• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK A. Sejarah Perbankan di Indonesia - Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Yang Menggunakan Fasilitas Elektronic Banking Dalam Transaksi Perbankan(Studi Bank BNI 46 Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK A. Sejarah Perbankan di Indonesia - Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Yang Menggunakan Fasilitas Elektronic Banking Dalam Transaksi Perbankan(Studi Bank BNI 46 Medan)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG BANK

A. Sejarah Perbankan di Indonesia

Sebelum membahas masalah hukum dan ketentuan perbankan di

Indonesia, terlebih dahulu kita perlu mengetahui dan mengikuti sejarah

perkembangan di Indonesia, khususnya sejak zaman penjajahan Belanda sampai

saat ini. Pengetahuan tentang sejarah perbankan di Indonesia sangat penting,

mengingat adanya gejolak dan dinamika perkembangan perbankan di Indonesia.

Selain itu perlu juga dipahami mengapa masih terdapat ketentuan maupun hukum

perbankan yang masih berupa peninggalan colonial Belanda.

Sejarah perkembangan perbankan di Indonesia dapat dikelompokkan

menjadi:6

1. Zaman Penjajahan Belanda

2. Zaman Pendudukan Jepang

3. Zaman Kemerdekaan

Berikut adalah penjelasan mengenai sejarah perkembangan perbankan di

Indonesia:

1. Zaman Penjajahan Belanda

Awal sejarah perbankan di tanah air tidak dapat dilepaskan kaitannya

dengan digantikannya kekuasaan VOC oleh Pemerintah Belanda pada 1

Januari 1800. Dengan bentuk pemerintahan resmi setelah Pemerintahan

6

(2)

Raffles, Pemerintah Hindia Belanda ingin mencapai tujuan ekonomis dan

politis lebih besar dan lebih mapan. Untuk memperbaiki keadaan keuangan

sebagai warisan VOC dan Pemerintahan Raffles, Pemerintah Hindia Belanda

memerlukan kehadiran lembaga bank.

Pada 10 Oktober 1827 berdirilah De Javasche Bank yang berkedudukan

di Jakarta. Meskipun bukan bank milik pemerintah, akan tetapi direksinya

diangkat oleh dan dengan persetujuan dari Pemerintah Hindia Belanda. Oleh

karena itu suara pemerintah tetap efektif terhadap kebijakan De Javasche Bank

dan menetapkan De Javasche Bank sebagai lembaga semi pemerintah.

Setelah berdiri De Javasche Bank memperoleh hak istimewa (octrooi)

untuk mengeluarkan uang kertas bank. Pada tahun 1891, De Javasche Bank

mendapatkan hak untuk memperdagangkan valuta asing dan mejalankan usaha

sebagai bank umum dimana hal ini lebih menonjol dibandingkan dengan

fungsinya sebagai bank of issue.

Modal swasta yang mengalir ke Indonesia, terutama bergerak di bidang

pertanian yang menghasilkan perdagangan internasional. Itulah mengapa

bank-bank yang timbul bukan bank indusri, bukan bank pembangunan,

malinkan bank-bank pertanian dan bank-bank umum. Bank-bank tersebut

kebanyakan berpusat di Belanda, sedangkan di Indonesia hanya kantor

(3)

Pada saat itu, bank-bank yang beroperasi di Indonesia adalah sebagai

berikut:

1. Nederlandsche-Indische Escompto-My (Escompto Bank), berdiri pada

tahun 1857 dan berkedudukan di Jakarta.

2. Nederlandsche-Indische Handelsbank, berdiri pada tahun 1863 dan

berkedudukan di Amsterdam.

3. Internatinale Credit en Handelsvereeniging “Rotterdam” (disebut juga

Internasio), berdiri pada tahun 1863 dan berkedudukan di Rotterdam.

4. Handelsvereeniging “Amsterdam” (HVA), berdiri pada tahun 1878 dan

berkedudukan di Amsterdam.

5. Koloniale Bank, berdiri pada tahun 1881 dan berkedudukan di

Amsterdam.

6. Nederlandsche Handel-My (NHM), berdiri pada tahun 1824 dan

berkedudukan di Amsterdam. Semula hanya merupakan perusahaan

dagang, tetapi pada tahun 1883 diperluas meliputi banking-business.

7. Nederlandsche-Indische Landbouw-My (NILM), berdiri pada tahun 1884.

8. Cultuurmaatschappy der Vortenlanden, berdiri pada tahun 1888.

Pemerintah Hindia Belanda juga memperhatikan kepentingan bangsa

Indonesia akan lembaga perkreditan. Untuk itu didirikanlah Bank Tabungan

Pos (Postspaarbank) berdasarkan Stb. Nomor 296 Tahun 1897, Centrale Kas

(4)

Selain bank milik Belanda, terdapat juga bank asing milik Inggris,

Jepang dan Cina. Jadi, bangsa asing yang berusaha di Indonesia dibantu oleh

banknya sendiri.

Indonesia juga mendirikan bank guna membantu rakyat kecil dan usaha

nasional seperti Bank Priyayi (Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs

Abmtenaren) pada tahun 1896, Bank Nasional Indonesia yang berdiri pada

tahun 1929 di Surabaya serta Bank Nasional (dahulu disebut Abuan Saudagar)

yang berdiri pada tahun 1930 di Bukittinggi.

2. Zaman Pendudukan Jepang

Selama pendudukan Jepang (1942-1945), tidak banyak diketahui tentang

kegiatan perbankan. Pemerintah Jepang sama sekali tidak membawa pengaruh

positif bagi perkembangan perbankan. Sebaliknya, hampir semua bank

terpaksa menutup usahanya. Bank yang tetap melanjutkan usahanya adalah

Algemeene Volkscredietbank (AVB) yang kemudian diubah menjadi Syomin

Ginko berdasarkan Osamu Seirei Nomor 8.

Fungsi dari Syomin Ginko ini masih sama seperti AVB semula, yaitu

memberikan bantuan keuangan dan mengawasi bank-bank desa dan lumbung

desa. Bahkan Syomin Ginko mengharuskan untuk menghimpun simpanan dari

bank desa dan lumbung desa untuk ditransfer ke Yokohama Specie Bank.

3. Zaman Kemerdekaan

Pembahasan sejarah perbankan setelah kemerdekaan ditujukan pada

sejarah masing-masing bank yang dimiliki oleh pemerintah dan mempunyai

(5)

kemerdekaan adalah Bank Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara

Indonesia 1946, Bank Bumi Daya, Bank Tabungan Negara, Bank Dagang

Negara dan Bank Pembangunan Indonesia.

B. Sejarah Bank BNI 46 sebagai Salah Satu Bank Pemerintah

Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara

Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah

Indonesia.

Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi

pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik

Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa

bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai

Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5

Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional.

Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari

Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah

membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank

sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan

kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan akses

langsung untuk transaksi luar negeri.

Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank

Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini

(6)

Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian

dari identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan

mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih

dikenal sebagai 'BNI 46'. Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah diingat

-'Bank BNI' - ditetapkan bersamaan dengan perubahaan identitas perusahaan tahun

1988.

Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank

Negara Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan

publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun

1996.

Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan

lingkungan, sosial-budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan

identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga

menegaskan dedikasi dan komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja

secara terus-menerus.

Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai

digunakan untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah

keberhasilan mengarungi masa-masa yang sulit. Sebutan 'Bank BNI' dipersingkat

menjadi 'BNI', sedangkan tahun pendirian - '46' - digunakan dalam logo

perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional pertama yang

lahir pada era Negara Kesatuan Republik Indonesia.7

7

(7)

Seiring dengan perubahan zaman, logo BNI 46 juga mengalami

perubahan yang mempunyai filosofi sebagai berikut: 8

1. Identitas baru BNI – dasar pembuatan desain

Identitas baru BNI merupakan hasil desain ulang untuk menciptakan suatu

identitas yang tampak lebih segar, lebih modern, dinamis, serta

menggambarkan posisi dan arah organisasi yang baru. Identitas tersebut

merupakan ekspresi brand baru yang tersusun dari symbol “46” dan kata

“BNI” yang selanjutnya dikombinasikan dalam suatu bentuk logo baru BNI.

2. Huruf “BNI”

Huruf “BNI” dibuat dlm warna turquoise baru, untuk mencerminkan

kekuatan, otoritas, kekokohan, keunikan dan citra yang lebih modern. Huruf

tersebut dibuat secara khusus untuk menghasilkan struktur yang orisinal dan

unik.

3. Simbol “46”

Angka “46” merupakan simbolis tanggal kelahiran BNI, sekaligus

mencerminkan warisan sebagai bank pertama di Indonesia. Dalam logo ini,

angka “46” diletakkan secara diagonal menembus kotak berwarna jingga

untuk menggambarkan BNI baru yang modern.

4. Palet Warna

Palet warna korporat telah didesain ulang, namun tetap mempertahankan

warna korporat yang lama, yakni turquoise dan jingga. Warna turquoise yang

digunakan pada logo baru ini lebih gelap, kuat mencerminkan citra yang lebih

8

(8)

stabil dan kokoh. Warna jingga yang baru lebih cerah dan kuat, mencerminkan

citra lebih percaya diri dan segar.

Logo “46” dan “BNI” mencerminkan tampilan yang modern dan

dinamis. Sedangkan penggunaan warna korporat baru memperkuat identitas

tersebut. Hal ini akan membantu BNI melakukan diferensiasi di pasar perbankan

melalui identitas yang unik, segar dan modern.

C. Pengertian dan Fungsi Bank

Sebelum kita melangkah lebih jauh, ada baiknya kita terlebih dahulu

mengetahui apa yang dimaksud dengan bank itu.

Apabila kita menelusuri sejarah dari termonilogi bank, maka akan kita

temukan bahwa kata “bank” berasal dari bahasa Italia “banca” yang berarti bence

yaitu tempat duduk. Sebab pada zaman pertengahan pihak banker Italia yang

memberikan pinjaman-pinjaman melakukan usahanya tersebut dengan duduk di

bangku-bangku di halaman pasar.9

Beberapa pendapat sarjana mengenai bank:

1. A. Abdurrachman dalam bukunya“Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan

Perlindungan”

“Bank adalah suatu badan yang melaksanakan berbagai macam jasa seperti

memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata

9

(9)

uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga,

membiayai usaha perusahaan-perusahaan dan lain-lain.”10

2. Ruddy Tri Santoso

“Bank adalah suatu industry kepercayaan, yang dalam hal ini adalah sebagai

media perantara keuangan (Financial Intermediary) antara debitur dan

kreditor dana”11

3. G. M. Verryn Stuart dalam bukunya “Bank Politik”

“Bank sebagai suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan

kredit, baik dalam alat pembayaran sendiri atau dengan uang yang diperoleh

dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru

berupa uang giral.”12

4. O. P. Simorangkir

“Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa. Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik dengan modal sendiri atau dengan dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral”13

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,

bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Dari pengertian tersebut, jelaslah bahwa bank berfungsi sebagai

“financial intermediary” dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan

10

Lukman Santoso Az, Hak dan Kewajiban Hukum Nasabah Bank, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2011, hal. 31.

(10)

dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

pembayaran. Dua fungsi tersebut tidak dapat dipisahkan.

Dalam pasal 3 dan pasal 4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perbankan menyebutkan fungsi dan tujuan perbankan Indonesia, yaitu:

1. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur

dana masyarakat;

2. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan

nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan

stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Berdasarkan pengertian dari kedua pasal tersebut, perbankan nasional

kita mempunyai cirri khas jika dibandingkan dengan perbankan umumnya, yang

merupakan karakter dari perbankan nasional kita.

Perbankan nasional kita mempunyai fungsi dan tujuan dalam kehidupan

ekonomi nasional bangsa Indonesia:14

1. Bank berfungsi sebagai “financial intermediary” dengan kegiatan pokok

menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat atau pemindahan dana

masyarakat dari unit surplus kepada unit deficit atau pemindahan uang dari

penanbung kepada peminjam.

2. Penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat tersebut bertujuan menunjang

sebagian tugas penyelenggaraan negara yakni:

a. Menunjang pembangunan nasional, termasuk pembangunan daerah; bukan

melaksanakan misi pembangunan suatu golongan apalagi perseorangan;

14

(11)

jadi perbankan Indonesia diarahkan untuk menjadi agen pembangunan

(agent of development);

b. Dalam rangka mewujudkan trilogy pembangunan nasional, yakni:

- Meningkatkan pemerataan kesejahteraan rakyat banyak, bukan

kesejahteraan segolongan orang atau perseorangan saja; melainkan

kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia tanpa kecuali;

- Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, bukan pertumbuhan

ekonomi segolongan orang atau perseorangan; melainkan pertumbuhan

ekonomi seluruh rakyat Indonesia, termasuk pertumbuhan ekonomi

yang diserasikan;

- Meningkatkan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis;

- Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat banyak, artinya

tujuan yang hendak dicapai oleh perbankan nasional adalah

meningkatkan pemerataan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat

Indonesia, bukan segolongan orang atau perseorangan saja;

3. Dalam menjalankan fungsi tersebut, perbankan Indonesia harus mampu

melindungi seecara baik apa yang dititipkan masyarakat kepadanya dengan

menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential banking), dengan cara:

a. Efisien, sehat, wajar dalam persaingan yang sehat yang semakin

mengglobal atau mendunia;

b. Menyalurkan dana masyarakat tersebut ke bidang-bidang yang produktif,

(12)

4. Peningkatan perlindungan dana masyarakat yang dipercayakan pada bank,

selain melalui penerapan prinsip kehati-hatian, juga pemenuhan ketentuan

persyaratan kesehatan bank, serta sekaligus berfungsi untuk mencegah

terjadinya praktek-praktek yang merugikan kepentingan masyarakat luas.

Dengan demikian, fungsi perbankan Indonesia bukan hanya sekedar

wadah untuk menghimpun dana dan penyalur dana masyarakat, tetapi lebih

diarahkan kepada peningkatan taraf hidup rakyat banyak agar lebih sejahtera.

D. Jenis dan Usaha Bank

Penggolongan bank dapat dibagi berdasarkan fungsi dan

kepemilikannya.15

Jenis bank berdasarkan fungsinya

1. Bank Sentral, yaitu Bank Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968.

2. Bank Umum, yaitu bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran.

3. Bank Perkreditan Rakyat, yaitu bank yang dapat menerima simpanan hanya

dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau ebntuk lainnya yang

disamakan dengan itu.

4. Bank Umum yang mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu

atau memberikan perhatian yang besar kepada kegiatan tertentu, seperti

melaksanakan kegiatan pembiayaan jangka panjang, pembiayaan untuk

15

(13)

mengembangkan koperasi, pengembangan pengusaha golongan ekonomi

lemah/ pengusaha kecil, pengembangan ekspor non migas dan pengembangan

pembangunan perumahan.

Jenis bank berdasarkan kepemilikannya:

1. Bank Umum Milik Negara, yaitu bank yang hanya dapat didirikan

berdasarkan undang-undang.

2. Bank Umum Swasta, yaitu bank yang hanya dapat didirikan dan menjalankan

usaha setelah mendapat izin dari Menteri Keungan dengan mendengar

pertimbangan-pertimbangan Bank Indonesia.

3. Bank Campuran, yaitu bank umum yang didirikan bersama-sama oleh satu

atau lebih bank umum yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh

warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia yang dimiliki

sepenuhnya oleh warga negara Indonesia, dengan satu atau lebih bank yang

berkedudukan di luar negeri.

4. Bank Pembangunan Daerah, yaitu bank milik pemerintah daerah.

Namun berdasarkan pasal 5 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang perbankan, disebutkan bahwa menurut jenisnya, bank terdiri atas:

1. Bank Umum;

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan/ atau berdasarkan prinsip Syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayran. Bank umum adalah bank yang

(14)

diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan pembiayaan jangka

panjang, pembiayaan untuk mengembangkan koperasi, pengembangan

pengusaha golongan ekonomi lemah/ pengusaha kecil, pengembangan ekspor

non migas dan pengembangan pembangunan perumahan.

2. Bank Perkreditan Rakyat.

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan

usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip Syariah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Oleh karena

itu, bank perkreditan rakyat tidak dapat mencetak uang giral.

Bentuk usaha bank diatur dalam pasal 6 Undang-undang Nomor 10

Tahun 1998 tentang perbankan, yaitu sebagai berikut:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,

deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/ atau bentuk lainnya

yang dipersamakan dengan itu;

2. Memberikan kredit;

3. Menerbitkan surat pengakuan hutang;

4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk

kepentingan dan atas perintah nasabahnya:

a. surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa

berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan

surat-surat dimaksud;

b. surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya

(15)

c. kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah;

d. Sertifikat Bank Indonesia (SBI);

e. obligasi;

f. surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;

g. instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1

(satu) tahun;

5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk

kepentingan nasabah;

6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana

kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi

maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya;

7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan

perhitungan dengan atau antar pihak ketiga;

8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;

9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu

kontrak;

10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam

bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek;

11. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali

amanat;

12. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan

(16)

13. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak

bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Selanjutnya dalam pasal 7 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang perbankan disebutkan selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 6, Bank Umum dapat pula:

1. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia;

2. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di

bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek,

asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan

memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

3. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat

kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah,

dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi

ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; dan

4. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai

dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang

berlaku.

E. Sumber-Sumber Hukum Perbankan

Sumber hukum perbankan dapat dibedakan atas sumber hukum dalam

(17)

material adalah sumber hukum yang menentukan isi hukum itu sendiri dan itu

tergantung dari sudut mana dilakukan peninjauannya, apakah dari sudut pandang

ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat dan lain sebagainya. Sedangkan sumber

hukum dalam arti formal adalah tempat ditemukannya ketentuan hukum dan

perundang-undangan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.

Bagi kalangan di bidang hukum, hal yang terpenting dalam pelaksanaan

kehidupan hukum adalah sumber hukum dalam arti formal. Sumber hukum dalam

arti material baru diperhatikan jika dianggap perlu untuk diketahui asal-usul

kaidah hukum tersebut.

Sumber hukum perbankan adalah tempat ditemukannya ketentuan

hukum dan perundang-undangan (tertulis) yang mengatur mengenai perbankan.16

Mengenai sumber hukum formal di Indonesia, maka yang menjadi sumber hukum

utama adalah Undang-Undang Dasar 1945. Sumber hukum formal mengenai

bidang perbankan adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Dasar 1945 (terutama pasal 33)

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, terutama mengenai Garis-Garis

Besar Haluan Negara

3. Undang-Undang Pokok di bidang perbankan dan Undang-Undang pendukung

sektor ekonomi dan sektor lainnya yang terkait, seperti:

a. Peraturan pokok yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan

16

(18)

atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.

b. Peraturan pendukung yaitu Burgerlijk Wetboek (Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata), terutama ketentuan Buku II dan Buku III mengenai

hukum jaminan dan perjanjian dan Wetboek van Koophandel (Kitab

Undang-Undang Hukum Dagang), terutama ketentuan Buku I mengenai

surat-surat berharga serta Undang-Undang lainnya yang berkaitan dan

banyak hubungannya dengan kegiatan perbankan, misalnya:

1) Undang-Undang yang mengatur badan usaha seperti Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, Undang-Undang

Nomor 9 Tahun 1969 tentang penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1969 tentang

Bentuk-Bentuk Usaha Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang

Perserotan Terbatas, Faillissement Verordening(Peraturan Kepailitan)

sebagaimana telah dibuah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 yang disahkan menjadi

Undang-Undang dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998;

2) Undang-Undang pengesahan yang berkaitan dh perjanjian

Internasional di bidang pern maupun sektor ekonomi seperti

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement

(19)

3) Undang-Undang yang mengatur kegiatan ekonomi lainnya seperti

Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal,

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem

Nilai Tukar;

4) Undang yang berkaitan dengan jaminan, seperti

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah

Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah, dan

Undang-Undang lainnya.

4. Peraturan Pemerintah

a. Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang perbankan, seperti:

1) Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1998 tentang Program

Rekapitulasi Bank Umum;

2) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1999 tentang Badan

Penyehatan Perbankan Nasional;

3) Peraturan Nomor 24 Tahun 1999 tentang Ketentuan Tata Cara

Pembukaan Kantor Cabang Pembantu dan Kantor Perwakilan dari

Bank yang berkedudukan di luar negeri;

4) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Izin

Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank;

5) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 tentang Merger,

Konsolidasi dan Akuisisi Bank;

6) Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1999 tentang Pembelian

(20)

7) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1999 tentang Pencabutan

Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 1992 tentang Bank Umum

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 73 Tahun 1998, Peraturan Pemerintah Nomor 71

Tahun 1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat dan Peraturan

Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992 tentang Bank berdasarkan Prinsip

Bagi Hasil; dan

8) Peraturan Pemerintah lainnya.

b. Peraturan Pemerintah pelaksanaan dari Undang-Undang yang berkaitan

dengan kegiatan perbankan termaksud dalam angka 5 di atas, seperti:

1) Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1994 tentang Pajak

Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto

Sertifikat Bank Indonesia;

2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan,

Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas; dan

3) Peraturan Pemerintah lainnya.

5. Keputusan Presiden (Keppres) dan Instruksi Presiden, misalnya:

a. Keputusan Presiden Nomor 59 Tahun 1972 tentang Penerimaan Kredit

Luar Negeri;

b. Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 1984 tentang Penerbitan Sertifikat

Bank Indonesia;

c. Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan terhadap

(21)

d. Keputusan Presiden Nomor 139 Tahun 1998 tentang Jaminan terhadap

Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan Rakyat.

6. Keputusan Menteri Keuangan

7. Peraturan Bank Indonesia (dahulu dikenal dengan Surat Keputusan dan Surat

Edaran Bank Indonesia)

8. Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh Institusi Pemerintah yang tidak

langsung mengurus perbankan, namun peraturannya memuat ketentuan yang

erat dengan kegiatan perbankan, misalnya Peraturan Menteri Dalam Negeri

yang mengatur perbankan milik Pemerintah Daerah.

Selain Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perbankan juga merupakan sumber utama dari hukum perbankan di

Indonesia. Karenanya segala ketentuan perbankan di Indonesia harus disesuaikan

dengan Undang-Undang Perbankan yang telah diubah tersebut. Dengan

berlakunya undang-undang tersebut, maka ada beberapa peraturan yang tidak lagi

berlaku, yakni:17

1. Staatsbald Tahun 1929 Nomor 357 tanggal 14 September 1929 tentang

aturan-aturan mengenai badan-badan kredit desa dalam propinsi-propinsi di

Jawa dan Madura di luar wilayah kotapraja-kotapraja.

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1962 tentang Bank Pembangunan Swasta

(Lembaran Negara Tahun 1962 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 2489);

17

(22)

3. Peraturan tentang Usaha Perkreditan yang diselenggarakan oleh Kelurahaan di

Daerah Kadipaten Paku Alaman (Rijksblaaddari Daerah Paku Alaman Tahun

1937 Nomor 9).

Peraturan-peraturan perbankan tersebut tidak berlaku lagi karena dinilai

sudah tidak dapat mengikuti perkembangan perekonomian nasional maupun

internasional.

Substansi peraturan perbankan dinilai terlalu sumir, sederhana, umum

dan singkat dan menetapkan pengecualian yang membatasi, sehingga dalam

prakterknya seringkali menimbulkan perbedaan penafsiran. Ketentuan

pelaksanaannya, terdapat dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang

sudah ada, sedang sebagian lagi masih perlu ditetapkan dalam bentuk peraturan

Referensi

Dokumen terkait

Adapun keterkaitan desain interior bowling center dengan konsep Arsitektur Kontemporer yakni penerapan konsep arsitektur kontemporer yang bersifat bebas dalam elemen ruang yang ada

Perancangan jaringan fiber optic dengan menggunakan teknologi GPON akan dilakukan pada perumahan Graha Padma yang terletak di kota Semarang yang saat ini

Perlakuan kadar garam NaCl tanah 1.000 ppm pada keadaan tanah lembap masih memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap diameter batang tanaman nilam 12

19 Saya memilih menggunakan jasanya karena penawaran harga oleh Romanza sesuai dengan kemampuan saya. 20 Saya lebih memilih Romanza

Lagu ini dimainkan dengan sukat yang berubah-ubah dan penggunaan tutti dalam setiap bagian lagu, dan yang menarik dari karya ini pemain drum banyak

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan

[r]

ternak yang paling banyak 2000 ekor burung puyuh menghasilkan telur sebanyak 80 kardus dalam satu kali panen, harga telur yang dibeli bakul Rp. Sedangkan ternak yang