BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh : Atik Sri Pujiati NIM. ST 13008
Disusun Oleh:
Atik Sri Pujiati NIM. ST13008
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKESKUSUMA HUSADA
i
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Atik Sri Pujiati
NIM : ST. 13008
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada
Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.
2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukkan Tim
Penguji.
3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di
perguruan tinggi ini.
Surakarta, Januari 2015
Yang membuat pernyataan,
ii
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa proposal Skripsi yang
berjudul:
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN TINGKAT
KECEMASAN PASCA IMUNISASI POLIO PADA BAYI
Oleh:
Atik Sri Pujiati
NIM. ST. 13008
Telah disetujui untuk dapat dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Pembimbing Utama
Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep.
NIK.200680021
Pembimbing Pendamping
Ika Subekti Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep.
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASCA IMUNISASI POLIO PADA BAYI
Oleh:
Atik Sri Pujiati
NIM. ST13008
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 31 Agustus 2015 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mendukung gelar sarjana Keperawatan
Pembimbing Utama
Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep.
NIK.200680021
Pembimbing Pendamping
Ika Subekti Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep.
NIK.201189097
Penguji.
Wahyuningsih Safitri, S.Kep.,Ns.,M.Kep NIK. 200679022
Surakarta, 31 Agustus 2015 Ketua Program Studi S-1 Keperawatan,
iv
melimpahkan rahmat, hidayah, dan taufik-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Antara Pengetahuan
Orang Tua Dengan Tingkat Kecemasan Pasca Imunisasi Polio Pada Bayi Di
Wilayah Puskesmas Bendosari Kabupaten Sukoharjo”.
Karya tulis ini disusun untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu
syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program
Studi Ilmu Keperawatan Kusuma Husada Surakarata.
2. Ibu Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing satu yang
telah memberikan bimbingan dan arahan atas tersusunnya laporan
penelitian.
3. Ibu Ika Subekti Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing dua
yang telah memberikan bimbingan dan arahan.
4. Bapak Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Kusuma Husada
Surakarta.
5. Rekan-rekan, yang telah banyak memberikan motivasi.
v
Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dalam
penyusunanusulan penelitian ilmiah ini, oleh karena itu diharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi hasil yang lebih baik, semoga penelitian ini
mendapat ridho dari Allah SWT dan bermanfaat bagi semua. Amin.
Surakarta, Januari 2015
vi
HALAMAN JUDUL ... 0
HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN KATA PENGANTAR ... iv
HALAMAN DAFTAR ISI ... vi
HALAMAN DAFTAR TABEL ... ix
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... x
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAK ... xii
ABSTRACT ... xiii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6
2.1. Tinjauan Teori ... 6
2.1.1. Pengetahuan ... 6
2.1.2. Polio ... 8
vii
2.1.4. Kecemasan ... 19
2.2. Keaslian Penelitian ... 29
2.3. Kerangka Teori... 31
2.4. Kerangka Konsep ... 32
2.5. Hipotesis ... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 33
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
3.3. Populasi dan Sampel ... 33
3.4. Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ... 35
3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ... 37
3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 42
3.7. Etika Penelitian ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 46
4.2. Hasil Penelitian ... 46
4.3. Uji Bivariat ... 52
BAB V PEMBAHASAN ... 54
5.1. Karakteristik Responden ... 54
5.2. Pengetahuan Orang Tua Tentang Imunisasi Polio ... 57
5.3. Kecemasan Orang Tua Pasca Imunisasi Polio ... 59
viii
5.2. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Definisi Operasional... 36
Tabel 2 Hasil uji validitas pengetahuan ibu pasca imunisasi polio pada bayi .. 39
Tabel 3 Distribusi responden menurut usia ... 47
Tabel 4 Pendidikan Responden ... 48
Tabel 5 Pekerjaan responden... 49
Tabel 6 Pengetahuan orang tua ... 50
Tabel 7 Kecemasan pasca imunisasi polio ... 51
x
Gambar 2.1. Kerangka teori Kecemasan ... 31
Gambar 2.2. Kerangka konsep penelitian ... 32
Gambar 4.1. Distribusi responden menurut usia ... 47
Gambar 4.2. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan ... 48
Gambar 4.3. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan ... 49
Gambar 4.4. Distribusi responden menurut pengetahuan ... 50
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2 Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi
Polio
Lampiran 4 Kuesioner Penelitian Kecemasan Ibu Pasca Imunisasi Polio
Lampiran 5 Tabel Jadwal Pelaksanaan Proposal dan Skripsi
Lampiran 6 Lembar Oponent Ujian Sidang Proposal Skripsi
Lampiran 7 Lembar Audience Ujian Sidang Proposal Skripsi
Lampiran 8 Hasil Kuesioner Validitas Kecemasan
Lampiran 9 Hasil Kuesioner Validitas Pengetahuan
xii Atik Sri Pujiati
“Hubungan Antara Pengetahuan Orang Tua Dengan tingkat Kecemasan
Pasca Imunisasi Polio pada Bayi Di Wilayah Puskesmas Bendosari
Kabupaten Sukoharjo” ABSTRAK
Pemberian imunisasi pada anak bertujuan agar tubuh kebal terhadap penyakit tertentu. Imunisasi bertujuan untuk mencegah penyakit berbahaya salah satunya adalah imunisasi polio. Tujuan daripada penelitian ini adalah diketahuinya hubungan pengetahuan orang tua dengan tingkat kecemasan pasca imunisasi polio pada bayi di Puskesmas Bendosari Kabupaten Sukoharjo.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan
cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mengimunisasikan bayinya umur 0-12 bulan dengan imunisasi polio di Puskesmas Bendosari sebanyak 100 orang. Teknik sampel dengan menggunakan purposive sampling
sehingga sampel sebanyak 30 responden.
Hasil penelitian ini menunjukkan responden yang paling banyak berusia 25-30 tahun, yaitu 13 orang (41,9%). Pekerjaan terbanyak adalah petani, sebesar 12 orang (38,8%). Tingkat pengetahuan ibu tentang pasca imunisasi polio pada bayi, yang paling banyak adalah pengetahuan tinggi yaitu 11 orang atau 36,7%. Tingkat kecemasan paling banyak tingkat kecemasan kategori sedang, yaitu 12 orang (40%).
Hasil analisis menunjukkan ada hubungan yang cukup kuat dan signifikan antara pengetahuan Orang Tua Pasca Imunisasi Polio Pada Bayi dengan Kecemasan Orang Tua Pasca Imunisasi Polio. Tenaga kesehatan sebaiknya dapat memberikan pengetahuan dan informasi kepada ibu-ibu yang datang di puskesmas tentang manfaat imunisasi
xiii
STUDY PROGRAM S-1 NURSING STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014
Atik Sri Pujiati
Relationship Between Knowledge Parents With Anxiety levels Post Polio Immunization in Infants In Regional Health Center Bendosari Sukoharjo
ABSTRACT
Immunization in children aims to make the body immune to certain diseases. Immunization aims to prevent dangerous diseases one of which is the polio immunization. The objective of this study is the knowledge of parents knew the relationship with the level of anxiety of post polio immunization in infants at Puskesmas Bendosari Sukoharjo.
This study was an observational analytic study with cross sectional design. The population in this study is the mothers who immunize babies aged 0-12 months with polio immunization in health centers Bendosari many as 100 people. Engineering samples using purposive sampling so that the sample of 30 respondents.
The results showed that most respondents aged 25-30 years, ie 13 persons (41.9%). Workers most are farmers, amounting to 12 people (38.8%). Mother's level of knowledge about post-polio immunization in infants, the most is the high knowledge that is 11 people or 36.7%. Anxiety levels at most levels of anxiety medium category, which is 12 people (40%).
The analysis showed that the relationship was strong and significant correlation between knowledge of Parents Post-Polio Immunization in Infants with Anxiety Parents Post-Polio Immunization. Health workers should be able to provide knowledge and information to mothers who come in health centers on the benefits of immunization
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Imunisasi sebagai salah satu pencegahan upaya preventif yang
berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat harus dilaksanakan secara
terus menerus, menyeluruh, dan sesuai standar sehingga mampu memutus
mata rantai penularan penyakit serta menimbulkan dan meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit (Depkes, 2005).
Pemberian imunisasi pada anak bertujuan agar tubuh kebal terhadap
penyakit tertentu. Kekebalan tubuh juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya tingginya kadar antibodi pada saat dilakukan imunisasi, potensi
antigen yang disuntikkan, waktu antara pemberian imunisasi. Mengingat
efektif dan tidaknya imunisasi tersebut akan tergantung dari faktor yang
mempengaruhi sehingga kekebalan tubuh dapat diharapkan pada diri anak
(Hidayat,2005). Imunisasi bertujuan untuk mencegah penyakit berbahaya
salah satunya adalah imunisasi polio.
Polio merupakan suatu infeksi virus yang sangat menular dan tidak bisa
disembuhkan. Virusnya menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan saraf)
dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang sifatnya permanen serta
kelumpuhan pada salah satu tungkai (Erinakia, 2006).
Penyakit polio masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia,
2
Indonesia. Ini diperkuat dengan ditemukannya wabah polio impor yang
bermula ditemukan di Sukabumi, Jawa Barat, pada bulan Maret 2005,
ditemukan 15 kasus yang terkait polio (Achmadi, 2006).
Penyakit polio dapat dicegah dengan pemberian imunisasi polio.
Pemberian imunisasi polio pada bayi dan anak tidak hanya memberi
pencegahan penyakit pada anak tersebut, tetapi juga memberikan dampak
yang lebih luas, karena dapat mencegah penularan penyakit untuk anak lain.
Oleh karena itu pengetahuan dan sikap orang tua terutama ibu sangat penting
untuk memahami tentang manfaat imunisasi dan jadual pemberian secara
tepat.
Imunisasi polio di Indonesia diberikan melalui mulut. Imunisasi
tersebut diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari dan
selanjutnya setiap 4–6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan
bersamaan dengan BCG, vaksin Hepatitis B dan DPT. Reaksi imunitas
biasanya tidak ada, mungkin pada bayi akan berak-berak ringan. Imunisasi
polio tidak ada efek samping, bila ada mungkin berupa kelumpuhan anggota
gerak seperti pada penyakit polio yang sebenarnya (Ranuh, 2005). Pemberian
vaksin polio di Indonesia dilakukan rutin dan serentak pada saat PIN (Pekan
Imunisasi Nasional) (Utama, 2005).
Pemahaman persepsi dan pengetahuan ibu tentang imunisasi membantu
pengembangan program kesehatan. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari
tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu.
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo 2007).
Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan
mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan
mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak
menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan
menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis (Kholil Lur
Rochman, 2010).
Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Bendosari Sukoharjo
dengan wawancara terhadap 10 orang ibu mengatakan tidak mengetahui
dengan jelas tentang imunisasi polio seperti cara pemberian, tujuan dan efek
samping imunisasi polio. Selain itu dari 10 orang tersebut juga mengatakan
tidak melakukan imunisasi polio karena cemas dan takut anaknya menjadi
demam dan lumpuh setelah melakukan imunisasi polio.
Hal ini menarik perhatian penulis untuk mengangkat permasalahan ini
di dalam penelitian. Penulis ingin mengetahui lebih jauh lagi, apakah ada
hubungan pengetahuan orang tua dengan tingkat kecemasan pasca imunisasi
polio pada bayi di Puskesmas Bendosari Kabupaten Sukoharjo.
1.2 Perumusan Masalah
Imunisasi sebagai usaha pencegahan berbagai jenis penyakit,
merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditunda pelaksanaannya. Tugas
utama kita sebagai tenaga kesehatan adalah memberikan pengetahuan
4
anak. Masih sering kita jumpai ibu-ibu yang sangat cemas pasca anaknya
imunisasi polio. Hal ini akibat dari kurangnya pengetahuan tentang imunisasi
polio atau hal lain.
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian: “Bagaimana hubungan pengetahuan orang tua dengan
tingkat kecemasan pasca imunisasi polio pada anak di Puskesmas Bendosari
Kabupaten Sukoharjo?”.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum
Diketahuinya hubungan pengetahuan orang tua dengan tingkat
kecemasan pasca imunisasi polio pada bayi di Puskesmas Bendosari
Kabupaten Sukoharjo.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik orang tua yang memiliki bayi dengan pasca
imunisasi polio
2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan orang tua tentang imunisasi polio di
Puskesmas Bendosari Kabupaten Sukoharjo.
3. Mengidentifikasi tingkat kecemasan orang tua pasca imunisasi polio ulang
pada anak di Puskesmas Bendosari Kabupaten Sukoharjo.
4. Mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan dan kecemasan
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi institusi kesehatan (Puskesmas) memberikan informasi tambahan
untuk meningkatkan pengelolaan program-program penyuluhan
imunisasi polio terutama di Puskesmas Bendosari Kabupaten Sukoharjo,
sehingga semakin banyak yang paham mengenai imunisasi polio.
2. Bagi masyarakat, Ibu dapat menambah ilmu pengetahuan hubungan
tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan tingkat
kecemasan ibu pasca imunisasi polio pada anak.
3. Bagi penulis, dapat mengembangkan pola pikir dalam melaksanakan
riset, mengaplikasikan mata kuliah yang diterima di bangku kuliah ke
dalampraktek lapangan.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Memberikan kontribusi informasi untuk peneliti selanjutnya, khususnya
bagi peneliti yang akan datang demi untuk meningkatkan pengetahuan
dengan tingkat kecemasan pasca imunisasi polio pada bayi di wilayah
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan hal ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, peraba, dan perasa. sebagian besar pengetahuan
diperoleh melalui mata, telinga, pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt
behavior). Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia terdiri
dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya. (Notoatmodjo, 2003)
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) karena dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2003).
Tingkat pengetahuan seseorang secara rinci dibagi menjadi enam
tingkatan (Notoatmodjo, 2003) yaitu:
1. Tahu (know)
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu
ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu
8
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti
menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan dan
sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada misalnya
dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2.1.2 Polio
Polio adalah suatu infeksi virus yang sangat menular dan tidak bisa
disembuhkan. virusnya menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan saraf)
dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang sifatnya permanen serta
kelumpuhan pada salah satu tungkai (Erinakia, 2006).
Gejala awal penyakit polio tidak khas, yakni hanya menderita demam,
buang air besar, sakit perut, mual, dan pusing. Namun kalau ada anak
mengalami semua gejala yang telah disebutkan belum tentu menderita
penyakit polio pada awalnya mirip gejala awal penyakit influenza, (Umar
Fahmi Achmadi) yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak
mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama
2-5 hari. Vaksin polio mengandung virus polio yang sudah tidak aktif
(Erinakia, 2006).
Pemberian imunisasi polio pertama kali diberikan secara oral pada
usia 0 bulan (lahir). Berikutnya di usia 2, 4, dan 6 bulan. Lepas usia bayi
vaksinasi polio diberikan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Cara memberikan
imunisasi polio adalah dengan meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes
langsung kedalam mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang
dicampur dengan gula manis (Anonim, 2007, 1,
http://www.pusat-informasi-penyakit-infeksi.com, diperoleh tanggal 2 April 2008).
Hanya sebagian kecil penerima vaksin polio akan mengalami gejala
pusing-pusing, diare ringan, dan sakit otot. Namun pada umumnya, efek
samping pasca imunisasi polio memang sering sekali ditemukan. Sedangkan
kontra indikasi imunisasi polio hanya berlaku terhadap anak yang punya
penyakit akut atau demam (suhu lebih 38,5 0C), muntah, atau diare,
penyakit kanker atau keganasan (Erinakia, 2006).
Hasil dari pemeriksaan ASI menunjukkan bahwa pada masa laktasi
minggu 1 (colostrums) maka semua ibu mempunyai zat antipoliomyelitis
10
mendapat vaksinasi 2 kali, menunjukkan bahwa pada kelompok bayi yang
tidak diberi vaksinasi asi 2 jam sebelum dan 2 jam sesudah vaksinasi maka
zero conversion ratenya terhadap masing-masing tipe virus polio adalah tipe
1: 95%,tipe 2: 91% dan tipe 3: 91,6% (Gendro Wahyuhono, 2002, Pengaruh
Aktivitas Antipoliomyelitic dalam ASI terhadap Vaksinasi Polio).
Ikatan Dokter Anak Indonesia dan Departemen Kesehatan
mengeluarkan rekomendasi pemberian imunisasi polio termasuk imunisasi
yang diwajibkan atau masuk Pengembangan Program Imunisasi (PPI).
Imunisasi polio yang harus diberikan sesuai dengan rekomendasi WHO
adalah diberikan sejak lahir sebanyak empat kali dengan interval 6-8
minggu. Kemudian diulang usia 1 tahun, 5 tahun dan usia 15 tahun atau
sebelum meninggalkan sekolah (Erinakia, 2005).
2.1.2.1 Jenis Polio
Jenis-jenis polio yang diketahui adalah:
1. Polio non-paralisis
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu,
dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa
lembek jika disentuh.
2. Polio paralisis spinal
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang,
menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada
batang tubuh dan otot tungkai. (Ranuh, 2004) Meskipun strain ini
penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan.
Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah virus
polio menyerang usus, virus ini akan diserap oleh pembulu
darahkapiler pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh. Virus
Polio menyerang saraf tulang belakang dan syaraf motorik yang
mengontrol gerakan fisik.
Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada
penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi,
virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang
belakang dan batang otak. Infeksi ini akan memengaruhi sistem saraf
pusat menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang
biaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan
syaraf motorik. Syaraf motorik tidak memiliki kemampuan regenerasi
dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap
perintah dari sistem saraf pusat. (Erinakia, 2006)
Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas
kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada
sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang
tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut
quadriplegia.(Erinakia, 2005)
3. Polio bulbar
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami
12
motorik yang mengatur pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim
sinyal ke berbagai syaraf yang mengontrol pergerakan bola mata;
saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi,
kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur
pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan
dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan
saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf
tambahan yang mengatur pergerakan leher.(Suriviana, 2005)
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan
kematian. Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita
polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak
dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan
pada saraf kranial yang bertugas mengirim 'perintah bernapas' ke
paru-paru. Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada
fungsi penelanan; korban dapat 'tenggelam' dalam sekresinya sendiri
kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi
untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam
paru-paru. (Utama, 2005)
Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah
menggunakan 'paru-paru besi' (iron lung). Alat ini membantu
paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan
udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru
mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar masuk
paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat menyebabkan
koma dan kematian.(Utama, 2005)
Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 25-75%
tergantung usia penderita. Hingga saat ini, mereka yang bertahan
hidup dari polio jenis ini harus hidup dengan paru-paru besi atau alat
bantu pernapasan. Polio bulbar dan spinal sering menyerang
bersamaan dan merupakan sub kelas dari polio paralisis. Polio
paralisis tidak bersifat permanen. Penderita yang sembuh dapat
memiliki fungsi tubuh yang mendekati normal. (Utama, 2005)
2.1.2.2 Anak-anak dan polio
Anak-anak kecil yang terkena polio seringkali hanya mengalami
gejala ringan dan menjadi kebal terhadap polio. Karenanya, penduduk di
daerah yang memiliki sanitasi baik justru menjadi lebih rentan terhadap
polio karena tidak menderita polio ketika masih kecil. Vaksinasi pada
saat balita akan sangat membantu pencegahan polio pada masa depan
karena polio menjadi lebih berbahaya jika diderita oleh orang dewasa.
Orang yang telah menderita polio bukan tidak mungkin akan mengalami
gejala tambahan pada masa depan seperti layu otot; gejala ini disebut
sindrom post-polio.(Utama, 2005)
2.1.2.3 Vaksin efektif pertama
Vaksin efektif pertama dikembangkan oleh Jonas Salk. Salk
14
milik semua orang seperti halnya sinar matahari. Namun vaksin yang
digunakan untuk inokulasi masal adalah vaksin yang dikembangkan oleh
Albert Sabin. Inokulasi pencegahan polio anak untuk pertama kalinya
diselenggarakan di Pittsburgh, Pennsylvania pada 23 Februari1954. Polio
hilang di Amerika pada tahun 1979. (Utama, 2005)
2.1.2.4 Usaha pemberantasan polio
Pada tahun 1938, PresidenRoosevelt mendirikan Yayasan Nasional
Bagi Kelumpuhan Anak-Anak, yang bertujuan menemukan pencegah
polio, dan merawat mereka yang sudah terjangkit. Yayasan itu
membentuk March of Dimes. Ibu-ibu melakukan kunjungan dari rumah
ke rumah, anak-anak membantu melakukan sesuatu untuk orang lain,
bioskop memasang iklan, semuanya bertujuan minta bantuan satu dime,
atau sepuluh sen. Dana yang masuk waktu itu digunakan untuk
membiayai penelitian Dokter Jonas Salk yang menghasilkan vaksin
efektif pertama. Tahun 1952, di Amerika terdapat 58 ribu kasus polio.
Tahun 1955 vaksin Salk mulai digunakan. Tahun 1963, setelah puluhan
juta anak divaksin, di Amerika hanya ada 396 kasus polio.
Pada tahun 1955, Presiden Dwight Eisenhower mengumumkan
bahwa Amerika akan mengajarkan kepada negara-negara lain cara
membuat vaksin polio. Informasi ini diberikan secara gratis, kepada 75
negara, termasuk Uni Soviet.
Tahun 1988, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mensahkan
terdapat sekitar 350 ribu kasus polio di seluruh dunia. Meskipun pada
tahun 2000, polio belum terbasmi, tetapi jumlah kasusnya telah
berkurang hingga di bawah 500. Polio tidak ada lagi di Asia Timur,
Amerika Latin, Timur Tengah atau Eropa, tetapi masih terdapat di
Nigeria, dan sejumlah kecil di India dan Pakistan. India telah melakukan
usaha pemberantasan polio yang cukup sukses. Sedangkan di Nigeria,
penyakit ini masih terus berjangkit karena pemerintah yang berkuasa
mencurigai vaksin polio yang diberikan dapat mengurangi fertilitas dan
menyebarkan HIV. Tahun 2004, pemerintah Nigeria meminta WHO
untuk melakukan vaksinasi lagi setelah penyakit polio kembali menyebar
ke seluruh Nigeria dan 10 negara tetangganya. Konflik internal dan
perang saudara di Sudan dan Pantai Gading juga mempersulit pemberian
vaksin polio.
Meskipun banyak usaha telah dilakukan, pada tahun 2004 angka
infeksi polio meningkat menjadi 1.185 di 17 negara dari 784 di 15 negara
pada tahun 2003. Sebagian penderita berada di Asia dan 1.037 ada di
Afrika. Nigeria memiliki 763 penderita, India 129, dan Sudan 112.
Pada 5 Mei2005, dilaporkan terjadi ledakan infeksi polio di
Sukabumi akibat strain virus yang menyebabkan wabah di Nigeria. Virus
ini diperkirakan terbawa dari Nigeria ke Arab dan sampai ke Indonesia
melalui tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Arab atau orang yang
16
2.1.3 Imunisasi
Imunisasi sebagai salah satu pencegahan upaya preventif yang
berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat harus dilaksanakan secara
terus menerus, menyeluruh, dan sesuai standar sehingga mampu memutus
mata rantai penularan penyakit serta menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit (Depkes, 2005). Pentingnya
imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit
merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak (Supartini,
2004).
Tujuan imunisasi adalah untuk melindungi dan mencegah
penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak (Ilmu
Kesehatan Anak, 2010). Manfaat Imunisasi:
1. Untuk anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
2. Untuk keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa
anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
3. Untuk negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan
Pengertian kekebalan menurut Supartini (2004) ada dua jenis
klasifikasi imunitas yaitu :
1. Imunisasi aktif
Adalah pemberian antigen (kuman), atau racun kuman yang sudah
dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh
memproduksi antibodi sendiri.Kekebalan aktif dibagi menjadi 2:
a. Kekebalan aktif alamiah
Tubuh membuat kekebalan sendiri setelah mengalami atau sembuh
dari suatu penyakit. Contoh: anak yang terkena difteri atau
poliomyelitis dengan proses anak terkena infeksi kemudian terjadi
silent abortive, sembuh, selanjutnya kebal terhadap penyakit
tersebut.
b. Kekebalan aktif buatan
Kekebalan yang dibuat setelah mendapat vaksin (imunisasi), contoh:
berupa pemberian vaksin semisal cacar dan polio yang kumannya
masih hidup, tetapi sudah dilemahkan.
2. Imunisasi pasif
Adalah penyuntikkan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam
tubuh meningkat. Imunisasi pasif dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Kekebalan pasif alamiah
Kekebalan yang terdapat pada neonatus sampai usia enam bulan,
yang didapat dari ibu berupa antibodi melalui vaskularisasi pada
18
b. Kekebalan pasif buatan
Kekebalan yang diperoleh setelah mendapat suntikan zat penolak.
Contoh: pemberian ATS (Anti Tetanus Serum).
ASI mengandung zat antipoliomelitik yang dapat mempengaruhi
efektifitas vaksinasi polio dengan OPV (Oral Polio Vaksin). Hasil
pemeriksaan ASI menunjukkan pada masa laktasi minggu I (kolustrum)
semua ibu mempunyai ASI yang mengandung zat antipoliomelitik dan
menurun dengan bertambahnya masa laktasi bulan IV. Anak yang berumur
lebih dari 3 bulan dapat diberikan ASI sesaat sebelum dan sesudah
divaksinasi dengan OPV, karena pada saat tersebut zat antipoliomelitik
sudah tidak ada dalam ASI (atau kalaupun ada titernya sangat rendah,
sehingga tidak mampu untuk menetralisir virus vaksin dalam usus anak)
(Gondrowahyuhono, et all, 2002).
Perilaku adalah reaksi yang dapat diamati secara umum atau objektif,
merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon yang
bersifat sederhana atau kompleks (Notoatmodjo, 2007).
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Sebelum orang berperilaku baru,
didalam diri orang tersebut mengalami proses yang berurutan yaitu :
1. Awarness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
3. Evaluation, yaitu menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya.
4. Trial, orang yang mulai mencoba berperilaku baru.
5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikap stimulusnya (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan ibu akan mempengaruhi perilaku ibu dalam imunisasi
kepada bayinya. Perilaku juga dipengaruhi oleh pengalaman, sosial
ekonomi, fasilitas, budaya dan sebagainya. Terbentuknya perilaku yang
langgeng adalah perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran
(Notoatmodjo, 2007).
2.1.4 Kecemasan
2.1.4.1 Pengertian Kecemasan
Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang pernah
dialami oleh setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian
dari kehidupan sehari-hari. Kecemasan adalah suatu perasaan yang
sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan
kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya (Sutardjo
Wiramihardja, 2005).
Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fitri Fauziah & Julianti
Widuri, 2007) kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang
mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai
perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah
20
Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai
ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari
ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman.
Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak
menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan
fisiologis dan psikologis (Kholil LurRochman, 2010).
Namora Lumongga Lubis (2009) menjelaskan bahwa kecemasan
adalah tanggapan dari sebuah ancaman nyata ataupun khayal. Individu
mengalami kecemasan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang.
Kecemasan dialami ketika berfikir tentang sesuatu tidak
menyenangkan yangakan terjadi. Sedangkan Siti Sundari (2004)
memahami kecemasan sebagai suatu keadaan yang menggoncangkan
karena adanya ancaman terhadap kesehatan.
Nevid Jeffrey S, Rathus Spencer A, & Greene Beverly (2005)
memberikan pengertian tentang kecemasan sebagai suatu keadaan
emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan
tegang yang tidak menyenangkan, dan kekhawatiran bahwa sesuatu yang
buruk akan terjadi.
Kecemasan adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya.
Kecemasan juga merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakkan
tingkah laku, baik tingkah laku yang menyimpang ataupun yang
terganggu. Kedua-duanya merupakan pernyataan, penampilan,
Gunarsa, 2008).
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat diatas
bahwa kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu
yang sangat mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan karena
adanya ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu
yang buruk akan terjadi.
2.1.4.2 Gejala-gejala Kecemasan
Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena
adanyaancaman terhadap kesehatan. Individu-individu yang tergolong
normal kadangkala mengalami kecemasan yang menampak, sehingga
dapat disaksikan pada penampilan yang berupa gejala-gejala fisik
maupun mental. Gejala tersebut lebih jelas pada individu yang
mengalami gangguan mental. Lebih jelas lagi bagi individu yang
mengidap penyakit mental yang parah.
Gejala-gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah: jari tangan
dingin, detak jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing,
nafsu makan berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak. Gejala yang
bersifat mental adalah: ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak
dapat memusatkan perhatian, tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan
(Siti Sundari,2004).
Kecemasan juga memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan
takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak
22
pada masing-masing orang. Kaplan, Sadock, & Grebb (Fitri Fauziah &
Julianti Widury, 2007) menyebutkan bahwa takut dan cemas merupakan
dua emosi yang berfungsi sebagai tanda akan adanya suatu bahaya. Rasa
takut muncul jika terdapat ancaman yang jelas atau nyata, berasal dari
lingkungan, dan tidak menimbulkan konflik bagi individu. Sedangkan
kecemasan muncul jika bahaya berasal dari dalam diri, tidak jelas, atau
menyebabkan konflik bagi individu.
Kecemasan berasal dari perasaan tidak sadar yang berada di dalam
kepribadian sendiri, dan tidak berhubungan dengan objek yang nyata atau
keadaan yang benar-benar ada. Kholil Lur Rochman, (2010)
mengemukakan beberapa gejala-gejala dari kecemasan antara lain :
a. ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap
kejadian menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut
merupakan bentuk ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.
b. adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah
dan sering dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat
irritable, akan tetapi sering juga dihinggapi depresi.
c. diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion
ofpersecution (delusi yang dikejar-kejar).
d. sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah,
banyak berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.
e. muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan
Nevid Jeffrey S, Spencer A, & Greene Beverly (2005)
mengklasifikasikan gejala-gejala kecemasan dalam tiga jenis gejala,
diantaranya yaitu :
a. gejala fisik dari kecemasan yaitu : kegelisahan, anggota tubuh
bergetar, banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak
kencang, merasa lemas, panas dingin, mudah marah atau tersinggung.
b. gejala behavioral dari kecemasan yaitu : berperilaku menghindar,
terguncang, melekat, dan dependen.
c. gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu,
perasaan terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi
dimasa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan
segera terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi
masalah, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, sulit
berkonsentrasi.
2.1.4.3 Faktor-faktor Penyebab Kecemasan
Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan
sebagian besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang.
Peristiwa-peristiwa atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya
serangan kecemasan. Menurut Savitri Ramaiah (2003) ada beberapa
faktor yang menunujukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu :
a. Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir
24
karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu
dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga
individu tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya.
b. Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan
keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini,
terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka
waktu yang sangat lama.
c. Sebab-sebab fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi
misalnya kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari penyakit.
Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan
lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.
Zakiah Daradjat (Kholil Lur Rochman, 2010) mengemukakan
beberapa penyebab dari kecemasan yaitu :
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang
mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut,
karena sumbernya terlihat jelas didalam pikiran
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan
hal-halyang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan
ini sering pula menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak
berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan
takut yang mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya.
Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang berlebihan.
Selain itu, keduanya mampu hadir karena lingkungan yang menyertainya,
baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun penyebabnya. Musfir
Az-Zahrani (2005) menyebutkan faktor yang memepengaruhi adanya
kecemasan yaitu:
a. Lingkungan keluarga
Keadaan rumah dengan kondisiyang penuh dengan pertengkaran atau
penuh dengan kesalahpahaman serta adanya ketidakpedulian orang
tua terhadap anak-anaknya, dapat menyebabkan ketidaknyamanan
serta kecemasan pada anak saat berada didalam rumah.
b. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kecemasan individu. Jika individu tersebut berada pada lingkungan
yangtidak baik, dan individu tersebut menimbulkan suatu perilaku
yang buruk, maka akan menimbulkan adanya berbagai penilaian
buruk dimata masyarakat. Sehingga dapat menyebabkan munculnya
kecemasan.
Kecemasan timbul karena adanya ancaman atau bahaya yang tidak
26
penolakan darimasyarakat menyebabkan kecemasan berada di
lingkungan yang baru dihadapi (PatotisuroLumban Gaol, 2004).
Sedangkan Page (Elina Raharisti Rufaidah, 2009) menyatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah :
a. Faktor fisik
Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu sehingga
memudahkan timbulnya kecemasan.
b. Trauma atau konflik
Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada kondisi
individu, dalam arti bahwa pengalaman-pengalaman emosional atau
konflik mental yang terjadi pada individu akan memudahkan
timbulnya gejala-gejala kecemasan.
c. Lingkungan awalyang tidak baik.
Lingkungan adalah faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi
kecemasan individu, jika faktor tersebut kurang baik maka akan
menghalangi pembentukan kepribadian sehingga muncul
gejala-gejala kecemasan.
2.1.4.4 Jenis-jenis Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan
didalam dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan
dari luar. Mustamir Pedak (2009) membagi kecemasan menjadi tiga jenis
a. Kecemasan rasional
Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang
mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian. Ketakutan ini
dianggap sebagai suatu unsur pokok normal dari mekanisme
pertahanan dasariah kita.
b. Kecemasan irrasional
Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini dibawah
keadaan-keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.
c. Kecemasan fundamental
Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang
siapadirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak
hidupnya berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan
eksistensial yang mempunyai peran fundamental bagi kehidupan
manusia.
Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan
menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety
Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang
didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami
kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms yang nampak
pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi
diberi 5 tingkatan skor( skala likert) antara 0 (Nol Present) sampai
28
Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang
diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar
dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic.
Skala HARS Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
penilaian kecemasan terdiri Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan
pikiran sendiri, mudah tensinggung, ketegangan merasa tegang, gelisah,
gemetar, mudah terganggu dan lesu, ketakutan : takut terhadap gelap,
terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.
Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur
tidak pulas dan mimpi buruk. Gangguan kecerdasan : penurunan daya
ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi. Perasaan depresi : hilangnya
minat, berkurangnya kesenangan pada hoby, sedih, perasaan tidak
menyenangkan sepanjang hari. Gejala somatik: nyeni path otot-otot dan
kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot.
Sedangkan Kartini Kartono (2006) membagi kecemasan menjadi
dua jenis kecemasan, yaitu:
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan dibagi menjadi dua kategori yaitu ringan sebentar
danringan lama. Kecemasan ini sangat bermanfaat bagi
perkembangan kepribadian seseorang, karena kecemasan ini dapat
menjadi suatu tantangan bagi seorang individu untuk mengatasinya.
Kecemasan ringan yang muncul sebentar adalah suatu kecemasan
mengancam dan individu tersebut tidak dapat mengatasinya, sehingga
timbul kecemasan. Kecemasan ini akan bermanfaat bagi individu
untuk lebih berhati-hati dalam menghadapi situasi-situasi yang sama
di kemudian hari. Kecemasan ringan yang lama adalah kecemasan
yang dapat diatasi tetapi karena individu tersebut tidak segera
mengatasi penyebab munculnya kecemasan, maka kecemasan
tersebut akan mengendap lama dalam diri individu.
b. Kecemasan Berat
Kecemasan berat adalah kecemasan yang terlalu berat dan berakar
secara mendalam dalam diri seseorang. Apabila seseorang mengalami
kecemasan semacam ini maka biasanya ia tidak dapat mengatasinya.
Kecemasan ini mempunyai akibat menghambat atau merugikan
perkembangan kepribadian seseorang. Kecemasan ini dibagi menjadi
dua yaitu kecemasan berat yang sebentar dan lama. Kecemasan yang
berat tetapi munculnya sebentar dapat menimbulkan traumatis pada
individu jika menghadapi situasi yang sama dengan situasi penyebab
munculnya kecemasan.Sedangakan kecemasan yang berat tetapi
munculnya lama akan merusak kepribadian individu. Hal ini akan
berlangsung terus menerus bertahun-tahun dan dapat meruak proses
kognisi individu. Kecemasan yangberat dan lama akan menimbulkan
berbagai macam penyakit seperti darah tinggi, tachycardia
30
2.1.4.5 Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki
cirikecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga irrasional, dan
tidakdapatsecara intensif ditampilkan dalam cara-carayang jelas.
FitriFauziah & JuliantyWiduri(2007) membagi gangguan kecemasan
dalam beberapa jenis, yaitu :
1. Fobia Spesifik
Yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran
atauantisipasiterhadap obyek atau situasi yang spesifik.
2. Fobia Sosial
Merupakan suatu ketakutan yang tidak rasional dan menetap,
biasanyaberhubungan dengan kehadiran orang lain. Individu
menghindari situasidimana dirinya dievaluasi atau dikritik, yang
membuatnya merasa terhina
2.2 Keaslian Penelitian
No Nama Tahun Judul Metodologi Hasil 2 Nesti Nurdianasari 2012 Tingkat
Pengetahuan Ibu
Perbedaan antara penelitian diatas dengan penelitian ini adalah judul,
waktu, tempat, dan hasil penelitian. Selain itu juga, pada penelitian terdahulu
tidak menggunakan uji hipotesis, kalau penelitian yang sekarang uji hipotesis
32
2.3. Kerangka Teori
Gambar 2. 1
Kerangka teori kecemasan (Stuart, 2007)
2.4. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 2. 2
Kerangka Konsep Penelitian
2.5 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian.
(Suharsimi, 2005). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H0 : Tidak ada hubungan antara pengetahuan orang tua dengan tingkat
kecemasan pasca imunisasi polio pada anak di wilayah Puskesmas
33 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
rancangan cross sectional, peneliti melakukan pengukuran variabel terikat
dan variabel bebas hanya sesaat. Artinya peneliti pada saat itu menilai
pengetahuan ibu tentang imunisasi polio sebagai variabel dependen
bersamaan dengan penilaian variabel independen (Azwar, 2003).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bendosari Kabupaten Sukoharjo
pada bulan Februari – Maret 2015.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2007).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang
datang mengimunisasikan polio bayinya di Puskesmas Bendosari.
Ibu yang mengimunisasikan bayinya umur 0-12 bulan dengan
imunisasi polio pada bulan Juli – Desember 2014 di Puskesmas Bendosari
34
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dan keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2007).
Besarnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Purposive sampling, artinya pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan
tertentu. Jadi sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 30
responden.
Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka
sebelum pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi, maupun
kriteria eksklusi. Penelitian ini dipilih sampel yang memiliki kriteria sebagai
berikut:
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi
oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel
(Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Ibu yang telah mengikutkan anaknya program imunisasi polio di
Puskesmas Bendosari.
2) Ibu yang bersedia menjadi responden penelitian
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subyek yang
memenuhi kriteria inklusi tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian
1. Ibu yang tidak mengikutkan anaknya program imunisasi polio di
Puskesmas Bendosari.
2. Ibu yang tidak bersedia menjadi responden.
3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran 3.4.1 Variabel
Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat,
dan ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang
sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2005). Variabel dalam
penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.
1. Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang menjadi sebab
timbulnya atau berubahnya dependent variable atau yang mempengaruhi
stimulus, input (Sugiyono, 2005). Variabel bebas dalam penelitian ini
yaitu Pengetahuan Imunisasi Polio Pasca Imunisasi.
2. Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas, dan variabel
inisering disebut variabel respon, output (Sugiyono, 2005). Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan ibu pasca imunisasi
36
3.4.2 Definisi Operasional & Skala Pengukuran Tabel 1 Definisi Operasional
Kuesioner Ordinal Pengetahuan rendah skor 0-20,
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data a. Alat Penelitian
1. Pengetahuan
Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan bentuk
pertanyaan tertutup (close ended) yang mempunyai keuntungan
mudah mengarahkan jawaban responden dan juga mudah diolah
Beberapa item skala dibuat bervariasi antara pernyataan yang
bersifat favorable dan unfavorable, hal ini untuk menghindari
stereotipe jawaban. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang
memihak objek penelitian, sedangkan pernyataan unfavorable adalah
pernyataan yang tidak mendukung atau memihak objek penelitian.
Skala dalam penelitian ini menggunakan metode likert yang telah
dimodifikasikan menjadi empat alternative jawaban disajikan dalam
bentuk favorable dan unfavorable, dengan penilaian bergerak dari 1
sampai 4 untuk unfavorable, dan 4 sampai 1 untuk pernyataan
favourable. Jawaban Sangat Setuju (S) diberi nilai 4, Setuju (S)
diberi nilai 3, Netral (N) diberi nilai 2 dan Tidak Setuju (TS) diberi
nilai 1. pertanyaan ini yang disebut unfavorable. Jawaban Sangat
Setuju (S) diberi nilai 1, Setuju (S) diberi nilai 2, Netral (N) diberi
nilai 3 dan Tidak Setuju (TS) diberi nilai 4. pertanyaan ini yang
disebut unfavorable.
Untuk dapat mengetahui apakah instrumen dinyatakan valid
dan reliabel, maka diuji terlebih dahulu. Untuk uji validitas dan
reliabilitas sebagai berikut:
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu
benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2007).
Kuesioner diberikan kepada sekelompok responden sebagai sarana
38
sesuai dengan sistem penilaian yang telah ditetapkan dan
mengklasifikasikan sesuai dengan yang diteliti. Peneliti memberikan
kuesioner kepada 30 responden tentang pengetahuan imunisasi polio
sejumlah 20 (dua puluh) pertanyaan, tentang kecemasan pasca
imunisasi polio sejumlah 14 (empat belas) pertanyaan.
Pelaksanaan uji validitas dilakukan pada tanggal 16 Maret
2015 di Puskesmas Sukoharjo.
Keterangan :
r : koefisien korelasi
Σ X : jumlah skor pertanyaan
Σ Y : jumlah skor total
N : jumlah responden
Kriteria pengujian:
Jika r > r tabel (0,361) berarti item pernyataan adalah valid
Jika r < r tabel (0,361) berarti item pernyataan adalah tidak valid
Adapun hasil uji validitas dari variabel Pengetahuan Ibu Pasca
Imunisasi Polio Pada Bayi dadapatkan 20 soal valid dengan nilai
Tabel 2
Hasil Uji Validitas Pengetahuan Ibu Pasca Imunisasi Polio Pada Bayi
No r-hitung r-tabel Keterangan
1
Karena nilai hitung lebih besar dari r tabel (hitung >
40
b. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan selisih
sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. (Notoatmodjo, 2007).
Keterangan :
r11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
a2b = Jumlah varians butir
a2t = Varians total
Adapun hasil uji Reliabilitas dapat diperoleh nilai alpha
untuk Pengetahuan Ibu Pasca Imunisasi Polio Pada Bayi sebesar
0,757 > 0,6. Jadi instrumen pertanyaan dalam penelitian ini
dinyatakan reliabel karena nilai cronbacs alphanya lebih dari 0,6.
2. Kecemasan
Alat penelitian untuk variabel kecemasan menggunakan
kuesioner yang sifatnya tertutup juga. Kecemasan dapat diukur
dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan
yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS
merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya
symptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala
mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5
tingkatan skor (skala likert) antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4
(severe).
Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai
dengan kategori:
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = Satu dari gejala yang ada
2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada
3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada
4 = sangat berat semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai
skor dan item 1-14 dengan hasil:
1. Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan.
2. Skor 7 – 14 = kecemasan ringan.
3. Skur 15 – 27 = kecemasan sedang.
4. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat.
a. Cara Pengumpulan data:
Langkah-langkah pengumpulan data ini adlah sbb:
1. Pengajuan pengusulan proposal ke progdi S1 Keperawatan STIKES
Kusuma Husada Surakarta
42
3. Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan wawancara serta
mengumpulakan data awal seperti jumlah anak-anak seperti di
posyandu
4. Peneliti melakukan penelitian di posyandu wilayah kerja Puskesmas
Bendosari
5. Peneliti mengidentifikasi sampel sesuai criteria inklusi sampel
6. Memberikan penjelasan penelitian dan persetujuan responden
7. Menjelaskan cara pengisian kuesioner
8. Menjelaskan berapa lama waktu yang digunakan dalam mengisi
kuesioner kurang lebih 20 menit
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 3.6.1 Pengolahan data
Menurut Azrul Azwar (2003) pengolahan data menggunakan teknik
editing, coding dan tabulating. Adapun pelaksanaannya meliputi :
1. Editing
Editing dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang sudah
diisi. Editing meliputi memeriksa kelengkapan data, memeriksa
kesinambungan data dan memeriksa keseragaman data.
2. Coding
Langkah ini dapat dilakukan hanya memberi kode pada responden untuk
3. Tabulating
Memberi kategori dan skor terhadap jawaban responden dengan
menggunakan sistem kategori dan nilai kemudian menjumlahkan hasil
dan skor yang didapat dan mengklasifikasikan untuk selanjutnya dibuat
tabel distribusi frekuensi.
3.6.2Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS
(Software Statistical Program Social Science Versi 17), dengan
langkah-langkah analisis data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Analisis univariat
Analisis univariat yaitu analisis satu variabel yang digunakan untuk
memperoleh gambaran karakteristik responden, pengetahuan ibu tentang
imunisasi polio dan kecemasan ibu pasca imunisasi polio dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi dan dinarasikan.
2. Analisis bivariat
Analisis ini dilakukan untuk menguji hubungan antara dua variabel
penelitian yaitu variabel bebas dengan variabel terikat (Sugiyono, 2006).
Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Spearman rank dengan
taraf kesalahan 5% (0,05), tingkat kepercayaan yang dipakai adalah 95%
atau = 0,05, dengan ketentuan :
- nilai , maka Ho diterima.
44
3.7 Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2009), etika penelitian merupakan masalah yang
sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian berhubungan langsung
dengan manusia maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Yang perlu
diperhatikan antara lain sebagai berikut:
1. Informed consent (lembar persetujuan)
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan yang diberikan
sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan
untuk menjadi responden. Tujuannya agar subyek mengerti maksud dan
tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia,
maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan.
2. Anonimity (tanpa nama)
Merupakan pemberian jaminan dalam penggunaan subyek penelitian
dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden
pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Merupakan etika dalam pemberian jaminan kerahasiaan hasil penelitian,
baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang
telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Bendosari terletak di Kelurahan Mulur, Kecmatan
Bendosari. Luas wilayah kerja Puskesmas Bendosari sekitar ± 4.458 Ha
mencakup 14 Kelurahan, 201 Dukuh, 138 RW (Rukun Warga), dan 445 RT
(Rukun Tetangga) (Kecamatan Bendosari, 2014).
Puskesmas Bendosari memiliki sarana dan prasarana yang terdiri dari 1
Puskesmas pusat, 5 Puskesmas Pembantu, 1 RB (Rumah Bersalin), 6 dokter
praktek. Sedangan untuk Tenaga Kesehatan terdiri dari perawat 15 orang dan
33 bidan (Kecamatan Bendosari, 2014). Letak Wilayah Kerja Puskesmas
Bendosari berbatasan dengan wilayah Sebelah Utara: Kecamatan Polokarto,
Selatan Kecamatan Sukoharjo dan Nguter, Sebelah barat Kecmatan Sukoharjo
dan Mojolaban, sebelah utara kecamatanMojolaban
4.2. Hasil Penelitian
a. Karakteristik Responden 1. Usia
Hasil distribusi responden menurut Usia ditampilkan pada tabel
46
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang paling
banyak berusia antara 25 – 30 tahun, yaitu 13 orang atau 41,9%. Untuk
lebih jelasnya juga dapat dilihat dalam diagram sebagai berikut :
2. Pendidikan
Hasil distribusi responden menurut Pendidikan ditampilkan dalam
tabel berikut:
Tabel 4
Pendidikan Responden
Pendidikan Frekwensi Prosentase
Tidak Tamat SD 2 6,5%
SMP 11 35,5%
SMA 13 41,9%
Diploma/Sarjana 4 12,9%
Total 30 100%
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa responden yang
mempunyai tingkat pendidikan paling banyak adalam SMA yaitu