• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Gambaran Dukungan Keluarga pada Klien Pengguna Napza di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Gambaran Dukungan Keluarga pada Klien Pengguna Napza di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Dukungan Keluarga

2.1.1 Defenisi Keluarga

Menurut WHO (1996) Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling

berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Menurut Departemen

Kesehatan (1998), Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di

bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Adapun pendapat oleh

Sayekti (1994) mengatakan bahwa keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan

hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup

bersama atau seseorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian

dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah

rumah tangga (Setiadi, 2008).

2.1.2 Konsep Dukungan keluarga

Dukungan keluarga merupakan suatu proses hubungan antara keluarga dengan

lingkungan sosialnya (Friedman, 1998). Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang

bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga

seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan

mencintainya (Cohen & Syme, 1996 dalam Setiadi, 2008). Anggota keluarga sangat

(2)

tersebut merasa dihargai dan anggota keluarga siap memberikan dukungan untuk

menyediakan bantuan dan tujuan hidup yang ingin dicapai individu (Friedman, 1988).

Menurut Cohen dan Mc Kay (1984 dalam Niven, 2000) bahwa

komponen-komponen dukungan keluarga adalah sebagai berikut :

1. Dukungan Emosional

Dukungan emosional memberikan pasien perasaan nyaman, merasa dicintai

meskipun saat mengalami suatu masalah, bantuan dalam bentuk semangat,

empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa

berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat

istirahat dan memberikan semangat kepada pasien yang dirawat di rumah atau

di panti. Jenis dukungan bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi atau

ekspresi.

Jika stres mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan dicintai

maka dukungan dapat menggantikannya sehingga akan dapat menguatkan

kembali perasaan dicintai tersebut. Apabila dibiarkan terus menerus dan tidak

terkontrol maka akan berakibat hilangnya harga diri.

2. Dukungan Informasi

Dukungan ini meliputi komunikasi dan tanggung jawab bersama, termasuk

didalamnya memberikan solusi dari masalah yang dihadapi pasien baik di

rumah atau rumah sakit jiwa, memberikan nasehat, pengarahan, saran atau

umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat

menyediakan informasi dengan menyarankan tempat, dokter, dan terapi

(3)

stressor. Pada dukungan informasi, keluarga sebagai penghimpun informasi

dan pemberi informasi

3. Dukungan Nyata

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan,

bantuan finansial dengan menyediakan dana untuk biaya pengobatan, dan

material berupa bantuan nyata (Instrumental Support/ Material Support),

suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu memecahkan masalah

kritis, termasuk didalamnya bantuan langsung seperti saat seseorang

membantu pekerjaan sehari-hari, menyediakan informasi dan fasilitas,

menjaga dan merawat saat sakit serta dapat membantu menyelesaikan

masalah. Pada dukungan nyata, keluarga sebagai sumber untuk mencapai

tujuan praktis. Meskipun sebenarnya, setiap orang dengan sumber-sumber

yang tercukupi dapat memberi dukungan dalam bentuk uang atau perhatian

yang bertujuan untuk proses pengobatan. Akan tetapi, dukungan nyata akan

lebih efektif bila dihargai oleh penerima dengan tepat. Pemberian dukungan

nyata yang berakibat pada perasaan ketidakadekuatan dan perasaan berhutang,

malah akan menambah stress individu.

4. Dukungan Pengharapan

Dukungan pengharapan merupakan dukungan berupa dorongan dan

motivasi yang diberikan keluarga kepada pasien. Dukungan ini merupakan

dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap

(4)

masalah mereka, terjadi melalui ekspresi penghargaan positif keluarga

kepada pasien, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan

pasien. Dukungan keluarga ini dapat membantu meningkatkan strategi

koping pasien dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman

yang berfokus pada aspek-aspek positif. Dalam dukungan pengharapan,

kelompok dukungan dapat mempengaruhi persepsi pasien akan ancaman.

Dukungan keluarga dapat membantu pasien mengatasi masalah dan

mendefinisikan kembali situasi tersebut sebagai ancaman kecil dan

keluarga bertindak sebagai pembimbing dengan memberikan umpan balik

dan mampu membangun harga diri pasien.

2.1.3 Manfaat Dukungan Keluarga

Smet (1994 dalam Sukoco, 2011) mengemukakan bahwa ada dua model

peranan dukungan keluarga dalam kehidupan, yaitu model efek langsung (direct

effect) dan model efek penyangga (buffer effect). Dalam efek langsung tetap

berpendapat bahwa dukungan sosial atau keluarga itu bermanfaat bagi kesehatan dan

kesejahteraan tidak perduli banyaknya stres yang dialami seseorang. Menurut efek

dukungan sosial yang positif sebanding di bawah intensitas-intensitas stres tinggi dan

rendah. Contohnya, orang-orang dengan dukungan keluarga yang tinggi dapat

memiliki penghargaan diri yang lebih tinggi yang membuat mereka tidak begitu

mudah diserang stres. Sedangkan efek penyangga, dukungan keluarga mempengaruhi

kesehatan dengan melindungi orang tersebut terhadap efek negatif dari stres berat.

(5)

menjumpai stres yang kuat. Efek penyangga bekerja paling sedikit dengan dua cara.

Orang-orang dengan dukungan sosial atau keluarga yang tinggi mungkin akan kurang

menilai situasi penuh stres (mereka tahu bahwa mungkin akan ada seorang yang

dapat membantu mereka). Orang-orang dengan dukungan sosial atau keluarga akan

mengubah respon mereka terhadap sumber stres (contohnya seorang teman pergi ke

sahabatnya untuk membicarakan masalah tersebut). Wills (1985) dalam Friedman

(1998) menambahkan bahwa baik efek-efek penyangga (dukungan sosial menahan

efek-efek negatif dari stres terhadap kesehatan) dan efek-efek utama (dukungan sosial

secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) pun ditemukan.

Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial terhadap

kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik,

keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya

mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit dan dikalangan kaum tua, fungsi kognitif,

fisik dan kesehatan emosi (Akhmadi, 2010).Kedua sudut pandang ini mempengaruhi

dampak sumber stres.

2.1.4 Sumber dukungan keluarga

Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang oleh

keluarga sebagai sesuatu yang dapat diadakan untuk keluarga, tetapi anggota keluarga

memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan

dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan sosial kelurga

internal, seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau

(6)

2.1.5 Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

Menurut Feiring dan Lewis (1984 dalam Friedman 1998), ada bukti kuat dari

hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara

kualitatif menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang

berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian daripada anak-anak dari

keluarga yang besar. Selain itu, dukungan yang diberikan orangtua (khususnya ibu) juga

dipengaruhi oleh usia (Akhmadi, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas

sosial ekonomi orangtua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan,

pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah, suatu

hubungan yang lebih adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah,

hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas

sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih

tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial rendah (Akhmadi, 2010).

2.2 NAPZA

2.2.1 Pengertian NAPZA

NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol, psikotropika dan zat

adiktif lain. Menurut UU RI Nomor 35 tahun 2009, narkotika adalah zat atau obat

yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis,

yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

(7)

ketergantungan. Penyalahgunaan zat adalah penggunaan secara terus menerus bahkan

sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah

dan sering dianggap sebagai penyakit (Stuart & Sundeen, 1998, dikutip dari Purba,

dkk. 2010)

2.2.2 Jenis-Jenis NAPZA

NAPZA dapat dibagi ke dalam beberapa golongan yaitu:

a. Narkotika, merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman

baik sintetis maupun semisintetis yang menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 35 tahun 2009).

b. Psikotropika, Menurut Kepmenkes RI No. 996/MENKES/SK/VIII/2002,

psikotropika adalah zat atau obat, baik sintesis maupun semisintesis yang berkhasiat

psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Zat yang tergolong dalam

psikotropika (Hawari, 2006) adalah stimulansia yang membuat pusat syaraf menjadi

sangat aktif karena merangsang syaraf simpatis (Purba, dkk. 2010).

c. Zat Adiktif Lainnya, merupakan zat, bahan kimia, dan biologi dalam bentuk tunggal

maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan lingkungan hidup secara

langsung dan tidak langsung yang mempunyai sifat karsinogenik, teratogenik,

mutagenik, korosif dan iritasi. Bahan-bahan berbahaya ini adalah zat adiktif yang

bukan termasuk ke dalam narkotika dan psikotropika, tetapi mempunyai pengaruh

dan efek merusak fisik seseorang jika disalahgunakan (Wresniwiro dkk. 1999).

(8)

beralkohol) yang meliputi minuman keras golongan A (kadar ethanol 1 % sampai 5

%) seperti bir, green sand; minuman keras golongan B (kadar ethanol lebih dari 5%

sampai 20%) seperti anggur malaga; dan minuman keras golongan C (kadar ethanol

lebih dari 20% sampai 55%) seperti brandy, wine, whisky. Zat dalam alkohol dapat

mengganggu aktivitas sehari-hari bila kadarnya dalam darah mencapai 0,5% dan

hampir semua akan mengalami gangguan koordinasi bila kadarnya dalam darah 0,10

% (Marviana dkk. 2000). Zat adiktif lainnya adalah nikotin, votaile, dan

solvent/inhalasia. (Purba, dkk. 2010)

2.2.3 Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA

Harboenangin (dikutip dari Purba, dkk. 2010) mengemukakan ada beberapa

faktor yang menyebabkan seseorang menjadi pecandu narkoba yaitu faktor eksternal

dan faktor internal.

a. Faktor Internal

1) Faktor Kepribadian

Kepribadian seseorang turut berperan dalam prilaku ini. Hal ini lebih

cenderung terjadi pada usia remaja. Remaja yang menjadi pecandu biasanya memiliki

konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah. Perkembangan emosi yang

terhambat, dengan ditandai oleh ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara

wajar, mudah cemas, pasif, agresif, dan cenderung depresi, juga turut mempengaruhi.

Selain itu, kemampuan untuk memecahkan masalah secara adekuat berpengaruh

terhadap bagaimana ia mudah mencari pemecahan masalah dengan cara melarikan

(9)

2) Intelegensia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa intelegensia pecandu yang datang

untuk konseling di klinik rehabilitasi pada umumnya berada pada taraf di bawah

rata-rata dari kelompok usianya.

3) Usia

Mayoritas pecandu narkoba adalah remaja. Usia pertama kali menggunakan

NAPZA rata-rata 19 tahun. Menurut Rahmah (2008) bahwa usia remaja merupakan

periode yang paling rawan terhadap penyalahgunaan NAPZA, karena masa remaja

merupakan masa pencarian identitas diri, saat di mana remaja mulai muncul rasa

penasaran, ingin tahu, serta ingin mencoba berbagai hal yang baru berisiko tinggi.

Alasan remaja menggunakan narkoba karena kondisi sosial, psikologis yang

membutuhkan pengakuan, dan identitas dan kelabilan emosi; sementara pada usia

yang lebih tua, narkoba digunakan sebagai obat penenang. Oleh karena itu, sangat

mungkin jika semakin hari akan semakin bertambah jumlah pengedar dan pengguna

NAPZA di kalangan anak-anak dan remaja.

4) Dorongan Kenikmatan dan Perasaan Ingin Tahu

Narkoba dapat memberikan kenikmatan yang unik dan tersendiri. Mulanya

merasa enak yang diperoleh dari coba-coba dan ingin tahu atau ingin merasakan

seperti yang diceritakan oleh teman-teman sebayanya. Lama kelamaan akan menjadi

(10)

5) Pemecahan Masalah

Pada umumnya para pecandu narkoba menggunakan narkoba untuk

menyelesaikan persoalan. Hal ini disebabkan karena pengaruh narkoba dapat

menurunkan tingkat kesadaran dan membuatnya lupa pada permasalahan yang ada.

b. Faktor Eksternal

1) Keluarga

Keluarga merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab seseorang

menjadi pengguna narkoba. Rahmah (2008) mengemukakan bahwa gambaran pola

asuh orang pada remaja pengguna NAPZA adalah kurangnya upaya kedua orang tua

dalam menerapkan disiplin pada remaja sesuai dengan standar tingkah laku yang

sudah dibuat sebelumnya, kurangnya kejelasan komunikasi antara orang tua dan

remaja, tidak adanya dukungan dalam remaja anak.

2) Faktor Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)

Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu cara

teman-teman atau orang-orang seusia untuk mempengaruhi seseorang agar berprilaku

seperti kelompok itu. Sinaga (2007) melaporkan bahwa faktor penyebab

penyalahgunaan NAPZA pada remaja adalah teman sebaya (78,1 %). Hal ini

menunjukkan betapa besarnya pengaruh teman kelompoknya sehingga remaja

(11)

3) Faktor Kesempatan

Ketersediaan narkoba dan kemudahan memperolehnya juga dapat disebut

sebagai pemicu seseorang menjadi pecandu. Indonesia yang sudah menjadi tujuan

pasar narkoba internasional, menyebabkan obat-obatan ini mudah diperoleh.

Pengalaman feel good saat mencoba drugs akan semakin memperkuat keinginan

untuk memanfaatkan kesempatan dan akhirnya menjadi pecandu.

4) Faktor Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah turut mendorong terjadinya penyalahgunaan NAPZA.

Sekolah yang kurang disiplin dan tidak tertib, sering tidak ada pelajaran pada waktu

jam sekolah, pelajaran yang diberikan secara membosankan, guru yang kurang pandai

mengajar dan kurang mampu berkomunikasi dengan siswa, serta sekolah tidak

mempunyai fasilitas untuk menyalurkan kreatifitas siswa, merupakan ciri-ciri sekolah

yang berisiko tinggi terhadap adanya penyalahgunaan NAPZA pada murid-muridnya.

2.2.4 Dampak Penyalahgunaan NAPZA

Penyalahgunaan NAPZA mempunyai dampak yang sangat luas baik bagi

pemakainya (diri sendiri), keluarga, pihak sekolah (pendidikan), serta masyarakat,

bangsa dan negara (Martono, 2006).

Bagi diri sendiri; Penyalahgunaan NAPZA dapat mengakibatkan terganggunya fungsi otak dan perkembangan moral pemakainya, intoksikasi (keracunan), overdosis

(12)

pendarahan otak, kekambuhan, gangguan perilaku (mental sosial), gangguan

kesehatan, menurunnya nilai-nilai, dan masalah ekonomi dan hukum.

Bagi keluarga; Penyalahgunaan NAPZA dalam keluarga dapat mengakibatkan suasana nyaman dan tentram dalam keluarga terganggu. Di mana orang tua akan

merasa malu karena memiliki anak pecandu, merasa bersalah, dan berusaha menutupi

perbuatan anak mereka. Stress keluarga meningkat, merasa putus asa karena

pengeluaran yang meningkat akibat pemakaian narkoba atau melihat anak yang harus

berulang kali dirawat bahkan mendekam di penjara.

Bagi pendidikkan atau sekolah; NAPZA akan merusak disiplin dan motivasi yang sangat tinggi untuk proses belajar. Penyalahgunaan NAPZA berhubungan dengan

kejahatan dan perilaku asosial lain yang mengganggu suasana tertib dan aman,

rusaknya barang-barang sekolah dan meningkatnya perkelahian.

Bagi masyarakat, bangsa dan negara; Penyalahgunaan NAPZA mengakibatkan terciptanya hubungan pengedar narkoba dengan korbannya sehingga terbentuk pasar

gelap perdagangan NAPZA yang sangat sulit diputuskan mata rantainya. Masyarakat

yang rawan narkoba tidak memiliki daya tahan dan kesinambungan pembangunan

terancam. Akibatnya negara mengalami kerugian karena masyarakatnya tidak

produktif, kejahatan meningkat serta sarana dan prasarana yang harus disediakan

(13)

2.2.5 Tingkat Pemakaian Zat NAPZA

Terdapat beberapa tingkat-tingkat pemakaian zat NAPZA terbagi menjadi 5

bagian, yaitu:

a) Pemakaian coba-coba (experimental use) yang bertujuan hanya ingin mencoba

memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian pemakai erhenti menggunakannya dann sebagian

lagi meneruskannya.

b) Pemakaian sosial (social use) yang bertujuan hanya untuk bersenang-senang (saat

rekreasi atau santai). Sebagian pemakai tetap bertahan pada tahap ini, namun

sebagian lagi meningkat ke tahap selanjutnya.

c) Pemakaian situasional (situasional use), pemakaian pada saat mengalami keadaan

tertentu (ketegangan, kesedihan, kekecewaan).

d) Penyalahgunaan (abuse), pemakaian ini sebagai suatu pola penggunaan yang

bersifat patologis/klinis (menyimpang), minimal satu bulan lamanya, dan telah terjadi

gangguan fungsi sosial atau pekerjaannya.

e) Ketergantungan (dependence), telah terjadi toleransi dan gejala putus zat, bila

pemakaian zat dihentikan atau dikurangi atau tidak ditambah dosisnya (Depkes,

(14)

2.3 Rehabilitasi

Menurut Depkes (2001), rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan

secara utuh dan terpadu melalui pendekatan nonmedis, psikologis, sosial dan religi

agar pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai

kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya pemulihan dan

pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. Sarana rehabilitasi yang

disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan (Purba,dkk.

2010).

Menurut Hawari (2004) bahwa sesudah klien penyalahgunaan/

ketergantungan NAPZA menjalani program terapi (detoksifikasi) dan konsultasi

medik selama satu minggu dan dilanjutkan dengan program pemantapan

(pascadetoksifikasi) selama dua minggu maka yang bersangkutan dapat melanjutkan

ke program berikutnya yaitu rehabilitasi. Lama rawat di unit rehabilitasi untuk setiap

rumah sakit tidak sama karena tergantung pada jumlah dan kemampuan sumber daya,

fasilitas, dan sarana penunjang kegiatan yang tersedia di rumah sakit (Purba, dkk.

2010).

Depkes (2001) menyatakan bahwa kenyataan menunjukkan bahwa mereka

yang telah selesai menjalani detoksifikasi sebagai besar akan mengulangi kebiasaan

menggunakan NAPZA, oleh karena rasa rindu (craving) terhadap NAPZA yang

selalu terjadi. Dengan rehabilitasi diharapkan pengguna NAPZA dapat mempunyai

motivasi kuat untuk tidak menyalahgunakan NAPZA lagi, mampu menolak tawaran

penyalahgunaan NAPZA, pulih kepercayaan dirinya, hilang rasa rendah dirinya,

(15)

berkonsentrasi untuk belajar atau bekerja dan dapat diterima dan dapat membawa diri

dengan baik dalam pergaulan dengan lingkungannya (Purba, dkk. 2010).

2.4 Gambaran Dukungan Keluarga pada Pengguna NAPZA

Pengguna NAPZA atau penyalahguna NAPZA adalah individu yang

menggunakan narkotika atau psikotropika tanpa indikasi medis dan tidak dalam

pengawasan dokter (BNN, 2003). Korban penyalahguna NAPZA atau pengguna

NAPZA adalah orang yang menderita ketergantungan terhadap NAPZA yang

disebabkan oleh penyalahgunaan NAPZA, baik atas kemauan sendiri maupun

paksaan dari orang lain.

Berdasarkan penelitian Adisukarto (dalam Poerwandari, 2001) menunjukkan

bahwa 47,7 % korban penyalahgunaan narkoba adalah remaja dan yang tidak bisa

berkomunikasi dengan orang tua, memiliki kepercayaan dan harga diri yang rendah,

suka mencari sensasi, control diri yang rendah serta sulit menyesuaikan diri dengan

lingkungan dan bergaul di lingkungan yang menyalahgunakan narkoba.

Alasan pertama individu menggunakan narkoba karena ingin mencoba, tergiur

dengan tawaran teman dan lain sebagainya. Penyalahgunaan narkoba pada individu

erat kaitanya dengan perasaan diterima sebagai anggota suatu kelompok, untuk

mendapatkan pengalaman baru, untuk memelihara hubungan dengan kelompok,

untuk menenangkan diri dari kecemasan dan untuk melarikan diri dari kegagalan.

Akibat adanya perubahan psikologis tersebut, maka terjadi goncangan emosional dan

(16)

Pada saat individu mengalami problem kehidupan yang mengakibatkan

dirinya mengalami stres karena tidak menemukan jalan keluar dan tidak ada seorang

pun yang bisa dipercaya untuk menyelesaikan masalah mereka. Maka, individu sering

“melarikan diri” dengan cara menggunakan narkoba. Individu beranggapan bahwa

dengan melarikan diri ke narkoba akan menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Dengan keadaan diri individu yang lemah dan rentan terhadap stres maka

diperlukan suatu cara yang dapat membantu mereka agar tidak terjerumus dalam

penggunaan narkoba. Apabila mereka telah terjerumus maka diperlukan suatu

tindakan yang dapat mengarahkan mereka keluar dari masalah. Dalam hal ini dapat

dilakukan dengan cara memberikan pengarahan yaitu dengan dukungan keluarga.

Oleh sebab itu, dukungan keluarga pada individu yang mengalami stres akan efektif

karena pada saat ini individu tersebut sangat membutuhkan dukungan (seperti

dukungan emosional) dan sangat berperan dalam kehidupan individu yang

Referensi

Dokumen terkait

Kembali ke tahun 2000-an, sebenarnya perang MVC terjadi antara Struts dengan WebWork, yang mana WebWork lebih mengutamakan kemudahan, dengan implementasi teknologi

Dengan cara ini, semua teks yang Anda ketik mulai dari posisi awal akan mengikuti format yang Anda pilih sampai Anda melakukan perubahan kembali atau

Hal ini disebabkan karena semakin besar ukuran mesh partikel, maka semakin kecil ukuran diameter adsorben, sehingga polutan yang teradsorpsi semakin banyak, karena

Tugas Akhir yang berjudul “ PERANCANGAN APLIKASI PERAWATAN KOLEKSI BERBASIS WEB PADA MUSEUM NASIONAL INDONESIA ” yang merupakan sebagai syarat untuk menyelesaikan akhir

Kami memproduksi accessories fashion (Kalung) yang dibuat secara Handmade dengan design yang unik dan menggunakan bahan seperti kain (Batik, Tenun, Doyo, dll), kuningan, tembaga

memiliki interaksi yang baik dengan masyarakat lainnya maka akan membentuk.. suatu harmonisasi sosial dalam suatu masyarakat, dimana masyarakat

Hasil itu menunjukkan bahwa pelatihan pemaknaan dan pembacaan ayat-ayat Alquran dapat menurunkan tingkat stres mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi di program

1 Metode kuantitatif ini digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat