• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Pola Asuh Orang Tua 1.1 Pengertian pola asuh orang tua - Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Sosial Pada Remaja Di Sma Dharma Pancasila Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Pola Asuh Orang Tua 1.1 Pengertian pola asuh orang tua - Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Sosial Pada Remaja Di Sma Dharma Pancasila Medan"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Pola Asuh Orang Tua

1.1Pengertian pola asuh orang tua

Menurut Soetjiningsih (2004) adalah suatu model atau cara mendidik anak yang merupakan suatu kewajiban dari setiap orang tua dalam usaha membentuk pribadi anak yang sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya.

(2)

1.2Tipe pola asuh orang tua

Tipe pola asuh terdiri dari dua dimensi perilaku yaitu

Directive Behavior dan Supportive Behavior. Directive Behavior

melibatkan komunikasi searah di mana orangtua menguraikan peran anak dan memberitahu anak apa yang harus mereka lakukan, di mana, kapan, dan bagaimana melakukan suatu tugas.

Supportive Behavior melibatkan komunikasi dua arah di mana

(3)

Beberapa pendapat mengenai tipe pola asuh orangtua diantaranya sebagai berikut :

a. Tipe pola asuh menurut Wong (2008), ada tiga tipe pola asuh orang tua antara lain :

1. Pola asuh otoriter (diktator)

Orang tua mencoba untuk mengontrol prilaku diktator dan sikap anak melalui perintah yang tidak boleh dibantah. Orangtua menetapkan aturan dan regulasi atau standar perilaku yang dituntut untuk diikuti secara kaku dan tidak boleh dipertanyakan. Mereka menilai dan memberi penghargaan atas kepatuhan absolut, sikap mematuhi kata-kata mereka dan menghormati prinsip dan kepercayaan keluarga tanpa kegagalan. Orangtua menghukum secara paksa setiap prilaku yang berlawanan dengan standar orang tua.

(4)

Jika tidak penggunaan kekuasaan diktator lebih cenderung untuk dihubungkan dengan prilaku menentang dan antisosial.

2. Pola asuh permisif (laissez – faire)

Orang tua memiliki sedikit kontrol atau tidak sama sekali atas tindakan anak -anak mereka. Orang tua yang bermaksud baik ini bingung antar sikap permisif dan pemberian izin. Mereka menghindari untuk memaksa standar prilaku mereka dengan mengizinkan anak mereka untuk mengatur aktifitas sendiri sebanyak mungkin.

(5)

3. Pola asuh demokratik (otoritatif)

Orangtua mengkombinasikan praktik mengasuh anak dari dua gaya yang ekstrem. Mereka mengarahkan perilaku dan sikap anak dengan menekankan alasan peraturan secara negatif menguatkan penyimpangan. Mereka menghormati individualitas dari setiap anak dan mengizinkan mereka untuk menyuarakan keberatannya terhadap standar atau peraturan keluarga. Kontrol orangtua kuat dan konsisten tetapi disertai dengan dukungan, pengertian, dan keamanan. kontrol difokuskan pada masalah, tidak ada penarikan rasa cinta, atau takut pada hukuman.

(6)

b. Tipe pola asuh menurut Ali. M dan Asrori. M, (2004) 1. Pola asuh bina kasih (induktion)

Pola asuh bina kasih yaitu pola asuh yang diterapkan orangtua dalam mendidik anaknya dengan senatiasa memberikan penjelasan atau alasan yang masuk akal terhadap setiap keputusan dan perlakuan yang diambil bagi anaknya. Pada tipe asuh seperti ini dijumpai perilaku orangtua yang directive dan supportive tinggi.

2. Pola asuh unjuk kuasa

Pola asuh unjuk kuasa yaitu pola asuh yang diterapkan orangtua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memaksakan kehendaknya untuk dipatuh oleh anak meskipun anak tidak biasa menerimanya. Pada tipe pola asuh ini dijumpai prilaku orangtua yang directive tinggi dan supportive rendah. 3. Pola asuh lepas kasih

(7)

c. Tipe pola asuh menurut Surbakti, (2009) 1. Pola asuh overprotected

Pola asuh overprotected yaitu bentuk pola asuh yang menonjolkan perlindungan yang berlebihan. Munculnya sikap atau tindakan yang berlebihan karena perasaan khawatir yang terlalu berlebihan dari orang tua disertai keinginan untuk memberikan perlakuan dan perlindungan terbaik bagi anak remajanya.

Banyak orang tua yang kuarang menyadari bahwa remaja dibesarkan dalam pola asuh overprotected akan memiliki mentalitas yang lemah bila dihadapkan dengan berbagai tantangan, menjadi peragu, kurang memiliki insiatif, memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi, cenderung mudah cemas dan penakut, tidak berani menghadapi kenyataan, kurang memiliki rasa percaya diri, cenderung selalu merasa terancam dan menghindari tanggung jawab, kemampuan berinteraksi rendah.

2. Pola asuh otoritarian

(8)

Ini dilakukan semata-mata untuk menghentikan argumentasi, untuk membungkam sikap kritis, ingin menegakan wibawa dan kehormatan sebagai orangtua, keinginan memaksa kehendak.

Hasil penerapan pola asuh otoritarian menyebabkan anak remaja mengalami tertekan secara psikis dan fisik, kehilangan dorongan semangat juang, mudah putus asa, mengalami luka batin, sering menyalahkan keadaan, cenderung menyalahkan diri sendiri, tidak berani mengemukakan pendapat.

3. Pola asuh permisif

Pola asuh permisif yaitu suatu pola asuh yang paling banyak diterapkan oleh keluarga alasan yang paling sering dikemukakan orangtua adalah kurangnya waktu untuk mengawasi anak-anak remaja mereka karena kesibukan sehari-hari dengan berbagai alasan dampak pada anak remaja yaitu anak remaja berkembang dengan kepribadian dan emosional yang kacau.

1.3 Dimensi Pola Asuh

Baumrind 1994 (dalam Santrock, 2003) menyatakan bahwa pola asuh terbentuk dari adanya dua dimensi pola asuh, yaitu :

1. Acceptance/Responsiveness yaitu menggambarkan bagaimana

(9)

Mengacu pada beberapa aspek, yakni sejauh mana orangtua mendukung dan sensitif pada kebutuhan anak-anaknya, sensitif terhadap emosi anak, memperhatikan kesejahteraan anak, bersedia meluangkan waktu dan melakukan kegiatan bersama, serta bersedia untuk memberikan kasih sayang dan pujian saat anak-anak mereka berprestasi atau memenuhi harapan mereka.

Dapat menerima kondisi anak, orangtua responsif penuh kasih sayang dan sering tersenyum, memeberi pujian, dan mendorong anak-anak mereka. Mereka juga membiarkan anak-anak mereka tahu ketika mereka nakal atau berbuat salah. Orangtua kurang menerima dan responsif sering kali cepat mengkritik, merendahkan, menghukum, atau mengabaikan anak-anak mereka dan jarang mengkomunikasikan kepada anak-anak bahwa mereka dicintai dan dihargai.

2. Demandingness/Control yaitu menggambarkan bagaimana standar

yang ditetapkan oleh orangtua bagi anak, berkaitan dengan kontrol perilaku dari orangtua. Mengacu pada beberapa aspek yakni:

(10)

b. Tuntutan, agar anak memenuhi aturan, sikap, tingkah laku dan tanggung jawab sosial sesuasi dengan standar yang berlaku sesuai keinginan orang tua.

c. Sikap ketat, berkaitan dengan sikap orang tua yang ketat dan tegas dalam menjaga agar anak memenuhi aturan dan tuntutan mereka. Orang tua tidak menghendaki anak membantah atau mengajukan keberatan terhadap peraturan yang telah ditentukan, d. Campur tangan, tidak adanya kebebasan bertingkah laku yang

diberikan orangtua kepada anaknnya. Orangtua selalu turut campur dalam keputusan, rencana anak, orangtua tidak melibatkan anak dalam membuat keputusan tersebut, orangtua beranggapan apa yang mereka putuskan untuk anak adalah yang terbaik dan benar untuk anak.

e. Kekuasaan sewenang-wenang menggambarkan bahwa orangtua menerapkan kendali yang ketat, kekuasaan terletak mutlak pada orangtua.

(11)

mengeksplorasi lingkungan, mengungkapkan pendapat mereka dan emosi, dan membuat keputusan tentang kegiatan mereka sendiri.

1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan psikososial

remaja

Menurut Gerungan, (2000) ada beberapa faktor-faktor keluarga yang memungkinkan mempengaruhi perkembangan psikososial remaja antara lain :

a. Status sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi mempunyai peranan terhadap perkembanga psikososial anak. Apabila perekonoian keluarga cukup, maka lingkungan material yang dihadapi remaja di dalam keluarganya itu lebih luas. Remaja mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangakan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat dicapai apabila tidak ada alat-alatnya. Orangtua dapat mencurahkan perhatian yang lebih mendalam kepada pendidikan anaknya apabila ia tidak disulitkan dengan perkara kebutuhan-kebutuhan primer kehidupan manusia.

b. Keutuhan keluarga

(12)

Apabila tidak ada ayah atau ibunya atau kedua-duanya, maka struktur keluarga sudah tidak utuh lagi. Selain keutuhan dalam struktur keluarga, dimaksudkan pula keutuhan dalam interaksi keluarga, jadi bahwa di dalam keluarga berlangsung interaksi sosial yang wajar (harmonis).

c. Sikap dan kebiasaan orang tua

Cara-cara dan sikap-sikap yang ditanamkan orangtua di rumah memegang peranan yang penting dalam pergaulan anak. Hal ini disebakan oleh karena keluarga merupakan sebab kelompok sosial dengan tujuan-tujuan, struktur, norma-norma dinamika kelompok, termasuk cara-cara kepemimpinannya yang sangat mempengaruhi kehidupan individu yang menjadi anggota kelompok tersebut. Cara-cara bertingkah laku orangtua yang dalam hal ini menjadi pimpinan kelompoknya, sangat mempengaruhi suasana interaksi keluarga, dan dapat merangsang perkembangan ciri-ciri tertentu pribadi anaknya.

d. Status anak

(13)

e. Peranan dan fungsi keluarga

Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentangan nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang penting untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.

(14)
(15)

2. Konsep Remaja

2.1 Pengertian remaja

Remaja dalam bahasa Latin adalah adolescence, yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Istilah adolescence sesungguhnya mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar (Hurlock, 1991).

Menurut Soetjiningsih, (2004) masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda.

2.2Kategori remaja

Menurut Wong, (2008) masa remaja dibagi atas 3 masa remaja awal (usia 11-14 tahun), masa remaja pertengahan (15-17 tahun), masa remaja akhir (18-20 tahun).

(16)

2.3Ciri-ciri masa remaja

Menurut Hurlock, (1991) semua periode yang penting selama rentang kehidupan masa remaja mempunyai ciri -ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut antara lain :

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Bagi sebagian besar anak muda usia antara dua belas dan enam belas tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan, semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap dan nilai serta minat baru. b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Sebuah peralihan dari suatu tahap perkembangan ke tahap berikutnya dimana anak harus meninggalkan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan juga harus mempelajari pola prilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

(17)

1. Pertama meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.

2. Kedua perubahan tubuh, bagi remaja muda masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya.

3. Ketiga berubahnya minat dan pola perilaku, sebagian besar remaja tidak lagi menganggap bahwa banyaknya teman merupakan petunjuk popularitas yang lebih penting dari pada sifat-sifat yang dikagumi dan dihargai oleh teman-teman sebaya 4. Keempat sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap

setiap perubahan dimana mereka menginginkan dan menuntut kebebasan tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi. Ini dikarenakan sepanjang masa kanak-kanak masalah pada masa anak-anak sebagian diselesaikan oleh orangtua dan guru-guru sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah tersebut.

e. Masa remaja sebagai mencari identitas

(18)

f. Masa remaja sebagai usia menimbulkan ketakutan

Beberapa anggapan tentang remaja bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cendrung merusak dan berperilaku merusak, menyabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja mudah takut tidak bertanggung jawab dan bersikap tidak bersimpatik.

g. Masa remaja masa yang tidak realistik

Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam hal cita-cita.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Dengan semakin mendekatnya usia kematangan para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip dan memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.

2.4Tugas Perkembangan Masa remaja

(19)

3. Hubungan pola asuh terhadap perkembangan sosial pada remaja

Menurut W.A Gerungan (2000), perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan berkerja sama. Anak dilahirkan belum bersifat sosial. Dalam arti, dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain.

Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya, baik orangtua, saudara, taman sebaya atau orang dewasa lainnya. Perkembangan sosial anak remaja sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan dan bimbingan orangtua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari proses bimbingan orangtua ini lazim disebut sosialisasi, di dalam proses membimbing remaja tersebut orangtua dapat mengarahkan sikap dan perilaku remaja melalui penerapan disiplin.

(20)

sosial itu kurang kondusif, seperti perlakuan orang tua yang kasar, sering memarahi, acuh tak acuh, tidak memberikan bimbingan, teladan pengajaran atau pembiasaan terhadap anak dalam menerapkan norma-norma, baik agama maupun tata karma dan budi perkerti, cendrung menampilkan prilaku maladjustment, seperti pemalu, senang mendominasi orang lain, egois/selfish, senang mengisolasi diri dan menyendiri, kurang memiliki perasaan tenggang rasa, serta kurang memperdulikan norma dan berprilaku.

Menurut Ali. M dan Asrori. M, (2004) ada beberapa karakteristik perkembangan sosial remaja antara lain :

a. Berkembangnya kesadaran akan kesunyian dan dorongan akan pergaulan. Masa remaja disebut masa sosial karena sepanjang masa remaja hubungan sosial semakin tampak jelas dan sangat dominan. Kesadaran akan kesunyian menyebabkan remaja berusaha mencari kompensasi dan mencari hubungan dengan orang lain atau berusaha mencari pergaulan. Penghayatan kesadaran akan kesunyian yang mendalam dari remaja merupakan dorongan pergaulan untuk menemukan pernyataan diri akan kemampuan kemandiriannya.

b. Adanya upaya memilih nilai-nilai sosial

(21)

Bagi remaja yang idealis dan memiliki kepercayaan penuh akan cita-citanya, menuntut norma-norma sosial yang mutlak meskipun segala sesuatu telah dicobanya gagal. Sebaliknya bagi remaja yang bersikap pasif terhadap keadaan yang dihadapi akan cendrung menyerah atau bahkan apatis. Namun, ada kemungkinan seseorang tidak akan menuntut norma-norma sosial yang demikian mutlak, tetapi tidak pula menolak seluruhnya. c. Meningkatnya ketertarikan pada lawan jenis

Menyebabkan remaja pada umumnya berusaha keras memiliki teman dekat dari lawan jenisnya atau pacaran. Untuk itu remaja perlu diajak berkomunikasi secara rileks dan terbuka untuk membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan lawan jenis.

d. Mulai cendrung memilih karir tertentu

Perkembangan karir remaja masih perlu diberikan wawasan karir disertai dengan keunggulan dan kelemahan masing-masing jenis karir tersebut.

Menurut Thornburg, (1982 dalam Agoes Dariyo, 2004) mengemukakan tahap-tahap perkembangan sosialisasi antara lain :

(22)

perilaku yang

Orangtua Orangtua Temana sebaya

Fasilitas Makin kuat Berkurang Fasilitas Saling berhubungan

Menurut Ali. M dan Asrori. M, (2004) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial remaja anatara lain :

a. Lingkungan Keluarga

Sejumlah faktor dari dalam keluarga yang sangat dibutuhkan oleh anak remaja dalam proses perkembangan sosialnya yaitu kebutuhan akan rasa aman, dihargai, disayangi, diterima dan kebebasan untuk menyatakan diri.

(23)

Pada remaja membutuhkan akan penghargaan atau dihargai oleh keluarga dan orang lain. Oleh karena itu, mempermalukan anak di depan orang banyak merupakan pukulan jiwa yang sangat berat dan berakibat buruk bagi perkembangan sosial anak. Dalam aspel psikologis, anak dapat terhambat atau tertekan, misalnya kemampuan dan kreativitasnya sehingga mengakibatkan anak menjadi banyak berdiam diri. Sikap seperti ini muncul karena merasa bahwa sesuatu yang akan dikemukakannya tidak akan mungkin mendapatkan sambutan atau bahkan dipermalukan, sebaliknya memberi pujian kepada anak secara tepat adalah sangat baik. Cara ini akan dapat menimbulkan perasaan disayangi pada diri anak yang dinyatakan secara menyenangkan oleh orangtua.

Menyatakan kasih sayang kepada anak sampai anak menyadari bahwa dirinya disayangi oleh orangtuanya adalah sesuatu yang sangat penting. Seorang anak yang merasa dirinya disayangi akan memiliki kemudahan untuk dapat menyayangi orangtua dan keluarganya, sehingga akan merasakan bahwa dirinya dibutuhkan dalam keluarga.

Dalam situasi ini anak akan merasa aman, dihargai dan disayangi anak tidak merasa takut untuk menyatakan dirinya, pendapatnya, maupun mendiskusikan kesulitan yang dihadapinya karena merasa bahwa orangtua atau keluarganya ibarat sumber kekuatan yang selalu membantu dimanapun dan kapanpun dirinya memerlukan.

(24)

khas internal keluarga yang berbeda dari keluarga lainnya, karakteristik khas itu dapat mempengaruhi perilaku individu dalam keluarga itu (termasuk remajanya), unsur kepemimpinan dan keteladanan kepala keluarga, sikap, dan harapan individu dalam keluarga.

Harmonis tidaknya, intensif tidaknya interaksi antara anggota keluarga akan mempengaruhi perkembangan sosial remaja yang ada di dalam keluarga. Menurut Gardner, (1983 dalam Ali.M dan Asrori. M, 2004) dalam penelitiannya menemukan bahwa interaksi antara anggota keluarga yang tidak harmonis merupakan suatu potensial menjadi penghambat perkembangan sosial remaja. Menurut Jay Kesler (1978 dalam Ali. M dan Asrori. M, 2004) remaja sangat memerlukan keteladanan dari orang tua dan orang dewasa lainnya.

b. Lingkungan Sekolah

Kehadiran disekolah merupakan perluasan lingkungan sosialnya dalam proses sosialisasinya dan sekaligus merupakan faktor lingkungan baru yang sangat menentang atau bahkan mencemaskan akan dirinya.

(25)

Ada empat tahap proses penyesuaian diri yang harus dilalui oleh anak selama membangun hubungan sosialnya antara lain, anak dituntut agar tidak merugikan orang lain serta menghargai dan menghormati hak orang lain, anak didik untuk menaati peraturan-peraturan dan menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, anak dituntut untuk lebih dewasa di dalam melakukan interaksi sosial saling memberi dan menerima, anak dituntut untuk memahami orang lain sebagaimana dalam lingkungan keluarga, lingkungan sosial juga dituntut menciptakan iklim kehidupan sekolah yang kondusif bagi pekembangan sosial remaja. Sekolah merupakan salah satu lingkungan tempat remaja hidup dalam kesehariannya. Sebagaimana keluarga, sekolah juga memiliki potensi memudahkan atau menghambat bagi perkembangan hubungan sosial remaja sebaliknya, sekolah yang iklim kehidupannya bagus dapat mempelancar atau bahkan memacu perkembangan hubungan sosial remaja. c. Lingkungan Masyarakat

Masalah yang dialami oleh remaja dalam proses sosialnya adalah bahwa tidak jarang masyarakat bersikap tidak konsisten terhadap remaja.

(26)

ini seringkali menjadi penghambat perkembangan sosial remaja. Remaja yang sedang mengarungi perjalanan masa mencari jati diri sehingga faktor keteladanan dan kekonsistenan sistem nilai dan norma masyarakat juga menjadi sesuatu yang sangat penting. Iklim kehidupan masyarakat memberikan urutan penting bagi variasi perkembangan hubungan sosial remaja.

(27)

Menurut Hurlock, (1991) ada beberapa sebab pertentangan selama masa remaja antara lain :

a. Standar perilaku

Remaja sering menganggap standar prilaku orangtua yang kuno dan yang moderen berbeda dan standar prilaku orangtua yang kuno harus menyesuaikan diri dengan yang moderen.

b. Metode disiplin

Metode disiplin yang digunakan orang tua dianggap tidak adil maka remaja akan memberontak, dimana orangtua lebih berkuasa dari pada yang lainnya.

c. Hubungan dengan saudara kandung

Remaja mungkin menghina adiknya dan membenci kakaknya sehingga menimbulkan pertentangan dengan mereka dan juga dengan orangtua yang dianggap bersikap pilih kasih.

d. Merasa menjadi korban

Remaja sering merasa benci kalau status sosial ekonomi keluarga tidak memungkinkannya mempunyai simbol-simbol status yang sama dengan yang dimiliki teman-temannya.

e. Perilaku yang kurang matang

Referensi

Dokumen terkait

Setiap anak yang berkebutuhan khusus seperti tuna rungu yang berada dalam komunitas deaf art community akan menunjukan kepada masyarkat sekitar bahwa anak tuna rungu bukanlah

Ibnu Khaldun (1332-1406 M) melihat peradaban sebagai organisasi sosial manusia, kelanjutan dari proses tamaddun (semacam urbanisasi), lewat ashabiyah (group feeling),

Hasil penelitian menunjukan bahwa secara koreografi Nong Anggrek termasuk dalam tari kreasi kelompok dan kreatifitas terlihat pada pribadi Sherly Fatmarita serta

Kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu Peningkatan kinerja ukm kota Makassar tidak terlepas dari kemampuan pengusaha dalam memahami orientasi kewirausahaan

[r]

peningkatan pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Karangsari Tahun Ajaran 2013/2014, dapat disimpulkan bahwa (1) Langkah-langkah penggunaan Model

Ada beberapa hal positif yang dapat dilihat dari penggunaan gadget yaitu: mempermudah menyelesaikan pekerjaan dengan cepat, memberikan berbagai macam informasi diseluruh

1) Kelompok fauna daratan / terestrial yang umumnya menempati bagian atas pohon mangrove, terdiri atas: insekta, ular, primata, dan burung. Kelompok ini tidak memiliki sifat