibit ditanam. Tenaga kerja untuk penanaman cukup 6 - 8 HOK, tergantung dari jumlah bibit yang akan ditanam.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan penyulaman tanaman,

penyiangan/pembumbunan, pemupukan, penyiraman/pengairan,

pemangkasan, penanggulangan hama dan penyakit.

1. Tanaman mangga yang mati dan yang pertumbuhannya tidak

baik/kerdil diganti dengan tanaman baru yang telah disiapkan sebelumnya. Hal ini dilakukan agar pertumbuhan tanaman lebih seragam;

2. Penyiangan rumput liar dilakukan pada saat pengerjaan

(17)

yang mati atau pertumbuhannya kurang baik. Tenaga kerja untuk ini diperlukan sekitar 20 HOK;

3. Pemupukan susulan dilakukan dengan cara membenamkan campuran

pupuk susulan yang terdiri dari TSP/SP 36, KCI, dan Urea di sekitar tegakan, persis dibawah tajuk tanaman tersebut. Dosis pemupukan disesuaikan dengan umur dan pertumbuhan tanaman. Pada saat tanaman memasuki fase pembungaan dan pembuahan, maka pupuk ekstra untuk merangsang dan memantapkan bunga dan buah perlu diberikan. Untuk aplikasi pemupukan dalam tiap tahun memerlukan tenaga kerja sekitar 20 HOK;

4. Pemangkasan dilakukan untuk mendapatkan bentuk tanaman yang

baik, sehingga didapatkan bentuk tajuk yang dikehendaki, yaitu dahan/cabang tanaman seimbang ke segala arah. Tenaga kerja untuk memangkas dalam satu tahun pemeliharaan adalah pada kisaran 6 - 9 HOK;

5. Penyiraman/pengairan merupakan unsur yang cukup penting dalam

berkebun mangga, terutama pada musim kemarau. Pada waktu tanaman masih kecil dan hujan kurang, maka penyiraman diperlukan, sedangkan pada musim hujan dimana air berlebihan, maka drainase/pembuangan air harus mendapat perhatian, sehingga aerasi dan drainase tanah tetap terpelihara. Rata-rata dalam tiap tahun diperlukan tenaga kerja 5 HOK;

6. Penanggulangan hama dan penyakit, baik yang menyerang akar,

batang, daun, bunga dan buah perlu diperhatikan. Pemberantasan dilakukan apabila hama dan penyakit tersebut sudah merusak di atas ambang batas. Penggunaan pestisida dilakukan seminim mungkin, dan dilakukan dalam keadaan yang memaksa. Tenaga kerja untuk penanggutangan hama dan penyakit adalah 4 HOK/tahun.

7. Selama pemeliharaan, kebun perlu diamati pertumbuhannya, dan

untuk itu pemilik kebun harus mengamatinya paling tidak 3 kali dalam seminggu.

d. Panen Dan Pasca Panen

Mangga sudah dapat dipanen pada tahun ke-4, namun jumlahnya tidak banyak/masih dalam tahapan belajar. Buah mangga tersebut dari tahun ke tahun terus bertambah sesuai pertumbuhan tanaman. Pada panen pertama di tahun ke-4 dari satu pohon diperkirakan menghasilkan 4 kg buah, tahun ke-5 sampai dengan tahun ke 9, berturut-turut adalah : 12 kg. 20 kg, 36 kg, 57 kg. 89 kg, dan setelah berumur 10 tahun hasilnya rata-rata lebih dari 135 kg/pohon.

(18)

Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan dilakukannya sortasi adalah sebagai berikut :

1. mencegah penurunan harga akibat campuran ketas mangga;

2. Mencegah tingginya biaya pemasaran (transportasi, pengepakan,

dsb);

3. mendapatkan kesamaan mutu antara penjuat dan pembeli;

4. menghindarkan kelebihan stock (over supply) dengan meninggalkan

kelas yang rendah menghindarkan kerusakan akibat

kontak/sentuhan/gesekan antara yang rusak, berpenyakit, atau yang baik;

5. memperoleh kenaikan pendapatan, kemudahan penjualan, dan

peningkatan volume penjualan.

Buah yang telah dipanen diberikan perlakuan sebagai berikut:

1. ditempatkan dalam keranjang berkapasitas 25 kg, lalu tiap keranjang

ditimbang, dan dipisahkan menurut kelompok beratnya masing-masing;

2. dipilih diambil yang mulus, tidak luka, tidak ada penyakit, tidak ada

kotoran yang melekat pada permukaan kulit buah, tidak ada cacat fisik maupun mikrobiologis, tidak ada noda getah, tidak ada bintik-bintik kehitaman, tidak ada luka memar dipilih yang bentuknya normal, maksimum buah yang tidak normal sebanyak 25%;

3. tangkai buah dipotong dan disisakan kira-kira 1 cm. Pemotongan

(19)

5. Aspek Keuangan

a. Data Dan Asumsi Dasar Perhitungan

Data dan asumsi perhitungan yang dipakai dalam studi ini tercantum dalam Tabel Lampiran Investasi.Unit analisa model ini adalah 1 (satu) hektar lahan, dengan populasi 256 pohon.

Sementara asumsi teknis didasarkan atas kenyataan di lapangan yang dilakukan oleh para petani ataupun pengusaha perkebunan, maka dalam hal asumsi pembiayaan, secara keseluruhan didasarkan pada harga-harga pertengahan 1998, yang diperhitungkan secara konstan selama masa proyek. Dalam pelaksanaannya, asumsi dasar (terutama mengenai pembiayaan) perlu dikaji ulang menjelang penyaluran kredit.

Kebutuhan Biaya Proyek Dan Sumber Dana

Berdasarkan asumsi yang dikemukakan di atas, maka biaya investasi untuk model usaha ini (1 hektar) disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1.

- Tenaga Kerja 1.400.000 1.547.000 1.491.000

(20)

Premi Asuransi (2%) 76.608 105.950 50.340 50.161 323.379 memperhitungkan bunga selama masa konstruksi) secara keseluruhan mencapai Rp. 14.436.009. Seluruh biaya proyek, diasumsikan dibiayai dengan kredit dengan tingkat bunga sebesar 16% pertahun yang disalurkan secara bertahap, sesuai dengan kebutuhannya, yang terdiri dari tahun ke-0 (Rp. 3.907.008); tahun ke-1 (Rp. 5.403.452); tahun 2 (Rp. 2.567.358); dan tahun 3 (Rp. 2.558.191). Rinciannya, dapat dilihat pada Tabel Investasi.

Seperti tampak dari tabel di atas, komponen biaya ini telah mencakup biaya-biaya di luar kegiatan langsung, yaitu : management fee (5%) dan premi asuransi (2%).

Penyusutan Investasi

Dalam analisa keuangan, khususnya untuk menghitung Laba-Rugi, diperlukan komponen penyusutan biaya investasi. Penyusutan biaya investasi minimal harus dapat menutup keperluan angsuran pokok kredit (amortisasi). Nilai penyusutan investasi diperhitungkan dengan kemampuan proyek untuk dapat melunasi beban pinjaman.

Perhitungan besarnya penyusutan biaya investasi tersebut disesuaikan dengan periode pengembalian kredit yang relatif memberi kesempatan kepada plasma untuk selama periode tersebut mampu menikmati peningkatan pendapatan sebagai akibat mengikuti proyek kemitraan ini. Karena itu, MK PKT ini memperhitungkan lamanya proyek dapat mengembalikan kredit berlangsung selama 9 (sembilan) tahun produksi. Dengan asumsi seperti tersebut di atas maka penyusutan investasi berkisar dari Rp. 645.118 (tahun ke-4) hingga Rp. 3.454.248 (sejak tahun ke-9). Rinciannya, dapat dilihat dalam Tabel Analisa Laba-Rugi.

b. Analisa Total Penjualan

Untuk mendapatkan hasil penjualan yang akan digunakan sebagai komponen analisa arus kas (cash flow), diperhitungkan bahwa proyek PKT ini mengalami masa konstruksi selama tahun ke-0 hingga tahun ke-3. Selanjutnya, proyek telah mulai berproduksi, dengan standar produktivitas tahunan berkisar dari 1.024 kg/ha/tahun (tahun ke-4) hingga 34.133 kg/ha/tahun.

(21)

hingga Rp. 136.533.333Rinciannya tampak pada Tabel Perhitungan Hasil Panen.

Analisa Kelayakan Proyek

Untuk sampai pada kesimpulan tentang kelayakan proyek, maka digunakan kriteria kelayakan Financial Rate of Return (FRR) dan "Pay-back Period". Hasil analisa kelayakan menghasilkan kriteria sebagai berikut :

- FRR = 33%

- Pay-back Period = 6,7 tahun - NPV = Rp 32.136.853 - BCR = 2,85 kali

Dengan demikian, dapat disimpulkan, bahwa secara finansial proyek dapat dilaksanakan. Dengan skim kredit bebunga 16% per tahun di tingkat plasma, maka proyek ini memiliki segi keamanan yang relatif tinggi bilamana ditinjau dari kredit dan atau bank. Demikian pula, proyek ini menghasilkan keuntungan yang besar bila ditinjau dari segi petani plasma dan INTI. Secara rinci dapat diikuti dalam Tabel Arus Kas.

Analisa Laba/Rugi

Dari hasil analisa Laba-Rugi (Lampiran Laba Rugi), dapat disimpulkan bahwa selama 12 tahun proyek, petani plasma akan mendapat keuntungan bersih (setelah pajak) relatif cukup besar, yaitu berkisar dari Rp 258.047 pada tahun ke-4 hingga Rp. 39.401.225.pada tahun ke-12. Pendapatan ini akan semakin besar bilamana sebagian dari jumlah HOK (Hari Orang Kerja) dapat dinikmati pula oleh tenaga kerja keluarga.

Dari kepentingan keamanan kredit dapat dikembangkan suatu pola di mana para petani plasma dapat didorong untuk bersedia menempatkan dana tabungan yang diambil sebesar 10% dari pendapatan bersih setelah pajak.

Kriteria keamanan proyek dapat diikuti pula dari besaran Titik Impas (Break Even Point = BEP). Dalam nilai rupiah, BEP berkisar dari Rp 3.358.720 (tahun ke-4) hingga Rp. 23.956.758 (tahun ke-12). Dalam bentuk kilogram, BEP berkisar dari 840 kg (tahun ke-4) hingga 5.989 kg (tahun ke-12).

(22)

6. Penutup

a.PKT Unggulan

Sebagai suatu produk yang diharapkan oleh masyarakat dapat membantu perbankan dalam meningkatkan KUK, maka PKT Budidaya Tanaman Mangga ini layak untuk dilaksanakan oleh bank karena memiliki unsur-unsur keunggulan sebagaimana berikut :

Bisnis yang "on line"

Seperti yang telah diuraikan dalam Bab V jelas bahwa Model Kelayakan PKT Budidaya Tanaman Mangga merupakan kemitraan usaha antara Petani Mangga dengan Lembaga Pengumpul (Koperasi Primer atau Swasta) yang disertai jaminan kesinambungan pembelian buah mangga dari Usaha Besar (Perusahaan INTI) pada skala bisnis yang "on line". Dalam model ini kebutuhan terhadap faktor produksi dan pemasaran produk mangga yang dihasilkan UK dijamin dalam bentuk "sharing" antara Lembaga Penjaminan Kredit, kemitraan antara petani mangga dengan lembaga penampung (koperasi dan atau swasta), serta kepastian pembayaran oleh Usaha Besar (INTI).

Menghadirkan Kegiatan Pendampingan

Untuk menunjang keberhasilan Model Kelayakan PKT ini, Lembaga Pengumpul bersama UB menyediakan bantuan teknis yang profesional (bermutu) secara berkesinambungan. Bantuan pendampingan ini dimulai semenjak pelaksanaan pelatihan untuk UK saat rekrutmen calon UK, dalam tahapan pembangunan fisik, tahapan proses produksi dan penjualan, serta dalam tahapan pengelolaan dana hasil penjualan. Bantuan pendampingan tersebut ditujukan untuk kepentingan UK, Lembaga Pengumpul (Koperasi dan atau Swasta) dan UB sendiri maupun untuk pengamanan kredit Bank.

Adanya Jaminan Kesinambungan Pasar

Kelancaran pemasaran hasil produksi Model Kelayakan PKT Mangga Unggul ini dijamin sepenuhnya dalam bentuk "sharing" seperti tersebut yang telah diuraikan dalam Bab V. Jaminan pemasaran mangga tersebut dilaksanakan oleh Lembaga Pengumpul (KUD) bersama UB. Adanya Kemampuan Untuk Memanfaatkan Kredit Berbunga Pasar Financial Rate of Return (FRR) yang relatif lebih besar dari bunga kredit bank menyebabkan Model Kelayakan PKT ini layak dilaksanakan dan dikembangkan. Adanya Potensi Penjaminan Kredit Yang Relatif Lengkap

(23)

Lembaga penjaminan kredit;

Kegiatan kelompok guna mengembangkan tabungan dan pemupukan modal yang dikaitkan dengan kredit. Pengembangan tabungan sebagai salah satu alat pengamanan kredit, dapat dikaitkan dengan besarnya potensi hasil analisa "net cash flow" maupun Laba-Rugi.

Proses Pemanfaatan Dan Penggunaan Kredit Yang Aman

Model Kelayakan PKT ini merumuskan mekanisme pencairan dan penggunaan atas dana kredit yang disesuaikan dengan jadual dan kebutuhan proyek.

Cash Flow Sebagai Alat Pengontrol Pengembalian Kredit

Pengembalian kredit didasarkan, disesuaikan dan mengacu kepada perkembangan dan kekuatan cash flow. Dengan sistem mengangsur, maka proyek ini memungkinkan para petani plasma akan mampu menghimpun dana sendiri dan lepas dari ketergantungan terhadap kredit.

Adanya Potensi Kegiatan Kelompok Yang Berkaitan Dengan Kredit

Dengan mendasarkan kepada model yang telah diuraikan di atas, memungkinkan pembentukan kelompok sedini mungkin, yaitu ketika Lembaga Pengumpul (KUD dan INTI) bersama dengan para petani mangga dan ketika UK sebagai calon debitur sedang mengikuti pelatihan (sebelum mereka menjadi calon nominatif). Pembentukan dan mengaktifkan kegiatan kelompok tersebut ditujukan antara lain untuk kegiatan simpan-pinjam. Dari sebagian dana simpanan tersebut, secara potensial dapat digunakan sebagai dana untuk membantu proses pengembalian angsuran pokok dan bunga (bilamana diperlukan), atau untuk jenis kegiatan produktif lainnya.

Transparansi Pada Setiap Tahapan Pelaksanaan Proyek

Dengan mengikut sertakan UK sejak sedini mungkin dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek, akan terbentuk dan tercipta pula aspek transparansi yang sangat diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan proyek dan proses perkreditannya.

Daya Replikasi Yang Tinggi

(24)

Nota Kesepakatan

Semua hal yang menggambarkan keunggulan Model Kelayakan PKT Budidaya Tanaman Mangga, dapat dituangkan dalam bentuk Nota Kesepakatan.

b. Titik Kritis

Program Pendampingan Yang Jelas

Sehubungan dengan masih adanya kemungkinan muncul permasalahan terutama pada saat proyek dan kredit masuk dalam tahapan pelaksanaan dan tahapan mengangsur, maka perlu diusahakan agar UK yang telah direkrut dan merupakan calon nominatif semaksimal mungkin dapat diikutsertakan dalam perencanaan (ide dan pengembangannya sedini mungkin. Maksud dan tujuan mengikut sertakan mereka sedini mungkin yaitu agar mulai dari proses perencanaan para UK benar benar dapat memahami perlunya kesungguhan dalam melaksanakan kemitraan. Dengan memahami tentang perlunya kesungguhan dalam melaksanakan proyek sesuai dengan yang diminta oleh persyaratan pasar, teknis dan finansial maka kemitraan akan berjalan secara berkesinambungan.

Pemahaman Titik-Titik Rawan Dan Transparansi

(25)

Gambar

Tabel 1. Biaya Proyek (Dalam Rp)
tabel memperhitungkan bunga selama masa konstruksi) secara keseluruhan

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian dari media sosial adalah sesuatu di internet yang memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya serta dapat berinteraksi, bekerja sama,

Target Kinerj a Satuan Kebutuhan Dana 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 6 Koordinasi Perencanaan Sub Bidang Sumber Daya Alam Koordinasi Perencanaan Pembangunan

(3) Besarnya rawat inap sebagaimana dimaksud ayat (2) tidak termasuk tindakan medik dan terapi, tindakan paramedik, pemeriksaan penunjang diagnostik, pelayanan

Tipe Index Card Match (ICM) merupakan salah satu metode pembelajaran aktif yang merupakan bagian dari reviewing strategi (Metode pengulangan). Tipe ini membahas

Dengan demikian secara praktis penelitian ini menempuh dua tahapan program, yaitu pengidentifikasi- an dan analisis kebutuhan kompetensi dari pihak industri dalam

Hasil Data Pengukuran Moisture Content EFB Data pengukuran moisture content ketiga sampel yang dilakukan lewat pengujian kadar kelembaban di laboratorium analisis Pusat

Pengolahan secara fisik ini dilakukan yaitu untuk mengurangi safat fisik air buangan seperti zat padat, baik pasir atau zat padat kasar terapung maupun terlarut, dalam pengolahan

1) Jurusita/jurusita pengganti melakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap status barang yang disengketakan. 2) Apabila barang tersebut merupakan barang yang sudah