HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN PERTEMUAN 6
KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
BAB IV. HASIL PENELITIAN &
PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Hasil Penelitian dapat disajikan secara terlebih dahulu dengan menggunakan Statistik Deksriptif.
STATISTIK DESKRIPTIF
Adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau mebmeri gambaran tentang obyek yang diteliti melalui data sampel aau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum.
PENYAJIAN DATA DENGAN TABEL
PENYAJIAN DATA DENGAN TABEL
PENYAJIAN DATA DENGAN TABEL
PENYAJIAN DATA DENGAN TABEL
Pedoman Membuat Tabel Distribusi Frekuensi: 1.Rumus Sturges
K = 1 + 3,3 Log n Dengan :
K = Jumlah kelas interval n = Jumlah data observasi Log = logaritma
Contoh : Jumlah data 150
2. Menghitung Rentang Data Data terbesar – data terkecil
Misal data terbesar = 93 dan data terkecil = 13 Jadi = 93 – 13 = 80 + 1
3. Menghitung Panjang Kelas = Rentang dibagi jumlah kelas Maka 81 : 9 = 9
PENYAJIAN DATA DENGAN GRAFIK
PENYAJIAN DATA DENGAN GRAFIK
PENYAJIAN DATA DENGAN GRAFIK
PENYAJIAN DATA DENGAN GRAFIK
PENGUKURAN GEJALA TERPUSAT
(CENTRAL TENDENCY)
• Dinamakan ukuran pemusatan karena nilai-nilai (kuantitatif) tersebut memiliki kecenderungan memusat.
• Bila suatu kumpulan data (nilai) diurutkan mulai dari yang paling kecil sampai paling besar maka ukuran-ukuran (dari data tersebut) nilainya cenderung ada di pusat atau tengah (data tersebut).
PENGUKURAN GEJALA TERPUSAT
(CENTRAL TENDENCY)
1. MEAN
Rata-rata hitung atau arithmetic mean atau sering disebut dengan istilah mean saja merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk menggambarkan ukuran tendensi sentral. Mean dihitung dengan menjumlahkan semua nilai data
pengamatan kemudian dibagi dengan banyaknya data. Definisi tersebut dapat di nyatakan dengan persamaan berikut:
• Sampel:
PENGUKURAN GEJALA TERPUSAT
(CENTRAL TENDENCY)
Keterangan:
∑ = lambang penjumlahan semua gugus data pengamatan
n = banyaknya sampel data
N = banyaknya data populasi
\bar x = nilai rata-rata sampel
μ = nilai rata-rata populasi
PENGUKURAN GEJALA TERPUSAT
(CENTRAL TENDENCY)
Rata-rata hitung (Mean) untuk data tunggal Contoh 1:
Hitunglah nilai rata-rata dari nilai ujian matematika kelas 3 SMU berikut ini: 2; 4; 5; 6; 6; 7; 7; 7; 8; 9
Jawab:
PENGUKURAN GEJALA TERPUSAT
(CENTRAL TENDENCY)
Keterangan:
∑ = lambang penjumlahan semua gugus data pengamatan
fi = frekuensi data ke-i
n = banyaknya sampel data
PENGUKURAN GEJALA TERPUSAT
(CENTRAL TENDENCY)
Contoh 2:
Berapa rata-rata hitung pada tabel frekuensi berikut:
xi fi
70 5
69 6
45 3
80 1
56 1
PENGUKURAN GEJALA TERPUSAT
(CENTRAL TENDENCY)
Jawab:
i fi fixi
70 5 350
69 6 414
45 3 135
80 1 80
56 1 56
Jumla
PENGUKURAN GEJALA TERPUSAT
(CENTRAL TENDENCY)
Mean dari data distribusi Frekuensi atau dari gabungan: Distribusi Frekuensi:
Rata-rata hitung dari data yang sudah disusun dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dapat ditentukan dengan menggunakan formula yang sama dengan formula untuk menghitung nilai rata-rata dari data yang sudah dikelompokkan, yaitu:
Keterangan:
∑ = lambang penjumlahan semua gugus data pengamatan fi = frekuensi data ke-i
PENGUKURAN GEJALA TERPUSAT
(CENTRAL TENDENCY)
Contoh 3:
Tabel berikut ini adalah nilai ujian statistik 80 mahasiswa yang sudah disusun dalam tabel frekuensi. Berbeda dengan contoh 2, pada contoh ke-3 ini, tabel distribusi
frekuensi dibuat dari data yang sudah dikelompokkan berdasarkan selang/kelas tertentu (banyak kelas = 7 dan panjang kelas = 10).
K elas ke- Nilai Ujian fi 1 31 – 40 2
2 41 – 50 3
3 51 – 60 5
4 61 – 70 13
5 71 – 80 24
6 81 – 90 21
7 91 – 100 12
PENGUKURAN GEJALA TERPUSAT
(CENTRAL TENDENCY)
Buat daftar tabel berikut, tentukan nilai pewakilnya (xi) dan hitung fixi. Kelas ke- Nilai Ujian fi xi fixi
1 31 – 40 2 35.5 71.0
2 41 – 50 3 45.5 136.5
3 51 – 60 5 55.5 277.5
4 61 – 70 13 65.5 851.5
5 71 – 80 24 75.5 1812.0
6 81 – 90 21 85.5 1795.5
7 91 – 100 12 95.5 1146.0
PENGUKURAN GEJALA TERPUSAT
(CENTRAL TENDENCY)
MEDIAN (NILAI TENGAH SETELAH DIURUTKAN)
•Median atau nilai tengah adalah salah satu ukuran pemusatan data, yaitu, jika segugus data diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar atau yang terbesar sampai yang terkecil, nilai pengamatan yang tepat di tengah-tengah bila jumlah datanya ganjil, atau rata-rata kedua pengamatan yang di tengah bila banyaknya pengamatan genap
•Untuk data ganjil
8, 7, 9. Pertama data diurutkan menjadi 7, 8, 9. Sehingga dengan mudah diketahui median adalah 8.
•Untuk data genap
Untuk data 2, 8, 3, 4, 1, 8. Pertama data diurutkan menjadi 1, 2, 3, 4, 8, 8. Karena jumlah data pengamatan genap, yaitu 6, maka median terletak pada rata-rata dua nilai pengamatan yang di tengah yaitu data ketiga dan data keempat, maka
PENGUKURAN GEJALA TERPUSAT
(CENTRAL TENDENCY)
Modus (Nilai yang paling sering muncul)
•adalah nilai yang mempunyai frekuensi paling banyak. Modus tidak harus
tunggal,artinya nilainya bisa lebih dari satu. Adapun cara mencari modus untuk data
PENGUKURAN GEJALA TERPUSAT
(CENTRAL TENDENCY)
dengan
b = batas bawah kelas modus yaitu kelas interval dengan frekuensi terbanyak
p = panjang interval kelas modus
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelum kelas modus
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudah kelas modus
PENGUKURAN GEJALA TERPUSAT
(CENTRAL TENDENCY)
Maka diperoleh :
a. kelas modus = kelas ke-4 b. b = 59,5
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Bagian ini akan menguraikan empat macam data yang akan
dianalisis guna mendapatkan gambaran mengenai variabel terikat akuntabilitas (Y) dan hubungannya secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama
(simultan) dengan variabel bebas yang terdiri dari gaya kepemimpinan (X1),
kecerdasan emosional (X2), dan pengambilan keputusan rasional (X3).
Data penelitian dianalisis sesuai dengan tujuan dari penelitian dengan menggunakan metodologi penelitian. Gambaran umum mengenai penyebaran data atau disribusi data dihitung dengan menggunakan ukuran terpusat atau
tendency central dan ukuran penyebaran. Data penelitian disajikan dalam bentuk statistika deskriptif yang meliputi: nilai rata-rata (Mean), modus (Mode
= Mo), Median (Me), simpangan baku (standar deviasi), varians dan distribusi
1. Skor Akuntabilitas (Y)
Data mengenai variabel akuntabilitas yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta di
wilayah Majelis Pendidikan Katolik Keuskupan Agung Jakarta (MPK-KAJ), dapat dideskripsikan sebagai berikut : rentang teoretik 33 – 165 dan Skor empirik terendah 120 dan tertinggi 165. Dengan demikian diperoleh rentang skor 45. Perhitungan statistik deskriptif diperoleh skor rata-rata (M) sebesar 144,48, simpangan baku (SD) sebesar 10,992, modus (Mo) = 149, dan median (Me) = 147. Pada tabel 4.1 terlihat bahwa skor simpangan baku sebesar
10,992 yang menunjukkan tingkat penyimpangan skor akuntabilitas dari nilai rata-rata. Data tersebut dapat dilihat dalam bentuk distribusi pada tabel 4.1 berikut ini :
Tabel 4-1 Distribusi Frekuensi Skor Akuntabilitas Interval Kelas Frekuensi
Absolut Relatif (%) Kumulatif (%)
120 – 125 2 2.99 2.99
126 – 131 9 13.43 16.42 132 – 137 7 10.45 26.87 138 – 143 12 17.91 44.78 144 – 149 16 23.88 68.66 150 – 155 10 14.93 83.58 156 – 161 6 8.96 92.54 162 - 165 5 7.46 100.00
Dilihat dari tabel distribusi frekuensi skor
akuntabilitas diketahui bahwa skor akuntabilitas
kebanyakan menyebar pada interval kelas ke lima
yaitu interval 144-149 sebanyak 16 kepala sekolah
berdasarkan hasil penilaian responden atau
mencapai frekuensi relatif sebesar 23,88% .
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Untuk memperoleh gambaran mengenai
hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian
in i maka perlu dilakukan pengujian hipotesis
penelitian dengan teknik analisis korelasi dan
regresi. Persyaratan yang dibutuhkan untuk
penggunaan analisis tersebut adalah : (1) sampel
diambil secara random dan ukuran sampel
terpenuhi, (2) Y independent dan berdistribusi
Dari persyaratan tersebut, persyaratan pertama telah terpenuhi, sebab
sampel diambil secara acak sederhana (Simple Random Sampling) dengan ukuran sampel sebesar 67 orang. Untuk memenuhi persyaratan ke 2 yaitu Y independen dan berdistribusi normal, dan persyaratan ke 3 bahwa
varians kelompok data homogen, maka perlu dilakukan Pengujian
Persyaratan Analisis yang meliputi Uji Normalitas dan Uji Homogenitas. Apabila pengujian ini tidak dilakukan atau hasil pengujian menunjukkan bahwa data penelitian tidak normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian ini tidak dapat dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik (korelasi product moment, korelasi ganda dan korelasi
parsial). Sementara uji homogentitas dilakukan untuk mengetahui galat dari masing-masing variabel bebas memiliki varians yang homogen atau tidak. Uji linieritas akan dilakukan pada tahapan analisis pengujian
Sebelum melakukan uji normalitas maka perlu dilakukan perhitungan persamaan garis regresi sebagai berikut:
1. Melakukan Perhitungan Persamaan Regresi .
Sebelum melakukan analisis uji normalitas, maka dilakukan perhitungan persamaan regresi.
a. Diperoleh persamaan regresi Y atas X1, dengan persamaan = a + bx1 dengan harga a = 18,849 dan harga b = 0,893 sehingga regresi = 18,849 + 0,893 X1.
b. Diperoleh persamaan regresi Y atas X2, dengan persamaan = a + bx2 dengan harga a = 39,086 dan harga b = 0,790 sehingga regresi = 39,086 + 0,790 X2.
c. Diperoleh persamaan regresi Y atas X3, dengan persamaan = a + bx3 dengan harga a = 31,603 dan harga b = 0,866 sehingga regresi = 31,603 + 0,866 X3
Pengujian Normalitas Galat Taksiran
Data yang diperlukan untuk analisis korelasi
harus berdistribusi normal. Oleh sebab itu,
pengujian persyaratan normalitas perlu dilakukan.
Pengujian normalitas untuk setiap variabel
penelitian dilakukan dengan menggunakan uji
Lilliefors.
Hasil perhitungan L
hitungdikonsultasikan
dengan L
tabelpada taraf signifkansi α = 0,05. Data
penelitian dikatakan berdistribusi normal apabila
harga L
hitung< L
tabel. Perhitungan normalitas data
penelitian tersebut dilakukan untuk Y atas X
1, dan Y
Langkah untuk melakukan analisis uji normalitas adalah sebagai berikut: (1) mencari bentuk regresi Y atas X1, Y
atas X2, Y atas X3, dan Y atas X1,X2,X3 kemudian mencari
galat taksiran (Y-Ŷ), (2) mencari Lhitung (maksimum)
kemudian mengujinya dengan Ltabel.
•Hasil pengujian tersebut disajikan sebagai berikut :
•Sudjana, Metoda Statistika (Bandung:Tarsito, 2002), p. 467.
Keputusan :
b. Uji Normalitas Galat Taksiran Regresi Y atas X2
Hasil perhitungan pengujian kenormalan Y atas X2 didapat Lhitung = 0,0680, dengan n = 67 dan taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh Ltabel = 0,108.
Dengan kriteria pengujian :
Ho : Lhitung < Ltabel (data normal)
Ha : Lhitung > Ltabel (data tidak normal)
Oleh karena Lhitung = 0,0680 < Ltabel = 0,108, maka : Kesimpulan :
Ho diterima karena sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. , Keputusan :
a. Uji Normalitas Galat Taksiran Regresi Y atas X1
Hasil perhitungan pengujian kenormalan Y atas X1 didapat Lhitung = 0,0437, dengan n = 67 dan taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh Ltabel = 0,108. Dengan kriteria pengujian :
Ho : Lhitung < Ltabel (data normal)
Ha : Lhitung > Ltabel (data tidak normal)
Oleh karena Lhitung = 0,0437 < Ltabel = 0,108, maka : Kesimpulan :
c. Uji Normalitas Galat Taksiran Regresi Y atas X3
Hasil perhitungan pengujian kenormalan Y atas X3 didapat Lhitung = 0,0760, dengan n = 67 dan taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh Ltabel = 0,108. Oleh karena Lhitung = 0,0760 < Ltabel = 0,108 :
Dengan kriteria pengujian :
Ho : Lhitung < Ltabel (data normal)
Ha : Lhitung > Ltabel (data tidak normal)
Oleh karena Lhitung = 0,0760 < Ltabel = 0,108, maka : Kesimpulan :
sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
Keputusan :
d. Uji Normalitas Galat Taksiran Regresi Y atas X1, X2, X3
Hasil perhitungan pengujian kenormalan Y atas X1,X2,X3 didapat Lhitung = 0,0741, dengan n = 67 dan taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh Ltabel = 0,108. Oleh karena Lhitung = 0,0741 < Ltabel = 0,108 :
Dengan kriteria pengujian :
Ho : Lhitung < Ltabel (data normal)
Ha : Lhitung > Ltabel (data tidak normal)
Oleh karena Lhitung = 0,0741 < Ltabel = 0,108, maka : Kesimpulan :
sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Keputusan :
Dengan demikian secara keseluruhan dapat dilihat
pada rangkuman hasil perhitungan uji normalitas
galat pada Tabel 4-5.
Tabel 4-5. Rangkuman Uji Normalitas Galat
Galat Taksiran
Regresi n Lhitung
Ltabel
Keputusan α =0,05 α =0,01
Y atas X1 67 0,0437 0,108 0,126 Normal
Y atas X2 67 0,0680 0,108 0,126 Normal
Y atas X3 67 0,0760 0,108 0,126 Normal
B.
Analisis Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan analisis pengujian
persyaratan dan hasil pengujian menunjukkan
bahwa data sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal dan memiliki varians-varians
residu yang homogen, maka analisis pengujian
hipotesis dapat dilakukan.
Untuk menguji hipotesis pertama, kedua dan ketiga
akan dilakukan dengan menggunakan teknik
analisis regresi dan korelasi sederhana, sedangkan
untuk menguji hipotesis ke empat dilakukan dengan
menggunakan teknik analisis regresi dan teknik
1. Analisis Pengujian Linieritas Regresi dan keberartian (Signifikansi)
a. Gaya kepemimpinan (X1) dengan Akuntabilitas (Y)
Dari hasil analisis regresi sederhana untuk variabel Gaya kepemimpinan (X1) dengan variabel Akuntabilitas (Y) didapat koefisien arah regresi b = 0,893 dan konstanta a = 18,849.
Dengan demikian bentuk hubungan kedua variabel tersebut dapat
digambarkan dengan persamaan Ŷ = 18,849 + 0,893X1. Sebelum hasil perhitungan tersebut digunakan untuk prediksi, persamaan regresi harus memenuhi syarat keberartian dan kelinearan. Untuk mengetahui
Tabel 4-6 Analisis Varian untuk Uji Signifikansi dan Kelinearan Persamaan Regresi Ŷ = 18,849 + 0,893X1
Sumber Variansdb JK RJK Fh F table 0,05 0,01
Total 67 1406518 Reg a 1 1398543,284
Reg (b/a) 1 4778.450 4778.430 97.175** 3,99 7,04
Sisa 65 3196,287 49,174
Tuna Cocok 31 1874.120 56.792 1,460ns 1,80 2,30 Tuna Galat 34 1322,2 38.9
Keterangan:
Keterangan:
dk = derajat kebebasan JK = Jumlah kuadrat
RJK = Rata – rata jumlah kuadrat ** = Regresi Signifikan
Keberartian Y atas X1 seperti pada tabel 4-7 di atas, diperoleh harga
Fhitung sebesar 97,175 sedangkan Ftabel dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 65 pada taraf signifikan α = 0,01 sebesar 7,04.
Karena harga Fhitung > Ftabel atau Fh= 97,175 > Ft = 7,04, maka dapat disimpulkan bahwa koefisien arah regresi Y atas X1 signifikan. Untuk uji linieritas persamaan regresi, diperoleh harga Fhitung = 1,460 lebih kecil dari harga Ftabel sebesar 1,80 atau (Fh < Ft) pada taraf
Hubungan antara gaya kepemimpinan dengan akuntabilitas pada
• d. Gaya kepemimpinan (X1), Kecerdasan
Emosional (X2) dan Pengambilan Keputusan
Rasional (X3) dengan Akuntabilitas (Y)
• Hasil perhitungan analisis regresi ganda untuk
ketiga variabel gaya kepemimpinan (X1), kecerdasan
emosional (X2), dan pengambilan keputusan rasional
(X3) dengan akuntabilitas (Y) diperoleh arah regresi
b = 0,280 untuk gaya kepemimpinan (X1), dan 0,212
untuk kecerdasan emosional (X2) serta 0,523 untuk
pengambilan keputusan rasional (X3) pada konstanta
B. PEMBAHASAN
Dengan demikian hubungan mereka dapat dibuat dalam persamaan regresi Ŷ = 8,716 + 0,280X1 + 0,212X2 + 0,523X3.
Untuk mengetahui derajat keberartian persamaan regresi diuji dengan menggunakan uji F . Dari hasil perhitungan Fhitung = 58,254 dan
Analisis Variansi Regresi Linear Ganda
Dengan Persamaan Ŷ = 8,716 + 0,280X1 + 0,212X2 + 0,523X3
Sumber Variasi dk JK RJK Fhitung
Ftabel
α =0,05 α =0,01 Total 67 7974,716
Koefisien (a) 2 1398543
Regresi [ b I a ] 2 5.708,520 2.854,260 79,348 ** 3,99 7,04
Sisa 63 2.266,196 35,971
Keterangan:
dk = derajat kebebasan
JK = Jumlah kuadrat
RJK = Rata – rata jumlah kuadrat
•
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa
harga F
hitungyang diperoleh sebesar 79,348,
sedangkan F
tabeldengan dk pembilang 2 dan db
penyebut 63 pada taraf signifkansi α = 0,05
sebesar 3,14.
•
Dari hasil perhitungan ternyata F
hitung= 79.348 >
F
tabel= 3,14. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa persamaan regresi Ŷ = 8,716 + 0,280X
1+
2. Analisis Perhitungan Korelasi dan Keberartian (Signifkansi)
Dilakukan untuk menguji ada tidaknya
hubungan antar variabel penelitian dalam
sampel yang akan diambil dari populasi
penelitian. Analisis terhadap hubungan
antar variabel menggunakan teknik analisis
korelasi sederhana (untuk menjawab
hipotesis pertama, kedua dan ketiga) dan
teknik analisis korelasi ganda (untuk
Hubungan antar variabel yang dinyatakan dengan koefsien korelasi (rxy)menunjukkan kuat lemahnya
hubungan (Pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap Koefisen Korelasi )
Setelah dihitung koefsien korelasi, maka dilakukan perhitungan koefsien determinasi (rxy)2 yang
Selanjutnya adalah menentukan taraf signifkansi (keberartian) dengan menggunakan uji t (korelasi
sederhana; untuk menjawab hipotesis pertama, kedua dan ketiga) dan uji F (korelasi ganda; untuk menjawab hipotesis ke empat). Hasil perhitungan dari uji
signifkansi adalah untuk menentukan koefsien korelasi itu memiliki keberartian (signifkan) atau
tidak. Bila hasilnya signifkan (thitung > ttabel) maka artinya data sampel dapat digeneralisasikan ke data popukasi ; dan dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan yang positif dan signifkan antara variabel-variabel tersebut.
Berikut akan diuraikan hasil perhitungan analisa
a. Gaya kepemimpinan (X1) dengan Akuntabilitas (Y)
Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Terdapat hubungan yang positif antara variabel gaya kepemimpinan dengan
akuntabilitas kepala sekolah SMA Swasta di Wilayah MPK-KAJ” ditunjukkan melalui hasil analisis korelasi sebagai berikut:
Kekuatan hubungan gaya kepemimpinan dengan akuntabilitas
ditunjukkan oleh koefisien korelasi product moment sebesar ry1 =
0,774. Temuan ini memberikan kesimpulan bahwa : hubungan antara gaya kepemimpinan dengan akuntabilitas tergolong kuat, dengan
Dengan melakukan perhitungan koerfisien determinasi diperoleh (ry1)2 = 0,599, yang menyimpulkan bahwa kontribusi gaya kepemimpinan dengan akuntabilitas sebesar 59,9% (variasi pada akuntabilitas dapat dijelaskan oleh variabel gaya kepemimpinan sebesar 59,9% atau
meningkat dan menurunnya akuntabilitas kepala sekolah dapat dijelaskan sebesar 59,9% oleh variabel gaya kepemimpinan pada
Uji keberartian koefisien korelasi dengan uji t diperoleh harga thitung = 9,860. Harga ttabel dengan dk = 65 dan taraf signifikan α = 0,05
diperoleh nilai sebesar 1,67. Karena thitung = 9,860 > ttabel = 1,67 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Mengingat bahwa uji keberartian regresi ini dapat membuktikan bahwa persamaan regresi linier adalah berarti (signifikan), maka dapat disimpulkan bahwa gaya
kepemimpinan memprediksi akuntabilitas kepala SMA Swasta di lingkungan MPK-KAJ. Jadi regresi Y atas X1 tersebut secara berarti dapat digunakan untuk meprediksi rata-rata akuntabilitas kepala SMA Swasta di lingkungan MPK-KAJ (Y) apabila rata-rata gaya
Uji Signifikansi koefisien antara variabel gaya kepemimpinan dan akuntabilitas kepala SMA swasta di wilayah MPK-KAJ dapat
dipaparkan dengan tabel berikut: Tabel 4-10
Uji Signifikansi Koefisien Antara Variabel Gaya Kepemimpinan (X1) dengan Akuntabilitas Kepala SMA Swasta di Wilayah MPK-KAJ
n dk ry1 ry12 thitung
ttabel
α = 0,05
Keterangan :
n = banyak sampel dk = derajat kebebasan
(ry1) = koefisien korelasi antara X1 dengan Y (ry1 )2 = koefisien korelasi antara X1 dengan Y
d. Gaya kepemimpinan (X1), Kecerdasan Emosional (X2) dan Pengambilan Keputusan Rasional (X3) dengan Akuntabilitas (Y)
Kekuatan hubungan antara gaya kepemimpinan, kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan rasional secara bersama-sama dengan
Dengan melakukan perhitungan koefisien determinasi diperoleh (R) = 0,716, yang menyimpulkan bahwa kontribusi gaya kepemimpinan, kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan rasional dengan
akuntabilitas sebesar 71,6% (variasi pada akuntabilitas dapat dijelaskan oleh variabel gaya kepemimpinan, kecerdasan emosional dan
pengambilan keputusan rasional secara bersama-sama sebesar 71,6% atau meningkat dan menurunnya akuntabilitas kepala sekolah dapat dijelaskan sebesar 71,6% oleh variabel gaya kepemimpinan,
kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan rasional pada
Uji keberartian koefisien korelasi dengan uji Fdiperoleh harga Fhitung = 52,899. Dari daftar tabel Distribusi F diperoleh harga Ftabel =
F(0,05) (3 ; 63) = 2,76 sehingga Fhitung > Ftabel. Dengan demikian disimpulkan bahwa koefisien korelasi antara X1, X2, X3 secara
bersama-sama dengan Y signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan, kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan rasional secara bersama-sama memprediksi akuntabilitas kepala SMA Swasta di wilayah MPK-KAJ. Jadi regresi Y atas X1,X2, X3 secara bersama-sama secara berarti dapat digunakan untuk meprediksi rata-rata akuntabilitas kepala SMA Swasta di lingkungan MPK-KAJ (Y) apabila rata-rata gaya kepemimpinan (X1), kecerdasan emosional(X2) dan pengambilan keputusan rasional (X3) sudah diketahui. Dapat
Uji Signifikansi koefisien antara gaya kepemimpinan, kecerdasan
Tabel 4-13
Uji Signifikansi Koefisien Antara Variabel Gaya Kepemimpinan (X1), Kecerdasan Emosional (X2) Pengambilan Keputusan Rasional (X3) dengan Akuntabilitas Kepala SMA Swasta di Wilayah MPK-KAJ
Sumber Variasi dk JK RJK Fhitung
Ftabel
α -0,05 α -0,01
Total
67 7974,716
Koefsien (a) 2 1398543
Regresi [ b I a ] 2 5.708,520 2.854,260 79,348 ** 3,99 7,04
Sisa
63 2.266,196 35,971
B. PEMBAHASAN
Keterangan:
dk = derajat kebebasan JK = Jumlah kuadrat
RJK = Rata – rata jumlah kuadrat
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan pengujian hipotesis yang dilakukan diketahui bahwa keempat hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini teruji kebenarannya. Oleh karena itu, dari hasil penelitian ini dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut: (1) terdapat hubungan
positif antara gaya kepemimpinan dengan akuntabilitas (2) terdapat hubungan positif antara kecerdasan
emosional dengan akuntabilitas, (3) terdapat hubungan positif antara pengambilan keputusan rasional dengan akuntabilitas dan (4) terdapat hubungan positif antara gaya kepemimpinan, kecerdasan emosional, dan
Pada hasil pengujian hipotesis pertama
membuktikan bahwa gaya kepemimpinan mempunyai hubungan positif dengan akuntabilitas. Koefsien korelasi gaya kepemimpinan dengan akuntabilitas sebesar 0,774
dengan persamaan regresi Ŷ = 18,849 + 0,893X1.
Dari hubungan persamaan regresi tersebut berarti dapat diketahui makin tinggi gaya kepemimpinan, maka akan semakin tinggi pula akuntabilitas. Peningkatan satu skor pada gaya kepemimpinan menyebabkan
peningkatan akuntabilitas sebesar 0,893 pada konstanta sebesar 18,849. Organisasi yang memiliki pemimpin
Koefsien determinasi antara gaya
kepemimpinan dengan akuntabilitas adalah 0,599.
Nilai ini berarti bahwa sekitar 59,9 % variasi yang
terjadi pada akuntabilitas dapat
dijelasakan oleh gaya kepemimpinan. Dengan demikian, gaya kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk meningkatkanakuntabilitas.
Pada pengujian hipotesis yang kedua ternyata dari hasil penelitian kecerdasan emosional juga terbukti mempunyai hubungan positif
dengan akuntabilitas. Koefisien korelasi kecerdasan emosional dengan akuntabilitas adalah sebesar 0,707 dengan persamaan regresi Y' =
Dari hubungan persamaan regresi tersebut berarti makin tinggi kecerdasan emosional, maka akan semakin tinggi pula akuntabilitas. Peningkatan satu skor pada kecerdasan emosional menyebabkan
peningkatan 0,790 sekor akuntabilitas pada konstanta 39,086. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dengan kecerdasan emosional yang tinggi berarti akuntabilitas juga tinggi.
Koefisien determinasi kecerdasan emosional dengan akuntabilitas adalah 0,499, yang berarti bahwa sekitar 49,9% variasi yang terjadi pada akuntabilitas dapat dijelaskan oleh kecerdasan emosional. Dengan demikian, kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang
Selain gaya kepemimpinan dan kecerdasan emosional pada pengujian hipotesis ketiga ternyata dari hasil penelitian pengambilan keputusan rasional juga terbukti mempunyai hubungan positif dengan
akuntabilitas. Koefisien korelasi pengambilan keputusan rasional
dengan akuntabilitas adalah sebesar 0,827 dengan persamaan regresi Y' = 31,603 + 0,866X3
Dari hubungan persamaan regresi tersebut berarti makin tinggi pengambilan keputusan rasional, maka akan semakin tinggi pula akuntabilitas. Peningkatan satu sekor pada pengambilan keputusan rasional menyebabkan peningkatan 0,866 sekor akuntabilitas pada konstanta 31,603. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dengan
Koefisien determinasi pengambilan keputusan rasional dengan
akuntabilitas adalah 0,685, yang berarti bahwa sekitar 68,5% variasi yang terjadi pada akuntabilitas dapat dijelaskan oleh pengambilan
keputusan rasional. Dengan demikian, pengambilan keputusan rasional merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk
Selanjutnya pada hasil pengujian hipotesis keempat membuktikan bahwa terdapat hubungan yang positif yang signifikan antara gaya kepemimpinan, kecerdasan emosional, dan pengambilan keputusan
rasional secara bersama-sama dengan akuntabilitas. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien signifikansi/kebermaknaan, dimana nilai Fhitung
Koefsien determinasi r
2yang diperoleh adalah
r
2y123= (0,939)
2= 0,969 yang menunjukkan
bahwa 96,9 % variasi yang terjadi pada
akuntabilitas ditentukan oleh gaya kepemimpinan,
kecerdasan emosional, dan pengambilan keputusan
rasional yang secara bersama-sama melalui
persamaan regresi Ŷ = 8,716 + 0,280X
1+ 0,212X
2Dari hasil penelitian diperoleh temuan yang memberikan informasi bahwa, akuntabilitas harus didukung oleh gaya kepemimpinan, kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan rasional.
Dengan gaya kepemimpinan, kecerdasan emosional, dan pengambilan keputusan rasional yang baik, maka akan membentuk pula akuntabilitas. Untuk dapat
membentuk akuntabilitas yang baik, maka dibutuhkan penciptaan gaya kepemimpinan, kecerdasan emosional, dan pengambilan keputusan rasional. Sebaliknya
akuntabilitas akan menurun apabila tidak didukung oleh gaya kepemimpinan, kecerdasan emosional, dan
Dari koefisien determinasi sebesar 0,939 pada hasil pengujian hipotesis ini menunjukan bahwa faktor gaya kepemimpinan,
kecerdasan emosional, dan pengambilan keputusan secara bersama-sama dapat memberikan kontribusi yang tinggi terhadap akuntabilitas dengan presentase 93,9 %., sedangkan sisanya 6,1% belum dapat
dijelaskan, dalam arti berasal dari variabel lain yang tidak turut diungkapkan dalam penelitian ini.
Dari hasil penelitian dan persamaan regresi seperti diuraikan di muka, ternyata semua variabel bebas yang diteliti mendukung kerangka