• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGERING TEROWONG EFEK RUMAH KACA TERIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGERING TEROWONG EFEK RUMAH KACA TERIN"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PENGERING TEROWONG EFEK RUMAH KACA

TERINTEGRASI DENGAN TUNGKU BIOMASSA UNTUK

MENGERINGKAN KERUPUK UBI KAYU

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat - syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

pada Program Studi Teknik Mesin S1

Oleh :

Robi Candra

2012110089

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

(2)

i

PERNYATAAN KEASLIAN ISI

TUGAS AKHIR

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ROBI CANDRA

NIM : 2012110089

Program Studi : TEKNIK MESIN S1

Judul TA : PENGERING TEROWONG EFEK RUMAH KACA

TERINTEGRASI DENGAN TUNGKU BIOMASSA UNTUK ..MENGERINGKAN KERUPUK UBI KAYU

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir (TA) ini merupakan hasil karya sendiri dan bukan duplikasi, serta tidak mengutip sebagian atau keseluruhannya pada orang lain kecuali yang telah disebutkan sumbernya.

Padang, 1 Oktober 2016

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI

PENGERING TEROWONG EFEK RUMAH KACA TERINTEGRASI DENGAN TUNGKU BIOMASSA UNTUK MENGERINGKAN KERUPUK

UBI KAYU

TUNNEL DRYER GREENHOUSE EF FECT INTEGRATED WITH

F URNACES BIOMASS F OR DRYING CASSAVA CRACKERS

Disusun Oleh : ROBI CANDRA NIM: 2012110089

Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Pada Sabtu, 1 Oktober 2016

Dewan Penguji Ketua,

Drs. Syafrul Hadi, M.Eng NIDN: 1025125402

Anggota,

Arfidian Rachman, Ph.D NIDN: 101110720

(4)

iii

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah

dalam majlis" maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.

Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu" maka berdirilah, niscaya Allah akan

meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(QS.Al-Mujaadilah, Ayat 11)

Hari ini,

Setitik kebahagiaan telah ku nikmati

Sekeping cita-cita telah kuraih

Pencapaian ini adalah awal perjalanan yang sebenarnya,

Awal perjuangan yang lebih besar

Semoga rahmat dan karunia ini

Merupakan titik awal dari sebuah karya,

Untuk orang tuaku, keluargaku dan sahabat-sahabatku

Special present…….

Untuk ayahanda Kamsudin, ibunda Azizah dan adik-adikku tercinta

Dedi Putra, Prengki dan Andika Saputra

Yang telah memberi doa dan motivasi yang tak terhingga

Karya ini dipersembahkan sebagai awal bakti ananda,

Demi keberhasilan keluarga yang diridhoi Allah SWT

(6)

v

ABSTRAK

Ubi kayu atau singkong (manihot eculenta crants) merupakan produk hasil pangan terbesar kedua di Indonesia setelah padi. Ubi kayu juga sumber kalori yang mengandung karbohidrat 85,86 % dan pati sebanyak 74,81 % dalam keadaan segar. Selain dapat dikonsumsi secara langsung, ubi kayu dapat dijadikan bahan baku kerupuk ubi kayu. Selama ini proses pengeringan kerupuk dilakukan dengan cara menjemur langsung di bawah sinar matahari sehingga produk yang dihasilkan kurang baik. Untuk meningkatkan kualitas kerupuk maka dibuatlah alat pengering terowong terintegrasi dengan tungku biomassa. Alat ini dibuat untuk mengetahui perbedaan waktu pengeringan dengan cara tradisional dan untuk menentukan efisiensi alat pengering dibantu dengan tungku biomassa sebagai sumber panas. Alat pengering ini terdiri dari tungku biomassa, terowong pengering, turbin ventilator, exhaust fan dan blower. Pengeringan 20.7 kg dilakukan terhadap kerupuk ubi kayu yang memiliki kadar air awal 55 % hingga berkurang menjadi 17 % dengan cara pemanasan udara dari tungku biomassa selama 90 menit. Untuk mengetahui kadar air setelah pengeringan terlebih dahulu ditentukan kadar air awal dengan cara mengeringkan bahan menggunakan oven sampai bahannya kering. Kemudian pengeringan dilakukan pada alat pengering, dengan menimbang bahan setiap 15 menit untuk mengetahui penurunan kadar air bahan. Biomassa yang digunakan arang tempurung sebanyak 3 kg, dimasukkan secara bertahap sebanyak 1 kg setiap 30 menit. Temperatur rata-rata keluar dari tungku biomassa sebesar 60.1 °C dan masuk ke ruang pengering sebesar 52 °C. Dari pengujian yang telah dilakukan, diperoleh efisiensi alat pengering maksimum dan rata-rata masing-masing 53.58 % dan 31.2 %. Spesific moisture evaporation

rate (SMER) rata-rata 0.47 kg/kWh, laju pengeringan rata-rata 5.42 kg/h. Dari

hasil penelitian alat ini dapat mengeringkan kerupuk dengan cepat dan bisa dilakukan secara terus menerus saat cuaca mendung.

Kata kunci: ubi kayu, kerupuk, biomassa, alat pengering terowong, efisiensi alat

(7)

vi

ABSTRACT

Manioc or cassava (manihot eculenta crants) is a product of Indonesia's second largest food after rice. Cassava is also the source of the calories of carbohydrate-containing starch as much as 85.86% and 74.81% in a fresh state. Besides being able to be consumed directly, cassava can be used as raw material cassava crackers. During the drying process by drying crackers done directly in the sun so that the resulting product is less good. To improve the quality of crackers then made a tunnel dryer with integra ted biomass furnace. The device is made to determine differences in drying time in the traditional way and to determine the efficiency of the dryer assisted with biomass furnace as the heat source. Drier consists of a biomass furnace, tunnel dryers, turbine ventilators, exhaust fans and blowers. Drying 20.7 kg do against cassava crackers that have initial moisture content of 55% to be reduced to 17% by means of air heating of biomass furnace for 90 minutes. To determine the moisture content after the first drying the initial moisture content is determined by drying the material using the oven until dry ingredients. Then drying is done at the dryer, by weighing the ingredients every 15 minutes to determine the moisture content of materials decline. Biomass used charcoal as much as 3 kg, gradually put as much as 1 kg every 30 minutes. The average temperature of the furnace out of the biomass of 60.1 ° C and into the drying chamber at 52 ° C. From the testing that has been done, gained maximum dryer efficiency and average respectively 53.58% and 31.2%. Specific moisture evaporation rate (SMER) averaging 0.47 kg / kWh, the average drying rate 5.42 kg/h. From the results of this tool can dry crackers quickly and can be carried out

continuously.during.cloudy.weather.

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum, wr.wb

Bersyukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul ”Pengering Terowong Efek Rumah Kaca Terintegrasi dengan Tungku Biomassa untuk Mengeringkan Kerupuk Ubi Kayu”. Salawat dan salam kita tujukan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW. yang telah melakukan perubahan umat dari zaman jahilliah hingga zaman ilmu pengetahuan yang berteknologi sekarang ini. Selama kurang lebih empat bulan dari pembuatan alat hingga penyelesaian laporan. Dalam pengerjaan alat maupun dalam penulisan laporan, penulis banyak mendapatkan bantuan, motivasi dan bimbingan baik moril maupun materil hingga tersusunnya laporan ini. Terima kasih tak terhingga kepada seluruh keluarga tercinta terutama Ayahanda Kamsudin, Ibunda Azizah, adinda Dedi Putra, Prengki dan Andika Saputra, selanjutnya penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada;

1. Ir. Hendri Nofrianto, MT. selaku Rektor Institut Teknologi Padang. 2. Arfita Yuana Dewi R., MT. selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri.

3. Arfidian Rachman, Ph.D selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin Institut Teknologi Padang sekaligus narasumber.

4. Drs. Syafrul Hadi, M.Eng, selaku Dosen Pembimbing tugas akhir. 5. Dr. M. Yahya atas bimbingan dalam tugas akhir.

6. Ir. Sulaiman, MT. selaku narasumber. 7. Asmara Yanto, MT. selaku narasumber. 8. Ade Indra, MT. selaku Penasehat Akademik.

9. Dosen Institut Teknologi Padang, khususnya Program Studi Teknik Mesin. 10.Karyawan dan karyawati Institut Teknologi Padang.

(9)

viii

12.Kawan-kawan Asisten Laboratorium Teknik Mesin Institut Teknologi Padang 13.Kawan-kawan Taekwondo Institut Teknologi Padang.

14.Kawan-kawan Mahasiswa Pencinta Alam PAKSI ARGA Institut Teknologi Padang.

15.Kawan-kawan HMI Komisariat Institut Teknologi Padang. 16.Kawan-kawan Mahasiswa Kab. Kerinci dan Kota Sungai Penuh.

Dalam penyelesaian laporan ini penulis sudah berusaha untuk menyempurnakannya, meskipun pada hakikatnya manusia tak luput dari kekhilafan seperti kata pepatah, tak ada gading yang tak retak. Semoga laporan ini bermanfaat dan bisa menjadi referensi untuk laporan yang berhubungan dengan judul laporan ini.

Akhir kata saya ucapkan banyak terima kasih. Wassalamu alaikum, wr.wb

Padang, 1 Oktober 2016

(10)

ix

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN ISI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

2.1 Penjelasan Umum Kerupuk Ubi Kayu ... 6

2.2 Pemanfaatan Energi Sinar Matahari ... 7

2.3 Perpindahan Panas ... 7

2.3.1 Perpindahan Kalor secara Konduksi ... 8

2.3.2 Perpindahan Kalor secara Konveksi ... 9

2.3.3 Perpindahan Kalor secara Radiasi ... 12

2.4 Proses Pengeringan ... 13

2.4.1 Tujuan Pengeringan ... 13

2.4.2 Jenis Pengeringan ... 14

2.4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengeringan ... 15

2.5 Laju energi masuk tunnel dryer (�in) ... 15

2.6 Laju energi bahan bakar (�bb) ... 16

2.7 Laju energi berguna biomassa (�u)... 16

(11)

x

2.9 Efisiensi Termal ... 17

2.10 Turbin Ventilator ... 17

2.11 Tungku Biomassa ... 18

2.11.1 Bagian-bagian Tungku Biomassa ... 19

2.11.2 Kelebihan dan Kekurangan Energi Biomassa... 20

2.11.3 Arang Tempurung ... 21

2.12 Pengering Terowong (Tunnel Dryer) ... 23

2.13 Kadar Air Bahan ... 23

2.14 Psikrometrik dalam Pengeringan ... 24

2.14.1 Tekanan Uap air dan Kelembaban relatif ... 24

2.14.2 Pemanasan Udara dan Entalpi ... 25

2.14.3 Temperatur ... 26

BAB 3 ... 27

3.1 Deskrip Alat ... 27

3.1.1 Tungku Biomassa ... 27

3.1.2 Ruang Pengering ... 27

3.1.3 Turbin Ventilator ... 27

3.2 Cara Kerja Pengering Terowong (Tunnel dryer) ... 27

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

3.4 Diagram Alir Penelitian ... 30

3.5 Alat Ukur, Alat Bantu, Perlatan dan Bahan ... 32

3.5.1 Alat Ukur dan Alat Bantu ... 32

3.5.2 Peralatan ... 37

3.5.3 Bahan ... 37

3.6 Proses Pengambilan Data ... 37

3.6.1 Proses pengeringan menggunakan oven ... 37

3.6.2 Proses Pengeringan Menggunakan Alat Pengering ... 37

3.7 Variabel – variabel yang Diukur ... 38

3.8 Metode Analisa Data ... 39

BAB 4 ... 40

4.1 Hasil ... 40

(12)

xi

BAB 5 ... 51

5.1 Kesimpulan ... 51

5.2 Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN A ... 54

LAMPIRAN B ... 58

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerupuk ubi kayu ... 6

Gambar 2.2 Perpindahan panas konduksi pada dinding ... 8

Gambar 2.3 Perpindahan kalor secara konveksi ... 11

Gambar 2.4 Perpindahan Panas Konveksi paksa dan alami ... 11

Gambar 2.5 Perpindahan panas radiasi ... 12

Gambar 2.6 Proses pengeringan ... 13

Gambar 2.7 Turbin Ventilator ... 17

Gambar 2.8 Tungku Biomassa ... 19

Gambar 2.9 Arang Tempurung. ... 21

Gambar 2.10 Ruang Pengering Terowong ... 23

Gambar 2.11 Diagram psikrometrik ... 25

Gambar 3.1 Sistem pengering terowong efek rumah kaca terintegrasi dengan tungku bimassa. ... 28

Gambar 3.2 Skema tahanan termal pengering terowong ... 29

Gambar 3.3 Diagram alir penelitian pengeringan kerupuk ubi ... 31

Gambar 3.4 Solarimeter ... 32

Gambar 3.12 Skema alat pengering terowong efek rumah kaca terintegrasi dengan tungku biomassa... 38

Gambar 4.1 grafik penurunan massa bahan terhadap waktu pengeringan ... 42

Gambar 4.2 grafik penurunan kadar air bahan terhadap waktu temperatur ... 43

Gambar 4.3 grafik hubungan laju pengeringan bahan terhadap Intensitas matahari ... 44

(14)

xiii

Gambar 4.5 grafik SMER terhadap waktu pengeringan ... 45 Gambar 4.6 grafik efisiensi termal terhadap waktu pengeringan ... 46 Gambar 4.7 grafik penurunan massa (sampel bahan) tiap tray pengering

terhadap waktu pengeringan. ... 46 Gambar 4.8 grafik kadar air (sampel bahan) tiap tray pengering terhadap waktu

pengeringan ... 47 Gambar 4.9 grafik temperatur tiap tray pengering terhadap waktu pengeringan48 Gambar 4.10 grafik temperatur masuk tungku biomassa, keluar tungku biomasa,

masuk ruang pengering, keluar ruang pengering ... 49 Gambar 4.11 grafik temperatur lingkungan dan masuk ruang pengering terhadap

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Konduktivitas Termal Beberapa Bahan ... 9

Tabel 2.2 perpindahan panas secara konveksi ... 10

Tabel 2.3 Komposisi Tempurung Kelapa ... 22

Tabel 2.4 analisis ultimasi dari biomassa. ... 22

Tabel A.1 data pengeringan menggunakan alat pengering terowong efek rumah kaca terintegrasi dengan tungku biomass………54

Tabel A.2 data penurunan massa bahan (sampel) pada tiap tray pengering ... 54

Tabel A.3 data pengeringan dengan oven untuk menentukan kadar air bahan ... 54

Tabel A.4 data pengeringan dengan matahari langsung ... 55

Tabel A.5 hasil analisa data penelitian ... 55

Tabel A.6 massa bahan tiap tray ... 55

Tabel A.7 temperatur tiap tray ... 55

Tabel A.8 Relative humidity dan humidity ratio pada temperatur masuk tungku biomassa, temperatur masuk dan keluar ruang pengering ... 56

Tabel A.9 sifat udara pada tekanan konstan... 57

(16)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi yang tak tergantikan dan tak pernah habis bersumber dari radiasi sinar matahari merupakan salah satu bentuk pemanfaatan energi dalam berbagai kepentingan untuk menggantikan energi tak terbarukan. Secara tak sadar energi sinar matahari sudah dimanfaatkan sejak adanya kehidupan di bumi ini dan energi sinar matahari juga merupakan sumber dari segala energi. Suatu karunia yang indah bahwa Indonesia yang terletak pada garis katulistiwa bumi sehingga mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun. Namun energi sinar matahari yang dikonsumsi oleh dunia hanya sekitar 1% dari seluruh energi yang ada (Sukandarrumudi, Kotta, H.Z. dan Wintolo, D. 324, 2013). Energi sinar matahari dimanfaatkan untuk menaikkan temperatur salah satunya pada pengeringan bahan baku. Ubi kayu merupakan bahan baku yang banyak digunakan di Indonesia khususnya di Sumatera Barat. Dimasa mendatang, potensi pengembangan sumber energi terbarukan mempunyai peluang besar dan bersifat strategis mengingat sumber energi terbarukan merupakan sumber energi ramah lingkungan dan berkelanjutan. Pemanfaatan energi terbarukan saat ini mulai diketahui dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, baik di kota maupun di tempat-tempat terpencil. Pengolahan ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz) di Indonesia merupakan produk hasil pertanian pangan ke dua terbesar setelah padi, sehingga singkong mempunyai potensi sebagai bahan baku yang penting bagi berbagai produk pangan dan industri (Sutisno Koswara, 2009).

(17)

2

potensi cukup besar untuk dikembangkan sebagai bahan baku industri makanan. Ubi kayu sebagai komponen terpenting sumber kalori yang mengandung karbohidrat 85,86% dan pati sebanyak 74,81 % dalam keadaan segar (Susmiati, 2010). selain dapat dikonsumsi secara langsung sebagai makanan, ubi kayu dapat menjadi bahan baku bagi industri tepung tepioka dan tepung ubi kayu (gaplek) yang selanjutnya dipergunakan untuk berbagai macam industri makanan seperti tapai dan keripik/kerupuk singkong. Untuk membuat kerupuk, ubi kayu perlu direbus terlebih dahulu kemudian dihaluskan sampai seperti adonan setelah itu dicetak dan dijemur supaya kerupuk ubi menjadi awet.

Selama ini pengeringan kerupuk ubi/singkong dilakukan dengan cara tradisional yaitu menjemur langsung di bawah sinar matahari. Cara ini sangat bergantung kepada cuaca, ketika cuaca mendung dan hujan kerupuk ubi tidak bisa dikeringkan, ini akan mengakibatkan perubahan warna produk, kerupuk menjadi kuning sehingga kualitas tidak bagus, harga jual menjadi rendah dan waktu pengeringannya juga lama. Supaya kualitas produksi kerupuk ubi lebih baik, Maka dirancang dan dibuat suatu alat pengering kerupuk ubi dimana bisa digunakan bahkan saat cuaca mendung yaitu Alat pengering terowong efek rumah kaca terintegrasi dengan tungku biomassa.

(18)

3

pengering terdiri dari tray pengering memiliki luas ± 20 m2 dengan penutup

polycarbonate bening. Terowong pengering mempunyai dimensi; panjang 6 m,

lebar 2 m, dan tinggi 0,5m. Kolektor surya yang digunakan jenis plat datar bersirip, mempunyai dimensi; lebar 1,2 m, panjang 1,5 m sedangkan tutup (cover) kolektor surya digunakan kaca bening. Tungku biomassa terdiri dari: ruang bakar biomassa, pipa pemindah panas, cerobong asap, blower peniup bahan bakar dan

exhaust fan sebagai peniup udara panas di dalam pipa ke ruang pengering.

Cerobong udara basah terdiri dari: turbin ventilator, saluran udara dan fan

penghisap udara.

Cara kerja alat pengering ini secara keseluruhan adalah udara lingkungan dialirkan ke terowong pengering melalui tungku biomassa kemudian melewati saluran kolektor surya, kemudian udara panas tersebut mengalir ke ruang pengering untuk proses pengeringan. Untuk mempercepat udara basah keluar terowong pengering dan melewati turbin ventilator, udara dialirkan menggunakan

fan dan energi angin memutar turbin ventilator. Ketika cuaca mendung atau hujan, udara lingkungan dipanaskan menggunakan energi panas dari tungku biomassa. Bahan bakar yang dipanaskan pada tungku biomassa yaitu arang tempurung kelapa, dimana nyala bahan bakar ditiup dengan menggunakan blower. Di dalam tungku biomassa terdapat pipa saluran udara dan exhaust fan yang akan mengalirkan udara panas ke ruang pengering untuk proses pengeringan, kemudian keluar melalui turbin ventilator. Energi yang digunakan untuk menggerakkan fan

dan blower adalah energi listrik.

Berdasarkan penjelasan di atas, penyusunan Tugas Akhir ini menjadi landasan penulis dengan judul “Pengering Terowong Efek Rumah Kaca Terintegrasi dengan Tungku Biomassa untuk Mengeringkan Kerupuk Ubi Kayu”.

1.2 Perumusan Masalah

(19)

4 1.3 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui persentase kadar air dan massa air pada kerupuk ubi sebelum dan sesudah dikeringkan.

2. Mengetahui panas yang dihasilkan tungku biomassa dan digunakan untuk pengeringan yang dialirkan secara paksa.

3. Untuk mengetahui efisiensi alat pengering surya terintegrasi dengan tungku biomassa.

4. Untuk mengetahui perbedaan waktu pengeringan kerupuk ubi yang dikeringkan secara langsung di bawah sinar matahari dengan pengeringan mengunakan alat pengering terowong surya terintegrasi dengan tungku biomassa.

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengeringan kerupuk ubi. 2. Mempercepat waktu pengeringan kerupuk ubi.

3. Dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terutama pada kelompok tani yang menginginkan adanya alat pengering untuk meningkatkan hasil produksi mereka.

4. Memberikan pengetahuan tentang pemanfaatan energi biomassa untuk alat pengering.

1.4 Batasan Masalah

Pada penelitian ini pembahasan mengenai alat pengering cukup luas. Agar penelitian yang dilakukan tidak meluas dan menyimpang dari tujuan penelitian maka peneliti membatasinya, yaitu:

1. Menghitung panas yang digunakan pada alat pengering terowong, dimana panas utama bersumber dari tungku biomassa dibantu dengan sinar matahari langsung yang menembus ruang pengering, dimana tutup ruang pengering terbuat dari polycarbonate bening.

(20)

5

3. Menggunakan satu exhaust fan pada tungku biomassa yang terletak di bagian udara masuk untuk mengalirkan udara panas ke ruang pengering.

4. Menggunakan satu blower sebagai peniup bahan bakar dalam tungku biomassa 5. Bahan bakar yang digunakan adalah arang tempurung kelapa sebanyak 3 kg. 6. Bahan yang dikeringkan adalah kerupuk ubi kayu sebanyak 20 kg (1680

keping), dimana ukuran satu kerupuk Ø 9 cm.

(21)

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penjelasan Umum Kerupuk Ubi Kayu

Kerupuk ubi kayu merupakan salah satu produk hasil pertanian dari bahan baku ubi kayu/singkong. Kerupuk ubi adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan ubi kayu atau singkong dicampur dengan bahan perasa. Kerupuk dibuat dengan merebus ubi segar kemudian dihaluskan hingga menjadi adonan untuk bisa dicetak, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari dan digoreng dengan minyak goreng. Kerupuk sering dijadikan pelengkap untuk berbagai makanan khas Indonesia seperti; nasi goreng dan gado-gado. Kerupuk ubi merupakan jenis kerupuk yang sering dijumpai di Indonesia. Daun bawang, bawang putih, bawang merah, dan garam merupakan bumbu utama dari pembuatan kerupuk ini. Pengeringan dengan cara konvensional selama ini dianggap paling mudah dan ptraktis karena sudah biasa dilakukan, biaya operasional murah, namun memiliki beberapa kelemahan yaitu terjadinya kontaminasi produk oleh debu, kotoran dan polusi kendaraan, sehingga kurang higienis, pecah-pecah dan tidak menarik yang menyebabkan kualitas menjadi rendah. Kerupuk yang kering memiliki kadar air yang rendah 10 % dari kadar air semula (sebelum pengeringan), hasil pengeringan kerupuk ubi mentah tandanya kerupuk berbunyi bila dipatahkan (Burlian, F. dan Firdaus, A., oktober 2011). Gambar kerupuk ubi kayu dapat dilihat pada Gambar 2.1.

(22)

7 2.2 Pemanfaatan Energi Sinar Matahari

Sinar matahari mempunyai peranan sangat penting di bumi ini. Pada manusia sinar matahari dapat mengubah pro vitamin D yang ada di bawah lapisan kulit menjadi vitamin D, yang fungsinya untuk memperkuat tulang rangka dan membantu pertumbuhan bayi hingga dewasa.

Pada tumbuhan Energi sinar matahari mutlak diperlukan untuk proses fotosintesa, reaksi fotositesis yaitu :

6H2O + 6CO2 + (sinar matahari) + (keberadaan klorofil) → C6H12O6 + 6O2 (Sumber : Sukandarrumudi, Kotta, H.Z. dan Wintolo, D. 324, 2013)

Energi sinar matahari disebut juga dengan energi surya yang telah dimanfaatkan untuk mengeringkan pakaian, hasil panen dan produk pertanian ataupun perkebunan, seperti Coklat, buah kopi, ubi, kerupuk ubi, kerupuk kentang, temulawak yang dikeringkan secara alami. Energi surya juga merupakan sumber dari energi lain seperti energi angin yaitu memanfaatkan kecepatan angin untuk memutar turbin angin dan energi air yaitu memanfaatkan energi potensial air. Proses terjadinya angin yaitu dari paparan sinar matahari yang menyinari tanah dan air laut, tanah lebih cepat melepaskan panas dibandingkan dengan air. Akibat dari paparan sinar matahari tekanan di atas permukaan tanah menjadi lebih rendah dibandingkan tekanan di atas permukaan air laut. Sehingga dari perbedaan tekanan tersebut terjadilah aliran udara (angin). Sedangkan energi air dimanfaatkan untuk PLTA dan pertanian, dimana air tersebut bersumber dari air hujan hasil penguapan air laut akibat dari paparan sinar matahari.

2.3 Perpindahan Panas

(23)

8

berpindahnya suatu energi (kalor) dari satu daerah ke daerah lain akibat adanya perbedaan temperatur pada daerah tersebut. Ada tiga bentuk mekanisme perpindahan panas yang diketahui, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.

2.3.1 Perpindahan Kalor secara Konduksi

Perpindahan kalor secara konduksi adalah proses perpindahan kalor dimana kalor mengalir dari daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah yang bertemperatur rendah dalam suatu medium (padat, cair atau gas) atau antara medium-medium yang berlainan yang bersinggungan secara langsung sehingga terjadi pertukaran energi dan momentum. Perpindahan panas konduksi dapat dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Perpindahan panas konduksi pada dinding (Sumber: J.P. Holman, hal: 33)

Laju perpindahan panas yang terjadi pada perpindahan panas konduksi adalah berbanding dengan gradien temperatur normal sesuai dengan persamaan (2.1) Persamaan Dasar Konduksi :

q

k

=

kA

dt

dx …(2.1)

Keterangan :

q = Laju perpindahan panas < W> k = Konduktifitas termal <W/m∙°C> A = Luas penampang < m²>

(24)

9

dt/dx adalah gradient temperatur ke arah perpindahan kalor. konstanta positif ”k” disebut konduktifitas atau kehantaran termal benda itu, sedangkan tanda minus disisipkan agar memenuhi hukum kedua termodinamika, yaitu bahwa kalor mengalir dari temperatur tinggi ke temperatur rendah (J.P.Holman, hal.2).

Konduktivitas Termal

Tetapan kesebandingan (k) adalah sifat fisik bahan atau material yang disebut konduktivitas termal. Persamaan (2.1) merupakan persamaan dasar tentang konduktivitas termal. Berdasarkan rumusan itu maka dapatlah dilaksanakan pengukuran dalam percobaan untuk menentukan konduktifitas termal berbagai bahan. Pada umumnya konduktivitas termal itu sangat tergantung pada temperatur, Konduktivitas Termal Berbagai Bahan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1Konduktivitas Termal Beberapa Bahan

Bahan <W/m°K> Polikarbonat 0.2

Kaca 1.05

Aluminium 211

Baja 1 % karbon 45

(Sumber: Jensen, Ted J. 1995. Teknologi Rekayasa Surya. Terjemahan oleh Prof. Wiranto Arismunandar)

2.3.2 Perpindahan Kalor secara Konveksi

Perpindahan panas secara konveksi bergantung pada nilai koefisien konveksi fluidanya. Konveksi merupakan perpindahan kalor yang disertai dengan perpindahan massa medianya, dan media konveksi adalah fluida. Konveksi terjadi

karena adanya perbedaan kecepatan fluida bila temperaturnya berbeda, yang

tentunya akan berakibat pada perbedaan berat jenis (berat tiap satuan volume).

Fluida yang bertemperatur tinggi akan mempunyai berat jenis yang lebih kecil

bila dibandingkan dengan fluida sejenisnya yang bertemperatur lebih rendah.

Karena itu, maka fluida yang bertemperatur tinggi akan naik sambil membawa

(25)

10

Konveksi adalah proses transfer energi dengan kerja gabungan dari konduksi

panas, penyimpanan energi dan gerakan mencampur. Konveksi sangat penting

sebagai mekanisme perpindahan energi antara permukaan benda padat dan cairan

atau gas.

Konveksi dapat terjadi secara alami dan secara paksa. Beberapa tahap

perpindahan energi dengan cara konveksi. Pertama, panas akan mengalir dengan

cara konduksi dari permukaan ke partikel – partikel fluida yang berbatasan.

Energi yang berpindah dengan cara demikian akan menaikkan temperatur dan

energi dalam partikel fluida ini. Kemudian partikel fluida tersebut akan bergerak

ke daerah yang bertemperatur lebih rendah di dalam fluida dimana partikel

tersebut akan bercampur dan memindahkan sebagian energinya pada partikel

fluida lainnya. Dalam hal ini alirannya adalah aliran fluida maupun energi. Energi

disimpan di dalam partikel – partikel fluida dan diangkut sebagai akibat gerakan

massa partikel tersebut.

Perpindahan panas konveksi diklasifikasikan dalam konveksi bebas/alami ( free convection) dan konveksi paksa (forced convection) menurut cara alirannya. Bila gerakan mencampur berlangsung semata-mata sebagai akibat dari perbedaaan

kerapatan yang disebabkan oleh gradient temperatur, maka proses ini yang disebut

dengan konveksi bebas atau alamiah (natural). Bila gerakan mencampur

disebabkan oleh suatu alat dari luar, seperti pompa atau kipas, maka prosesnya

disebut konveksi paksa. berikut ini pada Tabel 2.2 menyajikan data berupa koefisien perpindahan panas secara konveksi dan gambar Perpindahan kalor secara konveksi dapat dilihat pada Gambar 2.3

Tabel 2.2 perpindahan panas secara konveksi

No. Proses H < W/m2o

Konveksi dengan perubahan fasa (mendidih dan mengembun)

(26)

11

Gambar 2.3 Perpindahan kalor secara konveksi (Sumber: J.P. Holman, hal, 252)

Proses pemanasan atau pendinginan fluida yang mengalir didalam saluran tertutup seperti pada gambar 2.2 merupakan contoh proses perpindahan panas. Laju perpindahan panas pada beda temperatur tertentu dapat dihitung dengan Persamaan (2.2).

�= −ℎ� ( Tw – T ) …(2.2)

Keterangan :

Q = Laju Perpindahan Panas < W >

h = Koefisien perpindahan Panas Konveksi < W / m2∙oC >

A = Luas Bidang Permukaan Perpindahaan Panas < m2 >

Tw = Temperatur Dinding < oC >

T∞ = Temperatur lingkungan < oC >

Tanda minus (–) digunakan untuk memenuhi hukum II thermodinamika, sedangkan panas yang dipindahkan selalu mempunyai tanda positif (+).

Persamaan (2.4) mendefinisikan tahanan panas terhadap konveksi. Koefisien pindah panas permukaan h, bukanlah suatu sifat zat, akan tetapi menyatakan besarnya laju pindah panas didaerah dekat pada permukaan itu. Perpindahan Panas secara konveksi paksa dan alami dapat dilihat pada Gambar 2.4.

(27)

12

Perpindahan konveksi paksa dalam kenyataanya sering dijumpai, karena dapat meningkatkan efisiensi pemanasan maupun pendinginan satu fluida dengan fluida yang lain.

2.3.3 Perpindahan Kalor secara Radiasi

Proses dengan perpindahan panas radiasi terjadi berdasarkan temperaturnya tanpa

bantuan dari suatu zat antara (medium) disebut radiasi termal. Defenisi lain dari

radiasi termal ialah radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh suatu benda

karena temperaturnya. Radiasi adalah proses perpindahan panas melalui

gelombang elektromagnetik atau paket-paket energi (photon) yang dapat dibawa sampai pada jatray yang sangat jauh tanpa memerlukan intetraysi dengan medium

(ini yang menyebabkan mengapa perpindahan panas radiasi sangat penting pada

ruang vakum), disamping itu jumlah energi yang dipancarkan sebanding dengan

temperatur benda tersebut. Tidak seluruh energi yang disebutkan dalam konstanta

surya mencapai permukaan bumi, karena terdapat absorpsi yang kuat dari

karbondioksida dan uap air di atmosfer. Perpindahan panas secara radiasi dapat

dirumuskan sebagai berikut pada Persamaan (2.3).

qrad = ��(�14− �24) …(2.3)

Dimana � adalah konstanta Stefan-Boltzman dengan nilai 5,669 x 10-8 W/m2, � adalah emisivitas benda dan T adalah beda temperatur. Perpindahan panas radiasi dapat dilihat pada Gambar 2.5.

(28)

13

Energi radiasi dikeluarkan oleh benda karena temperatur, yang dipindahkan melalui ruang antara, dalam bentuk gelombang elektromagnetik Bila energi radiasi menimpa suatu bahan, maka sebagian radiasi dipantulkan, sebagian diserap dan sebagian diteruskan seperti Gambar 2.5.

2.4 Proses Pengeringan

Proses pengeringan adalah suatu proses pemindahan panas dan massa secara simultan atau mengurangi kandungan air dari suatu bahan yang dikeringkan dengan menguapkan air tersebut dengan memerlukan energi panas. Pada pengeringan ada beberapa peristiwa yang terjadi (Burlian, F. dan Firdaus, A., oktober 2011) yaitu :

a) Proses pemindaham panas, yaitu proses yang terjadi karena perbedaan temperatur, panas yang dialirkan akan meningkatkan temperatur bahan yang lebih rendah, menyebabkan tekan uap air di dalam bahan lebih tinggi dari tekan uap air di udara.

b) Proses pemindahan massa, yaitu suatu proses yang terjadi karena kelembapan relatif udara pengering lebih rendah dari kelembaban relatif bahan, panas yang dialirkan di atas permukaan bahan akan meningkatkan uap air bahan sehingga tekenan uap air akan lebih tinggi dari tekanan uap udara ke pengering. Proses pengeringan dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Proses pengeringan

2.4.1 Tujuan Pengeringan

(29)

14

proses terkahir dari sederetan operasi, dan hasil pengeringan biasanya siap untuk dikemas. Pengaturan temperatur dan lamanya waktu pengeringan dilakukan dengan memperhatikan kontak antara alat pengering dengan alat pemanas baik itu berupa udara panas yang dialirkan maupun alat pemanas lainnya. Tujuan pengeringan antara lain (Mc. Cabe . 2002) :

1. Agar produk dapat disimpan lebih lama. 2. Mempertahankan daya fisiologik bahan 3. Mendapatkan kualitas yang lebih baik, 4. Menghemat biaya pengangkutan.

2.4.2 Jenis Pengeringan

Dalam proses pengeringan ada 3 jenis pengeringan yang dilakukan yaitu pengeringan secara alamiah, pengeringan menggunakan bahan bakar atau mekanis dan pengeringan gabungan.

1. Pengeringan Secara Alamiah

Pengeringan secara alamiah adalah pengeringan yang dilakukan secara tradisional atau yang tidak menggunakan alat pengering yaitu dengan menjemur bahan yang dikeringkan di atas penjemur langsung ditempat yang ada paparan sinar matahari. Pengeringan dengan cara ini tentu sangat bergantung terhadap cuaca dan intensitas sinar matahari.

2. Pengeringan Mekanis

Pengeringan secara mekanis adalah pengeringan yang dilakukan dengan menggunakan alat pengering dimana panas yang digunakan bersumber dari panas bahan bakar yang berupa tungku biomassa. Pengeringan dengan cara ini merupakan alternatif jika cuaca mendung ataupun intensitas sinar matahari yang rendah. Adapun jenis pengeringan mekanis adalah Tray Dryer (pengering berbentuk tray), Rotary Dryer (pengering berputar), Spray Dryer (pengering semprot)dan Freeze Dryer (pengering beku).

3. Pengeringan Gabungan

(30)

15

biomassa kemudian dihembus ke ruang pengering mengunakan media peniup). metode pengeringan ini dilakukan untuk mempercepat peningkatan temperatur udara dan panas yang diberikan relatif konstan terhadap bahan yang dikeringkan sehingga mempercepat proses pengeringan.

2.4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengeringan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada dua macam yaitu :

1. Faktor yang berhubungan dengan udara pengering adalah temperatur, kecepatan volumetrik, aliran udara pengering dan kelembaban udara.

2. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan yang dikeringkan adalah ukuran bahan, kadar air awal dan tekanan parsial dalam bahan.

Kelembaban udara berpengaruh terhadap proses pemindahan uap air. Apabila kelembaban udara tinggi, maka perbedaan tekanan uap air di dalam dan di luar bahan menjadi kecil sehingga menghambat pemindahan uap air dari dalam bahan keluar. Pengaturan temperatur dan waktu pengeringan dilakukan dengan mengatur bahan bakar pada alat pengering, seperti udara panas yang dialirkan dan temperatur dalam tungku biomassa. Temperatur pengeringan akan mempengaruhi kelembaban udara di dalam alat pengering dan laju pengeringan untuk bahan tersebut. Pada kelembaban udara yang tinggi, laju penguapan air bahan akan lebih lambat dibandingkan dengan pengeringan pada kelembaban yang rendah (Taufiq, 2004).

2.5 Laju energi masuk tunnel dryer (in)

Kemampuan tunnel dryer menyerap energi radiasi matahari kemudian dirubah menjadi energi panas yang dipengaruhi oleh luas permukaan polikarbonat. Besarnya laju energi yang diserap oleh polikarbonat dapat ditentukan dengan Persamaan (2.4).

Qin = It · At …(2.4)

Dimana ;

(31)

16 2.6 Laju energi bahan bakar (bb)

Laju energi bahan bakar merupakan rentang daya biomassa yaitu perbandingan jumlah konsumsi bahan bakar dengan waktu yang dibutuhkan selama pembakaran dikali nilai kalor bahan bakar (NKB). Tungku bahan bakar lulus uji konsumsi spesifik bahan bakar maksimum 1 kg/h (SNI, Kinerja tungku biomassa. 2012).

2.7 Laju energi berguna biomassa (u)

Energi berguna atau yang bermanfaat tungku biomassa yaitu energi dihasilkan tungku biomassa yang dipengaruhi oleh laju aliran udara, temperatur udara masuk dan keluar tungku biomassa serta panas spesifik. Besarnya energi bermanfaat dapat dihitung dengan persamaan (2.5).

Qu = ṁ·Cp·∆T …(2.5)

Dimana ;

ṁ = Laju aliran massa fluida kerja <kg/s>

Cp = Panas spesifik fluida <J/kg·°K> (Teknologi Rekayasa Surya. 215) ∆T = Beda temperatur fluida kerja <°C>

2.8 Laju penguapan air bahan spesifik (SMER)

Laju penguapan air bahan spesifik (Specific Moisture Evaporation Rate) merupakan perbandingan air yang disingkirkan dari bahan dalam kg/h dengan energi input dalam kW, SMER dapat ditentukan dengan persamaan (2.6).

SMER = ṁab

Etotal

…(2.6)

Etotal = Ebb + Eblw total + Qin

Dimana;

ṁab = Laju aliran massa air bahan <kg/s>

Etotal = Laju energi input untuk pengeringan <kW> SMER = Laju penguapan air bahan spesifik <kg/kwh> Eblw total = Daya listrik blower total <W>

(32)

17 2.9 Efisiensi Termal

Efisiensi termal dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara kalor yang diserap oleh bahan yang dikeringkan terhadap energi input. Tungku Biomassa dinyatakan lulus uji atau layak pakai memenuhi nilai efisiensi termal minimal 20% (SNI, kinerja tungku biomassa, 2012). Efisiensi termal dapat hitung dengan persamaan (2.7).

ηth =

ṁab· hfg

Etotal

×

100 % …(2.7)

Dimana :

hfg = panas laten < kJ/kg >

ṁab = Laju pengeringan bahan < kg/h > Etotal = Laju energi input < kW > ηth = Efisiensi thermal < % >

2.10 Turbin Ventilator

Turbin Ventilator atau sering disebut Turbo Air adalah sejenis exhaust fan atau roof fan, dimana fungsi alat tersebut adalah menghisap udara panas, debu, dan juga berfungsi sebagai alat ventilasi / sirkulasi udara. Turbin Ventilator tidak memakai tenaga listrik, bebas perawatan, dan dapat bekerja selama 24 jam, sehingga jauh lebih efisien dibandingkan dengan exhaust fan dan roof fan. Turbin Ventilator dapat dilihat pada Gambar 2.7

(33)

18 1. Cara Kerja Turbin Ventilator

Turbin Ventilator akan berputar hanya dengan hembusan angin yang lemah sekalipun, tetapi juga mampu menahan angin berkecepatan tinggi. Berputarnya Turbin Ventilator juga disebabkan karena adanya perbedaan tekanan udara di dalam dengan di luar ruangan, dimana secara alamiah udara panas di dalam ruangan akan mengalir dan menekan keluar melalui sirip-sirip turbin sehingga membuat Turbin Ventilator berputar. Dengan demikian ada atau tidak ada angin, Turbin Ventilator akan selalu berputar akibat dari perbedaan tekanan.

2. Kelebihan Turbin Ventilator

Beberapa kelebihan dari Turbin Ventilator adalah: 1. Bebas biaya listrik ( operational free )

2. Bebas biaya perawatan ( maintenance free ) 3. Kuat dan ringan

4. Tahan terhadap korosi dan tidak berisik

2.11 Tungku Biomassa

(34)

19

Gambar 2.8 Tungku Biomassa

2.11.1 Bagian-bagian Tungku Biomassa Beberapa bagian dari tungku biomassa yaitu :

1. Merupakan saluran masuk, udara lingkungan dimana udara lingkungan dihisap menggunakan exhaust fan melewati pipa pemindah panas.

2. Pipa pemindah panas, berfungsi untuk memanaskan udara lingkungan. 3. Merupakan saluran udara masuk ke ruang pengering.

4. Ruang pembakaran, merupakan tempat pembakaran yang menggunakan arang tempurung sebagai bahan bakar tungku biomassa.

5. Blower, digunakan untuk membantu proses pembakaran arang tempurung. 6. Merupakan cerobong asap, tempat keluarnya asap dan abu hasil dari

pembakaran arang tempurung pada ruang pembakaran.

(35)

20

2.11.2 Kelebihan dan Kekurangan Energi Biomassa 1. Kelebihan Biomassa

Sumber Energi Terbarukan

Biomassa berasal dari sumber-sumber seperti tanaman dan hewan, singkatnya, merupakan sumber yang bisa diganti.Tanaman dapat tumbuh berulang-ulang pada lahan yang sama tanpa harus mengeluarkan biaya yang relatif tinggi. Bahannya selalu tersedia, selama ini penggunaan lebih banyak untuk keperluan memasak seperti membakar ikan, ayam. Sedangkan dalam pendidikan pengunaannya diarahkan untuk penelitian yang lebih diarahkan sebagai sumber panas untuk proses perngeringan.

Mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil

Bahan bakar fosil seperti minyak bumi, batubara dan lain-lain terdapat dalam jumlah terbatas.Dibutuhkan jutaan tahun bagi pembentukan bahan bakar fosil sehingga tidak bisa digantikan dalam waktu singkat.Bahan bakar biomassa hadir sebagai sumber energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Mengurangi limbah

Dimana tungku biomassa menggunakan arang tempurung sebagai bahan bakar. Karena Penyebaran tanaman kelapa dihampir seluruh wilayah indonesia, karena itu banyaknya industri kecil dan rumah tangga yang menggunakan bahan dasar kelapa mengakibatkan limbah tempurung kelapa semakin meningkat. Oleh sebab itu dengan penggunaan tempurung kelapa sebagai bahan bakar Tungku biomassa dapat mengatasi permasalahan limbah.

2. Kekurangan Biomassa

 Tungku Biomassa memiliki sedikit gas buang yang bersifat kotor seperti campuran asap dan abu sisa pembakaran arang tempurung.

 Secara ekonomisnya proses pembuatan tungku biomassa, membutuhkan tenaga dan biaya relatif besar. Yang sangat tergantung pada kontruksi yang di inginkan.

 Kandungan kelembaban yang tinggi.

(36)

21 2.11.3 Arang Tempurung

Penyebaran tanaman kelapa dihampir seluruh wilayah indonesia, karena itu banyaknya industri kecil dan rumah tangga yang menggunakan bahan dasar kelapa yang mengakibatkan limbah tempurung kelapa semakin meningkat. Oleh sebab itu dengan penggunaan tempurung kelapa sebagai bahan bakar tungku biomassa dapat mengatasi permasalahan limbah.

Pemanfaatan tempurung kelapa sebagai energi bahan bakar tungku biomassa dapat memperbaiki mutu tempurung sehingga akan meningkatkan nilai ekonomis tempurung kelapa tersebut. Arang tempurung kelapa dapat dilihat pada Gambar 2.9

Gambar 2.9 Arang Tempurung.

Adapun energi bahan bakar (arang tempurung) tungku biomassa dapat ditentukan dengan persamaan (2.8).

Ebb= ṁbb × NKB …(2.8)

Dimana;

Ebb = Energi bahan bakar

ṁbb = Laju pembakaran massa bahan bakar <kg/s> NKB = Nilai Kalor Bahan bakar <kJ/kg>

(37)

22

paling tinggi dibandingkan dengan biomassa lainnya, yaitu 20.5 MJ/kg atau 20.500 kJ/kg (V. Kirubakaran, 2007) dapat dilihat pada Tabel 2.4 analisis ultimasi dari biomassa. Selain memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, tempurung kelapa juga merupakan salah biomassa yang mudah dicari atau ketersediaan yg banyak.

Tabel 2.3 Komposisi Tempurung Kelapa

Komponen Persentase (%)

(Sumber: Jurnal V. Kirubakaran dkk, A review gasification of biomass, juli 2007)

Tabel 2.4 analisis ultimasi dari biomassa.

SI. No.

(38)

23 2.12 Pengering Terowong (Tunnel Dryer)

Alat Pengering terowong merupakan alat yang digunakan untuk mempercepat proses pengeringan bahan dengan bentuk dan ukuran seragam. Biasanya bahan yang dikeringkan berbentuk biji-bijian, sayatan/irisan, dan bentuk padatan lainnya. Bahan yang akan dikeringkan ditebarkan dengan tebal lapisan tertentu di atas dulang atau anyaman bambu. Dulang tersebut diletakkan di atas tray – tray yang berada dalam ruang pegering. Jarak antara dulang diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan udara panas dengan bebas dapat melewati tiap dulang, sehingga pengeringan dapat seragam. Gambar tunnel dryer dapat dilihat pada Gambar 2.10

Gambar 2.10 Ruang Pengering Terowong

2.13 Kadar Air Bahan

(39)

24

Kadar air di dalam bahan dapat diketahui dengan dua cara yaitu sebagai berikut :

1. Metode Basis Basah.

Kadar air basis basah didefinisikan sebagai perbandingan massa air di dalam bahan dengan massa bahan basah. Untuk menghitung kadar air basis basah, bisa menggunakan Persamaan (2.9).

Kadar air kering didefinisikan sebagai perbandingan massa air di dalam bahan dengan massa padatan. untuk menghitung kadar air basis kering, bisa

2.14.1 Tekanan Uap air dan Kelembaban relatif

(40)

25 2.14.2 Pemanasan Udara dan Entalpi

Terjadinya pemanasan udara ditandai dengan naiknya temperatur udara. Pada keadaan ini kelembapan mutlak udara konstan. Akan tetapi bila dilihat pada diagram psikrometrik (psychrometric chart), temperatur udara bergerak ke kanan yang menyebabkan turunnya kelembaban relatif. Diagram psikrometrik dapat dilihat pada Gambar 2.11.

Gambar 2.11 Diagram psikrometrik

psychrometric chart adalah diagram hubungan termodinamika antara campuran

uap air dan udara. Hubungan ini perlu dimengerti untuk memahami proses pengeringan karena bertalian dengan peran usaha pengambilan air dari produk yang dikeringkan.

(41)

26

Entalpi udara lembab adalah kandungan energi (panas) dari udara persatuan berat udara kering.

2. Temperatur bola kering <°C>

Temperatur bola kering (dry bulb temperature) yaitu nilai yang tercatat oleh termometer biasa.

3. Temperatur bola basah <°C>

Temperatur bola basah (wet bulb temperature) yaitu temperatur yang ditunjukan oleh termometer yang dibalut kain kasa basah.

4. Temperatur titik embun <°C>

Temperatur titik embun (dew point temperature) adalah temperatur dimana terjadi kondensasi bila udara lembab didinginkan pada kelembapan mutlak

(absolute humidity) konstan.

5. Kelembapan relatif <%>

Merupakan perbandingan tekanan parsial uap air terhadap tekanan parsial uap air dalam udara jenuh pada temperatur sama.

6. Volume jenis <m³/kg udara kering>

Volume spesifik (specific volume) adalah volume udara lembab per satuan berat udara kering.

7. Kelembapan spesifik <gr uap air/kg udara kering>

Merupakan perbandingan massa uap air yang dikandung terhadap massa uadara kering pada keadaan tertentu.

2.14.3 Temperatur

Pengukuran temperatur udara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu temperatur bola basah atau temperature wet bulb (Twb) dan temperatur bola kering atau

temperature dry bulb (Tdb). Pengukuran temperatur bola basah digunakan dengan

(42)

27

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskrip Alat 3.1.1 Tungku Biomassa

Tungku biomassa merupakan alat pemanas yang memanfaatkan kalor dari hasil pembakaran biomassa di dalam ruang pembakarannya. Panas dari ruang pembakaran akan terjadi konversi energi terhadap pipa-pipa yang berada di atas ruang pembakaran, pipa-pipa tersebut dialiri oleh udara luar dengan menggunakan exhaust fan, setelah udara melewati pipa-pipa temperatur udara akan naik sesuai dengan temperatur yang kita inginkan. Sumber energi yang digunakan yaitu arang tempurung.

3.1.2 Ruang Pengering

Ruang pengering terdiri dari tiga ruang, dimana satu ruang pengering terdiri dari dua tray pengering. Jadi jumlah keseluruhan pada ruang pengering sebanyak enam tray pengering dengan kapasitas 1500-1700 keping kerupuk ubi.

3.1.3 Turbin Ventilator

Turbin Ventilator adalah sejenis exhaust fan atau roof fan, dimana fungsi alat tersebut adalah menghisap udara panas, debu, dan juga berfungsi sebagai alat ventilasi / sirkulasi udara.Turbin ventilator mampu bekerja menghisap udara pada sebuah ruangan dan membuang udara secara otomatis keluar ruangan. Untuk membantu dan memaksimalkan kinerja dari turbin ventilator turbin menggunakan

fan dan menara ventilator. Menara ventilator dibuat untuk memudahkan pembuangan udara karena udara cenderung berpindah ketempat yang lebih tinggi.

3.2 Cara Kerja Pengering Terowong (Tunnel dryer)

(43)

28

kelapa untuk memanaskan pipa-pipa pemindah panas sehingga terjadi perpindahan panas secara konveksi dengan udara lingkungan. Udara lingkungan dihisap menggunakan exhaust fan yangberfungsi untuk mempercepat aliran udara masuk tungku biomassa melewati pipa pemindah panas, saluran udara ke ruang pengering dan masuk ruang pengering.

Penutup ruang pengering terbuat dari polikarbonat bening yang berguna untuk menyerap dan meneruskan gelombang pendek dari sinar matahari yang masuk ruang pengering sehingga panas terperangkap dan menimbulkan gelombang panjang di dalam ruang pengering kemudian panas dipantulkan dan diserap oleh plat aluminium, tray pengering dan kerupuk ubi. Hal ini menyebabkan perpindahan panas dan massa pada kerupuk ubi akibatnya terjadi penguapan air pada bahan. Akibat dari penguapan ini terjadi perbedaan tekanan dalam ruang pengering dengan tekan luar sehingga uap air mengalir melalui turbin ventilator dari dalam ruang pengering dan membuangnya secara otomatis ke lingkungan. Sistem pengering terowong efek rumah kaca terintegrasi dengan tungku biomassa dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan skema tahanan termal pengering terowong pada Gambar 3.2.

(44)

29

(45)

30 3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu: perancangan, pembuatan, dan uji pengeringan kerupuk ubi kayu. Proses perancangan dan pembuatan alat dilaksanakan dari 20 Maret sampai dengan 5 mei 2016 yang bertempat di

workshop mesin Institut Teknologi Padang. Sedangkan uji pengeringan kerupuk

ubi kayu dilakukan pada produsen kerupuk ubi kelompok tani PARANCIHSE di Jorong koto Kaciak Magek, Nagari Magek, Kec. Kamang Magek, Kab. Agam, Sumatera Barat. Pada tanggal 19 agustus sampai 21 agusrus 2016.

3.4 Diagram Alir Penelitian

Diagram alir pengeringan kerupuk ubi dapat dilihat pada Gambar 3.3

Mulai

Persiapan Alat dan Bahan

Timbang Kerupuk Ubi Kayu

Keringkan sampel kerupuk dengan Oven Temp. 105 °C sampai hilang kadar air

Kerupuk ditimbang 1 kg ke Tungku Biomassa

Nyalakan Exhaust fan pada

Inlet Tungku Biomassa

Tungku Biomassa dinyalakan Masukkan Kerupuk ke dalam Ruang Pengering

(46)

31

Gambar 3.3 Diagram alir penelitian pengeringan kerupuk ubi

Pada 75 menit Ambil data, Kerupuk Kering

Pada 90 menit Ambil data, tambah arang tempurung,

Kerupuk Kering Tidak

Selesai Ya

Pada 45 menit Ambil data, Kerupuk Kering

Pada 60 menit Ambil data, tambah arang tempurung,

Kerupuk Kering Tidak

Tidak Pada 30 menit Ambil data,

tambah arang tempurung 1 kg tiap 30 menit. Kerupuk Kering

B

Analisa data dan pembahasan

(47)

32

3.5 Alat Ukur, Alat Bantu, Perlatan dan Bahan 3.5.1 Alat Ukur dan Alat Bantu

Beberapa alat ukur dan Alat Bantu yang digunakan pada penelitian pengeringan kerupuk ubi yaitu:

a) Solarimeter

Solarimeter adalah salah satu jenis pyranometer, alat ukur yang digunakan untuk mengukur radiasi matahari langsung maupun yang terdifusi. Cara kerjanyasinar matahari atau radiasi yang datang secara langsung maupun yang dipancarkan oleh atmosphere akan menembus glass dome. Radiasi dengan panjang gelombang sampai dengan 3.0 µm akan diteruskan ke lempeng logam hitam dan putih. Lempeng logam hitam akan mengabsorbsi panas radiasi, sementara lempeng putih akan memantulkan radiasi sehingga terjadi perbedaan temperatur diantara kedua jenis lempengan logam ini. Perbedaan temperatur dari kedua lempengan ini dihubungkan ke circuit thermojunctions yang mengubah besaran panas menjadi perbedaan tegangan potensial diantara kedua ujung lempengan. Selanjutnya dianologikan sebagai besaran intensitas radiasi global (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika 2007). Gambar dan spesifikasi solarimeter dapat dilihat pada Gambar 3.4 dan Tabel 3.1.

Gambar 3.4 Solarimeter

Tabel 3.1 Spesifikasi solarimeter

1 Merk EPPLEY Radiometer

2 Model 8–48

3 Serial No. 32856

4 Konstanta 8.56 × 10-6 V/Wm-2

5 Kompensasi

Temperatur –20°C sampai 40°C

(48)

33 b) Termometer Digital

Termometer digital adalah alat pengukur temperatur dengan menggunakan termokopel sebagai sensor pembaca. Prinsip kerjanya memanfaatkan karakteristik hubungan antara tegangan (volt) dengan temperatur. Setiap jenis logam, pada temperatur tertentu memiliki tegangan tertentu pula.

Pada temperatur yang sama, logam A memiliki tegangan yang berbeda dengan logam B, terjadilah beda tegangan (kecil sekali, miliVolt) yang dapat dideteksi. Jadi dari input temperatur lingkungan setelah melalui termokopel terdeteksi sebagai perbedaan tegangan (volt). Beda tegangan ini kemudian dikonversikan kembali nilai arusnya melalui pengkomparasian dengan nilai acuan dan nilai

offset di bagian komparator, fungsinya untuk menerjemahkan setiap satuan

amper ke dalam satuan volt kemudian dijadikan besaran temperatur yang ditampilkan melalui layar/monitor berupa seven segmen yang menunjukkan temperatur yang dideteksi oleh termokopel. Termometer digital dan spesifikasi dapat dilihat pada Gambar 3.5.dan Tabel 3.2.

Gambar 3.5 Termometer digital

Tabel 3.2 Spesifikasi termometer digital

1 Model APPA 55 II

2 J-Type –210°C –1200°C 3 Iron-Constantan –346°F –2192°F 4 K-Type –200°C –1372°C 5 Chromel-Alumel –328°F –2501°F

6 Corporation APPA Technology corp made in taiwan

c) Timbangan digital

(49)

34

Gambar 3.6 Timbangan digital

Tabel 3.3 Spesifikasi timbangan digital

1 Model Excell

2 Tipe BH-600

3 Kapasitas 600 gr

4 Div. 0.01 gr

5 Tegangan 9 VDC

6 Arus 500 mA

d) Oven

Oven digunakan untuk mengeringkan bahan sampai kadar air dalam bahan tersebut menjadi habis, dimana pengeringan ini dilakukan untuk mendapatkan kadar air pada bahan. Cara kerjanya dengan memancarkan radiasi gelombang terhadap bahan yang dipanaskan atau dikeringkan, molekul dalam bahan tersebut akan menyerap energi dari gelombang dalam sebuah proses yang disebut pemanasan dielektrik. Dimana molekul adalah dipol listrik yang memiliki muatan positif dan negatif, kemudian molekul tersebut akan berputar untuk mensejajarkan dengan medan listrik yang berubah-ubah yang diinduksikan oleh pancaran gelombang. Akibat dari gerakan molekul inilah yang menciptakan panas. Oven dapat dilihat pada Gambar 3.7

(50)

35 e) Anemometer

Anemometer digunakan untuk mengukur kecepatan udara masuk tungku biomassa. Prinsip kerja anemometer yaitu angin mengadakan tekanan yang kuat pada baling-baling yang berbentuk cekung. Bagian yang cekung akan berputar kesatu arah, poros yang berputar dihubungkan dengan dinamo kecil. Bila baling-baling berputar maka terjadi arus listrik yang besarnya sebanding dengan kecepatan putaran. Besarnya arus listrik dihubungkan dengan galvanometer yang telah ditera dengan satuan kecepatan dalam m/s. Anemometer dan spesifikasi dapat dilihat di Gambar 3.8 dan Tabel 3.4.

Gambar 3.8 Anemometer

Tabel 3.4 Spesifikasi anemometer 1 Merk Professional Instuments 2 Baterai Baterai Lithium

3 Tegangan 3 Volt 4 Kecepatan m/s

f) Stop watch

Stop watch digunakan untuk menghitung waktu pengeringan. Stop watch dapat dilihat pada Gambar 3.9.

Gambar 3.9 Stop watch

g) Blower

(51)

36

rendah ke tekanan tinggi akibat adanya gaya sentrifugal yang dialami oleh fluida. Blower dan spesifikasi dapat dilihat pada Gambar 3.10 dan Tabel 3.5.

Gambar 3.10 Blower

Tabel 3.5 Spesifikasi blower

1 Merk Generic

2 Tipe 2 Inch

3 Daya 150 Watt

4 Kec. Putaran 3000 rpm

h) Exhaust fan

Exhaust fan digunakan untuk membantu menambah kecepatan aliran udara

panas dari saluran pipa pemindah panas dari tungku biomassa yang mengalir ke ruang pengering sehingga mempercepat laju pengeringan. Prinsip kerjanya menghisap udara kedalam ruangan dan juga mengatur volume udara yang akan disirkulasikan pada ruangan. Exhaust fan dan spesifikasi dapat dilihat pada Gambar 3.11 dan Tabel 3.6.

Gambar 3.11 Exhaust fan

Tabel 3.6 Spesifikasi Exhaust fan

1 Tipe 14 Inch

2 Arus 1.5 Amp.

(52)

37 3.5.2 Peralatan

Alat yang digunakan dalam proses pembuatan alat pengering terowong efek rumah kaca adalah mesin las, gas pemotong, mesin bor, bor tangan, gerinda tangan, gerinda potong, gergaji besi, mistar, penggores, siku-siku, kompresor, gunting plat, palu, dan alat keselamatan kerja.

3.5.3 Bahan

Bahan yang digunakan dalam proses pembuatan alat pengering terowong adalah baja siku A3, baja siku A4, baja stalbus ฀ 30mm, elektroda Ø 2,6 mm, polycarbonate, GRC tebal 4 mm, kaca tebal 5 mm, seng plat tebal 0,2 mm, plat aluminium 1 mm, baut, pipa Ø 3 inci, karpet, glaswol atau peredam, rivet, engsel, cat, baja strip, triplek, silicon, dll.

Adapun bahan yang digunakan untuk penelitian pengeringan yaitu: 1. Kerupuk ubi sebagai media pengering

2. Arang tempurung sebagai bahan bakar

3.6 Proses Pengambilan Data

Dalam pengambilan data penelitian, dilakukan proses pengeringan dengan menggunakan oven dan pengeringan menggunakan alat pengering terowong.

3.6.1 Proses pengeringan menggunakan oven

Proses ini dilakukan untuk mengetahui pengurangan kadar air awal dalam bahan. Beberapa bahan dikeringkan dalam oven dengan temperatur 105 °C sampai bahan kering atau pada kadar air 0 %. Kadar air awal bahan diperlukan sebagai data pembanding dan untuk menentukan kadar air bahan setelah pengeringan menggunakan pengering terowong dan pengeringan udara bebas. Setelah proses pengeringan dengan oven selesai, maka didapatkan kadar air awal bahan.

3.6.2 Proses Pengeringan Menggunakan Alat Pengering Terowong

Untuk mengetehui prestasi sistem pengering, proses pengeringan dilakukan dengan meletakkan kerupuk ubi pada tray dalam ruang pengering dengan jumlah

(53)

38

menimbang sampel kerupuk ubi setiap 15 menit. Data dari sampel yang diambil kemudian diakumulasikan dengan jumlah kerupuk ubi 140 keping tiap dulang. Pada proses ini akan diperoleh data-data dari hasil pengujian pada sistem pengering terowong untuk pengeringan ketupuk ubi. Kemudian data-data dari hasil pengujian tersebut akan dianalisa untuk mengetahui prestasi sistem terowong pengering efek rumah kaca yang akan dibuat dalam bentuk grafik.

3.7 Variabel – variabel yang Diukur

Adapun variabel-variabel yang diukur pada pengujian ini yaitu waktu pengeringan, intensitas matahari, kecepatan udara masuk ruang pengering, temperatur udara pada tungku biomassa dan pada terowong pengering, variabel tersebut dapat dilihat pada skema alat pengering yaitu pada Gambar 3.12.

Gambar 3.12 Skema alat pengering terowong efek rumah kaca terintegrasi dengan tungku biomassa

1. Intensitas matahari (It) dan waktu pengeringan 2. Kecepatan udara masuk tungku biomassa 3. Temperatur ruang bakar (TRb)

4. Temperatur udara bola basah dan bola kering masuk tungku biomassa (T1 & T2)

5. Temperatur udara bola kering keluar tungku biomassa (T3)

(54)

39

7. Temperatur udara bola kering tiap tray pengering (T6 sampai T11) 8. Temperatur udara bola basah dan bola kering keluar ruang pengering

(T12 & T13)

9. Massa awal dan massa akhir kerupuk ubi

3.8 Metode Analisa Data

(55)

40

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil pengujian pengeringan kerupuk ubi dengan menggunakan alat pengering terowong efek rumah kaca dengan tungku biomassa. Dimana sumber panas utama untuk pengeringan berasal dari biomassa yaitu pada ruang bakar tungku biomassa, bahan bakar arang tempurung kelapa di panaskan untuk memanaskan pipa-pipa saluran udara sehingga terjadi perpindahan panas dengan udara lingkungan yang masuk ruang pengering melewati pipa-pipa saluran udara dalam tungku biomassa. Dimana temperatur rata-rata keluar biomassa 60.1 °C dan masuk ruang pengering 52 °C. pada temperatur ini terjadi penurunan dikarenakan ada panas yang diserap oleh dinding ruang bakar, pipa-pipa dan saluran udara. Aliran udara dianggap dalam keadaan steady state dimana kecepatan udara masuk dan kecepatan udara keluar tungku biomassa tidak berubah terhadap waktu karena penampangnya sama. Pada saat pengujian kerupuk ubi yang dikeringkan sebanyak 20.7 kg dengan kadar air awal 55 % hingga kadar air akhir 17 %. Ruang pengering alat ini terdiri dari enam tray pengering (tiga tray bagian atas dan tiga tray bagian bawah) selain memanfaatkan energi panas dari tungku biomassa, panas dari sinar matahari menjadi sumber panas yang secara langsung menembus polikarbonat tutup ruang pengering juga dapat meningkatkan temperatur dalam ruang pengering tersebut.

(56)

41 4.2 Pembahasan

Pada pembahasan ini dimana data penelitian dan perhitungannya dapat dilihat pada lampiran. Untuk laju energi masuk tunnel dryer (Qin) dan Laju energi

berguna (Qu) dan penurunan kadar air bahan terlebih dahulu dilakukan pengeringan bahan dengan menggunakan oven sebagai perbandingan untuk menetukan kadar air bahan terhadap lama pengeringan dengan alat pengering. Kemudian ditentukan laju penguapan air bahan spesifik (SMER), Efisiensi termal

(ηth) dimana data yang dihitung adalah data rata-rata pada alat pengering

terowong dengan tungku biomasssa untuk pengeringan kerupuk ubi kayu yaitu sebagai berikut :

Keterangan:

 Bahan bakar (arang tempurung) 3 kg, yang mana arang dimasukkan secara bertahap 1 kg/30 menit.

 Luas permukaan tunnel 6 m × 2.5 m

 Luas laluan udara masuk ruang pengering 1.7 m × 0.08 m

Adapun hasil dari data penelitian ini didapatkan : 1. Temperatur rata-rata udara lingkungan 30.1 oC 2. Temperatur rata-rata masuk ruang pengering 52 oC

3. RH udara lingkungan 68.7% dan RH masuk ruang pengering 56.3% 4. Massa kering bahan 9.3 kg

5. Kadar air awal bahan 55%

6. Laju massa bahan bakar (ṁ) 3 kg/90 menit ( 2 kg/h) 7. Laju aliran massa udara pengering 0.12 kg/s

8. Kecepatan udara lingkungan atau masuk tungku biomassa 0.8 m/s 9. Panas spesifik udara (Cp) 1007.7 J/kg·°K

10. Panas laten penguapan (hfg) 2374.9 kJ/kg 11. Nilai kalor bahan bakar (NKB) 20.5 kJ/kg

12. Laju energi masuk tunnel dryer (Qin) rata-rata 9.09 kW

(57)

42 1. Grafik Penurunan Massa bahan

Gambar 4.1 grafik penurunan massa bahan terhadap waktu pengeringan

Pada Gambar 4.1 merupakan grafik hubungan penurunan massa bahan terhadap waktu pengeringan, terlihat bahwa seiring bertambahnya waktu pengeringan grafiknya semakin turun. Penurunan ini karena adanya penguapan air pada bahan, dimana bahan dikeringkan dari massa awal 20.7 kg turun sampai massa bahan 11.2 kg dengan waktu dibutuhkan selama 90 menit. Hal ini disebabkan panas yg diberikan ke ruang pengering akibat dari perpindahan panas antara ruang bakar tungku biomassa dengan pipa pemindah panas, yang mana udara melewati pipa tersebut sehingga temperatur udara yang masuk ruang pengering menjadi lebih tinggi dari udara lingkungan. Semakin tinggi perbedaan temperatur udara pengering yang diberikan maka semakin cepat pula penurunan massa bahan dan waktu yang dibutuhkan akan lebih cepat begitupun sebaliknya semakin rendah perbedaan temperatur grafik penurunan massa bahan akan semakin landai dan waktu yang dibutuhkan semakin lama.

(58)

43 2. Grafik Penurunan Kadar Air bahan

Gambar 4.2 grafik penurunan kadar air bahan terhadap waktu temperatur

Pada Gambar 4.2 merupakan grafik hubungan penurunan kadar air bahan terhadap waktu pengeringan, terlihat bahwa seiring bertambahnya waktu pengeringan grafiknya semakin turun. Dimana kadar air bahan awal 55 % turun sampai dengan kadar air bahan 17 % dalam tempo waktu 90 menit. Hal ini disebabkan adanya pengurangan kadar air bahan akibat dari penguapan. Proses penurunan kadar air sama dengan penurunan massa bahan, yaitu adanya perbedaan temperatur udara pengering dengan bahan sehingga terjadi perpindahan panas dari udara ke bahan sehingga mengakibatkan adanya penguapan air bahan. Semakin tinggi perbedaan temperatur udara pengering yang diberikan maka semakin cepat pula penurunan kadar air dan waktu yang dibutuhkan untuk mengurangi kadar air juga semakin singkat, begitupun sebaliknya semakin rendah perbedaan temperatur maka semakin lama penurunan kadar air dan grafik penurunan kadar air akan semakin landai.

10 20 30 40 50 60

K

ad

ar

air

<%

>

(59)

44

3. Grafik laju pengeringan (ṁab) terhadap intensitas matahari

Gambar 4.3 grafik hubungan laju pengeringan bahan terhadap Intensitas matahari

Pada Gambar 4.3 merupakan grafik hubungan laju pengeringan bahan terhadap intensitas matahari, dapat dijelaskan bahwa laju pengeringan maksimum 8.72 kg/h pada pukul 9.55 am dan minimum 4.49 kg/h pada pukul 10.40 dengan laju pengeringan rata-rata 5.42 kg/h atau 0.09 kg/menit. Dari grafik di atas dapat dilihat pada pukul 9.55 am laju pengeringan lebih tinggi dari pada waktu lainnya. Hal ini disebabkan intensitas matahari naik mencapai 917.63 W/m². Naiknya intensitas matahari maka akan berpengaruh pada temperatur ruang pengering.

4. Grafik Laju energi masuk, Laju energi berguna dan Intensitas matahari

Gambar 4.4 grafik laju energi masuk, berguna dan intensitas matahari

Gambar

Gambar 2.2 Perpindahan panas konduksi pada dinding  (Sumber: J.P. Holman, hal: 33)
Gambar 2.4 Perpindahan Panas Konveksi paksa dan alami  (Sumber: J.P.Holman).
Gambar 2.5 Perpindahan panas radiasi (Sumber: J.P.Holman, hal: 343).
Gambar 2.6 Proses pengeringan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keerhasilan penetasan uatan tergantung an)ak faktor/ antara lain telur  tetas/ mesin tetas/ !an tatalaksana penetasan 74upri,atna !kk/ 2008 'alau pun  pa!a kon!isi

ABSTRAK PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DENGAN DIMENSI BSQ BANKING SERVICE QUALITY TERHADAP KEPUASAN NASABAH Studi Pada Bank BNI Syariah Kantor Cabang Tanjung Karang Bandar Lampung

Golongan yang satu lagi ialah jurutera bukan Melayu yang kebanyakannya pada masa ini tidak dapat bertutur dalam Bahasa Malaysia tetapi terpaksa belajar dan dijemput untuk

AP atau KAP yang tercatat dalam daftar AP dan KAP tidak aktif sementara waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Ayat (4) dan Ayat (5) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

Berdasarkan hasil analisis data bivariat yang telah dilakukan menggunakan uji alternative, yaitu uji Fisher’s , karena terdapat sel yang nilai expected kurang dari

Apabila setelah alokasi tersebut dalam huruf e ayat ini masih terdapat sisa yang tidak terjual, maka sisa saham dan/atau obligasi konversi dan/atau waran dan/atau efek

Pembuatan alat ini dilakukan mulai dari survey dan pengumpulan alat dan bahan, pembuatan desain, penyusunan alat, serta pehitungan fisika sehingga diperoleh panjang

Laporan Keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah dari tahun ke tahun dan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja