Posisi Primus-interpares Indonesia dalam ASEAN Economic
Community
Prita Fitri Wijayanti
Program Studi S-1 Ilmu Hubungan Internasional
Universitas Airlangga
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara yang sangat diperhitungkan dalam Assosiation of South-East Asian Nations (ASEAN), bahkan Indonesia juga dilihat sebagai primus-interpares oleh negara anggota ASEAN lainnya. Pada Bali Concord II, ASEAN telah menyepakati terbentuknya ASEAN Community dengan 3 pilar utama, yaitu ekonomi, keamanan dan sosial-budaya. Dalam tulisan ini penulis akan memaparkan hasil penelitian mengenai apakah Indonesia masih akan mempertahankan posisi primus-interparesnya pada transformasi ASEAN dalam ASEAN Economic Community sepenuhnya. Hal ini tentu tidak lepas dari situasi domestik dan internasional yang ada pada saat ini. Kedua faktor tersebut bisa saja menjadi tantangan atau dukungan bagi posisi primus-interpares Indonesia dalam ASEAN.
Kata Kunci: Indonesia, primus-interpares, ASEAN Economic Community
Indonesia sebagai Primus-interpares dalam ASEAN
Indonesia telah berperan menjadi primus-interpares sejak berdirinya ASEAN. Indonesia menjadi pemikir strategis, memfasilitasi percakapan, dan membuat fungsi organisasi jadi lebih baik. Pemerintah Indonesia telah banyak menyumbangkan pemikirannya untuk ASEAN sejak awal pendiriannya. Terbukti melalui pengaruh politik luar negeri Indonesia “bebas-aktif” yang kemudian diimplementasikan pada prinsip non intervensi yang disepakati oleh negara ASEAN. Selain itu, berakhirnya politik konfrontasi dan keikutsertaan Indonesia dalam pendirian ASEAN juga merupakan blessing in disguise bagi pembentukan norma hubungan antar negara yang menentang penggunaan kekerasan (Cipto 2007, 24).
menyepakati terbentuknya ASEAN Community yang dilaksanakan mulai tahun 2015 dengan 3 pilar utama, yaitu ekonomi, keamanan dan sosial-budaya untuk lebih mengintegrasikan negara-negara anggota ASEAN. Terbentuknya ASEAN Community yang diarahkan pada integrasi secara keseluruhan dengan perubahan yang cukup besar membuat penulis mempertanyakan apakah Indonesia mampu mempertahankan posisinya sebagai primus-interpares dalam transformasi ASEAN dalam ASEAN Economic Community 2015? Isu ekonomi menjadi perhatian utama penulis, mengingat Indonesia telah menunjukkan keberhasilan pertumbuhan ekonominya yang luar biasa dengan diterimanya sebagai anggota G-20.
Primus-interpares dalam Servant Leadership Theory
Primus-interpares diartikan sebagai “first among equal”, yaitu sebuah ide yang menggambarkan adanya satu pihak yang “memimpin” atau “melebihi” pihak lainnya sedangkan equal dapat didasarkan pada kesetaraan peran dalam struktur organisasi (Ed Brenegar 2008). Dalam hal ini “kepemimpinan” diartikan sebagai hubungan, bukan posisi hirarkis. Robert Greenleaf (dalam Ed Brenegar 2008) menggunakan istilah ini sebagai salah satu cara untuk memahami servant leadership theory. Ada sepuluh elemen kunci dari servant leadership: mendengarkan, empati, penyembuhan baik pada diri sendiri maupun orang lain, kesadaran orang lain, situasi dan diri sendiri, persuasi, konseptualisasi, pandangan ke depan, pelayanan, komitmen terhadap pertumbuhan dan pembangunan komunitas (Reinke 2004). Fokus pada tujuan diimbangi oleh komitmen yang mendalam terhadap pertumbuhan dan pembangunan organisasi dalam segala bidang, termasuk ekonomi.
Hipotesis
Masuknya Indonesia menjadi anggota G-20 akan membuat Indonesia mampu mempertahankan posisinya sebagai primus-interpares ASEAN Economic Community 2015. Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang luar biasa dan berada di peringkat 20 teratas dunia maka Indonesia akan mampu “memimpin pelayanan” dalam organisasi.
Pendekatan Metode dan Analisis
Penelitian ini menggunakan pendekatan positivis yang bersifat tradisional, eksperimental dan empirisistis. Pendekatan ini telah memberikan kontribusi penggunaan metodologi ilmiah dalam ilmu sosial dimana data empiris digunakan sebagai sumber pengetahuan terpercaya. Namun, positivisme memperlihatkan adanya keterbukaan terus-menerus terhadap data baru sehingga pengetahuan dapat ditinjau kembali. Oleh karena itu, pengetahuan dikatakan bersifat sementara atau tidak mutlak karena bisa saja berubah berdasarkan data-data terbaru (Silalahi 2006, 62). Pendekatan ini mengutamakan analisa rasional mengenai data empiris, memusatkan perhatian pada gejala-gejala nyata dimana objek penelitian dikaitkan dengan sifat-sifat yang langsung bisa dilihat dan dapat diobservasi secara langsung dan diukur secara objektif. Pendekatan ini juga menekankan prinsip bebas nilai dimana dalam memperlakukan fakta-fakta sebagai objek maka peneliti dituntut untuk memiliki ketegasan untuk bersikap netral tanpa dipengaruhi oleh nilai-nilai normatif.
Persiapan Indonesia Menuju ASEAN Economic Community 2015
Proses menuju terbentuknya ASEAN Economic Community telah mendorong Indonesia untuk meningkatkan pembangunan ekonomi nasional. Berbagai peningkatan ekonomi telah ditunjukkan oleh Indonesia sebagai bentuk persiapan Indonesia berintegrasi dalam ASEAN Economic Community 2015. Indikator peningkatan tersebut dapat dilihat dari Produk Domestik Bruto, daya saing, dan perbaikan infrastruktur.
Tabel I: Tingkat Produk Domestik Bruto di ASEAN (2010-2012)
Negara 2010 PDB (US$ Billion)2011 2012
Indonesia 708.378 846.450 894.854
Thailand 318.908 345.672 376.989
Malaysia 246.828 287.943 307.178
Singapura 227.382 259.849 267.941
Philipina 199.591 224.771 240.664
Vietnam 103.575 122.722 137.681
Myanmar 45.380 51.444 54.049
Brunei Darussalam 12.371 16.362 16.852
Sumber: Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia
Pada Tabel I ditunjukkan bahwa Indonesia telah berhasil meningkatkan Produk Domestik Bruto hingga mencapai tingkat perekonomian tertinggi di ASEAN pada periode 2010-2012. Tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat dari 6,1% pada tahun 2010 hingga 6,8% pada tahun 2012. Kekuatan pasar domestik dan arus investasi semakin meningkat seiring dengan pengakuan rating investment grade oleh lembaga pemeringkat internasional seperti S&P, Moody dan Fitch, merupakan modal utama pertumbuhan (Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia 2013). Indonesia juga melakukan penguatan daya saing ekonomi dengan meluncurkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia. Program ini menyebabkan indeks daya saing Indonesia mengalami loncatan luar biasa dari tahun 2007 hingga 2013 (dapat dilihat di Tabel II).
Negara 2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011 2011-2012 2012-2013
Singapura 7 5 3 3 2 2
Malaysia 21 21 24 25 21 25
Brunei 39 39 32 28 28 28
Thailand 28 34 36 38 39 38
Indonesia 54 55 54 44 46 40
Philipina 71 71 87 85 75 65
Vietnam 68 70 75 58 65 75
Kamboja 110 109 110 109 97 85
Rata-rata 41 43 45 41 40 38
Sumber: Sekretariat Kabinet Republik Indonesia
Pada perbaikan infrastruktur, Indonesia juga mengalami peningkatan yang luar biasa. Pembangunan prasarana jalan telah menghasilkan capaian preservasi jalan nasional sepanjang 43.140 km dan jembatan sepanjang 181.070 m, Indonesia juga melaksanakan Pemasangan sistem National Single Window untuk mengembangkan transportasi laut sebagai pelayanan lalu lintas barang antar negara anggota ASEAN (Sholeh 2013, 11). Selain dalam bidang trasnportasi, Indonesia juga melakukan perbaikan dan pengembangan jalur TIK. Peningkatan tersebut, di antaranya (a) penyediaan layanan pos di 2.363 kantor pos cabang luar kota; (b) beroperasinya akses telekomunikasi di 27.670 desa dan Pusat Layanan Internet Kecamatan di 4.269 desa ibukota kecamatan; (c) pembangunan 15 Desa Informasi; (d) dimulainya penyediaan jasa akses internet melalui community access point di 222 kecamatan di Lampung, Jawa Barat, dan Banten; dan (d) meningkatnya teledensitas total akses telekomunikasi menjadi 95,47% pada 2010 (Sholeh 2013, 11).
Kekuatan Posisi Primus-interpares Indonesia dalam ASEAN Economic Community
68.138,58 juta dolar AS pada tahun 2008 (Departemen Perdagangan Republik Indonesia t.t). Ini menjadikan Indonesia sebagai pasar potensial yang diperhitungkan oleh negara-negara ASEAN. Dalam G-20, Indonesia juga memposisikan diri sebagai juru bicara bagi negara-negara ASEAN dan sebagai wakil dari negara-negara-negara-negara berkembang (Weck 2011, 1). Terbukti pada G-20 Summits tahun 2009 di London dan Pittsburgh, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengusulkan sejumlah inisiatif menarik, termasuk reformasi lembaga keuangan internasional yang lebih memperhatikan negara-negara berkembang.
Indonesia juga telah berpikir strategis dalam upaya meningkatkan interaksi dan komunikasi organisasi dengan menjadi pioneer pengembangan National Single Window (NSW) yang dioperasikan sejak tahun 2008 (Departemen Perdagangan Republik Indonesia t.t). NSW merupakan sistem untuk meningkatkan kinerja penanganan lalu lintas barang antar negara ASEAN yang mampu melakukan pemrosesan data dan informasi untuk melakukan release
barang sehingga mempermudah pengontrolan negara. Upaya-upaya Indonesia baik secara regional dan internasional telah menunjukkan adanya pandangan ke depan, serta pertumbuhan dan pembangunan ASEAN. Hal ini merupakan kunci bagi Indonesia untuk mempertahankan posisi primus-interparesnya.
Namun pada kenyataannya Indonesia juga tidak dapat menghindari bahwa posisinya sebagai
primus-interpares ASEAN sudah tidak sekuat dulu. Faktor domestik menjadi penyebab utama goyahnya posisi primus-iterpares Indonesia. Saat ini Indonesia hanya menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang pesat mengandalkan sumber daya alam yang ada tetapi Indonesia mengeksploitasi kreativitas dan inovasi sumber daya manusianya. Hal ini dibuktikan melalui
Global Creativity Index yang diukur melalui technology, talent, dan tolerance. Urutan yang ditempati Indonesia hingga tahun 2008, di antaranya (a) Pada technology, urutan ke-74 dari 75 negara yang bisa dihitung technology-indexnya; (b) Pada talent, urutan ke-80 dari 82 negara yang bisa dihitung talent-indexnya; (c) Pada tolerance, urutan ke-78 dari 81 negara (Rumah Pena 2012). Sedangkan Singapura berada dalam 10 negara paling kreatif di dunia, Thailand pada urutan ke-71 dan Vietnam ke-79.
(Investor Daily Indonesia 2014). Hal ini dikarenakan impor Indonesia dari negara intra-ASEAN yang tidak diimbangi oleh kenaikan ekspor Indonesia yang cukup besar. Tidak hanya itu, tingkat kemiskinan di Indonesia juga melonjak hingga 2,7 juta jiwa dimana lonjakan ini lebih besar dibanding negara lain di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2011. Berdasarkan data ADB (dalam BeritaSatu.com 2011), dalam kurun tiga tahun Kamboja bisa menurunkan angka kemiskinan yang pada 2009 mencapai 4,1 juta jiwa menjadi 4,09 juta jiwa pada tahun 2011 sedangkan Laos yang pada 2009 mencapai 2,18 juta turun menjadi 2,04 juta jiwa pada 2011. Tingkat korupsi Indonesia juga masih tergolong buruk di antara negara ASEAN (dapat dilihat di Tabel III)
Tabel III: Peringkat Korupsi Negara-negara ASEAN Tahun 2012
Peringkat Internasional (dari
174 negara)
Negara
5 Singapura
46 Brunei
54 Malaysia
88 Thailand
105 Philipina
118 Indonesia
123 Vietnam
157 Kamboja
160 Laos
172 Myanmar
Sumber: Lampost.co diakses pada 10 Januari 2014
Kesimpulan
Hipotesis penulis yang menyatakan bahwa masuknya Indonesia menjadi anggota G-20 akan membuat Indonesia mampu mempertahankan posisinya sebagai primus-interpares dalam ASEAN Economic Community 2015 ternyata tidak cukup untuk menjelaskan kekuatan pertahanan tersebut. Selain pertumbuhan ekonomi yang meningkat, banyak faktor yang juga mendukung Indonesia untuk mempertahankan posisi tersebut, seperti peningkatan daya saing, perbaikan infrastruktur, dan sebagai pioneer dalam hal-hal tertentu. Namun di sisi lain, posisi Indonesia sebagai primus-interpares ASEAN Economic Community 2015 juga terancam oleh kondisi domestik yang belum tersentuh perbaikan, seperti tingkat kemiskinan, korupsi, defisit neraca perdagangan dan kurangnya kemampuan Indonesia memanfaatkan sumber daya manusia yang ada. Oleh karena itu dalam kesimpulan akhir, penulis mengatakan bahwa Indonesia tidak sepenuhnya mampu dalam mempertahankan primus-interparesnya dalam ASEAN Economic Community 2015 karena meskipun Indonesia diakui kuat di mata internasional tetapi Indonesia telah mengabaikan kondisi domestiknya. Hal ini menunjukkan bahwa persiapan Indonesia masih kurang optimal akibat isu-isu internal yang kurang ditangani secara intensif sehingga dapat menjadi faktor penghambat Indonesia untuk “memimpin” integrasi ekonomi ASEAN 2015.
Referensi:
BeritaSato.com, 26 Oktober 2011. Di Asean, Lonjakan Penduduk Miskin RI Terbesar [online] dalam http://www.beritasatu.com/makro/14942-di-asean-lonjakan-penduduk-miskin-ri-terbesar.html [diakses pada 10 Januari 2014]
Cipto, Bambang, 2007. Hubungan Internasional Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Menuju ASEAN Community 2015 [online] dalam http://ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/Umum/Setditjen/Buku%20Menuju %20ASEAN%20ECONOMIC%20COMMUNITY%202015.pdf [diakses pada 10 Januari 2014]
Ed Brenegar, 24 November 2008. Primus Inter Pares - A Strategic Ethic of Leadership
Success [online] dalam
http://edbrenegar.typepad.com/leading_questions/2008/11/primus-inter-pares-a-strategic-ethic-of-leadership-success.html [diakses pada 10 Januari 2014]
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia, 18 Januari 2013. Prospek Perekonomian Indonesia Tahun 2013 [online] dalam http://www.setneg.go.id/index.php? option=com_content&task=view&id=6765 [diakses pada 10 Januari 2014]
Lampost.co, 6 Desember 2012. Dibanding Negara ASEAN Lainnya, Indonesia Masih Terkorup [online] dalam http://lampost.co/berita/dibanding-negara-asean-lainnya-indonesia-masih-terkorup [diakses pada 10 Januari 2014]
Reinke, Saundra J, 2004 “Service Before Self: Towards A Theory of Servant Leadership” dalam Global Virtue Ethics Review Volume Five, Number 3, pp. 30-57. Department of Political Science: Augusta State University
Rumah Pena, 12 Mei 2012. Indonesia Tidak Kreatif, Setuju? [online] dalam
http://pena.gunadarma.ac.id/indonesia-tidak-kreatif-setuju/ [diakses pada 10 Januari 2014]
Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, 9 Oktober 2013. Sejak 2007 - 2013, Daya Saing Indonesia Naik 14 Peringkat [online] dalam http://setkab.go.id/berita-10637-sejak-2007-2013-daya-saing-indonesia-naik-14-peringkat.html [diakses pada 10 Januari 2014]
Sholeh, 2013. “Persiapan Indonesia dalam Menghadapi AEC (ASEAN Economic Community)” dalam eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (2): 509-522, ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org
Silalahi, Ulber, 2006. Metodologi Penelitian. Bandung: Unpar Press
Weck, Winfried, 2011. ASEAN and G20 – Indonesia's Foreign Policy Perspectives. Kas International Reports